Studi Mengenai Bentang Alam Di Semarang

June 11, 2019 | Author: Adam Raka Ekasara | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

cek...

Description

STUDI MENGENAI BENTANG ALAM DI SEMARANG 21100112130038 Email : [email protected] JURUSAN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSTIAS DIPONEGORO, SEMARANG

 ABSTRACT  Geology  is the study of the Earth as a whole, its origin, structure, composition, and history (including the development of life), and the nature of the processes which have given rise to its present state. One of diciplines in geology is geomorphology. Geomorphology is sciences about architecture of earth. In this paper will be discussed  about geomorphology ini Semarang city.

PENDAHULUAN Geomorfologi berasal dari kata „geo‟ yang berarti bumi, sedang kata „morfo‟ atau „morphe’  „morphe’  berarti  berarti roman muka dan „logi‟ yang artinya ilmu. Secara umum geomorfologi mempelajari tentang bentang alam maupun bentuk lahan dan proses proses yang bekerja serta hasilnya di  bagian permukaan bumi ini. Proses geomorfik adalah semua perubahan fisika dan kimia yang memberikan efek bervariasi  pada bentuk roman muka bumi. Proses geomorfik dibedakan menjadi: Proses eksogenik: proses o  pembentukan bentang alam yang diakibatkan tenagatenaga dari luar bumi. Proses endogenik: proses o  pembentukan bentang alam yang disebabkan tenaga dari dalam kulit bumi. Menurut Van Zuidan (1979),  berdasarkan genesanya atau asal muasalnya bentang alam dikelompokan menjadi: o Bentang alam vulkanik 

o o o o o o o

Bentang alam fluvial Bentang alam struktural Bentang alam kars Bentang alam eolian Bentang alam laut dan pantai Bentang alam glasial Bentang alam denudasional

PENGERTIAN BENTANG ALAM

Bentang alam (Inggris: landform) adalah suatu unit geomorfologis yang dikategorikan  berdasarkan karateristik seperti elevasi, kelandaian, orientasi, stratifikasi, paparan batuan, dan jenis tanah. Jenis-jenis bentang alam antara lain adalah bukit, lembah, tanjung, dll, sedangkan samudra dan  benua adalah contoh jenis bentang alam tingkat tertinggi. Beberapa faktor, mulai dari lempeng tektonik hingga erosi dan deposisi dapat membentuk dan memengaruhi bentang alam. Faktor   biologi dapat pula memengaruhi  bentang alam, contohnya adalah

 peranan tumbuhan dan ganggang dalam pembentukan rawa serta terumbu karang. Istilah-istilah bentang alam tidak hanya dibatasi bagi bentukan di  bumi, melainkan dapat pula digunakan untuk menjelaskan  bentukan pada permukaan planet dan obyek-obyek lain di alam semesta.

GEOLOGI REGIONAL DAERAH OBSERVASI

Secara geografis, wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah terletak pada koordinat 110º16‟20‟‟ - 110 º 30‟29‟‟ Bujur  Timur dan 6 º 55‟34‟‟ - 7º 07‟04‟‟ Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km 2. Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata  jumlah curah hujan tahunan wilayah Semarang utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan antara 2500 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata per bulan berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar  antara 58 - 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 - 131 mm/bulan. Temperatur udara 0  berkisar antara 24 C sampai dengan 330 C dengan kelembaban udara rata  –  rata bervariasi antara 62% sampai dengan 84%. Sedangkan kecepatan

angin rata – rata adalah 5,9 Km/jam. Batas batas Kota Semarang meliputi : v Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai ± 13,6 km v Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang v Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak  v Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal Secara administrasi, Kota Semarang terdiri dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Letak kota Semarang hampir berada di tengah  –  tengah  bentangan panjang kepulauan Indonesia dari arah Barat ke Timur. 2.2 Topografi Daerah Semarang Kota Semarang memiliki ketinggian  beragam, yaitu antara 0,75  –  348 m di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah  pantai/pesisir, dataran dan perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar  antara 0% – 45%. 2.3 Morfologi Daerah Semarang Morfologi daerah Semarang  berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu: a. Dataran rendah Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian barat daya merupakan  punggungan lereng perbukitan,  bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian tempat di bagian utara antara 0 - 25 m dpl dan di bagian  barat daya ketinggiannya antara 225 - 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 

164,9 km 2 (42,36%) dari seluruh daerah Semarang. Dataran rendah membentang sejajar garis pantai Laut Jawa, dengan lebar 2,5 km  – 10 km, dengan 10 m di atas permukaan air  laut. Daerah ini ketinggian tempat membentuk kawasan luapan banjir   pada sisi sungai dengan aluvial hidromorf yang berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung. Pertemuan dengan garis pantai, endapan aluvial membentuk delta berupa pasir, lanau dan lempung. Akibat gelombang dan  pasang surut air laut, maka endapan tersebut menyebar ke arah Timur  Laut dan Barat Daya, dan membuat garis pantai semakin maju.  b. Daerah Bergelombang Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan  bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (39%), ketinggian tempat antara 25 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km 2. (17,36%) dari seluruh daerah Semarang. c. Daerah Dataran Tinggi Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang yang  berhulu di Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola meranting, dan masih terus mengikis tegak lurus kebawah kearah hulu dengan kuat, membentuk daerah yang mempunyai derajat erosi yang tinggi dan luas. d. Daerah antara, Terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi. Morfologi daerah antara ini, umumnya berupa daerah perbukitan dengan kelerengan yang sedang hingga terjal. Ø Perbukitan Berlereng Landai

Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan  perbukitan, mempunyai bentuk   permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian wilayah 25 - 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh daerah Semarang. Ø Perbukitan Berlereng Agak Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak   perbukitan dengan lereng yang agak  terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara 25 - 445 m dpl. Luas  penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah Semarang. Ø Perbukitan Berlereng Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak   perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 - 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah Semarang. Ø Perbukitan Berlereng Sangat Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara 45 - 165 m dpl. Luas  penyebarannya sekitar 2,26 Km 2 (0,58%) dari seluruh daerah Semarang. Ø Perbukitan Berlereng Curam Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45

Km2 (1,65%) dari seluruh daerah Semarang. 2.4 Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman,  perkantoran perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan serta konservasi. 2.5 Susunan Stratigrafi Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai  berikut : 1. Aluvium Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit,  batu lempung dan sedikit batu pasir.

2. Batuan Gunung api Gajah Mungkur  Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit,  bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan struktur kekar   berlembar (sheeting joint). 3. Batuan Gunungapi Kaligesik  (Qpk)

BatuanGunungapi Kaligesik   berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras. 4.

Formasi Jongkong Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut - membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir  halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga). 5.

Formasi Damar  Batuannya terdiri dari  batu pasir tufaan, konglomerat, dan  breksi volkanik. Batu pasir tufaan  berwarna kuning kecoklatan berbutir  halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat  berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut membundar  tanggung, agak keras. 6.

Formasi Kaligetas Batuannya terdiri dari  breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu

lempung mengandung moluska dan  batu pasir tufaan. Breksi dan lahar   berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt,  batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar  agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa  berwarna kuning keputihan, halus kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang,  porositas sedang, agak keras. 7.

Formasi Kalibeng Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat,  porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir  tufaan kuning kehitaman, halus kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak. 8. Formasi Kerek  Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan  batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua, gampingan, sebagian  bersisipan dengan batu lanau atau  batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni.

Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristallin dan  pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m. 2.6 Struktur Geologi Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar  normal relatif berarah barat - timur  sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif   berarah barat - timur. Sesar-sesar  tersebut umumnya terjadi pada  batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang  berumur kuarter dan tersier. Geserangeseran intensif sering terlihat pada  batuan napal dan batu lempung, yang terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk  di daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur sesar ini merupakan salah satu penyebab daerah tersebut mempunyai jalur “lemah”, sehingga daerahnya mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah. 2.7 Gerakan Tanah Dari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah pelapukan  batu lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil yaitu 14,85%. pelapukan napal sudut lereng kritisnya adalah 19,5% , Pelapukan batu pasir tufaan mempunyai sudut lereng kritis 20,8% dan pelapukan breksi sudut lereng kritisnya 23,5%. Berdasarkan analisis di atas maka daerah Kotamadya Semarang dapat dibagi menjadi empat zona kerentanan

gerakan tanah, yaitu Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat Rendah, Rendah, Menengah dan Tinggi. 1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah baru, terkecuali pada daerah tidak luas di sekitar tebing sungai. Merupakan daerah datar sampai landai dengan kemiringan lereng alam kurang dari 15 % dan lereng tidak dibentuk oleh endapan gerakan tanah, bahan timbunan atau lempung yang bersifat mengembang. Lereng umumnya dibentuk oleh endapan aluvium (Qa),  batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), dan lava andesit (Qhg). Daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah sebagian besar meliputi  bagian utara Kodya Semarang, mulai dari Mangkang, kota semarang, Gayamsari, Pedurungan, Plamongan, Gendang, Kedungwinong, Pengkol, Kaligetas, Banyumanik, Tembalang, Kondri dan Pesantren, dengan luas sekitar 222,8 Km2 (57,15%) dari seluruh daerah Semarang. 2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak  mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali.

Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 5%) sampai sangat terjal (50 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal umumnya dibentuk oleh tanah  pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi penutup baik cukup tipis dan vegetasi penutup baik, umumnya  berupa hutan atau perkebunan. Lereng pada umumnya dibentuk oleh  breksi volkanik (Qpkg), batu pasir  tufaan (QTd), breksi andesit (Qpj) dan lava (Qhg). Daerah yang termasuk zona ini antara lain Jludang, Salamkerep, Wonosari,  Ngaliyan, Karangjangkang, Candisari, Ketileng, Dadapan, G. Gajahmungkur, Mangunsari, Prebalan, Ngrambe, dan Mijen dengan luas penyebaran 77,00 km 2 (19,88%) dari luas daerah Semarang. 3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif  kembali akibat curah hujan yang tinggi. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15%) sampai sangat terjal (50 - 70%). Tergantung  pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng. Umumnya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang. Lereng

 pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmk), perselingan batu lempung dan napal (Tmkl), batu  pasir tufaan (QTd), breksi volkanik  (Qpkg), lava (Qhg) dan lahar (Qpk). Penyebaran zona ini meliputi daerah sekitar Tambakaji, Bringin, Duwet, Kedungbatu, G. Makandowo, Banteng, Sambiroto, G. Tugel, Deli, Damplak, Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan Srindingan dengan luas sekitar 64,8 Km 2 (16,76%) dari seluruh daerah Semarang. 4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif   bergerak akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng mulai landai (5 15%) sampai curam (>70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik  dan keteknikan batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmkl), perselingan batu lempung dan napal (Tmk), batu pasir tufaan (QTd) dan breksi volkanik (Qpkg). Daerah yang termasuk zona ini antara lain: Pucung, Jokoprono, Talunkacang, Mambankerep, G. Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran, Asinan, Tebing Kali Garang dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan, Tegalklampis, G. Gombel, Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas penyebaran sekitar 23,6 km 2 (6,21%) dari seluruh daerah Semarang.

METODE PEMBUATAN PAPER 

Metode yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah dengan kajian pustaka. Penulis melakukan kajian pustaka dengan berbagai bahan sumber baik  melalui buku, koran, jurnal, maupun internet yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam karya tulis ini. Sedangkan alat yang digunakan dalam menunjang dalam pencarian dan pembuatan paper adalah komputer yang tersambung dengan internet. Untuk menambah bahan seperti foto lokasi penambangan,  penulis juga melakukan observasi ke lapangan dan mengambil gambar  dengan bantuan alat kamera. . DATA LAPANGAN SUNGAI BANYUMENENG

Pengamatan dilaksanakan  pada hari Sabtu 17 November 2012 mulai pukul 07:00 hingga 12:00. Cuaca saat pengamatan adalah cerah. Sungai Banyumeneng ini termasuk   bentang alam fluvial. Termasuk  kepada stadia sungai dewasa. Terdapat struktur sesar mendatar, sesar turun, liapatan antiklin juga kekar. Batuan di sungai ini berupa  batuan sedimen dengan tingkat  pelapukan rendah dengan ukuran  butir berupa pasir kasar dan lempung. Di daerah ini ditemukan  pula batu gamping. Potensi positif  dan tataguna lahan dari sungai ini adalah sebagai tempat untuk   pembelajaran keilmuan geologi. Sedangkan potensi negatifnya adalah luapan sungai yang bisa menimbulkan banjir.

DATA LAPANGANKOMPLEK  CANDI GEDONG SONGO

Pengamatan dilaksanakan  pada hari Sabtu 3 November 2012 mulai pukul 08:00 hingga pukul 13:00. Cuaca saat pengamatan adalah cerah berawan. Di Komplek Candi Gedong Songo ini terdapat beberapa gunung. Komplek Candi Gedong Songo ini termasuk ke dalam  bentang alam vukanik. Batuan yang terdapat disini adalah batuan beku andesit, andesit yang teralterasi, selain itu juga ada mineral hasil alterasi berupa kristalobalit. Vegetasi dari daerah ini adalah  pohon pinus, cemara, paku-pakuan dan rerumputan. Daerah ini mempunyai potensi positif sebagai manifestasi hidrotermal dan juga tempat wisata. Sedangkan potensi negatifnya adalah tanah longsor dan  bau belerang. PEMBAHASAN Sungai Banyumeneng termasuk bentang alam fluvial. Bentang alam fluvial adalah bentang alam hasil dari poses kimia maupun fisika yang menyebabkan perubahan  bentuk muka ubmi karena pengaruh air permukaan (proses fluvial). Ditemukan sungai yang berbentuk  huruf U, erosi yang relatif kecil dan arus air yang agak tenang sehingga sungai ini termasuk kepada stadia sungai dewasa. Terdapat struktur  sesar mendatar, sesar turun, liapatan antiklin juga kekar. Batuan di sungai ini berupa batuan sedimen dengan tingkat pelapukan rendah dengan ukuran butir berupa pasir kasar dan lempung. Di daerah ini ditemukan  pula batu gamping. Potensi positif  dan tataguna lahan dari sungai ini

adalah sebagai tempat untuk   pembelajaran keilmuan geologi. Sedangkan potensi negatifnya adalah luapan sungai yang bisa menimbulkan banjir  Di Komplek Candi Gedong Songo ini terdapat beberapa gunung. Komplek Candi Gedong Songo ini termasuk ke dalam bentang alam vukanik. Batuan yang terdapat disini adalah batuan beku andesit, andesit yang teralterasi, selain itu juga ada mineral hasil alterasi berupa kristalobalit. Vegetasi dari daerah ini adalah pohon pinus, cemara, paku pakuan dan rerumputan. Daerah ini mempunyai potensi positif sebagai manifestasi hidrotermal dan juga tempat wisata. Sedangkan potensi negatifnya adalah tanah longsor dan  bau belerang. terdapat fumarol yang merupakan bukti adanya aktifitas vulkanik. Selain itu, keluarnya fumarol yang melalui suatu rekahan sehingga hidrotermal ataupun fluida yang ada di dalam permukaan bumi dapat mencapai permukaan meskipun tidak sampai keluar. Hidrotermal selalu menekan untuk  keluar karena adanya tekanan dan dorongan yang cukup kuat dari dalam bumi yang dihasilkan oleh aktifitas vulkanisme. Dari aktifitas vulkanisme, aktifitas tektonik  kemudian muncul untuk memperkuat  pergerakan lempeng sehingga rekahan-rekahan timbul semakin  besar  KESIMPULAN

Di Semarang terdapat  beberapa bentang alam. Beberapa diantaranya adalah bentang alam vulkanik dan bentang alam fluvial yang dibuktikan dengan adanya

Gunung Gedong Songo dan Sungai Banyumeneng. REFERENSI

Tim

Asisten Praktikum Geologi Dasar. 2012.  Buku Panduan  Praktikum Geologi Dasar . Semarang: Universita n Diponegoro. http://samuelmodeon.blogspot.com/2 011/04/geologi-regional-kotasemarang.html (diakses pada 18 November 2012 pukul 08.00)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF