Struktur Dan Fungsi Amnion & Struktur, Fungsi Dan Sirkulasi Tali Pusat

August 15, 2017 | Author: Asadsaadi QueridaNabata | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Struktur Dan Fungsi Amnion & Struktur, Fungsi Dan Sirkulasi Tali Pusat...

Description

STRUKTUR DAN FUNGSI AMNION & STRUKTUR, FUNGSI DAN SIRKULASI TALI PUSAT D i s u s u n OLEH KELOMPOK 6 BIRRULWALIDAINI

712403S11152

CUT DIANA

712403S11153

FITRA MIFTAHUL JANNAH

712403S11163

RAHMAWATI

712403S11180

ROZA ARYANI

712403S11182 KELAS 1/D

DOSEN PEMBIMBING : RAHMA DALILA FITRI, SST

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH BANDA ACEH 2011 – 2012

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………..………....................... DAFTAR ISI……………………………………………………..………........................... BAB I

PENDAHULUAN A. Latar belakang.............................................................................................. B. Tujuan............................................................................................................

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Struktur dan Fungsi Amnion......................................................................... 1. Selaput janin (Amnion dan Korion).................................................. 2. Cairan Amnion................................................................................. 3. Fungsi Amnion.................................................................................. B. Struktur, Fungsi dan Sirkulasi Tali Pusat...................................................... 1. Defenisi Tali Pusat............................................................................ 2. Struktur Tali pusat............................................................................ 3. Fungsi Tali Pusat............................................................................... 4. Sirkulasi Tali Pusat............................................................................

BAB III

PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………............................. B. Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “STRUKTUR DAN FUNGSI AMNION DAN STRUKTUR, FUNGSI DAN SIRKULASI TALI PUSAT”. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi MUHAMMAD SAW, yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu RAHMA DALILA FITRI, SST selaku dosen pengajar mata kuliah Askeb Kehamilan, yang telah memberikan pelajaran berguna dan bermanfaat bagi kami. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman atas kerjasamanya dalam mensukseskan penyelesaian makalah ini. Dengan adanya pembuatan makalah ini, kami sebagai mahasiswi AKBID MUHAMMADIYAH merasa sangat terbantu dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan khususnya masalah cairan amnion dan tali pusat pada bayi. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat positif sangat kami butuhkan untuk proses perbaikan. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi kami selaku penulis.

Banda Aceh, April 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopii, maka terbentuklah zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula. Di dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopii, bentuk ini disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit disebut troboplas, yang merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon plasenta, sedangkan masa didalamnya disebut simpul embrio (embrionik klot) yang merupakan calon janin. Blastosit ini berjalan menuju uterus untuk mengadakan implantasi. Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat atau funiculus umbilicalis.Di dalam tali pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua buah arteri umbilikalis yang mempunyai fungsi masing-masing. Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar. Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.

B. TUJUAN DAN MANFAAT 1. Tujuan umum a. Agar mahasiswi dapat memahami tentang struktur dan fungsi amnion serta struktur, fungsi dan sirkulasi tali pusat. b. Agar mahasiswi mampu menjelaskan dan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan amnion dan tali pusat. 2. Tujuan khusus a. Agar mahasiswi mampu mengetahui perubahan dan kelainan pada struktur, fungsi dan struktur dari amnion dan tali pusat.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. STRUKTUR DAN FUNGSI AMNION Amnion atau air ketuban merupkan elemen dari kehamilan yang sangat penting untuk di ketahui. Air ketuban ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan diagnosis kiehamilan dan kesejahteraan janin.

1. SELAPUT JANIN (AMNION DAN KORION) Pada minggu-minggu pertama perkembangan, vili meliputi seluruh lingkaran permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, vili pada kutub embrional membentuk struktur korion lebat seperti semak-semak (korion frondosum) sementara. Sementara itu, vili pada kutub embrional mengalami degenerasi, menjadi tipis dan halus disebut korion laeve. Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua, juga mencerminkan perbedaan kutub embrional dan abembrional, yaitu: 1. Desidua di atas korion frondosum menjadi desidua basalis. 2. Desidua yang meliputi embrioblas/kantong janin di atas korion laeve menjadi desidua kapsularis. 3. Desidua di sisi/bagian uterus yang abembrional menjadi desidua parietal is. Antara membran korion dan membran amnion terdapat rongga korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat menyatunya membran amnion dan membran korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membran korion-amnion (amniochorionic membranea). Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh menyatunya korion laeve dengan desidua parietalis. Korion adalah membran bagian paling luar dan menempel pada dinding uterus serta menempel pada tepi plasenta. Korion terdiri dari 4 lapisan : 1) Lapisan seluler 2) Lapisan retikuler padat 3) Pseudo-basement membrane 4) Trofoblas Amnion merupakan membran transparant berwarna abu-abu yang melapisi korion. Selaput ini menutup pars fetal plasenta dan tali pusat. Kantung amnion berisi cairan amnion dan janin berada dalam cairan tersebut. Selaput amnion terdiri dari 5 lapisan : 1) Lapisan seluler 2) Membrana basalis 3) Stratum kompaktum 4) Stratum fibroblas

5) Stratum spongiosum di bagian paling luar dan melekat dengan lapisan seluler korion.

2. CAIRAN AMNION Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga atau ruangan amnion. Mula-mula ruangan amnion merupakan rongga kecil saja tapi kemudian mengelilingi seluruh janin. Akhirnya amnion merapat pada chorion dan melekat dengannya. Di dalam rongga ruangan ini terdapat cairan amnion (likuor amnii). Cairan amnion diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput amnion atau plasenta yang kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urine janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion. Amnion ikut membentuk selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion, mesoderm, chorion dan lapisan tipis dari deciduas. Ruangan amnion berisi 1 liter air ketuban, yaitu : Cairan jernih agak pucat dan sedikit basa ( pH 7.2 ) Pada pertengahan kehamilan jumlahnya sekitar 400 ml dan pada kehamilan 36 – 38 minggu mencapai 1000 ml setelah itu volume terus menurun dan penurunan berlanjut terus sampai kehamilan postmatur. Komposisi cairan amnion 1) Air ( 98 – 99% ) 2) Karbohidrat (glukosa dan fruktora), protein (albumin dan globulin), lemak, hormon

(esterogen dan progesteron ), enzym (alkali fosfatase). 3) Mineral (natrium, kalium dan klorida) 4) Material lain (vernix caseosa, rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas dan mekonium) Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber sirkulasi dengan kecepatan 500 ml setiap jamnya. Cairan amnion berasal dari : Janin ( produksi utama )  Sekresi aktif dari epiteo amnion  Transudasi sirkulasi janin  Air seni janin Maternal  Transudasi dari sirkulasi maternal Cairan amnion diabsorbsi melalui amnion kedalam sirkulasi maternal dan melalui gastrointestinal janin (proses menelan pada janin).

Keadaan normal cairan amnion: 1) Pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc. 2) Keadaan jernih agak keruh. 3) Steril 4) Bau khas, agak manis dan amis. 5) Terdiri atas 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks kaseosa, dan sel-sel epitel. 6) Sirkulasi sekitar 500 cc/jam.

Kandungan cairan amnion Pada permulaan kehamilan, cairan amnion di ultrafisasi oleh plasma ibu. Pada permulaan trimester ke dua , cairan amnion sebagian besar terdiri dari cairan ekstra seluler yang berdifusi melalui kulit janin yang kemudian mencerminkan komposisi plasma janin. Setelah minggu ke 20 kornifikasi dari kulit janin tetap mempertahankan difusi ini dan pada saat ini komposisi terbesar pada cairan amnion adalah urine janin. Ginjal janin mulai memproduksi urine pada minggu ke 12 usia kehamilan dan setelah minggu ke 18 memproduksi 7 – 14 ml per hari. Urin janin lebih banyak terdiri dari urea , kreatinin dan asam urat dibandingkan plasma, juga terdiri dari deskuamasi sel-sel janin , vernix, lanuga dan bermacam sekresi. Karena bersifat hipotonik, efek jaringan menurunkan osmolaritas cairan amnion sejalan dengan kemajuan usia kehamilan. Cairan pulmonum memberikan sedikit proporsi pada volume amnion, yang difiltrasi melalui plasenta untuk beberapa saat. a) Prolaktin Prolaktin didapatkan dalam konsentrasi tinggi di cairan amnion , jumlahnya bisa mencapai 10.000 ng/ml , yang didapatkan pada minggu ke 20 sampai 26 kehamilan ,hal ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar prolaktin pada janin (mencapai 350 ng/ml) atau pada plasma ibu (mencapai 150 s/d 200 ng/ml) jumlahnya makin menurun dan mencapau titik terendah setelah kehamilan 34 minggu . beberapa penelitian membuktikan bahwa desidua merupakan tempat sintesa prolactin yang berada dalam cairan amnion. Fungsi dari prolactin yang berada dalam cairan amnion belum diketahui , tetapi berapa peneliti berkesimpulan prolaktin dalam cairan amnion berfungsi memperbaiki transfer cairan

dari janin ke bagian ibu, dan menyediakan cairan ekstraseluler serta mempertahankan janin dari dehidrasi selama kehamilan lanjut ketika cairan amnion biasanya bersifat hipotonik. b) Alpha feto protein Merupakan suatu glikoprotein yang disintesa yolk sac janin pada awal kehamilan konsentrasinya dalam cairan amnion meningkat sampai kehamilan 13 minggu dan kemudian akan berkurang. Jika kadar Alpha feto protein ini meningkat dan diiringi dengan peningkatan kadar asetil kolin esterase menunjukan adanya kelainan jaringan syaraf seperti neural tube defek atau defek janin lainnya. Jika peningkatan kadar alpha feto protein tidak diiringi dengan peningkatan kadar asetilkolinesterase menunjukan adanya kemungkinan etiologi lain atau adanya kontaminasi dari darah janin. c) Lesitin – Sphingomyelin Lesitin ( dipalmitoyl phosphatidycholine) merupakan suatu unsur yang penting dalam formasi dan stabilisasi dari lapisan surfaktan, yang mempertahankan alveolar dari kolaps dan respiratori distress, sebelum minggu ke 34 kadar lesitin dan sphingomyelin dalam cairan amnion sama konsentrasinya. setelah minggu ke 34 konsentrasi lesitin terhadap sphingomyelin relatif meningkat. Jika konsentrasi lesitin dalam cairan amnion lebih dari dua kali kadar sphingomyelin (L/S Ratio ), menunjukan resiko terjadinya gawat nafas pada janin sangat rendah. Tetapi jika perbandingan kadar lesitin sphingomyelin kecil dari dua resiko terjadinya gawat nafas pada janin meningkat. Karena lesitin dan sphingomyelin juga ditemukan pada darah dan mekonium, kontaminasi oleh kedua substansi tersebut dapat membiaskan hasil. Selama kehamilan sejumlah agen bioaktif bertumpuk di cairan amnion, kompartemen cairan amnion merupakan suatu tempat penyimpanan yang luar biasa yang khususnya bermanfaat dalam kehamilan dan persalinan. Banyaknya agen bioaktif yang terakumulasi dalam cairan amnion selama kehamilan merupakan suatu hal yang tipikal dari inflamasi jaringan . Suatu hal yang unik dari agen agen bioaktif ini adalah bersifat uterotonik seperti PGE , PGF , PAF dan endothelin-1 , produk-produk ini dapat dilihat pada vaginadan cairan 2

2

amnion setelah proses persalinan dimulai . Agen-agen inflamasi ini penting peranannya dalam proses dilatasi servik . d) Sitokin Makrofag terdapat dalam cairan amnion dalam jumlah yang kecil sebelum proses persalinan, sebenarnya leukosit tidak dapt melakukan penetrasi normal melalui membran janin baik secara in vivo atau in vitro, tetapi dengan adanya inflamasi dari desidua pada partus preterm , leukosit ibu akan diambil menuju cairan amnion , fenomena juga pada partus yang aterm, aktivasi leukosit diakselerasi oleh inflamasi dan memungkin kan melewati membran janin. e) Interleukin -1β Interleukin -1β merupakan sitokin primer , yang diproduksi secara cepat sebagai respon dari infeksi dan perubahan imunologi dan Interleukin -1β akan merangsang sitokin

lain dan mediator inflamasi lainnya. Interleukin -1β secara normal tidak terdeteksi sebelum proses persalinan , Interleukin -1β baru akan muncul pada cairan amnion pada persalinan yang preterm atau sebagai reaksi dari infeksi pada caira amnion. Pada kehamilan aterm, seperti prostaglandin Interleukin -1β diproduksi pada desidua setelah induksi persalinan atau dilatasi servik, yang kemudian akan di distribusikan pada cairan amnion dan vagina. Sitokin lainnya yang terdapat dalam cairan amnion adalah Interleukin -6 atau Interleukin – 8. f) Prostaglandin Prostaglandin terutama PGE juga PGF di dapatkan pada cairan amnion pada semua 2



tahap persalinan . Sebelum proses persalinan dimulai prostanoid dalam cairan amnion dihasilkan dari ekskresi urine janin dan mungkin juga oleh kulit , paru-paru dan tali pusat. Seiring dengan pertumbuhan janin , kadar prostaglandin dalam cairan amnion meningkat secara bertahap.Walaupun demikian tidak ada pertambahan kadar prostaglandin yang dapat dihubungkan atau diinterprestasikan sebagai pertanda pre partus. Faktanya jumlah total kadar prostaglandin dalam cairan amnion pada saat kehamilan cukup bulan sebelum persalinan dimulai sangat kecil (sekitar 1μg) , karena waktu paruh prostaglandin dalam cairan amnion sangat lama yaitu 6 – 12 jam , jumlah dari prostaglandin yang memasuki cairan amnion sangat kecil. Hubungan antara peningkatan kadar prostaglandin dalam cairan amnion dan inisiasi dari persalinan menjadi suatu tanda tanya selama lebih 30 tahun terakhir. Konsentrasi dari PGF PGFM dan PGE pada bagian atas cairan amnion pada saat 2α ,

permulaan persalinan (pembukaan 2,5 atau kurang) tidak lebih besar dibandingkan sebelum proses persalinan , kadar prostaglandin dalam kantong belakang cairan amnion pada saat pembukaan 3 cm jauh lebih besar dibandingkan kadarnya sebelum proses persalinan dimulai , dan lebih lanjut kadarnya akan meningkat seiring dengan makin majunya pembukaan servik. Lebih lanjut kadar prostaglandin pada kantong belakang jauh lebih besar dari pada bagian atas pada semua thap dari proses persalinan. Kadar prostaglandin cairan amnion di bagian atas pada saat pembukaan 3 sampai dengan 5 cm secara signifikan lebih besar dibandingkan kadarnya sebelum proses persalinan dimulai. Setelah itu pada pembukaan 5,5 sampai dengan 7 cm tidak ada peningkatan kadar prostaglandin pada bagian atas cairan amion. Dilatasi cervik pada pembukaaan 3 sampai dengan 5 memegang peranan penting dalam kemajuan persalinan. Pada tahap ini bagian janin telah masuk ke dalam pelvis ibu, yang membagi dua cairan amnion secara anatomi dan fungsi ke dalam dua bagian. Sebelum pemisahan lengkap dari dua bagian ini kandungan dari cairan amnion dapat bercampur antara keduanya , tetapi setelah pemisahan lengkap dari cairan amnion ini transfer prostaglandin dari kantong belakang ke bagian atas menurun abahkan hilang sama sekali. PGFM yang terdapat pada bagian belakang jauh lebih besar dari pada PGE. Lebih lanjut banyak bukti yang menunjukan bahwa peningkatan kadar prostaglandin dalam cairan amnion bukan merupakan suatu indikasi bahwa prostaglandin mempunyai peranan penting dalam inisiasi persalinan : 1. Tidak adanya hubungan peningkatan kadar prostaglandin dengan proses persalinan sebelum persalinan dimulai.

2. Jumlah total prostaglandin dalam cairan amnion dan jumlah yang memasuki cairan amnion sebelum dan selama persalinan sangat kecil dibandingkan kadar yang dibutuhkan untuk menginduksi persalinan. 3. Kadar Prostaglandin pada kantong belakang kompartemen berhubungan dengan proses dilatasi sevik g) Platelet activing factor (PAF) Platelet activing factor merupakan suatu reseptor yang termasuk dalam kelompok heptahelicl dari reseptor transmembran dan berperan pada peningkatan sel-sel myuometrium serta meningkatkan kontraksi uterus. Kadar Platelet activing factor dalam cairan amnion meningkat selama proses persalinan. Platelet activing factor, seperti prostaglandin, sitokinin dan endothelin-1, diproduksi di leukosit sebagai hasil proses inflamasi yang terjadi ketika servik berdilatasi. Platelet activing factor diinaktifkan oleh enzim Platelet activing factor acetylhudrolase. Enzim ini didapatkan pada aktifitas spesifik yang tinggi dari makrofag, yang terdapat dalam jumlah yang besar di desidua. Pelepasan arakidonat dari 1-alkil-2 arakidonoil fosfatidilkolin menyokong pembentukan Platelet activing factor karena produk lain dari reaksi ini , yaitu 1-alkil lisifosfatidilkolin , yang merupakan kosubtrat untuk biosintesis Platelet activing faktor.

Kelainan jumlah cairan amnion: Hidramnion (polihidramnion) Air ketuban berlebihan (>2000 cc). Dapat mengarah pada kecurigaan kelainan kongenitalsusunan saraf pusat atau sistem pencernaan, atau gangguan sirkulasi, atau hiperaktivitas sistem urinarius janin. Oligohidramnion Air ketuban sedikit (
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF