STUDI MEDIA: Critical Thinking "Culture, Society, and The Media"
September 21, 2017 | Author: Kiani Azalea | Category: N/A
Short Description
Critical Thinking "Culture, Society, and The Media" by Tony Bennett, James Curran, Michael Gurevitch, Janet Wo...
Description
CRITICAL THINKING CULTURE, SOCIETY AND THE MEDIA Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Media
Tim Dosen: Dr. Eni Maryani, M.Si. S. Kunto Adi Wibowo, M.Comm.
Disusun oleh: Kiani Azalea 210110090183
Kelas: Manajemen Media – Mankom 2009
JURUSAN MANAJEMEN KOMUNIKASI - FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012
LATAR BELAKANG
Critical thinking –dalam bahasa Indonesia adalah “berpikir kritis”– merupakan sebuah konsep yang telah berkembang sejak 2500 tahun terakhir. Istilah critical thinking sendiri telah digunakan sejak pertengahan abad ke-20. Michael Scriven & Richard Paul dalam The 8th Annual International Conference on Critical Thinking and Education Reform, menyatakan bahwa: Critical thinking is the intellectually disciplined process of actively and skillfully conceptualizing, applying, analyzing, synthesizing, and/or evaluating information gathered from, or generated by, observation, experience, reflection, reasoning, or communication, as a guide to belief and action. In its exemplary form, it is based on universal intellectual values that transcend subject matter divisions: clarity, accuracy, precision, consistency, relevance, sound evidence, good reasons, depth, breadth, and fairness. Dalam makalah ini penulis akan memaparkan review chapter 1: The study of the media: theoretical approaches dan chapter 2: Theories of the media, theories of society dari buku Culture, Society and the Media karya Michael Gurevitch, Tony Bennett, James Curran, dan Janet Woollacott. Selanjutnya penulis akan menjelaskan korelasi antara kedua chapter tersebut dengan tugas ke-2 mata kuliah Studi Media mengenai “pandangan praktisi media dan pengamat media terhadap perkembangan media massa saat ini”. Proses penulis dalam menjelaskan korelasi tersebut dapat juga dikatakan sebagai proses critical thinking. Secara singkat, buku Culture, Society and the Media karya Michael Gurevitch, Tony Bennett, James Curran, dan Janet Woollacott membahas dua tema terkait mengenai peran dan proses dari komunikasi massa dalam masyarakat. Tema yang pertama berhubungan dengan pertanyaan mengenai kekuatan media: bagaimana media seharusnya didefinisikan? bagaimana cara media dikerahkan dan oleh siapa? Sedangkan tema kedua berkisar pada perpecahan antara pendekatan pluralis liberal dan pendekatan Marxis dalam menganalisis sifat media. Perpecahan tersebut dalam beberapa tahun terakhir, telah menjadi dasar bagi perdebatan mengenai pemahaman peran komunikasi massa.
Culture, Society and The Media
Page 1
KERANGKA BERPIKIR
Pada masa Perang Dunia ke-1, peran media massa terbukti sangat kuat dalam “mencuci otak” masyarakat. Hal itu terlihat dari cara penggunaan media oleh para propagandis yang disponsori oleh negara-negara diktator dan rezim revolusioner di Rusia yang menggunakannya untuk membentuk opini rakyat pada saat itu. Klapper (1960) dalam ringkasan mengenai penelitian empirisnya selama lebih dari satu decade kemudian menyimpulkan, “Komunikasi massa, umumnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan menyebabkan efek yang cukup kuat pada audiens”. Hal ini kemudian mendasari pernyataan bahwa manusia dapat mempengaruhi sekumpulan manusia lainnya melalui peran media massa. Dengan kata lain media massa memanipulasi masyarakat. Selanjutnya Katz dan Lazarsfeld (1955) menambahkan, “Beberapa orang yang memiliki status sosial tinggi rupanya memiliki pengaruh independen yang kecil. Sementara beberapa orang yang memiliki status sosial rendah malah memiliki pengaruh pribadi yang cukup kuat.” Hal itu menunjukkan bahwa kekayaan dan kekuasaan nampaknya tidak cukup kuat dalam membentuk opini publik pada masa demokrasi di negara-negara bagian barat saat itu. Pada masa penelitian komunikasi massa tahun 1970, timbul berbagai perbedaan pendapat mengenai efek komunikasi massa di kalangan para tokoh ilmu komunikasi. Sehingga kemudian munculah dua aliran yaitu Marxis dan neo-Marxis. Tanggapan awal dari para tokoh Marxis adalah bahwa media merupakan lembaga ideologis yang memainkan peran sentral dalam mempertahankan kelas dominasi. Mereka juga menyatakan bahwa media memainkan peran strategis dalam memperkuat norma-norma sosial yang dominan dan nilai-nilai yang melegitimasi sistem sosial. Untuk
menjawab
pertanyaan
mengenai
besarnya
kekuatan
media
dalam
pembentukan pesan, para para peneliti mengelompokkannya kedalam empat fokus yang berbeda dimana pesan diproduksi dan wawasan terbentuk, yaitu:
Culture, Society and The Media
Page 2
1. Struktur lembaga dan hubungan peran 2. Ekonomi politik dari lembaga media 3. Ideologi professional dan praktek kerja 4. Interaksi lembaga media dengan lingkungan sosio-politik Kosa kata 'massa', 'media’ dan 'komunikasi' sering melibatkan asumsi tertentu mengenai sifat media, seperti proses mereka tergabung dan terkoneksi dengan proses sosial-politik. Istilah ‘massa’ misalnya, menyiratkan bahwa secara sosial penonton digolongkan oleh media, menurut jenis kelaminnya atau mungkin ras.
Culture, Society and The Media
Page 3
ANALISIS DATA
Dalam upaya menyikapi perkembangan pesat media massa yang dirasa saat ini, saya dan teman-teman kelompok mewawancarai Bapak Sahala –saat ini menjabat sebagai Dosen Jurusan Jurnalistik Fikom UNPAD– sebagai Pengamat Media dan Nandra Yudhadifa – Assistant Director Cinesurya Production– sebagai Praktisi media untuk mengetahui pendapat mereka mengenai perkembangan media massa di Indonesia saat ini. Dari hasil wawancara kami pun mendapatkan kesimpulan. Wawancara tersebut terbagi menjadi beberapa pembahasan, yaitu mengenai Media, Proses Produksi, Konten Media, Profesional Media, Audiens, dan Efek. Dalam hal Media, kedua orang yang kami wawancarai memiliki cara pandang yang sama mengenai media di Indonesia, yaitu keragaman media yang ada di Indonesia yang sangat luas dan sudah banyak berkembang. Kepemilikan media massa di Indonesia sangatlah beragam, maka dari itu siapa yang menguasai media massa, maka ialah yang akan menguasai pembentukan opini dalam sebuah Negara. Dilihat dari Proses Produksi, media massa lama masih menjaga kualitas isi dari informasi yang mereka sampaikan. Berbeda dengan media massa baru yang hanya menyampai kan isu-isu sensasional yang hanya memikirkan bagaimana cara menarik khalayak untuk tertarik menggunakan media massa baru itu. Tetapi mereka hanya membahas bagian luarnya tidak sampai ke titik permasalahannya ataupun solusinya. Sehingga informasi yang diberikan masih “menggantung”. Dari Konten Media. Media massa yang ada di Indonesia Kebanyakan hanya menyampaikan informasi-informasi yang sama di setiap medianya. Tidak ada berita yang menjadikan perbedaan, sehingga isinya hanya itu-itu saja sesuai dengan apa yang sedang hangat di bahas.
Culture, Society and The Media
Page 4
Profesionalisme Media di Indonesia mengikutsertakan pemilik media atau perusahaan menjadikan konten media yang ada di media tersebut harus sesuai dengan keinginan dari pemiliknya tersebut. Kepentingan politik menjadi lebih penting dibandingkan dengan berita yang ingin disampaikan. Audiens yang ada di Indonesia merupakan tipikal audiens yang pasif, yang hanya menerima begitu saja berita yang disampaikan, terutama audiens televisi. Hanya beberapa orang yang benar-benar memilih berita yang mereka anggap penting, itu juga tergantung dari tingkat pendidikan mereka. Audiens yang memiliki pendidikan yang tinggi dan melek media pasti akan lebih teliti dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan. Media yang menganggap masyarakat penting akan menyajikan berita yang memberikan efek positif, sedangkan media yang tidak menganggap masyarakat penting hanya memberikan berita ala kadarnya dan memberikan efek negatif. Karena efek yang ditimbulkan dari media itu sendiri berbeda-beda, dibutuhkan pengetahuan dalam pemilihan media tersebut sehingga tidak mendapatkan efek yang negatif.
Culture, Society and The Media
Page 5
KESIMPULAN
Pesatnya perkembangan media di Indonesia menjadi perhatian oleh berbagai pemerhati media massa. Saat ini di Indonesia ada 3 jenis media mainstream , yakni media cetak, media elektronik, dan media online. Peran media memang sangat berperan penting dalam memengaruhi pandangan dan perilaku masyarakat dalam kehidupan bermasayarakat. Pesatnya perkembangan media di Indonesia menjadi perhatian oleh berbagai pemerhati media massa. Media memang sangat berperan penting dalam memengaruhi pandangan dan perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Media cetak, elektronik, dan media online, semua itu ada di sekeliling kita dan mendominasi kehidupan kita. Media menjadi unsur yang sangat penting dalam pergaulan sosial masa kini. Kebudayaan masyarakat tidak terlepas dari media, dan budaya itu sendiri direpresentasikan dalam media. Namun, eksploitasi pers saat ini telah menuju ke arah penciptaan supremasi media yang mengancam keberadaan cara pandang objektif dan ruang publik. Media massa telah dijejali oleh berita-berita yang “menakutkan”, seperti kasus kekerasan, pencurian, pelecehan seksual, dan sebagainya. Oleh karena itu agar meminimalisir efek negatif dari sebuah media, sudah seharusnya kita sebagai audiens bersikap pintar dengan memilah informasi-informasi yang disajikan oleh media massa.
DAFTAR PUSTAKA
Gurevitch, M., Bennett, T., Curran, J., & Woollacott, J. (1982). Culture, society and the media. Retrieved from http://books.google.co.id/books?id=N8bboeJktz4C The Critical Thinking Community. (2011). Defining critical thinking. Retrieved from http://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766
Culture, Society and The Media
Page 6
View more...
Comments