Spo Skrining Dan Penanganan Mrsa)
April 20, 2018 | Author: Adramicha | Category: N/A
Short Description
PPI RSUD KAB SORONG...
Description
SKRINING DAN PENANGANAN MRSA
No. Dokumen /YAN/RSPS/SPO/201 /YAN/RSPS/SPO/2016 6
No. Revisi -
Halaman 1 dari 4
RUMAH SAKIT PERTAMINA SORONG Ditetapkan, Direktur RS Pertamina Sorong STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
Tanggal terbit 1 Desember 2016 Dr. Otto. B. Kawanda, M.KKK NIP. 002584
1. Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) adalah
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
sejenis bakteri sangat sulit diterapi disebut Multidrug Resistant Staphylococcus Aureus Aureus atau Oxacillin Resistant Staphylococcus Aureus (ORSA). Aureus (ORSA). 2. MRSA merupakan strain strain Staphylococcus Aureus, sejenis bakteri yang resisten pada antibiotik, termasuk penisilin (Methicillin, dicloxacillin, naflicin) dan juga cephalosphorin. MRSA adalah masalah di rumah sakit, terutama pada pasien dengan luka terbuka dan mempunyai sistem imun yang rendah. Beresiko tinggi untuk mendapatkan infeksi nosokomial. Sebagai acuan penerapan langkah untuk skrining dan penanganan MRSA di rumah sakit.
SK Direktur Rumah Saki Pertamina Sorong
1. Semua kasus MRSA (infeksi atau kolonisasi) harus ditempatkan
PROSEDUR
di kamar isolasi atau dipantau dengan tindakan pencegahan kontak transmisi pada saat mereka ditangani di rumah sakit. 2. Semua pasien yang rawat inap untuk setiap fasilitas pelayanan kesehatan 12 bulan terakhir (definisi pasien beresiko karier MRSA) harus disaring lewat hidung swab untuk menyingkirkan MRSA. Nasal swab yang sama harus digunakan untuk kedua hidung. 3. Semua pasien ICU yang akan dilakukan skrining MRSA melalui swab hidung, sebaiknya juga ditambah pemeriksaan swab dari
SKRINING DAN PENANGANAN MRSA
No. Dokumen /YAN/RSPS/SPO/201 /YAN/RSPS/SPO/2016 6
No. Revisi -
Halaman 2 dari 4
RUMAH SAKIT PERTAMINA SORONG ketiak dan pangkal paha. 4. Semua pasien yang MRSA pada sampel skrining awal positif dengan atau klinis MRSA, harus dirawat di ruang isolasi atau dengan pemantauan tindakan pencegahan transmisi kontak. Jika perlu dan memungkinkan disiapkan bangsal isolasi untuk pasien MRSA. 5. Jika ruangan isolasi tidak tersedia untuk pasien MRSA positif, petugas ruangan menghubungi komite PPI untuk mendapatkan solusi sesuai dengan kondisi ruangan yang tersedia. Memastikan bahwa tindakan pencegahan isolasi standar diamati semua perawat dan saf medis. 6. Pasien dengan MRSA sebaiknya tidak dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan lain kecuali untuk pemeriksaan penunjang seperti radiologi, dimana petugas radiologi tersebut harus diberitahukan kondisi pasien dan diinformasikan cara pencegahan penularan MRSA. 7. Edukasi diberikan kepada setiap petugas kesehatan tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil untuk mencegah penyebaran penyakit. 8. Edukasi/penjelasan sederhana diberikan kepada pasien dan keluarga, seperti mengapa isolasi diperlukan dan tujuan dari isolasi tersebut. 9. Isolasi pasien dapat diberhentikan 24 jam setelah 3 kali dikonfirmasi hasil skrining MRSA negatif. 10. Jika pasien dievakuasi atau dipindahkan ke rumah sakit lainatau lembaga perawatan kesehatan, harus ada catatan tertulis sebagai pemberitahuan bahwa pasien adalah kasus MRSA. Sehingga mereka dapat melaksanakan prosedur penanganan yang sesuai. Hal ini juga berlaku untuk pasien yang dikirim ke klinik rawat jalan untuk pengobatan lanjut. 11. Tiga stiker kuning diperlukan untuk menunjukkan “MRSA status +” pada buklet penilaian AKB/keperawatan dan dokter BPJP. 12. Perawat dengan lesi kulit yang merawat pasien positif MRSA harus melaporkan ke kepala perawat untuk dilakukan pemeriksaan lanjut. Kepala perawat beserta tim PPI menindaklanjuti masalah tersebut.
SKRINING DAN PENANGANAN MRSA
RUMAH SAKIT PERTAMINA SORONG
No. Dokumen /YAN/RSPS/SPO/201 /YAN/RSPS/SPO/2016 6
No. Revisi -
Halaman 3 dari 4
13. Gunakan masker filter, sarung tangan, dan celemek plastik setiap menangani pasien dengan kondisi kulit ekspoliatif, infeksi pernapasan dan selama melakukan memungkinkan penyebaran melalui infeksi droplet, dll 14. Semua APD yang digunakan untuk menangani pasien MRSA harus segera dibuang ke tempat sampah medis yang diletakkan sebelum meninggalkan ruangan pasien. 15. Linen kotor pasien MRSA mempunyai wadah khusus sebelum dibuang dan tidak boleh dibawa melalui koridor tempat orang lalu lalang. 16. Pengunjung tidak perlu menggunakan masker, sarung tangan, ataupun celemek plastik, tetapi harus mencuci tangan mereka sebelum meninggalkan ruangan pasien. 17. Status pasien dan seluruh pemeriksaanpenunjang tidak boleh dibawa ke ruangan pasien. 18. Troli makanan dan lain-lain tidak boleh masuk ke ruangan pasien. 19. Siapkan hal tersebut dibawah ini yang khusus digunakan untuk pasien MRSA sebagai berikut: 1 kotak masker filter 1 kota sarung tangan nonsteril 1 botol handrub Celemek plastik Sphygmomanometer Stetoskop dan thermometer yang ditinggalkan di ruang pasien atau bilik (sebaiknya 1 set untuk 1 pasien) 20. Gunakan desinfektanfenolik untuk desinfesi pintu ruangan, tempat tidur, perabot, bell , peralatan, TV, monitor ICU, dan tirai yang akan dikirim untuk dicuci. 21. Pasien MRSA yang perlu penanganan di ruang operasi harus ditempatkan dalam daftar terakhir jadwal operasi. 22. Perawatan luka MRSA harus dilakukan dengan menggunakan APD, masker filter, f ilter, sarung tangan, dan celemek plastik ketika melakukan ganti balutan. Handuk pembalut sekali pakai harus steril dan digunakan untuk menutup luka. 23. Gaun pelindung yang terinfeksi harus segera dibuang ke dalam kantong plastik limbah medis. 24. Ganti balut pasien dengan luka MRSA harus mendapat giliran terakhir untuk mencegah kontaminasi silang.
SKRINING DAN PENANGANAN MRSA
No. Dokumen /YAN/RSPS/SPO/201 /YAN/RSPS/SPO/2016 6
No. Revisi -
Halaman 4 dari 4
RUMAH SAKIT PERTAMINA SORONG
25. Bila petugas ruangan belum paham penanganan pasien MRSA, hubungi komite PPI untuk mendapat penjelasan lebih lanjut. UNIT TERKAIT
1. 2. 3. 4.
Seluruh instalasi perawatan Kamar operasi Instalasi CSSD Komite PPI
View more...
Comments