Spo Bidan VK Baru

July 6, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Spo Bidan VK Baru...

Description

 

 

Pengaturan Tugas Jaga Dokter Kebidanan

No. Revisi

No. Dokumen RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin . Brigjend. H. Hasan Basry Fax / Telp. (0511) 6710000,Fax.(0511)6710001  

No. Halaman  

 

…………………..

……………..

Ditetapkan Direktur,

Tanggal Terbit :  

… … … … … … … … …

PROSEDUR TETAP Tanggal Revisi :

 

… … … … … … … … …

Pengertian Tujuan Kebijakan

Prosedur

DR. dr.Izaak Zoelkarnain Akbar, SpOT NIP. 19630504 198911 1 001

Pengaturan jaga kamar bersalin, rawat jalan, rawat inap, dan konsultasi dokter spesialis obstetri.  Agar terselenggarany terselenggaranya a pelayanan pelayanan obsgin oleh dokter spesialis obsgin secara berkesinambungan. -  Diatur jadwal jaga kamar bersalin, rawat rawat inap, rawat jalan, kamar operasi dan konsultasi. -  Acuan dokter spesialis obsgin dalam melaksanakan pelayanan. 1. Jadwal jaga dibuat setiap minggu sebagai berikut : -  1 orang bertugas rawat jalan -  1 orang bertugas di kamar bersalin, rawat inap nifas dan ginekologi. 2. Pasien baru yang masuk ke kamar bersalin tidak membawa pengantar dokter dirawat oleh dokter jaga kamar bersalin termasuk tindakan sampai pulang. 3. Pasien baru yang membawa dengan pengantar dari dokter spesialis yang ada di rumah sakit Dr. H. Moch Ansari Saleh dirawat sendiri oleh dokter yang bersangkutan sampai pulang. 4. Pasien yang masuk ke kamar bersalin yang dikirim oleh dokter jaga rawat jalan dirawat sendiri oleh dokter jaga rawat jalan. 5. Bila ada konsultasi dari rawat inap instalasi lain dijawab oleh dokter jaga kamar bersalin sedangkan konsultasi antar rawat jalan dijawab oleh dokter jaga rawat jalan.

 

Unit Terkait

6. Dalam hal ada kasus menarik, kasus sulit, dokter obsgin mengadakan konsultasi/kerjasama. 7. Bila salah satu dokter berhalangan keluar kota, maka tugasnya diserahkan ke dokter lain dengan surat penyerahan tugas yang ditanda-tangani oleh kedua dokter yang bersangkutan dan diketahui oleh direktur Rumah Sakit Dr. H. Moch Ansari Saleh. -  Poli Kandungan -  PONEK -  VK Bersalin -  Nifas

 

 

Pemeriksaan Obstetri

No. Revisi

No. Dokumen RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry Fax / Telp. (0511) 6710000,Fax.(0511)6710001  

No. ……………..

  Halaman

 

…………………..

Ditetapkan Direktur,

Tanggal Terbit :  

… … … … … … … … …

PROSEDUR TETAP Tanggal Revisi :

DR. dr.Izaak Zoelkarnain Akbar, SpOT   NIP. 19630504 198911 1 001 Merupakan pemeriksaan dasar di bidang obstetric Untuk mengetahui dan cara mengatasi kondisikondisi di bidang obstetrik yang berubah dan berlanjut sesuai usia kehamilan 1. Setiap pasien yang mempunyai indikasi harus dilakukan pemeriksaan obstetric 2. Hasil pemeriksaan ditulis secara lengkap dan dan dilaporkan kepada Dokter Spesialis. … … … … … … … … …

Pengertian Tujuan

Kebijakan

Persiapan Kerja

1. Petugas pakai a. Short b. Masker c. Sarung tangan 2. Tempat   Ruangan tertutup dan tenang   Penerangan yang cukup 3. Pasien   Pasien ditempatkan diatas meja Obstetri   Posisi diatur sesuai dengan jenis pemeriksaan   Kapan perlu pakaian pada daerah pemeriksaan dilepas 4. Alat   2 pasang sarung tangan 











 

  Kapas Sublimat   Nierbeken 5. Lain-lain   Lampu sorot   Sampiran   Tempat sampah medis dan non medis   Larutan clorin 

















  Alat tulis



Prosedur

I.

  Status pasien   Meja Instrument   Ranjang Obstetri



  Sabun dan Air bersih   Handuk Bersih dan kering



Pemeriksaan Antenatal  A. Keluhan Utama Utama  Anemis B. Tanyakan tentang : 1. Riwayat perkawinan 2. Riwayat haid, haid pertama haid terakhir 3. Riwayat penyakit ibu dan keluarga (yang berkaitan dengan kehamilan) 4. Kebiasaan (merokok, obat, jamu, dan hewan peliharaan) 5. Riwayat persalinan 6. Tanyakan HPHT dan tentukan TP C. Pemeriksaan 1. Umum a. Keadaan umum b. Tipe badan c. Tinggi badan d. Berat badan e. Warna konjungtiva, ikterus, cedema, kloasma gravidarum f. Mulut, tenggorokan, karies dentis, tonsil, faring g. Tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh) h. Kondisi jantung dan paru i. Palpasi hati dan limpa 2. Khusus a. Inspeksi 1) Tinggi fundus uteri (penonjolan supra sympisis) 2) Hiperpigmentasi (areola mamma, linea nigra) dan striae. b. Palpasi

 

1) Tinggi fundus uteri 2) Keadaan dinding perut 3) Massa, cairan bebas/nyeri tekan abdomen c. Pada kehamilan 16-20 minggu, mulai dilakukan pemeriksaan auskultasi 3. Status lokalis a. Inspeksi 1) Labium dan perineum 2) Muara urethra 3) Flour albus atau secret abnormal Inspekulo 1) Dinding vagina dan forniks 2) Warna dan besar portio 3) Flour albus/secret dalam lumen vagina 4. Periksa dalam a. Vagina b. Besar dan konsistensi portio c. Besar dan arah korpus uteri d. Tanda hegar e. adneksa 5. khusus obstetrik a. Inspeksi 1) Tinggi fundus uteri, diukur dalam CM setelah kehamilan 20 minggu 2) Hiperpigmentasi dan striae 3) Parut bekas operasi b. Palpasi 1) Leopold I 2) Leopold II 3) Leopold III

II.

Leopold IV c. 4) Auskultasi Pemeriksaan bunyi jantung janin bila usia kehamilan 20 minggu. 6. Pemeriksaan tambahan Lakukan pemeriksaan tambahan jika diperlukan : a. Laboratorium urine rutin b. Pelvimetri (kehamilan lebih 36 minggu) c. USG Pemeriksaan Panggul 1. Persetujuan Pemeriksaan a. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan

 

b. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan c. Jelaskan bahwa pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan khawatir/kurang menyenangkan tetapi tidak akan menimbulkan gangguan pada kandungan d. Pastikan bahwa ibu telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan 2. Memasang sarung tangan a. Setelah cuci tangan keringkan dengan handuk yang kering dan bersih b. Lepaskan lipatan sarung tangan di atas meja, ambil sarung tangan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri c. Masukkan tangan kanan sesuai jari-jari tangan dengan alur-alur jari yang tersedia d. Kencangkan sarung tangan dengan  jalan menarik ujung lipatan kemudian kemudian tarik lingkaran sarung ke atas e. Ambil sarung tangan kiri dengan menyelipkan jari-jari tangan kanan diantara lipatan sarung tangan (tahan sarung tangan dengan ibu jari) f. Masukkan jari-jari tangan kiri ke dalam alur yang tersedia, kencangkan dengan  jalan mendorong lipatan sarung tangan ke atas kemudian tarik lingkaran sarung tangan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan untuk menghilangkan lipatannya 3. Pemeriksaan a. Setelah mengosongkan kandung kemih, persilahkan ibu untuk berbaring diranjang periksa. b. Persiapkan ibu pada posisi litotomi c. Dengan ibu jari telunjuk tangan kiri, sisihkan labium mayus ke lateral untuk membuka vulva d. Masukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke dalam lumen vagina melalui introitus yang terbuka e. Pindahkan tangan kiri keatas fundus uteri f. Arahkan bagian vetral/palmar jari-jari tangan dalam ke sympisis os pubis,

 

g.

h.

i.  j.

k.

l.

tentukan besar sudut antara os pubis kiri dan kanan Dengan ujung bagian ventral jari-jari dalam, telusuri linea inominata kiri sejauh mungkin, kemudian lakukan juga pada bagian kanan dengan cara yang sama. Letakkan jari dalam sekitar pertengahan linea inominata kiri kemudian geser ke bawah (sejajar sumbu badan ibu) menelusuri dinding samping panggul untuk menilai arah dan sudutnya (rata, menyudut kedalam/keluar) Menjelang akhir dinding d inding samping sam ping panggul (sekitar 5 cm dari pintu atas panggul) panggul) akan teraba tonjolan tulang, kearah  jalan lahir lahir dan berbentuk berbentuk segitiga, segitiga, yang yang disebut dengan spina iskiadika, nilai derajat penonjolan spina ke jalan lahir Lakukan hal yang yang sama pada dinding samping panggul bagian kanan (gunakan bagian/sisi medial jari tengah) kemudian nilai distansia interspinarum Raba tuberositas iskiadikum dengan meneruskan rabaan dinding samping panggul hingga bagian paling ujung lakukan untuk dinding panggul kiri dan kanan kemudian nilai distansia intertuberosum (jarak antara tuberositas) Geser tangan dalam kearah belakang.

m. sehingga teraba bagian tulang yang rata dan mempunyai lekukan kedalam, bagian ini disebut sacrum, nilai konkafitas tulang tersebut dengan menelusurinya kearah atas dan bawah (tepat dibagian tengah) n. Teruskan perabaan bagian tengah sacrum hingga mencapai bagian ujung tulang koksigis, nilai inklinasi tulang tersebut ke depan (mengarah jalan lahir atau kebelakang) o. Pindahkan jari tangan dalam ke inominata kanan kemudian telusuri sejauh mungkin ke belakang hingga

 

posisi jari mengarah ketengah (sumbu badan ibu) bila ditengah teraba tonjolan tulang kebagian dalam jalan lahir (promontorium) maka pindahkan Qari) tangan kanan ke tangan kiri untuk menentukan batas/jarak titik tersebut keujung jari kanan p. Keluarkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan sementara jari telunjuk tangan kiri yang menentukan batas tadi tetap pada posisinya q. Ambil alat ukur/penggaris dengan tangan kiri, dekatkan dengan jari tengah tangan kanan dan batas yang telah dibuat tadi untuk menentukan r. konyugata vera yang kemudian di konversikan menjadi konyugata diagonalis s. Beritahu pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk mengambil tempat yang sudah disediakan. 4. Dokumentasi 5. Pencegahan infeksi a. Kumpulkan semua alat yang telah digunakan dan masukkan ke wadah yang berisi larutan klorin 0,5% b. Seka dengan larutan klorin 0,5% pada bagian/benda yang dikenai sekret/cairan tubuh pasien c. Masukkan dan bersihkan sarung tangan kewadah yang berisi larutan klirin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam di dalam wadah tersebut selama 10 menit d. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dibawah air mengalir e. Keringkan tangan dengan handuk kering dan bersih Unit Terkait

-  Ruang Bersalin

 

 

Pemeriksaan Ginekologi

RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry Fax / Telp. (0511) 6710000,Fax.(0511)6710001  

No. Revisi

No. Dokumen

No. Halaman  

 

…………………..

……………..

Ditetapkan Direktur,

Tanggal Terbit :  

… … … … … … … … …

PROSEDUR TETAP Tanggal Revisi :

DR. dr.Izaak Zoelkarnain Akbar, SpOT   NIP. 19630504 198911 1 001

… … … … … … … … …

Pengertian Tujuan Kebijakan

Persiapan Kerja

Suatu prosedur klinik yang dilakukan secara bimanual untuk menentukan / mengetahui organ genetalia Untuk mengetahui keadaan patologis pada organ genetalia 1. Dilakukan pada setiap pasien yang mempunyai indikasi untuk dilakukan pemeriksaan ginekologi 2. Ada aturan tertulis dalam kebidanan 1. Petugas pakai   Short   Masker   Sarung tangan 2. Tempat   Ruangan tertutup dan tenang   Penerangan yang cukup 3. Pasien   Pasien ditempatkan di atas meja ginekologi   Posisi litotomi   Pakaian bagian bawah dilepas 4. Bahan dan peralatan   Kapas dan larutan anti septic   Kateter nelaton   Speculum/sim   Meja insturment   Ranjang ginekologi   Lampu sorot   Sabun dan air bersih   Handuk bersih dan kering

 

Prosedur Kerja

1. 2. 3. 4. 5.

  Memberi salam Anamnesa terhadap pasien dan keluarga Informed konsent Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan Memakai sarung tangan a. Setelah cud tangan keringkan dengan handuk yang kering dan bersih. b. Lepaskan lipatan sarung tangan di atas meja, ambil sarung tangan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri c. Masukkan tangan kanan sesuai jari-jari tangan dengan alur-alur jari yang tersedia d. Kencangkan sarung tangan dengan jalan menarik ujung lipatan kemudian tarik lingkaran sarung ke atas e. Ambil sarung tangan kiri dengan menyelipkan jari jari tangan kanan diantara lipatan sarung tangan

(tahan sarung tangan dengan jari) Masukkan jari-jari tangan kiri ibu ke dalam alur yang tersedia, kencangkan dengan jalan mendorong lipatan sarung tangan keatas kemudian tarik lingkaran sarung tangan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan untuk menghilangkan lipatannya. 6. Pemeriksaan a. Pemeriksa menghadap pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspektus genetalis b. Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptic kemudian usapkan pada daerah vagina, vulva dan perineum lakukan periksa pandang (inspeksi) pada f.

dserah vulva dan perineum c. Buka celah antara labia mayus, perhatikan muara uretra dan introit/tus (bila kandung kemih belum dikosongkan, lakukan kateter untuk mengeluarkan air kemih) d. Raba dan telusuri laium mayus kanan dan kiri (terutama dibagian kelenjar bartolin). e. Ambil speculum dengan tangan kanan, masukkan ujung speculum dengan arah sejajar intoitus (yakinkan bahwa tidak ada bagian yang terjepit) lalu dorong bilah kedalam lumen vagina, f. Setelah masuk s setengah etengah panjang bilah, putar speculum 90 hingga tungkainya kearah bawah

 

g.

h.

i.  j.

k.

(hingga masing-masing bilah menyentuh dinding bagian atas dan bawah vagina) Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan servik tampak jelas (perhatikan ukuran dan warna portio, dinding dan secret) Setelah periksa pandang selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah, kemudian keluarkan speculum. Letakkan speculum pada tempat yang telah disediakan. Pemeriksa Pemeriksa berdiri untuk melakukan melakukan tuse vaginal bukan labium mayus kiri dan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan masukka n jari telunjuk dan tengah tangan kedalam vagina Letakkan ujung-ujung jari tangan kiri pada supra sympisis, tentukan fundus uteri (apabila memungkinkan untuk diraba dari luar) 1) Tangan dalam memeriksa dinding vagina, kemudian secara bimanual tentukan besar

uterus, konsistensi dan arahnya, arahnya periksa periksa konsistensi seviks dan konsistensi serviks dan keadaan parimetrium 2) Pindahkan jari-jari tangan luar dan dalam kebagian isthmus (tentukan apakah ada tanda hegar dengan mencoba mempertemukan kedua ujung kedua jari tangan luar dan dalam) 3) Tangan kiri menahan uterus pada bagian supra sympisis, keluarkan jari tenaga dan telunjuk angan kanan 4) Angkat tangan kiri dari dinding perut dan sekitar vulva dan perineum 7. Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk mengambil tempat 8. Penjelasan hasil pemeriksaan 9. Dokumentasi 10. Dekontaminasi a. Siapkan larutan klorin 0,5 ml di wadah di masing tempat tidur tindakan di ganti tiap 24 jam b. Setelah mengadakan pemeriksaan dalam, sarung; tangan dibilas ke larutan klorin tersebut selama 10 menit. c. Setelah partus aau tindakan semua alat atau instrumen yang telah dipakai di rendam di larutan klorin tersebut selama 10 menit

 

d. Cuci sarung tangan dan alat-alat tersebut dengan air mengalir dengan memakai sarung tangan khusus (tebal) e. Kemudian sarung tangan dan alat-alat tersebut dikeringkan f. Semua instrumen di steril kan, sarung tangan dengan cara kering, sedang metal dengan cara perebusan selama 20 menit (setelah mendidih) tertutup atau dengan merendam di dalam larutan larutan klorin 0,5% selama 20 menit g. Alat siap pakai, tahan sampai 7 hari. Unit Terkait

Ruang Bersalin

 

  PROSEDUR PENANGANAN PEMERIKSAAN DALAM VAGINA DIBIDANG OBSTETRI

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN 

No.Dokumen

No. Revisi

Halaman 1 dari 2

Disahkan oleh Direktur, Tanggal Terbit STANDAR PELAYANAN MEDIS (SPM)

6 Januari 2014 DR. dr.Izaak Zoelkarnain Akbar, SpOT NIP. 19630504 198911 1 001 

Pengertian

Pemeriksaan raba dengan memasukkan jari (pada umumnya jari telunjuk dan jari tengah) kedalam vagina

Tujuan

Mengetahui keadaan kehamilan dan persalinan

Kebijakan

PDV dilakukan secara profesional dengan memperhatikan tujuan dan indikasi agar tidak meningkatkan morbiditas ibu.

Prosedur

PDV harus dilakukan dengan cara yang aseptic, yaitu desinfeksi daerah vulva dan vagina dengan kapas sublimate pemeriksaan memakai sarung tangan steril.

desinfektan

dan

Penilaian PDV : 1. Umum   Vulva dan urethra   Vagina : supel atau tidak, striktura, tumor dan lain-lain   Otot antara vagina dan sekitarnya   Serviks uteri : konsistensi, posisi, penipisan, pembukaan, pembukaan, raba kulit ketuban   Presentasi janin dan penurunannya   Titik penunjuk 













  VU dandinilai rectumukuran : kosong atau terisi, adanya masa, dll 2. Panggul, dan bentuk

 

  Pintu atas panggul Promontorium tak teraba - Linea inominata teraba kurang dari setengah lingkaran   Pintu tengah panggul Spina ischiadika tidak menonjol Kelengkungan sacrum cukup Dinding samping pelvic sejajar   Pintu bawah panggul   Arcus pubis lebih dari 900 - Mobilitas tulang koksigis cukup







3. Penurunan janin Turunnya bagian bawah janin dapat ditentukan dengan : a. Bidang Hodge - Bidang Hodge I :bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul dan bagian atas ismpisis dan promontarium. - Bidang hodge II :bidang ini sejajar dengan bidang hodge I terletak setinggi bagian bawah symphisis.

-

Bidang hodge III dan :bidang ini sejajar denganspina bidang hodge I II terletak setinggi ischiadika kanan dan kiri Bidang hodge IV :bidang ini sejajar dengan bidang hodge I, II, III, terletak setinggi os koksigis 

PROSEDUR PENANGANAN PEMERIKSAAN DALAM VAGINA DIBIDANG OBSTETRI

No. Dokumen

No. Revisi

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI

Halaman 2 dari 2

SALEH BANJARMASIN  b.Station - Station 0, Yaitu bidang setinggi spina ischiadika. - Bidang – bidang Diatas station 0 : * Station 1 : 1 cm diatas station 0 * Station 2 : 2 cm diatas station 0   * Station 3 : 3 cm diatas station 0 * Station 4 : 4 cm diatas station 0 * Station 5 : 5 cm diatas station 0

Unit terkait

-

Ruang Bersalin 

 

  Dekontaminasi Ruang Bersalin

No. Revisi

No. Dokumen RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry Fax / Telp. (0511) 6710000,Fax.(0511)6710001  

No. Halaman  

 

…………………..

……………..

Ditetapkan Direktur,

Tanggal Terbit :  

… … … … … … … … …

PROSEDUR TETAP Tanggal Revisi :

 

… … … … … … … … …

Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur Kerja

Unit Terkait

DR. dr.Izaak Zoelkarnain Akbar, SpOT NIP. 19630504 198911 1 001

Cara pencegahan infeksi yang dilaksanakan di Ruang Bersalin Mencegah terjadinya infeksi / infeksi nasokomial Semua prosedur dilaksanakan dalam keadaan steril pasca tindakan dilakukan prosedur dekontaminasi 1. Siapkan larutan klorin 0,5 ml di wadah wadah di masing tempat tidur tindakan diganti tiap 24 jam. 2. Setelah melaksanakan pemeriksaan dalam, sarung tangan dibilas ke larutan klorin yang tersedia sampai bersih, kemudian sarung tangan dilepas terbalik, dan direndam dalam larutan klorin tersebut selama 10 menit. 3. Setelah partus/tindakan, semua alat/instrument yang telah dipakai direndam dilarutan klorin tersebut selama 10 menit. 4. Cuci sarung tangan dan alat-alat tersebut dengan air mengalir dengan memakai sarung tangan khusus (tebal). 5. Kemudian sarung tangan dan alat-alat tersebut dikeringkan. 6. Kemudian semua instrument instrument disterilkan sarung tangan dengan cara kering, sedang metal dengan perebusan selama 20 menit (setelah mendidih) tertutup atau dengan merendam di dalam larutan klorin 0,5 % selama 20 %. Alat siap pakai, tahan sampai 7 hari. -7.   Ruang Bersalin

 

  PROSEDUR PENANGANAN KEBUTUHAN NUTRISI MELALUI ORAL 

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN 

No.Dokumen

No. Revisi

Halaman 1 dari 1

Disahkan oleh Direktur, Tanggal Terbit STANDAR PELAYANAN MEDIS (SPM)

6 Januari 2014 DR. dr.Izaak Zoelkarnain Akbar, SpOT NIP. 19630504 198911 1 001 

Pengertian

Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri. Tindakan yang dilakukan adalah dengan membantu memberikan makanan/nutrisi melalui oral (mulut).

Tujuan

1. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien; 2. Untuk membangkitkan selera makan pasien

Kebijakan

1. Tersedianya alat dan bahan yakni : a. Piring; b. Sendok; c. Garpu; d. Gelas; e. Serbet; f. Mangkok cuci tangan; g. Pengalas; h. Jenis diet. 2. Tersedianya tenaga kebidanan / keperawatan

Prosedur

1. Cuci tangan; 2. Periksa identitas pasien; 3. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan;

 

4. 5. 6. 7.

Atur posisi pasien; Pasang pengalas; Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makan; Bantu untuk melakukan makan dengan menyuapkan makanan sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan; 8. Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien dan anjurkan pasien duduk sebentar; 9. Catat hasil dan respon pemenuhan terhadap makan; 10. Cuci tangan.

Unit terkait

Dokumen Terkait

-Ruang Bersalin

Lembar catatan terapi dokter

 

 

RS. Dr. H. M. Ansari Saleh BANJARMASIN Jl. Brigjend. H. Hasan Basry Fax / Telp. 3300741 Banjarmasin

HEACTING PERINEUM

No. Dokumen

Tanggal Terbit :  PROSEDUR  TETAP

No. Revisi

No. Halaman 1/2

Ditetapkan, Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

PENGERTIAN

Tindakan penjahitan pada perineum yang disebabkan oleh episiotomi maupun ruptur perineum

TUJUAN

Melakukan penjahitan pada luka perineum untuk mempercepat penyembihan luka dan mencegah infeksi

KEBIJAKAN

PROSEDUR

1. Setiap pasien yang mempunyai indikasi dilakukan heacting perineum. 2. Semua prosedur dilaksanakan dalam keadaan steril pasca tindakan dilakukan prosedur dekontaminasi 1.  Peralatan Penjahitan :

a. Bak instrumen steril berisi : sepasang sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit otot dan kulit, chromic catgut atau catgut no. 2/0 atau 3/0, pinset, gunting benang dan kassa steril b. Alat suntik sekali pakai 10 ml dibuka dan dimasukkan ke dalam heacting set c. Satu ampul lidokain 1% dipatahkan d. Kain bersih, Kapas DTT, Air DTT e. Lampu sorot / senter yang diarahkan ke vuva/perineum ibu f. Larutan klorin 0.5%

 

2.  PERSIAPAN

a. Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur, dengan posisi litotomi  b. Cuci tangan dengan sabun, keringkan dengan kain bersih dan kering  c. Pakai sarung tangan DTT atau steril   d. Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain 1%, dengan teknik satu tangan, letakkan kembali ke dalam wadah heacting set  e. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu   f. Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka dari darah atau bekuan darah, dan nilai kembali luas dan dalamnya robekan pada daerah perineum  g. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka / robekan perineum, masukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka  h.  Aspirasi untuk memastikan memastikan tidak ada darah yang

terhisap. Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi lagi aspirasi ( cairan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan gangguan denyut jantung hingga tidak teratur )  i. Suntikkan cairan lidokain 1% secukupnya sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum   j. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan  jarum suntik sepanjang sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik. ( Bila robekan besar dan dalam, anastesi daerah bagian dalam robekan  –  alur suntikan anastesi akan berbentuk seperti kipas : tepi perineum, dalam luka, tepi  mukosa vagina )  k. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal dari anastesi.  3.  LANGKAH-LANGKAH

a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan. Rabalah dengan ujung jari seluruh daerah luka & lihat dimana ujung luka tersebut. 

 

b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi, pasang tampon atau kassa ke dalam vagina.  c. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci pemegang jarum  d. Pasang benang jahit pada mata jarum  e. Lihat dengan jelas batas luka episiotomi   f. Lakukan penjahitan pertama 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina ibu.  g. Peganglah pemegang jarum dengan tangan lainnya. Gunakan pemegang jarum (pinset) untuk menarik  jarum melalui jaringan. jaringan. Jangan sekali-kali sekali-kali menggunakan jari tangn. Menggunakan jari tangan untuk meraba jarum adalah berbahaya. Anda bisa menusuk jari tangan anda atau melobangi sarung tangan anda yang akan meningkatkan risiko terkena infeksi kuman dari darah seperti HIV atau hepatitis B  h. Ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang bebas ( ujung benang tampa jarum ) hingga tersisa kira-kira 1 cm  i. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan  jelujur hingga hingga tepat tepat di belakang belakang lingkaran lingkaran himen. himen.   j. Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai kebelakang lingkaran himen, dan tarik keluar pada luka perineum. Perhatikan seberapa dekatnya  jarum ke puncak puncak lukanya. lukanya.  k. Gunakan teknik jahitan jelujur saat anda menjahit lapisan ototnya. Lihat ke dalam luka untuk mengetahui

letak ototnya. Otot biasanya tampak sedikit lebih merah dan rasanya agak keras bila disentuh. Penting sekali untuk menjahit otot ke otot. Rasakan dasar dari luka, ketika anda sudah mencapai ujung luka, berarti anda telah menutup lapisan otot yang dalam  l. Setelah mencapai ujung luka yang paling akhir dari luka, putarlah arah jarum anda dan mulailah menjahit ke arah vagina, dengan menggunakan jahitan untuk menutup jaringan subcuticuler. Carilah lapisan subcuticuler umumnya lembut dan memiliki warna yang sama dengan mukosa vagina.

 

Kemudian membuat jahitan lapis kedua. Perhatikan sudut jarumnya. Jahitan lapis kedua ini akan meninggalkan lebar luka kira-kira 0.5 cm terbuka. Luka ini akan menutup sendiri pada waktu proses penyembuhan berlangsung  m. Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka

n. o.

p. q.

perineal kembali ke vagina di belakang cincin himen untuk diamankan, diikat dan dipotong benangnya.   Ikatlah jahitannya dengan simpul mati. Agar simpul tersebut benar-benar kuat, buatlah 1 ½ kali simpul mati   Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan masing-masing 1 cm. Jika ujung dipotong terlalu pendek, jahitan mungkin akan bisa terlepas. Jika hal ini terjadi, seluruh jahitan episiotomi akan menjadi longgar dan terlepas  Masukkan jari anda ke dalam rektum  Rabalah puncak dinding rektum untuk mengetahui

apakah ada jahitan. Jika anda meraba ada jahitan, maka pastikan agar anda memeriksa kembali rektum tersebut 6 minggu pasca kelahiran. Jika belum sepenuhnya sembuh pada saat itu (yakni, anda merasakan adanya fistula), maka rujuklah ibu tersebut ke dokter   r. Periksa ulang kembali untuk memastikan bahwa anda tidak meninggalkan apapun seperti kassa, tampon, instrumen di dalam vagina ibu  s. Cucilah alat kelamin ibu dengan air bersabun   t. Keringkan dan buat ibu merasa nyaman  u. Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara pembersihan daerah perineum dengan sabun dan air 3 sampai 4 kali setiap hari. Kalau tidak, ia harus menjaga agar perineumnya tetap kering dan bersih. Beritahu ibu agar jangan memasukkan benda apapun ke dalam vaginanya 

Mintalah agar ibu kembali dalam waktu satu minggu agar anda bisa memeriksanya kembali. UNIT TERKAIT

RUANG BERSALIN

 

 

RS. Dr. H. M. Ansari Saleh BANJARMASIN Jl. Brigjend. H. Hasan Basry Fax / Telp. 3300741 Banjarmasin

KATETERISASI

No. Dokumen

Tanggal Terbit :  PROSEDUR  TETAP

No. Revisi

No. Halaman 1/4

Ditetapkan, Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

PENGERTIAN Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan mengeluarkan urin. TUJUAN

-  Untuk mengeluarkan urin sehingga menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih

-  Mendapatkan urine steril intuk specimen -  Pengkajian residu urine -  Penatalaksanaan pasien yang menderita inkompeten kandung kemih.

-  Mengatasi obstruksi aliran urine Mengatasi retensi perkemihan

 

KEBIJAKAN

3. Setiap pasien yang mempunyai indikasi harus dilakukan kateterisasi 4. Semua prosedur dilaksanakan dalam keadaan steril pasca tindakan dilakukan prosedur dekontaminasi

PROSEDUR ALAT

1. Bak instrumen steril berisi : pinset anatomis, kasa 2. Kom 3. Kateter sesuai ukuran 4. Sarung tangan steril 5. Sarung tangan bersih 6. Cairan antiseptic 7. Spuit 10 cc atau 20 cc berisi aquadest/NaCl steril 8. Jelly atau pelumas 9. Urine bag 10. Plaster 11. Gunting verba verban n atau plaster 12. Selimut 13. Tirai/sampiran 14. Perlak dan pengalas 15. Bengkok/nierbekken 16. Tempat speci specimen men (jika perlu)

Penatalaksanaan

1. Memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien mengenai prosedur, tujuan dan indikasi tindakan, meminta persetujuan pasien dan keluarga 2. Menyiapkan peralatan disamping penderita memasang perlak dan menutup pinggang dan bagian tungkai atas pasien dengan selimut lalu sisihkan selimut hingga yang terpajan hanya area perineal

 

3. Mengatur posisi pasien (pasien laki-laki kedua kaki diluruskan ke bawah, pasien perempuan diatur dalam posisi litotomi) 4. Meletakkan nierbekken di antara paha pasien 5. Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom 6. Petugas mencuci tangan dan memakai sarung tangan bersih 7. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic 8. Buka sarung tangan dan dan simpan nierbekken atau buang ke kantong plastik yang telah disediakan 9. Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian simpan di alas steril. Jika pemasangan kateter dilakukan sendiri, maka siapkan jelly di dalam bak sterik. Jangan menyentuh area steril 10. Gunakan sarung tangan steril 11. Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan berikan jelly pada ujung kateter (dengan meminta bantuan

atau

dilakukan

sendiri)

dengan

tetap

mempertahankan teknik steril 12. Buka labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk atau telunjuk dengan jari tengah tangan tidak dominan 13. Dengan menggunakan menggunak an pinset atau tangan dominan, masukkan kateter perlahan-lahan pada uretra hingga ujung kateter untuk pasien pria dan tiga per empat selang kateter untuk wanita. Anjurkan pasien untuk menarik nafas saat kateter dimasukkan. 14. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan, jika perlu kaji ulang kondisi dan indikasi pemasangan kateter pada pasien. Hindari pengeluarkan dan memasukan kembali kateter

 

secara berulang-ulang, jika diperlukan gunakan kateter yang baru. 15. Pastikan nierbekken ni erbekken yang telah t elah disiapkan disi apkan berasa di ujung kateter agar urine tidak tumpah. Setelah urin mengalir, ambil specimen urin bila diperlukan. 16. Pastikan urin bag telah terkunci dan segera sambungkan kateter dengan urine bag 17. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai (10-20 mL) dengan menggunakan spuit steril 18. Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon kateter sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria. 19. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa 20. Fiksasi kateter dengan plester pada pangkal paha 21. Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih 22. Lepaskan pengalas serta bereskan alat 23. Lepaskan sarung tangan cuci tangan 24. Rapihkan kembali pasien 25. Menanyakan kondisi pasien, mencatat tindakan dan hasil (warna dan jumlah) urin yang keluar UNIT TERKAIT

-  Ruang Bersalin -  Ruang Nifas

 

 

RS. Dr. H. M. Ansari Saleh BANJARMASIN Jl. Brigjend. H. Hasan Basry Fax / Telp. 3300741 Banjarmasin

AMNIOTOMI

No. Dokumen

Tanggal Terbit :  PROSEDUR  TETAP

No. Revisi

No. Halaman 1/2

Ditetapkan, Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

PENGERTIAN

Pemecahan ketuban yang dilakukan sesuai indikasi

TUJUAN

1. Mempercepat proses persalinan 2. Merangsang kontraksi uterus

KEBIJAKAN

1. Amniotomi dilakukan sesuai dengan indikasi 2. Semua prosedur dilaksanakan dalam keadaan steril pascatindakan dilakukan prosedur dekontaminasi

PROSEDUR

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

1/2 kocher Kapas DT Sarung Tangan Bengkok Alas bokong Alat-alat APN Larutan klorin 0,5%

1. 2. 3. 4.

Informasikan tentang tindakan yang akan dilakukan. Penolong menggunakan APD Vulva hygiene Lakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaaan serta tidak adanya bagian kecil janin/tali pusat

 

5. Tangan kiri mendekatkan bengkok kedepan vulva 6. Ambil ½ kocher dan wadah DTT dengan tangan kiri 7. Masukkan ½ kocher yang dipegang tangan kiri dituntun oleh tangan kanan dengan bagian tajam menghadap ke jari pemeriksa hingga bisa merasakan atau menyentuh selaput ketuban 8. Saat his berkurang kekuatannya,gerakkan ujung jari tangan kanan menuntut ujung ½ kocher menggores selaput ketuban 1-2 cm hingga ketuban pecah 9. Keluarkan ½ kocher dari vagina dengan tangan kiri, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 10. Pertahankan jari tangan kanan dalam vagina untuk melebarkan robekan selaput ketuban, merasakan penurunan kepala janin dan untuk memastikan tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat menumbung. 11. Keluarkan tangan t angan kanan dan perhatikan perhatik an warna serta  jumlah air ketuban ketuban 12. Cuci sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin dalam 13. 0,5% Periksa DJJ.keadaan terbalik

UNIT TERKAIT

-  Ruang Bersalin

 

 

RS. Dr. H. M. Ansari Saleh BANJARMASIN   Jl. Brigjend. H. Hasan Basry  Fax / Telp. 3300741  Banjarmasin 

PEMERIKSAAN DENYUT JANTUNG JANIN

No. Dokumen

Tanggal Terbit :  PROSEDUR  TETAP

No. Revisi

No. Halaman 1/2

Ditetapkan, Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001  

PENGERTIAN

Suatu tindakan obstetri dengan melakukan pemeriksaan denyut jatung janin diperut ibu hamil dengan menggunakan lenek/ doopler

TUJUAN

Sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim.  rahim. 

KEBIJAKAN

Bidan yang mendengarkan Denyut jantung Janin harus sesuai dengan SOP

PROSEDUR

1. Persiapan Pasien   Persiapan Mental   Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan 

pada pasien   menjaga privasi pasien 2. Persiapan Alat   Doppler 3. Bahan   Jelly  4. Cara Kerja -  Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang -  Beri jelly pada doppler /lineac yang akan digunakan -  Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin. -  Hitung detak jantung janin : 

 

-  Dengar detak jantung janin selama 1 menit, normal -  - 

-  -  -  UNIT TERKAIT

detak jantung janin 120-160 / menit. Beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak  jantung janin janin Jika pada pemeriksaan detak jantung janin, tidak terdengar ataupun tidak ada pergerakan bayi, maka pasien diberi penjelasan dan kolaborasi DPJP Merapikan peralatan peralatan   Dokumentasi Cuci tangan 6 langkah RUANG BERSALIN

 

 

PROSEDUR PENANGANAN 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)  

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN 

No.Dokumen

No. Revisi

Halaman 1 dari 5

Disahkan oleh Direktur, Tanggal Terbit STANDAR PELAYANAN MEDIS (SPM)

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

6 Januari 2014

DR. dr.Izaak Zoelkarnain Akbar, SpOT NIP. 19630504 198911 1 001 

Asuhan persalinan normal merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir 1. Untuk menjaga kelangsungan hidup dan meningatkan derajat kesehatan ibu dan bayi; 2. Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalnan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi; 1. Tersedianya alat dan bahan yakni : - Pelindung diri; - Handuk kecil pribadi; - Handuk besar 2 (dua) buah; - Set partus; - Alat pengukur tanda vital; - Oksitosin 20 unit; - Spuit 3 cc 2 buah, spiut 10 cc 1 buah, spuit 1 cc I buah; - Vitamin K 0,5 cc; - Salep mata; - Dopler atau monoaural;  - Bengkok;  - Ember tempat alat tenun kotor; Tempat sampah; - Kantong plastik;  - Duk steril; 

 

Kapas detol dalam kom;  Egometrin; Lidokain;  Set hekting;  Benang catgut; Kasa steril; Betadin dalam botol;  Baskom berisi larutan klorin 0,5 %; Perlengkapan baju baju ibu dan bayi; - Alat tulis;  - Timbangan bayi;  - Pengukur panjang bayi;   - Status ibu dan bayi;   - Stempel kaki bayi;  - Minuman manis untuk hidrasi;  2. Tersedianya tenaga dokter/bidan/ perawat

-

PROSEDUR PENANGANAN 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)  

No.Dokumen RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN 

Prosedur

No. Revisi

Halaman 2 dari 5

Langkah-langkah asuhan persalinan normal : 1. Mendengar dan melihat adanya gejala dan tanda kala II; - Pasien merasa adanya dorongan kuat untuk meneran; - Pasien merasakan adanya tekanan yang meningkat pada rektum dan vagina; - Perineum tampak menonjol; - Vulva dan anus tampak membuka. 2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi pada pasien dan bayi baru lahir. Menyiapkan tempat datar dan keras, 2 kain, 1 handuk bersih dan kering, dan lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi, untuk penanganan, bayi asfiksia. - Meletakkan kain diatas perut pasien dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi;

 

-

Menyiapkan oksitoksin 10 unit dan spuit sekali pakai dalam set partus. 3. Memakai celemek plastik; 4. Melepaskan dan menyimpan perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dibawah alir yang mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau handuk kecil pribadi; 5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk melakukan pemeriksaan dalam; 6. Memasukan oksitosin ke spuit (gunakan tangan yang memakai sarung DTT dan steril). Pastikan tidak terjadi kontaminasi pada spuit; 7. Membersihkan vulva dan perineum; 8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan Iengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, dan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi; 9. Dekontaminasi sarung tangan dengan caramecelupkan tangan yang masih memakai sarungtangan kedalam larutan klorin 0,5 % kemudianlepaskan sarung tangan dan rendam dalam keadaan terbalik selama 10 menit. Cuci kedua tangan; 10. Memeriksa DJJ saat uterus ute rus tidak berkontraksi untuk u ntuk memastikan memasti kan DJJ keadaantindakan normal (120-160 kali/menit). -dalam Mengambil yang sesuai jika DJJ tidak normal; - Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam dan DJJ dan temuan lainnya kedalam partograf. 11. Memberi tahu t ahu pasien dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan janin dalam keadaan baik. Bantu pasien mengatur posisi nyaman sesuai dengan keinginannya; 12. Meminta keluarga k eluarga untuk membantu menyiapkan men yiapkan posisi meneran. Bila ada rasa ingin meneran, bantu pasien untuk beralih ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkannya dan pastikan bahwa ibu merasa nyaman; 13. Membimbing pasien untuk meneran saat merasa ada dorongan kuat untuk meneran. -

Membimbing pasien agar dapat meneran dengan benar dan efektif; Mendukung dan dan memberi semangat pada pasien saat meneran, perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai; - Membantu pasien untuk mengambil posisi nyaman sesuai dengan pilihannya; - Menganjurkan pasien untuk beristirahat saat tidak ada his; - Menganjurkan / memberi semangat pada pasien; - Memberi intake cairan (minum); - Menilai DJJ setiap his selesai. 14. Menganjurkan pasien p asien untuk berjalan, jongkok, jon gkok, atau mengambil m engambil posisi nyaman jika belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit; 15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diatas perut pasien, jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm;

 

16. Meletakkan kain ka in bersih yang dilipat sepertiga bagian bagia n dibawah bokong b okong pasien; 17. Membuka tutup tut up set partus dan memperhatikan memperhatika n kelengkapan alat dan bahan; 18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan;

PROSEDUR PENANGANAN 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)  

No.Dokumen RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN 

Prosedur

No. Revisi

Halaman 3 dari 5

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka vulva maka lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi untuk membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal. 20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan lil itan tali pusat, ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi. Segera lanjutkan proses kelahiran bayi; - Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lepaskan lewat lewat bagian atas kepala bayi; - Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem talipusat didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut; - Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. 21. Setelah kepala lahir, tunggu puran pu ran paksi luar yang berlangsung b erlangsung secara spontan 22. Setelah kepala melakukan me lakukan paksi pa ksi luar pegang secara secar a biparietal bipariet al dan anjurkan pasien untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas untuk melahirkan bahu belakang; 23. Menggeser tangan dominan kebawah untuk menyanggah kepala, leher, dan siku sebelah bawah setelah kedua bahu lahir; 24. Setelah tubuh dan lengan lahir sanggah kepala bayi dengan tangan dominan sementara tangan yang lain berada di perineum untuk bersiap menangkap tungkai bawah bayi (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya); 25. Melakukan penilaian segera : - Apakah bayi menangis kuat/menangis spontan; - Apakah bayi bergerak aktif ?

 

Jika bayi tidak menagis, tidak bernapas, atau megap-megap, lakukan langkah-langkah resusitasi. 26. Mengeringkan tubuh t ubuh bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh t ubuh yang lain kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks kaseosa. Ganti handuk basah dengan handuk kering dan biarkan bayi diatas perut pasien. 27. Memeriksa kembali k embali uterus untuk unt uk memastikan tidakada ti dakada lagi janin jani n kedua (kehamilan gemeli); 28. Memberitahu pasien bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik;  29. Menyuntikan oksitosin oks itosin 10 unit secara se cara IM seperti seper ti luar paha atas at as dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir. Lakukan aspirasi sebelum penyuntikan; 30. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusar setelah 2 menit bayi lahir. Mendorong isi tali pusat kearah distal pasien, lalu menjepit kembali tali pusat pada jarak 2 cm dari klem pertama; 31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat: pusa t yang telah dijepit (sambil - Dengan satu tangan, pegang tali pusat melindungi perut bayi) kemudian lakukan penguntingan tali pusat diantara kedua klem tersebut;  32. -

cord clampsteril; Ikat tali pusat dengan memakai Lepaskan klem danbenang masukkan kedalam wadah yang telah disediakan.  Meletakkan bayi agar ada kontak kulit dengan pasien; Meletakkan bayi tengkurap didada pasien. Luruskan bahu bayi hingga bayi menempel pada dada/perut pasien. Usahakan kepala bayi berada di atas payudara pasien dengan posisi lebih rendah dari putting; 

PROSEDUR PENANGANAN

60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)   No.Dokumen RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN 

Prosedur

No. Revisi

Halaman 4 dari 5

33. Memindahan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 - 10 cm dari vulva;  34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut pasien ditepi atas simfisis untuk mendeteksi munculnya kontraksi, sementara tangan yang lain meregangkan tali pusat; 

 

35. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang dan atas (dorsokranial) secara hati-hati untuk mencegah inverse uterus. Jika plasenta belum juga lahir setelah 30-40 detik, hentikan. Peregangan tali pusat tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas;  36. Melakukan peregangan tali pusat dan lakukan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta pasien meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar dengan lantai dan kemudian arahkan keatas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorsokranial);  - Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta; - Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat, maka lakukan hal sebagai berikut : a. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit secara IM;   b. Lakukan kateterisasi kandung kemih dengan teknik aseptik  jika kandung kemih penuh;  c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan;   penegangan tali pusat 15 menit berikutnya;   d. Ulangi e. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan manual plasenta. 37. - Saat plasenta muncul di Introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan tempatk an plasenta pada wadah yang telah disediakan; - Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT DTT atau sarung tangan steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput ketuban. Gunakan jari-jari tangan untuk mengeluarkan bagian selaput plasenta yang tertinggal 38. Melakukan masase m asase uterus segera setelah plasenta dan selaput lahir. Meletakkan telapak tangan diatas fundus dan lakukan masase dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Melakukan tindakan yang diperlukan (memastikan kandung kemih kosong, membersihkan bekuan darah dan selaput ketuban di vagina, melakukan kompresibimanual interna, dan memantau perkembangan kontraksi) jika uterus tidak berkontraksi selama 15 menit dimasase; 39. Memeriksa kedua sisi plasenta pl asenta baik bagian ibu maupun ma upun bagian bayi, lalu pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam kantong plastik atau tempat khusus; 40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.Lakukanpenjahitanbilalaserasimenyebabkan perdarahan; 41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervagina;

 

42. Celupkan tangan yang masih memakai m emakai sarung tanagan kedalam larutan laru tan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% sealama 10 menit. 43. Pastikan kontraksi uterus dengan baik serta kandungan kemih kosong 44. Ajarkan ibu atau keluarga cara masase uterus dan menilai kontraksi 45. Evaluasi dan estimasi Jumlah kehilangan darah 46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik 47. Pantau keadaan bayi dan pastikan pasti kan bahwa bayi bernafas ber nafas dengan bai baik k dalam kurung 40-60 kali/menit. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulitdengan kulit pasien selama paling sedikit 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

PROSEDUR PENANGANAN 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN No.Dokumen

Prosedur

No. Revisi

Halaman 5 dari 5

48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit, cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi;  49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai;  Membersihkan pasien dari sisa cairan ketuban, lendir dan darah 50. dengan menggunakan air DTT, bantu memakaikan pakaian yang bersih dan kering;  51. Memastikan pasien merasa meras a nyaman. Membantu dalam d alam memberikan mem berikan  ASI dan anjurkan keluarga keluarga untukmemberi untukmemberi pasien minuman dan makanan yang diinginkannya; 52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%; 53. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, lalu balikkan bagian dalam keluar kemudian rendam kembali selama 10 menit;  54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dibawah air mengalir kemudian keringkan dengan menggunakan handuk bersih; 

 

55. Pakai sarung tangan bersih / DTT untuk melakukan pemeriksaan pem eriksaan fisik bayi 56. Dalam 1 jam pertama pe rtama beri salep mata, ma ta, vit k1 mg IM dipaha d ipaha kiri bawah lateral lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir 57. Memberikan imunisasi HBsAG B di paha kanan anterolateral setelah 1  jam pemberian pemberian vitamin K1. - Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan; - Letakkan bayi kembali pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu. 58. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin, 0,5% selama 10 menit 59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir 60. Lengkapi partograp (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV

Unit terkait

Kamar bersalin 

Dokumen Terkait

Status pasien 

 

 

PROSEDUR PENANGANAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN DENGAN PEMANTAUAN PARTOGRAF 

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN 

No.Dokumen

No. Revisi

Halaman 1 dari 7

Disahkan oleh Direktur, Tanggal Terbit STANDAR PELAYANAN MEDIS

6 Januari 2014

(SPM)

DR. dr.Izaak Zoelkarnain Akbar, SpOT NIP. 19630504 198911 1 001 

Pengertian

Pemantauan partograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik

Tujuan

1. Untuk mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi servik selama pemeriksaan dalam; 2. Mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan adanya penyulit persalinan sehingga bidan dapat membuat keputusan tindakan dengan tepat; 3. Sebagai alat komunikasi yang unik namun praktis antar bidan atau antara bidan dengan dokter mengenai perjalanan persalinan pasien; 4. Alat dokumentasi riwayat persalinan pasien beserta data pemberian medikamentosa yang diberikan selama proses persalinan

Kebijakan

-

Prosedur

Kriteria pasien yang dapat dipantau menggunakan partograf 1. Persalinan diperkirakan spontan;

Formulir partograf; Alat tulis menulis

2. tunggal; 36 - 42 minggu; 3. Janin Usia kehamilan

 

4. Persentasi kepala; 5. Tidak ada penyulit persalinan; 6. Persalinan sudah masuk dalam kala I fase aktif. Bagian-bagian partograf merupakan grafik yang diisi berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan selama kala I persalinan meliputi : 1. Kemajuan persalinan a. Pembukaan serviks; b. Penurunan kepala janin; c. Kontraksi uterus. 2. Keadaan janin: a. Denyut jantung janin; b. Warna dan jumlah air ketuban; c. Molase tulang kepala janin; 3. Keadaan ibu: a. Tekanan darah, nadi, dan suhu badan; b. Urine : volume dan protein; c. Obat-obatan dan cairan IV

PROSEDUR PENANGANAN PELAKSANAAN ASUHAN KALA I DENGAN PEMANTAUAN PARTOGRAF 

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASI N 

Prosedur

No.Dokumen

No. Revisi

Halaman 2 dari 7

Cara pengisian partograf : Halaman depan : 1. Bagian indentitas pasien dan keterangan waktu waktu : a. Diisi berdasarkan informasi yang yang dibutuhan; b. Meliputi nomor registrasi, nomor medrec, nama, tanggal, jam datang, usia dan paritas pasien. 2. Baris untuk menuliskan waktu: Caramengisi baris ini adalah dengan menuliskanjam dilakukannya pemeriksaan pertama kali,kemudian kotak   berikutnyadiisidenganpenambahan berikutnyadiiside nganpenambahan satu jam berikutnya. 3. Grafik DJJ : a. Hasil pemeriksaan DJJ yang dihitung selama 1 menit penuh dituliskan dalam grafik ini dalam bentuk nokta (titik yang agak besar);

 

b. Penulisan nokta disesuaikan dengan letak skala dalam grafik dan jam pemeriksaan; c. Catat hasil pemeriksaan DJJ setiap 1 jam; d. Antara nokta satu dengan nokta yang lain dihubungkan dengan garis tegas yang tidak terputus; e. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka harus waspada jika frekwensi DJJ di bawah 180 120 dan dan 100. diatasPenolong 160. 4. Baris hasil pemeriksaan pemeriksaan air ketuban : a. Setiap melakukan pemeriksaan, hasil apapun yang yang berkaitan dengan ketuban harus selalu dituliskan; b. Cara menuliskannya adalah sebagai berikut : - U: kulit ketuban masih Utuh; - J : selaput ketuban pecah dan air ketuban Jernih; - M : air ketuban bercampur Mekonium; - D : air ketuban bernoda Darah; - K : tidak ada cairan ketuban/Kering c. Hasil dituliskan dikolom sesuai dengan jam pemeriksaan 5. Baris hasil pemeriksaan pemeriksaan untuk molase kepala janin / penyusupan : a. Molase adalah indikator penting tentangseberapajauhkepalajanindapatmenyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul. Semakin besar derajat penyusupan tulang kepala janin atau semakin tumpang tindih antara tulang tulan g kepala  janin maka semakin menunjukan resiko adanya disproporsi disproporsi kepala panggul (CPD); b. Setiap melakukan pemeriksaan dalam ada atau tidaknya molase harus dilaporkan melalui baris ini; c. Cara menuliskan menggunakan lambang berikut : - 0 : sutura terpisah ; - 1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) bersesuaian; - 2 : sutura tumpang tindih tapi dapat diperbaiki; - 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki 6. Garis waspada : a. Garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan servik 1 cm / jam; b. Garis bertindak terletak sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 cm) garis waspada. Jika pembukaan serviks melampaui dan berada disebelah kanan garis tindakan, maka hal ini menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.

 

 

PROSEDUR PENANGANAN PELAKSANAAN ASUHAN KALA I DENGAN PEMANTAUAN

PARTOGRAF  RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASI N 

Prosedur

No.Dokumen

No. Revisi

Halaman 3 dari 7

7. Garis hasil pemeriksaan dalam: a. Setiap melakukan pemeriksaan dalam harus selalu dituliskan dalam grafik ini, karena indikator normal atau tidaknya persalinan melaluipemantauanpartografadalahkemajuan pembukaan serviks; b. Cara menuliskannya dengan menggunakan kode tanda silang tepat di atas garis waspada (jika pembukaan tepat 4 cm) atau berada diperpotongan antara garis waspada dan skala pembukaan pem bukaan yang ada disisi paling pinggir grafik (skala 110)dilanjutkandenganmenuliskankapanataujamberapapemeriksaan dilakukan pada baris waktu dibawahnya; c. Hasil pemeriksaan berikutnya diisi sesuai dengan waktu pemeriksaan dan dibuat garis penghubung antara tanda silang sebelumnya dengan tanda silang berikutnya; d. Perlu diingat, hasil pemeriksaan dalam yangdituliskan dalam partograf adalah jika pembukaan sudah lebih dari 3 cm atau sudah dalam fase aktif; e. Jika hasil pembukaan mendekati garis bertindak maka bidan harus merujuk pasien karena mengindikasikan adanya persalinan lama. 8. Grafik hasil pemeriksaan penurunan kepala a. Mengacu pada bagian kepala ((dibagi dibagi 5 bagian) yang teraba pada pemeriksaan abdomen luar di atas simfisis pubis; b. Cara menuliskan dengan menggunakan symbolhuruf "0" yang dituliskan di skala 0-5 dengan pembagian perlima untuk setiap penurunan kepala; c. Jika kepala sudah turun dan pembukaanlengkap yaitu 0/5, maka dituliskan dalam skala O. 9. Grafik hasil observasi kontraksi. a. Kontraksi diperiksa setiap 30 menit dengan mengindentifikasi mengindentif ikasi kualitas kontraksi dalam 10 menit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kontraksi diperiksa tiap 30 menit sekali dalam 10 menit; b. Cara menuliskannya dengan melakukan arsiran dengan bentuk tertentu (sesuai dengan durasi kontraksi) di kotak-kotak yang ada

 

dalam grafik. Skala dalam grafik 1-5, dimaksudkan untuk menggambarkan jumlah kontraksi dalam 10 menit serta bagaimana kualitasnya; c. Misalnya dalam 10 menit terdeteksi 2 kontraksi dengan durasi 20-40 detik maka yang diarsir adalah 2 kotak dengan arsiran arsir an sesuai dengan durasi 20-40 detik. 10. a. Baris keterangan pemberian oksitoksin Data yang dituliskan adalah berupa unit oksitoksin yang diberikan di baris pertama; b. Jumlah tetesan/menit dalam baris kedua. 11. Baris keterangan pemberian cairan IV dan obat. Tulis jenis cairan infus dan jenis obat yang diberikan. 12. Grafik hasil pemeriksaan tekanan darah dan nadi; a. Tekanan darah diperiksa minimal setiap 4 jam,yang dituliskan sesuai dengan skala yang tersedia. Skala dalam grafik ini adalah 60-180; b. Nadi diperiksa setiap 30 menit berpedoman pada skala yang yang sama dengan skala pada tekanan darah; c. Cara menuliskan hasil pemeriksaan; - Tekanan darah : sistol dilambangkan dengan arah panah ke atas yang dituliskan sesuai dengan skala grafik, sedangkan diastole dilambangkan dengan arah panah ke bawah. Selanjutnya tarik garis ke bawah dari panah sistol dan diastole; - Nadi : hasil pemeriksaan nadi juga sama dengan penempatan penulisannya dengan tekanan darah, yang membedakan adalah simbolnya. Untuk nadi dituliskan dalam bentuk noktah menyesuaikan dengan skala yang ada. Catat setiap 30-60 menit. 13. Baris hasil pemeriksaan suhu. a. Hasil pemeriksaan suhu dituliskan dalam baris pemeriksaan suhu dengan angka nominal sesuai dengan hasil yang didapat; b. Lakukan pencatatan setiap 2 jam. PROSEDUR PENANGANAN PELAKSANAAN ASUHAN KALA I DENGAN PEMANTAUAN PARTOGRAF 

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASI N 

Prosedur

No.Dokumen

No. Revisi

Halaman 4 dari 7

14. Hasil pemeriksaan urine. a. Setiap melakukan pemeriksaan urine, hasil harus selalu dituliskan dalam baris ini;

 

b. Keterangan kandungan protein dan aseton dalam urine, cukup dilambangkan dengan tanda (+) atau (-). c. Volume dituliskan dengan dengan angka nominalsesuai nominalsesua i dengan data yang ada, catat setiappasien berkemih.

Halaman Belakang Pengisian partograf halaman belakang dilakukan seteiah seluruh proses persalinan selesai.  Unsur - unsur yang dicatat dalam bagian ini adalah sebagai berikut :  1. Data dasar. a. Isikan data pada masing-masing tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang (4) pada kotak di samping jawaban yang sesuai; b. Untuk pertanyaan nomor 5 Iingkari jawaban yang sesuai; c. Untuk pertanyaan pertanyaan nomor 8 bisa Iebih dari satu. Data yang perlu diisi adalah sebagai berikut : 1. Tanggal :  .......................... .............. ......................... .......................... ........................... .......................... ..................... ......... 

2. Nama dokter/bidan  .......................... .............. ......................... .......................... ........................... .......................... ..................... .........  3. Tempat persalinan :  Rumah ibu Puskesmas Polindes Rumah Sakit Klinik swasta Iainnya : ................... ............ ....... 4. Alamat tempat persalinan .......................... .............. ......................... .......................... ........................... .......................... ..................... .........  5. Catatan : rujuk, kala I, II, III, IV  6. Alasan merujuk  .......................... .............. ......................... .............................. .............................. ........................... .................. ....  7. Tempat rujukan  .......................... .............. ......................... .......................... ........................... .......................... ..................... .........  8. Pendamping pada saat merujuk :   Bidan teman Suami dukun Keluarga tidak ada 2. Kala I a. Bagian kala I pada partograf halaman belakang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan partograf saat melewati garis waspada, masalah lain yang mungkin timbul, penatalaksanaan masalah, dan hasilnya; b. Untuk pertanyaan nomor 9 lingkari jawabanyang sesuai, pertanyaan lainnya hanya diisijika terdapat masalah lain dalam persalinan. Pertanyaan-pertanyaan dalam kala I adalah sebagai berikut :

 

9. Partograf melewati garis waspada : Y/T 10. Masalah lain , sebutkan : .......................... .............. ......................... .......................... ........................... .......................... ..................... .........  11. Penatalaksanaan masalah tersebut : .......................... .............. ......................... .......................... ........................... .......................... ..................... ......... 

PROSEDUR PENANGANAN PELAKSANAAN ASUHAN KALA I DENGAN PEMANTAUAN PARTOGRAF 

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASI N 

Prosedur

No.Dokumen

No. Revisi

Halaman 5 dari 7

12. Hasilnya .......................... .............. ......................... .......................... ........................... .......................... ..................... .........  3. Kala II a. Data harus yang diisi pada kala II terdiri dari keterangan tindakan episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah lain, serta penatalaksanaan masalah dan hasilnya; b. Berikanlah tanda centang (q) pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Bila pertanyaannomor 13 jawabannya "YA", tulis indikasinya; c. Jawaban untuk pertanyaan nomor 14 mungkin lebih dari satu; d. Untuk pertanyaan nomor 15 dan 16 jika jawabannya "YA", isi tindakan yang dilakukan; e. Khusus pada pertanyaan nomor 15, ditambahkan ruang baru untuk menekankan upaya deteksi dini terhadap gangguan kondisi kesehatan janin selama kala II, hasil pemantauan harus dicatat (normal, gawat janin, atau tidak dapat dievaluasi). Bagian ini dapat dijadikan sebagai pelengkap bagi informasi pada kotak "YA" atau "TIDAK". Untuk pertanyaan nomor 15; f. Untuk masalah lain pada pertanyaan nomor 17 harus dijelaskan jenis masalah yang terjadi. Pertanyaan-pertanyaan pada kala II adalah sebagai berikut. 13. Episiotomi:  Ya, indikasi  .......................... .............. ............................ ............................. .......................... .......................... ................... ......    Pendamping pada saat persalinan  14. Tidak.

 

Suami dukun  Keluarga tidak ada  Teman  15. Gawat janin   Ya, tindakan yang dilakukan  ......................... ......................... ........................... ............................ ......................... ...................... ..........  a. ............ ......................... ............ ......................... ........................... ............................ ......................... ...................... ..........   b. ............ ......................... ......................... ........................... ............................ ......................... ...................... .......... c. Tidak ada. Pemantauan DJJ setiap 5-10 menit selama kala II hasilnya 16. Distosia bahu :  Ya,tindakan yang dilakukan : ......................... ......................... ........................... ............................ ......................... ...................... ..........  a. ............ ......................... ......................... ........................... ............................ ......................... ...................... ..........  b. ............ ......................... ......................... ........................... ............................ ......................... ...................... ..........  c. ............ Tidak. 17. Masalah lain, sebutkan  .......................... .............. ......................... .............................. ............................... ........................... ................. ....  18. Penatalaksanaan masalah tersebut  .......................... .............. ......................... .......................... ........................... .......................... ..................... .........  19. Hasilnya  .......................... .............. ......................... .......................... ........................... .......................... ..................... .........  4. Kala III a. Data untuk kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin, peregangan tali pusat terkendali,rangsanganpadafundus,kelengkapan plasenta saat dilahirkan, retensi plasenta yang > 30 menit, laserasi, atonia uterus,  jumlah perdarahan, perdarahan, masalah lain, serta penatalaksanaan penatalaksanaan dan hasilnya;

PROSEDUR PENANGANAN PELAKSANAAN ASUHAN KALA I DENGAN PEMANTAUAN PARTOGRAF 

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASI N 

Prosedur

No.Dokumen

No. Revisi

Halaman 6 dari 7

b. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan berilah tanda centang pada kotak disamping jawaban yang sesuai; jawaban yang benar. c. (4) Untuk pertanyaan nomor 25, 26, dan 28,lingkari

 

Pertanyaan-pertanyaan pada kala III adalah sebagai berikut : ............................menit ..menit  20. Lama kala III : .......................... 21. Pemberian oksitosin 10 IU IM?   Ya, waktu ............... ............... menit setelah persalinan  Tidak, alasan ........................ ...................................... ......................... ................. ......  Pemberian oksitosin (2x)? 22. Ya,   alasan apa............................ apa............ ................................ ................  Tidak  23. Peregangan Tali Pusat Terkendali?   Ya.  Tidak, alasan............................ alasan........................................ ..................... .........  24. Masase fundus uteri ?   Ya.  Tidak, alasan............................ alasan........................................ ...................... ..........  25. Plasenta lahir Iengkap : Ya/Tidak   Jika tidak Iengkap tindakan yang dilakukan :   ......................... ......................... ......................... .............  a. ............ ......................... ......................... ......................... .............  b. ............

26. Plasenta tidak lahir > 30 menit : Ya/Tidak   27. Laserasi :   Ya, dimana : ......................... .................................. .........  Tidak.  28. Jika ada laserasi perineum, derajat I / II/ III/ IV Tindakan : Penjahitan, dengan / tanpa anestesi  Tidak dijahit, alasan............................ alasan........................................ ..............  29. Atonia Uteri   Ya,tindakan  ......................... ......................... ......................... .............  a. ............ ......................... ......................... ......................... .............  b. ............ Tidak.  30.Jumlah perdarahan.......................cc perdarahan.......................cc  31. Masalah lain, sebutkan........................... sebutkan........................................... ........................... ...........  32. Penatalaksanaan masalah tersebut............. tersebut .......................... ...................... .........  33. Hasilnya........................... Hasilnya........................................ ......................... ......................... ......................... ............  5. Bayi baru lahir   a. Informasi yang perlu dicatat pada bagian ini antara lain berat d dan an panjang bayi, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain, serta penatalaksanaannya dan hasilnya. b. Tulis jawaban pada tempat yang telah disediakan, serta berikan tanda centang (√)pada kotakdisamping jawaban yang sesuai.  c. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai. d. Untuk pertanyaan nomor 38 jawabannya mungkin lebih dari satu.

 

  Prosedur

Pertanyaan-pertanyaan mengenai bayi baru lahir dalam partograf halaman belakang sebagai berikut : badan......................................... ....................gram ......gram  1. Berat badan........................... 2. Panjang badan............................ badan......................................... ............... .. cm  3. Jenis kelamin : L/P  baru lahir : baik/ada penyulit   4. Bayi lahir:bayi 5. Penilaian   Normal, tindakan .............................. ................ .......................... .......................... ........................... ......................... .................... ........ Menghangatkan Hisap lendir Mengeringkan Selimuti bayi dan ditempatkan disisi ibu Tindakan pencegahan infeksi mata (salep mata) Pemberian vitamin K Imunisasi HBsAG B  Asfiksia ringan ringan / pucat pucat / biru biru lemas, tindakan tindakan : Menghangatkan

:

Membebaskan jalan napas Mengeringkan Rangsangan taktil Bungkus bayi dan tempatkan disisi ibu Lain-lain, sebutkan................................................. 39. Pemberian ASI : Ya, waktu.....................Jam setelah bayi lahir Tidak, alasan.................. alasan............................... ........................... .......................... ................... ....... 40. Masalah lain, sebutkan................................................ 6. Kala IV a. Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperatur, TFU, kontraksi uterus, kantung kemih dan perdarahan; b. Pemantauan pada kala IV ni sangat penting, terutama untuk menilai resiko atau kesiapan penolong mengantisipasi komplikasi perdarahanpascapersalinan; c. Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit sekali dalam 1 jam pertama setelah melahirkan, selanjutnya setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya; d. Isikan hasil pemeriksaan pada kolom yang sesuai; e. Bila timbul masalah dalam kala IV, tuliskan jenis dan cara penanganannya pada bagian masalah kala IV dan bagian berikutnya; f. Bagian yang diarsir tidak perlu diisi; g. Catatkan semua temuan selama kala IV persalinan dalam bagian dibawah ini

 

Jam Ke

Unit terkait Dokumen Terkait

Wak tu

Tekan an Darah

Na di

Suh u

1. Kamar bersalin; 2. Medikal record Status pasien, formulir partograf

Tingg i Kontra ksi fundu uterus s

Kandu ng kemih

Perdara han

 

 

INISIASI MENYUSU DINI (IMD) 

No.Dokumen

No. Revisi

RSUD Dr.SALEH H. MOCH. ANSARI BANJARMASIN 

Halaman 1 dari 2

Disahkan oleh Direktur Tanggal Terbit PROSEDUR TETAP

6 Januari 2014

DR. dr.Izaak Zoelkarnain Akbar, SpOT NIP. 19630504 198911 1 001 

Pengertian

Inisiasi menyusu dini adalah cara menyusu bayi dengan meletakkan bayi di dada ibu, kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir setidaknya satu jam atau Iebih sampai bayi menyusu sendiri.

Tujuan

-

Kebijakan

1. Tersedianya tenaga dokter, bidan/perawat yang terampil. 2. IMD dilakukan pada bayi sehat. 3. Dianjurkan s suami/keluarga uami/keluarga mendampingi ibu saat bersalin.

Prosedur

A. Secara umum 1. Dianjurkan s suami uami atau keluarga mendampingi mendam pingi ibu saat persalinan. 2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnya, pijat, aromatherapy atau gerakan. 3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yangdiinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok. 4. Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tangannya. Pertahankan lemak alami (vernix kaseosa) yang melindungi kulit bayi. 

Untuk merangsang produksi oksitosin ibu sehingga ASI mengalir. Untuk meningkatkan rasa cinta kasih pada bayi.

ditengkurapkan dada perut ibu. Biarkan kulit 5. Bayi bayi melekat dengan di kulit ibu.atau Posisi kontak kulit dengan

 

kulit ini dipertahankan minimum 1 jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi bayi.  6. Biarkan bayi mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. 8. Dianjurkan untuk memberi kesempatan kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi seksio Caesar.  9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah 1 jam atau menyusu selesai. Prosedur yang invasif misalnya suntikan vitamin k dan tetes mata bayi dapat ditunda.  10. Rawat gabung ibu dan bayi dirawat 1 kamar selama 24 jam bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam da lam jangkauan ibu.  B. Pada operasi Caesar 1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang yang suportif. 2. Jika mun mungkin, gkin, diusahakan diusah akan suhu ruangan 20 0-250celcius. Disediakan

INISIASI MENYUSU DINI (IMD) 

No.Dokumen

No. Revisi

RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN 

Halaman 2 dari 2

selimut untuk menutupi punggung bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi. 3. Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi epidural. 4. Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum diatas. - Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus dipindahkan sebelum 1 jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan, menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau pulih.

Unit terkait

- Kamar bersalin, kamar operasi.

 

  Dokumen Terkait

1. Status pasien; 2. Buku catatan bidan/perawat;

 

```````

RAWAT GABUNG   No. Dokumen

RS. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry  No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin 

Tanggal Terbit : 1 September 2015

TETAP

Tanggal Revisi 2 :

PROSE PROS E DUR  

PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

No. Revisi

No. Halaman 1/1

Ditetapkan, Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

Memberikan pelayanan kepada bayi baru lahir dimana ditempatkan beserta ibunya dalam satu ruangan 1.  Menurunkan angka kesaktan dan kematian bayi 2.  Memenuhi hak ibu dan bayi untuk selalu berada disamping ibu setiap saat 3.  Menstimulasi supaya supaya bayi memperoleh kolostrum dan ASI 4. Memperoleh stimulasi mental dini untuk tumbuh kembang anak  

-  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI ekslusif -  SK Menkes Nomor 237 tahun 1997 tentang Pemasaran Susu A.  Persyaratan dalam rawat gabung terdiri dari 1.  Kondisi bayi   Semua bayi   Kecuali bayi beresiko -  mempunyai kelainan yan tidak memungkinkan untuk menyusu pada ibu -  Bayi sangat prematur -  Terlihat tanda-tanda sepsis -  Bayi dengan gangguan nafas -  Bayi dengan cacat bawaan -  Ibu dengan infeksi berat 2. Ibu -  Dalam keadaan sehat jasmani dan rorani -  Tersedia pakaian bayi

 

 

```````

RAWAT GABUNG   No. Dokumen

RS. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry  No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin 

PROSE PROS E DUR   TETAP

PROSEDUR

No. Revisi

No. Halaman 1/2

Tanggal Terbit : 1 September 2015

Ditetapkan, Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS

Tanggal Revisi 2 :

NIP. 19630504 198911 1 001 

B. pelaksanaan rawat gabung ibu dan bayi 1.   bayi dipindahkan dari ruang vk bersalin keruang perawatan nifas setelah diobservasi selama 2 jam 2.   pada bayi yang lahir dengan tindakan rawat gabung dilaksanakan 6 jam ceaesaria dan letak ekstraksi sungsang --   24 jampada padabayi bayisectio dengan tindakan vacum 3.   Awali dengan inisiasi menyusu dini (IMD) pada kamar bersalin 4.  Tempatkan ibu dan bayi dalam satu kamar sedemikian rupa sehinga ibu dapat melihat dan menjangkau bayi .bayi dapat ditempatkan ditempat tidur bersama ibu (bedding in) atau dalam  box disamping tempat tidur ibu 5.  Berikan asuhan pada bayi baru lahir yang meliputi : -  Pencegahan hipotermi -  Pemeriksaan klinis bayi -  Perawatan umum (merawat tali pusat,mengganti  pupuk,memandikan bayi menjaga hygiene bayi) -  Mendeteksi dini bayi bar lahir 6.  Ajarkan pada ibu mengenai tanda tanda bayi ingin menyusu

 

 

```````

RAWAT GABUNG   No. Dokumen RS. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry  No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin 

PROSE PROS E DUR   TETAP

Tanggal Terbit : 1 September 2015

No. Revisi

No. Halaman 1/3

Ditetapkan, Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Tanggal Revisi 2 :

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001

PROSEDUR

7.  Berikan asuhan pada ibu nifas meliputi -  Breast care termasuk memerah asi dan menyimpan asi

-  Mpendampingan menyusui termasuk pendekatan dan posisi

menyusui yang benar. Mengenali tanda tanda bayi telah puas dalam menyusu -  Bantu ibu bila detemukan penyulit alam menyusui ( kelainan  putting,pembengkakan mamae engorgement dll) 8.  Berikan komunikasi imformasi dan edukasi (KIE) Imformasi yang diberikan sebagai berikut : -   Nutrisi ibu menyusui -  Pengetahuan tentang menyusui secara ekslusif -  Kerugian bila bayi tidak mendapatkan asi -  Manajemen laktasi yang benar termasuk kendala kendala dalam menyusui bayi -  Mengenali tanda tanda bahaya pada ibu dan bayi -  Perawatan payudara -  Cara memerah asi menyiapkan dan memberikan ASI dengan sendok 9.  Berikan imunisasi hepatitis B pada bayi 10. Jika bayi sakit atau perlu pengawasan yang intensif pindahan bayi keruang perinatologi 11. Lakukan pencatatan perkembangan bayi rawat gabung

 

 

```````

RAWAT GABUNG   No. Dokumen

RS. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry  No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin 

PROSE PROS E DUR   TETAP

Tanggal Terbit : 1 September 2015

No. Revisi

No. Halaman 1/4

Ditetapkan, Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Tanggal Revisi 2 :

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

PROSEDUR

C. monitoring dan evaluasi Indicator indicator yang yang digunakan dalam penilaian program program atau kegiatan berhasil antara lain -  Semua ibu dan bayi mendapat perawatan gabung -  Tidak ada susu formula dirawat gabung -   Menyusui secara ekslusif 100% 

UNIT TERKAIT

1. Ruang vk bersalin  2. Ruang perawatan Nifas (Rawat Gabung)   3. Ruang Neonatus 

 

 

 

```````

RS. Dr. H. Moch.

PENGELOLAAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN HIV/AIDS  No. Dokumen No. Revisi No. Halaman 1/2 Tanggal Terbit : Ditetapkan, 1 September Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

 Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR 

2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017

TETAP

Tanggal Revisi 2 :

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

PENGERTIAN

Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan infeksi HIV

TUJUAN

Mencegah penularan infeksi HIV dari ibu yang menderita AIDS atau

KEBIJAKAN

PROSEDUR

HIV positif ke bayinya dan menjamin keamanan kerja petugas 1. Pasien HIV/AIDS mempunyai hak dan kew kewajiban ajiban yang sama dengan pasien lain dalam hal mendapatkan pelayanan bermutu, cepat, tepat, terpadu dan paripurna 2. Semua staf pelaksana wajib memberikan pelayanan terhadap pasien HIV/AIDS sebagaimana layaknya pasien lain. 3. Kewaspadaan un universal iversal d diterapkan iterapkan pada semua pasien HIV/AIDS tanpa memandang status serologis atau umur pasien, dengan tujuan melindungi petugas dari risiko terpajan infeksi HIV. 4. Prinsip kewaspadaan universal adalah bahwa darah dan semua  jenis cairan tubuh, sekret, sekret, ekskreta, ekskreta, kulit yang tidak utuh, dan selaput lendir pasien dianggap sebagai sumber potensial untuk penularan infeksi. 5. Petugas yang merawat wajib memberi tanda khusus dalam berkas kelengkapan rekam medis pasien HIV/AIDS, B20. Cara Kerja: 1. Penelusuran riwayat obstetri -  Pastikan status obstetri ibu bayi -  Eksplorasi data laboratorium ibu untuk mengetahui status HIV dan status imunitas ibu 2. Manajemen umum Bayi Baru Lahir -  Petugas yang yang menerima kelahiran bayi mengenakan alat pelindung diri yang terdiri dari jas, kacamata dan sarung tangan khusus -  Resusitasi bayi baru lahir, termoregulasi, pemberian suntikan vitamin K dan imunisasi rutin, seperti bayi lain.

 

-  Bayi dapat dirawat di rawat gabung atau kamar bayi sesuai dengan kondisinya. Diruang bayi dapat dirawat di kamar isolasi. -  Berikan konseling pada keluarganya

```````

PENGELOLAAN BAYI BARU LAHIR No. Dokumen

RS. Dr. H. Moch.  Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR  TETAP

PROSEDUR

Tanggal Terbit : 1 September 2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017

DARI IBU DENGAN HIV/AIDS  No. Revisi No. Halaman 2/2 Ditetapkan, Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

Tanggal Revisi 2 : -  Bayi diberi vital Load dalam 48 jam I -  Peralatan Medik dan kelengkapannya diberi tanda B-20 oleh petugas (dokter/perawat) 3. Pemberian minum -  Berikan susu formula, bukan ASI, kecuali jika ibu memutuskan untuk memberikan ASI -  Jangan berikan ASI yang dikombinasikan dengan formula -  Berikan petunjuk tertulis dan jelaskan cara penyiapan serta pemberian susu formula. Susu diberikan secara oral dengan cangkir kecil atau senduk atau atau gelas. -  Jelaskan risiko pemberian susu formula dan cara pencegahannya Nasehati ibu untuk mengamati tanda bahaya pada bayinya seperti : minum kurang dari 6 kali sehari atau minum hanya sedikit, diare, berat badan sulit naik 4. Terapi anti retrovirus -  Pastikan apakah ibu sudah mendapat antiretroviral -  Jika ibu sudah mendapat AZT AZT (zidovudin) selama 4 minggu sebelum melahirkan maka bayi diberi AZT 2 mg/kgBB per oral setiap 6 jam selama 6 minggu -  Jika ibu sudah mendapat Nevirapin Nevirapin dosis tunggal selama proses persalinan dan bayi masih berumur kurang dari 3 hari, bayi segera diberi Nevirapin suspensi 2mg/kgBB peroral dalam 2 minggu untuk -  Jadwalkan pemeriksaan tindak lanjut dalam menilai masalah pemberian minum dan pertumbuhan bayi

 

-  Follow up -  Follow up bayi setelah pulang dari rumah sakit sesuai protap UNIT TERKAIT

komite HIV/AIDS Ruang Maternal Perinatal Farmasi loundry IGD

Instalasi Bedah Sentral laboratorium

 

```````

RS. Dr. H. Moch.

PENGELOLAAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN HBsAG   No. Dokumen No. Revisi No. Halaman ½ Tanggal Terbit : Ditetapkan, 1 September Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin

 Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR 

2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017

TETAP

Tanggal Revisi 2 :

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR

1.

2.

3.

4. UNIT TERKAIT

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya HbsAg positif. Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya HbsAg positif. Dilakukan pada semua bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan darahnya HbsAg positif. Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml IM segera setelah lahir (sebaiknya 12 jam sesudah lahir) dilanjutkan dosis ke2 dan ke-3 sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis. Apabila Imunoglobulin Hepatitis tersedia , berikan Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU (0,5 ml) IM disuntikan pada paha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam setelah lahir atau paling lambat 48  jam setelah setelah lahir. Apabila Imunoglobulin Hepatitis belum tersedia,petugas dimana bayi ditolong menghubungi apotik untuk memproses penyediaan vaksin Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya. SMF Ilmu Kesehatan Anak Instalasi Maternal-Perinatal

 

```````

RS. Dr. H. Moch.

PENGELOLAAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN TUBERKULOSIS  No. Dokumen No. Revisi No. Halaman ½ Ditetapkan, Tanggal Terbit : Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin 1 September

 Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR 

2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017

TETAP

Tanggal Revisi 2 :

PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan dahak tuberkulosis positif. Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan dahak tuberkulosis positif. Dilakukan pada semua bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan dahak tuberkulosis positif. . 1. Jangan diberi vaksin BCG saat setelah lahir; 2. Beri profilaksis Isoniazid (INH) 5 mg/kg sekali sehari secara oral; 3. Pada umur 8 minggu  lakukan evaluasi kembali, catat berat badan dan lakukan pemeriksaan tes Mantoux dan radiologi bila memungkinkan   Bila ditemukan kecurigaan TBC aktif, mulai berikan pengobatan anti TBC lengkap (sesuaikan dengan program pengobatan TBC pada bayi dan anak dan kirim ke pusat pelayanan kesehatan setempat) 



 

UNIT TERKAIT

Bila bayi baik danisoniazid dan hasil teswaktu negatif, lanjutkan pencegahan dengan selama 6 bulan 4. Tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu setelah pengobatan selesai 5. Yakinkan ibu bahw bahwa a ASI tetap boleh diberikan. Lakukan tindak lanjut terhadap bayinya tiap 2 minggu untuk menilai kenaikan berat bayi SMF Ilmu Kesehatan Anak Instalasi Maternal-Perinatal

 

```````

RS. Dr. H. Moch.

PENGELOLAAN PASIEN HIV (+)/AIDS DI KAMAR BERSALIN No. Dokumen No. Revisi No. Halaman 2/2 Ditetapkan, Tanggal Terbit : Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin 1 September

 Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR 

2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017

TETAP

Tanggal Revisi 2 :

PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

-  Merupakan tata cara pengelolaan pertolongan persalinan dengan infeksi HIV/AIDS di kamar bersalin 1. Menghindari risiko penularan silang di kamar bersalin. Risiko penularan dapat melalui: a. Tusukan jarum dan benda tajam lain dengan risiko 5/1000 tusukan b. Kontak langsung dengan cairan tubuh/darah pengidap infeksi HIV dengan risiko penularan 1/4000 kontak 2. Menjaga hak-hak pasien selaku penderita HIV/AIDS 1. Penderita infeksi HIV/AIDS yang memerlukan pertolongan persalinan di kamar bersalin harus mendapatkan haknya seperti halnya pasien lainnya. 2. Kewaspadaan universal harus diterapkan pada semua tindakan di kamar bersalin. Sebelum Persalinan 1. Informed consent terhadap tindakan sudah ada termasuk termasu k pengelolaan plasenta (plasenta tidak boleh dibawa pulang), sekaligus penjelasan tentang perlakukan khusus yang mungkin akan menimbulkan beban biaya lebih besar harus sudah dilakukan. 2. Pemeriksaan penunjang yang relevan telah dilakukan. 3. Konsultasi sebelum tindakan yang secara khusus menyampaikan informasi diagnosis sudah dilakukan secara adekuat. 4. Bidan/perawat mempersiapkan alat yang berisiko menjadi sumber penularan dengan menggunakan yang jenis sekali pakai. Sedangkan alat lain yang dapat digunakan kembali harus direncanakan untuk disuci-hamakan sesuai universal precaution. 

 

5. Bidan/perawat menyediakan alat penampung/wadah khusus untuk benda tajam, seperti jarum suntik. Wadah ini dipilih yang tidak tembus dan telah diberi desinfektan (Natrium Hipoklorit 0,5%).

```````

RS. Dr. H. Moch.  Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR  TETAP

PENGELOLAAN PASIEN HIV (+)/AIDS DI KAMAR BERSALIN No. Dokumen No. Revisi No. Halaman 2/2 Tanggal Terbit : Ditetapkan, 1 September Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin 2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

Tanggal Revisi 2 : 6. Bidan/perawat menyediakan wadah plastik untuk kain kasa yang sudah tercemar oleh air ketuban dan darah penderita 7. Bidan/perawat menyediakan alat pelindung untuk tim penolong persalinan, (dokter kebidanan, dokter anak, bidan, perawat anak), berupa: sarung tangan, pelindung wajah (masker & kacamata khusus), baju kedap air. jubah plastik, dan sepatu boot karet. 8. Bidan/perawat juga menyediakan pelindung untuk petugas pembersih, seperti: sarung tangan rumah tangga, sepatu boot karet, jubah plastik dan masker. 9. Tempat tidur untuk bersalin dilapisi dengan plastik transparan. Saat Persalinan 1. Bidan/perawat yang melakukan tindakan berisiko kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti periksa dalam, pemasangan infus, menyuntik, dll, HARUS memakai APD lengkap (sarung tangan, kaca mata, masker dan celemek plastik) 2. Penolong persalinan dan asisten yang dalam melakukan tindakan berisiko terkena percikan air ketuban atau darah penderita harus memakai memakai APD lengkap (sarung tangan, kaca mata, masker dan celemek plastik) 3. Antisipasi risiko kerusakan sarung tangan tan gan dengan cara penggunaan 2 lapis sarung tanggan oleh penolong persalinan dan mengganti sarung tangan beberapa kali bila tindakan memerlukan waktu lama.

 

4. Posisi penderita litotomi kemudian daerah vulva-vagina dibersihkan dengan antiseptik. 5. Pimpinan persalinan dilakukan prosedur seperti pimpinan persalinan normal pada umumnya. 6. Sedapat mungkin dihindari pemecahan ketuban sedini mungkin, episiotomi, vakum ekstraksi/forceps atau setiap tindakan invasif terhadap penderita.

```````

RS. Dr. H. Moch.  Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR  TETAP

PENGELOLAAN PASIEN HIV (+)/AIDS DI KAMAR BERSALIN No. Dokumen No. Revisi No. Halaman 2/2 Tanggal Terbit : Ditetapkan, 1 September Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin 2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

Tanggal Revisi 2 :

7. Dokter dan perawat perinatal segera memindahkan bayi keruang perinatal dan segera membersihkan bayi dari air ketuban dan darah. 8. Cairan tubuh (air ketubah, darah) yang melekat di badan penderita harus segera dibersihkan agar tidak mengenai orang lain. 9. Alat yang sudah tidak dipergunakan lagi harus dimasukkan ke dalam wadah khusus yang telah berisi didesinfektan. (cairan chlorin 0,5%) Kain kasa atau kapas yang telah tercemar harus segera dimasukkan ke dalam wadah plastik yang sudah tersedia. Sesudah Persalinan

1. Alat penunjang tindakan jenis sekali pakai setelah didesinfeksi HARUS segera dimusnahkan (dikubur atau dibakar).

 

2. Alat penunjang tindakan yang dapat dimanfaatkan kembali didekontaminasi yaitu direndam dalam desinfektan seperti klorin 0,5% selam 10 menit, kemudian disuci-hamakan seperti biasa. Lain-Lain 1. Semua petugas kesehatan yang terlibat maupun y yang ang mengetahui

prosedur dilaksanakannya tindakan atas pasien tersebut WAJIB MENJAGA KERAHASIAAN. 2. Petugas kesehatan yang mempunyai infeksi yang dapat menular ke penderita (Hepatitis B, C, dan HIV) dianjurkan tidak melakukan pertolongan persalinan. 3. Semua jenis spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius. 4. Prosedur cuci tangan dilakukan dilakukan sesuai kaidah cuci tangan sebelum melakukan tindakan yang berlaku

 

```````

RS. Dr. H. Moch.  Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR  TETAP

PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

PENGELOLAAN PASIEN HBSAG DI KAMAR BERSALIN No. Dokumen No. Revisi No. Halaman 2/2 Tanggal Terbit : Ditetapkan, 1 September Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin 2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

Tanggal Revisi 2 :

-  Merupakan tata cara pengelolaan pertolongan persalinan dengan infeksi HBsAG di kamar bersalin 1. Menghindari risiko penularan silang di kamar bersalin. 2. Risiko penularan dapat melalui: a. Tusukan jarum dan benda tajam lain dengan risiko 5/1000 tusukan b. Kontak langsung dengan cairan tubuh/darah pengidap infeksi HBsAG dengan risiko penularan 1/4000 kontak 3. Menjaga hak-hak pasien selaku penderita HbsAG 1. Penderita infeksi HBsAG yang memerlukan pertolongan persalinan di kamar bersalin harus mendapatkan haknya seperti halnya pasien lainnya. 2. Kewaspadaan universal harus diterapkan pada semua tindakan di kamar bersalin. Sebelum Persalinan 1.

2. 3.

4.

Informed consent terhadap tindakan sudah ada termasuk pengelolaan plasenta (plasenta tidak boleh dibawa pulang), sekaligus penjelasan tentang perlakukan khusus yang mungkin akan menimbulkan beban biaya lebih besar harus sudah dilakukan. Pemeriksaan penunjang yang relevan telah dilakukan. Konsultasi sebelum tindakan yang secara khusus menyampaikan informasi diagnosis sudah dilakukan secara adekuat. Bidan/perawat mempersiapkan alat yang berisiko menjadi sumber penularan dengan menggunakan yang jenis sekali pakai. Sedangkan alat lain yang dapat digunakan kembali harus

 

5.

direncanakan untuk disuci-hamakan sesuai universal  precaution.  Bidan/perawat menyediakan alat penampung/wadah khusus untuk benda tajam, seperti jarum suntik. Wadah ini dipilih yang tidak tembus dan telah diberi desinfektan (Natrium Hipoklorit 0,5%).

```````

RS. Dr. H. Moch.  Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR  TETAP

PENGELOLAAN PASIEN HBsAG DI KAMAR BERSALIN No. Dokumen No. Revisi No. Halaman 2/2 Tanggal Terbit : Ditetapkan, 1 September Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin 2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

Tanggal Revisi 2 : 6. Bidan/perawat menyediakan wadah plastik untuk kain kasa yang sudah tercemar oleh air ketuban dan darah penderita 7. Bidan/perawat menyediakan alat pelindung untuk tim penolong persalinan, (dokter kebidanan, dokter anak, bidan, perawat anak), berupa: sarung tangan, pelindung wajah (masker & kacamata khusus), baju kedap air. jubah plastik, dan sepatu boot karet. 8. Bidan/perawat juga menyediakan pelindung untuk petugas pembersih, seperti: sarung tangan rumah tangga, sepatu boot karet, jubah plastik dan masker. 9. Tempat ti tidur dur untuk bersalin dilapisi dengan plastik plast ik transparan. Saat Persalinan 10. Bidan/perawat yang melakukan mela kukan tindakan berisiko kon kontak tak dengan cairan tubuh penderita, seperti periksa dalam, pemasangan infus, menyuntik, dll, HARUS memakai APD lengkap (sarung tangan, kaca mata, masker dan celemek plastik) 11. Penolong persalinan dan asisten yang dalam melakukan tindakan berisiko terkena percikan air ketuban atau darah penderita harus

 

memakai memakai APD lengkap (sarung tangan, kaca mata, masker dan celemek plastik) 12. Antisipasi risiko kerusakan sarung tangan dengan cara penggunaan 2 lapis sarung tanggan oleh penolong persalinan dan mengganti sarung tangan beberapa kali bila tindakan memerlukan waktu lama. 13. Posisi penderita litotomi kemudian k emudian daerah vulva-vagina diber dibersihkan sihkan dengan antiseptik. 14. Pimpinan persalinan dilakukan prosedur seperti pimpinan persalinan normal pada umumnya. 15. Sedapat mungkin mungki n dihindari pemecahan ketuban sedini mungkin, mungki n, episiotomi, vakum ekstraksi/forceps atau setiap tindakan invasif terhadap penderita.

```````

RS. Dr. H. Moch.  Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR  TETAP

PENGELOLAAN PASIEN HBsAG DI KAMAR BERSALIN No. Dokumen No. Revisi No. Halaman 2/2 Tanggal Terbit : Ditetapkan, 1 September Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin 2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

Tanggal Revisi 2 :

16. Dokter dan perawat perinatal segera memindahkan bayi keruang perinatal dan segera membersihkan bayi dari air ketuban dan darah. 17. Cairan tubuh (air ketubah, darah) yang melekat di badan penderita harus segera dibersihkan agar tidak mengenai orang lain. 18. Alat yang sudah tidak t idak dipergunakan diper gunakan lagi harus dimasukkan dim asukkan ke dalam wadah khusus yang telah berisi didesinfektan. (cairan chlorin 0,5%)

 

Kain kasa atau kapas yang telah tercemar harus segera dimasukkan ke dalam wadah plastik yang sudah tersedia. Sesudah Persalinan 1. Alat penunjang tindakan jenis sekali pakai setelah didesinfeksi HARUS segera dimusnahkan (dikubur atau dibakar).

2. Alat penunjang tindakan yang dapat dimanfaatkan kembali didekontaminasi yaitu direndam dalam desinfektan seperti klorin 0,5% selam 10 menit, kemudian disuci-hamakan seperti biasa.

 

```````

RS. Dr. H. Moch.  Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR  TETAP

PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

PENGELOLAAN PASIEN TUBERKULOSIS DI KAMAR BERSALIN No. Dokumen No. Revisi No. Halaman 2/2 Tanggal Terbit : Ditetapkan, 1 September Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin 2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

Tanggal Revisi 2 :

-  Merupakan tata cara pengelolaan pertolongan persalinan dengan infeksi tuberkulosis di kamar bersalin 1. Menghindari risiko penularan silang di kamar bersalin. 2. Risiko penularan dapat melalui: a. Tusukan jarum dan benda tajam lain dengan risiko 5/1000 tusukan b. Kontak langsung den dengan gan cairan tubuh/darah pengidap infeksi tuberkulosis dengan risiko penularan 1/4000 kontak 3. Menjaga hak-hak pasien selaku penderita tuberkulosis 1. Penderita infeksi tuberkulosis yang memerlukan pertolongan persalinan di kamar bersalin harus mendapatkan haknya seperti halnya pasien lainnya. 2. Kewaspadaan universal harus diterapkan pada semua tindakan di kamar bersalin. Sebelum Persalinan 1. Pemeriksaan penunjang yang relevan telah dilakukan. 2. Konsultasi sebelum tindakan yang secara khusus menyampaikan informasi diagnosis sudah dilakukan secara adekuat. 3. Bidan/perawat mempersiapkan alat yang berisiko menjadi sumber penularan dengan menggunakan yang jenis sekali pakai. Sedangkan alat lain yang dapat digunakan kembali harus direncanakan untuk disuci-hamakan sesuai universal  precaution.  4. Bidan/perawat menyediakan alat penampung/wadah khusus

untuk benda tajam, seperti jarum suntik. Wadah ini dipilih yang

 

tidak tembus dan telah diberi desinfektan (Natrium Hipoklorit 0,5%).

```````

RS. Dr. H. Moch.  Ansari Saleh Saleh Banjarmasin

PENGELOLAAN PASIEN TUBERKULOSIS DI KAMAR BERSALIN No. Dokumen No. Revisi No. Halaman 2/2 Tanggal Terbit : Ditetapkan, Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin 1 September 2015 Tanggal Revisi 2

Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR 

3 Oktober 2017

TETAP

Tanggal Revisi 2 :

Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

10. Bidan/perawat menyediakan wadah plastik untuk kain kasa yang sudah tercemar oleh air ketuban dan darah penderita 11. Bidan/perawat menyediakan alat pelindung untuk tim penolong persalinan, (dokter kebidanan, dokter anak, bidan, perawat anak), berupa: sarung tangan, pelindung wajah (masker & kacamata khusus), baju kedap air. jubah plastik, dan sepatu boot karet. 12. Bidan/perawat juga menyediakan menyediak an pelindung untuk petugas pet ugas pembersih, seperti: sarung tangan rumah tangga, sepatu boot karet, jubah plastik dan masker. 13. Tempat tidur untuk bersalin dilapisi dengan plastik transparan. Saat Persalinan 19. Bidan/perawat yang melakukan mela kukan tindakan berisiko kon kontak tak dengan cairan tubuh penderita, seperti periksa dalam, pemasangan infus, menyuntik, dll, HARUS memakai APD lengkap (sarung tangan, kaca mata, masker dan celemek plastik) 20. Penolong persalinan dan asisten yang dalam melakukan tindakan berisiko terkena percikan air ketuban atau darah penderita harus

 

memakai memakai APD lengkap (sarung tangan, kaca mata, masker dan celemek plastik) 21. Antisipasi risiko kerusakan sarung tangan dengan cara penggunaan 2 lapis sarung tanggan oleh penolong persalinan dan mengganti sarung tangan beberapa kali bila tindakan memerlukan waktu lama. 22. Posisi penderita litotomi kemudian k emudian daerah vulva-vagina diber dibersihkan sihkan dengan antiseptik. 23. Pimpinan persalinan dilakukan prosedur seperti pimpinan persalinan normal pada umumnya. 24. Sedapat mungkin mungki n dihindari pemecahan ketuban sedini mungkin, mungki n, episiotomi, vakum ekstraksi/forceps atau setiap tindakan invasif terhadap penderita.

```````

RS. Dr. H. Moch.  Ansari Saleh Saleh Banjarmasin Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin Telp/Fax 3300741 Banjarmasin PROSEDUR  TETAP

PENGELOLAAN PASIEN TUBERKULOSIS DI KAMAR BERSALIN No. Dokumen No. Revisi No. Halaman 2/2 Tanggal Terbit : Ditetapkan, 1 September Direktur RSUD Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin 2015 Tanggal Revisi 2 3 Oktober 2017 Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT, FICS NIP. 19630504 198911 1 001 

Tanggal Revisi 2 :

25. Dokter dan perawat perinatal segera memindahkan bayi keruang perinatal dan segera membersihkan bayi dari air ketuban dan darah. 26. Cairan tubuh (air ketubah, darah) yang melekat di badan penderita harus segera dibersihkan agar tidak mengenai orang lain. 27. Alat yang sudah tidak tid ak dipergunakan lagi harus dimasukkan ke dalam wadah khusus yang telah berisi didesinfektan. (cairan chlorin 0,5%)

 

Kain kasa atau kapas yang telah tercemar harus segera dimasukkan ke dalam wadah plastik yang sudah tersedia. Sesudah Persalinan 1. Alat penunjang tindakan jenis sekali pakai setelah didesinfeksi HARUS segera dimusnahkan (dikubur atau dibakar).

2. Alat penunjang tindakan yang dapat dimanfaatkan kembali didekontaminasi yaitu direndam dalam desinfektan seperti klorin 0,5% selam 10 menit, kemudian disuci-hamakan seperti biasa.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF