Sri Jamaliah - Rumah Susun PDF

August 17, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Sri Jamaliah - Rumah Susun PDF...

Description

 

PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN Rumah Susun Palembang   “



NAMA: SRI JAMALIAH NIM: 142016005

DOSEN PEMBIMBING: ERFAN M. KAMIL, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2019-2020

 

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perencanaan

Pembangunan

Daerah

merupakan

suatu

proses

 perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat,  pemerintah dan lingkungannya dalam wilayah atau daerah tertentu dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tapi tetap  berpegang pada asas prioritas (Riyadi dan Supriyadi, Supriyadi, 2005). Di Indonesia pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan  pembangunan sarana dan prasarana pelayanan perkotaan yang meng mengakibatkan akibatkan kawasan perkotaan mengalami degradasi lingkungan yang berakibat menciptakan permukiman kumuh. Dengan demikian prinsip mereka harus hemat dalam arti yang luas, yaitu hemat mendapatkan lahan, pembiayaan  pembangunan,

pengoperasian

dan

pemeliharaan,

termasuk

dalam

mendapatkan bahan dan sistem strukturnya st rukturnya (Sobirin, 2001). Manusia tidak terlepas dari kebutuhan pokok yaitu permukiman. Pertumbuhan populasi manusia berbanding lurus dengan kebutuhan  permukiman. Pesatnya perkembangan sebuah perkotaan menyebabkan laju urbanisasi yang tidak terkontrol, hal tersebut bedampak pada peningkatan  permintaan hunian di kota Semakin banyak kebutuhan permukiman di  perkotaan menyebabkan permasalahan keterbatasan lahan. Dalam keterbatasan lahan dan meningkatnya kebutuhan akan permukiman tersebut, ada beberapa solusi yang dapat ditempuh yaitu dengan cara membangun sebuah  permukiman secara vertikal dengan cara membangun tempat tinggal secara vertikal. Salah satu bentuk hunian vertikal yang ada adalah rumah susun. Dalam penjelasan umum Undang- Undang Rumah Susun (UURS) ditegaskan bahwa pembangunan rumah susun ditujukan untuk tempat hunian, khususnya bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Namun demikian pembangunan rumah susun harus dapat mewujudkan pemukiman yang lengkap dan fungsional, sehingga diperlukan adanya bangunan bertingkat

 

lainnya untuk keperluan bukan hunian yang terutama berguna bagi  pengembangan kehidupan masyarakat ekonomi lemah (Undang- undang No. 20 tahun 2011). Perkotaan mempunyai pola perubahan demografis penduduk yang sangat cepat yang mengakibatkan semakin memusatnya penguasaan tanah  permukiman secara vertikal. Kelangkaan lahan permukiman di perkotaan menyebabkan semakin mahalnya harga lahan di pusat kota, sehingga mendorong masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah tinggal ti nggal dikawasan  pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja karena mayoritas mayoritas lahan di pinggiran pinggiran kota lebih murah. Kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya biaya transportasi dan waktu tempuh hal itu dapat menurunkan mobilitas dan  produktivitas masyarakat. Sedangkan Sedangkan sebagian masyarakat tinggal di kawasan yang tidak jauh dari pusat aktivitas ekonomi,sehingga menyebabkan ketidakteraturan tata ruang kota dan dapat menumbuhkan kawasan kumuh  baru. Masalah permukiman tidak hanya menyangkut perbandingan antara  jumlah penduduk dengan luas tanah yang tersedia, akan tetapi masalah  permukiman juga menyangkut tentang persaingan yang makin lama makin intensif dalam mendapatkan lokasi. Persaingan tersebut timbul karena lahan yang terbatas sehingga peruntukan antar kebutuhan tanah unuk industri,  perkantoran, jalan umum, taman dan permukiman sangat terbatas (Nasution, 1978) dalam (Budiharjo, 1998).

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1.  Bagaimana Kondisi Rusunawa di Kota Palembang? 1.2.2.  Bagaimana Dampak dari Rusunawa di Kota Palembang?

1.3. Tujuan Masalah

1.3.1.  Mengatahui Kondisi Rusunawa di Kota Palembang 1.3.2.  Mengatahui Dampak dari Rusunawa di Kota Palembang

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Susun

2.1.1. Pengertian Rumah Susun

Rumah susun merupakan bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan- satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian  bersama, benda bersama, dan tanah bersama, dengan sistem pengelolaan pengelolaan yang menganut konsep kebersamaan. (UURS, No.16 tahun 1985) Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bangunan-bangunan yang terstrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan- satuan yang masing-masing dapat memiliki secara terpisah te rpisah terutama tempat- tempat hunian yang dilengkapi dengan bangunan bersama dan tanah bersama. (UURS, No.4 tahun 1993) Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal, dan merupakan satuan- satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian  bersama, benda bersama, dan tanah bersama. (UU, No.1 tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman)

2.1.2. Macam-Macam Rumah Susun 

Macam-macam rumah susun di Indonesia yaitu:

 

1.  Rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah yang pembangunannya mendapatkan kemudahan dan bantuan Pemerintah atau Pemerintah Daerah. 2.  Rumah susun khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan oleh negara atau swasta untuk memenuhi kebutuhan sosial. 3.  Rumah susun negara adalah rumah susun yang dimiliki dan dikelola negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian. 4.  Rumah susun dinas adalah rumah susun negara yang dimiliki negara yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian untuk menunjang  pelaksanaan tugas pejabat atau pegawai negeri beserta keluarganya. 5.  Rumah susun komersial adalah rumah susun yang diperuntukkan  bagi masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi dan dapat diperjual belikan sesuai dengan mekanisme pasar. Contohnya adalah apartemen atau kondominium.

2.1.3. Tujuan Pembanguan Rumah Susun

Pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, rumah susun negara, dan rumah susun dinas merupakan tanggung jawab Pemerintah atau Pemerintah Daerah.   Pembangunan rumah susun adalah suatu cara untuk memecahkan masalah kebutuhan dari permukiman dan perumahan pada lokasi yang  padat, terutama pada daerah perkotaan yang yang jumlah penduduknya penduduknya selalu meningkat, sedangkan tanah kian lama kian terbatas. Pembangunan rumah susun tentunya juga dapat mengakibatkan terbukanya ruang kota sehingga menjadi lebih lega dan dalam hal ini juga membantu adanya  peremajaan dari kota, sehingga daerah kumuh berkurang dan selanjutnya menjadi daerah yang rapih,bersih, dan teratur. Konsep  pembangunan rumah susun yaitu dengan bangunan bertingkat, yang dapat dihuni bersama, dimana satuan-satuan dari unit dalam bangunan

 

dimaksud dapat dimiliki secara terpisah yang dibangun baik secara horizontal maupun secara vertikal. Pembangunan perumahan yang seperti itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.   Menurut Pasal 2 dan 3 UURS, No.16 tahun 1985, tujuan  pembangunan rumah susun adalah sebagai berikut :  Pasal 2 Pembangunan rumah susun berlandaskan pada asas kesejahteraan umur keadilan dan pemerataan, serta keserasian dan keseimbangan dalam  perikehidupan. Pasal 3 Pembangunan rumah susun bertujuan untuk : (1)  a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.  b. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah  pekotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi, dan seimbang. (2)  Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna  bagi kehidupan

masyarakat,

dengan

tetap

mengutamakan

ketentuan. Rumah susun harus memiliki syarat-syarat seperti rumah biasa yakni dapat menjadi tempat berlindung, memberikan rasa aman, menjadi wadah sosialisasi, dan memberikan suasana nyaman dan harmonis bagi penghuninya.

 

2.2. Rusunawa (Rumah Susun Sewa) 2.2.1 Pengertian Rusunawa

Rusunawa adalah singkatan dari rumah susun sederhana sewa yaitu bangunan bertingkat yang dibangun dalam satu s atu lingkungan tempat hunian yang memiliki wc dan dapur yang menyatu, dengan cara membayar sewa tiap bulannya kepada pengembangnya. 2.2.2. Pengelolaan Teknis Prasarana, Sarana dan Utilitas

Pengelolaan teknis memiliki fungsi yaitu meliputi kewenangan dalam tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :   a.  Merencanakan

pengoperasian,

pemeliharaan

dan

perawatan

(maintenance plan) prasrana dan sarana terbangun serta utilitas terpasang.  b.  Bertanggung jawab melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan rutin, perawatan berkala, penanganan mendesak dan penanganan penanganan darurat, untuk sluruh bangunan rumah susun dan  peralatan penunjang. c.  Mengelola kebersihan bangunan dan lingkungan sesuai dengan  pedoman yang berlaku. berlaku. d.  Melakukan evaluasi berkala terhadap kondisi teknik prasarana, sarana dan utilitas rumah susun berdasarkan pedoman teknis yang  berlaku, untuk merencanakan kegiatan kegiatan perawatan rutin. e.  Mengembangkan koordinasi dengan pemilik atau penyewa hak  pengelolaan aset rumah susun untuk pembinaan teknis yang diperlukan. f.  Memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pengoperasian,  pemeliharaan dan perawatan rutin dan khusus dengan selalu memperhatikan faktor efisien dan efektifitas sumber daya.

 

2.2.3.  Faktor-Faktor

Internal

Yang

Mempengaruhi

Keputusan

Penetapan Harga

Beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan harga sewa rumah susun adalah sebagai berikut : a.  Tujuan Pemasaran Berdasarkan tujuan pembangunannya rumah susun adalah suatu  produk yang sederhana karena didesain dan dibangun seekonomis mungkin karena diperuntukan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.  b.  Srategi Pemasaran Pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distributor dan promosi yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan  produknya. c.  Biaya Biaya terdiri dari dua macam yaitu biaya konstruksi dan absorbsi  perusahaan dan biaya operasional. Biaya ini akan membentuk harga minimum dari harga yang ditetapkan. Terhadap dua biaya dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah  biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan tingkat produksi atau  penjualan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang langsung  berubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi atau penjualan. Jumlah biaya tetap dan biaya variabel disebut biaya bia ya total. Biaya total inilah yang akan mempengaruhi nilai biaya minimum. Biaya yang masuk dan ke luar juga mempengaruhi besarnya biaya minimum suatu rumah susun sewa. Besarnya harga sewa ditetapkan untuk rumah susun sewa, baik yang berada di pusat maupun di daerah baik yang dikelola oleh pemerintah maupun pihak lainnya, sebagai dasar  penetapannya telah diatur oleh Mentri Perumahan Dan Permukiman Rakyat adalah : a)  Besarnya harga sewa rumah susun diperhitungkan untuk menutupi biaya operasional dan pemeliharaan rumah susun.

 

 b)  Besarnya harga sewa tidak boleh melebihi sepertiga dari  pendapatan penghuni.

2..2.4. Faktor-Faktor Faktor-Faktor Eksternal

Yang Mempengaruhi Mempengaruhi

  Keputusan Penetapan Harga

Beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan harga sewa rumah susun adalah sebagai berikut :   a.  Pasar dan Permintaan Berhubungan dengan penetapan harga, ada 3 faktor penting yang  perlu dipahami yaitu faktor pasar, faktor persepsi konsumen terhadap harga dan nilai dan faktor tingkat permintaan serta elastisitas permintaan terhadap harga. Ada 2 faktor penting yang sangat berpengaruh dalam penetapan harga yaitu faktor biaya dan  permintaan terhadap produk dan jasa.  b.  Persaingan Faktor pesaing terdiri dari 3 faktor yaitu faktor biaya yang dikeluarkan pesaing, faktor harga yang ditawarkan oleh pesaing dan faktor banyaknya produk yang dikeluarkan pesaing. Pada dasarnya pengelola rumah susun sewa dapat menetapkan harga sewa setinggi-tingginya untuk mendapatkan laba/keuntungan yang diharapkan. Namun semakin tinggi harga sewa maka jumlah masyarakat yang berminat tinggal di rumah susun tersebut semakin  berkurang. Oleh karena itu ada batas harga maksimum dimana  permintaan akan rumah susun sewa maksimum. c.  Unsur-unsur Lingkungan Lainnya Faktor kondisi lingkungan terdiri dari 4 faktor yaitu faktor kondisi ekonomi, seperti resesi, inflasi, tingkat suku bunga, faktor kondisi sosial, faktor kondisi politik dan faktor kondisi teknologi. Keempat faktor tersebut sangat mempengaruhi penetapan harga. 

 

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Rumah Susun Palembang

Palembang adalah salah satu dari kota besar di Indonesia yang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kondisi ditandai dengan laju  pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Hal ini dibuktikan dengan  jumlah penduduk yang mencapai 1.611.309 Jiwa di tahun 2012 Kota Palembang (BPS 2012). Sebagai wilayah perkotaan Palembang tidak luput dari  permasalahan pemukiman kumuh. Oleh karena kar ena itu it u untuk memperbarui suatu su atu kawasan perkotaan dengan meningkatkan mutu lingkungan pemukiman  penduduk diwujudkan melalui pembangun kesejahteraan kes ejahteraan masyarakat. Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati, menikmati atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur (Pasal 5: UU No 4 Tahun 1992 Tentang perumahan dan Pemukiman). Rumah susun adalah salah satu solusi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Pembangunan perumahan secara vertikal ini banyak diminati oleh masyarakat tersebut. Disamping itu menurut Yovi (2007) pemerintah harus pula menyediakan kualitas bangunan yang standar, penyediaan sarana dan  prasarana yang seimbang dengan kebutuhan, pengelolaan yang memadai, kebutuhan dan keinginan masyarakat yang berbeda dan dinamis serta keinginan masyarakat yang ingin

terus berkembang untuk meningkatkan

kualitas hidupnya. Sedangkan menurut Pamungkas (2010), berdasarkan keberadaan rumah susun sederhana yang ditempati oleh golongan masyarakat menengah ke bawah yang hidup secara bersama sama perlu diperhatikan  perencanaannya secara utuh. Antara lain memperhatikan latar belakang  penghuni akan kebutuhan tinggal dalam

lingkungan tersebut. Perlu

memperhatikan kebutuhan dan kebiasaan fisik, sosial, ekonomi serta kebiasaan  perilaku penghuninya. Karena hal tersebut akan mempengaruhi perilaku  penghuni menciptakan lingkungan yang nyaman atau ata u tidak nyaman. Di Kota Palembang telah ada Rumah Susun Perum Perumnas (Perusahaan Umum

 

Pembangunan Perumahan Nasional) yang telah berumur kurang lebih 20 tahun di Kelurahan 23 Ilir, 24 Ilir dan 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil yang berdiri di atas tanah seluas 8,30 Ha yang terdiri atas 96 tower/blok mencakup 3584 unit. Berdasarkan pengamatan awal pada lokasi dan unit hunian terdapat ketidak sesuaian antara rencana awal dengan kondisi yang ada sekarang, seperti  perbaikan kerusakan bangunan yang tidak tuntas, pemeliharaan lingkungan yang tidak terjamin keamanan dan kebersihan. Keterbatasan kemampuan  pelayanan rumah susun berbasis sewa dalam memenuhi kebutuhan  penghuninya akan mempengaruhi kepuasan tinggal penghuninya, sehingga  penghuni harus melakukan adaptasi terhadap lingkungannya.

(Sumber: Google Maps, Rumah Maps, Rumah Susun Susun 23, 24, 26 Ilir Kot Kota a Palembang )

Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang didukung oleh sumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat, dan didukung oleh kebijakan  publik yang berwawasan kesehatan. Rumah susun di Jalan Radial 23 ilir, il ir, 24 ilir dan 26 ilir Kota Palembang Provinsi Sumatra Selatan memiliki 52 Blok hunian sejumlah 120 unit dengan tipe 18 m2, 36 m2, 54 m2. Kawasan ini merupakan kawasan rumah susun yang paling padat di Kota Palembang dan sehingga menimbulkan lingkungan yang kumuh. Hal ini tidak membuat

 

 penduduk berencana pindah ke tempat yang lebih baik namun tetap memilih  bertahan tinggal karena dekat dengan pusat kota yang dianggap memiliki aksesbilitas cukup memadai. Selain rumah susun tersebut diatas, ada juga rumah susun yang di dirikan di Jalan Letnan Kasnariansyah No.KM 4.5, 20 Ilir D. IV, Kec. Ilir Tim. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Rumah Susun ini disewakan kepada  penduduk Kota Palembang dari Golongan menengah kebawah yang belum memiliki rumah, dengan persyaratan: Warga Negara Indonesia, Telah  berkeluarga (suami istri, maksimum 2 anak yang berumur di bawah 17 tahun), Bukan Pegawai Negeri Sipil, Bukan anggota TNI / POLRI, serta Pembayaran Tahap Awal = Harga Sewa 1 bulan + Uang Jaminan (3 bulan Harga Sewa). Sedangkan tarif sewanya disesuaikan dengan unit yang akan ditempati, adapun tarif

sewanya

dari

mulai

Rp.

195.000/unit/bulan

hingga

Rp.

375.000/unit/bulan.

(Sumber: Google Maps, Rusunaw Maps, Rusunawa a Kasnariansy Kasnariansyah ah Kota Pal Palembang  embang )

Melihat kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, maka  pemerintah juga memberikan fasilitas rumah susun dikalangan pendidikan maupun aparatur sipil negara. Sehingga Kementerian Pekerjaan Umum dan

 

Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan pada tahun 2018 meresmikan lima rumah susun (rusun) di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Lima rusun yang di resmikan adalah Rusun Universitas Sriwijaya (Unsri), Rusun Universitas PGRI Kota Palembang, Rusun Aparatur Sipil Negara (ASN) pemerintah Kabupaten Banyuasin, Rusun ASN  pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, dan Rusun Pondok Pesantren (Ponpes) As Sidiqqiyah Kabupaten Ogan Ilir. Adapun Rusun Universitas Sriwijaya terdiri dari 4 lantai tipe 24 berjumlah 54 unit kapasitas untuk 204 mahasiswa dan Rusun Universitas PGRI terdiri dari 3 Lantai tipe 24 berjumlah 37 unit kapasitas untuk 144 mahasiswa. Kemudian Rusun Ponpes As Sidiqqiyah memiliki unit tipe barak dengan 2 lantai berkapasitas untuk 72 santri. Sedangkan Rusun ASN Banyuasin terdiri dari 3 lantai 34 unit tipe 36  berkapasitas untuk 126 orang ASN, dan rusun ASN Musi Banyuasin terdiri dari 3 lantai berjumlah 34 unit tipe 36 berkapasitas untuk 126 orang ASN. Sehingga Pada tahun 2015-2018, Kementerian PUPR telah membangun rusun sebanyak 728 tower dengan total 44.893 unit. Pada tahun 2019 ditargetkan  pembangunan 137 tower dengan jumlah unit sebanyak 6.873 unit, sehingga total rumah susun yang terbangun pada tahun 2015-2019 sejumlah 865 tower atau 51.766 unit.

(Sumber: Google Maps, Rusunaw Maps, Rusunawa a UNSRI )

 

 

Dalam peresmian tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono (2019), mengingatkan agar para  penghuni menyesuaikan diri, sebab tinggal di hunian vertikal berbeda dengan rumah tapak. Salah satu kuncinya, kata Basuki, ialah sikap toleransi. Seluruh rusun yang diresmikan dibangun pada tahun anggaran 2018, melalui satuan kerja non-vertikal tertentu (SNVT) Provinsi Sumsel. Seluruhnya sudah dilengkapi dengan fasilitas dasar yaitu air bersih, sanitasi dan listrik. Selain mebel seperti tempat tidur, lemari, meja, kursi, ada juga kamar dengan kamar mandi khusus difable. 3.2. Dampak dari Rumah Susun

Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu  permasalahan yang umumnya terjadi di daerah perkotaan. p erkotaan. Dampak langsung yang dihadapi oleh pemerintah kota adalah keterbatasan lahan yang tersedia  bagi penduduk, akibatnya persaingan untuk mendapatkan tempat tinggal menjadi masalah tersendiri. Hal tersebut mendorong masyarakat di perkotaan untuk menghuni kawasan-kawasan yang tidak sesuai dengan tata ruang kota dan tidak layak huni yaitu penyimpangan pemanfaatan lahan secara ilegal pada lokasi sepanjang bantaran sungai, rel kereta api, maupun di atas tanah yang  bukan miliknya. Untuk menghindari menghindari hal-hal yang demikian, maka pemerintah menyediakan sarana dan prasana dengan menerbitkan Keppres No. 22 tahun 2006 tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan untuk melakukan percepatan pembangunan rumah susun sederhana bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah di perkotaan, Tujuan pembangunan rumah susun sederhana tersebut untuk memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah di perkotaan.  Namun, dengan adanya fasilitas yang telah tersedia tidak menutup kemungkinan bahwa perilaku penduduk di rumah susun tersebut tidak menimbulkan masalah dalam penggunaanya. Bahkan tidak jarang lingkungan disekitar pemukiman rumah susun sangat tidak layak huni, baik dari atap yang

 

selalu bocor, dinding yang retak, hingga sampah yang berserakan, dan lain sebagainya. Dari hal-hal tersebutlah dapat memicu terjadinya kebakaran yang disebabkan arus pendek, kemudian banjir dari sampah yang menumpuk dimana-mana, sampai pada penyakit yang menular. Selain perilaku dari  penghuninya, pemerintah pun dalam pembangunan suatu rusunawa perlu memperhatikan faktor kenyamanan dan kesehatan bagi penghuninya. penghuninya. Salah satu faktor yang mendukung tercapainya aspek kenyamanan dan kesehatan  bagi penghuni rusunawa adalah tersedianya fasilitas sanitasi yang memenuhi  persyaratan kesehatan yaitu sistem penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, drainase, pembuangan sampah dan utilitas lainnya. 

 

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Dengan semakin bertambahnya penduduk, sedangkan lahan yang tersedia sangat terbatas, maka pembangunan rumah dibuat bertingkat atau yang kita kenal dengan rumah susun. Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya terus meningkat, karena  pembangunan rumah susun dapat mengurangi penggunaan tanah, membuat ruang-ruang terbuka kota yang lebih lega dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk peremajaan kota. Namun, dalam pembangunanya suatu rusunawa  perlu memperhatikan faktor kenyamanan dan kesehatan bagi penghuninya. Salah satu faktor yang mendukung tercapainya aspek kenyamanan dan kesehatan bagi penghuni rusunawa adalah tersedianya fasilitas sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu

sistem

penyediaan

air bersih,

 pembuangan air limbah, drainase, pembuangan pembuangan sampah dan utilitas lainnya.

 

DAFTAR GAMBAR Rumah Susun 23 Ilir, 24 Ilir, dan dan 26 Ilir

(Sumber: Google, Kondisi Google, Kondisi Rusun Rusun 23, 24, 26 Ilir Kota Kota Palembang )

 

Rumah Susun Kasnariansyah

(Sumber: Google, K ond ondii si R usuna usunawa wa K asn asnari ariansy ansyah ah)

 

 

Rumah Susun Unsri

(Sumber: Google Maps, Kondisi Maps, Kondisi Rusunawa Rusunawa UNSRI )

 

DAFTAR PUSTAKA

Dhona, Vera Rama, 2016. PERILAKU HIDUP SEHAT PENGHUNI RUMAH “

SUSUN DI KOTA PALEMBANG ( Kasus Rumah Susun Kelurahan 23, 24 Dan 26 Ilir Kota Palembang). etd.repository.ugm.ac.id›potongan › S2-2016-357484S2-2016-357484introduction,, diakses pada 24 September 2019 introduction Hardum, Suprianus Edi, 25 Maret 2019, Kementerian PUPR Resmikan 5 Rusun “

di

Sumsel . ”

https://www.beritasatu.com/nasional/544869/kementerian-pupr-

resmikan-5-rusun-di-sumsel, diakses resmikan-5-rusun-di-sumsel,  diakses pada 24 September 2019 Binus, Library, 2012. BAB 2 .  “



http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00647-sp%202.pdf, di http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00647-sp%202.pdf, di akses pada 24 September 2019 http://eprints.ums.ac.id/31514/2/BAB_I.pdf , diakses pada 24 September 2019 https://media.neliti.com/media/publications/228668-analisis-pemanfaatan-dankeberadaan-rusu-6b8c5f4e.pdf, diakses keberadaan-rusu-6b8c5f4e.pdf,  diakses pada 24 September 2019 https://sp2j.co.id/nrusunawa,  diakses pada 24 September 2019 https://sp2j.co.id/nrusunawa,

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF