Strategi Pemberdayaan Kader Dan Dukun Belum Selesai
May 8, 2017 | Author: fitra | Category: N/A
Short Description
semoga bermanfaat...
Description
A. STRATEGI PEMBERDAYAAN KADER DAN DUKUN 1. Strategi pemberdayaan kader Peranan dukun bayi di masyarakat dalam menolong seorang ibu selama masa kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan berkaitan sangat erat dengan budaya dan kebiasaan setempat. Dukun bayi kebanyakan merupakan orang yang cukup dikenal di desa, dihormati, dianggap sebagai orang tua yang dapat dipercaya, dan sudah berpengalaman. Selain melakukan perawatan kehamilan, menolong persalinan, serta merawat ibu dan bayinya sesudah persalinan, dukun bayi umumnya dipercaya dapat memberikan kekuatan spiritual melalui doa-doa, mantra, dan ritual-ritual adat yang dilakukannya, sehingga memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu yang akan melahirkan. Setiap persalinan ibu harus ditolong oleh tenaga kesehatan (Kebijakan Kementerian Kesehatan RI di lapangan, jumlah dukun bayi jauh lebih banyak dari jumlah bidan. Hal ini berbanding terbalik dengan keberadaan bidan yang relatif terbatas, khususnya di desa-desa dan daerah terpencil. Meskipun secara teknis bidan memiliki keahlian yang diakui dalam membantu persalinan, pengalaman dan usia yang umumnya masih muda (terutama bagi yang ditempatkan di daerah terpencil) seringkali menjadi hambatan dalam meraih kepercayaan masyarakat. Berdasarkan fakta tersebut serta kebijakan pemerintah bahwa setiap persalinan ibu harus ditangani oleh tenaga kesehatan, maka upaya membangun kemitraan bidan dan dukun bayi menjadi sangat perlu dilakukan. Dukun bayi bersedia mengalihkan peranannya sebagai penolong persalinan kepada bidan, tetapi tetap berperan dalam merawat ibu selama masa kehamilan, mendampingi saat persalinan (dengan melakukan ritual adat atau keagamaan untuk membuat ibu merasa tenang dan aman), dan merawat ibu dan bayi setelah persalinan (masa nifas). Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang dihadapinya. Pembinaan atau pelatihan tersebut
dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah : 1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan (promosi bidan siaga) 2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya. 3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana 4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu 5. Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan sayang ibu. 2. Strategi Pemberdayaan Dukun Bayi. a. Pengertian Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.(Dep Kes RI. 1994 : 2). Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah : Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria. Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas. Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat. Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun. Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu : Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing-masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut: 1. Fase I: Pendaftaran Dukun Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar
b.
c.
d.
e.
Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka dalam penanganan kehamilan dan persalinan 2. Fase II : Pelatihan Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assessment Diberikan sertifikat Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan ibu Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek 3. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun Pembinaan dukun Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah. Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati, memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar bidandapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di antaranya adalah sebagai berikut: a. Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat. b. Melakukan pendekatan dengan para dukun. c. Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman. d. Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasikomplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan. e. Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling menguntungkan. f. Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan. Pelaksanaan pembinaan dukun Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan Dokter Bidan Perawat kesehatan Petugas imunisasi Petugas gizi Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas. Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi
Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal dukun. Pertemuan rutin yang telah disepakat Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan B. MATERI PEMBINAAN KADER DAN DUKUN BAYI Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun: 1. Promosi Bidan Siaga Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat. 2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan,Persalinan dan Nifas a. Tanda-tanda bahaya kehamilan Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga tentang timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera membawah ibu kepelayanan kesehatan / memanggil bidan. Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi : Perdarahan jalan lahir Kejang Sakit kepala yang berlebihan Muka dan tangan bengkak Demam tinggi menggigil / tidak Pucat Sesak nafas b. Tanda-tanda kegawatan dalam persalinan Sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam persalinan dapat terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut : Perdarahan Kejang Demam, menggigil, keluar lender dan berbau Persalinan lama Mal presentase Plasenta tidak lahir dalam 30 menit
Kegawatan masa nifas Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan dapat terjadi baik pada ibu ataupun bayi. Kegawatan yang dapat mengancam keselamatan ibu baru bersalin adalah perdarahan karena sisa plasenta dan kontraksi serta sepsis (demam). Pada bayi yang baru dilahirkan dapat terjadi depresi bayi dan atau trauma. Bila terjadi kegawatan pada ibu / bayi beri tahu ibu, suami dan keluarga tentang tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang dapat ditimbulkan dari tatalaksana tersebut. Serta persiapan tindakan rujukan. Tindakan ini perlu untuk melibatkan ibu, suami dan keluarga sehingga tercapai suatu kerjasama yang baik. Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan kepada ibu, suami dan keluarga bahwa adanya tanda-tanda kegawatan mengharuskan ibu untuk dibawah segera kesarana pelayanan kesehatan atau menghubungi bidan.Tanda-tanda kegawatan masanifas pada ibu. d. Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu yang perlu diperhatikan meliputi : perdarahan banyak atau menetap rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat bengkak pada salah satu atau kedua kaki rasa sakit pada perut berlebihan dan lokia berbau busuk atau berubah warna. pucat, tangan dan kaki dingin (syok) tidur turun dratis kejang sakit kepala berlebihan / gangguan pandangan bengkak pada tangan dan muka peningkatan tekanan darah buang air kecil sedikit / berkurang dan sakit tidak mampu menahan BAK / ngompol demam tanpa atau dengan menggigil adanya kesedihan yang mendalam, kesulitan dalam tidur, makan dan merawat bayi. Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu mendapatkan pelayanan dari bidan / mencari pertolongan kesarana pelayanan kesehatan. f. Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi g. Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir, disebabkan masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat, akibat pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak bersih, luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena diberi bermacam-macam ramuan, atau ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT lengkap sehingga bayi yang dikandungnya tidak kebal terhadap penyakit tetanus neonatorum. h. Penyuluhan Gizi dan KB 1. Penyuluhan Gizi dan KB a. Gizi pada ibu hamil. Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat lima sempurna. Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil. Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari seperti kolak, kacang hijau, kuekue dan lain-lain. Tidak ada pantangan makan selama hamil Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas. b. Gizi pada bayi i. Pencatatan Kelahiran dan Kematian bayi/Ibu Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Kasar (AKK) j. Promosi Tabulin, Donor Darah Berjalan dan Ambulance C. HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PEMBINAAN DUKUN Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun di masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut : Sikap dukun yang kurang kooperatif Kultur yang kuat Sosial ekonomi Tingkat pendidikan D. PENDAMPINGAN SOSIAL TERHADAP DUKUN DAN BAYI Pendamping adalah petugas yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan melakukanaktifitas bimbingan kepada masyarakat untuk melalui taha pan–tahapan dalam sebuah program pembangunan. Peran bidan sebagai fasilitator adalah bidan memberikan bimbinga nteknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang kearah pencapaian tujuan yang diinginkan. Nilai - nilai universal dalam fasilitasi : Demokrasi Tanggung Jawab Kerjasama
Kejujuran Kesamaan Derajat Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga dapat diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat. Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi kesempu rnaan agar siapmelanjutkan program pembangunan secara mandiri. Sebaliknya,fasilitator harusmulai mengurangi campur tangan secara perlan Sebagai tenaga ahli,fasilitator sudah pasti dituntut untuk selalu terampilme lakukan. Persoalan yang diungkapkan masyarakat saat problem solving tidak secara otomatisharus dijawab oleh fasilitator tetapi bagaimana fasilit atormendistribusikan danmengembalikan persoalan dan pertanyaan terseb ut kepada semua pihak (peserta ataumasyarakat ). Upayakan bahwa pendapat masyarakatlah yang mengambil alih keputusan. Hal yang penting juga untuk diperhatikan pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator harus dapat mengenali tugasnya secara baik. Peran fasilitator pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan, menkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.Fasilitator selaku ketua dalam pelaksanaan memiliki peran seba gai berikut: Memfasilitasi pembentukan Desa Siap Antar Jaga diwilayahnya m asing masing. Disini fasilitator berperan dalam pembentukan Desa Siaga di wilayahnya. Melakukan penggalangan solidaritas masyarakat untuk berperan da lampelaksanaan Desa Siap Antar Jaga.Disini fasilitator membantu mengembangkan UKBM serta hal-hal yang terkait lain, contohnya PHBS, dana sehat, tabulin, dasolin dan ambulan desa. Mendorong anggota masyarakat untuk mampu mengungkapkanpen dapatnya dan berdialog dengan sesame anggota masyarakat, tokoh/ pemuka masyarakat, petugas kesehatan, serta unsure masyarakat lain yang terlibat dalam pelaksanaan Desa Siap Antar Jaga. Fasilitator Desa Siagamembantu dalam memecahkan setiap permas alahan yang ada di wilayahnya secara musyawarah bersama. Melakukan koordinasi pelaksanaan Desa Siap Antar Jaga secaraber kesinambungan.Fasilitator setiap bulan melakukan pertemuan deng an kader dan tokohmasyarakat lainnya. Menjadi penghubung antara masyarakat dengan sarana pelayanan kesehatan.Fasilitator membantu tenaga kesehatan dalam pelaksana an Desa Siaga di wilayahnya. Fasilitator selaku ketua dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga memil ikiperan sebagai berikut:
Melakukan penggalangan solidaritas masyarakat untuk berperan d alampelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga. Mendorong anggota masyarakat untuk mampu mengungkapkan pendapatnya dan berdialog dengan sesame anggota masyarakat, tokoh/ pemuka masyarakat, petugas kesehatan, serta unsure masyarakat lain yang terlibat dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga. Melakukan koordinasi pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga
View more...
Comments