Studi Islam di Dunia Islam

April 9, 2017 | Author: api-3785166 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Studi Islam di Dunia Islam...

Description

Studi Islam di Dunia Islam Studi Islam di Dunia Islam, pada dasarnya berbicara tentang studi Islam di kalangan Muslimin sendiri. Dalam hal ini paling tidak menangkut dua hal pokok, 1. metode studi dan 2. para pemikir [orang yang melakukan studi Islam itu sendiri] Untuk lebih sistematis berikut uraian studi tentang Islam, dengan aspek-aspeknya. Uraian ini di pisahkan dalam beberapa bagian Permulaan Islam Daulah Muawiyah Daulah Abbasiyah Daulah Mugholiyah Daulah Usmaniyah Jaman Islam Modern A. Permulaan Islam [awal Islam – Akhir Kekhalifahan] Pada Permulaan Islam pendidikan Islam dilakukan di Masjid-masjid atau di rumahrumah. Metode yang dipakai dalam fase ini adalah hafalan. Pada permulaan islam perkembangan Ilmu Pengetahuan dibagi menjadi 3. Pertama Gerakan Agama, menyangkut pembahasan tentang tafsir Quran, hadis, fiqh, akhlaq. Kedua Gerakan tarikh, merupakan Gerakan untuk mengumpulkan data-data sejarah, kisah dan riwayat hidup. Ketiga Gerakan Filsafat, merupakan gerakan dalam bidang mantiq, kimia, kedokteran dan ilmu lain yang berhubungan. Gerakan filsafat ini pada permulaan Islam tidak begitu meluas perkembangannya. Ilmu-ilmu dalam bidang ini berasal dari bangsa-bangsa lain [Romawi, Persia, Qaldan dan lain-lain]. Pada akhirnya ketiga gerakan ini saling berhubungan dan saling membutuhkan, ahli tafsir akan membutuhkan ahli sejarah untuk mengetahui kehidupan nabi dalan menafsirkan hadis serta untuk mengetahui sebab turunnya ayat begitu juga dengan ilmu lainnya. Pada awal perkembangan Islam ini ilmu pengetahuan berpusat di Makkah, Madinah, Basrah dan Kaufah [Irak], Damaskus [Syam], dan Fusthat [Mesir]. Satu hal yang penting pada masa ini untuk mengawali studi tentang Islam yang intensif adalah dengan dibukukannya Al Quran pada masa Khalifah Abu Bakar. Atas desakan Umar ibn Khattab maka Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk untuk membukukan Al Quran. Upaya ini berlanjut sampai dengan kekhalifahan Usman bin Affan., yang kemudian terbentuk musyaf Al Imam sejumlah 6 naskah yang ada di Kuffah. Basrah, Makkah, Syam, Madinah dan 1 naskah ada pada Khalifah Usman sendiri. Dalam ilmu tafsir, beberapa sahabat seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Masud dan Ubay bin Kaab menafsirkan Quran menurut apa yang mereka dengar dari Rosullullah saw. Para sahabat inilah yang dianggab sebagai pembina tafsir pertama dalam Islam, kemudian diikuti oleh tabiin seperti Said bin Jubair. B. Masa Daulah Amawiyah [41-132 H/656-750 M] Pada Zaman ini Mesjid tetap merupakan Pusat Kehidupan Ilmu. Ilmu-ilmu, terutama Ilmu agama diajarkan di masjid-masjid. Tokoh-tokoh dalam masa ini antara lain;

Abdullah bin Abbas, mengajarkan ilmu tafsir di pekarangan ka’bah. Rabiah mengajar di dalam masjid madinah Hasan Basri, mengajar dalam masjid Basrah Ja’far Shadiq, mengajar di masjid Madinah, mengajarkan ilmu Kimia. Dalam masa ini ilmu Islam, filsafat dan Terapan di kategorikan dalam ilmu baru [Al Adaabul Hadisah]. Pembidangan ilmu dalam periode ini di bagi menjadi 2 sebagai berikut: Al Adaabul hadisah [ilmu-ilmu baru], terbagi: a. Al-ulumul Islamiyah, diantaranya ilmu –ilmu Al Quran, hadis, Fiqh, Ulumul Lisaniyah, tarikh, dan Jughrafi. b. Al Ulumud Dakhiliyah, merupakan ilmu perlkuasan oleh kemajuan ilsam. Diantaranya thib [kedokteran], filsafat, ilmu pasti dan ilmu eksakta lainnya Al Adaabul Qadimah [ilmu-ilmu lama], merupakan ilmu-ilmu yang telah ada sejak masa Jahiliyah. Diantaranya syair, lughah, khithabah dan amsal. Masa daulah Abbasiyah (Abbasiyah 1 132-232 H/750-847M, Abbasiyah 2 232-334 H/847-946 M, Abbasiyah 3 334-467 H/946-1075 M, Abbasiyah 4 467-656 H/1075-1261 M) Jarji Zaidan menyatakan bahwa pada masa daulah Abbasiyah studi tentang islam mengalami kemajuan pesat. Ilmu fiqh dan hadis mengalami kematangan pada masa ini. Serta cabang ilmu Islam yang lain yang mengiringi filsafat. (Hasjimy, 1995) Pusat-pusat pendidikan yang ada pada jaman ini adalah ma’had [tempat belajar], seperti Kuttab [tempat belajar tingkat pendidikan rendah dan menengah], mesjid untuk pendidikan tinggi dan takhassus, majlis Munadharah tempat pertemuah ahli pikir, pujangga untuk membahas hal-hal ilmiah. Darul Hikmah yang didirikan Harun Al-Rasyid dan disempurnakan oleh Al Makmun, merupakan perpustakaan terbesar dilengkapi dengan ruang-ruang untuk belajar. Kemudian pada masa pemerintahannya [456-485 H] Perdana Menteri Nidhamul Mulk mendirikan sekolah dalam bentuknya seperti sekarang ini dengan nama Madrasah [1064 M menurut Azra dalam Nasution, 2004]. Madrasah ini meliputi pendidikan untuk tingkat rendah, menengah dan tinggi dalam segala bidang. Tokoh-tokon ilmuwan dalam studi Islam pada masa ini antara lain: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy, Abu Bakar Asam , Ibnu Jaru Al Asady [mufassir]. Imam Bukhary, Imam Muslim Ibnu Majah, Baihaqi, At-Tirmizi [Hadis], Al Asyari, Imam Ghazali, Washil ibn Atha [kalam], Shabuddin Sahrawardi, Al Qusyairi dan al Ghazali [tasawuf]. Pada jaman Abbasiyah ini pula di bukukan Ushul Fiqh dan lahirnya istilah-istilah Fiqh [sunnat, wajib]. Para Fuqaha [ahli hukum ]ternama yang masih dijadikan rujukan sampai sekarang juga lahir/mengembangkan ilmunya pada jaman ini. Antra lain Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad. Pada jaman ini pula lahir mahzab Syiah Zaidiyah dan Imamiyah. Perkembangan Al Ulumud Dhakhiliyah [ilmu perluasan oleh perkembangan ilmu Islam] juga mencatatkan sejarahnya pada masa ini. Sebuah buku kumpulan karangan dari anggota Ikhwanus Safa berjudul Rosail Ikhwanus Safa berhasil disusun. Isi dari buku ini

adalah filsafat Islam meliputi susunan, alam, rahasia langir bumi, bintang, ilmu hayat, ilmujiwa , ilmu pasti, musik, mantik, akhlaq dan lain-lain. Pengarang dari buku ini kebanyakan merupakan orang Mu’tazilah dan Ayiah ekstrim. Selain itu para ahli kedokteran bermunculan pada masa ini diantaranya Ibnu Sina [Avicenna], Ibnu Masiwaihi, Ibnu Sahal, dan Ali bin Abbas. Dalam ilmu yang lain ada Ibnu baitar [farmasi dan kimia], jabir Batany [falak dan nujum], Tsabit bin Qurrah alHirany [ilmu pasti/riyadhiyaat], Ibnu Sa’ad [sejarah], Syarif Idrisy [jughrafi/geografi], Pada masa akhir Daulah Abbasiyah disusunlah buku Al-Mausu’at. Buku ini berisi bermacam-macam ilmu sehingga mirip ensiklopedi. C. Masa Daulah Mugoliyah 659-925 H/1261-1520 M, Dalam amsa ini studi Islam tidak begitu berkembang. Pada ilmuwan kebanyakan hanya memberikan syarah [penjelas] atas ilmu-ilmu atau kitab-kitab fiqh yang telah ada sebelumnya. Namun demikian tak sedikit pula ilmuwan-ilmuwan yang menmpelajari berbagai disiplin ilmu (studi Quran, hadis, Tasawuf, Thib, ilmu Pasti bahkan ilmu teknik) yang muncul. Bahkan pada masa ini merupakan matangnya ilmu sosiologi, ditandai dengan munculnya Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun (1332-1406 M) D. Masa Daulah Usmaniyah 925-1213 H/1520-1801 M Setelah sekian lama tidak ada pemikir Islam yang mumpuni akhirnya pada masa ini lahir Muhammad bi Abdul Wahhab (1116-1206 H), yang dianggap membawa perubahan besar dalam dunia Islam. Pada masa ini juga lahir para ahli-ahli hadis (Abdurrauf al Manawy), tasawuf (Abdul Wahab Sya’rany), filsafat (Ash Shadar bin Abdurrahman al Akhdary), sejarah (Syamsuddin Syamy) Daftar Pustaka Encarta Encyclopedia 2005. Microsoft, 2004 Hasjimy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1995 Nasution, Khoiruddin. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Academia+Tazakka, 2004 http://purwoko.staff.ugm.ac.id/blog/?p=26 Taj Mahal, di Agra, India Sumbangan Peradaban Islam 17 Maret 2004

TAJ MAHAL yang di dalamnya berdiri bangunan masjid, satu dari tujuh keajaibah dunia. Bangunan indah dan megah itu sumbangan peradaban masyarakat muslim, sebuah karya arsitektur yang sangat tinggi. Hal itu merepresentasikan

kemajuan masyarakat muslim pada zamannya, menunjukkan kepada dunia betapa peradaban masyarakat muslim sudah sedemikian maju. Taj Mahal yang dibangun Syah Jehan Raja Mogul V untuk menghormati istrinya Arjuman Banu Begum atau Mumtaz Mahal, terletak di pinggir Sungai Yamuna, Agra, India sekitar 190 kilometer dari New Delhi. Istana pilihan yang di dalamnya terdapat makam mulai dibangun tahun 1632 dengan mempekerjakan 20.000 orang, total biaya mencapai 40 juta rupee. Bangunan inti selesai tahun 1643 dan secara keseluruhan selesai tahun 1654. Taj Mahal menjadi lambang kejayaan Dinasti Mogul, stabilitas di tengah penduduk yang majemuk namun kepemimpinan raja bijak, meski menganut ajaran Islam tapi tetap memberikan hak hidup terhadap beragam agama dan keyakinan. Syah Jehan mewarisi kebijakan pendahulunya dalam kepemimpinan sehingga tampil sebagai pemimpin yang sukses. Taj Mahal merupakan gabungan berbagai arsitektur yang berkembang zaman itu, perpaduan karya arsitek terkemuka yang mengadopsi corak bangunan dari India, Pesia dan Asia Tengah. Konsultan pembangunan didatangkan dari Turki, ustadz Isa seorang arsitek terkemuka ketika itu. Sebuah kerja yang mengagumkan sehingga mendatangkan kekaguman di sepanjang zaman melintasi batas ruang dan waktu. Kompleks Taj Mahal berbentuk bujur sangkar, membujur dari utara ke selatan terdiri tiga bagian. Di tengah terdapat taman bungan dengan kolam air mancur yang sangat menawan. Antara satu bagian dengan lainnya dibatasi bidang empat persegi panjang. Pintu gerbang di bagian selatan dan mausoleum sebagai bangunan utama dilingkupi dua bangunan simetris. Di bagian barat terdapat masjid dan timur ruang jawaban. Mausoleum berbentuk segi delapan dan di atasnya ditutup kubah, tinggi bangunan tujuh meter dan puncak kubahnya mencapai 26 meter. Dinding bagian dalam dilapisi batu pualam warna kemerah-merahan dan di bagian luar sudut-sudutnya terdapat menara yang menjulang tinggi. Bangunan masjid dan ruang jawaban dibuat menghadap mausoleum, bahan bangunan untuk masjid terdiri pasir dan marmer yang disusun sesuai keindahan dekoratif. Masjid di bagian dalam Taj Mahal hingga sekarang masih digunakan masyarakat muslim untuk menunaikan shalat Jumat. India yang berpenduduk 871 juta jiwa (tahun 1990), sebanyak 11,4% menganut ajaran Islam. Di sepanjang sejarahnya masyarakat muslim India meski merupakan kelompok minoritas, namun memberikan sumbangan peradaban yang sangat berarti bagi dunia. Peranannya dapat dilihat dari beberapa sejak sebelum Kerajaan Mogul, masa kekuasaan Kerajaan Mogul, masa penjajahan Inggris dan masa kontemporer hingga sekarang. Masyarakat muslim mulai masuk anak benua India sejak abad pertama hijriyah berlangsung secara bergelombang, orang-orang Arab masuk sekitar abad kedelapan, orang-orang Turki mulai masuk abad keduabelas dan orang-orang Afghan masuk abad keenambelas. Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan ekspedisi pada tahun 643, sepeninggal khalifah orang-orang Arab membuka jalan dengan menguasai Bakra di Baluchistan. Pada masa Bani Umayyah di bawah panglima Muhammad bin Qasim melanjutkan ekspedisi dan menguasai Sind dan mulai tahun 871 kaum muslimin mulai menetap di sana. Mahmud Gaznawi tahun 1020 mengembangkan pengaruhnya dan mampu mengajak raja-raja setempat dalam Islam. Sepeninggal Mahmud Gaznawi muncul dinasti kecil seperti Mamluk, Khalji, Tugluq dan terakhir dinasti Lody yang didirikan Bahlul Khan Lody. Ketika terjadi kekacauan di negerinya, raja mengundang Zahiruddin Muhammad Babur dari Kabul yang di kemudian hari berhasil mendirikan Kerajaan Mogul tahun 1526. Sepeninggal Babur Mogul dipimpin putranya Humayun namun kalah menghadapi Bahadur Syah dari Gujarat, baru 15 tahun kembali berkuasa dan meninggal dunia setahun kemudian. Akbar Khan menggantikan dan memerintah 49 tahun sehingga puncak masa kejayaan dapat diraih setelah berhasil mempersatukan daerah, golongan dan agama di India. Mogul di masa jayanya berhasil membangun peradaban bahkan menjadi negara adikuasa dengan menguasai beberapa wilayah. Luasnya membentang meliputi Kabul, Lahore, Multan, Gujarat, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Melwa, Bihar, Bengal, Kandes, Berar, Ahmadnagar, Ousra, Bajipur, Galkanda, Tajore dan Trichinopoli. Dalam bidang ekonomi umat Islam di Mogul berhasil mengekspor sejumlah produk ke Eropa. Sedang dalam bidang pendidikan dan ilmu Mogul berhasil mencapai prestasi cemerlang. Mereka membangun masjid, madrasah dan perpustakaan. Pengajaran terdiri berbagai ilmu seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik dan matematika. Di masdrasah pelajaran meliputi ilmu tafsir, hadis, fiqih. Sedang perpustakaan di Agra mengoleksi lebih 24 ribu buku. Sekolah tinggi terkemuka dibangun pada masa itu. Dalam bidang arsitektur berkembang sangat mengagumkan, banyak bangunan indah yang dihasilkan pada masa pemerintahan Mogul. Benteng Merah menjadi salah satu bangunan megah, selain bangunan masjid, istana dan makam para pembesar kerajaan. Puncak karya arsitektur paling tinggi ketika itu yang dapat disaksikan hingga hari ini adalah Taj Mahal. Sepeninggal Aurangzeb tahun 1707 Mogul mengalami masa surut sangat cepat, banyak peperangan dan persaingan dari dalam istana sehingga menjadikan musuh-musuh mengincar. Kaum penjajah dari Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda dan Portugis mulai mencapkan pengaruhnya di India. Sisa-sisa bangsawan Islam berjuang melawan pendudukan bangsa asing, namun mengalami kegagalan sehingga Inggris menancapkan kuku kekuasaannya di India. Meski di bawah kekuasaan penjajahan Inggris, namun muncul pemikiran dari tokoh-tokoh masyarakat muslim untuk memperjuangkan kemajuan umat Islam. Pembaruan pemikiran, pemurnian ajaran Islam dan gagasan untuk melepaskan dari kaum penjajah terus berlangsung. Syah Waliullah, Sayid Ahmad Khan, Sayid Amir Ali, Muhammad Iqbal, Mohammad Ali Jinah, Abdul Kalam Azad dan sejumlah tokoh lain membangkitkan umat Islam India dan Pakistan. Pada 15 Agustus 1947 India dan Pakistan merdeka dari Inggris menjadi negara republik. Konstitusi India menjamin hak dasar warga negara yakni persamaan, kebebasan, menentang pemerasan, kebebasan beragama, hak budaya dan pendidikan, hak atas perbaikan konstitusional. Sejak saat itu masyarakat muslim minoritas memperoleh haknya, berkembang dan hidup berdampingan sebagai warga negara.

http://www.yamp.or.id/viewnews.php?id=46

Mohon maaf atas kinerja server beberapa hari ini, server baru sudah kami order dan akan siap dalam 1-2 minggu.

USERID

FREE [email protected]

InRealLife View Public Profile Find More Posts by InRealLife 10-07-2006, 09:56 AM Ace_combat kaskus addict

#7 Kalo Sikh itu apa ya

Join Date: Mar 2006 Location: Indonesia Posts: 3,030 UserID: 151832

Ace_combat View Public Profile Find More Posts by Ace_combat 10-07-2006, 02:28 PM Kastor kaskus maniac Join Date: May 2005 Location: http://myoriginality.multiply.com/photos/album/4 Posts: 7,936 UserID: 82795

#8 Quote: Originally Posted by InRealLife sekalian... Kalo cerita Ramayana & Mahabharata itu asli ada di sejarah India nggak, dan kalau asli, zaman kapan kira-kira terjadinya? Tidak, itu cuma Epos saja.............. Makanya tidak akan ada yang tau, kapan tepatnya Tapi pas masuk dan diserap masyarakat Jawa, mereka merepresentasikan setting Ramayana, langsung dengan daerah2 di pulau Jawa. Misal : Goa Kiskenda itu di

Pakistan Dalam Kemelut Berkepanjangan DUA kali usaha pembunuhan dalam tempo sebelas hari terhadap seorang presiden, bukan main-main. Sangat serius dan pasti punya latar belakang yang sangat serius pula. Hal itu terjadi di Pakistan, Desember 2003. Presiden Pakistan, Jenderal Pervez Musharraf, diancam bom berkekuatan besar. Pertama, bom meledak di sebuah jembatan Kota Rawalphindi, beberapa menit setelah rombongan presiden lewat di tempat itu. Jembatan hancur lebur, namun tidak ada korban jiwa. Kedua, dua pelaku bom bunuh diri secara nekat menerobos rombongan presiden yang akan pulang ke kediamannya di Rawalphindi. Sebanyak 14 nyawa melayang, terdiri atas dua polisi pengawal, selebihnya para pejalan kaki dan orang-orang yang sedang membeli BBM. Para ahli militer menyatakan, pada peristiwa pertama, bom meledak lebih lambat karena mobil yang digunakan Presiden Musharraf menggunakan alat pengacau radar. Pada peristiwa kedua, Musharraf selamat berkat kesigapan para pengawal. Tidak ada yang mengatakan bahwa Presiden Musharraf masih dilindu-ngi Allah SWT, yang nilainya tentu sangat tinggi dan lebih penting daripada sekadar alat pengacau radar atau kehebatan barisan pe-ngawal. Hingga sekarang, belum diketahui kelompok mana yang begitu bernafsu menghilangkan nyawa Presiden Pakistan tersebut. Apakah dari kelompok-kelompok oposisi setempat yang tidak puas atas kinerja pemerintahan Musharraf? Atau kelompok-kelompok luar -terutama sisa-sisa Milisi Thaliban Afga-nistan dan para simpatisannya di Pakistan-- yang merasa sakit hati terhadap sikap Musharraf yang mendukung penuh Amerika Serikat dalam menghancurkan rezim Thaliban dan seluruh Afga-nistan, selama akhir musim dingin tahun 2002. Bahkan tak tertutup kemungkinan adanya keterlibatan konspirasi internasional, yang merasa tak puas hanya "mendapatkan" Afganistan dan Irak, lalu menginginkan Pakistan dan Iran jatuh pula ke cengkeramannya. Rencana pembunuhan terhadap presiden, merupakan rangkaian panjang kemelut di Pakistan, hingga saat ini. Rentang masa enam bulan yang nyaris tak teratasi. Berbagai peristiwa kekerasan selama setengah tahun itu, terus berlangsung di sana. Termasuk konflik Sunni-Syi'ah dan pertempuran melawan gerilyawan Al-Qaeda dan eks Thaliban, Sabtu (12/6). ”Perang peradaban” Hamparan bumi bagian barat Asia Selatan, yang terdiri atas Pakistan, Afganistan, dan Iran, plus Irak di Timur Tengah bagian timur, merupakan bentangan kawasan yang menggiurkan bagi konspirasi internasional untuk menangguk keuntungan besar-besaran. Keuntungan material berupa sumber daya mineral, dan keuntungan moral berupa penaklukan wilayah Islam dan umat Islam dalam kerangka "Perang Peradaban". Inggris telah merasakan nikmatnya bercokol di Asia Selatan, tatkala menguasai bumi India selama dua abad (sejak akhir 1700-an). Melalui The East India Company (Kongsi India Timur), Inggris mengeruk kekayaan alam Asia Selatan dan Timur Tengah sepuas-

puasnya, seraya menancapkan pengaruh budaya Anglo Saxon hingga ke urat dan akar kehidupan penduduk setempat sehingga India digelari The Jewelry of Great Britain Crown (inti pada permata mahkota Inggris Raya). Di balik upaya pembunuhan Presiden Musharraf dan pengacauan keamanan Pakistan yang begitu amat berantai, tak mustahil bersembunyi rencana dan kekuatan baru yang ingin mencicipi keberhasilan Inggris tempo dulu. Sejenis reinkarnasi imperialiskolonialis, yang tak lagi dilakukan langsung oleh Inggris, sebagaimana terjadi di Afganistan (2002) dan Irak (2003). Tetapi sejauh ini, sinyalemen pihak-pihak berwenang Pakistan baru menyebutkan, kelompok terorislah yang akan membunuh Presiden Pakistan hingga dua kali berturutturut pada akhir tahun 2003 itu, dan sisa-sisa Thaliban serta Al-Qaeda yang ikut merongrong keadaan. Risiko negara Islam Pakistan mendapat kemerdekaan dari Inggris, 14 Agustus 1947, dengan nama Islam-i Jumhuriya-e Pakistan (Republik Islam Pakistan). Memiliki arti dan peran penting dalam perkembangan sejarah Islam modern. Sejak perjuangan awal mendirikan negara Islam yang terpisah dari India, hingga terbentuk sebuah negara merdeka, Pakistan telah menyumbangkan banyak jasa bagi Islam dan umat Islam masa kini. Bagi masyarakat Pakistan, Islam bukan sesuatu yang asing. Sejak zaman pemerintahan Sultan al Walid I (705-715), para pendakwah Islam sudah me- lakukan ekspedisi dan penyiaran Islam ke seluruh Pakistan yang waktu itu mayoritas beragama Budha. Namun, pengislaman sesungguhnya baru terjadi pada zaman Sultan Mahmud al Gaznawi (9711030), yang berpusat di Kota Gazni, Afganistan. Dan semakin mantap pada zaman Dinasti Mogul berkuasa di India (1526-1858). Umat Islam India merupakan minoritas amat lemah, di tengah mayoritas Hindu dan kekuasan politik serta militer Inggris. Maka muncullah gagasan membuat negara tersendiri bagi umat Islam. Gagasan yang diprakarsai Sir Sayid Ahmad Khan (l8171898), kemudian berkembang luas menjadi cita-cita perjuangan, segera dirumuskan oleh Sir Muhammad Iqbal (1873-1938) melalui organisasi "Liga Muslim India". Akhirnya direalisasikan oleh Muhammad Ali Jinnah, yang diangkat menjadi Qaid-i Azam (Pemimpin Besar) sekaligus Presiden pertama Republik Islam Pakistan. Gangguan tak henti menghadang pertumbuhan negara yang sedang berjuang menerapkan syari'ah (hukum Islam) berdasarkan Alquran dan Sunnah, yang mengakomodasi demokrasi, HAM, toleransi, dan keadilan sosial tersebut. Mayoritas negara-negara anggota PBB rata-rata "gentar" menyaksikan kemajuan Pakistan di bidang penerapan syari'ah dan pengembangan ilmu pengetahuan modern. Puncak kekhawatiran itu, berubah menjadi ketakutan dan berujung kepada persekongkolan untuk memecah belah. Tahun 1971 timbul perang saudara antara Pakistan Barat yang dipimpin Presiden Yahya Khan dan Pakistan Timur yang dipimpin Mujibur Rahman. Dengan bantuan penuh India,

serta kelompok persekongkolan lainnya, Pakistan Timur berhasil melepaskan diri dari Republik Islam Pakistan. Berdirilah Republik Bangladesh. Republik Islam Pakistan kehilangan satu sayap terpenting, berupa penyusutan wilayah geografis. Setelah tragedi perpecahan Pakistan Barat-Pakistan Timur, Republik Islam Pakistan tetap selalu dirundung masalah. Selain sengketa abadi dengan India, baik mengenai perbatasan maupun "kepemilikan" Khasmir, juga sengketa internal yang senantiasa mengguncang sendi-sendi pemerintahan. Tahun 1974, Jenderal Yahya Khan dikudeta oleh Jenderal Zulfikar Ali Butho. Juli 1977, Jenderal Ziaul Haq mengambil alih kekuasaan. Ali Butho dihukum gantung (4 April 1979). Pemerintah Ziaul Haq memberi dukungan penuh kepada Mujahidin Afganistan, yang sedang berjuang melawan invasi militer Uni Soviet (1979-1989). Namun tahun 1988, Ziaul Haq tewas, ketika helikopter yang ditumpanginya bersama Dubes Amerika Serikat di Pakistan, meledak. Kekuasan berpindah. Hingga muncul Benazir Butho, putri mendiang Zulfikar Ali Butho, merebut takhta Perdana Menteri. Hanya bertahan dua tahun. Tahun 1990, Benazir lengser karena dituduh korupsi. Digantikan Nawaz Sharif, seorang pengikut setia Ziaul Haq. Sejak itu, pemerintahan Pakistan tak pernah stabil. Serangan AS ke Afganistan awal 2002, membawa pengaruh luar biasa terhadap Pakistan. Peran Pakistan membesarkan Milisi Thaliban, hingga mampu mendirikan pemerintahan Islam di Afganistan tahun 1996, berubah drastis setelah mendapat tekanan keras AS. Pakistan balik membantu AS menghancurkan Milisi Thaliban. Presiden Pervez Musharraf berperan besar dalam perubahan sikap itu. Dari uraian di atas, dapat ditarik "benang merah" instabilitas Pakistan yang tercermin dari dua kali percobaan pembunuhan terhadap presiden hanya dalam waktu sebelas hari, konflik internal antarmazhab agama, serta konflik bersenjata melawan pemberontak. Mungkinkah pihak Thaliban ingin melampiaskan dendam? Mungkinkah pula kalangan internal yang membenci arah politik Musharraf? Atau konspirasi internasional yang tak puas atas "pelayanan" Pakistan dalam memerangi "terorisme", terutama dalam menangkap Osama bin Laden? Siapa pun dapat menjadi tersangka. Namun yang jelas, Pa-kistan adalah ladang garapan yang menggiurkan, baik bagi pencari untung material, maupun bagi petualang politik, ideologi, dan militer. Pakistan adalah negara Islam yang telah menyumbangkan putraputra terbaiknya bagi sejarah peradaban umat manusia. Sebut saja nama Iqbal, penyair, filsuf, pemikir, dan negarawan yang sangat Islami, yang karya-karyanya selalu dikaji dan dikenang sepanjang zaman. Atau Maulana Maududi, pemikir sekaligus praktisi politik Islam kontemporer (1903-1979), pendiri partai "Jamiat Islami" yang sangat berpengaruh hingga ke luar negeri. Atau MM Syarif (1893-1965), pendiri Pakistan Philosophical Congress dan editor buku sejarah filsafat Islam History of Muslim Philosophy, serta banyak lagi. Dan tak mungkin terlupakan nama Dr. Abdus Salam (lahir 1926), sarjana Islam ahli nuklir pertama, penerima hadiah Nobel bidang fisika (1979).

Ditinjau dari aspek historis, kekayaan sumber daya alam, kekuatan sumber daya manusia, dan wujudnya sebagai negara Islam, Pakistan jelas lebih "berharga" daripada Afganistan, bahkan Irak. (H. Usep Romli HM)*** http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0604/28/0803.htm

Terbelenggu Rezim Berkuasa, Penderitaan Umat Muslim Uzbekistan tak Pernah Reda BUKU-buku geografi Islam klasik mengibaratkan Uzbekistan sebagai sebuah mutiara dalam untaian mutiara-mutiara dari timur (al jauhar fil jawahirul masyrik). Karena, bersama kawasan yang sekarang bernama Tajikistan, Turkmenistan, Kazakhstan, dan Kirgiztan, Uzbekstan merupakan "hiasan" indah bagi perkembangan sejarah umat dan agama Islam selama berabad-abad. Di kawasan Uzbekistan sekarang pernah berjaya kerajaan Islam termasyhur, yang dibangun oleh bangsa Mongolia yaitu Dinasti Timurid (1370-1506), yang disebut "Penguasa-Penguasa Agung Samarkand" (al Akbarus Salatinus Samarkandi). Pendiri Dinasti Timurid adalah Timur Leng, yang pernah melakukan ekspansi hingga ke Asia Barat, sebelum menjadikan Samarkand sebagai pusat pemerintahannya. Penulis kitab hadis Di Uzbekistan pula lahir Zhahiruddin Muhammad Babur (1483-1530), yang berhasil mendirikan Dinasti Mughal atau Mogul (1526-1858), kerajaan Islam paling terkenal sekaligus terakhir di India. Di antara mutiara-mutiara paling berkilau itu adalah Muhammad Ismail al Bukhari (810870). Lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari, ulama ahli hadis, penulis kitab hadis "al Jamius Sahih" (kumpulan hadis). Para ulama Islam, sejak dulu hingga sekarang sepakat bahwa hadits (ucapan dan tindakan) Nabi Muhammad saw. yang dikumpulkan Imam Bukhari benar-benar paling sahih. Beliau dilahirkan di Kota Bukhara, 60 km sebelah barat Samarkand, dan dimakamkan di kota kecil Khartanak, antara Samarkand dan Bukhara. Hingga sekarang, makam Imam Bukhari sering diziarahi orang-orang yang berkunjung ke Uzbekistan. Samarkand dan Bukhara merupakan dua kota kuno di Uzbekistan yang selalu dicatat dalam helai-helai buku sejarah. Selain itu, ada satu kota lagi, dan dianggap kota tertua di dunia di samping Jericho (Palestina). Yaitu Kiva, sebelah barat laut Bukhara, dekat perbatasan dengan Turkmenistan. Baik di Samarkand, Bukhara, maupun Kiva, terdapat banyak sekali peninggalan sejarah Islam sejak abad 10 hingga abad 19, yang menjadi daya tarik wisata internasional, karena keunikan dan keindahan arsitekurnya. Di Samarkand antara lain terdapat mausoleum Gurri Emir tempat pemakaman Timur Leng beserta dua putranya, Khalil Miransyah dan Shah Rukh, serta dua cucunya, Muhammad Sultan dan Ulug Begh. Masjid Jami Bibi Hanoum yang berdampingan

dengan lokasi makam Bibi Hanoum, istri Timur Leng, yang dibangun tahun 1399-1403. Kompleks pemakaman Shahi Zinda, tempat dimakamkan Syekh Kusam ibnu Abba, seorang imam pertama di Asia Tengah, yang dianggap wali suci. Juga beberapa madrasah, seperti Ulug Begh, Till Kari, Shir Dor, dan sebagainya. Monumen Islam Di Kota Kiva terdapat masjid-masjid, menara-menara, dan monumen-monumen khas Islam abad pertengahan, yang menonjolkan corak kubistik dengan warna biru laut mencolok. Yang terkenal adalah masjid dan musoleum Pahlavan Mahmud (1830). Di Kota Bukhara terdapat Menara Kalyan, berusia 1.000 tahun. Selain berfungsi sebagai tempat mengumandangkan azan, menara itu merupakan pos jaga dan observatorium. Para ahli astronomi dari seluruh dunia, sering menggunakan menara itu untuk mengamati benda-benda langit. Di bawah menara terdapat madrasah "Mir Arab" yang dibangun tahun 1530-1536. Tak jauh dari madrasah itu, berdiri megah masjid "Tagban Bafon" buatan tahun 1600-an. Ada pula mausoleum Ismail Samani, salah seorang raja Dinasti Samaniyah (819-1005), benteng Arkiyah yang mengitari sebagian Kota Bukhara. Dengan kekayaan monumental tak terbilang, dan sejarah kekuasaan yang cukup panjang, umat Islam di seluruh Asia Tengah, seharusnya menikmati udara kebebasan yang amat sedap. Namun, kenyataan berbicara lain. Kawasan Lembah Fergana, yang dinamakan Turkistan, yang luas dan subur, karena berada dalam apitan dua sungai (ma wara'un nahar), masing-masing Sungai Syrdaria (Jihun) dan Sungai Amudarya (Oksus), dipecahpecah menjadi beberapa negara kecil. Uzbekistan termasuk pecahan itu, bersama Turkmenistan, Kirgiztan, Tajikistan, dan Kazakstan, di bagian barat, masuk ke dalam cengkeraman Rusia (Uni Soviet). Sedangkan Turkistan bagian timur dicaplok Cina, dijadikan Provinsi Sinkiang, sejak tahun 1930. Tertindas Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim di bawah kekuasaan Uni Soviet yang tirani dan komunis, rakyat Uzbekistan mengalami derita luar biasa. Kota Bukhara dapat dijadikan contoh penindasan rezim komunis terhadap umat Islam Uzbekistan. Kota yang oleh umat Islam setempat disebut ash sharif (mulia) dan mukarrimah (terpuja), benarbenar dihancurleburkan secara fisik dan mental. Dari 109 madrasah dan 365 masjid yang tersisa akibat embusan Perang Dunia I (1914-1918), hanya tinggal satu dua buah saja pada zaman kekuasaan Uni Soviet (sejak 1922). Antara lain madrasah "Mirr Arab" dan Masjid Kalyan sekadar pajangan untuk mengelabui pengunjung mancanegara, bahwa rezim komunis menoleransi kehidupan beragama. Tetapi, menurut Walter Kolarz, penulis buku Communism and Colonialism (1964), rasa jijik dan kecurigaan pemerintah Uni Soviet terhadap tradisi dan perasaan nasional Uzbekistan, sangat besar. Mereka melampiaskannya melalui pemberian nama-nama jalan

di Kota Bukhara. Masih dapat dianggap wajar jika nama-nama tokoh Uni Soviet yang dipajang, seperti Kalinin, Ordzhonikidze, Kirov, Zdanonv, Mikoyan atau Sverdlonov, Pushkin, Gogol, Lermontov, Mayakovski, Nikolai Tikhonor atau Maxim Gorky. Atau tokoh-tokoh komunis internasional, seperti Karl Marx, Klara Zetkin, Ernest Thaelmart (komunis Jerman), atau Marat (komunis dan seorang tokoh Revolusi Prancis). Yang sangat menyakitkan, rezim Uni Soviet memberi nama jalan protokol di Kota Bukhara "Berzbozhnaya" yang artinya "Tidak Bertuhan". Harapan Ketika Uni Soviet runtuh (1990), akibat politik glasnos (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi) yang dijalankan Presiden Mikhail Gorbachev, Uzbekistan (bersama negara-negara Asia Tengah lain) menyatakan merdeka. Republik Sosialis Soviet Uzbek berubah menjadi Republik Uzbekistan (31 Agustus 1991). Islam Karimov, mantan Sekretaris Partai Komunis Uzbekistan era Uni Soviet, dipercaya menjadi presiden. Rakyat Uzbekistan menaruh harapan baru bersama negara dan pemerintahan baru untuk menuju hidup bebas merdeka. Termasuk dalam menjalankan syariat agama. Ternyata harapan itu meleset. Jika pemerintah Moskow segera melepaskan sistem komunisme, dan perlahan-lahan menuju demokratisasi, Islam Karimov sebaliknya. Ia malah memperkeras sikap terhadap umat Islam, bahkan lebih keras lagi daripada rezim Moskow mana pun, sejak era Stalin hingga Gorbachev. Begitu berkuasa, Karimov langsung menangkapi tokoh-tokoh oposisi. Kelompok Islam "Hizbut Tahrir (HT)" menjadi sasaran utama Karimov. Ia melarang organisasi itu, dan menjebloskan tokohtokohnya ke penjara. Sebagian tokoh HT melarikan diri ke negara tetangga Kirgiztan, sebagian lagi ke Eropa. Ia juga menjalankan praktik KKN. Putrinya, Gulnara, menguasai jaringan bisnis hasil bumi, operator ponsel, kelab-kelab malam, dan pabrik semen. Huru-hara di Kota Andijan 13 Mei lalu, yang menewaskan sekira 700 orang, diduga keras akibat kegiatan para pebisnis setempat mengganggu stabilitas bisnis Gulnara. Untuk memperkuat kedudukan, Karimov menggelar beberapa kali referendum yang dicurigai penuh kecurangan. Referendum Januari 2000 menempatkan Karimov di kursi kekuasaan hingga tahun 2007. Sekutu AS Kedekatannya dengan Presiden AS George W. Bush membuat Islam Karimov sulit digoyahkan. Salah satu kekaguman Bush adalah keberanian Karimov memenjarakan 6.000 aktivis Islam dengan tuduhan terlibat terorisme, serta memberi izin AS membuat pangkalan militer untuk menyerang Afganistan tahun 2002. Dari Presiden Rusia Vladimir Putin, Karimov juga mendapat pujian, karena telah berhasil mencegah militan Afganistan melintasi Uzbekistan untuk memperkuat gerilyawan Chechnya.

Duta Besar Inggris untuk Uzbekistan (2003), Craig Murray, pernah melaporkan tentang praktik penyiksaan terhadap tahanan Islam militan di penjara-penjara Uzbekistan. Tetapi, laporan itu ditanggapi dingin oleh London. Sekarang, dunia internasional telah menyaksikan kekejaman rezim Islam Karimov. Hampir seribu nyawa melayang akibat tembakan pasukan militer. Ribuan lagi mendekam di ruang-ruang penjara. Peristiwa tragis ini seharusnya mendorong perubahan kekuasaan, seperti terjadi di bekas-bekas negara Soviet lainnya (Georgia, Ukraina, dan Kirgiztan). Kekuasan tirani tumbang akibat tindakan mereka menyakiti rakyat. Namun bagi Uzbekistan tampaknya tak akan berpengaruh. Dukungan AS dan Rusia kepada Islam Karimov cukup kuat. Sehingga rakyat Uzbekistan -- mayoritas Muslim -harus tetap bertahan di bawah kezaliman penguasa. Sejak zaman komunis Lenin dan Stalin, hingga zaman kemerdekaan di bawah Islam Karimov, rakyat Uzbekistan tak pernah mengalami perubahan apa-apa. Di bidang ekonomi tak ada kemajuan, walaupun Lembah Fergana dan Kota Andijan merupakan pusat penghasil kapas terbaik dan terbesar di dunia, dan kota-kota lain menjadi pusat tujuan wisata dunia. Sistem pemerintahan pun tak berubah. Tetap otoriter dan tirani. Rezim komunisme Uni Soviet memang bisa tumbang di Moskow, tetapi tidak di Uzbekistan. (H. Usep Romli H.M. Penulis pernah bertugas jurnalistik ke Asia Tengah Agustus 2000)*** http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0505/22/09.htm

Mayapada Prana] PERKAWINAN BEDA AGAMA (PBA) si Brewok Thu, 23 Mar 2006 19:24:07 -0800 11 PEBRUARI 2006 - PERKAWINAN BEDA AGAMA (PBA) Perkawinan Beda Agama (PBA) – 11 Pebruari 2006 Bagi Ustadz Zainun Kamal, hanya ada satu agama yang ada sejak umat manusia dilahirkan seperti yang tertulis di Al-quran : Innaddiina 'inda Allah Il Islam. Kata addiin berarti singular, bukan majemuk (addiian). Istilah Nabi sendiri adalah menganggap dirinya sendiri sebagai satu batu yang masih tersisa dalam satu bangunan utuh yang tersusun oleh Nabi-Nabi sebelum dirinya. Dan kata Islam adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang berarti pasrah. Jadi siapapun yang sudah mempasrahkan dirinya pada Yang Maha Mutlak, maka orang itu otomatis sudah beragama "Islam." Maka dalam kehidupan beragama sudah semestinya tidak ada yang perlu dipertentangkan kecuali bagi yang membawa 'vested-interest' pribadi maupun kelompok tertentu. Demikian sedikit uraian Ustadz Zainun Kamal dari Paramadina, yang menjadi pembicara pertama dalam Diskusi Bulanan NIM pertama di tahun 2006 ini, yang bertema : "Perkawinan Beda Agama." Selain itu, Mas Ahmad Nurcholish yang aktif di Lembaga Inter-Faith seperti

Indonesian Conference On Religion and Peace (ICRP) juga berkenan membagi pengalamannya dalam melakukan sebuah "eksperimentasi" yang ingin beliau buktikan sendiri dengan menikah beda agama bersama sang istri tercinta, Ang Mei Yong, yang beragama Konghucu. Diskusi ini sendiri berlangsung di One Earth, Ciawi pada hari Sabtu, 11 Pebruari 2006, pukul 16:00 WIB. Dua pilar agama yang harus dipunyai seorang beragama, menurut Bapak Zainun Kamal, adalah (1) Percaya Kepada Tuhan, dan (2) Percaya Pada Hari Akhir. Ke-2 pilar ini akan berimplikasi pada kemanusiaan. Jadi agama yang tidak membawa manusia pada kemanusiaan--nya bukanlah agama. Dan tidak ada alasan bagi agama untuk saling bertentangan satu sama lain termasuk mempertentangkan Perkawinan Beda Agama (PBA). Menurut beliau, tidak ada satu ayat dalam Al-Quran pun yang melarang PBA, kecuali perkawinan seorang muslim dengan seorang musyrik seperti tertera dalam surat Al-Baqarah 221. Musyrik di sini semestinya tidak diartikan sebagai seorang yang beragama formal nonmuslim, melainkan orang yang tidak percaya pada seorang nabi manapun ataupun kitab suci manapun. Bahkan anak Nabi sendiri yang berasal dari istri Siti Khadijjah, yaitu : Zaenab menikah dengan seorang non-muslim, serta ikut berperang melawan Nabi. Permusuhan dan kebencian dari kaum yang memerangi dan melawan terhadap Nabi secara terus menerus ini, yang membuat adanya larangan menikah dengan orang-orang dari kaum Musyrik pada saat itu. Sahabat Nabi seperti Utsman bin Affan pun menikahi wanita Nasrani pada zaman Nabi. Ketika ditanya oleh Malfiro, seorang aktivis NU, tentang Al-Quran hanya memperbolehkan seorang laki-laki muslim untuk menikah dengan wanita (dari golongan) ahli kitab, Bapak Zainun Kamal menegaskan kembali bahwa surat Al-Maidah ayat 5 itu secara eksplisit tidak melarang PBA. Penafsiran dan pemahaman oleh para ulama sendiri lah yang mengarahkan seakan-akan surat itu melarang PBA dalam ke-islaman. Padahal tidak demikian pengertiannya. Karena prinsip ini, Bapak Zainun Kamal mengakui telah di'cekal' untuk berbicara dan berkhotbah di lebih dari 20-an mesjid di Indonesia. Tapi beliau tidak henti-henti-nya memfasilitasi orangorang muslim yang ingin melakukan PBA karena beliau yakin bahwa tidak ada satu pun ayat baik di Al-quran maupun Hadits yang melarang PBA. Memang di tiap negara, peraturan islam mengenai PBA ini berbedabeda. Di Indonesia sendiri, peraturan PBA cenderung merujuk pada peraturan yang ada di negara Arab Saudi. Apalagi bila PBA ini dikaitkan dengan UU negara (UU Perkawinan No. 1/1974), maka masalahnya bisa lebih repot lagi. Makanya beliau dan teman-teman sudah dari dulu berusaha untuk mendesak Pemerintah maupun DPR untuk merevisi maupun mengganti UU Perkawinan itu. Mengaku sebagai orang yang tidak mau melakukan sesuatu, yang beliau istilahkan sebagai 'masturbasi intelektual,' Mas Ahmad Nurcholish selalu berusaha melakukan 'penetrasi intelektual' dalam setiap tindakan dalam kehidupan ini. Makanya beliau, yang muslim, melakukan eksperimentasi PBA dengan istrinya-seorang penganut Kong Hu Cu,

sdri. Ang Mei Yong, yang juga hadir pada diskusi kali ini. Menurut Mas Ahmad, yang pernah belajar di pesantren Al-Faqih ini, perbedaan memang selalu akan memunculkan masalah, tapi dengan pengelolahan yang baik, maka perbedaan-perbedaan itu akan bersinergi menjadi keindahan. Dari pengalaman dalam berumah tangga beda agama ini, justru permasalahan utama yang ditemuinya bukan dari perbedaan agama tapi dari sudut pandang pada hal-hal yang mana bersifat supernatural dan rasionalitas. Masalah lain adalah masalah administrasi dengan negara. Kolom agama di KTP misalnya belum mengakomodir agama Khong Hu Cu sehingga istrinya pun masih harus beragama Buddha. Dan ketika perkawinan membuahkan anak, Kartu Keluarga pun memerlukan ke-agama-an anak-nya untuk dicatat. Maka dicatatlah agama anaknya sebagai Kristen dengan pertimbangan bahwa nantinya sang anak akan bertanya kenapa agamanya beda dengan agama ke-2 orang tuanya. Pada saat inilah, Mas Ahmad berniat meluruskan apa yang terjadi dengan "sejarah perbedaan agama" di Indonesia ini kepada anaknya dan membiarkan anaknya memilih agama yang dia kehendaki sendiri. PBA yang dilakukan Mas Ahmad di tahun 2003 lalu juga membuat dirinya mengundurkan diri dari kepengurusan Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar. Hal ini mendorong dirinya meneliti kesulitan-kesulitan yang ditemui PBA di Indonesia. Hasil penelitiannya akan dibukukan dalam waktu dekat ini. Tapi masalah utamanya adalah bahwa tidak adanya regulasi pemerintah yang memfasilitasi PBA. PP No. 1/1965 pernah mencantumkan Konghucu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia, tapi dalam pelaksanaannya yang dituangkan dalam SK Menteri, pemerintah tidak mencantumkan Konghucu sebagai salah satu agama resmi. Makanya amat sulit bagi sesama pemeluk agama ini untuk mencantumkan perkawinan mereka pada Kantor Catatan Sipil (KCS) karena salah satu syarat untuk mencatatkan perkawinan adalah akta perkawinan dari lembaga agama resmi yang diakui pemerintah. Dalam kata sambutan, Bapak Anand Krishna mengutip tulisan Shaikh Muh. Iqbal dari Hindustan : "Kita butuh ulama-ulama yang inklabi (bhs. Urdu) atau berjiwa pemberontak." Dan beliau mengharapkan lebih banyak lagi ulama-ulama pemberani seperti Ustadz Zainun Kamal, yang diharapkan dapat membongkar ketidakberesan dan menyusun kembali ajaran-ajaran agama supaya berguna untuk memudahkan umat dalam mendekatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Beliau pun mengutip beberapa kutipan Moh. Iqbal, Abdul Kamal Hasan dan seorang Raja pertama dari Dinasti Mogul di India dari buku yang sedang beliau baca, yaitu : Indian Moeslem : What's wrong with us?. Beliau juga kembali mengingatkan bahwa setiap ajaran agama yang masuk ke dalam masyarakat, maka ajaran agama itu sebaiknya mengapresiasi dan mengakomodir tradisi dan budaya lokal, seperti Nabi yang sangat mengapresiasi tradisi budaya lokal Arab waktu itu. Arab pun tidak berarti hanya Arab Saudi, tapi juga Lebanon, Syria, Palestina, Yordania. Web Source : http://www.nationalintegrationmovement.org/

Quotes : "Religion is a set of social and political institutions and spirituality is a private pursuit which may or may not take place in a church setting." - D. Patrick Miller -

Yahoo! Groups Links To visit your group on the web, go to: http://asia.groups.yahoo.com/group/mayapadaprana/ To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://asia.docs.yahoo.com/info/terms

http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg02271.html

TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTEN Persepsi dan Salah Persepsi oleh William Montgomery Watt ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |

Kolonialisme Islam Ketika nabi Muhammad SAW wafat di tahun 632 Masehi, negara Islam sedang berada pada bentuk embrionik, bersamaan dengan suku-suku yang bersekutu satu sama lain mengontrol sebagian besar Arabia. Di bawah khalifah kedua, Umar ibn Khaththab (634644 Masehi) ekspansi fenomenal telah dimulai dan terus berjalan sampai kira-kira seratus tahun lamanya. Sejak zaman itu, umat Islam telah menguasai Spanyol dan seluruh Afrika Utara dari Marokko sampai Mesir di bagian barat. Sementara di wilayah utara, umat Islam mampu menduduki Syria dan Damascus yang menjadi ibu kota dinasti Bani Umayah (661-750 Masehi). Akan tetapi umat Islam tidak mampu berkuasa secara permanen di Asia Kecil yang memberi kesempatan kepada kekaisaran Byzantine untuk makin memperkuat dirinya. Ke timur, kekaisaran Sassanid (Persia) segera jatuh, umat

Islam kemudian menaklukkan Iraq dan Iran sampai ke Asia Tengah (Bukhara dan Samarkand dan Punjab). Peristiwa ini merupakan masa perluasan kerajaan Islam selama satu atau dua dekade terakhir Bani Umayah, dan setelah peristiwa ini ekspansi Bani Umayah hanya bersifat sporadik. Bagian ini dengan topik "Kolonialisme Islam", sebab di paruh abad terakhir para apologis muslim telah melakukan tuduhan salah terhadap apa yang mereka sebut sebagai kolonialisme Eropa, yang diduga telah hampir menjadi musuh terhadap Islam tanpa kecuali. Jadi yang penting adalah untuk mengingatkan umat Islam bahwa waktu-waktu di dalam sejarah masa lampau ketika umat Islam menjadi kekuatan imperial atau kolonialis yang agresif. Sebagian apologis modern mencoba mempertahankan pandangan bahwa ekspansi Islam itu bukan kolonialis atau penjajahan. Mengapa demikian, karena tujuan utama umat Islam adalah untuk menyebarkan agama Islam pada masyarakat yang bernasib malang yang berada di luar lingkungan Islam, jadi bukan untuk merebut wilayah teritorial. (Suatu hal yang mengingatkan beban yang harus ditanggungkan orang "kulit putih" dan membawa berkah keuntungan bagi Kristen dengan kebudayaan Eropa). Kontensi golongan apologis ini tidak didukung oleh sumber-sumber bahasa Arab. Kiranya jelas bahwa ekspedisi-ekspedisi militer yang membawa ekspansi teritorial di bawah kekuasaan Islam secara mendasar telah sampai ke pencarian barang rampasan perang. Pandangan ini akan dipahami secara lebih baik manakala kita kembali dan mencatat apa yang terjadi selama masa hayat nabi Muhammad SAW Bagian geografl yang berkenaan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dari Hijrah beliau ke Madinah pada tahun 622 Masehi hingga wafat beliau di tahun 632 Masehi yang disebut sebagai Kitab al-Maghazi. Al-Maghazi, terkadang dinamai ekspedisi militer, namun istilah yang lebih tepat adalah peperangan antara kaum muslimin yang dipimpin oleh nabi SAW dengan orang-orang non-Muslim, yang pada asalnya berarti razzia. Kata ini merupakan bentukan kata Arab lain yang sudah dieropakan, berasal dari akar kata yang sama dan dengan pengertian yang sama pula. Ekspedisi Maghazi ini merupakan aktifitas reguler suku-suku Arab nomadik. Kegiatan reguler ini menciptakan serangan tiba-tiba untuk mengisolasi sekelompok manusia penggembala unta di padang rumput atau penggembala binatang-binatang ternak yang lain dari suku (maupun kabilah) musuh, kemudian menghalau binatang-binatang ternak tersebut sebagai barang rampasan perang. Apabila kekuatan penyerangan itu jauh lebih luas, maka tidak ada rasa malu bagi sekumpulan manusia itu untuk tunggang langgang melarikan diri. Kebanyakan dalam peristiwa perang ini, tidak ada yang lolos tetap hidup, dan lalu razzia itu hampir merupakan suatu bentuk olah raga menunggang kuda atau unta bagi masyarakat badwi. Sebagaimana suku-suku yang lebih nomadik ini, lalu bersekutu dengan Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa beliau tidak memperkenankan sukusuku sekutu itu untuk saling berseteru satu sama lainnya, dan karenanya harus ada jalan keluar bagi energi-energi yang mereka gunakan untuk razzia ini. Jadi di dekat tahuntahun kenabiannya, Muhammad mengorganisir apa yang dapat disebut memenangkan razzia-razzia sepanjang rute-rute perjalanan dagang ke Syria dan Iraq. [1] Kesinambungan kebijakan ini berlangsung di bawah khalifah Umar ibn Khaththab yang memimpin pertempuran yang terjadi antara tentara muslim dan tentara Byzantine atau tentara Sassanian, dimana umat Islam hampir selalu mengalami kemenangan.

Suku-suku Badwi yang berpindah-pindah dan yang tinggal menetap, menderita karena serangan-serangan umat Islam yang sehingga mereka menghindarkan diri dari serbuan perang yang dilakukan oleh umat Islam agar tidak menyerah kepada negara Islam. Bagi kelompok-kelompok Yahudi dan Kristen, penyerahan diri kepada negara Islam ini memberi arti mengakui status minoritas yang dilindungi. Sementara bagi kelompokkelompok yang lain, penyerahan kepada negara Islam ini memberi arti dapat menjadi bentuk aliansi yang berjalan bersamaan dengan pengakuan kepada Islam. Kelompok yang lebih banyak ini tergabung ke dalam negara Islam pada satu bentuk atau pada bentuk yang lain, yang diperlukan bagi ekspedisi-ekspedisi penyerangan yang menyimpang pada pencarian rampasan perang. Paling tidak, agaknya ada satu ekspedisi yang hampir terjadi setiap tahun di musim perdagangan berkafilah itu, namun benar-benar mustahil untuk kembali ke Madinah setelah kafilah dagang itu. Tentang di luar musim perdagangan, kamp kota-kota dibangun di tempat-tempat seperti Kairuwan di Tunisia dan Basrah di Iraq selatan, dan merupakan tempat kembalinya para pahlawan setelah musim perdagangan. Ekspedisi tahun 732 Masehi ke Perancis, dimana umat Islam menderita kekalahan di Tours (dalam bahasa Perancis lebih dikenal sebagai Poitiers). Ekspedisi tahun 732 Masehi ini memang ekspedisi peperangan dan hasilnya bahwa umat Islam tidak lama menderita kekalahan. Administrasi negara yang begitu cepat didapatkan agaknya dipermudah oleh sistem golongan minoritas yang dilindungi itu, yang segera akan dijelaskan. Kelompokkelompok Yahudi, Kristen, Zoroaster, dan bahkan kelompok-kelompok yang beragama Hindu dapat menjadi golongan minoritas yang dilindungi (yang pada masa kerajaan Ottoman terkemudian disebut "millet") dengan standar otonomi di bawah kepemimpinan agamanya masing-masing (rabbi, patriarch, dan lain-lain). Pemimpin agama mendapatkan otonomi dengan urusan-urusan internal agama yang dianut oleh masingmasing kelompok itu menurut undang-undangnya sendiri. Mereka membayar pajak kepada gubernur di propinsinya, namun tidak bersifat eksesif. Tentang keseluruhan rejim jajahan Islam, berlaku amat fair terhadap kelompok-kelompok minoritasnya dan negara tidak menekan penduduk. Yang terjadi paling buruk adalah peristiwa rakyat semesta di masa krisis yang dapat dibuang dan menyerang golongan minoritas, namun peristiwa ini boleh dibilang jarang terjadi jika bukan dikatakan tidak pernah terjadi sama sekali. Walaupun demikian, sebaliknya anggota golongan-golongan minoritas selalu merasa bahwa mereka adalah warga negara kelas dua. Bahkan, apabila seorang lelaki muslim dapat menikahi wanita dari golongan minoritas, namun seorang lelaki non-muslim dari golongan minoritas tidak boleh mengawini wanita muslimah. Ada hal yang tepat untuk menjelaskan kondisi umat Kristen di Afrika Utara. Di bawah kekaisaran Romawi sampai sekitar abad ke lima Masehi, terjadi lonjakan populasi penduduk yang beragama Kristen di propinsi-propinsi sepanjang pantai selatan Mediteranian. Mungkin kebanyakan umat Kristen didapatkan di kota-kota kecil Romawi dekat pantai itu dan sedikit umat Kristen berikutnya yang berada di daerah pedalaman. Sungguhpun demikian, terkesan bahwa sejak masa kemajuan Arab di paruh kedua abad ketujuh hanya sedikit umat Kristen yang masih tersisa. Sampai pertengahan abad ke lima, terjadi invasi Vandal dan bangsa Vandal ini adalah orang-orang yang beragama Kristen mazhab Aria yang bid'ah itu. Mereka membunuh orang-orang yang bukan dari suku

bangsa Aria setelah kekalahan bangsa Vandal oleh seorang jenderal Byzantine pada tahun 534 Masehi, karena terjadi serbuan-serbuan oleh suku-suku pagan dari daerah pedalaman. Semua peristiwa penyerangan yang terjadi ini tentu saja mengurangi jumlah umat Kristen, karena berbeda dengan hilangnya kehidupan yang aktual, agaknya banyak orang Kristen yang melarikan diri ke Italia ataupun ke Spanyol. Ada catatan tentang komunitaskomunitas kecil umat Kristen sampai abad ke enam belas, namun catatan-catatan mereka itu begitu kecil signifikansinya karena mereka tidak memainkan peranan pada titik temu Islam-Kristen. Integrasi kerajaan Islam tidak terpelihara dengan baik setelah jatuhnya dinasti Bani Umayah pada tahun 750 Masehi. Dinasti Bani Abbasiah menggantikan dinasti Bani Umayah yang telah jatuh itu. Ibu kota dinasti Bani Abbasiah ini pindah ke kota Baghdad dan tidak pernah memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Spanyol. Kira-kira satu setengah abad lamanya, dinasti Bani Abasiahpun makin kehilangan kontrolnya terhadap propinsi-propinsinya. Gubernur-gubernur yang memimpin propinsi-propinsinya yang kuat, dengan dukungan serdadu-serdadunya yang tangguh menuntut agar anak-anak mereka akan dapat menggantikan kedudukan ayahnya sebagai gubemur, lalu khalifahkhalifah terdorong untuk harus mengangkat mereka sebagai gubemur yang menggantikan ayahnya untuk masa jabatan berikutnya. Pada tahun 945 Masehi, Iraq dan Baghdad harus menyerah kalah kepada kekuasaan seorang gubernur wilayah daerah. Dengan cara demikian, kerajaan Islam yang berasal dari dinasti-dinasti yang gemar berperang itu memperoleh legitimasi yang secara nominal diangkat oleh khalifah pada hari itu juga. Namun demikian, perolehan kekuasaan ini juga dapat menentukan wilayah kekuasaannya dengan memerangi pimpinan-pimpinan perang yang lain. Akibatnya, para khalifah yang berkuasa itu tidak lain kecuali sebuah simbol kehormatan dan tanggung jawab, yang karenanya para khalifah ini tidak dapat memegang tampuk kekuasaan dalam tempo yang lebih lama. Keadaan ini terus berlangsung dan baru dapat berakhir sampai penaklukan Baghdad oleh bangsa Mongol di tahun 1258 Masehi. Setelah itu tidak ada lagi kekhalifahan yang dikenal secara umum, kecuali sekitar abad ke tujuh belas sultan-sultan Ottoman menyatakan dirinya sebagai pewaris kekhalifahan Islam dimaksudkan itu. Setelah peristiwa yang dapat disebut sebagai bermesraan dengan golongan Mu'tazilah yang dianggap bid'ah itu pada awal abad ke sembilan belas. Sebaliknya khalifah-khalifah dinasti Bani Abbasiah sejak tahun 848 Masehi menjadi penegak bangunan Ahli Sunnah dalam Islam, sebagaimana aliran mazhab yang terakhir ini yang berlaku secara resmi pada sultan- sultan Ottoman di kemudian hari. Pada tahun 909 Masehi, sebuah keluarga menyatakan aliran Syi'ah Ismailiyah menguasai Tunisia dan pada tahun 969 Masehi menaklukkan Mesir. Kerajaan ini dikenal dengan dinasti Fatimiah, dan kota Kairo dijadikan ibu kota kerajaannya. Mereka tidak berkenalan dengan khalifa-khalifah Abbasiah, namun malahan membangun propaganda untuk melawan dinasti Abbasiah. Kekuasaan dinasti Fatimiah ini berlangsung sampai tahun 1171 Masehi, pada saat mereka di Mesir digantikan oleh Saladin (Shalahuddin) dan dari keluarga al-Ayyubiah (yang lalu dikenal dengan namanya Shalahuddin Al-Ayyubi) yang menganut faham Sunni itu. Setelah jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 Masehi itu ada tiga kerajaan yang memainkan peranan penting di dunia Islam. Tiga kerajaan Islam ini adalah Kerajaan Mogul (Mongol) di India yang mencapai puncak kemajuannya pada tahun 1556 sampai 1707 Masehi;

kerajaan Safawid dan pengganti-penggantinya di Iran; dan terakhir adalah kerajaan Ottoman di Timur Tengah (yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bab yang akan datang). Dikatakan pada kondisi demikian adalah karena keseluruhan perubahan-perubahan politik yang terjadi itu merupakan struktur masyarakat Islam yang secara relatif masih tetap stabil. Hal ini merupakan fakta yang dengan sendirinya mengembangkan keunggulan sistem sosial yang dibangun atas dasar Syari'ah Islam. Sistem sosial ini meliputi pengakuan terhadap masyarakat non muslim sebagai warga negara minoritas yang dilindungi. Sungguh dengan demikian terjadi semacam kolonialisme Islam, walaupun secara relatif merupakan bentuk kolonialisme yang tidak berbahaya dan bahkan cenderung merupakan bentuk kolonialisme yang ramah dan baik hati. TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTEN Persepsi dan Salah Persepsi William Montgomery Watt Penerjemah: Zaimudin Hak Terjemahan pada Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta Desain Sampul: Salimi Akhmad Diterbitkan Oleh: Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta Dicetak Oleh: Percetakan Radar Jaya Jakarta Anggota IKAPI Cetakan 1, 1996 ISBN 979-578-007 7 Harga Rp. 9.500,-

http://media.isnet.org/antar/Watt/KolonialismeIslam.html Monumen Cinta Sang Raja Berkunjung ke India tanpa datang ke Agra yang terletak di negara bagian Uttar Pradesh di mana Taj Mahal berada rasanya tak lengkap. Itu sebabnya saya menyempatkan diri pergi ke sana dengan menggunakan mobil sewaan saat berkunjung ke New Delhi beberapa waktu lalu. Jalan raya luar kota alias highway yang biasanya lumayan nyaman ternyata tak jauh beda dengan jalan di dalam kota New Delhi. Perilaku para pengemudi membuat orang jantungan. Bayangkan, di jalur kita ada traktor, skuter, atau gerobag berlawanan arah, sementara kecepatan mobil 50 sampai 70 kilometer per jam. Semrawutnya jalan membuat saya teringat saat pertama datang ke New Delhi dua hari sebelumnya. Dengan sebuah Mercedes tua kami meninggalkan Bandara Internasional Indira Gandhi menuju ke hotel. Suasana terasa begitu muram dan dipenuhi asap knalpot membentuk kabut yang tampak jelas melalui sinar lampu mobil tua yang kami tumpangi. Polusi sudah melampaui batas toleransi sehingga warga kota seperti berebut napas di lahan terbatas. Kehebohan kota yang belum tidur itu diramaikan pula dengan kegiatan pasar dan pedagang kaki lima di sepanjang jalan. Lengkap dengan orang berteriak dan memaki beradu keras dengan klakson dan deru mobil. Sementara di sebuah tikungan tampak serombongan lembu menyeberang jalan dengan santainya. Ah... Untungnya perjalanan menuju Agra masih menyuguhkan pemandangan yang cukup

menarik. Belum lagi truk dicat warna-warni yang lalu lalang di jalanan dan bus-bus angkutan umum yang sarat penumpang, sampai ada penumpang yang duduk di atap. Setelah berjalan selama sekitar empat jam kami akhirnya sampai di Agra, kota yang berada sekitar 204 kilometer sebelah selatan New Delhi dan pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Mogul. Daerah yang saya bayangkan cantik dan eksotik ternyata tidak berbeda dengan kota lainnya: semrawut hingga tampaknya slogan Green Agra, Clean Agrahanyalah olok olok belaka. Kami kemudian menyusuri sungai Yamuna untuk melihat Benteng Agra yang juga dikenal dengan nama Benteng Merah. Di dalamnya terdapat bangunan militer yang didirikan pada 1565 oleh Raja Mogul ketiga yang bernama Akbar. Benteng ini diperluas secara teratur sampai Syah Jahan, sang menantu memerintah. Pada prinsipnya Benteng Agra adalah bangunan tentara, tetapi selama pemerintahan Syah Jahan bangunan dengan tembok berwana merah sepanjang sekitar tiga kilometer ini sebagian dipakai sebagai istana. Benteng ini memiliki tembok ganda setinggi 20 meter dengan lingkar keseluruhan sekitar 2,5 kilometer dan dikelilingi parit. Di tempat ini dibangun menara-menara megah, kubu-kubu pertahanan dan pintu-pintu gerbang yang tampak sangat anggun sebagai simbol kekuasaan pemerintahan ketiga Dinasti Mogul. Oleh para penerusnya di dalam benteng ini juga didirikan beberapa istana dari bata merah dan marmer. Kami memulai kunjungan ke benteng lewat Gerbang Amar Singh, satu-satunya pintu masuk yang diperuntukkan untuk turis, kemudian menuju bagian timur benteng di mana Diwan-i-Am (Balairung Umum), Balairung pribadi Diwan-i-Khas yang indah itu dan Masjid Moti (Masjid Mutiara) yang juga ditambahkan oleh Shah Jahan berada. Diwan-I-Khas yang dibangun oleh Shah Jahan pada 1636 -1637 berfungsi sebagai bangsal untuk menerima tamu-tamu resmi dan utusan negara lain. Di bagian terasnya terdapat dua singgasana marmer, dan di bagian bawah lantai teras terdapat Machchi Bhawan yang berfungsi sebagai ruangan harem. Sementara untuk tamutamu umum Sang Raja menerimanya di Diwan-I-Aam di mana Singgasana Merak yang terkenal itu berada. Di sebelah selatan Benteng, tapi di sisi lain sungai Yamuna terdapat makam menteri utama kerajaan Mogul di bawah pemerintahan Raja Jehanhir Itimad-ud-Daulah yang memiliki nama asli Mirzah Ghyas Beg. Musoleum Itimad-ud-Daulah didirikan oleh Mehr-un-Nissa yang kemudian dikenal dengan nama Nur Mahal (Cahaya Istana) atau Nur Jahan (Cahaya Dunia) sebagai tanda cinta pada ayahnya, Mirzah Ghyas Beg, antara 1622 sampai 1628. Di kemudian hari Nur Jahan yang merupakan salah satu istri dari Maharaja Jehanhir membangun musoleum yang sama untuk suaminya di Lahore. Makam yang dibangun empat tahun sebelum pembangunan Taj Mahal yang terkenal itu secara sepintas mirip sekali musoleum yang dibangun Maharaja Shah Jahan untuk istrinya Mumtaz Mahal yang tak lain adalah keponakan dari Nur Jahan. Ini karena makam Itimad-ud-daulah yang dibuat ala kotak perhiasan dan diletakkan di tengah sebuah taman dan seluruhnya terbuat dari marmerlah yang menjadi inspirasi Taj Mahal.

Setelah selesai mengunjungi monumen cinta seorang anak terhadap ayahnya, hari telah gelap dan kami tidak mungkin lagi melihat-lihat lebih jauh dan memilih Youth Hotel di Agra. Terus terang sebenarnya kami tidak punya banyak pilihan, yang penting bisa meluruskan punggung dan menghilangkan penat setelah seharian berjalan. Andai saja waktu itu bulan purnama, tentu saya akan memaksakan diri berjalan untuk menyaksikan kemolekan Taj Mahal di bawah sinar bulan. Ketika fajar tiba dan pagi pecah tampak terang dan bersih kami segera bergegas mengunjungi Taj Mahal yang di pagi hari yang cerah itu tampak sedang bercermin di kolam yang ada di hadapannya. Setelah membayar beberapa rupee kami kemudian berjalan melewati bangunan dari batu merah yang indah yang bergaya arsitektur mirip Taj Mahal. Demi menjaga hal yang tak diinginkan, penjagaan di tempat ini dilakukan dengan ketat. Para turis digeledah dan diharuskan melewati metal detektor. Selama berabad-abad, Taj Mahal yang dibangun Maharaja Kelima Dinasti Mogul Shah Jahan sebagai tanda cintanya pada sang istri Mumtaz Mahal yang meninggal pada 1631 berdiri dengan kokoh seabadi cinta mereka berdua. http://www.korantempo.com/news/2003/4/6/Perjalanan/54.html

Ribuan tahun sebelum Masehi (sekitar 3500 SM.) di wilayah Irak telah berdiri beberapa pemerintahan besar yang membangun peradaban dunia paling awal, seperti Sumeria, Akkad, Assyria, dan Babylonia. Peradaban dunia paling awal berkembang di daerah Irak sekarang khususnya di lembah Sungai Tigris. Tahun 539 SM. wilayah ini dikuasai pemerintahan Persia. Tahun 331 SM, Iskandar Agung (Iskandar Zulkarnain) mengusir bangsa Persia dan pemerintahan Yunani berkuasa di wilayah ini. Orang Yunani menyebutnya Mesopotamia. Tahun 115 wilayah itu menjadi bagian dari Kekaisaran Roma selama 500 tahun. Kemudian sebagian daerahnya dikuasai Persia; daerah lain tetap dikuasai Roma hingga datangnya Islam. Wilayah Irak ditaklukkan tentara Arab Islam tahun 633-637, dengan membawa bahasa Arab dan ajaran Islam ke wilayah itu. Penaklukan itu berlangsung dalam tiga tahap: Tahap pertama berlangsung pada masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq. Tentara Islam di bawah pimpinan Musanna bin Harisah menaklukkan bagian barat Sungai Eufrat. Kesuksesan ini mendorong Abu Bakar mengirim tentara yang lebih besar di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Ia menyerang dari utara dan menguasai kota Hirah. Di sini ia bertemu dengan tentara Persia. Kemudian ia menguasai pelabuhan al-Ubullah di Teluk Arab.Tahap kedua berlangsung pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Serangan diarahkan ke utara Baghdad, yang disebut Ard asSawad. Di sini pemerintahan Persia membangun pusat pemerintahan di kota Madain. Pertempuran berlangsung beberapa tahun dan melibatkan banyak panglima tentara Islam terbaik, antara lain Musanna bin Harisah, Abu Ubaidah bin Umar as-Saqafi, Jarir bin Abdullah dan Sa'd bin Abi Waqqas. Panglima tersebut terakhir, yang disebut juga Penakluk Ard as-Sawad, adalah yang paling sukses dan paling luas taklukannya. Ia didampingi oleh panglima-panglima lain, seperti Mughirah bin Syu'bah, Qais bin Habirah dan Tulaihah bin Khuwailid. Ia menghadapi tiga pertempuran penting, yaitu pertempuran Qadisiyyah, Madain dan Jalula. Ia berhasil menaklukkan seluruh daerah Ard as-Sawad,

termasuk daerah yang sekarang disebut Basra. Penaklukan kemudian dilanjutkan oleh Syuraih bin Amir dan Utbah bin Gazwan atas suku-suku Arab yang bekerjasama dengan bangsa Persia di utara Irak.Tahap ketiga juga pada masa Khalifah Umar. Tentara Islam dipimpin oleh Iyad bin Ganam. Serangan diarahkan ke daerah yang dikuasai bangsa Romawi, yang disebut Ard al-Jazirah. tempat pertempuran antara tentara Persia dan Romawi. Tentara Islam dapat menguasai kota-kota penting, seperti ar-Raqqah, Harran dan ar-Ruha. Kota-kota ini dijadikan markas tentara Islam, yang kemudian mengadakan serangan ke Armenia dan sekitarnya. Penyebaran ajaran Islam dipusatkan di kota kembar Basra dan Kufah yang dibangun pada masa Khalifah Umar. Khalifah mengirim Abu Musa alAsy'ari ke Basra dan Abdullah bin Mas'ud (Ibnu Mas'ud) ke Kufah. Ulama-ulama dari Madinah berdatangan ke kedua kota ini. Demikian juga ke kota Mosul yang terletak di jalur perdagangan antara timur dan barat. Walaupun Khalifah Umar menerapkan kebebasan beragama kepada penduduk Irak, bahasa Arab dan Islam cepat diterima penduduk, sehingga penganut Islam menjadi mayoritas. Pada akhir masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan, di kota Basra dan Kufah timbul gerakan oposisi. Kelompok-kelompok umat Islam dari kedua kota itu datang memberontak ke Madinah dan membunuh Khalifah Usman. Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, pusat pemerintahannya dipindahkan ke Kufah. Pada masa Dinasti Umayyah, Basra dan Kufah menjadi pusat gerakan oposisi Bani Hsyimiyah, Abbasiyah, Syiah dan Khawarij. Setelah Dinasti Umayyah jatuh dan digantikan oleh Dinasti Abbasiyah, wilayah Irak berada di bawah kekuasaan pemerintahan dinasti ini tahun 133-656 H./7501258 M. Pusat pemerintahan di Baghdad, kota yang dibangun oleh Abu Ja'far al-Mansur khalifah kedua, tahun 145 H./762 M. Selama pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Irak khususnya Baghdad, menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, perdagangan, peradaban dan ilmu pengetahuan di dunia Islam timur. Puncak kejayaan dinasti ini dicapai pada masa pemerintahan Khalifah Harun arRasyid (786-809) dan Khalifah al-Makmun (813-833). Dalam kurun waktu tersebut dinasti itu mengalami kemajuan pesat di bidang ekonomi, berbagai cabang ilmu pengetahuan, konstruksi dan teknologi, kesenian, sastra dan politik yang stabil di wilayah kekuasaan yang luas. Setelah kurun waktu tersebut, dinasti itu mengalami disintegrasi politik, sehingga melahirkan pemerintahan-pemerintahan kecil. Kemajuan di bidang ekonomi dan perdagangan membawa dampak kepada kemajuan ilmu pengetahuan, filsafat dan kebudayaan Islam. Disamping dana tersedia, pengembangan bidang ini juga didorong pemerintah dengan menyediakan berbagai fasilitas dan memberikan kebebasan intelektual. Pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan dengan beberapa cara: Pertama, dilakukan penerjemahan buku-buku Yunani, Persia, Suriah, India dan Koptik ke dalam bahasa Arab. Ribuan buku diambil dari perpustakaan-perpustakaan lama, dibawa ke Irak untuk diterjemahkan dan perpustakaan-perpustakaan baru didirikan. Gerakan penerjemahan ini berlangsung tahun 750-850.Kedua, karya-karya yang diterjemahkan itu kemudian diberi komentar oleh para sarjana Islam. Teori-teori yang ada diberi penjelasan dan disesuaikan dengan Islam. Melalui renungan,

pengamatan, penelitian dan eksperimen, mereka dapat melahirkan teori-teori dan konsepkonsep baru. Dari kegiatan ini mereka menghasilkan ribuan karya tulis dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Ketiga, didirikan lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi, seperti Baitul Hikmah, Majelis al-Manazarah dan Madrasah Nizamiyah. Masjid-masjid, istana dan rumah para sarjana difungsikan sebagai tempattempat belajar. Baghdad, Basra, Kufah dan Mosul menjadi pusat pengembangan berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti tafsir, hadits, fiqh, bahasa, sejarah, filsafat, ilmu alam, ilmu pasti, matematika, astronomi, kedokteran, ilmu kalam, musik dan sastra. Seni ukir, seni lukis dan arsitektur Islam tampak dalam bangunan-bangunan masjid-masjid di Baghdad, Basra dan Kufah; juga pada istana di Baghdad dan Samarra. Keempat kota ini melahirkan ulama dan tokoh pemikir serta ribuan lulusan, yang kemudian menyebar ke berbagai negeri Islam dan mengembangkan ilmu pengetahuan di negeri masing-masing. Karena itu selama Dinasti Abbasiyah berkuasa di Irak, perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam merata di berbagai kota penting di luar Irak. Kejayaan Dinasti Abbasiyah di Irak berakhir setelah Baghdad dihancurkan Hulagu Khan dari Mogul tahun 1258. Tahun 1401 Irak dikuasai kembali oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk; tahun 1508 dikuasai oleh Persia di bawah pimpinan Isma'il Safawi; tahun 1683 dikuasai oleh Turki Usmani. Dalam Perang Dunia I, Inggris membebaskan Irak dari Turki Usmani. Inggris membantu mendirikan industri petroleum di Baghdad dan membangun pelabuhan modern di Basra. Tahun 1920 Liga Bangsa-Bangsa memberi mandat atas Irak kepada Inggris. Tahun 1921 Inggris membantu para pemimpin Irak membentuk pemerintahan. Faisal I (Faisal bin Husein bin Ali) dari Mekkah menjadi raja pertama. Tahun 1932 Liga mengakhiri mandat Inggris atas Irak dan mengakuinya sebagai negara merdeka. Raja Faisal terbunuh tahun 1933 dan digantikan anaknya, Ghazi. Akibat kecelakaan yang menewaskan Ghazi, ia kemudian digantikan anaknya yang baru berusia 3 tahun, Faisal II; pamannya Pangeran Abdullah bertindak sebagai pelaksana pemerintahan. Tahun 1953 Faisal II mengambil kekuasaan penuh. Tahun 1958 kelompok militer mengambil-alih kekuasaan dan menyatakan Irak sebagai negara republik (14 Juli 1958). Sejak 1979 Saddam Husein seorang pimpinan Partai Ba'ath, menjadi presiden Irak dan membawa negara itu terjerumus dalam dua perang: 1980-l990 melawan Iran, karena masalah perbatasan; Januari 1991 melawan Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat, karena Irak menganeksasi Kuwait dan menjadikannya propinsi ke-19. Di samping anggota PBB, Liga Arab, OPEC, Irak juga adalah anggota Organisasi Konferensi Islam. sumber: pesantrenonline.com http://www.djpkpd.go.id/enug/artikel.php?id=33

Satu Negeri, Dua Peradaban Ia adalah sebuah dataran tua di Asia Tengah yang hidup dengan banyak legenda dan sastra. Jika namanya disebut, benak kita segera dibawa pada padang pasir tanpa batas dengan deretan karavan unta, menara-menara anggun, madrasah-madrasah dan makam berarsitektur oriental, lembar-lembar sutra cantik, sulaman emas kelas dunia, dan pemandangan budaya Islam di abad pertengahan nan eksotik. Itulah Uzbekistan. Sebuah negeri yang terkenal dengan jalur sutera yang menghubungkan benua Eropa dan Asia melalui Cina sejak dulu. Uzbekistan berbatasan dengan Kazakhstan di sebelah Utara, Kyrgystan di sebelah Timur, Tajikistan di sebelah Timur Laut, serta Turkmenistan dan Afghanistan di sebelah selatan. Keadaan alamnya terdiri dari dua pertiga padang pasir dan semi padang pasir serta selebihnya terdiri dari pegunungan, lembah dan dataran dengan. Negeri berluas wilayah 447.400 kilometer persegi ini memiliki dua musim cuaca dengan perbedaan ekstrem khas iklim kontinental. Musim panasnya lebih panjang dan jarang hujan. Temperatur rata-rata pada bulan Juli mencapai 32 derajat Celcius, bahkan di siang hari dapat mencapai 40 derajat Celcius. Uzbekistan memiliki musim dingin yang pendek dengan hujan salju yang sedikit pula. Uzbekistan adalah juga bangsa multikultur, antara lain terdiri dari bangsa Uzbek, Rusia, Tajik, Kazakhs, dan Tatar. Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Uzbek yang serumpun dengan bahasa Turki. Namun, sebagian masyarakatnya berbicara pula dalam bahasa Rusia, sebagai bukti peninggalan zaman Uni Soviet. Penduduk Uzbekistan mayoritas memeluk Islam Sunny (Hanafi), selain itu juga terdapat pemeluk Kristen Orthodoks, Yahudi, bahkan atheis. Pengaruh Islam mulai masuk ke Uzbekistan pada abad ke-8 dan meninggalkan kebudayaan Islam, seperti cabang ilmu pengetahuan, agama, dan arsitektur. Beberapa kota terkenal sebagai kota-kota peradaban Islam. Seperti Samarkand yang merupakan pusat Kekaisaran Timur Leng (Dinasti Ikhan) dan Ulugbek. Makam Imam Bukhari, pentafsir hadist Nabi Muhammad SAW, pun berada di Samarkand walau ia lahir di Bukhara. Samarkand adalah juga ibukota pertama Uzbekistan. Sedangkan, Bukhara adalah bekas ibukota keamiran Bukhara. Selain itu kota Samarkand, Bukhara, dan Khiva juga merupakan pusat peradaban Islam yang dikenal sebagai jalur sutra yang menghubungkan Eropa dan Cina. Timur Leng, salah seorang negarawan besar asal Uzbekistan, di puncak kekuasaannya menjangkau Mongolia, Laut Tengah, selatan Rusia dan India, bahkan akhirnya menaklukkan kemaharajaan Ottoman pada akhir abad ke-14. Ia juga menjadi pemimpin spiritual dan ahli strategi perang Uzbekistan yang lahir pada tahun 1336 di masa kejayaan Mongol. Timur Leng berambisi untuk membuat Samarkand, kota kedua terbesar di Uzbekistan, menjadi pusat dunia. Sebelumnya, Uzbekistan merupakan gabungan dari tiga buah kerajaan Islam -- Bukhara, Khiva, dan Kokand -- yang pada 1860-1870 diduduki oleh Kekaisaran Rusia. Republik Uzbekistan berdiri pada 1924. Namun, di Mei 1925, Uzbekistan dimasukkan menjadi salah satu bagian dari 15 republik dibawah kekuasaan Uni Soviet. Sejak 31 Agustus 1991 negara dengan penduduk sebanyak 2 juta jiwa itu menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya terpisah dari Uni Soviet hingga meliputi sebuah daerah otonom Kara Kaplak.

BERITA LAIN • Penggali Pasir Tertimbun Longsoran Eks Galian C • `Bulog

Benarkan

Semua Mekanisme OPM` • `Pemerintah

dan Warga Harus Duduk Bersama Bahas PLTS`

• Aset

Pemprov Rp 28 T Terlantar

• Babel Tergunting

di Cina • Miller

Siapkan Mad Max 4

• Eva

Longoria Rindu Bermain di Kali

• Curhat

Bareng Mamah dan Aa di Indosiar

• Korban

Gempa Dihinggapi Trauma

• Banjir

di Kota Medan Butuh Penanganan Terintegrasi

© 2006 Hak Cipta oleh Republika Online Dilarang menyalin atau mengutip seluruh atau sebagian isi berita tanpa ijin tertulis dari Republika | Kirim Artikel Koran | Kontak Webmaster | http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=62193&kat_id=166&kat_id1=&kat_i d2=

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF