Struktur APBD Dan Pengertian

December 6, 2018 | Author: apihanas | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

qwe...

Description

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari : a. Pendapatan Daerah; b. Belanja Daerah; c. Pembiayaan Daerah a. Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah selanjutnya dikelompokan atas : - Pendapatan Asli Daerah (PAD) - Dana Perimbangan - Lain-lain Pendapatan daerah yang sah b. Belanja Daerah Belanja Daerah selanjutnya dikelompokan atas : - Belanja Tidak langsung - Belanja langsung c. Pembiayaan Daerah Pembiayaan Daerah terdiri dari : - Penerimaan Pembiayaan - Pengeluaran Pembiayaan Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah mengakibatkan surplus atau defisit APBD. Selanjutnya pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan. Jika terjadi defisit, maka jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran. Sedangkan SILPA tahun berjalan merupakan selisih antara surplus/defisit APBD dengan pembiayaan neto. Selanjutnya secara garis besar struktur APBD tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Struktur APBD dan Pengertian-pengertianya A. STRUKTUR APBD

Gambar Struktur APBD

B. PENJELASAN 1.    PENDAPATAN ASLI DAERAH  Adalah   pendapatan   yang   diperoleh   daerah   berdasarkan   peraturan   daerah   sesuai dengan   peraturan   perundang­undangan   untuk   mengumpulkan   dana   guna   keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain­lain pendapatan asli daerah yang sah. 

Pajak   daerah  Pungutan   yang   dilakukan   Pemerintah   Daerah   berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pajak daerah ini dapat dibedakan dalam dua kategori   yaitu   pajak   daerah   yang   ditetapkan   oleh  peraturan   daerah  dan  pajak negara yang pengelolaannya dan penggunaannya diserahkan kepada daerah.



Retribusi daerah Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.



Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Adalah penerimaan yang berupa hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yang terdiri dari bagian laba Perusahaan Daerah Air Minum, bagian laba lembaga keuangaan bank, bagian laba lembaga keuangan non bank, bagian laba   perusahaan   milik   daerah   lainnya   dan   bagia   laba   atas   penyertaan modal/investasi kepada pihak ketiga.



Lain­lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Meliputi hasil penjualan kekayaan daerah   yang   tidak   dapat   dipisahkan,  jasa   giro,   pendapatan   bunga   dan   komisi, potong ataupun bentuk lain sebagai akibat penjualan dan atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

2.    DANA PERIMBANGAN Dana   Perimbangan   adalah   dana   yang   bersumber   dari   pendapatan   APBN   yang dialokasikan   kepada   Daerah   untuk   mendanai   kebutuhan   Daerah   dalam   rangka pelaksanaan   Desentralisasi.   Berdasarkan  UU   No  33  tahun   2004  tentang   Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah, dana perimbangan terdiri dari:



Dana   Bagi   Hasil  adalah   dana   yang   bersumber   dari   pendapatan   APBN   yang dialokasikan   kepada   Daerah   berdasarkan   angka   persentase   untuk   mendanai kebutuhan   Daerah   dalam   rangka   pelaksanaan   Desentralisasi.   Dana   Bagi   Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.



Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan   antar­Daerah   untuk   mendanai   kebutuhan   Daerah   dalam   rangka pelaksanaan Desentralisasi.



Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

3.    LAIN­LAIN PENDAPATAN YANG SAH 

Hibah Tidak Mengikat Hibah tidak mengikat diartikan bahwa pemberian hibah tersebut ada batas akhirnya tergantung pada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan   atas   kegiatan   tersebut   dalam   menunjang   penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga,organisasi   swasta   dalam   negeri,   kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.



Dana Darurat Dari Pemerintah  Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN   yang   dialokasikan   kepada   Daerah   yang   mengalami   bencana   nasional, peristiwa  luar   biasa,  dan/atau   krisis   solvabilitas.  Dana  darurat  dari   pemerintah dalam   rangka   penanggulangan   korban   atau   kerusakan   akibat   bencana   alam. Pemerintah   mengalokasikan   Dana   Darurat   yang   berasal   dari   APBN   untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar   biasa   yang   tidak   dapat   ditanggulangi   oleh   Daerah   dengan   menggunakan sumber APBD.



Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi Ke Kabupaten Atau Kota Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau   pendapatan   kabupaten/kota   kepada   pemerintah   desa   atau   pendapatan pemerintah   daerah   tertentu   kepada   pemerintah   daerah   lainnya   pada   APBD memperhitungkan  rencana  pendapatan   pada  Tahun   Anggaran   2011,  sedangkan pelampauan   target   Tahun   Anggaran   2011   yang   belum   direalisasikan   kepada pemerintah daerah dan menjadi hak pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah desa ditampung dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012.



Dana Penyesuaian Dan Dana Otonomi Khusus  Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi   khusus   suatu   daerah,   sebagaimana   ditetapkan   dalam   undang­undang Nomor   21   Tahun   2001   tentang   otonomi   khusus   bagi   Provinsi   Papua,   dan penyesuaian Otonomi Khusus bagi Provinsi yang menerima DAU lebih kecil dari tahun anggaran sebelumnya.



Bantuan  Keuangan  Dari  Propinsi Atau  Dari  Pemerintah  Daerah  Lainnya Pemerintah   provinsi   atau   pemerintah   kabupaten/   kota   dapat   menganggarkan bantuan   keuangan   kepada   pemerintah   daerah   lainnya   dan   kepada   desa   yang didasarkan   pada   pertimbangan   untuk   mengatasi   kesenjangan   fiskal,   membantu pelaksanaan   urusan   pemerintahan   daerah   yang   tidak   tersedia   alokasi   dananya, sesuai   kemampuan   keuangan   masing­masing   daerah.   Pemberian   bantuan keuangan   dapat   bersifat   umum   dan   bersifat   khusus.   Bantuan   keuangan   yang bersifat   umum   digunakan   untuk   mengatasi   kesenjangan   fiskal   dengan menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah   penduduk   miskin   dan   luas   wilayah   yang   ditetapkan   dengan   peraturan kepala   daerah.   Bantuan   keuangan   yang   bersifat   khusus   digunakan   untuk membantu   capaian   kinerja   program   prioritas   pemerintah   daerah/desa   penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima   bantuan.   Pemanfaatan   bantuan   keuangan   yang   bersifat   khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan.

4.    BELANJA TIDAK LANGSUNG Berdasarkan   Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   13   Tahun   2006   Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kelompok Belanja Tidak Langsung terdiri dari: 

Belanja   pegawai  merupakan   belanja   kompensasi,   dalam   bentuk   gaji   dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang­undangan.



Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung   atas   kewajiban   pokok   utang   (principal   outstanding)   berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.



Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Belanja subsidi dianggarkan sesuai dengan keperluanperusahaan/lembaga penerima subsidi dalam peraturan daerah tentang APBD yang peraturan pelaksanaannya lebih lanjut dituangkan dalam peraturan kepala daerah.



Belanja hibah  bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.



Bantuan   sosial  digunakan   untuk   menganggarkan   pemberian   bantuan   dalam bentuk   uang   dan/atau   barang   kepada   masyarakat   yang   bertujuan   untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak secara terus menerus/tidak  berulang  setiap  tahun  anggaran,  selektif  dan  memiliki  kejelasan peruntukan penggunaannya.



Belanja   bagi   hasil  digunakan   untuk   menganggarkan   dana   bagi   hasil   yang bersumber   dari   pendapatan   provinsi   kepada   kabupaten/kota   atau   pendapatan kabupaten/kota   kepada   pemerintah   desa   atau   pendapatan   pemerintah   daerah tertentu kepada pemerintah daerah Iainnya sesuai dengan ketentuan perundang­ undangan.



Bantuan   keuangan  digunakan   untuk   menganggarkan   bantuan   keuangan   yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan   kepada   pemerintah   daerah   lainnya   atau   dari   pemerintah   kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah Iainnya dalam rangka pemerataan dan/atau   peningkatan   kemampuan   keuangan.   Bantuan   keuangan   yang   bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah   desa   penerima   bantuan.   Bantuan   keuangan   yang   bersifat khusus   peruntukan   dan   pengelolaannya   diarahkan/ditetapkan   oleh   pemerintah daerah pemberi bantuan.



Belanja  tidak  terduga  merupakan belanja  untuk kegiatan  yang sifatnya  tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan  bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun­tahun sebelumnya yang telah ditutup.

5.    BELANJA LANGSUNG Berdasarkan   Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   13   Tahun   2006   Tentang Pedoman   Pengelolaan   Keuangan   Daerah,   mengenai   belanja   langsung   yang   terdapat dalam Pasal 50, Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: 

Belanja pegawai, untuk pengeluaran Honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.



Belanja   barang   dan   jasa  digunakan   untuk   pengeluaran   pembelian/pengadaan barang   yang   nilai   manfaatnya   kurang   dari   12   (duabelas)   bulan   dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa  mencakup belanja barang pakai   habis,   bahan/material,   jasa   kantor,   premi   asuransi,   perawatan   kendaraan bermotor,   cetak/penggandaan,   sewa   rumah/gedung/gudang/parkir,   sewa   sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari­ hari   tertentu,   perjalanan   dinas,  perjalanan   dinas   pindah   tugas   dan   pemulangan pegawai.



Belanja   modal  digunakan   untuk   pengeluaran   yang   dilakukan   dalam   rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai   manfaat   lebih   dari   12   (duabelas)   bulan   untuk   digunakan   dalam   kegiatan pemerintahan,   seperti   dalam   bentuk   tanah,   peralatan   dan   mesin,   gedung   dan bangunan,   jalan,   irigasi   dan   jaringan,   dan   aset   tetap   lainnya.   Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset. Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap   aset   yang   dianggarkan   pada   belanja   modal   dianggarkan   pada   belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.

6.    PENERIMAAN PEMBIAYAAN 

Sisa lebih perhitungan anggaran TA sebelumnya (silpa) Sisa lebih perhitungan anggaran   tahun   anggaran   sebelumnya   (SiLPA)   mencakup   pelampauan penerimaan   PAD,   pelampauan   penerimaan   dana   perimbangan,   pelampauan penerimaan   lain­lain   pendapatan   daerah   yang   sah,   pelampauan   penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.



Pencairan   Dana   Cadangan  Pencairan   dana   digunakan   untuk   menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan. Jumlah yang dianggarkan yaitu sesuai dengan   jumlah   yang   telah   ditetapkan   dalam   peraturan   daerah   tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.



Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Hasil penjualan kekayaan daerah   yang   dipisahkan   digunakan   antara   lain   untuk   menganggarkan   hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.



Penerimaan Pinjaman Daerah  Penerimaan pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan   penerimaan   pinjaman   daerah   termasuk   penerimaan   atas penerbitan   obligasi   daerah   yang   akan   direalisasikan   pada   tahun   anggaran berkenaan.



Penerimaan   Kembali   Pemberian   Pinjaman  Penerimaan   kembali   pemberian digunakan   untuk   menganggarkan   posisi   penerimaan   kembali   pinjaman   yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya.



Penerimaan   Piutang   Daerah  Penerimaan   piutang   digunakan   untuk menganggarkan penerimaan yang bersumber dari pelunasan piutang fihak ketiga, seperti berupa penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan penerimaan piutang lainnya.

7.    PENGELUARAN PEMBIAYAAN Berdasarkan   Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   13   Tahun   2006   Tentang Pedoman   Pengelolaan   Keuangan   Daerah,   Pengeluaran   pembiayaan   mencakup: Pembentukan   dana   cadangan,   penerimaan   modal   (investasi)   pemerintah   daerah, pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman daerah. 

Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan   dana   relatif   besar   yang   tidak   dapat   dipenuhi   dalam   satu   tahun anggaran. Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam   satu   tahun   anggaran.   Pembentukan   dana   cadangan   ditetapkan   dengan peraturan   daerah.   Peraturan   daerah   mencakup   penetapan   tujuan   pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke   rekening   dana   cadangan,   sumber   dana   cadangan,   dan   tahun   anggaran pelaksanaan dana cadangan.Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya   sehingga   dapat   meningkatkan   kemampuan   pemerintah   dalam   rangka pelayanan kepada masyarakat.



Investasi   pemerintah   daerah  digunakan   untuk   menganggarkan   kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan balk dalam jangka pendek maupun jangka panjang.   Investasi   jangka   pendek   merupakan   investasi   yang   dapat   segera diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan. Investasi jangka

panjang antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan   suatu   badan   usaha,   misalnya   pembelian   surat   berharga   untuk menambah   kepemilikan   modal   saham   pada   suatu   badan   usaha,   surat   berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan balk dalam dan luar   negeri,   surat   berharga   yang   tidak   dimaksudkan   untuk   dicairkan   dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. 

Pembayaran pokok utang didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan sesuai dengan perjanjian pinjaman dan pelaksanaannya merupakan prioritas utama dari seluruh   kewajiban   pemerintah   daerah   yang   harus   diselesaikan   dalam   tahun anggaran   yang   berkenaan.   Pembayaran   pokok   utang   digunakan   untuk menganggarkan   pembayaran   kewajiban   atas   pokok   utang   yang   dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.



Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah   dibebani   kewajiban   untuk   membayar   kembali.   Pemberian   pinjaman digunakan   untuk   menganggarkan   pinjaman   yang   diberikan   kepada   pemerintah pusat   dan/atau   pemerintah   daerah   lainnya.   Penerimaan   kembali   pemberian pinjaman  digunakan untuk menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya.

STRUKTUR APBD PEMERINTAH KOTA BANDUNG TAHUN 2011

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

Belanja Pegawai

Rp.

3.312.196.925.814,23

Rp.

1.919.949.172.763,64

Rp.

Belanja Subsidi

Rp.

Belanja Hibah

Rp.

1.366.453.235.354,41

445.215.390.739,10

135.000.000,00

Belanja Bantuan Sosial

Rp.

45.125.500.000,00

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa

Rp.

265.459.489.100,00

Belanja Tidak Terduga

Rp.

BELANJA LANGSUNG

Rp.

Belanja Pegawai

Rp.

Belanja Modal

Rp.

SURPLUS / (DEFISIT)

PEMBIAYAAN

PENERIMAAN DAERAH

1.392.247.753.050,59

Rp.

Belanja Barang dan Jasa

Rp.

80.218.272.441,00

118.960.363.609,00

552.259.653.801,00

721.027.735.640,59

Rp. (261.065.180.269,00)

278.945.180.269,00

Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah

Rp. 276.445.180.269,00

Rp. 2.500.000.000,00

Rp. 17.880.000.000,00

PENGELUARAN DAERAH

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

Pembayaran Pokok Utang

PEMBIAYAAN NETTO

Rp. 12.500.000.000,00

Rp. 5.380.000.000,00

Rp. 261.065.180.269,00

Apa beda SilPA dengan SILPA?

Minggu, 14 Februari 2010

Bicara tentang SiLPA maupun SILPA akan selalu berhubungan dengan pembiayaan. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

Pembiayaan untuk menutup defisit anggaran sering disebut sebagai penerimaan pembiayaan. Sebaliknya, pembiayaan yang dilakukan untuk memanfaatkan surplus disebut dengan pengeluaran pembiayaan. Kembali ke pertanyaan pada judul di atas, sekilas pertanyaan tersebut adalah biasa saja. Tapi tunggu dulu, yang satu SilPA (dengan huruf i kecil) dan yang satu lagi SILPA (dengan huruf i besar/kapital). Apa perbedaanya hanya pada huruf "i" itu? Tentu saja tidak. SiLPA (dengan huruf i kecil) adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, yaitu selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. Misalnya realisasi penerimaan daerah tahun anggaran 2008 adalah Rp571 milyar sedangkan realisasi pengeluaran daerah adalah Rp524 milyar, maka SiLPA-nya adalah Rp47 milyar. Sedangkan SILPA (dengan huruf i besar/kapital) adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenan. Yaitu selisih antara surplus/defisit anggaran dengan pembiayaan netto. Dalam penyusunan APBD angka SILPA ini seharusnya sama dengan nol. Artinya bahwa penerimaan pembiayaan harus dapat menutup defisit anggaran yang terjadi. Jika angka SILPA-nya positif berarti bahwa ada pembiayaan netto setelah dikurangi dengan defisit anggaran, masih tersisa (misalnya (Rp2 milyar). Atau dengan penjelasan lain bahwa secara anggaran masih ada dana dari penerimaan pembiyaan yang Rp2 milyar tersebut yang belum dimanfaatkan untuk membiayai Belanja Daerah dan/atau Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Bagaimana pula jika SILPA angkanya negarif? Jika angka SILPA-nya negatif berarti bahwa pembiayaan netto belum dapat menutup defisit anggaran yang terjadi. Untuk itu perlu dicari jalan keluarnya. Misalnya dengan mengusahakan sumber-sumber penerimaan pembiayaan yang

lain seperti utang dan lain sebagainya. Atau dengan mengurangi Belanja dan atau pengeluaran pembiayaan sehingga angka SILPA ini sama dengan nol.

Belanja Tidak Langsung adalah Belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Misalnya: Gaji PNSD, bantuan kepada Organisasi, hibah kepada sekolah swasta, bantuan kepada Partai Politik, Bantuan kepada Pemerintah Desa, Belanja Tidak Terduga. Belanja Langsung adalah Belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Misalnya: kegiatan pembuatan jalan, kegiatan pengadaan kendaraan dinas operasional, kegiatan pendidikan dan pelatihan kader Pos Yandu dll Klasifikasi belanja menurut urusan wajib mencakup : a. pendidikan; b. kesehatan; c. pekerjaan umum; d. perumahan rakyat; e. penataan ruang; f. perencanaan pembangunan; g. perhubungan; h. lingkungan hidup; i. pertanahan; j. kependudukan dan catatan sipil; k. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera; m. sosial; n. ketenagakerjaan; o. koperasi dan usaha kecil dan menengah; p. penanaman modal; q. kebudayaan; r. kepemudaan dan olahraga; s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; u. ketahanan pangan; v. pemberdayaan masyarakat dan desa; w. statistik; x. kearsipan; y. komunikasi dan informatika; dan z. perpustakaan. Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan mencakup : a. pertanian; b. kehutanan ; c. energi dan sumberdaya mineral; d. pariwisata; e. kelautan dan perikanan; f. perdagangan;

g. industri; dan h. ketransmigrasian. Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung terdapat pada urusan Wajib dan Urusan Pilihan.

Selamat datang di Blognya Pakde. Blog ini didedikasikan sebagai sarana berbagi informasi tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Semoga keberadaan Blog ini dapat memberi sedikit info yang bermanfaat bagi pengelolaan keuangan daerah. Terima kasih.

Download Peraturan Keuangan Daerah

Senin, 02 Agustus 2010 Di sini anda dapat men-download berbagai peraturan, terutama peraturan yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah. Adapun peraturan perundangundangan tersebut adalah sebagai berikut: Undang-Undang (UU) 1.UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2.UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 3.UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemda 4.UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah Peraturan Pemerintah (PP) 1.PP No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 2.PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan 3.PP No.54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah 4.PP No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan 5.PP No.56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah 6.PP No.57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah 7.PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 8.Penjelasan PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 9.PP No.5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Parpol Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) 1.Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 2.Permendagri No.44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilukada 3.Permendagri No.59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri No.13 Tahun 2006 4.Permendagri No.61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan BLUD 5.Permendagri No.20 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan DAK di Daerah

6.Permendagri No.24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Parpol. 7.Permendagri No.25 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD TA 2010 8.Permendagri No.57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Permendagri No.44 Tahun 2007 9.Permendagri No.37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan APBD TA 2011 10.Permendagri No.21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Permendagri No.13 Tahun 2006 11.Permendagri No.22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan APBD TA 2012 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 1.PMK No.147/PMK.07/2006 tentang Tata Cara Penerbitan, Pertanggungjawaban, dan Publikasi Informasi Obligasi Daerah 2.PMK No.129/PMK.07/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sanksi Pemotongan DAU dan/atau DBH dalam Kaitannya dengan Pinjaman Daerah dari Pemerintah 3.PMK No.168/PMK.07/2008 tentang Hibah Daerah

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF