Status Epileptikus
November 25, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Status Epileptikus...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Status Epileptikus (SE) merupakan masalah kesehatan umum yang diakui meningkat akhir-akhir ini terutama di negara Amerika Serikat. Ini berhubungan dengan mortalitas yang tinggi dimana pada 152.000 kasus yang terjadi tiap tahunnya di USA mengakibatkan kematian.Secara definisi, SE adalah bangkitan epilepsi yang berlangsung terus menerus selama lebih dari tiga puluh menit tanpa diselingi oleh masa sadar.1 Status epileptikus dapat disebabkan oleh beberapa hal, tetapi penyebab paling sering adalah penghentian konsumsi obat antikonvulsan secara tiba-tiba. Sedangkan penyebab lainnya adalah kelainan pada jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikemi, fenilketonuria), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma. 2 Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius karena terjadi terus-menerus tanpa berhenti dimana terdapat kontraksi otot yang sangat kuat, kesulitan bernapas dan muatan listrik di dalam otak menyebar luas. Apabila status epileptikus tidak dapat ditangani dengan segera, maka kemungkinan besar dapat terjadi kerusakan jaringan otak permanen dan kematian.1 Di Indonesia, data mengenai status epileptikus masih belum jelas karena SE juga berhubungan dengan epilepsi yang sampai saat ini masih belum ada penelitian
secara
epidemiologi. Sedangkan
data
secara
global
sendiri
menunjukkan bahwa SE terjadi pada 10-41 kasus per 100.000 orang per tahun dan paling sering terjadi pada anak-anak.2 Lebih dari 15 % pasien dengan epilepsi memiliki setidaknya satu episode SE. Risiko lainnya yang meningkatkan frekuensi terjadinya SE adalah usia muda,
1
genetik serta kelainan pada otak. Angka kematian pada penderita status epileptikus pada dewasa sebesar 15%-20% dan 3%-15% pada anak-anak. Kemudian, SE dapat menimbulkan komplikasi akut berupa hipertermia, edema paru, aritmia jantung serta kolaps kardiovaskular. Sedangkan untuk komplikasi jangka panjangdari SE yaitu epilepsi (20% - 40%), ensefalopati (6% -15%) dan defisit neurologis fokal (9%-11%).3
1.2. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan kasus ini: 1. Diharapkan pada semua sarjana kedokteran dapat memahami setiap kasus status epileptikus secara menyeluruh. 2. Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah dilakukannya diskusi laporan kasus status epileptikus ini dengan pembimbing klinik. 3. Diharapkan pada semua sarjana kedokteran dapat mengaplikasikan pemahaman yang didapat mengenai kasus status epileptikus, terkait pada kegiatan kepaniteraan. 1.3. Manfaat 1.3.1. Manfaat Teoritis Untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan ilmu tentang kasus status epileptikus. 1.3.2. Manfaat Praktis Sebagai masukan guna lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan terutama dalam memberikan informasi (pendidikan kesehatan) kepada pasien dan keluarganya tentang status epileptikus.
BAB II LAPORAN KASUS 2.1. Identifikasi Nama Pasien Umur
: An. NJ : 7 tahun
2
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Kertapati, Palembang Agama : Islam No. RM
: 50.91.58
MRS tanggal
: 14 November 2015
Ibu Nama Pendidikan Umur Pekerjaan Agama Penghasilan
: Ny. A : SMP : 31 tahun : Buruh Lepas : Islam : < Rp.300.000 per bulan
Ayah Nama Umur Pekerjaan Agama Penghasilan
: Tn. I : 34 tahun : Tukang Becak : Islam : ± 500.000/bulan
2.2. Anamnesis Alloanamnesis dengan ibu os. 15 November 2015 pukul 09.00 WIB, rawat hari ke 1 dengan perbaikan klinis. A. Keluhan Utama Keluhan Tambahan
: Kejang : Demam.
B. Riwayat Perjalanan Penyakit ± 4 hari SMRS os mengalami demam. Deman tidak terlalu tinggi. Demam dirsakan hilang timbul. Batuk(-), Pilek(-) Mengigil (-). Sakit menelan(-), kejang (-). Os berobat ke puskesmas, keluhan berkurang. BAK dan BAB biasa, Mimisan(-). ± 2 jam SMRS os tiba-tiba mengalami kejang. Kejang terlihat kelonjotan separuh badan sebelah kiri, mata mendelik keatas. Kejang dirasakan satu kali selama ±30 menit. Sebelum dan saat kejang os tidak sadarkan diri. Os dibawake prakter dokter spesialis anak dan diobati dengan diazepam supositoria satu kali, kejang berhenti. Setelah kejang
3
os tidak sadarkan diri. Lidah os berdarah karena tergigit. Selanjutnya os dibawa ke IGD RSUD Palembang BARI. Riwayat trauma kepala(-) C. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami hal serupa. Tumor (-) D. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat kejang pada keluarga (+) kakak kandung os. E. Riwayat Kelahiran Bayi lahir cukup bulan, Lahir normal pervaginam, Ditolong bidan, BB : 3600 gram, PB: 49 cm, LP : Ibu pasien tidak ingat, Langsung menangis. Kesan: Riwayat Kelahiran Normal F. Riwayat Imunisasi Usia Pemberian 0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan
Jenis Imunisasi
Ya/Tidak
Hb0
Ya
BCG
Tidak
Polio 1 Polio 2
Tidak Tidak
DPT1-HB1 Polio 3
Tidak Tidak
DPT1-HB2 Polio 4
Tidak Tidak
DPT3-HB3 Campak
Tidak Tidak
Kesan: Imunisasi dasar tidak lengkap G. Riwayat Tumbuh Kembang 4 bulan
: Menegakkan kepala dan tengkurap
6 bulan
: Merangkak
4
8 bulan
: Duduk
9 bulan
: Berdiri dengan bantuan
Kesan
: Tumbuh kembang dalam batas normal
H. Riwayat Gizi Asi Eksklusif
: Sampai 6 bulan.
Asi
: Sampai 11 bulan.
Bubur Susu
: Sejak 6 bulan sampai 8 bulan.
Bubur Tim
: Sejak 8 bulan sampai 1,5 tahun.
Sayuran dan buah : Kadang-kadang, Frekuensi 6x seminggu. Ikan
: Kadang-kadang, Frekuensi 2x seminggu.
Telur
: Kadang-kadang, Frekuensi 2x seminggu.
Ayam , dagimg
: Sering, Frekuensi 3x seminggu.
Susu
: Selalu, Frekuensi 4x seminggu.
Kesan
: Asupan Gizi Baik
I. Riwayat Keluarga Pendidikan orang tua : SD dan SMP Jumlah Saudara :1 Pekerjaan orang tua :Buruh harian Riwayat Penyakit : Kakak os menderita epilepsi Ket : Kakak os Os
2.3. Pemeriksaan Fisik ( 15 November 2015) A. Status Generalis Keadaan Umum
: Baik (compos mentis)
Kesadaran
: Compos mentis, GCS : 15
Nadi
: 96 x/m
Pernafasan
: 22 x/m
Suhu
: 37,5 oC
Berat Badan
: 17 kg
Tinggi Badan
: 69,5 cm
5
BB/U
: 70%
TB/U
: 72,18%
BB/TB
: 90,47% SD
BBI
: 25 kg
Status gizi
: Gizi Baik
Lingkar Kepala
: 51 cm (0-2 SD)
Gambar Grafik BB/U dan TB/U Anak Usia 7 tahun
6
Gambar Grafik Pertumbuhan Lingkar Kepala
B. Pemeriksaan Spesifik Kepala
: Normocephali, Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), nafas cuping hidung (-),
Leher
: Pembesaran KGB (-)
Thoraks
: Simetris , retraksi (-), sela iga tidak melebar
Jantung
: BJ1/BJ2 (+) N , murmur sistolik (-), gallop (-)
Pulmo
: Vesikuler (+) normal, rhonci (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: Datar, lemas, BU (+) normal, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali cepat.
Ekstremitas
: Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2”
Status Neurologis Rangsang Meningeal :Kaku kuduk (-), Brudzinski I,II (-), Kernig’s sign (-), Lasegue sign (-) 2.4. Pemeriksaan Penunjang (Tanggal 14 November 2015) PARAMETER
Hemoglobin
HASIL
NILAI NORMAL
11,8 g/dl
12 - 14 g/dl
7
Hematokrit
35 %
37 - 43 %
Leukosit
18.100/mm3
5.000 – 10.000/mm3
Trombosit
438.000/mm3
150.000 – 400.000/mm3
Diffcount
0/2/1/82/12/3
Basofil : 0-1% Eosinofil :1-3% Batang : 2-6% Segmen : 50-70% Limfosit : 20-40% Monosit : 2-8%
(Tanggal 16 November 2015) PARAMETER CRP/CRP Kuantitatif
HASIL
NILAI NORMAL
(+) / 110 mg/l
(-) / < 5 mg/l
(Tanggal 17 November 2015) PARAMETER
Leukosit
HASIL
NILAI NORMAL
8.500/mm3
5.000 – 10.000/mm3
2.5. Diagnosis Banding 1. Status epileptikus pada epilepsi + sepsis 2. Status epileptikus pada meningitis + sepsis 2.6. Diagnosis Kerja Status epileptikus pada epilepsi + sepsis 2.7. Penatalaksanaan Medikamentosa: - IVFD D5 1/2 NS gtt 15 x/m (makro) - Inj. Tirdicef 2x850 mg - Inj. Diazepam 3x5,1 mg - PCT oral 3x1cth (bila demam)
2.8. Prognosis Quo ad vitam
: Bonam
8
Quo ad functionam
: Bonam
2.9. Follow Up Tanggal 15 November 2015 (Rawat hari 1)
Pemeriksaan Fisik S: Demam (-), Kejang (-) O: KU: baik - HR : 102 x/m - RR : 24 x/m - Temp : 36,6 oC Kepala : CA(-/-), SI(-/-), NCH (+), bibir sianosis (-)
Tindakan P: - IVFD D5 1/2 NS gtt 15 x/m (makro) - Inj. Tirdicef 2x850 mg - Inj. Diazepam 3x5,1 mg - PCT oral 3x1cth (bila demam)
Thorak : Simetris, retraksi intercostal (-), vesikuler (+) meningkat, rhonki (-/-),wheezing (-/-), bunyi jantung 1-2 (+) normal, murmur sistolik (-), gallop (-). Abdomen : Datar, lemas, BU (+) normal, turgor kembali cepat, hepar lien tidak teraba, nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat , CRT < 2”
16 November 2015 (Rawat hari 2)
A: Status epileptikus pada epilepsi + sepsis S: P: Demam (-), Kejang (-) - IVFD D5 1/2 NS gtt 15 x/m O: (makro) (stop) KU: baik - Inj. Tirdicef - HR : 94 x/m 2x850 mg (stop) - RR : 22 x/m - Inj. Diazepam - Temp : 36,6 oC 3x5,1 mg (stop) - PCT oral 3x1cth
9
Kepala : CA(-/-), SI(-/-), NCH (+), bibir sianosis (-)
-
Thorak : Simetris, retraksi intercostal (-), vesikuler (+) meningkat, rhonki (-/-),wheezing (-/-), bunyi jantung 1-2 (+) normal, murmur sistolik (-), gallop (-).
-
(bila demam) As. Valproat oral 2x100 mg Cek ulang leukosit Rencana EEG Besok pulang
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) normal, turgor kembali cepat, hepar lien tidak teraba, nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat , CRT < 2” Laboratorium : CRP Kuantitaif : 30 menit) - mekanisme tidak terkompensasi. Pada fase ini terjadi:
Kegagalan autoregulasi serebral/edema otak
Depresi pernafasan
Disritmia jantung, hipotensi
Hipoglikemia, hiponatremia
Gagal ginjal, rhabdomyolisis, hipertermia dan DIC
Manifestasi Klinis1,2,4,6 Pengenalan terhadap status epileptikus penting pada awal stadium untuk
1.4.
mencegah keterlambatan penanganan. Status tonik-klonik umum (Generalized Tonic-Clonic) merupakan bentuk status epileptikus yang paling sering dijumpai, hasil dari survei ditemukan kira-kira 44 sampai 74%, tetapi bentuk yang lain dapat juga terjadi. Berikut manifestasi klinis status epileptikus. a
Status Epileptikus Tonik-Klonik Umum (Generalized tonic-clonic Status Epileptikus) Ini merupakan bentuk dari Status Epileptikus yang paling sering dihadapi dan potensial dalam mengakibatkan kerusakan.Kejang didahului dengan tonik-klonik umum atau kejang parsial yang cepat berubah menjadi tonik klonik umum.Pada status tonik-klonik umum, serangan berawal dengan serial kejang tonik-klonik umum tanpa pemulihan kesadaran diantara serangan dan peningkatan frekuensi.Setiap kejang berlangsung dua sampai tiga menit, dengan fase tonik yang melibatkan otot-otot aksial dan pergerakan pernafasan yang terputus-putus.Pasien menjadi sianosis selama fase ini, diikuti oleh hyperpnea retensi CO2.Adanya takikardi dan peningkatan tekanan darah, hyperpireksia mungkin berkembang. Hiperglikemia dan peningkatan laktat serum
13
terjadi yang mengakibatkan penurunan pH serum dan asidosis respiratorik dan metabolik. Aktivitas kejang sampai lima kali pada jam pertama pada kasus yang tidak tertangani.
b Status Epileptikus Klonik-Tonik-Klonik (Clonic-Tonic-Clonic Status Epileptikus) Adakalanya status epileptikus dijumpai dengan aktivitas klonik umum mendahului fase tonik dan diikuti oleh aktivitas klonik pada periode kedua. c
Status Epileptikus Tonik (Tonic Status Epileptikus) Status epilepsi tonik terjadi pada anak-anak dan remaja dengan kehilangan kesadaran tanpa diikuti fase klonik.Tipe ini terjai pada ensefalopati kronik dan merupakan gambaran dari Lenox-Gestaut Syndrome.
d Status Epileptikus Mioklonik Biasanya terlihat pada pasien yang mengalami enselofati.Sentakan mioklonus adalah menyeluruh tetapi sering asimetris dan semakin
14
memburuknya tingkat kesadaran.Tipe dari status epileptikus tidak biasanya pada enselofati anoksia berat dengan prognosa yang buruk, tetapi dapat terjadi pada keadaan toksisitas, metabolik, infeksi atau kondisi degeneratif. e
Status Epileptikus Absens Bentuk status epileptikus yang jarang dan biasanya dijumpai pada usia pubertas atau dewasa. Adanya perubahan dalam tingkat kesadaran dan status presen sebagai suatu keadaan mimpi (dreamy state) dengan respon yang lambat seperti menyerupai“slow motion movie” dan mungkin bertahan dalam waktu periode yang lama. Mungkin ada riwayat kejang umum primer atau kejang absens pada masa anak-anak.Pada EEG terlihat aktivitas puncak 3 Hz monotonus (monotonous 3 Hz spike) pada semua tempat.Respon terhadap status epileptikus
Benzodiazepin
intravena didapati. f
Status Epileptikus Non Konvulsif Kondisi ini sulit dibedakan secara klinis dengan status absens atau parsial kompleks, karena gejalanya dapat sama. Pasien dengan status epileptikus non-konvulsif ditandai dengan stupor atau biasanya koma.Ketika
sadar,
dijumpai
perubahan
kepribadian
dengan
paranoia,delusional, cepat marah, halusinasi, tingkah laku impulsif (impulsive behavior), retardasi psikomotor dan pada beberapa kasus dijumpai psikosis. Pada EEG menunjukkan generalized spike wave discharges, tidak seperti 3 Hz spike wave discharges dari status absens. g. Status Epileptikus Parsial Sederhana a. Status Somatomotorik Kejang diawali dengan kedutan mioklonik dari sudut mulut, ibu jari dan jari-jari pada satu tangan atau melibatkan jari-jari kaki dan kaki pada satu sisi dan berkembang menjadi jacksonian march pada satu sisi dari tubuh. Kejang mungkin menetap secara unilateral dan kesadaran tidak
terganggu.
Pada
menunjukkan periodic
EEG
lateralized
15
sering
tetapi
epileptiform
tidak
selalu
discharges pada
hemisfer yang berlawanan (PLED), dimana sering berhubungan dengan proses destruktif yang pokok dalam otak. Variasi dari status somatomotorik ditandai dengan adanya afasia yang intermitten atau gangguan berbahasa (status afasik). b. Status Somatosensorik Jarang ditemui tetapi menyerupai status somatomotorik dengan gejala sensorik unilateral yang berkepanjangan atau suatu sensory jacksonian march. h.Status Epileptikus Parsial Kompleks Dapat dianggap sebagai serial dari kejang kompleks parsial dari frekuensi yang cukup untuk mencegah pemulihan diantara episode.Dapat terjadi otomatisme, gangguan berbicara, dan keadaan kebingungan yang berkepanjangan.Pada EEG terlihat aktivitas fokal pada lobus temporalis atau
frontalis
di
satu
sisi,
tetapi
bangkitan
epilepsi
sering
menyeluruh.Kondisi ini dapat dibedakan dari status absens dengan EEG, tetapi mungkin sulit memisahkan status epileptikus parsial kompleks dan status epileptikus non-konvulsif pada beberapa kasus. Adapun manifestasi klinis menurut buku Standar Pelaksanaan Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Moehammad Hoesin Palembang : a. b. c. d. e. 1.5.
Pre status Early status Established status Refractory status Subtle
Diagnosis 2,7,8 Anamnesis Riwayat epilepsi, riwayat menderita tumor, infeksi obat, alkohol, penyakit serebrovaskular lain, dan gangguan metabolit. Perhatikan lama kejang, sifat kejang (fokal, umum, tonik/klonik), tingkat kesadaran diantara kejang, riwayat kejang sebelumnya, riwayat kejang dalam keluarga, demam, riwayat persalinan, tumbuh kembang, dan penyakit yang sedang diderita.
16
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan neurologi lengkap meliputi tingkat kesadaran penglihatan dan pendengaran refleks fisiologis dan patologi, lateralisasi, papil edema akibat peningkatan intrakranial akibat tumor, perdarahan, dll. Sistem motorik yaitu parestesia, hipestesia, anestesia. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium yaitu darah, elektrolit, glukosa, fungsi ginjal dengan urin analisis dan kultur, jika ada dugaan infeksi, maka dilakukan kultur darah dan b. imaging yaitu CT Scan dan MRI untuk mengevaluasi lesi struktural di otak c. EEG untuk mengetahui aktivitas listrik otak dan dilakukan secepat mungkin jika pasien mengalami gangguan mental d. Pungsi lumbar, dapat kita lakukan jika ada dugaan infeksi CNS atau perdarahan subarachnoid. 1.6.
Penatalaksanaan5,6,9 Tatalaksana pada status epileptikus adalah memanajemen jalan napas dan
pernapasan, stabilisasi hemodinamik, terminasi kejang dan penghentian kejang berulang. Status epileptikus pada anak merupakan suatu kegawatan yang mengancam jiwa dengan resiko terjadinya gejala sisa neurologis. Makin lama kejang berlangsung makin sulit menghentikannya, oleh karena itu tatalaksana kejang umum yang lebih dari 5 menit adalah menghentikan kejang dan mencegah terjadinya status epileptikus. Penghentian Kejang: 0 - 5 menit: a. Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baik b. Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan oksigen c. Bila keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum dan neurologi secara cepat d. Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi 5 – 10 menit:
17
a. Pemasangan akses intarvena b. Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolit c. Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgbb secara intravena, atau diazepam rektal 0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10 mg). Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu – dua kali setelah 5 – 10 menit. d. Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb. 10 – 15 menit a. Cenderung menjadi status konvulsivus b. Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9% c. Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kgbb sampai maksimum dosis 30 mg/kgbb. 30 menit a. Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg dengan interval 10 – 15 menit. b. Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah, elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang c.
ada. Awasi tanda -tanda depresi pernafasan. Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan intensif
18
1.7.
Komplikasi 1. Status epilektikus refrakter 2. Asidosis 3. Hipoglikemia 4. Hiperkarbia 5. Hipertensi pulmonal 6. Edema paru 7. Hipertermia
19
8. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) 9. Gagal ginjal akut 10. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit 11. Edema otak 12. Aspirasi Pneumonia
1.8
Prognosis6 Luaran pasien anak dengan SE sangat ditentukan oleh kecacatan dan
kematian yang ditimbulkan. Angka kematian SE pada anak masih tinggi, dengan penyebab utama kematian adalah infeksi intrakranial dan gangguan neurologi berat sebagai penyakit yang mendasarinya. Waslon (2010) melaporkan bahwa SE refrakter yang bertahan hidup memiliki banyak kecacatan di bidang neurologi termasuk salah satunya adalah epilepsy. Beberapa penelitian melaporkan bahwa faktor umur, status neurologi sebelumnya dan etiologi SE yang mendasari merupakan faktor resiko kematian pada SE. Resiko berulangnya SE dalam 1 tahun pertama adalah 11-16%, sementara pada 2 tahun pertama sebesar 18%. Angka kematian bayi dan anak akibat SE saat ini cenderung mengalami penurunan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh penanganan yang lebih baik dan ketersediaan fasilitas ruang intensif yang semakin memadai.
BAB IV ANALISA KASUS Anak perempuan, 7 tahun, BB 17 kg, datang ke IGD RSUD Palembang BARI dengan keluhan kejang sejak 2 jam SMRS. Kejang dirasakan tiba-tiba.
20
Kejang terlihat kelonjotan separuh badan sebelah kiri, mata mendelik keatas. Kejang dirasakan satu kali selama ±30 menit. Sebelum dan saat kejang os tidak sadarkan diri. Os dibawa ke prakter dokter spesialis anak dan diobati dengan diazepam supositoria satu kali, kejang berhenti. Setelah kejang os tidak sadarkan diri. Lidah os berdarah karena tergigit. Berdasarkan umurnya, anak diatas 7 tahun dapat dipikirkan kejang lain selain kejang kejang demam. Karena kejang demam sebagian besar terjadi pada umur 2 bulan - 5 tahun namun tidak menutup kemungkinan terjadi lebih dari usia tersebut. Sehingga dapat dipikirkan bahwa kejang yang terjadi tidak terjadi karena faktor pencetus demam. Berdasarkan definisinya, status epileptikus adalah sebagai keadaan dimana terjadinya dua atau lebih rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit. Dari anamnesis didapatkan kejang yang terjadi secara tiba-tiba. Kejang terjadi selama kurang lebih 30 menit. Sehingga hal ini sudah dapat dikatakan sebagai status epileptikus. Pada pasien ini status epileptikus masih termasuk dalam fase terkompensasi atau early status. Pada pemeriksaan fisik, pasien sudah kembali ke kesadaran normalnya kembali. Pasien sudah tidak kejang lagi karena sudah ditatalaksana kejang yaitu pemberian diazepam perrectal. Pada 4 hari SMRS os memang mengalami demam namun keluhannya sudah berkurang setelah minum obat dari puskesmas namun pada saat os datang suhu tubuh os sedikit meningkat. Pada pemeriksaan neurologis tidak didapatkan defisit neurologi, baik yang nyata maupun tidak nyata. Rangsangan meningeal pun tidak didapatkan pada os. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi meningitis pada pasien ini. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Leukosit 18.100/mm 3, CRP Kuantitatif
View more...
Comments