Step 7 Lbm 4 Herbal Bela

January 6, 2019 | Author: Anizatun Nuskiyati | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

kedokteran...

Description

STEP 7 LBM 4

1. Apa syarat seorang dokter di katakan dokter herbal terapis medic?

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20121%20ttg%20Stand ar%20Pelayanan%20Medik%20Herbal.pdf 

2. Apa kandungan dan fungsi ginger? Ginger is a perennial plant typically growing two to four feet in height and  preferring warm, humid climates. It has narrow, glossy, bright green leaves, and its summer flowers are yellowish green.9 Ginger has been used in several forms, e.g. tea,  preserves, syrup, and capsules. A number of pungent constituents and active ingredients constitute ginger. Steam distillation of powdered ginger produces ginger oil, containing a high proportion of sesquiterpene hydrocarbons, predominantly zingiberene. The major pungent compounds in ginger yielded potentially active gingerols, which can be converted to shogaols, zingerone, and paradol. The compound 6-gingerol may be responsible for the characteristic taste of ginger. Zingerone and shogaols are found in small amounts in fresh ginger and in larger amounts in dried or extracted products.5 Ginger acts within the gastrointestinal tract by increasing tone and peristalsis due to anticholinergic and antiserotonin action.10 The exact mechanism, however, is not clearly understood. The compounds 6-gingerol and 6-shogaol have been shown to have a number of pharmacological activities, including antipyretic, analgesic, antitussive, and hypotensive effects. Ginger has also been studied for motion sickness, post-surgical and chemotherapy-induced nausea and osteoarthritis.

Analisa Kandungan Ratna widyanti K –  FK UI 2009

FUNGSI Rimpang jahe merah telah lama digunakan sebagai stimulan untuk membangkitkan nafsu makan. hal tersebut dikarenakan jahe merah dapat menstimulasi aliran saliva dan cairan lambung, serta meningkatkan gerak peristaltik usus (Kraft, 2004). studi in vitro menunjukan ekstrak air dari rebusan jahe dapat menghambat aktifitas siklooksigenase sehingga dapat menghambat metabolisme asam arakidonat dan agregasi  platelet. selain itu, jahe kering dapat digunakan untuk pengobatan Rheumatoid athritis karena  pada 75% pasien yang mengkonsumsi rimpang jahe sering terjadi penurunan rasa sakit dan  bengkak. mekanisme jahe kering dapat digunakan sebagai antiinflamasi terkait dengan kerjanya dalam menghambat biosintesis prostaglandin (Ravindran dan Nirman Babu, 2005)

Anita Ayu Dwi Ajie Saputri –  FMIPA,2011

Dosis scra umum jng di konsumsi > 4 gr/ hari, pada bumil tidak boleh 1>gr/hari tdk  boleh di konsumsi selama > 3 hari  Nature of Interventions The dosage of administration of ginger either in extract, powdered or syrup form varied and are as follows: 0.5 mg/day (study 7) ; 125 mg four times a day (study 5) ; 250 mg four times a day (study 1,2,3); 350 mg three times a day (study 6) and 500 mg three times a day (study 4); 650 mg three times a day (study 9) and 1 gram daily (study 8), the highest dose.

3. Mengapa dokter memilih dengan terapi herbal dr pada terapi dg obat kimia? 4. Sediaan terapi herbal ginger?

5. Bagaimana terjadinya hiperemesis gravidarum? 1. DEFINISI DAN KLASIFIKASI

1,2

Mual dan muntah dikeluhkan oleh sekitar tiga perempat ibu hamil, umumnya terjadi selama trimester pertama. Biasanya mual dan muntah disertai dengan keluhan banyak meludah (hipersalivasi), pening, perut kembung, dan badan terasa lemah. Keluhan ini secara umum dikenal sebagai “morning sickness”  karena terasa lebih berat pada pagi hari. Namun, mual dan muntah dapat berlangsung sepanjang hari. Rasa dan intensitasnya seringkali dideskripsikan menyerupai mual muntah karena kemoterapi untuk kanker.

Keluhan mual dan muntah pada ibu hamil jarang yang dapat dihilangkan seluruhnya. Untungnya gejala dapat diringankan, misalnya dengan membatasi makan tidak sampai kenyang, makan sedikit tapi sering, menghindari makanan tertentu, atau pemberian antiemetik. Namun, pada sejumlah kasus mual muntah cukup berat sehingga langkah-langkah di atas tidak berhasil dan terjadi masalah-masalah seperti penurunan berat badan, dehidrasi, kelainan keseimbangan asam-basa, dan ketosis. Kondisi ini disebut hiperemesis gravidarum.

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi tiga tingkat, yaitu1: 

Tingkat I Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus menerus disertai dengan intoleransi terhadap makan dan minum. Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir  beserta sedikit cairan empedu, dan kalau sudah lama bisa keluar darah. Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada  pemeriksaan fisis ditemukan mata cekung, lidah kering, turgor kulit menurun, dan urin sedikit berkurang.



Tingkat II Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan segala yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi 100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.



Tingkat III Kondisi tingkat III ini sangat jarang, ditandai dengan berkurangnya muntah atau  bahkan berhenti, tapi kesadaran menurun (delirium sampai koma). Pasien mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein.

4,5

2. PATOFISIOLOGI

Etiologi mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan masih belum diketahui, namun terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya hiperemesis gravidarum. Faktor sosial, psikologis dan organobiologik, yang berupa perubahan kadar hormon-hormon selama

kehamilan, memegang peranan dalam terjadinya hiperemesis gravidarum. Disfungsi pada traktus gastrointestinal yang disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Peningkatan kadar  progesteron memperlambat motilitas lambung dan mengganggu ritme kontraksi otot-otot  polos di lambung (disritmia gaster). Selain progesteron, peningkatan kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dan estrogen serta penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH), terutama pada awal kehamilan, memiliki hubungan terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum walaupun mekanismenya belum diketahui. Pada studi lain ditemukan adanya hubungan antara infeksi kronik  Helicobacter pylori  dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum yang diteliti  pada studi tersebut menunjukkan hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif.

3. KOMPLIKASI

1

Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi pada  penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma  berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke  jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.

Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.  Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah dan  bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah  bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa

munculnya gejala-gejala dari hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.

Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan, berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.

Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan pada selaput  jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi berupa robekan kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri. Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak diperlukan transfusi.

4. TATA LAKSANA DAN PENCEGAHAN

Penatalaksanaan awal mual dan muntah pada kehamilan dapat mencegah hiperemesis gravidarum. Penatalaksanaan utama sering melibatkan istirahat dan penghindaran dari rangsangan yang berperan sebagai pemicu. Di bawah ini adalah penatalaksanaan dalam kondisi kegawatdaruratan: 

Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit dan membatasi pegunjung.



Penghentian pemberian makanan per oral 24 –  48 jam.



Penggantian cairan dan pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Larutan normal saline atau ringer laktat dapat digunakan dalam kondisi itu.



Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium,  pyridoxine, dan atau tiamin dapat dipertimbangkan. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg dapat diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.



Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan sampai hasil uji menunjukkan jumlah keton urin hilang atau sedikit.

Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan dengan vitamin B6 atau vitamin B6 ditambah doxylamine  sangat aman dan efektif serta dapat digunakan sebagai terapi farmakologis lini pertama (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2004). Pemberian multivitamin pada saat terjadinya konsepsi juga menurunkan derajat keparahan gejala.6

Penatalaksanaan Konvensional

Sampai saat ini belum ada penatalaksanaan farmakologi yang terbukti. Modalitas terapi dan obat-obatan yang telah diteliti efektivitasnya dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2. Pasien yang mengalami mual dan muntah yang berat pada kehamilan sebelumnya dapat mengkonsumsi antiemetik sebagai profilaksis atau segera setelah mengalami gejala pada kehamilan  berikutnya, yang dikenal sebagai pre-emptive therapy.7

Farmakoterapi dengan antiemetik dan piridoksin telah terbukti efektif. Piridoksin dijual dalam bentuk formulasi kombinasi dengan doxylamine. Walaupun dalam bentuk kombinasi, Benedektin dihetikan dari pasaran di USA pada tahun 1980 karena isu ketidakpastian, ACOG 2004 merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah setengah dari 25 mg doxylamine (antihistamin) yang dikonsumsi per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama. Piridoksin merupakan obat kelas A dan aman diberikan pada kehamilan.

Antiemetik konvensional, seperti penyekat reseptor H1, fenotiazin dan benzamin, telah terbukti efektif dan aman. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin dapat menyembuhkan mual dan muntah dengan menghambat  postsynaptic mesolimbic dopamine receptors  melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Terdapat

obat-obat keas C dengan keamanan yang belum dipastikan untuk digunakan pada kehamilan.  Namun, hanya didapatkan sedikit informasi mengenai efek terapi antiemetik terhadap outcome fetus dari randomized controlled trial , walaupun tidak didapatkan hubungan antara metoklopramid dan efek sampingnya, seperti malformasi, berat lahir rendah, dan persalinan  preterm.9  Terapi kombinasi dengan  pyridoxine  dan metoklopramid terbuti lebih baik dibandingkan monoterapi lain. 8 Jika terapi itu gagal, cairan kristaloid dapat diberikan untuk memperbaiki dehidrasi, ketonemia, defisit elektrolit, dan gangguan asam basa. Tiamin 100 mg dapat ditambahkan dalam 1 liter pertama dan pemberian cairan dilakukan sampai muntah terkontrol.10

Profilaksis Wernicke’s encephalopathy dengan suplementasi tiamin dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan komplikasi hiperemsis. Komplikasi itu jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat gejala muntah berat disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan ekstraokular.

Tabel 1. Modalitas tata laksana untuk hiperemesis gravidarum 17

Terapi Alternatif

Ada berbagai terapi alternatif lain yang sangat efektif. Akar jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya, disebut gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur  H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi. Ekstrak jahe ini sangat direkomendasikan oleh ACOG. 13 Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, 4 kali sehari.

The Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan stimulasi akupunktur P6 pada  pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual.  National  Evidence-based Clinical (NICE) Guidelines Oktober 2003 merekomendasikan jahe, akupunktur P6 dan antihistamin untuk tata laksana mual dan muntah dalam kehamilan, dengan evidence level I. Juga telah ditunjukkan bahwa terapi stimulasi saraf tingkat rendah  pada aspek volar pergelangan tangan dapat menurunkan mual dan muntah serta merangsang kenaikan berat badan.12

Hanya ada sedikit bukti kalau kortikosteroid efektif.

13

  Dalam dua RCT kecil, didapatkan

 bahwa tidak ada kegunaan dari metilprednisolon ataupun placebo, tapi kelompok steroid lebih sedikit yang mengalami readmission. 14  Antagonis serotonin kadang-kadang digunakan oleh beberapa klinisi untuk pasien tidak hamil yang mengalami mual berat. Pada sebuah  penelitian,

ondansentron

ternyata

tidak

lebih

baik

daripada

prometazin

sehingga

 penggunaannya terbatas.15

Dengan muntah yang persisten, kita harus mencari adanya penyebab lain seperti gastroenteritis, kolesistitis, pankreatits, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis, dan  perlemakan hati dalam kehamilan.

Hampir semua wanita hamil akan memberikan respon yang baik dengan penatalaksanaan yang telah disebutkan di atas. Bila masih ada muntah berkepanjangan, maka pemberian nutrisi enteral harus dipikirkan. Vaisman dkk. (2004) telah menunjukkan keberhasilan  pemberian makan nasojejunal selama 4-21 hari pada 11 wanita hamil dengan mual dan muntah refrakter.16 Pada sedikit sekali perempuan, nutrisi parenteral mungkin diperlukan.

Tabel 2. Tata laksana obat untuk hiperemesis gravidarum yang sudah diteliti 17

Disusun oleh: Kevin, S. Ked, King Hans, S. Ked, M Hafiizh A, S. Ked, Paul Samuel Kris M, S. Ked Narasumber: Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K) --- PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

UMUM

JAKARTA 2010

FAKULTAS

KEDOKTERAN

UNIVERSITAS

INDONESIA

6. Apa herbal yang aman buat BuMil?

7. Standar pelayanan herbal terapis medic?

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20121%20ttg%20Stand ar%20Pelayanan%20Medik%20Herbal.pdf 

8. Indikasi dan kontraindikasi pemberian ginger pada BuMil? 9. Indikasi

Current Indications and Efficacy Indications: (not all indications have supporting evidence for efficacy)

Orally, ginger is used for motion sickness, morning sickness, colic, dyspepsia, flatulence, chemotherapy-induced nausea, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, loss of appetite, post-surgical nausea and vomiting, discontinuing SSRI drug therapy, 1

anorexia, upper respiratory tract infections, cough, and bronchitis . 1

Topically, the fresh juice of ginger is used to treat thermal burns . Also the essential 1

oil of ginger can be used as a topical analgesic . In Chinese medicine , ginger is used as a diaphoretic, diuretic, and stimulant. It is 1

used to treat stomachache, diarrhea, nausea, cholera, and bleeding . Orally, fresh ginger is used to treat acute bacterial dysentery, baldness, malaria, orchitis, poisonous 1

snakebites, rheumatism, and toothaches . 10. Kontraindikasi

Because of ginger’s proposed MOAs, excessive doses could be contraindicated in patients with bleeding conditions, diabetes, heart conditions, and high BP or low BP1,2. Patients taking anticoagulants should be medically monitored if the concurrent use with ginger is necessary because the combination may prolong bleeding time3. Medicinal use of ginger may also be contraindicated in pregnancy because effects are unknown3. * more info under other safety issues

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF