Spesifikasi Umum Dan Teknis Lelang
April 25, 2018 | Author: Ardit LAkone Part II | Category: N/A
Short Description
pdf...
Description
SPESIFIKASI SPESIFIKASI UMUM DAN D AN TEKNIS SPESIFIKASI UMUM 1.
Standar. Semua bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari Standar Normalisasi Indonesia (SNI). Bila ada pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada dalam Standar Nasional Indonesia, maka dapat dipakai Standar lain yang disetujui oleh Direksi dan sesuai dengan spesifikasi ini.
2.
Pembersihan Lapangan. Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari pepohonan, semak belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon, dan semua material tersebut harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan. Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembersihan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus h arus diperhitungkan d iperhitungkan term asuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
3.
Direksi Keet Penyedia Jasa menyediakan kantor lapangan untuk para pelaksana lapangan dan gudang material tempat menyimpan bahan material serta alat-alat yang akan dan sedang dipakai selama pelaksanaan pekerjaan. Barak kerja dan gudang material harus dipelihara dan dijaga sehingga bahan material yang akan dipakai tidak rusak saat akan digunakan. Semua administrasi pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan seperti gambar-gambar kerja, buku laporan kemajuan phisik, data cuaca, buku saran direksi, buku tamu, photo-photo pelaksanaan dan lain sebagainya harus selalu ada dan dipelihara serta disimpan secara baik di kantor lapangan. Semua sarana administrasi pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan, harus diserahkan kepada Direksi pekerjaan setelah semua pekerjaan selesai seluruhnya. Lokasi barak kerja dan gudang material harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa dan dikonsultasikan kepada Direksi pekerjaan. Apabila tidak tersebut dalam Daftar Kua ntitas dan Harga, m aka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan .
4.
Papan Nama dan Administrasi. Penyedia Jasa diwajibkan membuat m embuat papan nama kegiatan proyek yang dilaksanakan dan dipasang dilokasi yang bisa dengan mudah terbaca umum, ukuran papan nama 1.20 m x 1.80 m, dibuat dari tiang dan kerangka dari besi galvanis diameter 2 ” dan papan nama dari plat besi galvanis tebal 1 mm dengan tulisan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Dokumen kontrak termasuk kelengkapannya, dokumen addendum jika diperlukan, dokumen amandemen jika diperlukan dan lampiran lainnya, sejak mulai proses pelelangan pekerjaan 1
sampai selesainya pelaksanaan pekerjaan, termasuk penggandaan dokumen kontrak beserta kelengkapan pendukung lainnya, sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa. Sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja dari Direksi sampai selesainya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat : Laporan harian prestasi pelaksanaan pekerjaan; Laporan mingguan prestasi pelaksanaan pekerjaan; Laporan bulanan prestasi pelaksanaan pekerjaan; Laporan dan perhitungan hasil test laboratorium/quality control. Isi laporan-laporan tersebut meliputi : Tenaga kerja yang bekerja; Peralatan yang dipakai; Data cuaca dilokasi proyek; Teknis pekerjaan yang dilaksanakan dari waktu ke waktu dan lain-lain. Semua laporan tersebut harus mendapat pengesahan dari pengawas pekerjaan untuk laporan harian, serta dari Direksi pekerjaan untuk laporan mingguan, bulanan serta laporan hasil test dan perhitungan laboratorium. Guna mengevaluasi kemajuan prestasi pelaksanaan pekerjaan lapangan, pada awal sebelum dimulainya pekerjaan Penyedia Jasa diwajibkan membuat schedule waktu pelaksanaan pekerjaan secara detail yang meliputi : Waktu kegiatan masing-masing jenis pekerjaan. Volume masing-masing jenis pekerjaan. Bobot masing-masing jenis pekerjaan. Target rencana pelaksanaan tiap minggu (% bobot). Target rencana komulatif pelaksanaan tiap minggu (% bobot). Kolom prestasi pelaksanaan tiap minggu ( % bobot ). Kolom prestasi komulatif pelaksanaan tiap minggu ( % bobot ). Keterangan lainnya yang diperlukan. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan. 5.
Gambar-gambar Yang Harus Dipersiapkan Oleh Penyedia Jasa. 5.1.
Umum. Pelaksanaan pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang dilaksanakan sejak diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja dari Direksi, dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar yang diterima oleh Penyedia Jasa dari Direksi. Data dan hasil pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang telah disyahkan dan disetujui oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dan dasar pembuatan gambargambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan. Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut diatas, akan merupakan dasar pokok kesepakatan bersama antara Penyedia Jasa dan Direksi untuk menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa, serta yang harus dibayar oleh Direksi. Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa, harus bisa memberikan secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi antara lain : - Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan - Elevasi muka tanah asli dan masing-masing bangunan. - Dimensi bangunan lengkap. - Jenis serta komposisi material yang dipergunakan. - Rencana garis galian fondasi. - Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi pekerjaan. 2
sampai selesainya pelaksanaan pekerjaan, termasuk penggandaan dokumen kontrak beserta kelengkapan pendukung lainnya, sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa. Sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja dari Direksi sampai selesainya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat : Laporan harian prestasi pelaksanaan pekerjaan; Laporan mingguan prestasi pelaksanaan pekerjaan; Laporan bulanan prestasi pelaksanaan pekerjaan; Laporan dan perhitungan hasil test laboratorium/quality control. Isi laporan-laporan tersebut meliputi : Tenaga kerja yang bekerja; Peralatan yang dipakai; Data cuaca dilokasi proyek; Teknis pekerjaan yang dilaksanakan dari waktu ke waktu dan lain-lain. Semua laporan tersebut harus mendapat pengesahan dari pengawas pekerjaan untuk laporan harian, serta dari Direksi pekerjaan untuk laporan mingguan, bulanan serta laporan hasil test dan perhitungan laboratorium. Guna mengevaluasi kemajuan prestasi pelaksanaan pekerjaan lapangan, pada awal sebelum dimulainya pekerjaan Penyedia Jasa diwajibkan membuat schedule waktu pelaksanaan pekerjaan secara detail yang meliputi : Waktu kegiatan masing-masing jenis pekerjaan. Volume masing-masing jenis pekerjaan. Bobot masing-masing jenis pekerjaan. Target rencana pelaksanaan tiap minggu (% bobot). Target rencana komulatif pelaksanaan tiap minggu (% bobot). Kolom prestasi pelaksanaan tiap minggu ( % bobot ). Kolom prestasi komulatif pelaksanaan tiap minggu ( % bobot ). Keterangan lainnya yang diperlukan. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan. 5.
Gambar-gambar Yang Harus Dipersiapkan Oleh Penyedia Jasa. 5.1.
Umum. Pelaksanaan pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang dilaksanakan sejak diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja dari Direksi, dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar yang diterima oleh Penyedia Jasa dari Direksi. Data dan hasil pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang telah disyahkan dan disetujui oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dan dasar pembuatan gambargambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan. Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut diatas, akan merupakan dasar pokok kesepakatan bersama antara Penyedia Jasa dan Direksi untuk menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa, serta yang harus dibayar oleh Direksi. Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa, harus bisa memberikan secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi antara lain : - Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan - Elevasi muka tanah asli dan masing-masing bangunan. - Dimensi bangunan lengkap. - Jenis serta komposisi material yang dipergunakan. - Rencana garis galian fondasi. - Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi pekerjaan. 2
Adapun gambar-gambar yang harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa meliputi antara lain: - “Construction Drawing ” dan “Working Drawing”. - “Shop Drawing”. - “As Built Drawing”. Semua gambar-gambar tersebut diatas, baru bisa dipakai sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya, apabila sudah mendapat persetujuan dan disyahkan oleh Direksi. 5.2. Construction Drawing” Drawing” atau “Working Drawing”. Drawing”.
“Construction Drawing ” atau “Working Drawing” adalah gambar rencana bangun yang telah disesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya dan telah diperiksa/disetujui oleh Konsultan serta disyahkan oleh Direksi. Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada “Construction Drawing” atau Working Drawing ” harus mengacu dan didasarkan gambar kontrak. Apabila karena kondisi dan situasi lapangan sesungguhnya, sehingga mengakibatkan perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka Penyedia Jasa harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan serta disyahkan oleh Direksi. Atas dasar persetujuan Konsultan serta disyahkan oleh Direksi, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang telah disepakati bersama, disetujui Konsultan dan disyahkan Direksi adalah yang mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar serta acuan utama bagi Penyedia Jasa pada pelaksanaan pekerjaan.
“Construction Drawing ” atau “Working Drawing” yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa tersebut, harus bisa memberikan satu gambaran rancang bangun yang akan dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan antara lain : Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal Dimensi rencana bangunan. Elevasi posisi dan kedudukan bangunan. Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.
“Construction Drawing ” atau “Working Drawing” yang diperiksa/disetujui oleh Konsultan dan syahkan oleh Direksi, dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan dimulainya pelaksanaan p elaksanaan pekerjaan atau “Mutual Check” pada kondisi pelaksanaan 0 %. Penyedia Jasa wajib membuat copy “Construction Drawing” atau “Working Drawing ” sebanyak 1 (satu) asli dan 2 (dua) copy ukuran A1 serta 1 (satu) asli dan 5 (lima) copy ukuran A3. Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya penyesuaian pelaksanaan karena kondisi lapangan “engineering adjusmen t”, atau perubahan desain “revised design”, semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah atau berkurang. Untuk kondisi “engineering adjusment”, tidak diperlukan adanya gambar baru yang diperiksa/disetujui oleh Konsultan dan disyahkan oleh Direksi, namun Penyedia Jasa wajib memberikan laporan tertulis serta sketsa penyesuaian guna mendapatkan persetujuan dari Konsultan dan Direksi pekerjaan dan tembusan kepada Direksi. Sedangkan pada kondisi perubahan desain atau “revised design”, Direksi secara resmi akan memberikan gambar perubahan desain yang telah disyahkan oleh Direksi kepada Penyedia Jasa secara administratif dalam bentu k “Variation Order ”. 3
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “ Construction Drawing “ atau “Working Drawing” termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasu k “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan. Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar kerja dan dokumen yang dapat dibaca dengan jelas kepada Konsultan untuk diperiksa/disetujui dan disahkan Direksi. Format gambar kerja dan dokumen tersebut harus terlebih dahulu diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan Direksi. Dalam waktu 15 (lima belas) hari sesudah menerima gambar kerja dan dokumen dari Penyedia Jasa, Direksi akan mengirimkan kembali kepada Penyedia Jasa 1 (satu) asli dengan dibubuhi keterangan klasifikasi hasil pemeriksaan: ”setu ju” atau ”perbaiki”. Klasifikasi hasil pemeriksaan/ persetujuan pada gambar kerja dan dokumen: (a) ”DISETUJUI” (b) ”DISETUJUI DENGAN SYARAT-SYARAT ” (c) ”DIKEMBALIKAN UNTUK DIKOREKSI” (d) ”TIDAK DISETUJUI” Setelah gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah ditandai dengan klasifikasi (a) atau (b) diterima, Kontraktor akan diberi wewenang untuk memproses gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen lebih lanjut, membuat pembetulan/ koreksi jika terdapat kesalahan yang telah ditunjukkan oleh Konsultan dan Direksi. Semua rekaman gambar kerja yang diperiksa/disetujui dan disahkan harus dikelola di kantor lapangan Kontraktor dan dicetak ulang dengan biaya sendiri seperti yang diminta oleh Direksi. Bila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang dikembalikan dengan diberi tanda dengan klasifikasi (c) seperti tersebut di atas, Penyedia Jasa harus segera membuat perbaikan/koreksi dan/ atau revisi pada gambar-gambar kerja dan dokumendokumen dengan cepat dan tepat dan menyampaikannya lagi gambar dan dokumen yang telah direvisi kepada Konsultan dan Direksi. Sesudah revisi gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen tersebut diterima, Konsultan dan Direksi akan melakukan/ melanjutkan pemeriksaannya atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen dalam lima belas (15) hari kerja; Bergantung dari tingkat kesalahan dan koreksi/ revisi gambar kerja dan dokumen yang diperiksa sebelumnya. Prosedur ini akan berlanjut hingga gambar-gambar kerja dinyatakan dalam klasifikasi (a) atau (b) seperti tersebut di atas. Apabila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah dikembalikan dinyatakan ke dalam klasifikasi (d) seperti tersebut di atas, berarti gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen tidak diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan oleh Direksi. Tidak satupun pekerjaan permanen boleh dilaksanakan hingga gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang dipakai telah mendapatkan persetujuan oleh Konsultan dan Direksi . Sebelum memulai pekerjaan, pemeriksaan bersama akan dilakukan oleh Konsultan dan Direksi serta Penyedia Jasa untuk memastikan bahwa gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang disetujui telah sesuai secara penuh. Jika ditemukan beberapa perbedaan dan ketidak efisiensian, Penyedia Jasa harus membetulkannya dan memperoleh persetujuan dari Konsultan dan Direksi seperti cara yang telah dijelaskan di atas. Bila diperlukan revisi atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah disetujui, Penyedia Jasa harus menyampaikannya kepada Konsultan dan Direksi untuk persetujuannya seperti tata cara yang telah dijelaskan di atas. Konsultan dan Direksi mempunyai wewenang memerintahkan Penyedia Jasa menambahkan rincian, perubahan atau modifikasi pada gambar-gambar kerja dan/ atau dokumen-dokumen yang diperlukan agar sesuai dengan ketentuan dan syarat yang ditetapkan dalam spesifikasi dan Penyedia Jasa harus melaksanakannya tanpa penambahan biaya.
4
5.3.
“Shop Dr awing”. Apabila pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan, ada unit bangunan yang harus dikerjakan pembuatannya diluar areal proyek, dan karena sifat kekhususannya harus dan terpaksa dikerjakan oleh Sub-Penyedia Jasa, maka sebelumnya Sub-Penyedia Jasa yang bersangkutan diharuskan membuat dan menyerahkan gambar rencana bentuk unit bangunan tersebut, lengkap dengan perhitungan konstruksinya.
“Shop Drawing” tersebut, harus diserahkan kepada Konsultan untuk diperiksa/disetujui selanjutnya disahkan oleh Direksi. Gambar unit bangunan atau “Shop Drawing” tersebut harus secara lengkap memuat : Bentuk unit bangunan serta dimensinya. Material yang akan dipakai serta spesifikasinya. List komponen unit bangunan yang memuat : a. panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan b. berat persatuan komponen unit bangunan c. jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain. Gambar dan list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi termasuk dalam kategori “Shop Drawing”. Penyedia Jasa wajib membuat “Shop Drawing” sebanyak 1 (satu) asli dan 2 (dua) copy ukuran A1 serta 1 (satu) asli dan 5 (lima) copy ukuran A3 diserahkan kepada Direksi. Penyedia Jasa juga harus menyerahkan 3 (tiga) flasdiks yang berisi gambar “As Built Drawing” dengan format PDF maupun Soft Copy. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop Drawing” termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasu k “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan. 5.4.
“As Built Drawing”. Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan, berikut pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan “Variation Order” yang diberikan oleh Konsultan dan Direksi, dan Penyedia Jasa telah melakukan pengukuran ulang akhir pekerjaan, maka Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar purna bangun atau “As Built Drawing”. Gambar purna bangun atau “ As Built Drawing ” tersebut, harus lengkap berisi antara lain : Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada. Dimensi dan masing-masing bangunan. Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan. Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan. Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Penyedia Jasa kepada Konsultan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan kepada Direksi guna mendapatkan pengesahan dari Direksi. Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa atau yang “mutual check” volume pekerjaan 100 %, semua mengacu dan didasarkan pada gambar purna bangun yang telah diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan oleh Direksi, dan merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh Direksi kepada Penyedia Jasa. Penyedia Jasa wajib membuat “As Built Drawing” sebanyak 1 (satu) asli dan 2 (dua) copy ukuran A1 serta 1 (satu) asli dan 5 (lima) copy ukuran A3 diserahkan kepada Direksi, termasuk data dan perhitungan hasil pengukuran akhir sebagai pendukungnya. Penyedia Jasa juga harus menyerahkan 3 (tiga) flasdiks yang berisi gambar “As Built Drawing ” dengan format PDF maupun Soft Copy. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “As Built Drawing ” termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasu k “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan. 5
6.
Rencana Mutu Pekerjaan / Kontrak Penyedia Jasa harus melaksanakan sistem pengendalian dan kepastian kualitas yang menjamin ketentuan-ketentuan dalam kontrak khususnya kualitas pekerjaan dipenuhi/ diikuti dengan baik sesuai dengan ketentuan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak (program mutu) Penyedia Jasa diwajibkan membuat Rencana Mutu Pekerjaan/Kontrak sebanyak 5 (empat) set dijilid rapi dan diserahkan paling lambat 7 (tujuh) hari sesudah SPMK diterbitkan,ke Direksi Pekerjaan yang dengan jelas menguraikan organisasi, prosedur pelaksanaan pekerjaan, prosedur intruksi kerja, sumber daya dan mekanisme yang direncanakan untuk menjamin kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak termasuk format kerja dan prosedur pengendalian kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari dilapangan. Adapun daftar isi Rencana Mutu Pekerjaan/Kontrak seperti tertulis d ibawah ini, disusun seb agai panduan dalam pembuatan rencana mutu pekerjaan konstruksi atau disain. Namun daftar isi rencana mutu ini masih dapat berubah susunannya maupun judulnya, jadi masih dapat bertambah atau berkurang. Oleh karena itu pembuatan rencana mutu ini harus dapat menyesuaikan diri dengan rencana kegiatan-kegiatan yang akan dikerjakannya. 6.1.
Rencana Daftar Isi Rencana Mutu tersebut adalah sebagai berikut : a. Latar Belakang b. Informasi Kegiatan c. Sasaran Mutu d. Persyaratan Teknis dan Administrasi e. Struktur Organisasi f. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang. g. Bagan Alir Kegiatan h. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan i. Jadwal Peralatan j. Jadwal Material k. Jadwal Personil l. Jadwal Arus Kas m. Rencana dan Metode verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan pengujian & Kriteria Penerimaan. n. Daftar Kriteria Penerimaan. o. Daftar Induk Dokumen. p. Daftar Rekaman q. Lampiran-lampiran
6.2.
Bahan baku untuk pembuatan atau penyusunan Rencana Mutu Pekerjaan masingmasing adalah sebagai berikut : a. Spesifikasi Teknik tiap-tiap pekerjaan b. Gambar Teknik tiap-tiap pekerjaan c. Jadual pelaksanaan pekerjaan d. Daftar peralatan yang digunakan dan yang dipasang e. Standar prosedur, standar produk dan instruksi kerja f. Organisasi pelaksana pekerjaan g. Uraian tugas jabatan setiap pejabat pelaksana pekerjaan Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa satuan pekerjaan.
7.
Photo Dokumentasi Sejak awal akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan dan pada akhir pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk photo dokumentasi. Photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus bisa memberikan gambaran secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan sejak 6
dari awal sampai akhir pelaksanaan pekerjaan, sehingga secara kronologis bisa merupakan satu gambaran tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut. Photo dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda atau sesuai dengan pengarahan Direksi pekerjaan, dan sudah harus bisa memberikan gambaran secara garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan. Photo dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilannya dilakukan pada kondisi tahap kegiatan pelaksanaan pekerjaan : saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0 % saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50 % saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100 %. Photo dokumentasi tersebut, selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos, masing-masing rangkap 5 (lima), dengan distribusi 1 (satu) copy dipasang dibarak kerja dan 4 (empat) copy lainnya ditata rapi pada album photo dan diserahkan kepada Direksi. Pada saat pengambilan photo dokumentasi akhir pelaksanaan pekerjaan, disamping cetakan ukuran kartu pos sebanyak 4 (empat) copy, Penyedia Jasa juga diwajibkan menyerahkan tambahan 3 (tiga) copy ukuran 11 R, diberi bingkai, sedangkan pengambilan photo dokumentasinya dari 1 (satu) titik lain yang berbeda lokasi, dan akan ditentukan oleh Direksi pekerjaan. Disamping photo dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Direksi pekerjaan Penyedia Jasa bisa melaksanakan pengambilan photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dianggap berguna dan cukup mempunyai nilai penting untuk didokumentasikan. Pada saat penyerahan photo dokumentasi, Penyedia Jasa juga harus menyerahkan negatif film, ditata menurut urutan photo dokumentasi yang diserahkan. Semua biaya yang timbul akibat pembuatan photo dokumentasi tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan. 8.
Jalan Kerja. Untuk menuju ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yang akan dipakai, dan transportasi pembuangan bahan material tidak terpakai keluar lokasi pekerjaan, dan pemeriksaan berkala Direksi pekerjaan atau Pemberi Pekerjaan serta keperluan lainnya, Penyedia Jasa diwajibkan menyiapkan atau membuat jalan kerja yang layak guna kegiatan tersebut diatas untuk menunjang dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan. Jalan kerja yang dimaksud, bisa mempergunakan jalan kampung atau jalan desa yang sudah ada kemudian ditingkatkan kapasitas pelayanan tingkat jalannya, atau mempergunakan lahan penduduk yang disewa selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Dari waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa berkewajiban memelihara jalan kerja agar selalu layak dilalui sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat disekitarnya maupun masyarakat lain yang juga memerlukan dan melewati jalan kerja tersebut. Kelancaran fungsi drainase lingkungan disepanjang jalan kerja, juga yang secara langsung terpengaruh adanya jalan kerja, juga termasuk menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dari segi pemeliharaannya. Pada kondisi sarana jalan kerja yang dibuat oleh Penyedia Jasa, merupakan jalan desa atau jalan kampung yang sudah ada, atau lahan penduduk yang disewa sementara untuk dipergunakan sebagai sarana jalan kerja, setelah selesainya pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa berkewajiban mengembalikan kondisi lahan sesuai dan seperti kondisi awal sebelum dipergunakan. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sarana jalan kerja ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan term asuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
7
9.
Keamanan dan Keselamatan Kerja. 9.1.
Umum Semua keamanan dan keselamatan kerja yang perlu selama pelaksanaan pekerjaan, antara lain pengaturan kesehatan, pembersihan lapangan, bahan peledak dan bensin, pemagaran sementara, keamanan dan pencegahan kebakaran, dibuat dan dipelihara oleh Penyedia Jasa atas biaya Penyedia Jasa.
9.2.
Sistem Pengawasan Keamanan Penyedia Jasa supaya mengatur sistim pengawasan keamanan dan organisasinya dan diserahkan untuk mendapatkan persetujuan kepada Direksi. Sistim pengawasan keamanan dengan kapasitas peralatan dan tenaga yang cukup untuk menghindari kecelakaan dan kerusakan terhadap manusia dan barang milik yang bersangkutan. Sistim pengawasan keamanan harus dilaksanakan sesuai dengan program yang disetujui dan berpegang pada hukum/peraturan yang berlaku di Indonesia.
9.3.
Peraturan Kesehatan Penyedia Jasa harus mengusahakan lapangan kerja dalam keadaan bersih dan keadaan sehat serta memperlengkapi/memelihara kemudahan untuk penggunaan tenaga yang dikerjakan pada suatu tempat yang telah disetujui oleh Direksi dan oleh Penguasa Setempat. Penyedia Jasa hendaknya juga membuat pengumuman dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang perlu untuk menjaga agar lapangan kerja tetap bersih.
9.4.
Pencegahan Kebakaran Penyedia Jasa harus melakukan pencegahan terhadap kebakaran pada atau sekitar lapangan kerja dan harus menyediakan peralatan secukupnya. Dalam pelaksanaan, Penyedia Jasa harus memelihara peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran tersebut dalam keadaaan baik dan siap dipakai pada saat dibutuhkan. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap semua keamanan, keselamatan kerja dan upaya pencegahan kebakaran. Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini semua biaya sudah termasuk dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan..
10.
Telepon dan Sistem Radio Komunikasi Penyedia Jasa harus menyediakan sarana komunikasi dan informasi selama pelaksanaan di lapangan Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kelancaran komunikasi dan informasi selama pelaksanaan pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini semua biaya sudah termasuk dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan
11.
Laboratorium, Peralatan Laboratorium dan Pengujian Penyedia Jasa harus menyediakan sarana uji laboratorium atau menunjuk laboratorium untuk pemeriksaan kualitas pekerjaan dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kelancaran pengujian kualitas pekerjaan. Dan bila tidak tercantum dalam daftar kuantitas dan biaya, maka semua biaya sudah termasuk dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
12.
Perubahan Desain dan Gambar Sesuai dengan kemajuan pelaksanaan pekerjaan khususnya pekerjaan galian fondasi serta hasil pemutakhiran penyelidikan dilapangan, Direksi berwenang melakukan perubahan desain, dimensi, alur saluran dan bangunan apabila hal tersebut perlu dilakukan.
8
Penyedia Jasa wajib mempelajari dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan modifikasi/ perubahan desain disertai usulan perubahan metoda pelaksanaan dan harga satuan pekerjaan bila diperlukan. 13.
Sumber Bahan untuk pasangan batu dan beton Penyedia Jasa bertanggungjawab untuk pengadaan bahan yang diperlukan untuk konstruksi beton, pasangan batu, rip-rap dan perkerasan jalan baik kuantitas maupun kualitas. Sebelum bahan bangunan tersebut dipergunakan, Penyedia Jasa wajib mengusulkan lokasi sumber bahan bangunan/ agregat beton dengan dilampiri hasil uji/ tes laboratorium sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik kepada Direksi guna dipelajari dan disetujui bila ternyata hasil uji laboratorium tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik. Pengambilan contoh (sample) agregat beton dan juga contoh beton yang diambil oleh Penyedia Jasa pada saat proses pengecoran beton sedang berlangsung, harus disaksikan oleh Direksi. Jenis dan jumlah contoh benda uji harus sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik dan atau perintah Direksi. Tanggapan, penilaian dan persetujuan Direksi terhadap hasil uji laboratorium untuk beton dan agregatnya, tidak dapat dipakai sebagai alasan bagi Penyedia Jasa bebas dari tanggungjawabnya terhadap kualitas, daya-guna dan hasil kerja pekerjaan beton yang dilaksanakannya. Segala biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pekerjaan beton termasuk biaya ijin penambangan galian Tipe C, fee dan royalti (kalau ada), uji laboratorium dan kegiatan untuk menjamin mutu beton agar sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik, dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan pasangan / beton yang ditawarkan dan harus sudah diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
14.
Tanah Bahan Timbunan Bahan timbunan tanah dapat diambil dari tanah bekas galian yang memenuhi syarat sebagai bahan timbunan atau tanah dari luar (pembelian / mendatangkan tanah dari luar sampai lokasi pekerjaan) Penyedia Jasa bertanggungjawab terhadap tanah bahan timbun berikut penyediaan borrowarea dari mana tanah tersebut diambil, baik kuantitas maupun kualitas. Lokasi borrow-area harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan Direksi sebelum dipakai oleh Penyedia Jasa sebagai sumber tanah bahan timbunan. Lokasi borrow-area diusulkan oleh Penyedia Jasa dengan dilampiri hasil uji laboratorium kepada Direksi guna memperoleh persetujuan yang akan diberikan bila soil-properties tanah di borrow-area terbukti sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik. Pengambilan contoh tanah (sample) baik di borrow-pit maupun pengambilan benda uji kepadatan di lokasi pekerjaan penimbunan tanah dilakukan oleh Penyedia Jasa dan disaksikan Direksi. Jumlah dan lokasi pengambilan benda uji harus sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik dan perintah Direksi. Penilaian dan persetujuan Direksi terhadap hasil uji laboratorium tidak dapat dipakai sebagai alasan bagi Penyedia Jasa bebas dari tanggungjawabnya terhadap kualitas dan kinerja pekerjaan timbunan tanah yang dilaksanakannya. Segala biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah termasuk biaya ijin penambangan bahan galian golongan C, fee dan royalti (kalau ada), uji laboratorium dan kegiatan untuk menjamin mutu kepadatan timbunan tanah agar sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik, dan apabila tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan tanah yang ditawarkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dan sepenuhnya menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa.
15
Bahan dan Peralatan Semua bahan dan peralatan yang akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk melaksanakan/ menyelesaikan pekerjaan, harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu oleh Penyedia Jasa kepada Direksi sebelum bahan dan peralatan tersebut dikirim/ mobilisasi ke lokasi pekerjaan. 9
Bila karena alasan prioritas atau karena sebab lain misalnya bahan atau peralatan yang memenuhi Spesifikasi Teknik tidak tersedia dipasaran maka Direksi akan mengeluarkan perintah tertulis tentang perubahan dan penggantian bahan atau peralatan baik jumlah maupun spesifikasinya. Bila perubahan dan penggantian bahan atau peralatan berakibat pada pengurangan biaya/ harga pekerjaan maka perlu ditindak lanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak termasuk Syarat-Syarat Umum Kontrak. Pemasangan dan uji coba semua peralatan mekanikal dan elektrikal untuk pekerjaan pintu. saringan sampah, pompa dan peralatan pengendalian harus dilaksanakan dengan pengawasan spesialis dari pabrikan dengan persetujuan Direksi terlebih dahulu. Biaya yang dikeluarkan Penyedia Jasa untuk pemasangan, pengawasan dan uji coba tersebut menjadi beban dan tanggungjawab sepenuhnya Penyedia Jasa sesuai dengan ketentuan di atas. 16.
Pengujian dan Pemeriksaan 16.1. Umum Pengujian dan pemeriksaan pekerjaan dilakukan Direksi pada waktu pelaksanaan, pabrikasi, pemasangan dan penyelesaiannya dilapangan sesuai dengan ketentuan dalam Syarat-Syarat dan Spesifikasi Teknik. Penyedia Jasa harus memberikan informasi kepada Direksi tentang pengujian yang akan dilakukan agar pengujian tersebut dilaksanakan dengan kesaksian Direksi. Penyedia Jasa harus menyampaikan hasil pengujian, dan sertifikat yang diperlukan kepada Direksi dalam formulir yang sudah disepakati. Persetujuan Direksi, serta hasil pengujian dan pemeriksaan tidak dapat menghalangi Direksi untuk menolak material dan peralatan yang akan dipasang dilokasi pekerjaan bila ternyata tidak memenuhi Spesifikasi. 16.2 Pengujian dan Pemeriksaan di Lokasi Pekerjaan Bila tidak ada atau laboratorium dilokasi pekerjaan belum siap dimanfaatkan atau peralatannya tidak lengkap, maka pengujian harus dilakukan oleh instansi/ badan usaha lain yang memperoleh persetujuan Direksi atas beban biaya Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi paling lambat 24 jam sebelum pengujian dan pemeriksaan dilokasi pekerjaan dilaksanakan. Penyedia Jasa wajib menyediakan tenaga ahli dan tenaga terampil untuk laboratorium, material dan peralatan/ instrument laboratorium dan bahan-bahan yang diperlukan dilokasi pekerjaan. Penyedia Jasa bertanggungjawab atas segala biaya yang dikeluarkan untuk pengujian dan pemeriksaan di lokasi pekerjaan. 16.3 Pengujian dan Pemeriksaan di Pabrik Penyedia Jasa harus menyampaikan secara tertulis dan rinci kepada Direksi tentang jadwal pengujian dan pemeriksaan di pabrik yang akan dilakukan termasuk pengujian terhadap item tertentu dari peralatan atau barang guna memastikan kualitasnya memenuhi Spesifikasi Teknik. Hasil pengujian dan pemeriksaan ini harus dicatat dengan tertib oleh Penyedia Jasa dan disampaikan kepada Direksi. Penyedia Jasa bertanggungjawab atas segala biaya yang dikeluarkan untuk pengujian dan pemeriksaan di pabrik. 16.4 Pengujian Pekerjaan Selesai Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dilakukan pengujian dan verifikasi untuk pekerjaan selesai, Penyedia Jasa wajib menyerahkan kepada Direksi rincian jadwal dan tata cara pengujian untuk memperoleh persetujuan. Sesudah dilaksanakannya Pengujian Pekerjaan Selesai, Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menyerahkan kepada Direksi kurva verifikasi atau data verifikasi lainnya dalam format yang telah disepakati untuk peralatan ukur dan fasilitas lain yang didesain Direksi . 16.5 Pemberitahuan untuk Pengoperasian Pengoperasian seluruh pekerjaan hanya dapat dilakukan dengan ijin Direksi atau yang mewakilinya. Pemberitahuan secara lengkap dan tertulis kepada Direksi atau wakilnya harus disampaikan dengan tenggang waktu yang cukup sebelum dilakukan 10
pengoperasian untuk memberikan kesempatan baginya melakukan pengaturan yang diperlukan. Segala biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa, kecuali bila sudah disediakan secara tersendiri sebagai jenis pekerjaan penunjang dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dianggap sudah termasuk/ diperhitungkan dalam harga satuan pekerjaan yang membutuhkan pengujian dan pemeriksaan tersebut. 17.
Audit oleh Direksi Sesuai dengan kewenangannya, Direksi berhak melakukan audit dalam kaitannya dengan : 1. Biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari pemutusan kontrak yang telah di atur dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak, tentang Penghentian dan Pemutusan Kontrak. 2. Biaya-biaya lainnya yang di klaim Penyedia Jasa dan tidak tercakup dalam Kontrak. Penyedia Jasa wajib menyimpan dan menjaga dokumen akutansi yang berkaitan dengan 2 (dua) hal di atas.
18.
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan 1.
2.
19.
Metoda dan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam dokumen penawaran dianggap sebagai satu kesatuan dengan dokumen kontrak dan disebut sebagai Rencana Pelaksanaan Kontrak. Paling lambat 14 (empat belas) hari sesudah rapat persiapan pelaksanaan kontrak yang ditetapkan dalam Syarat-Syarat Umum, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi rincian dan perbaikan dari Rencana Pelaksanaan Kontrak guna mendapat persetujuan yang untuk selanjutnya disebut Rencana Pelaksanaan Pekerjaan. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan berisi uraian/ rincian metoda pelaksanaan, jadwal pelaksanaan, metoda kerja dan jadwal kerja setiap jenis pekerjaan, jadwal pengadaan bahan, mobilisasi personil dan peralatan, sosialisasi dan konsultasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah dan program mutu. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang sudah disetujui Direksi tidak boleh dirubah atau dimodifikasi oleh Penyedia Jasa tanpa persetujuan Direksi, perubahan dan modifikasi Rencana Pelaksanaan Pekerjaan dapat dipertimbangkan dengan alasan dan sebab yang dapat dipertanggungjawabkan, antara lain karena timbulnya perubahan kegiatan pekerjaan sesuai dengan Syarat-Syarat Umum Kontrak. Penyedia Jasa harus menyediakan Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang telah disepakati dalam computer software dan menyerahkan copinya kepada Direksi untuk keperluan monitoring dan evaluasi. Hambatan Pelaksanaan Pekerjaan Potensi hambatan yang mungkin timbul selama pelaksanaan pekerjaan ini adalah (i) kegiatan Penyedia Jasa lainnya yang sedang melaksanakan paket pekerjaan yang berbeda dan (ii) pemberian dan pembagian air irigasi yang harus tetap berlangsung selama pelaksanaan pekerjaan. Sebagai salah satu upaya mengurangi dampak dari potensi hambatan tersebut dan hambatan lainnya yang mungkin timbul, Penyedia Jasa dalam penawarannya harus menyediakan kelonggaran waktu, teknis dan biaya. Koordinasi dalam manajemen pelaksanaan pekerjaan antara Penyedia Jasa untuk paket yang berbeda harus dilaksanakan dengan baik sejak awal bersama Direksi pada saat dilakukan preconstruction meeting. Sebagai upaya mengurangi potensi hambatan dalam pelaksanaan dan untuk menghindari konflik dengan masyarakat khususnya petani setempat, Penyedia Jasa harus melaksanakan sosialisasi dan konsultasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat/ petani seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi Teknik Umum.
Sosialisasi dan Konsultasi Penyedia Jasa wajib melakukan sosialisasi dan konsultasi dengan pemerintah daerah, camat, kepala desa / lurah, masyarakat setempat sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan untuk membangun saling pengertian dan menghindari salah paham/ masalah serta mengajak partisipasi masyarakat setempat dalam pelaksanaan pekerjaan. Sosialisasi dan Konsultasi ini harus dilaksanakan Penyedia Jasa paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dan terlebih dahulu Penyedia Jasa harus menyerahkan jadwal, isi dan materi sosialisasi kepada Direksi paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum sosialisasi dan konsultasi dilaksanakan guna mendapat persetujuan. 11
20.
Kendaraan Operasional 20.1. Kendaraan Mobil Roda 4 (empat). Penyedia Jasa harus menyediakan untuk Direksi 2 (dua) buah kendaraan roda 4 (empat) termasuk pengemudi, perbaikan, pemeliharaan, dan lain-lainnya sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan pekerjaan yang akan digunakan untuk pengawasan oleh Direksi. Kendaraan harus dalam kondisi baik (tahun pembuatan 2013 atau sesudahnya). Penyedia Jasa setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja, harus menyediakan kendaraan untuk Direksi di lapangan. Tidak ada pemba yaran terpisah yang akan dibuat untuk ketetapan kendaraan. Semua biaya termasuk perbaikan, pemeliharaan dan biaya penggantian, asuransi dan registrasi serta seluruh biaya, dan lain-lain. harus dibayar oleh Penyedia Jasa selama waktu kontrak dan sudah tercakup dalam seluruh item pekerjaan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. 20.2. Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) Penyedia Jasa harus menyediakan untuk Direksi 2 (dua) sepeda motor dan memeliharanya selama keseluruhan masa kerja sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan pekerjaan yang akan digunakan untuk pengawasan oleh Direksi. Sepeda motor harus dalam kondisi baik (tahun pembuatan 2011 atau sesudahnya). Penyedia Jasa harus, setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja, menyediakan kendaraan untuk Direksi di lapangan. Semua biaya menyediakan, mengoperasikan dan perawatan sepeda motor harus dibayar oleh Penyedia Jasa dan akan dianggap sebagai telah tercakup di harga satuan atau harga borongan untuk berbagai macam item pekerjaan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
21.
Dokumen Laporan Semua kegiatan harus didokumentasikan dalam bentuk laporan yang berupa hard copy dan soft copy dan dirangkum dalam satu flashdisk dalam rangkap tiga yang berisi antara lain : Laporan mobilisasi personil Laporan mobilisasi peralatan Schedule pelaksanaan RMK Berita Acara serah terima lapangan Laporan harian, mingguan, bulanan Foto kegiatan Gambar Working Drawing dan As built Drawing Laporan pengukuran Kontrak dan Addendum / Amandemen Kontrak (Jika ada) MC 0 % dan MC 100 % Laporan akhir pekerjaan Berita Acara PHO dan FHO Lain-lain yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa
12
SPESIFIKASI TEKNIK I. 1.
PEKERJAAN PERSIAPAN Pengukuran di Lapangan untuk Mutual Check (MC). Penyedia Jasa diwajibkan melakukan pengukuran di lapangan sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan, selama pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai semua dilaksanakan atau akhir pekerjaan finishing. Pedoman utama pelaksanaan pekerjaan pengukuran di lapangan, adalah patok beton yang merupakan titik tetap utama ( “ Bench Mark “ ) yang akan ditentukan oleh Konsultan dan Direksi. Penyedia Jasa diwajibkan memasang minimal tambahan 2 (dua) buah patok beton, yang akan dijadikan sebagai titik bantu utama, diletakkan diujung awal dan ujung akhir dari lokasi rencana bangunan, dan tidak boleh terusik atau rusak atau berubah posisinya secara langsung maupun tidak langsung selama pelaksanaan pekerjaan dan untuk lahan pekerjaan yang cukup panjang perlu ditambah patok beton sebagai titik Bantu utama dengan jarak + 500 m atau sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan. Patok beton yang merupakan titik bantu utama, posisi elevasi dan koordinatnya harus diikat secara sempurna dengan patok beton titik utama. Patok beton sebagai titik bantu utama, harus mempunyai ukuran lebar (10 x 10) cm panjang 100 cm serta harus tertanam sedalam 50 cm dengan posisi tegak dan cukup kokoh tidak mudah berubah bentuk dan posisinya. Semua data, gambar sketsa pengukuran dan perhitungan hasil pengukuran sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, harus disyahkan oleh Direksi pekerjaan, dan selanjutnya dipakai sebagai pedoman untuk penggambaran rencana gambar pelaksanaan ( “Construction Drawing”). ` Pengukuran lapangan dan pematokan pada saluran, sungai, embung dll. harus dilaksanakan dengan jarak/ interval paling jauh setiap 50 m atau sesuai instruksi Konsultan dan Direksi khususnya pada lokasi tikungan jarak tersebut harus lebih dekat/ pendek yang dimulai dari titik awal tikungan, tengah-tengah tikungan dan ujung akhir tikungan. Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil pengukuran harus disyahkan oleh Konsultan dan Direksi, dan dari waktu ke waktu selama masa pelaksanaan pekerjaan akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan prestasi hasil pelaksanaan pekerjaan. Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, Penyedia Jasa diwajibkan melakukan pengukuran akhir dari hasil pelaksanaan pekerjaan. Semua data dan perhitungan hasil pengukuran harus diperiksa/disetujui oleh Konsultan dan disyahkan oleh Direksi serta dipergunakan sebagai dasar acuan guna mempersiapkan gambar purna bangun (As built Drawing) Pada hal-hal khusus yang ada kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan, Konsultan dan Direksi sewaktu-waktu berwenang dan berhak memberikan instruksi kepada Penyedia Jasa, dan Penyedia Jasa harus bersedia untuk melaksanakan pengukuran tertentu yang sifatnya sebagai check berkala atau stick proof, misalnya kedalaman fondasi, batas pembebasan tanah dan lain sebagainya. Pada saat penyerahan gambar purna bangun, Penyedia Jasa harus menyerahkan data dan perhitungan hasil pengukuran yang sudah diperiksa/disetujui Konsultan dan disyahkan oleh Direksi. Mutual Check (MC-0%) adalah hasil perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihitung bersama antara Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi berdasarkan gambar kerja. Perhitungan kuantitas pekerjaan tersebut harus disampaikan oleh Penyedia Jasa paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan, kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan. Mutual Check (MC-100%) adalah hasil perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihitung bersama antara Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi berdasarkan gambar hasil kerja. Penyedia Jasa wajib menyerahkan hasil seluruh perhitungan kuantitas semua pekerjaan dalam format MC13
100% kepada Direksi untuk mendapatkan pengesahan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum berakhirnya masa pelaksanaan. Pekerjaan Pengukuran ini dimaksudkan umtuk dapat mendapatkan gambar situasi, tampang melintang dan tampang memanjang, yang nantinya dapat dipakai sebagai orientasi pekerjaan, data dasar pembuatan gambar kerja dan gambar purna bangun. Hasil perhitungan atas pengukuran digambar dengan menggunakan program komputerais. Pembayaran pengukuran situasi, tampang melintang, dan memanjang, dilakukan terhadap luasan (ha) hasil pengukuran dan penggambaran yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan, dengan harga satuan sebagaimana yang dimasukkan di Daftar Kuantitas dan Harga dimana harga satuan harus mencakup semua biaya bahan, menempatkan bahan dalam bangunan, secara manual dengan tangan dan biaya lainnya untuk penyelesaian pekerjaan. 2.
Pembersihan Lokasi / land clearing Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi pekerjaan dari semua tumbuhan harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari Konsultan dan Direksi. Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak belukar dan Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak belukar yang ada di lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa harus membongkar akar-akar, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah kemudian membuang dari tempat pekerjaan semula bahan-bahan hasil pembersihan lapangan. Untuk semua pohon dan semak-semak yang tidak harus dibersihkan / tidak harus ditebang dan tetap berada di tempatnya, maka Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan. Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali sesuai dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.
II.
PEKERJAAN DEWATERING
1.
Pekerjaan Coffering/Dewatering dan Pembuatan/pembongkaran kisdam Penyedia Jasa bertanggungjawab terhadap pekerjaan pengeringan dilokasi pekerjaan guna menjamin mutu, kemudahan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan membuat bangunan sementara yang berupa tanggul, bangunan/saluran pengelak, bangunan pengamanan, penyediaan pompa air, dan lainnya untuk memindahkan aliran air sehingga tidak menggenangi lokasi pekerjaan dan membongkar/membersihkannya bila pekerjaan telah selesai dikerjakan. Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan kadangkadang suatu saat tidak bisa bebas samasekali dari adanya air. Pada keadaan ini, Penyedia Jasa diwajibkan mengeringkan atau membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan Konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya kwalitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut. Sebelum membuat suatu konstruksi penahan rembesan (kist dam) Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar rencana terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan konstruksi utama selesai dikerjakan, Penyedia Jasa harus membongkar dan membersihkan material kist dam sehingga tidak mengganggu aliran sungai. Pada prinsipnya, selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari genangan ataupun rembesan air. Pekerjaan pengeringan yang dimaksud disini adalah, termasuk sistem drainase lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan akibat sampingan negatif terutama pada masyarakat dan lingkungan setempat. Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas, diperhitungkan dalam satuan Ls (lumpsum), sedangkan harga satuan pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan.
14
III.
PEKERJAAN TANAH
1.
Ruang Lingkup Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran. Pedoman ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari sumber bahan yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan galian. Pedoman ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.
2.
Acuan Normatif Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-1742-1989 : SNI 03-1743-1989 : SNI 03-1966-1989 : SNI 03-1965-1990 : SNI 03-1967-1990 : SNI 03-1976-1990 :
3.
-
SNI 03-2636-1992
:
-
SNI 03-2832-1992
:
-
SNI 03-2828-1992
:
-
SNI 03-3422-1994 SNI 03-3423-1994
: :
-
SNI 03-3422-1994 SNI 03-3637-1994
: :
: Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah. Metode Pengujian Batas Plastis. Metode Pengujian Kadar Air Tanah. Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande. Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah yang mengandung Butir Kasar Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah Untuk Bangunan Sederhana Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah Maksimum Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir Metode Pengujian Batas Susut Tanah Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat Hidrometer. Metode Pengujian Batas Susut Tanah Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan Cetakan Benda Uji
Ketentuan, Persyaratan dan Pelaksanaan 3.1.
Penebasan dan Pembersihan Semak Belukar (1) Lingkup Pekerjaan Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pembersihan dan pembongkaran tanah dari pangkal/tunggul batang pohon, gelondongan kayu, belukar dan tanaman lain serta bahan non-organik yang berupa pagar, bangunan, fondasi, puing dan kotoran lainnya sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar kerja atau dalam batas wilayah garis sempadan daerah/lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi sebelum pekerjaan ini dilaksanakan terutama batas daerah yang akan ditebas dan dibersihkan, dan pohon, bangunan dan obyek lainnya yang tidak boleh diganggu/dirusak serta metoda kerja yang harus menjaga keutuhan tanaman dan bangunan diluar batas daerah kerja. Bila metoda tebas-bakar dipilih Penyedia Jasa dalam pelaksanaan pekerjaan, maka pengendalian, keamanan, dan penilaian atas aspek lingkungan harus diperhatikan. Bila lahan dalam batas wilayah garis sempadan didominasi tanaman yang tingginya kurang dari 2,0 m atau tanaman dengan diameter batas setinggi dada (DSD) kurang dari 10 cm, maka pembukaan dan pembersihan lahan didaerah tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pekerjaan ”penebasan dan pembersihan semak belukar” dalam Spesifikasi Teknik ini, tetapi sebagai pekerjaan stripping sesuai dengan ketentuan dalam pengupasan tanah organik: lapisan rumput, tanah 15
(2)
3.2.
Pengupasan Tanah Lapis Atas ( S tri pping ) (1) Lingkup Pekerjaan Yang dimaksud dengan pekerjaan pengupasan tanah lapis atas (stripping) adalah pengupasan tanah lapis atas yang banyak mengandung bahan organik: rumput, akar-akaran maupun bahan non-organik: sisa bangunan fondasi dan lain-lain dan membuang material hasil kupasan tersebut dari lokasi pekerjaan. Pengupasan lapisan tanah bagian atas dilaksanakan setebal 20 cm atau sesuai dengan gambar kerja kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi. Penyedia Jasa sebelum melaksanakan pekerjaan ini terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi tentang batas wilayah yang tanah lapisan atasnya akan dikupas dan lokasi pembuangan material hasil kupasan. (2)
3.3.
bagian atas, akar-akaran dan bahan non-organik yaitu sisa bangunan, fondasi dan lain-lain serta mengeluarkannya dari lokasi pekerjaan. Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran pekerjaan ini dilaksanakan dalam satuan luas meter persegi yang diukur dalam batas wilayah garis sempadan dan pembayaran untuk pekerjaan ini dilakukan berdasarkan harga satuan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Pengukuran dan Pembayaran Prestasi kerja untuk pekerjaan ini diukur dalam satuan m-persegi (m 2) yang dihitung dari elevasi permukaan tanah asli sampai elevasi batas kupasan sesuai dengan gambar kerja yang telah disepakati. Pembayaran pekerjaan pengupasan lapisan tanah bagian atas ini dilakukan berdasarkan harga satuan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Galian (1) Umum Pekerjaan galian yang dimaksud adalah galian tanah endapan, tanah biasa dan galian batu termasuk pekerjaan lainnya yang berkaitan misalnya upaya perlakuannya, jalan akses dan bangunan penunjang (separator, relokasi, bangunan pengaman dan lain-lain) yang diperlukan serta pengangkutan material hasil galian kelokasi yang disepakati untuk tempat pembuangan akhir atau penimbunan sementara (stock piling) sebelum dimanfaatkan lebih lanjut. Penyedia Jasa wajib menyerahkan hasil uji laboratorium tanah yang akan digali, metoda kerja pekerjaan galian termasuk peralatan yang digunakan, pengangkutan ke lokasi pembuangan akhir atau penampungan sementara sebelum pemanfaatan untuk bahan timbun, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan galian. Penyedia Jasa wajib melaksanakan pekerjaan pengukuran dan pematokan bersama Konsultan dan Direksi sesudah pekerjaan penebasan dan pembersihan semak belukar selesai dikerjakan atau waktu yang lain sesuai dengan perintah Konsultan dan Direksi yang hasilnya berupa gambar hasil pengukuran yang menunjukkan elevasi muka tanah, tampang memanjang dan melintang harus diserahkan kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Gambar-gambar hasil pengukuran pra-konstruksi diatas untuk selanjutnya dipergunakan sebagai acuan dan dasar perhitungan kuantitas pekerjaan galian. Penyedia Jasa wajib mencegah dari kerusakan dan melindungi tanah dibawah elevasi galian pekerjaan permanen: saluran dan bangunan agar tetap dalam keadaan yang baik, kerusakan tanah pada tanah pondasi tersebut yang disebabkan oleh kesalahan Penyedia Jasa harus segera diperbaiki dengan biayanya sendiri. Dalam hal pekerjaan galian melampaui batas yang ditetapkan dalam gambar kerja (gambar hasil pengukuran pra-konstruksi) Penyedia Jasa dengan biayanya sendiri harus menimbun bagian tersebut dengan bahan timbun yang disetujui Direksi . Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi bila pekerjaan galian telah selesai dikerjakan untuk dilakukan pemeriksaan guna persetujuan sebelum pekerjaan lanjutan/bangunan pengecoran beton dilaksanakan. Penggunaan stockpiling dan pembuangan tanah hasil galian harus sesuai dengan spesifikasi teknis ini 16
(2)
Klasifikasi Galian Pekerjaan galian diklasifikasikan sebagai pekerjaan galian tanah dan pekerjaan galian batu sebagai berikut : (a) Galian Tanah Pekerjaan galian tanah yang dimaksud adalah galian tanah, sedimen/ endapan, pasir, kerikil, kerakal, atau batu yang dapat digali dengan mudah tanpa menggunakan alat khusus (ripper) atau peledakan termasuk upaya penanganannya, pembentukan/perapian lubang galian agar sesuai dengan lokasi, jalur, elevasi, kelandaian dan dimensi seperti yang telah ditetapkan dalam gambar atau petunjuk/perintah Direksi, serta pengangkutan material hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi penampungan sementara sebelum dipergunakan sebagai tanah bahan timbun. Semua tipe pekerjaan galian tersebut termasuk penanganannya dilokasi pembuangan akhir/sementara, penghamparan dan pemadatan, perapihan dan fasilitas drainasi; Profil galian : dasar dan tebing yang telah selesai digali harus dirapikan dan dipadatkan dan diperiksa Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum bangunan diatasnya, konstruksi beton atau pasangan batu dilaksanakan, demikian pula bila sewaktu-waktu tebing galian longsor akibat kegiatan peralatan berat atau sebab lain karena kelalaian Penyedia Jasa. Bila dalam metoda kerja galian diperlukan penimbunan sementara tanah hasil galian (stock-piling) sebelum tanah tersebut diangkut kelokasi penimbunan permanen sebagai tanggul atau bangunan permanen lainnya sehingga berakibat 2 (dua) kali kerja atau double-handling , maka biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk kegiatan tersebut, dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan galian atau timbunan. (b).
(3)
Galian Borrow Area Tanah yang baik untuk pekerjaan timbunan harus diambil dari borrow-area yang disetujui Konsultan dan Direksi, dan Penyedia Jasa berkewajiban membayar segala pengeluaran biaya untuk pengadaan tanah bahan timbun tersebut termasuk biaya pembelian/ganti rugi kepada pemilik tanah, pajak galian Tipe-C, royalti, perijinan dan pengeluaran lainnya. Penyedia Jasa wajib menyerahkan hasil uji laboratorium untuk tanah dilokasi borrow-area yang diusulkan kepada Direksi guna mendapatkan persetujuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum kegiatan galian borrow-area dilaksanakan. Kegiatan galian borrow-area boleh dilakukan hanya bila telah mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi dan sesudah pekerjaan penebasan dan pembersihan semak belukar dan pekerjaan pengupasan tanah lapis atas, telah selesai dilaksanakan sehingga dijamin bahwa tanah bahan timbun benar-benar sudah bersih dan bebas dari bahan organik. Penyedia Jasa wajib memperhatikan dan menjaga kadar air/moisture content dari tanah untuk bahan timbunan tersebut agar memenuhi persyaratan dan tidak melampaui batas-batas nilai yang telah diidentifikasi dalam uji laboratorium. Penyedia Jasa sebaiknya melakukan upaya tersebut di lokasi borrow-area dengan membangun sistem drainasi dan membuat kemiringan tertentu pada permukaan galian agar tetap kering. Penyedia Jasa wajib mendapatkan persetujuan dari Konsultan dan Direksi berkaitan dengan kedalaman dari galian sebelum kegiatan pengambilan tanah untuk bahan timbun dilaksanakan. Kecelakaan yang terjadi di borrowarea dianggap sebagai kelalaian Penyedia Jasa dalam menjamin keselamatan kerja. Segala biaya yang dikeluarkan Penyedia Jasa untuk melaksanakan seluruh kegiatan diatas dalam pengadaan tanah untuk bahan timbun, dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan tanah dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Pemanfaatan, Penampungan Sementara (Stock piling) dan Pembuangan Tanah Hasil Galian (Use, Stockpilling and Disposal of Excavated Materials) 17
(a)
Pemanfaatan dan Pembuangan Tanah Hasil Galian Bila Direksi berpendapat bahwa tanah hasil galian memenuhi syarat sebagai bahan timbunan sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, maka tanah hasil galian tersebut harus dimanfaatkan untuk bangunan permanen seperti tanggul, timbunan jalan, saluran dan bangunan. Bila berdasarkan hasil uji laboratorium tanah hasil galian terdiri dari 2 (dua) jenis tanah yang memenuhi dan tidak memenuhi spesifikasi sebagai tanah bahan timbun, Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan galian wajib berupaya agar kedua jenis tanah tersebut tidak bercampur bila tanah yang memenuhi spesifikasi akan dipergunakan dalam konstruksi sesuai dengan perintah.
(b)
Tanah hasil galian yang memenuhi syarat pada umumnya sebagai berikut : • Diameter butiran (partikel) maksimum 100 mm Plasticity Index (PI), lebih besar dari 15%. • Tanah hasil galian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbun : Tanah lapis atas yang mengandung banyak bahan organik. • • Plasticity Index (PI) kurang dari 15%. • Liquid Limit (LL) lebih dari 50% • Diameter butiran lebih dari 100 mm Batu lunak dan batu keras. • Persetujuan Konsultan dan Direksi terhadap pemanfaatan tanah hasil galian untuk keperluan pekerjaan permanen, tanggul, urugan kembali dan lainnya akan diberikan berdasarkan hasil uji laboratorium tanah galian yang dikerjakan dan diserahkan oleh Penyedia Jasa, tidak hanya persyaratan diatas. Bila tanah yang sudah disepakati sebagai bahan timbun terlalu basah dengan kandungan air melampaui kadar air optimum hasil uji laboratorium (Standard Proctor Test), maka tanah tersebut harus ditampung untuk sementara waktu dilokasi yang disediakan Penyedia Jasa dan disetujui Direksi yang dilengkapi dengan fasilitas drainasi, guna mendapat perlakuan khusus: penghamparan, pengeringan dan lain-lain untuk menurunkan kadar airnya sampai memenuhi persyaratan sebagai tanah bahan timbunan. Kelebihan tanah hasil galian harus dibuang ke lokasi pembuangan yang disediakan Penyedia Jasa dan telah disetujui Konsultan dan Direksi. Penimbunan tanah buangan paling tinggi 2,0 m dan tidak diperbolehkan mengganggu lingkungan disekitarnya. Bila dianggap perlu Penyedia Jasa wajib menutup timbunan hasil buangan dengan tanah yang baik bila menurut Konsultan dan Direksi timbunan hasil galian tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya, biaya yang dikeluarkan untuk keperluan ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
(c)
(4)
Pemilahan dan Pembuangan Tanah Borrow Area Lokasi borrow area dan pemanfaatan tanahnya sebagai tanah bahan timbunan harus mendapat persetujuan Direksi sebelum galian borrow area dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan bila berdasarkan hasil uji laboratorium tanah borrow area ternyata terdiri dari tanah yang memenuhi syarat dan tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan untuk timbunan maka Penyedia Jasa wajib melaksanakan pemilahan pada waktu penggalian tanah borrow area sehingga tanah yang akan dimanfaatkan untuk timbunan/pekerjaan permanen tidak terkontaminasi dan membuang tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan timbunan di lokasi yang disediakan Penyedia Jasa sesuai dengan ketentuan Pengukuran dan Pembayaran untuk Galian Pembayaran pekerjaan galian galian dilaksanakan berdasarkan harga satuan pekerjaan ini dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan pekerjaan ini sudah termasuk semua biaya untuk pekerja, peralatan, bahan, pengukuran, angkutan dan pembuangan, perapian dan pencegahan dari longsoran tebing, perapian, penampungan sementara dan pemanfaatannya sebagai bahan untuk timbunan tanah dan pekerjaan lainnya kecuali bila ditetapkan 18
secara terpisah dalam Daftar Kuantitas dan Harga ialah jalan akses sementara, relokasi saluran dan pengamanannya, pengeringan, pekerjaan partisi dan lain-lain. 3.4.
Timbunan Tanah (1) Jenis Timbunan Pekerjaan timbunan tanah adalah semua jenis pekerjaan timbunan tanah yang dilaksanakan untuk terwujudnya konstruksi permanen : saluran, jalan inspeksi, tanggul. Pekerjaan timbunan bagian dari bangunan konstruksi yang tanahnya berasal dari pekerjaan galian atau borrow-area dan berdasarkan hasil uji laboratorium memenuhi syarat dan spesifikasi teknik serta sudah mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi sebelum pekerjaan timbunan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa wajib menyampaikan metoda kerja pekerjaan timbunan kepada Konsultan dan Direksi termasuk semua kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut untuk mendapatkan persetujuan sebelum dilaksanakan. Pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sesuai dengan jalur, dimensi, elevasi dan kemiringan timbunan yang ditetapkan dalam gambar kerja yang telah disepakati. Tingkat kepadatan untuk kelompok pekerjaan timbunan dengan pemadatan biasa harus tidak boleh kurang dari 80% kepadatan kering maksimum (80% MDD, maximum dry density) sesuai dengan ketentuan dalam ASTM D-698 atau SNI. Tebal tiap lapisan pemadatan tidak boleh lebih dari 30 cm, adapun alat pemadat dengan menggunakan Baby roller atau stamper atau Alat Pemadat Lain yang disetujui Direksi termasuk jumlah lintasannya. (2)
Penghamparan, Perlakuan dan Pemadatan (a) Uji Coba Timbunan Sebelum pekerjaan timbunan untuk konstruksi yang permanen akan dilaksanakan, Penyedia Jasa wajib terlebih dahulu mengerjakan uji coba pelaksanaan pekerjaan timbunan dilapangan menggunakan tanah bahan timbunan, peralatan, tenaga kerja dan metoda kerja yang sudah mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi sebelumnya. Uji coba timbunan ini dimaksudkan guna memilih metoda kerja untuk pekerjaan timbunan yang efisien berdasarkan jumlah peralatan yang dipergunakan, tebal lapisan yang dipadatkan, jumlah lintasan alat pemadat serta tingkat kepadatan yang dicapai yang harus memenuhi Spesifikasi Teknik ini. Metoda kerja yang disetujui oleh Konsultan dan Direksi tidak dapat dipakai alasan bagi Penyedia Jasa untuk lepas tanggung jawab terhadap tingkat kepadatan dan kinerja pekerjaan timbunan. Apabila karena suatu sebab perlu dilakukan perubahan metoda kerja atau tanah bahan timbunan dari lokasi borrow pit lainnya, Penyedia Jasa wajib melakukan uji coba timbunan ulang. Bila uji coba timbunan tersebut dilaksanakan dilokasi tanggul, saluran, jalan atau pekerjaan permanen lainnya, maka hasil uji coba tersebut dapat dibayar sebagai bagian dari pekerjaan timbunan bila menurut pertimbangan Konsultan dan Direksi telah memenuhi persyaratan. Sebaliknya bila hasil tes kepadatan uji coba timbunan tidak memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini, maka timbunan hasil uji coba tersebut harus dibongkar oleh Penyedia Jasa dari lokasi pekerjaan. (b) Fondasi Timbunan (i) Sebelum timbunan tanah dilaksanakan, permukaan tanah fondasinya harus terlebih dulu dikupas sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Teknik ini. Selanjutnya permukaan tanah yang telah dibersihkan dari humus dan bahan organik lainnya, dicangkul/dibajak sedalam tidak kurang dari 15 cm merata pada seluruh permukaan, sebelum lapis pertama (1) tanah bahan timbunan dihamparkan. Biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan diatas dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan yang ditawarkannya dalam Daftar Kuantitas dan Harga. (ii) Untuk pekerjaan timbunan dengan tanah fondasi yang lembek dan muka air tanah yang tinggi, sesudah perlakuan terhadap permukaan tanah fondasi selesai dikerjakan seperti yang dijelaskan spesifikasi 19
teknis ini maka upaya pengeringan dengan pompa air perlu dilaksanakan paling tidak 2 (dua) jam sebelum pekerjaan timbunan dikerjakan. Selama pekerjaan timbunan dikerjakan, tinggi muka air tanah harus tetap dijaga paling sedikit 30 cm dibawah permukaan timbunan, dan bila permukaan tanah timbunan tergenang maka permukaan tanah tersebut harus dikupas setebal paling sedikit 5 cm atau sesuai dengan perintah Konsultan dan Direksi dan kemudian dicangkul/dibajak sedalam 15 cm seperti yang telah diuraikan. (c)
Penghamparan, Pengendalian Kadar Air, dan Pemadatan Tanah (i) Penyedia Jasa wajib menyerahkan metoda kerja termasuk peralatan yang dipergunakan kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum timbunan tanah dikerjakan. Sebelum timbunan lapisan pertama dihampar dipermukaan tanah fondasi, perlakuan terhadap permukaan tanah fondasi seperti diuraikan harus terlebih dahulu diselesaikan. Permukaan tanah asli atau timbunan lama harus dibuat bertangga sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau perintah Konsultan dan Direksi sebelum penghamparan tanah bahan timbunan dikerjakan. Untuk lereng timbunan lama yang akan digali dengan bertangga, terlebih dahulu permukaan lereng tersebut harus dikupas dan dibersihkan dari bahan organik, setelah selesai baru kemudian dibuat bertangga, sehingga tanggul yang baru dapat sepenuhnya menyatu dengan tanggul/timbunan yang lama. Penghamparan tanah bahan timbunan secara mendatar dengan tebal tidak boleh lebih dari 30 cm atau harus sesuai dengan hasil uji coba timbunan tanah yang berbentuk bongkah-bongkah harus dipecahpecah sebelum dipadatkan. Tidak diperkenankan memperlebar timbunan tanah dengan cara mencurahkan tanah lepas dari atas timbunan lama. (ii)
(3)
Kadar air tanah bahan timbunan harus dijaga agar disekitar kadar air optimum dengan toleransi + 3% sampai -5% dari kadar air optimum hasil uji laboratorium atau ketentuan lain atas perintah Direksi berdasarkan soil-properties tanah tersebut. Pemadatan harus dikerjakan hingga tingkat kepadatan timbunan mencapai 80% kepadatan kering maksimum untuk pemadatan normal. Untuk lereng timbunan yang akan diperkuat dengan lapisan/talud beton, sebelum talud beton dipasang/dicor, lereng timbunan terlebih dahulu harus dirapikan dan dipadatkan dengan tamping-rammer atau alat lain yang disetujui Konsultan dan Direksi sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
Pengukuran dan Pembayaran (a) Pengukuran Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan timbunan dilakukan dalam satuan meter-kubik (m 3) timbunan padat yang diukur berdasarkan tampang memanjang, tampang melintang, elevasi, kemiringan, dan jarak sesuai dengan gambar kerja yang telah disepakati. (b)
Pembayaran Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga termasuk biaya untuk menyediakan borrow-area, angkutan, pembuangan, penampungan sementara, platform alat berat diatas tanah lembek, penghamparan, pengendalian kadar air dan pemadatan, pembentukan dan perapian timbunan dan segala biaya yang dikeluarkan Penyedia Jasa untuk kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan termasuk biaya untuk upah, bahan, peralatan, perijinan, royalty dan lain-lain.
20
3.5.
Timbunan/Urugan Kembali Pekerjaan urugan kembali harus dikerjakan sesuai dengan gambar kerja yang disepakati atau atas perintah Konsultan dan Direksi. Penyedia Jasa wajib menyampaikan metoda kerja, bahan dan peralatan yang direncanakan akan digunakan, kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan urugan/timbunan tanah kembali dilaksanakan . Tanah bahan timbunan berasal dari tanah hasil pekerjaan galian dilokasi bangunan atau lokasi lain sesuai persetujuan Konsultan dan Direksi . Tanah bahan timbunan harus berasal dari tanah hasil pekerjaan galian atau dari borrow pit yang memenuhi syarat sebagai tanah bahan timbun berdasarkan hasil uji laboratorium dan atas persetujuan/perintah Konsultan dan Direksi . Dikerjakan paling sedikit 14 (empat belas) hari sesudah pekerjaan beton untuk struktur selesai dilaksanakan. Dikerjakan lapis demi lapis dengan tebal lapisan berdasarkan hasil uji coba yang tergantung dari material/ tanah bahan timbunan, peralatan yang dipergunakan dan jumlah lintasannya. Kadar air tanah bahan timbunan berkisar antara + 3% sampai -5% dari kadar air optimum berdasarkan hasil uji laboratorium dengan tingkat kepadatan 80% kepadatan kering maksimum sesuai dengan kriteria ASTM D-968. Pengukuran untuk pekerjaan timbunan / urugan kembali Tipe-A dilakukan dalam satuan meter kubik (m 3) yaitu volume yang diukur mulai dari garis batas pekerjaan galian dan dinding/permukaan paling luar bangunan atau elevasi yang telah ditetapkan yang tidak melampaui elevasi permukaan tanah asli. Pembayaran pekerjaan urugan kembali dilakukan berdasarkan harga yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah termasuk biaya untuk : galian, angkutan, re-handling, penghamparan, pengendalian kadar air, pemadatan, perapian dan biaya lain termasuk, upah, bahan, peralatan serta pekerjaan penunjang.
3.6
Perkerasan Jalan Pada umumnya jalan yang akan dibangun atau ditingkatkan adalah jalan inspeksi, kecuali bila diperlukan jalan penghubung dan jalan akses/masuk ke lokasi pekerjaan. Konstruksi perkerasan jalan, tampang melintang sesuai dengan yang diperlihatkan dalam gambar lelang. Spesifikasi teknik pekerjaan perkerasan jalan diuraikan/ditentukan dalam Pekerjaan Batu spesifikasi ini.
3.7.
Pengangkutan Tanah Bahan Timbunan dan Sisa Galian Penyedia Jasa wajib menyerahkan metoda kerja untuk pengangkutan tanah bahan timbunan dari lokasi borrow-pit dan/atau galian serta pembuangan sisa galian dan/atau tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan timbunan ke lokasi pembuangan yang disediakan oleh Penyedia Jasa, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum dikerjakan kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan. Metoda kerja tersebut dilampiri dengan peta rencana pemindahan tanah secara mekanis (earth moving work plan) dilengkapi jalur/lintasan jalan untuk transportasi tanah. Harga satuan untuk pekerjaan galian dan timbunan yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, sudah termasuk biaya untuk angkutan.
3.8.
Toleransi Pekerjaan Tanah Dimensi, elevasi dan kemiringan pekerjaan tanah setelah selesai dirapikan dapat diberi toleransi seperti daftar dibawah ini kecuali bila ditetapkan lain oleh Direksi . (a) Saluran irigasi dan drainasi termasuk bangunan pelengkapnya: permukaan dasar : - 5 cm, + 0 cm lebar dasar : - 0 cm, + 5 cm lebar puncak : - 0 cm, + 5 cm jalur : ± 5 cm kemiringan memanjang : ± 0,1%
21
(b)
Jalan permukaan jalan lebar jalan jalur (c) Galian bangunan dasar galian 3.9.
: - 0 cm, : - 0 cm, : ± 5 cm
+ 5 cm + 10 cm
: + 0 cm,
- 5 cm
Uji Laboratorium untuk Bahan dan Pekerjaan Selesai Uji laboratorium untuk bahan timbunan dan urugan sebelum pelaksanaan pekerjaan dan untuk pengendalian mutu selama pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa menggunakan laboratoriumnya di lapangan atau laboratorium lain yang disetujui Konsultan dan Direksi dengan disaksikan/diawasi oleh Konsultan dan Direksi . Penyedia Jasa wajib melaksanakan uji SPT (Standard Cone Penetration Test) pada dasar galian untuk memastikan kesesuaian tanah sebagai fondasi sebelum dilakukan pengecoran beton. Hasil uji laboratorium untuk semua bahan bangunan yang akan dipergunakan untuk pekerjaan harus disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Konsultan dan Direksi untuk dikaji dan disetujui. Uji laboratorium yang akan dikerjakan Penyedia Jasa, metoda baku untuk uji laboratorium yang akan digunakan dan frekuensi uji laboratorium untuk bahan bangunan selama pelaksanaan sampai selesainya pekerjaan harus secara rinci sesuai ketentuan dalam SNI atau sesuai perintah Direksi (JIS equivalent) atau mengikuti tabel sebagai berikut : Uji laboratorium untuk pekerjaan tanah Uji Laboratorium Specific Gravity (Berat Jenis)
Moisture Content (Kadar Air)
Metoda Baku ASTM C127 ASTM C 128 ASTM D 858 Atau SNI 03-19681990 SK SNI M-08-1989-F JIS 1203 atau ASTM ZD 2216-51 Atau SNI 03-19651990 SK SNI M-05-1989-F
Liquid Limit ASTM D423 Plasticity Index Moisture/Density ASTM D2216 Relationship Kepadatan kering SNI 03-2832-1992 (dry (Proctor) density/proctor) SK SNI M-18-1991-03 Unconfined Compression Permeability Test (Rembesan)
JIS 1216
Nilai yang disyaratkan
-
-
Frekuensi Uji Laboratorium 1. Sebelum tanah bahan timbunan digunakan 2. Sesudah kejadian: (i) setiap 50.000 m 3 atau (ii) sekali setiap bulan (iii) perubahan lokasi borrow-pit (iv) setiap ada perubahan tanah bahan timbunan
> sekitar 15% -
Sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen
22
California Bearing Ratio (CBR)
AASHTO T193
Untuk perkerasan jalan 30% minimum
Cone Penetration Test
AASHTO T206
-
Field Density Test (uji kepadatan tanah)
ASTM D1556 atau SNI 03-2828-1992
Field Moisture Test (uji kadar air tanah)
ASTM D2216 atau SK SNI M-13-199103
> 80% MDD
OMC ± 3%
1. Setiap 10 km panjang subgrade atau setiap seksi/bagian panjang jalan. 2. Perkerasan Jalan: (i) untuk setiap sumber material baru (ii) paling sedikit sekali sebulan. Pada setiap dasar galian untuk bangunan Setiap lapisan timbunan tanah pada setiap lokasi pekerjaan atau Setiap volume 300 m³ pekerjaan timbunan tanah atau Setiap luasan gelaran 1000 m² pekerjaan timbunan tanah atau Sesuai petunjuk PPK
23
3.10. Pekerjaan Timbunan S i r t u Sirtu (pasir batu) yang digunakan untuk bahan timbunan harus mempunyai kekerasan cukup, tahan lama, bebas dari mineral-mineral/tidak boleh mengandung zat-zat yang melemahkan kualitas pekerjaan lainnya beton atau pasangan batu yang bersangkutan dan harus mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi. Sirtu yang digunakan dapat diperoleh dari sirtu buatan (dihasilkan dari mesin pemecah) atau dari pasir alam. Kebersihan dan gradasi sirtu bervariasi dan harus memenuhi peraturan bangunan yang berlaku dengan kandungan lumpur maximum yang diperbolehkan tidak lebih dari 10 %. Kontraktror harus mengangkut, membongkar, menimbun / menyimpan sedemikian rupa sehingga sirtu tetap terjaga kualitasnya saat digunakan. Apabila sirtu menjadi kotor atau tercampur dengan bahan lain kontraktor wajib menanggung sendiri beaya pengolahan kembali sirtu, sehingga sirtu memenuhi persyaratan yang ditentukan atau mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi maupun pengawas mutu. 3.10.1. Bahan timbunan sirtu yang telah siap dan memenuhi syarat dapat diangkut dengan dump truk, dihampar dan dipadatkan dengan alat pemadat mekanik (stamper, baby roller atau sejenisnya) yang disetujui Konsultan dan Direksi. 3.10.2. Ketebalan penghamparan untuk tiap lapis pemadatan maximum 30 cm. 3.10.3. Setiap akan menghampar lapisan berikutnya permukaan lapisan harus digaruk dan dibasahi secukupnya agar diperoleh sambungan yang homogen. 3.10.4. Tiap-tiap lapisan diadakan pengecekan dari laboratorium mekanika tanah untuk mengetahui hasil pemadatannya. Apabila hasilnya kurang dari standart yang telah ditentukan, maka Konsultan dan Direksi Teknis atas saran dari laboratorium mekanika tanah berhak minta pada Kontraktor untuk membongkar dan memperbaiki kembali sampai mencapai/memenuhi kepadatan yang telah ditentukan dalam standart. 3.10.5. Untuk keperluan pembasahan/penyiraman Kontraktor dapat melakukan dengan water tanker atau pompa air dan alat bantu lain yang disetujui Konsultan dan Direksi dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan. Bentuk, ukuran, kemiringan maupun elevasi puncak dari pekerjaan penimbunan harus sesuai dengan gambar rencana. 3.10.6. Ketebalan penghamparan untuk tiap lapis adalah 20-30 cm Penilaian untuk pembayaran timbunan sirtu harus dilakukan atas dasar ukuran dan elevasi seperti yang tertuang dalam gambar rencana. 3.10.7. Pembayaran pekerjaan timbunan akan dilakukan dalam harga satuan m3 padat. Harga satuan tersebut sudah mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan, penyiraman/pengeringan, pemadatan, peralatan yang digunakan, tenaga kerja bahan-bahan dan lain sebagainya. 3.11. Pekerjaan Timbunan Lime stone Material lime stone untuk bahan timbunan tanggul diambilkan dari luar daerah lokasi pekerjaan yang harus mendapat persetujuan dari Konsultan dan Direksi maupun pengawas mutu dan tidak boleh berisi kayu, tonggak pohon, semak-semak, tumbuhtumbuhan liar, akar, rumput, bahan organic, humus, lumpur dan bongkahan yang berukuran lebih dari 15 cm dan material lain yang tercela. Lime stone sejenis itu harus dipecahkan dan jangan sampai ada material seperti itu dibiarkan mengendap pada timbunan Pekerjaan pemadatan lime stone 3.11.1. Lokasi rencana tanggul yang akan dilaksanakan dengan timbunan lime stone harus dibersihkan terlebih dahulu/distripping sesuai gambar rencana atau petunjuk Konsultan dan Direksi. 3.11.2. Bahan timbun lime stone yang telah siap dan memenuhi syarat dapat diangkut dengan dump truk, dihampar dan dipadatkan dengan alat pemadat mekanik yang disetujui Konsultan dan Direksi. 3.11.3. Alat pemadat yang digunakan harus sama dengan alat yang dipakai dalam pemadatan tanggul. 3.11.4. Setiap akan menghampar lapisan berikutnya permukaan lapisan harus digaruk dan dibasahi secukupnya agar diperoleh sambungan yang homogen. 3.11.5. Tiap-tiap lapisan diadakan pengecekan dari laboratorium mekanika tanah untuk mengetahui hasil pemadatannya. Apabila hasilnya kurang dari standart yang telah ditentukan, maka Konsultan dan Direksi Teknis atas saran dari laboratorium mekanika tanah berhak minta pada Kontraktor untuk membongkar 24
dan memperbaiki kembali sampai mencapai/memenuhi kepadatan yang telah ditentukan dalam standart. 3.11.6. Untuk keperluan pembasahan/penyiraman Kontraktor dapat melakukan dengan water tanker atau pompa air dan alat bantu lain yang disetujui Konsultan dan Direksi dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan. 3.11.7. Bentuk, ukuran, kemiringan maupun elevasi puncak dari pekerjaan penimbunan lime stone pada tanggul harus sesuai dengan gambar rencana. 3.11.8.
3.12.
Penilaian untuk pembayaran timbunan lime stone harus dilakukan atas dasar ukuran dan elevasi seperti yang tertuang dalam gambar rencana. Pembayaran pekerjaan timbunan lime stone akan dilakukan dalam harga satuan m3 padat. Harga satuan tersebut sudah mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan, penyiraman/pengeringan, pemadatan, perapian, biaya pengujian, peralatan yang digunakan, tenaga kerja bahan-bahan dan lain sebagainya.
Pekerjaan rubble mound. Pekerjaan rubble mound dilaksanakan dengan batu yang mempunyai berat minimum 70 kg per buah. Batu yang mempunyai berat lebih besar harus ditempatkan disisi bagian luar sedang yang lebih ringan disusun pada bagian dalam. Pekerjaan rubble mound harus dipasang sedemikian rapi sesuai dengan gambar rencana diratakan dengan alat mekanik (bulldozer atau excavator). Batu yang digunakan harus batu hitam yang keras. Pembayaran untuk pekerjaan rubble mound berdasarkan pada volume per m3 yang terpasang sudah termasuk ongkos tenaga, bahan, peralatan dan sebagainya.
3.13.
Pekerjaan gravel bedding dan gravel metaling Material yang dipakai untuk pekerjaan gravel bedding dan gravel metaling adalah kerikil yang mempunyai diameter bervariasi antara 1.0 – 4.0 cm, bersih dari kotoran dan mempunyai kekerasan yang cukup. Lapisan gravel bedding dan gravel metaling harus dipadatkan dengan alat pemadat mekanik yang disetujui oleh Konsultan dan Direksi dan harus mencapai ketebalan jadi sesuai dengan gambar rencana. Penilaian dan pembayaran untuk pekerjaan gravel bedding dan gravel metaling ini didasarkan atas dasar m3 yang terpasang. Penilaian tersebut sudah termasuk peralatan, upah tenaga dan sebagainya.
3.14.
Gebalan Rumput a.
Persyaratan Bahan / Material Untuk melindungi rawan rusak lereng/tebing oleh riak/gelombang atau arus air (erosi), gebalan rumput dikerjakan/diadakan sebagaimana tertera pada gambar atau sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Lempengan gebalan rumput yang dipergunakan untuk pelindung tebing harus segar, padat dan berakar kuat serta panjang potongan lempengan gebalan rumput tidak kurang dari 10 cm.
b.
Metoda Kerja Pekerjaan gebalan rumput terdiri dari pekerjaan persiapan, pemotongan, pengangkutan dan menata lempengan gebalan rumput pada tempatnya, serta memelihara lereng/tebing sedemikian rupa agar supaya rumput dapat tumbuh normal dan serentak. Direksi Pekerjaan akan memeriksa lempengan gebalan rumput. Perlu dijaga agar jangan terjadi kehilangan tanah humus pada lempengan gebalan rumput selama pemotongan dan pengangkut. Transplating (memindahkan tanaman) rumput dilaksanakan selama 24 jam, setelah pemotongan dan ditaruh pada tempat sementara atas persetujuan Direksi Pekerjaan. Dalam proses penempatan sementara dan pengangkutan dikerjakan sedemikian rupa sehingga dua muka tanah dari dua lempengan disetangkup (tanah dengan tanah saling ditempelkan). Lempengan – lempengan gebalan rumput harus dijaga kelembabannya dan terlindung dari terik sinar matahari. Bila bidang rumput yang akan dipotong dalam keadaan kering maka harus dibasahi secara cukup, jangan 25
diterima gebalan rumput yang berkualitas rendah maupun yang dalam keadaan jelek serta terdapat gulma (rumput yang tidak diinginkan). Semua bidang yang akan ditutupi dengan gebalan rumput dihaluskan, diratakan sehingga menjadi permukaan yang seragam dan diolah (digemburkan dengan kedalaman 3 cm. Lempengan gebalan rumput diletakkan berjajar satu sama lain, kemudian dipadatkan secukupnya dan diperkuat dengan tusuk bambu dengan maksud agar tidak mudah rusak karena tertimpa air hujan. Rongga antar gebalan rumput tidak boleh kurang dari 15 cm dan disusun zig-zag. Penyedia Jasa bertanggung jawab tentang pemeliharaan dan perawatan areal gebalan rumput sampai rumput tumbuh normal dan serentak, serta lebih lanjut sampai diterbitkannya berita acara oleh Direksi Pekerjaan yang menyatakan bahwa seluruh pekerjaan sudah selesai dikerjakan. Penyedia Jasa harus memperbaiki atas beban biaya sendiri apabila menurut pendapat Direksi Pekerjaan ada areal yang rusak, rumput mengering atau tidak berakar pada bidang tebing, tumbuh jenis tumbuhan yang tidak dikehendaki (gulma) atau tampak tak teratur dan berpemandangan jelek. c.
Perhitungan dan Pembayaran. Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi, yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan 2 diperhitungkan dalam satuan m yang telah ditanam. Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan, “overhead” dan keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.
26
IV. PEKERJAAN PASANGAN 1.
Ruang Lingkup Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan pasangan batu dan adukan semen. Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi bronjong, pasangan batu Kali, pasangan batu kosong, plesteran dan siaran serta pekerjaan adukan semen. Pedoman ini mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam pada Gambar sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2.
Acuan Normatif Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur SNI 15-2049-1994 : Semen Portland SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC (Polivinil Chlorida) SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan American Stand ard Test Method ASTM C 91 : ASTM C 207 : ASTM C 270 : ASTM C 476 :
Masonry cement Hydrated Lime Mortar for Unit Masonry Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry
27
3.
4.
Istilah dan Difinisi Agregat halus
:
adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai 4 mm yang biasa disebut pasir
Agregat kasar
:
adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai 31,5 mm yang biasa disebut kerikil.
Semen Portland
:
adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland yang terutama, terdiri dari Kalsium Silikat Hidrat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan satu atau lebih bentuk kristal senyawa Kalsium Sulfat.
Batu alam
:
adalah suatu gabungan daripada hablur mineral yang bersatu dan memadat, sehingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang berbentuk secara alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan, pengendapan dan perubahan alamiah.
Batu candi
:
adalah batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang dibentuk secara khusus untuk dipergunakan sebagai lapisan tahan gerusan
Batu pecah
:
adalah hasil pecahan batu alam dalam bentuk butiran asli atau dibelah menjadi ukuran butiran yang cukup besar untuk dipergunakan dalam pembuatan bangunan dasar
Bronjong
:
adalah suatu konstruksi yang tersusun dari batuan pecah dan di ikat oleh anyaman kawat
Pasangan batu kosong
:
adalah suatu konstruksi yang disusun dengan bahan material yang berupa batu kosong yang berfungsi untuk melindungi bahaya gerusan.
Pasangan batu belah
:
adalah suatu konstruksi yang disusun dengan bahan material yang berupa batu kali, pasir dan semen Portland
Plesteran
:
adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai penutup / pengikat ujung pasangan batu
Siaran
:
adalah sutau konstruksi yang berfungsi untuk menutup / mengikat / memperkuat antara batu muka
Persyaratan Bahan 4.1. Batu a. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah. b.
Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali yang dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak berpori.
c.
Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan mengunci bila dipasang bersama-sama.
d.
Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan menyelimuti agar permukaan batu bersih.
dari lapisan tanah
saling
yang
28
e.
Ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu kali hanya boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai persetujuan Direksi dan digunakan bersama-sama dengan batu belah. Batu pecah yang mempunyai diameter < 10 cm hanya boleh dipergunakan sebagai batuan pengisi/pengunci.
4.2. Pasir a. Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam (pasir pasang) yang diambil dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi. b.
4.3.
Tempat penimbunan penyimpa nan harus bersih dari sampah organik, sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan bahan lainnya, seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan menurunkan mutu pasangan batu.
Material Cement a. Bahan material cement yang dipakai adalah jenis PC yang ada dipasaran dan harus memenuhi standart. b.
Bahan material cement yang telah mengeras karena pengaruh cuaca, air atau bahan organic lainnya tidak boleh dipakai
c.
Dalam menyimpan material di gudang lapangan, tempat penyimpanan penyim panan harus kering dan diberi alas minimum 30 cm diatas permukaan tanah dan tinggi tumpukan maksimum 3 m.
4.4. Air Air yang dipergunakan d ipergunakan harus bersih tidak mengandung mengandun g Lumpur, minyak, bahan organic atau bahan kimia. 5.
Pelaksanaan Pelaksanaan Pekerjaan 5.1.
5.2.
Bongkaran Pasangan Batu Kali / Gunung dan dibersihkan a.
Batu bekas bongkaran harus dibersihkan dari spesi, dan bekas spesi dan batu yang kecil tidak boleh dipakai untuk isian pasangan tapi harus dibuang diluar lokasi pekerjaan.
b.
Apabila batu bekas bongkaran yang yang sudah dibersihkan akan dipakai kembali untuk isian pasangan batu yang baru maka volume bongkaran dapat diperhitungkan sebesar 65 % dari volume bongkaran pasangan.
c..
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam dalam satuan M 3 Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang yang digunakan, Biaya umum dan dan keuntungan
Pasangan Batu Kosong a.
Dalam pelaksanaann ya batu yang dipakai harus batu pecah dengan ukuran antara 20 cm sampai dengan 30 cm yang disusun rapi sehingga permukaan batu kosong menjadi rata.
c.
Pondasi yang akan diber batu kosong harus kuat atau sesua i petunjuk Konsultan dan Direksi sehingga pasangan batu kosong menjadi stabil dan tak akan longsong.
c.
Perhitungan dan Pembayaran : Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 3.
29
tenaga,bahan material yang yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya Umum dan keuntungan. 5.3.
Pasangan Batu Belah 1 PC : 3 PS a.
Sebagai pengikat satu batu dengan batu yang lain dipergunakan spesi yang merupakan adukan cement, pasir dan air. Dan perbandingan campuran spesi adalah 1 PC (Portland Cement) : 3 Psr (Pasir) dengan kebutuhan semen sebesar = 202 kg, diaduk secara merata dengan air, guna mencapai campuran yang homogen maka diwajibkan untuk memakai mixer / molen.
b.
Tebal lapisan spesi pada permukaan batuan minimum 1,5 cm agar supaya ikatan antar batu menjadi kuat.
c.
Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh juru ukur) dan minta persetujuan Konsultan dan Direksi bila telah selesai gambar kontrak.
d.
Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan menghampark an adukan setebal 3 - 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2 - 3 cm (tidak bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat dengan adukan. Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat dengan menggunakan sendok adukan. Untuk bangunan dengan pasangan batu yang tingginya lebih dari 1 meter, maka tinggi pengerjaan pasangan batu maksimum 1 meter. Penghentian pelaksanaan tidak boleh dibuat rata melainkan dibuat bertangga agar sambungan pasangan lama dan pasangan berikut diatasnya bisa terjadi satu ikatan yang kuat.
e.
5.4.
5.5.
f.
Untuk meletakkan pasangan baru diatas pasangan lama maka permukaan pasangan lama harus dibersihkan dan disiram dengan air cement sebagai bahan pengikat.
g.
Perhitungan dan Pembayaran : Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah disetujui oleh Konsultan Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam dalam satuan M 3 Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, “ Biaya umum dan keuntungan.
Pasangan Batu Belah 1 PC : 4 PS a.
Spesifikasi teknis untuk pasangan batu belah 1 PC : 4 PS sama dengan spesifikasi pasangan batu belah 1 PC : 3 PS akan tetapi perbandingan campuran spesi adalah 1 PC (Portland Cement) : 4 PS (Pasir) dengan kebutuhan semen sebesar = 163 kg.
b.
Perhitungan dan Pembayaran : Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam dalam satuan M 3 Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah tenaga,bahan material yang yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya umum dan keuntungan.
Pasangan Batu Belah Belah bekas bongkaran bongkaran 1 PC : 4 PS a.
Spesifikasi teknis untuk pasangan batu belah bekas bongkaran 1 PC : 4 PS sama dengan spesifikasi pasangan batu belah 1 PC : 4 PS dengan kebutuhan semen sebesar = 163 kg, akan tetapi sebagaian batu yang dipakai adalah batu belah hasil bongkaran pasangan lama.
b.
Perhitungan dan Pembayaran : Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam dalam satuan M 3 30
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya umum dan keuntungan. 5.6.
5.7.
Pasangan Batu Candi 1 PC : 3 PS a.
Sebagai pengikat satu batu dengan batu yang lain dipergunakan spesi yang merupakan adukan cement, pasir dan air. Dan perbandingan campuran spesi adalah 1 PC (Portland Cement) : 3 PS (Pasir) dengan kebutuhan semen sebesar = 202 kg, diaduk secara merata dengan air, guna mencapai campuran yang homogen maka diwajibkan untuk memakai mixer / molen.
b.
Tebal lapisan spesi pada permukaan batu antara 1,5 cm sampai dengan 2 cm agar supaya ikatan antar batu menjadi kuat.
c.
Untuk meletakkan pasangan baru diatas pasangan lama maka permukaan pasangan lama harus dibersihkan dan disiram dengan air cement sebagai bahan pengikat.
d.
Batu candi digunakan pada bendung-bendung, lebih-lebih pada bendung yang membawa bahan kasar (seperti pasir dan batu), untuk menanggulangi gerusan pasir pada permukaan bendung.
e.
Batu candi yang dipakai harus berwarna gelap, sewarna dan sejenis. Semua batu harus didapatkan dari satu sumber, kuat, tidak mudah pecah dan tahan terhadap cuaca atau bahan-bahan yang dibawa arus sungai.
f.
Setiap batu candi harus dibentuk dari batu besar dan dibelah menyerupai piramida terpancung dengan ukuran 30 cm x 30 cm bujur sangkar, atau maksimum 40 cm x 40 cm pada muka luarnya, bagian dalam berukuran minimum 20 cm x 20 cm dan tingginya 30 - 60 cm. Pada bagian bawah/luar setebal 4 cm dari permukaan harus dibuat halus dan rata. Pada bagian bawah/luar dibuat kasar dan dibentuk seperti piramida terpancung kecuali ditentukan lain.
g.
Batu candi harus dipasang dengan jarak antara pada bagian atas tidak boleh lebih dari 1 cm. Pada bagian atas harus disiar rata dengan adukan 1 PC : 2 PS dan dipasang sesuai dengan bentuk seperti tercantum dalam gambar. Penempatan batu candi harus berselingan seperti tercantum di dalam gambar.
h.
Perhitungan dan Pembayaran : Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 3 Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, “ Biaya umum dan keuntungan.
Siaran 1 PC : 2 PS a.
Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan diantara batu muka harus dikorek sebelum ditutup dengan adukan. Permukaan harus dibersihkan
b.
Adukan spesi untuk siaran harus memakai adukan 1 PC (Portland Cement) : 2 PS (Pasir) dengan kebutuhan semen sebesar = 6,35 kg dan diaduk secara merata dengan air.
c.
Pekerjaan Siaran dapat dibagi atas : i. Siaran Tenggelam (masuk kedalam ± 1 cm). ii. Siaran rata (rata dengan muka batu dengan tebal 1 cm) iii. Siaran Timbul (timbul dengan tebal 1 cm dari muka batu)
d.
Perhitungan dan Pembayaran : Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 2. Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah 30
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, “ Bi aya Umum dan keuntungan. 5.8.
5.9.
Plesteran 1 PC : 3 PS a.
Bila diperintahkan, dinding dan lantai baik lama maupun baru terbuat dari pasangan bata/batu kali harus diplester dengan adukan 1 PC (Portland Cement) : 3 PS (Pasir) dengan kebutuhan semen sebesar = 7,75 kg dan diaduk secara merata dengan air, guna mencapai campuran yang homogen maka diwajibkan untuk memakai mixer / molen.
b.
Pekerjaan Plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan dengan air semen. Apabila tidak diperintahkan lain pasangan harus diplester pada bagian atas dari dinding, bagian tepi pasangan pada sorongan / pipa saluran, dan selebar 0,10 m dibawah tepi atas dinding dan pasangan sorongan / pipa saluran.
c.
Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah selesai karena sust pengerasan, maka permukaan plesteran yang sudah selesai harus dibasahi dengan air selama 7 hari berturut-turut.
d.
Perhitungan dan Pembayaran : Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 2. Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, “ Bi aya Umum dan keuntungan.
Drain Hole pipa PVC diameter 2” a.
Bila diperintahkan Direksi / ditunjuk dalam gambar disain maka pasangan baru harus dipasangan drain hole dengan bahan antara lain pipa PVC, ijuk kerikil bergradasi baik.
b.
PVC diameter 2” harus lebih panjang 20 cm sampai dengan 25 cm dari pasangan bagian belakang dan diujungnya harus dibungkus dengan ijuk setebal 5 cm dan dikelilingi / diselimuti kerikil setebal 15 cm secara penuh.
c.
Cara pemasangan harus selang seling dengan jarak horisontal 2 m dan vertikal 1 m atau ditentukan lain oleh direksi.
d.
Perhitungan dan Pembayaran : Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan buah.
5.10. Bronjong Kawat Galvanis diameter 8 x 10 Cm Bronjong kawat dari anyaman mesin fabrikasi yang mempunyai sertifikat SNI 03-00901999 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau standart lain yang berlaku yang ditetapkan oleh instansi terkait yang sudah teragreditasi, dengan anyaman kawat galvanise diameter 2,7 mm, tiap anyaman dibuat 3 kali lilitan dengan lubang anyaman berbentuk segi enam dengan diameter lubang 8 x 10 cm dengan simpul yang digunakan bergaris tengah 3,4 mm atau lebih. Semua kawat bronjong dan pengikat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan harus dari kawat besi galvanis dengan kekuatan tarik minimum 40 Kg/mm2 dan dengan berat minimum lapisan seng 260 gram/m2. Mutu dari kawat bronjong tersebut harus dibuktikan dengan sertifikat dari pabrik dan dengan tes dari laboratorium dengan disaksikan oleh Konsultan dan Direksi dan pengawas mutu.
31
Ukuran bronjong yang dipakai adalah ukuran standart 0.50 x 1.50 x 3.00 m atau seperti yang tertera dalam gambar rencana, diberi diafragma. Pengisian bronjong harus disusun dengan baik/rapih dengan betul-betul penuh, kemudian ditutup dan diikat. Kotak-kotak bronjong sebelum diisi batu harus ditegangkan lebih dahulu agar dicapai volume yang maksimum. Sebelum pekerjaan bronjong dilaksanakan, Kontraktor harus menyerahkan dulu kepada Direksi contoh bronjong yang akan digunakan yang dilampiri dengan setifikat SNI 030090-1999 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau standart lain yang berlaku yang ditetapkan oleh instansi terkait yang sudah teragreditasi dengan dilampiri spesifikasi dari pabrik yang mengeluarkan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi. Dalam memasang brojong rusuk-rusuk dan sambungan bronjong harus diikat erat-erat dengan kawat dengan dililitkan penuh, terlebih bagian penutup bila bronjong itu telah diisi penuh dengan batu-batu. Bronjong yang satu dengan yang lain harus diikat dengan erat, supaya bronjong-bronjong itu tidak terlepas dengan yang lain. Penilaian dan pembayaran pekerjaan bronjong kawat dibuat berdasarkan harga satuan m3 dari pasangan batu bronjong yang dikerjakan pada batas dan ukuran yang tepat yang ditentukan dalam gambar rencana. Harga satuan pekerjaan tersebut sudah termasuk bahan batu, kawat, tenaga kerja, alat dan sebagainya. 5.11. Rip - Rap a.
Dalam pelaksanaannya batu yang dipakai harus batu pecah dengan ukuran yang sama sesuai dengan gambar disain.
b.
Dalam pemasangannya permukaan harus rata dan apabila antara batu-batu rip rap ada celah kosong harus diberi batu pengunci yang sesuai dengan ukuran rongga.
c.
Dalam pemasangan rip rap harus dilakukan penekanan pada batu sehingga batu menjadi stabil dan tidak longsong
d.
Perhitungan dan Pembayaran : Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan ( Unit ) M 3. Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya Umum dan keuntungan.
31
Gambar Bronjong
BRONJONG KAWAT
LUBANG ANYAMAN
MATRAS
Sekat
Tinggi (H)
Lebar (w)
Panjang (L)
(BRONJONG KAWAT) SNI
(BRONJONG KAWAT) SNI
Dimensi
Seka
Lb. Anyaman
Dia. Kawat
Lapisan Zinc
Dimensi
Seka
Lb. Anyaman
Dia. Kawat
Lapisan Zinc
BRONJONG KAWAT & MATRAS BERLAPIS
32
V. PEKERJAAN BETON 1.
Ruang Lingkup Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan beton. Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop. Pedoman ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.
2.
Acuan Normatif Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles. SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar. SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan untuk Campuran Beton SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai Gelagar Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat. SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton Segar SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di Lapangan SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan Agregat Ringan SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah dalam Agregat SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos No.200 (0,075 mm). SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Balok Uji Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung SNI 03-4155-1996 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Patahan Balok Bekas Uji Lentur SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar 33
-
SNI 03-4169-1996
:
-
SNI 03-4430-1997
:
-
SNI 03-4431-1997
:
-
SNI 03-4433-1997 SNI 03-4805-1998
: :
-
SNI 03-4806-1998
:
-
SNI 03-4807-1998
:
-
SNI 03-4807-1998
:
-
SNI 03-4809-1998
:
-
SNI 03-4810-1998
:
-
SNI 03-4811-1998 SNI 03-4812-1998 SNI 03-4817-1998
: : :
-
SNI 03-4820-1998
:
-
SNI 03-6369-2000
:
-
SNI 03-6429-2000
:
-
SNI 06-6430-2000 : SNI 06-6430.1-2000 :
-
SNI 03-6430.2-2000 :
-
SNI 03-6451-2000 SNI 03-6477-2000 SNI 03-6805-2002
: : :
-
SNI 03-6806-2002 SNI 03-6807-2002
: :
-
SNI 03-6808-2002
:
-
SNI 03-6809-2002
:
-
SNI 03-6810-2002
:
-
SNI 03-6811-2002 SNI 03-6812-2002
: :
-
SNI 03-6814-2002
:
-
SNI 03-6815-2002 SNI 03-6816-2002 SNI 03-6817-2002 SNI 03-2461-2002 SNI 03-6817-2002 SNI 03-6717-2002 SNI 03-6889-2002
: : : : : : :
Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio Poison Beton dengan Kompresor Ekstensometer Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan Alat Palu Beton Tipe n dan nr Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua Titik Pembebanan Spesifikasi Beton Siap Pakai Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam Beton Keras Yang Memakai Semen Hidrolik Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam Beton Segar dengan Titrasi Volumetri Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar Semen Portland Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar Semen Volumetri Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai Beton Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang Tertekan Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara Langsung Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk Perawatan Beton Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan Perubahan Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang Sudah Mengeras Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji Silinder Beton Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan Cetakan Silinder Di Dalam Tempat Cetakan Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk Beton dengan Agregat Praletak di Laboratorium Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut Untuk Beton dengan Agregat Praletak di Laboratorium Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen Hidraulik Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk Agregat Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton pada Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur Berikutnya Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang Struktural Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan Air pada Campuran Graut untuk Beton Agregat Praletak di Laboratorium Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton Agregat Praletak (Metode Pengujian Corong Alir) Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode Maturity Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan Bahan Anorganik dalam Air Untuk Campuran Beton Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton Semprot Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas Untuk Tulangan Beton Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis untuk Tulangan Beton Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktur Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam Beton Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat
34
3.
Istilah dan Definisi 3.1.
Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai 4 mm.
3.2.
Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai 31.5 mm
3.3.
Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil pengeboran beton pada bangunan yang sudah dilaksanakan.
3.4.
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk masa padat
3.5. 3.6.
Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m3 Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).
3.7.
Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=14,5 Mpa dengan batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm.
3.8.
Construction joint adalah sambungan konstruksi beton
3.9.
Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara.
3.10. Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan. 3.11. 3.12.
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan.
3.13.
Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan alumunium yang bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa membentu k senyawa bersifat cementitious
3.14.
4.
Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang tekan benda uji.
Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu adukan.
3.15.
Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang mengandung silica amorf yang dihasilkan dari elemen silica atau senyawa ferro-silica.
3.16.
Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif daro beton segar.
3.17.
Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda
Ketentuan dan Persyaratan Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat : 4.1. Toleransi 1)
Bangunan Beton a) Batas penyimpangan pada gambar-gambar plat, balok mendatar dan pengganti pagar. Terlihat : 1 cm setiap 3 m Tertimbun : 5 cm setiap 3 m 35
b)
c)
d)
e) f) g) h) i)
j)
2)
4.2.
Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom, pilar, lantai, dinding, balok dan sebagainya. Minus : 1 cm Plus : 5 cm Penyimpangan pada plat jembatan Minus : 1 cm Plus : 2 cm Dasar Pondasi Penyimpangan ukuran-ukuran dalam perencanaan Minus : 1 cm Plus : 5 cm Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar pondasi, terhadap rencana tidak lebih dari 5 cm. Pengurangan ketebalan : 5% Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang terbuka : 5 cm Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu dan bangunan-bangunan air yang serupa : 0,1% Penempatan tulangan baja Penyimpangan untuk beton pelindung : 10% Penyimpangan dari tempat yang seharusnya : 2 cm Perletakan beton pra cetak Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1% dari panjang beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm. Penyimpangan garis unting setiap beton pra cetak yang ditempatkan vertical tidak boleh lebih dari 1 cm setiap 3 m.
Pekerjaan Water Stop Penyimpangan pemasangan as dari water stop untuk kearah kanan dan kiri +5 mm
Persyaratan Bahan 1)
Bangunan Beton a) Semen (1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994. Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan dan Direksi Pekerjaan. (2)
Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh digunakan, kecuali disetujui oleh Konsultan dan Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk semen yang digunakan.
b)
Air Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organis. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari Memenuhi karakteristik kuat tekan yang ditentukan
c)
Agregat (1) Ketentuan Agradasi Agregat Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara 36
baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor. (2)
Sifat-sifat Agregat Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai. Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang berhubungan.
d)
Batu untuk Beton Siklop Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan beton. Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih besar dari 25 cm.
e)
Bahan Tambah Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton dengan persetujuan Konsultan dan Direksi.
f)
Bahan Kimia Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991. Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya sebagai berikut : Tipe A - bahan pengurang kadar air Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau untuk meningkatkan workability ada angka water-cem ent rasio yang telah ditetapkan. Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen, sehingga akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah jenis ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas, dimana waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal menjadi sangat pendek dikarenakan suhu yang tinggi. Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan Tipe C berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen, yang akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan beton precast (dimana perlu pelepasan bekisting secepatnya), atau pekerjaan perbaikan yang sangat penting Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan memperlambat waktu pengikatan. Bahan tambah ini untuk menambah workability, dimana beton mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat workabel tanpa mengurangi density, ketahanan dan kekuatannya. Perlambatan waktu pengikatan sangat berguna untuk waktu pengangkutan adukan beton yang lama ke tempat pengecoran, pengecoran dalam kondisai yang sangat panas dan menghindari cold joint. Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan mempercepat waktu pengikatan. Bahan tambah ini untuk menambah workability dan memberikan kekuatan awal yang tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang lebih 37
-
-
2)
Mineral Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash, Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai atas persetujuan Konsultan dan Direksi
3)
Pekerjaan Waterstop a) Waterstop yang dipergunakan harus terbuat dari bahan polyvinychlorida dalam bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang diberikan pada gambar atau petunjuk Konsultan dan Direksi. b)
4.3.
tinggi pada workability yang sama. Bahan tambah ini digunakan pada precast karena memungkinkan pelepasan bekisting lebih awal dan dipakai untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan awal sangat diperlukan. Tipe F - bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi atau superplasticizer. Tipe F atau Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda dengan Tipe A, D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan membuat beton alir (flow concrete) untuk menjangkau tempat yang tak terjangkau oleh pengetar dan beton pompa (pumping concrete) pada jenis bangunan yang rumit. Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi tau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu pengikatan. Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan Tipe B, tetapi slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan dengan beton yang menggunakan superplasticizer.
Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu campuran plastik elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100% didapat, homogen dan tidak berlubang-lubang atau cacat lainnya.
Persyaratan Kerja 1)
Pengajuan Kesiapan Kerja a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan Pasal ini. b)
Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing masing mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai.
c)
Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan sehingga data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.
d)
Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran
e)
Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
f)
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis mengenai rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum tanggal pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai dengan metode pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil dan jadwal pelaksanaannya
38
2)
3)
Penyimpanan dan Perlindungan Bahan a) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu dengan ketinggian tidak urang dari 30 cm dari permukaan tanah serta ditutup dengan lembaran plastik (polyethylene) selama penyimpanan dan tidak lebih dari 3 bulan sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen tidak boleh ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah atas. b)
Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar matahari dan hujan pepanjang waktu pengecoran.
c)
Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis agregat atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.
Kondisi Tempat Kerja Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari secara langsung. Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran jika : Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam. Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
4)
Pencampuran dan Penakaran a) Rancangan Campuran Proporsi bahan dan berat penakaran harus berdasarkan hasil tes campuran b)
5)
6)
Permukaan Tampak a) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat bersih dan tidak keropos. b)
Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.
c)
Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan setiap beton yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman tertentu dan diganti atau diperbaiki dengan cara seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan atas biaya Penyedia Jasa.
Blockout a) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagian –bagian bangunan dari pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan dibuat, dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk paling sedikit 4 jam. Sesudah permukaan demikian disetujui Konsultan dan Direksi, maka pekerjaan logam dan lainnya seperti tersebut diatas, dapat dilaksanakan. Penyedia Jasa dapat memasang tulangan (jika diperlukan) dan adukan beton dengan 500 kg semen atau lebih per meter kubik, atau beton dari tipe yang sama. b)
5.
Campuran Percobaan Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan rancangan campuran serta bahan yang diusulkan dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhati –hati, harus bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan beton lama dan semua pekerjaan besinya.
Pelaksanaan Pekerjaan Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat : 39
5.1.
Pekerjaan Beton 1)
Pembetonan a) Penyiapan tempat kerja (i) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan dan Direksi sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman (ii) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan Konsultan dan Direksi.
b)
(iii)
Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
(iv)
Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Konsultan dan Direksi, maka bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
(v)
Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton.
(vi)
Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan dan Direksi.
(vii)
Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Konsultan dan Direksi berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan seperlunya.
Cetakan Beton (i). Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran –ukuran yang ada di dalam gambar. (ii)
Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk.
(iii).
Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi, sebelum memulai pekerjaan, walaupun demikian penyerahan tersebut kepada Konsultan dan 40
Direksi untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor bagi keberhasilannya. (iv).
Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas dari sampah, paku, alur –alur, belahan, atau cacat –cacat lainnya. Mengisi celah –celah sambungan cetakan beton harus berhati – hati dan dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah pengaruh kelembaban beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah –celah harus diisi secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen. Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas dilarang.
(v).
Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan, pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah ditutup sebelum pengecoran dimulai.
(vi).
Sebelum pengecoran beton semua baut –baut harus dipasang pada posisinya, semua yang diperlukan dan alat –alat lain untuk menutup lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat lubang didalam beton tanpa persetujuan Konsultan dan Direksi
(vii). Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan dilakukan pada dinding beton yang akan tampak. (viii). Lubang –bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan dibongkar (ix).
Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk. Semua permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus dilumasi dengan oli untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
(x).
Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan harus berhati –hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah – celah cetakan yang telah diisi harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa oleh Konsultan dan Direksi. Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan belum disetujui Konsultan dan Direksi. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Konsultan dan Direksi sekurang – kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap untuk diperiksa.
(xi).
(xii).
c)
Penilaian dan pembayaran pekerjaan begisting dan perancah berdasarkan atas satuan m2 permukaan beton yang dipasang begisting pada beton K 175 dan beton K 225. Penilaian pembayaran tersebut sudah termasuk pemasangan dan pembongkaran, bahan, upah tenaga, peralatan.
Pencampuran Beton (i) Perbandingan Campuran . Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama – sama dan digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan. (ii).
Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28 hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di bawah ini :
41
Tabel 1 Klasifikasi Beton berdasarkan Besarnya Tekanan Kuat Kuat Ukuran Nilai factor Tekan Tekan agregat air semen Tipe Campuran Beton umur 7 umur 28 maksimum maksimum hari hari (mm) (%) (kg/cm2) (kg/cm2) f c’ = 26,4 MPa (K195 300 20 50 300) 147 225 40 (20) 50 f c’ = 19,3 Mpa (K114 175 40 50 225) 62 125 40 57 f c’ = 14,5 Mpa (K65 100 40 60 175) f c’ = 9,8MPa (K125) f c’ = 7,4 MPa (K100)
d)
Perkiraan kebutuhan semen (kg/m3) 400 330 (350) 310 250 200
(iii).
Proporsi campuran untuk masing –masing klas beton diatas akan diberikan oleh Konsultan dan Direksi, berdasarkan hasil –hasil test percobaan campuran yang dikerjakan Penyedia Jasa.
(iv).
Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk mendapatkan kepadatan maksimum dari beton, kemudahan pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan faktor air semen yang sekecil mungkin dengan persetujuan Konsultan dan Direksi tidak ada tambahan biaya atas perubahan tersebut.
(v).
Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Konsultan dan Direksi, dalam batas yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen pada beton dengan kekentalan yang benar. Tidak diperkenankan penambahan air untuk mengatasi mengerasnya beton sebelum ditempatkan. Keseragaman kekentalan beton pada setiap adukan adalah perlu. Slump dari pada adukan beton harus mengikuti tabel di bawah ini, setelah beton diendapkan.
Penakaran (i). Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui Konsultan dan Direksi Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari masing –masing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan petunjuk Konsultan dan Direksi. (ii).
Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran yang merata tanpa pemisahan –pemisahan. Juga mampu mengimbangi perubahan –perubahan kadar air dari agregat, serta merubah berat material –material yang ikut tercakup.
(iii).
Jumlah masing –masing bahan yang membentuk beton tersebut dapat ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga diukur secara volume, bilamana disetujui oleh Konsultan dan Direksi.
(iv).
Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap – tiap skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian periodik terhadap perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan – pekerjaan adukan.
42
e)
Mesin Pengaduk Beton (i). Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali sejumlah air yang diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk tersebut. (ii).
Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah seperempat menit pada setiap penambahan 0,5 m3 .
(iii).
Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan beton dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus dan disetujui Konsultan dan Direksi. (iv). Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan, tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada dalam alat pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2 cm. f)
g)
2)
Truk Pencampur (i). Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum –drum yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan kecepatan yang dianjurkan oleh Pabrik (ii).
Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah bahan –bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur, setelah itu beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan satu jam setelah penambahan air pengecoran harus selesai.
(iii).
Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.
Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia (i). Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali jika situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin pencampur setelah mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi. (ii).
Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan, sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak dibuat dari kayu, maka sela –sela kayu harus ditutup agar tidak ada kehilangan air dari adukan
(iii).
Semua agregat dan semen harus diaduk –aduk dalam keadaan kering sekurang –kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsurangsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali diaduk dalam keadaan basah, sekurang –kurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran
Pengecoran a) Pelaksanaan Pengecoran (i). Penyedia Jasa harus memberitahukan Konsultan dan Direksi secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final setting). (ii)
Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Konsultan dan Direksi akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis 43
untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan dan Direksi. (iii).
Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
(iv).
Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan butiran.
(v).
Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator). Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan perancah belum diperiksa dan disetujui Konsultan dan Direksi secara tertulis.
(vi).
(vii). Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang dibutuhkan oleh beton diatasnya. (viii) Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang ditentukan oleh Konsultan dan Direksi, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi. (ix).
Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus segera dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan ditentukan kemudian
(x).
Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal, dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan dan membentuk ikatan sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan oleh Konsultan dan Direksi.
(xi).
Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap lembab dan dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm.
(xii)
Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Konsultan dan Direksi. Beton yang dicor ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari pemisahan butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian – bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan yang tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
(xiii) Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Konsultan dan Direksi. (xiv)
Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Konsultan dan
44
Direksiuntuk menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum dicorkan. (xv)
b)
Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya atau mengikuti petunjuk Konsultan dan Direksi dan harus dikerjakan secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai target tersebut.
Pemadatan (i). Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh Konsultan dan Direksi, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan. (ii). Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi. (iii).
Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil pemadatan yang diperlukan.
(iv).
Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang- kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
(v).
Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
(vi).
Jumlah minimum alat penggetar mekanis
(vii). Apabila kecepatan pengecoran 20 m3 /jam, maka harus digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm. (viii). Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting). 3)
Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh Konsultan dan Direksi.. Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen bangunan kecuali ditentukan demikian. b)
c)
d)
Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum. Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap monolit. Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas 45
permukaan dengan cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2. e)
Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan jika pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Konsultan dan Direksi.
f)
Atas persetujuan Konsultan dan Direksi, bonding agent yang dapat digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya
g)
Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja. Penilaian dan pembayaran pekerjaan beton berdasarkan atas satuan m3 beton yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya tes dan perawatan beton.
h)
4)
5)
Beton Siklop a) Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk cetakan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan b)
Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop.
c)
Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu pecah maksimum 30 cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm. Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping).
d)
Penilaian dan pembayaran pekerjaan beton siklop berdasarkan atas satuan m3 beton siklop yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya tes dan perawatan beton.
Lining Beton a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada Gambar atau ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi. b)
Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai dengan k etentuan.
c)
Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.
d)
Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Konsultan dan Direksi, dilaksanakan sesuai dengan gambar –gambar detail yang ada terutama yang telah disetujui Konsultan dan Direksi.
e)
Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau petunjuk Konsultan dan Direksi.
f)
Penilaian dan pembayaran pekerjaan lining beton berdasarkan atas satuan m3 beton yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya tes dan perawatan beton.
46
6)
Pekerjaan Pondasi Beton a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus membersihkan semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah, reruntuhan, plastik, sisa kertas dan genangan air yang ada sesuai dengan permintaan Konsultan dan Direksi. b)
Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang dicor bersih dari genangan air.
c)
Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi Pekerjaan memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut.
d)
Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya disetujui oleh Konsultan dan Direksi. Ketebalan lapisan lantai kerja beton harus dibuat sesuai dengan gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Jika tidak ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi, sebelum melakukan pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah bersih.
e)
7)
f)
Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan dibuat bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen ditempatkan diatasnya.
g)
Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen –pasir yang sama dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.
h)
Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.
i)
Penilaian dan pembayaran pekerjaan beton pondasi berdasarkan atas satuan m3 beton yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya tes dan perawatan beton.
Pengerjaan Akhir a) Pembongkaran Cetakan akhir Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton. Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan. b)
Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa) Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan. Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen. 47
-
Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira 30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).
c)
Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus) Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan : Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras. Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras. Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat. Penilaian dan pembayaran pekerjaan pembongkaran cetakan beton sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan cetakan beton/begisting.
d)
Perawatan Beton (1) Perawatan dengan Pembasahan (i). Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton. (ii).
Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat.
(iii).
Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
(iv).
Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum 48
terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari. (v).
(2)
(3)
Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
Perawatan dengan Uap (i). Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan. (ii). Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini : Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi tekanan luar. Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 380 C selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 650 C dengan kenaikan temperatur maksimum 140 C / jam secara bertahap. Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh melebihi 5,50C. Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap dan tidak boleh lebih dari 110 C per jam. Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak boleh lebih dari 110C dibanding udara luar. Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air. Semua bagian bangunanal yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut. (iii).
Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
(iv).
Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
Perawatan dengan Cara Lain (i). Membran cair Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera sesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka harus dilakukan pelapisan ulang lagi. (ii).
Selimut kedap air Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton. Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan
49
apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama periode perawatan berlangsung. (iii)
(4)
6.
Form-In-Place Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan
Penilaian dan pembayaran pekerjaan perawatan termasuk dalam harga satuan pekerjaan beton.
beton sudah
Pengendalian Mutu Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan beton, bekisting. 6.1.
Penerimaan bahan Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton dan Bekisting.
6.2. Pengawasan Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja 6.3.
Perencanaan Campuran 1)
Ketentuan Sifat-sifat Campuran a) Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya secara terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat. b)
Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Konsultan dan Direksi, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03 -19741990, SNI 03-4810-1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.
c)
Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton berikutnya memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan.
d)
Konsultan dan Direksi dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan perbaikan dalam meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton 50
umur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Penyedia Jasa harus segera menghentikan pengecoran beton yang diragukan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu. e)
2)
Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Tindakan tersebut tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi Pekerjaan sepakat dengan perbaikan tersebut.
Penyesuaian Campuran a) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau W orkability) Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi. b)
Penyesuaian Kekuatan Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat disetujui oleh Konsultan dan Direksi.
c)
Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh digunakan sampai Konsultan dan Direksi menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
d)
Bahan Tambahan (admixture) Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan dari Konsultan dan Direksi. Jenis dan takaran bahan tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat cementious seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui oleh Konsultan dan Direksi. Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete). Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut : Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air; Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi kelecakan Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton; Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton; 51
-
Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton; Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss; Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume beton (ekspansi) Mengurangi terjadinya bleeding; Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut : Meningkatkan kekuatan pada beton muda Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi. Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut Meningkatkan keawetan jangka panjang beton Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton) Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual penggunaannya, serta dengan proses pengadukan yang baik, agar pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa dicapai secara merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat menimbulkan kerusakan pada beton. 3)
Pelaksanaan Pencampuran a) Penakaran Agregat (i). Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu beton fc ’ < 19,3 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
b)
(ii).
Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan (SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh kering permukaan
(iii)
Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan agregat pada perangkat ready mix
Pencampuran (i). Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan. (ii).
Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
52
4)
(iii).
Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara merata. Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
(iv).
Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus sekira 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3
(v).
Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada beton non-bangunanal.
Pengujian Campuran a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability) Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan dan Direksi, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Konsultan dan Direksi. Nilai slump pada setiap campuran tidak boleh berada diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan b)
Pengujian Kuat Tekan (i). Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen bangunan yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran. (ii).
Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat s esuai dengan SNI 03 4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium.
(iii)
Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.
(iv).
Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap komponen bangunan yang dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji.
(v).
Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji
(vi).
Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan beton umur 28 hari.
(vii). Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji yang berdekatan nilainya. 53
(viii). Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung dengan rumus sebagai berikut : fc = fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil kuat tekan dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar atau sama dengan dari 30 ’
dimana, 2
n 0f – f ci cm S= l
fc = K uat tekan beton karakteristik fci = K uat tekan beton yang diuji fcm = Kuat tekan beton rata-rata ’
n-l
(ix).
Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85 fc ’.
(x).
Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.
(xi).
Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di atas.
(xii). Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc ’, dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc ’. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan. c)
5)
Pengujian Tambahan Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi : (i). Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo, Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan); ( ii).
Pengujian pembebanan dipertanyakan;
bangunan atau bagian
bangunan
yang
( iii).
Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
( iv).
Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan a). Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan,
54
harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Konsultan dan Direksi antara lain
7.
b)
Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan;
c).
Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiann ya gagal;
d)
Perkuatan, pembongkara n atau penggantian sebagian atau menyeluruh pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
e).
Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Konsultan dan Direksi dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
f).
Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail rencana perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi sebelum memulai pekerjaan.
Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan beton harus memuat : 7.1. Pengukuran 1)
Pekerjaan Beton a) Cara Pengukuran (i). Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik (M3) pekerjaan beton yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan batas toleransi yang diijinkan dan dibayar ukuran minimal yang masih masuk dalam toleransi. Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan (weephole). (ii).
Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
(iii).
Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan bangunan yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada Bagian lain dalam Spesifikasi ini.
(iv).
Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton bangunan atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus beton yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc ’=21,7 MPa (K-250) atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan atau disetujui untuk fc ’=14,5 MPa (K-175) atau fc ’=9,8 Mpa (K-125). Jika beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
55
b)
Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki (i). Jika pekerjaan telah diperbaik i, kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan. (ii).
7.2.
Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
Dasar Pembayaran Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang tertera dalam working drawing, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas Harga.
No. 1 2 3 4 5 6 7
LAMPIRAN Tabel A Jumlah pengambilan contoh beton segar Macam Pengujian Volume Contoh (Liter) Slum 8 Berat Jenis 6 Kadar Udara 9 Uji Kuat Tekan ( 3 contoh ) 28 Uji Kuat Lentur ( 3 contoh ) 28 Uji Kuat Tarik ( 3 contoh ) 28 Uji Modulus Elastis ( 3 contoh ) 28
Ukuran Ayakan Persen Inchi Standart (m) (cm) 2 50,8 11/2 38,1 1 25,4 ¾ 19 ½ 12,7 3/8 9,5 #4 4,75 #8 2,36 #16 1,18 #50 0,300 #100 0,150
Tabel B. Ketentuan Agradasi Agregat Berat Yang Lolos Untuk Agregat Halus Kasar # 467 # 56 # 67 100 95 – 100 100 95 – 100 100 35 – 70 90 – 100 25 – 60 100 10 – 30 20 – 55 95 – 100 0 – 5 0 – 10 0 – 10 80 – 100 0 – 5 0 – 5 50 – 85 10 – 30 2 - 10 -
#7 100 90 – 100 40 – 70 0 – 15 0 – 5 -
Tabel C. Ketentuan sifat campuran Kuat Tekan Minimum Mutu Beton Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus (Kg/cm2) (MPa) F15 – 15 x 15 x 15 cm3 30 cm f c’ Sbk’ 7 hari 28 hari 7 hari 28 hari (MPa) (kg/cm2) 31,2 K-350 21,0 29,0 250 350 26,4 K-300 18,0 25,0 215 300 21,7 K-250 15,0 21,0 180 250 14,5 K-175 9,5 14,5 115 175 9,8 K-125 7,0 100 80,0 125
56
8.
Besi Tulangan 8.1.
Umum Besi tulangan untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi polos dan besi ulir yang memenuhi ketentuan standar JIS atau ASTM A615, Grade 60 atau SII 0376-84, dengan karakteristik sebagai berikut: Property Tensile strength (kg/mm 2) Yield point (kg/mm 2) Elongation (%)
Besi Ulir 45-57 30 atau lebih 16 atau lebih
Besi Polos 45-57 30 atau lebih 18 atau lebih
Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi untuk pengadaan besi tulangan yang akan dipergunakan dan menyerahkan sertifikat produksi pabrik setiap pengirimannya ke lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus melakukan uji material bila diminta Konsultan dan Direksi dengan prosedur baku uji yang disetujui Konsultan dan Direksi Tampang melintang besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus sama pada seluruh panjangnya dengan yang disetujui Konsultan dan Direksi Dua besi tulangan dengan diameter yang sama yang diambil secara random dari besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus tidak boleh berbeda lebih dari 2% (dua persen) dari diameter yang disyaratkan. Besi tulangan harus bersih dari karat, oli, kotoran dan tidak cacat. 8.2
Gambar Pembesian Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan daftar besi dan pembengkokannya kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum pemasangannya di lokasi pekerjaan.
8.3
Pemasangan Besi Tulangan Besi tulangan harus dipotong, ditekuk dan dibentuk sesuai dengan ukuran/dimensi yang ditunjukkan pada gambar pembesian yang telah disepakati. Besi tulangan harus dipasang pada lokasi dan posisi yang tepat sesuai dengan gambar dan diikat kuat pada cetakan beton. Besi tulangan harus menyatu dengan kuat antara satu dengan yang lain sebagai suatu rangkaian/anyaman yang kokoh yang tidak mudah berubah bentuk dan diikat dengan kuat pada cetakan dengan posisi yang tepat dan tidak mudah bergeser selama proses penuangan dan pemadatan beton. Semua ujung-ujung kawat pengikat harus ditekuk ke arah dalam adukan beton, tidak diijinkan mencuat keluar permukaan beton. Batu tahu untuk membentuk selimut beton, dibuat dari beton pra-cetak dengan kuat desak tidak kurang dari tipe beton yang akan dituang, dengan tebal sesuai dengan desain tebal selimut beton diikat kuat pada cetakan dengan kawat dan disiram air sesaat sebelum beton dituang. Sebelum penuangan beton dilaksanakan, seluruh besi tulangan harus dibersihkan dari material lepas, debu, lumpur, kerak, oli atau sisa beton hasil pengecoran sebelumnya yang menempel/mengeras dan bahan lainnya yang dapat melemahkan ikatan dengan beton. Penyedia Jasa wajib memberikan waktu tidak kurang dari 24 jam sebelum pelaksanaan penuangan beton, kepada Konsultan dan Direksi untuk melakukan pemeriksaan kesiapan pelaksanaan secara menyeluruh dan memberi persetujuan bila semuanya sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi.
8.4.
Penyambungan Besi Tulangan Semua besi tulangan harus dipasang dengan susunan dan panjang seperti pada gambar kecuali bila ditentukan dan disetujui berbeda oleh Konsultan dan Direksi
57
Kecuali yang sudah ditetapkan dalam gambar penyambungan besi tulangan lainnya tidak diperkenankan tanpa persetujuan Konsultan dan Direksi. Penyambungan harus dilakukan dengan overlap sepanjang mungkin. Panjang overlap antara 2 (dua) besi tulangan yang disambung harus sesuai dengan gambar. Bila tidak ditunjukkan dalam gambar, panjang overlap harus tidak kurang dari 30 (tiga puluh) diameter besi tulangan. Untuk penyambungan dengan cara overlap, besi tulangan harus dipasang dan diikat dengan kawat sedemikian sehingga tebal selimut beton tetap memenuhi ketentuan. 8.5.
Selimut Beton Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam gambar, atau atas perintah Konsultan dan Direksi
8.6.
Pengukuran Pembayaran Besi Tulangan Kecuali untuk beton pracetak, besi tulangan diukur dalam satuan berat Kg untuk setiap jenis/tipe besi tulangan bulat-polos atau bulat-ulir, berdasarkan berat yang dihitung untuk besi tulangan dengan ukuran diameter dan panjang yang ditunjukkan dalam daftar dan gambar pembesian/penulangan yang disetujui Konsultan dan Direksi Untuk menghitung berat besi tulangan setiap tipe besi sebagai dasar pembayaran, ketentuan berat dalam SNI 07-2052-1990 yang setara dengan JIS G3112 harus diikuti sbb:
Diameter (mm) Berat (kg/m)
Diameter (mm) Berat (kg/m)
D10 0,617
8 0,395
D13 1,04
10 0,617
Besi Bulat-Ulir D16 D19 1,58 2,23
D22 2,98
Besi Bulat-Polos 12 16 19 0,888 1,58 2,23
D25 3,85
22 2,98
D29 5,19
25 3,85
28 4,83
D32 6,31
32 6,31
Bila diameter besi tulangan dalam gambar tidak ada dalam daftar diatas, Konsultan dan Direksi akan menetapkan berat besi tulangan yang dipasang di lokasi pekerjaan berdasarkan ketentuan dalam standar SNI atau JIS. Besi tulangan yang diperlukan untuk pemasangan, penyetelan, penjepit, pengikat dan keperluan lainnya untuk penempatan besi tulangan pada cetakan, tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Besi tulangan untuk overlap sambungan akan diperhitungkan dalam pembayaran. Pembayaran untuk pekerjaan besi tulangan dilakukan berdasarkan harga satuan yang ditawarkan/dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing tipe besi bulat-ulir dan besi bulat-polos. Harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dan ongkos untuk pekerja, peralatan, material, alat penyediaan, pemasangan dan penyetelan besi tulangan dan semua pekerjaan pendukung yang disebut dalam Spesifikasi ini.
60
VI. PEKERJAAN PINTU AIR 1.
Ruang Lingkup Pedoman Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan pekerjaan pintu. Pedoman ini mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan, pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Konsultan dan Direksi.
2.
Acuan Normatif Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-3399-1994 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di Laboratorium SNI 03-3400-1994 : Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di Laboratorium
3.
-
SNI SNI SNI SNI
03-3527-1994 03-3958-1995 03-3959-1991 03-3960-1995
: : : :
-
SNI 03-3972-1995
:
-
SNI 03-3973-1995
:
-
SNI 03-3974-1995
:
-
SNI 03-3975-1995
:
-
SNI 03-6861.1-20 02 :
-
SNI 03-6861.2-20 02 :
-
SNI 03-6861.3-20 02 :
Mutu Kayu Bangunan Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Di Laboratorium Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Di Laboratorium Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu di laboratorium Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu Konstruksi berukuran structural Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu Konstruksi Berukuran Struktural Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi Berukuran structural Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi Berukuran structural Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – A (Bahan Bangunan Bukan Logam) Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – B (Bahan Bangunan Dari Besi / Baja Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – C (Bahan Bangunan Dari Logam Bukan Besi
Persyaratan Bahan 3.1. Baja konstruksi (plat dan profil) harus baik, baru, dari pabrik yang resmi dan setaraf dengan S.t.(DIN 17100-1966). 3.2. Tangki dan ulir untuk gate/pintu harus setaraf dengan S.t. 60 (DIN 17100-1966). 3.3. Besi tuang harus bebas cacat/retak; perbaikan retak- retak dengan las atau lainnya tidak diperkenankan. 3.4. Baut, keling dan washers harus dari pabrik resmi dan harus setaraf U.st. 36-1 (DIN 1711-1968). Baut dan keling yang tersentuh air harus digalvanisir. 3.5. Las harus dikerjakan dengan halus, rapi, penuh dan bersih, kelihatan jelek atau las yang tidak sempurna dan sebagainya akan ditolak. 3.6. Kawat las yang dipakai adalah "Unimatic" 6000 (AC-DC) dengan kekuatan tarik 4.760 kg/cm 2 atau type yang sama. 3.7. Pipa besi untuk sandaran harus ukuran standar pipa dengan "heavy duty galvanized coating".
4.
Pelaksanaan Pekerjaan 4.1. Spesifikasi untuk Bangunan Pintu dan Pintu Sorong. Bangunan Pintu. a. Pintu harus dibuat dengan konstruksi las yang sempurna. Daun pintu untuk bagian (sisi) hulu harus dipotong tepat ukuran. Palang sisi dan horizontal harus diklem kuat pada permukaan plat sedemikian hingga pada waktu selesai mengelas jarak antara plat dan batang tidak lebih dari 1 mm. Bagian batang/palang yang dilas pada daun pintu, las harus menerus didua sisi, sedemikian hingga tidak ada air yang bocor diantara bagian-bagian tersebut. 61
b.
c.
Pintu harus diserahkan komplit dengan segala kelengkapannya, plat dinding, rangka, ambang, tangki ulir gear dan material lain yang dibutuhkan. Semua bagian daripada pintu harus cocok dengan gambar disain. Setelah pemasangan rangka, semua harus ditambat kuat pada bangunan dengan baut berjangkar, dan semua rongga yang ada antara rangka dan bangunan harus diisi mortar 1 PC : 3 PS sampai Konsultan dan Direksi menganggap cukup.
d.
Semua pembuatan konstruksi harus sedemikian sehingga pintu bebas dari puntiran, bengkok dan deformasi lain menurut anggapan Direksi. e. Pemakaian karet atau bahan lain untuk seals guna perapat pada pintu- pintu harus sesuai dengan yang diijinkan yang mempunyai effectivitas, keawetan sesuai cuaca Indonesia dan terendam dalam air secara kontinu, dan keterbukaan pada sinar matahari dimungkinkan pemakaian bahan karet sintetik atau plastik yang memenuhi persyaratan. Bahan perapat diatas harus sedemikian sehingga mudah dipasang atau diganti, dan baut-baut dipakai harus tahan terhadap korosi. f. Semua bagian harus dibuat secara presisi sesuai standar Industri untuk memudahkan perakitan, pemasangan dan pemindahan. Semua dimensi yang ada digambar adalah minimum. Dalam pembuatan harus dilebihi (ukurannya) secukupnya, sedemikian hingga tidak ada dimensi yang kurang. Pintu Sorong. a. Pintu sorong dapat dioperasikan dan harus diserahkan lengkap termasuk tangkai, dan kunci, gear, serta kopling dan lain-lain. Tarikan yang dibutuhkan tidak boleh lebih keras dari 10 kg untuk membuka atau menutup pintu dan las roda setang harus pada elevasi 0.90 m diatas bangunan atau platform dimana operator akan berdiri. b. Tangkai ulir dan gear harus dibuat presisi sangat tepat. Gear harus dari besi tulang atau selubung/rangka las dilengkapi tutup untuk pemberian pelumas dari gear. c. Pintu sorong harus seluruhnya shop-assembled (rakitan pabrik) ukuran plat dan profil pintu harus sesuai dengan gambar. 4.2. Spesifikasi Teknik Umum. Penyiapan bahan-bahan. a. Semua kegiatan, sedapat mungkin dilakukan didalam / sekitar wilayah (proyek). b. Mutu dan penyelesaian harus sesuai dengan kenyataan praktek dalam pekerjaan konstruksi baja modern. Bahan pada pekerjaan besi harus dijaga bersih dan terlindung dari pengaruh cuaca sejauh memungkinkan dalam praktek. Lubang baut harus betul-betul bulat. Ukuran dari lubang baut harus tidak lebih dari 2 mm lebih besar dari diameter nominal (ditetapkan) dari baut dan harus menciptakan putaran yang pas dengan baut. Jika mungkin, mesin dengan "a fixed drilling line" harus digunakan. Lubang-lubang pada dasar plat untuk baut lebih besar 0.25 mm. Gerigi-gerigi pada permukaan luar harus dihilangkan. c. Panjang uliran baut harus sedemikian sehingga seluruh diameter tangkai berada dalam daerah geser (shearzone). Baut harus menonjol paling tidak satu panjang uliran dengan minimum 3 mm dan maksimum 10 mm setelah penggeseran dari mur. Dibawah mur pada baut jangkar dan dibawah semua kepala baut dan mur, harus dilengkapi "heavy duty washer". Jika baut digunakan dalam permukaan yang miring, harus menggunakan "bevelled washer". Kepala dari mur harus diputar benar, dengan kunci inggris yang cocok dan dengan panjang tidak kurang dari 0.30 m. d. Untuk dratsatng harus doble dratt e. Sebelum dimulainya pengelasan, Penyedia Jasa harus membuat dan menyerahkan kepada Konsultan dan Direksi untuk disetujui, program lengkap yang menunjukkan : Type pengelasan. Klasifikasi bahan untuk pengelasan, termasuk ukuran-ukuran yang diperlukan untuk mewujudkan dimensi spesifikasi setelah pengelasan. 62
-
Sesudah pengelasan, semua ceceran las harus dibersihkan dan semua lubang, pori dan berkas-berkas terbakar harus diperbaiki. Diameter kawat las dan aliran listrik yang dipakai harus memenuhi ketentuan dibawah ini.
Tebal Plat: (mm) 2-4 4-6 8-10 8-15 15-20
Diameter kawat las : (mm) : : : : :
3/32” (2.381 mm) 1/8” (3.175 mm) 5/32 “ (3.870 mm) 5/32” (3.870 mm) 3/16” (4.763 mm)
Aliran Listrik (A) : : : : :
35 – 90 60 – 125 95 – 160 95 – 160 120 – 200
Pemasangan. a. Penyedia Jasa harus memasang semua bagian dari pekerjaan seperti pada gambar disain yang disetujui atau atas petunjuk Direksi ditempat pekerjaan, termasuk semua alat-alat pelengkap seperti baut jangkar, penahan, seal (penguat) dan sebagainya. b. Semua bagian yang ditanam harus ditumpu kuat (rigid) dan diteliti/tepat sebelum dan selama pemasangan. Dinding plat, sandaran dan ambang harus diperkuat seperti ditunjukkan dalam gambar atau atas petunjuk Konsultan dan Direksi. c. Pada penyelesaian pekerjaan semua bagian harus dibersihkan dan dirapikan oleh Penyedia Jasa Penyedia Jasa harus memindahkan semua kelebihan bahan-bahan dari tempat pekerjaan atau seperti ditunjukkan Konsultan dan Direksi. Semua gear-reducer tertutup harus diisi secukupnya dengan minyak pelumas, sesuai syarat dari pembuat/pabrik. Gear Reducer terbuka harus diberi gemuk kwalitas baik pada giginya (graphite grease). Semua pelumas dan zat pencuci harus disediakan Penyedia Jasa tanpa tambahan biaya. d. Penyedia Jasa harus menyediakan persediaan pelumas yang cukup untuk jangka waktu pemeliharaan untuk semua bagian pekerjaan dari Kontrak ini Test dan Garansi. a. Pada saat penyelesaian pekerjaan, peralatan harus siap untuk ditest, dihadapan Direksi sebelum penyerahannya untuk membuktikan bisa dioperasikan dengan memuaskan. Jika ada bagian dari pekerjaan gagal dioperasikan sesuai ketentuan Direksi, beberapa perubahan harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa sesuai ketentuan Direksi tanpa pembayaran ekstra. b. Pada saat penyerahan pekerjaan, Penyedia Jasa harus melaksanakan pemeliharaan selama jangka waktu masa pemeliharaan untuk semua pekerjaan, meliputi perbaikan dari semua kekurangan dan kerusakan yang mungkin terjadi dalam jangka waktu tersebut tanpa biaya tambahan. Pengecatan a. Bahan-bahan. i. Semua cat harus disediakan dalam keadaan segel pabrik (factory scaled) kaleng/cap pabriknya akan ditentukan oleh Konsultan dan Direksi. ii. Cat yang telah melampui batas kadaluwarsa seperti tertulis pada kalengnya tidak boleh dipakai, dan harus segera disingkirkan dari tempat pekerjaan
61
b.
Pelaksanaan Pengecatan Pekerjaan Baja. Sebelum pengecatan dilaksanakan permukaan harus dibersihkan dan dikerjakan atau dicat sebagai berikut : h. Pengecatan harus dikerjakan dengan mesin, dalam pelaksanaan pengecatan lapis demi lapis sampai dengan ketebalan yang ditentukan dimulai dari cat meni lalu cat anti karat dan terakhir dilapis cat bron untuk bagian atas konstruksi. ii. Yang bersentuhan dengan pekerjaan baja lainnya ketika pemasangan di lapangan, dua lapis cat dasar, kecuali ditentukan lain iii Yang akan bersentuhan dengan beton, aspal, termakadam atau bitumen penahan air, tidak perlu pengerjaan apa-apa atau pengecatan
c.
Pengecetan Daun Pintu/Schot balk (balok sekat). i. Sebelum pengecatan dimulai terlebih dahulu bidang-bidang permukaan yang akan dicat, dibersihkan dari kotoran-kotoran tanah dan lumpur dan sebagainya. ii. Semua bidang permukaan kayu diketam licin. iii. Pengecatan permukaan Daun Pintu / Papan balok sekat dicat 4x kecuali ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi.
Pemeriksaan dan Perakitan Pemeriksaan Bahan & Mutu. Direksi atau pejabat yang bertugas mengadakan pemeriksaan terhadap bahan-bahan, mutu pekerjaan Pabrik, percobaan perakitan di pabrik, harus melakukan pemeriksaanpemeriksaan Pemeriksaan ini meliputi : a. Pemeriksaan baja atau bahan lain yang dipakai untuk memastikan bahwa bahan diatas sesuai dengan standar. Laporan percobaan kimia dan fisika yang dilakukan pemeriksaan terhadap bahan yang dipakai harus ditunjukkan pemeriksaan. b. Memeriksa ukuran c. Memeriksa pekerjaan las dan mengujinya bila diperlukan d. Memeriksa pembersihan dan pengecatan dari pekerjaan baja e. Percobaan perakitan dan menguji hasilnya f. Memeriksa cara pengepakan untuk pengiriman Pengerjaan di Lapangan Penyedia Jasa harus melakukan pekerjaan baja selengkapnya dan menyediakan perancah sementara serta persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Sebelum pelaksanaan dimulai dilapangan Penyedia Jasa harus menyampaikan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan, cara yang diusulkan untuk pelaksanaan pekerjaan baja serta melaksanakan pengaturan dan pencegahan terhadap kecelakaan seperti yang ditunjukkan oleh Konsultan dan Direksi. Permukaan yang Bersentuhan. Kecuali ditentukan lain, jika logam dipasang permanen pada permukaan logam lain permukaan logam yang bersentuhan harus dicat dengan dua lapis cat bitumen, segera sebelum pemasangan. Aluminium tidak boleh dipasang pada beton basah atau pasangan batu, atau dipasang tetap pada beton yang masih muda. Bila perlu untuk menghubungkan aluminium dengan baja atau besi tulang, kedua permukaan harus dipisahkan dengan bahan pemisah yang disetujui tebalnya tidak kurang dari 1,5 mm. Bila aluminium batang atau bangunan baja dipasang dalam pasangan batu, bata atau beton, permukaan yang bersentuhan harus dicat lebih dahulu dan bahan sambungan harus diberi seng.
62
Pemasangan Bagian-bagian. Untuk pemasangan bagian-bagian pekerjaan baja yang tercantum dalam pekerjaan beton atau pasangan batu yang permanen maka bagian-bagian diatas angkur, plat perletakan dan lain-lain harus lebih dahulu dari pada bagian lain. 4.3.
Perhitungan dan Pembayaran : Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yang telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan ( Unit ) Buah. Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, BiayaUmum dan keuntunga
65
VIII.
PEKERJAAN PEMANCANGAN
1.
Lingkup Pekerjaan Pekerjaan pemancangan meliputi penyediaan material tiang pancang dan pemancangan, pekerjaan pancang disini adalah untuk pekerjaan pondasi bangunan. Sebelum pekerjaan pondasi bronjong, pondasi beton maupun pondasi sayap dilaksanakan seperti yang tercantum pada gambar rencana maka terlebih dahulu dilakukan pekerjaan pancang, guna memperkokoh kedudukan bangunan..
2.
Bahan Material Tiang Pancang Dolken Gelam 2.1.
Bahan Material Tiang Pancang Dolken Gelam. Dalam hal penyediaan dolken, Penyedia Jasa harus memberikan contoh kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Tiang pancang dolken gelam, harus berkwalitas baik, dalam keadaan masih segar dengan ukuran diameter antara 8 - 10 Cm, serta panjang 3 m.
2.2.
Pelaksanaan Pemasangan Dolken Gelam Alat untuk pemasangan dolken gelam dipersiapkan oleh Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus membuat gambar methode pelaksanaan pemasangan beserta peralatan dan kapasitasnya. Gambar tersebut diajukan ke Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Tiang pancang dolken gelam dipancangkan/dipasang apabila tiang pancang dalam keadaan baik, tidak cacat yang dapat mengurangi kekokohan pekerjaan. Alat pemancanagan dengan drop hammer kapasitas 125 kg dengan tinggi jatuh minimal 3,00 m, atau dengan alat lain yang disetujui Konsultan dan Direksi. Apabila pemancangan tidak bisa terbenam seluruhnya (belum sesuai dengan gambar rencana) maka drop hamer harus diganti dengan yang lebih berat sehingga kedalaman tiang pancang dapat dipancangkan sesuai dengan gambar rencana. Elevasi top (atas) tiang pancang dolken adalah 15 cm, diatas dasar lantai kerja dan untuk bronjong muncul 50 cm diatas permukaan tanah. Apabila dari hasil pemancangan tersebut diatas menurut Konsultan dan Direksi hasilnya meragukan, misalnya tiang pancang miring, pecah dan sebagainya maka Penyedia Jasa harus mencabut tiang pancang tersebut dan diharuskan melakukan pemancangan ulang. Segala kerugian yang ditimbulkan akibat hal tersebut diatas adalah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
2.3.
Perhitungan dan Pembayaran Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi, yang telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan batang. Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan, “overhead” dan keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.
3.
Pekerjaan Pengadaan Dan Pemancangan Tiang Pancang Beton 3.1.
Bahan Baku Semua bahan baku tiang pancang beton yang terdiri dari semen, pasir, kerikil, besi tulangan mengikuti persyaratan bahan dan material untuk beton. Sebelum membeli / memesan tiang pancang Penyedia Jasa harus memberikan informasi tentang kapasitas produk, proses pembuatan dan pabrikan yang membuat secara tertulis untuk mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi.
66
Ukuran tiang pancang prestress terdiri dari : - Tiang Pancang 40 cm x 1200 ~ 1300 cm dengan kekuatan tiang pancang pada umur 28 hari minimal harus 500 kg/cm2, dengan kekuatan tahanan bending momen minimal 8,91 ton m. sedang tulangan harus mengikuti ketentuan : a. Prestress steel breaking strength 160 kg/cm 2 b. Reinforcement steel bar quality SD – 40
3.2.
-
Tiang Pancang 35 cm x 800 ~ 1000 cm dengan kekuatan tiang pancang pada umur 28 hari minimal harus 500 kg/cm2, dengan kekuatan tahanan bending momen minimal 8,91 ton m. sedang tulangan harus mengikuti ketentuan : a. Prestress steel breaking strength 160 kg/cm 2 b. Reinforcement steel bar quality SD – 40
-
Tiang Pancang □ 40 cm x 40 cm x 1200 cm atau sesuai gambar rencana dengan kekuatan tiang pancang pada umur 28 hari minimal harus 500 Kg/cm 2, dan tulangan harus mengikuti ketentuan : a. Prestress steel breaking strength 160 kg/cm 2 b. Reinforcement steel bar quality SD – 40
Pengangkutan Penyedia Jasa harus sudah mempertimbangkan kekuatan tiang pancang selama pengangkutan dari pabrik ke lokasi pekerjaan. Bila terjadi kerusakan selama pengangkutan yang dapat menyebabkan penurunan kekuatan tiang pancang, Direksi berhak menolak tiang pancang tersebut. Penggunaan jalan masuk ke lokasi pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Kontraktor harus mengambil tindakan-tindakan pengamanan guna mencegah kerusakan pada tiang pancang dan komponenkomponennya mulai saat pengangkatan, pengangkutan, penyimpanan, pemasangan sampai dengan pemancangan. Tiang pancang yang rusak harus diganti baru oleh Kontraktor dengan biaya Kontraktor sendiri.
3.3.
Pada umumnya, tiang pancang dengan panjang maksimum harus dipergunakan. Dalam keadaan tertentu penyambungan ( “splice”) tiang pancang akan diperbolehkan. Metode penyambungan (“splice”) harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti petunjuk Direksi.
3.4.
Pancang beton untuk pintu air yang sederhana terbuat dari tiang pancang beton bertulang presstress segi empat dengan kuat tekan minimum 400 Kg/Cm2 yang mempunyai ukuran 0.20 x 0.20 m, panjang antara 3.00 sampai dengan 4.00 m.
3.5.
Pancang beton untuk pekerjaan penguat ikatan bronjong terbuat dari pancang beton bertulang presstress segi tiga (triangle concrete pile) dengan kuat tekan minimum 225 Kg/Cm2 yang mempunyai ukuran 0.20 x 0.20 x 0.20 m, panjang 3.00 m.
3.6.
Sebelum mendatangkan peralatan pemancangan ke lokasi. Kontraktor harus menyerahkan terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan jenis peralatan dan motode pemancangan yang diusulkan oleh Kontraktor yang akan dipergunakan.
3.7.
3.8.
3.9.
Tiang-tiang pancang harus dipancang dengan pemukul yang digerakkan dengan uap, udara, getaran atau mesin diesel. Bila pemukul dengan diesel atau tipe lain yang memerlukan kalibrasi dipergunakan, maka peralatan tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan peralatan kalibrasi yang benar dan disetujui Direksi. Pemukul yang dipergunakan untuk pemancangan tiang pancang baja harus berbobot tidak boleh kurang dari berat kombinasi dari kepala-pemancang dan tiang pancang. Pemukul tiang pancang, pemukul uap, udara atau diesel yang disetujui Direksi yang menghasilkan cukup tenaga untuk menggerakkan tiang-tiang pancang pada kecepatan penetrasi tidak kurang dari 3.2 mm setiap pukulan. Pada tiap akhir dari pemancangan harus disisakan 1.0 m untuk dikupas dan besi dari tiang pancang harus dimasukkan dalam lantai kontruksi parapet, revetment, sluice way atau pintu air yang akan dibangun. 67
3.10. Kepala dari semua tiang pancang beton bila keadaan pemancangan sedemikian rupa sehingga cenderung akan mengakibatkan rusak yang tidak semestinya harus diberi pelindung tambahan dengan suatu penutup dan bantalan yang sesuai di atas kepala tiang pancang dan disetujui oleh Direksi. 3.11. Untuk semua tipe tiang pancang, kepala tiang, sendi atau peralatan lain yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrik harus disediakan sehingga tiang-tiang pancang dapat dipancang tanpa mengakibatkan kerusakan pada tiang. 3.12. Metode/cara pemancangan tiang pancang tidak boleh berlebihan dan tidak sewajarnya, sehingga mengakibatkan hancur dan rusaknya beton atau perubahan bentuk. Usahausaha yang dilaksanakan pada tiang pancang untuk memaksanya dalam posisi yang benar bila atas pertimbangan Direksi terlalu berlebihan tidak akan diperbolehkan. Tiang pancang yang rusak karena cacat pada saat atau karena kesalahan pemancangan atau dipancang tidak pada lokasi yang benar atau dipancang di bawah elevasi yang diterapkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi, harus diperbaiki atas biaya Kontraktor sendiri dengan salah satu dari metode berikut yang disetujui oleh Direksi untuk tiang pancang yang diragukan : 3.12.1. Tiang pancang harus ditarik kembali dan diganti dengan yang baru dan bila perlu dengan yang lebih panjang 3.12.2.
3.12.3.
3.12.4.
Tiang pancang kedua harus dipancangkan dekat dengan tiang pancang yang rusak . Tiang pancang harus disambung (“splice”) atau dirakit ( “built-up”), bila tidak ditentukan disini atau suatu bagian dari kaki pondasi yang ditambahkan untuk menanam tiang pancang dengan benar. Semua tiang pancang yang terdorong ke atas disebabkan pemasangan tiang pancang didekatkan atau oleh sebab lainnya harus dipancang ke bawah lagi. Tiang pancang akan dianggap rusak bila terdapat retak yang tampak atau retak memanjang sekitar seluruh permukaan tiang pancang atau suatu cacat yang menurut pendapat Direksi mempengaruhi kekuatan atau umur tiang pancang.
3.13. Pencatatan pukulan tiang pancang, jumlah pukulan pemukul ( “hammer ”) pada tiang pancang beton dan kedalaman penetrasi setiap pukulan harus dicatat untuk memastikan daya dukung lapisan tanah. Bila tidak ditentukan oleh Direksi. Kontraktor harus menyediakan alat pancang yang sesuai untuk mencatat tiang pancang beton pada setiap pukulan “hammer ”. Untuk menghitung jumlah pukulan, penghitung digital atau suatu alat lain yang disetujui untuk mencatat harus disediakan. Tempat-tempat yang elastis dan plastis sebagai hasil dari setiap pukulan dapat dicatat dengan mempergunakan penggaris yang lurus dan kuat di atas selembar kertas yang ditaruh di atas tiang pancang dan menggoreskan sebuah pensil sepanjang penggaris pada saat pukulan untuk mencatat pada kertas tempat-tempat, yang elastis dan plastis sebagai hasil pukulan. Berdasarkan pemancangan yang dibuat, Kontraktor harus menghitung daya dukung lapisan tanah, yang dijumpai dan membuat laporan kepada Direksi. Direksi
68
akan memberi petunjuk kepada Kontraktor untuk mengakhiri atau meneruskan pemancangan sampai daya dukung yang dikehendaki tercapai. 3.14. Uji Tiang Pancang (Percobaan Pembebanan) Bila dikehendaki dalam spesifikasi atau diperintahkan oleh Direksi, Kontraktor harus memancang tiang pemancang sepanjang yang ditentukan pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi untuk memastikan jumlah dan panjang dari tiang pancang. Tiang pancang tersebut harus lebih panjang dari pada panjang perkiraan yang didesain untuk menampung adanya variasi di dalam kondisi tanah. Jumlah dari tiang pancang uji harus diputuskan oleh Direksi, tetapi tidak boleh kurang dari satu dan tidak lebih dari tiga untuk setiap pondasi. Beban uji pada tiang pancang akan ditentukan oleh Direksi. Kontraktor tidak boleh mengadakan tiang-tiang pancang tersebut sebelum Direksi menyetujui jumlah dan panjang dari tiang-tiang pancang yang diusulkan berdasar hasil uji tiang pancang oleh Kontraktor 3.15. Penilaian dan pembayaran untuk pengadaan tiang pancang didasarkan atas harga satuan m’ dari tiang pancang yang terpasang (material on site tidak dapat diprogresskan dan dibayarkan), sedang penilaian dan pembayaran untuk pemancangan didasarkan atas harga satuan m ’ dari tiang pancang yang terpancang tersebut. Penilaian tersebut sudah termasuk bahan, pengadaan alat pancang, pemancangan, pemotongan / penyambungan, peralatan bantu, upah tenaga kerja dan sebagainya. 4.
Pekerjaan Pengadaan dan Pemancangan Steel Sheet Pile (SSP) Steel sheet pile (SSP) dipakai tipe FSP-IIA yang mempunyai sertifikat SNI 0052-87-A atau standart lain yang setara yang berlaku dan ditetapkan oleh instansi terkait yang sudah teragreditasi dengan dilampiri spesifikasi dari pabrik yang mengeluarkan untuk mendapat persetujuan dari Direksi. SSP yang digunakan harus baru, tidak boleh bengkok, cacat atau rusak dan mempunyai ukuran yang seragam. Pemancangan dilaksanakan dengan alat pancang mekanik (vibro hammer atau pile hammer) dengan beban tertentu yang disetujui oleh Direksi. Penilaian dan pembayaran pekerjaan pengadaan SSP didasarkan atas satuan m2 yang terpasang (material on site tidak dapat diprogresskan dan dibayarkan), sedang pemancangan SSP dibayarkan atas dasar m2 dari SSP yang tertanam. Penilaian tersebut sudah termasuk bahan, pengadaan alat pancang, pemancangan, pemotongan / penyambungan, peralatan bantu, upah tenaga kerja dan sebagainya.
5.
Pekerjaan Pengadaan Dan Pemancangan Flate Concrete Sheet Pile (FCSP), dan Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP) FCSP yang dipakai tipe flat dengan ukuran lebar 0.50 m, tebal 0.32 m, Mcr 10.91 Tm dan panjang sesuai dengan bill of quantity, sedangkan CCSP yang digunakan adalah type W 450 A 1000, Mcr 30.40 Tm, terbuat dari beton bertulang presstress yang mempunyai kuat tekan beton 700 kg/cm2 yang mendapat persetujuan dari Direksi. FCSP dan CCSP yang digunakan harus baru, tidak boleh bengkok, cacat atau rusak dan mempunyai ukuran yang seragam. Pemancangan dilaksanakan dengan alat pancang mekanik (vibro hammer atau pile hammer) dengan beban tertentu yang disetujui oleh Direksi. Penilaian dan pembayaran pekerjaan pengadaan FCSP dan CCSP didasarkan atas satuan m2 yang terpasang (material on site tidak dapat diprogresskan dan dibayarkan) sedang pemancangan FCSP dan CCSP dibayarkan atas dasar m2 dari FCSP dan CCSP yang tertanam. Penilaian tersebut sudah termasuk bahan, pengadaan alat pancang, pemancangan, pemotongan / penyambungan, peralatan bantu, upah tenaga kerja dan sebagainya.
66
VIII. PEKERJAAN LAIN-LAIN 1.
Ruang Lingkup Pedoman Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan pekerjaan lain-lain. Pedoman ini mencakup pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan, pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
2.
Acuan Normatif Standar Nasional Indonesia (SNI)
3.
Pelaksanaan Pekerjaan 3.1.
3.2.
Pengadaan dan Pemasangan Rubber Joint t = 1 cm a.
Ketentuan Umum Pekerjaan sekat elastis joint dipasang atau diisikan didalam sambungan antara joint pasangan batu / beton sepanjang sesuai dengan yang tertera pada gambar rencana. Rubber joint berbentuk dan berdimensi serta tebal sesuai dengan yang tertera pada gambar rencana serta terbuat dari bahan karet yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Tegangan putus lebih dari 20 kg/cm2 JIS K 6301 (tensile strength) Batas ulur lebih dari 100 % (ultimate Elongation) Kekerasan (Hardnees) lebih dari 50 Hs JIS K6301-52 Absorsi Air (Water Absorption) kurang dari 0,5 % JIS A9511 Pemulihan (Recovery) lebih dari 90 % ASTM D544-48 Padat Nyata (Apparent Density) lebih dari 0,3 g/cm3
b.
Perhitungan dan Pembayaran Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi, yang telah disetujui oleh Direksi, dan diperhitungkan dalam 2 satuan m yang telah terpasang. Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan, “overhead” dan keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.
Pengadaan dan Pemasangan Pengaman Tangkis (Turap Bambu) a.
Persyaratan Bahan / Material Untuk melindungi timbunan hasil galian maka perlu pengamanan tangkis dengan turap bambu dikerjakan/diadakan sebagaimana tertera pada gambar atau sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bambu yang digunakan minimal diameter 10 cm sedangkan gedek dari bambu anyaman menjadi kesatuan yang rapat dan unytuk kawat harus menggunakan dengan diameter 3 mm.
b.
Metoda Kerja Pekerjaan pengadaan dan pemasangan pengaman tangkis (turap bambu) terdiri dari pekerjaan pengadaan, pengangkutan, persiapan, pemotongan dan menata bambu dan gedek sedemikian rupa sesuai dengan gambar pelaksanaan atau sesuai perintah direksi sehingga timbunan tanah dari hasil galian tanah dapat ditata sesuai dengan gambar konstruksi dan konstruksi dapat menahan hasil galian dengan kuat.
c.
Perhitungan dan Pembayaran. Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi, yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan 2 diperhitungkan dalam satuan (unit) m yang telah dipasang
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan, “overhead” dan keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan. 3.3.
3.4.
Turap Bambu a.
Persyaratan Bahan / Material Untuk memperkuat konstruksi maka perlu perkuatan dengan turap bambu dikerjakan/diadakan sebagaimana tertera pada gambar atau sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b.
Metoda Kerja Pekerjaan pengadaan dan pemasangan turap bambu terdiri dari pekerjaan pengadaan, pengangkutan, persiapan, pemotongan dan menata bambu sedemikian rupa sesuai dengan gambar pelaksanaan atau sesuai perintah direksi sehingga hasil konstruksi sesuai dengan yang disyaratkan.
c.
Perhitungan dan Pembayaran. Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi, yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan buah yang telah dipasang Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan, “overhead” dan keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.
Pekerjaan Non woven geotextile 3.4.1. Kontraktor harus menyerahkan dulu contoh, type dan jenis geotextile yang akan dipasang untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi maupun pengawas mutu. Jenis Non Woven Geotextile yang digunakan dengan berat 150 gram/m2, dengan tebal 1.5 mm, kekuatan tarik strip 11.5 kN/m. 3.4.2. Pekerjaan lapisan non woven geotextile dilaksanakan pada revetment brojong sesuai gambar rencana. Sebelum geotextile dipasang, maka Kontraktor harus menyerahkan dulu contoh, type dan jenis geotextile yang akan dipasang untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi. 3.4.3. Penilaian dan pembayaran untuk pekerjaan geotextile tersebut berdasarkan harga satuan m2 sudah termasuk ongkos tenaga, bahan, peralatan dan sebagainya.
3.5.
Pekerjaan rubber joint filler 3.5.1. Sebelum pemasangan rubber joint filler dilaksanakan, Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan yang akan digunakan, disertai dengan sertifikat pengujian, spesifikasi dari pabrik dan cara-cara pemasangan yang diperlukan / diinginkan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi maupun pengawas mutu. Rubber joint filler yang dipakai dengan tebal 10 mm atau seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana 3.5.2. Untuk pekerjaan parapet dan revetment beton maupun pasangan batu setiap 10 m’ (sesuai gambar rencana), harus diberi deletasi dari rubber joint filler selebar pasangan tersebut. 3.5.3. Untuk pekerjaan parapet setiap panjang 10 m’ (sesuai gambar rencana), harus diberi PVC water stop. 3.5.4. Penilaian pembayaran pekerjaan rubber joint filler tersebut berdasarkan atas satuan m2, sedang untuk PVC water stop atas dasar satuan m ’
3.6.
Pekerjaan Penahan air PVC Water Stop 3.6.1. Penahan air yang akan dipakai harus mempunyai karakteristik fisik sesuai syaratsyarat dalam standar ASTM, Flexible Polyvinyl Chloride (PVC) Water Stop atau bahan yang setara yang disetujui oleh Direksi maupun pengawas mutu. 3.6.2. Sebelum pemasangan Penahan Air PVC Water Stop dilaksanakan, Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan yang akan digunakan, disertai dengan sertifikat 68
pengujian, spesifikasi dari pabrik dan cara-cara pemasangan yang diperlukan / diinginkan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi. 3.6.3. PVC Water Stop harus mempunyai daya elongasi sampai 350 % dan mempunyai daya tarik mencapai 160 kg/cm2, lebar PVC Water Stop 240 mm dan tebal 4 mm 3.6.4. Penyambungan penahan air harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi pabrik dan sesuai instruksi Direksi. Penyambungan khusus untuk menyatukan keping- kepingan penahan air digunakan di semua pertemuan penahan air. 3.6.5. Untuk pekerjaan parapet setiap panjang 10 m ’ (sesuai gambar rencana), harus diberi PVC water stop. 3.6.6. Penilaian pembayaran pekerjaan untuk PVC water stop atas dasar satuan m ’ 3.7.
Pembuatan dan pemasangan batang dowel 3.7.1. Kontraktor harus menyediakan, memotong dan memasang semua batangbatang dowel seperti yang ditunjukkan didalam Gambar. Batang dowel harus dari baja bulat polos dengan diameter 19 mm buatan pabrik yang disetujui oleh Direksi. 3.7.2. Semua batang dowel ketika dipasang harus betul-betul lurus, bebas dari kotoran. 3.7.3.
3.8.
Pekerjaan gorong-gorong 3.8.1. Pekerjaan pemasangan gorong-gorong harus dilaksanakan dengan baik dan benar dengan ukuran sesuai gambar bestek. Penyambungan goronggorong harus betul-betul kuat dan dipastikan tidak akan bergeser serta diberi pasangan batu pada tempat penyambungan tersebut sesuai gambar bestek 3.8.2.
3.9.
Penilaian pembayaran pekerjaan pembuatan dan pemasangan batang dowel tersebut berdasarkan atas harga satuan buah, sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan dan sebagainya.
Penilaian dan pembayaran pekerjaan gorong-gorong dibuat berdasarkan harga satuan m’
Pekerjaan bongkaran pasangan batu, beton dan bronjong Pekerjaan ini mencakup pembongkaran pasangan batu revetment atau linning tanggul atau jalan/jembatan atau parapet atau bronjong yang ada yang harus dibongkar sesuai dalam gambar rencana. Semua material-material yang didapat dari pembongkaran akan menjadi milik employer. Pembongkaran pasangan harus sangat hati-hati sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada bagian lain yang tidak dibongkar. Hasil bongkaran harus disimpan oleh Kontraktor ditempat yang ditentukan oleh Direksi. Penilaian pembayaran dari seluruh pembongkaran pasangan batu akan dilakukan atas dasar harga satuan m3 dari volume material yang dibongkar hingga batas-batas dan ketinggian seperti yang tercantum didalam gambar. Harga satuan pekerjaan tersebut harus sudah mencakup semua biaya tenaga kerja, perkakas dan peralatan dan semua biaya lainnya yang mungkin perlu untuk kompensasi pekerjaan tersebut.
3.10. Pekerjaan kayu untuk stop log Kayu yang dipakai untuk stop log adalah kayu jati yang mempunyai kualitas baik dan ukuran seragam, tidak cacat oleh mata kayu dan harus diserut halus. Ukuran kayu stop log lebar 0.20 m, tebal 0.10 m, panjang menyesuaikan dari lebar doorlat atau sesuai gambar rencana. Sebelum stop log digunakan, harus dicoba terlebih dahulu dan dipastikan stop log berfungsi dengan baik dan dalam kedudukan
rapat. Penilaian dan pembayaran untuk pekerjaan stop log ini didasarkan atas dasar m3
rapat. Penilaian dan pembayaran untuk pekerjaan stop log ini didasarkan atas dasar m3 yang terpasang. Penilaian tersebut sudah termasuk bahan, upah, peralatan, tenaga dan sebagainya. 3.11. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan angkur dengan besi dia. 29 mm, L = 12.00 m Untuk pekerjaan turap baja diperlukan penguat dari angkur besi diameter 29 mm, panjang 12.00 m yang dihubungkan antara concrete pile beton dengan turap baja. Agar besi angkur penguat tidak mengalami korosi, maka harus dilindungi/dibungkus
dengan PVC diameter 1 1/4”. Jarak angkur antara yang satu dengan yang lainnya adalah 2.50 m. Angkur harus diregangkan/ditarik sedemikian rupa sehingga kedudukan angkur betul-betul lurus dan kuat. Penilaian dan pembayaran untuk pekerjaan ini didasarkan atas dasar batang yang terpasang. Penilaian tersebut sudah termasuk bahan-bahan lain sebagai penunjang (klem, baut, penyambungan, pengelasan dan lain-lain), upah, peralatan, tenaga dan sebagainya. 3.12 Pekerjaan Beton Slab Pra Cetak (Pabrikasi) 1.
Bahan Semua persyaratan bahan yang terdiri dari semen, bahan batuan, pasir, air, zat tambahan, tulangan dan cara penyimpanan bahan bangunan sama yang dipersyaratkan dan memenuhi standar nasional Indonesia NI – B dan NI-2.
2.
Kelas dan Mutu Kelas dan mutu dari bahan beton harus sesuai dengan standart beton Indonesia NI-2 PBI 1971, dengan table sebagai berikut :
Mutu
Bk KG/ CM2
Bm S = 46 KG/ CM2
K.175
175
250
No
Kategori Dari Bangunan (Tujuan) Strukturil
Pengawasan Terhadap Kwalitas Agregat Pengujian mendetail dengan analisa ayakan
Kekuatan Tekanan Pengujian akan diadakan
Kekuatan tekan beton karakteristik ialah kekuatan tekan, dimana dari sejum k = lah besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. b
= Kekuatan tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji (kg/cm²)
bm = Kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2) Menurut Rumus : N b bm = -----1
N
N = Jumlah seluruh nilai hasil pemeriksa atau jumlah seluruh benda uji yang diperiksa yang harus diambil minimum 20 buah. s
= deviasi standar (kg/cm2)
s
k
=
1
b
1
N
bm
2
1
bm – 1,64 s
=
k
bm – 1,64 s
Jika tidak ditentukan lain, yang diartikan dengan kekuatan tekan beton senantiasa ialah kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang bersisi 15 (+0,06) cm pada umur 28 hari. 3.
Komposisi/campuran beton Beton mutu K.175, campuran minimal semen Portland, pasir dan kerikil (batu pecah) dengan komposisi perbandingan volume trial mix design, banyaknya semen untuk 1 m³ harus tidak kurang dari 371 kg atau sesuai hasil trial mix design. Adapun dimensi beton precast K-175 yang dipersyarat kan yaitu 80 x 40 x 8 cm
4.
Cetakan (Begisting) Cetakan beton slab dibuat dengan sitem knok down, sehingga mudah untuk dilepas dan menggunakan plat besi yang berkualitas baik. Tanah terlebih dahulu diratakan lalu ditaburi dengan pasir urug dan diberi balance dari papan (Kayu/Triplex) kemudian ditumpuk keatas dan selanjutnya diberi spasi kertas bekas bungkus semen/papan kayu/triplek (Lihat seperti gambar) Cara mengerjakan bekisting sesuai point C.12.
-
Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki pada bagian jalan air. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari kayu ataupun dari logam dan harus di dalam segala hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang tetap pada tempat dan bentuknya selama pembebanan dan berlangsungnya pekerjaan vibrasi pemadatan beton.
-
Harus diupayakan pada pembuatan cetakan untuk menguatkan pinggiran batas dan ujung lainnya dalam arah yang tepat untuk menghindari terbentuknya pelengkungan-pelengkungan, sisi pinggiran tersebut atau kerusakan-kerusakan permukaan beton yang telah diselesaikan.
-
Semua cetakan yang dibangun harus teguh, alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai harus tersedia. Sebelum beton dicor, semua material untuk mempermudah melepaskan cetakan harus dipakai hanya setelah disetujui oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan Penggunaan minyak cetakan harus berhati-hati agar tidak kontak dengan besi beton yang mengakibatkan kurang daya lekat.
-
Semua cetakan harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga dicegah pengembangan atau lain gerakan selama penuangan beton. Mereka dapat dicegah selama pengecoran beton pada pilar-pilar beton (Concrete Piers), kaki-kaki logam (Metal Pedestral) atau dengan cara-cara lain yang disetujui. Penyangga cetakan (Perancah) harus bersandar pada fondasi yang baik sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.
5.
Besi Tulangan Besi yang digunakan memenuhi SNI, tidak berkarat dan ukuran sesuai gambar yang disetujui Direksi Pekerjaan dan Konsultan Supervisi.
6.
Pemadatan Beton
6.
Pemadatan Beton a. Beton harus dipadatkan terlebih dahulu dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan Konsultan Supervisi. b. Apabila diperlukan dilengkapi dengan pemampatan adukan beton.
7.
Penyelesaian dan Perawatan Beton a. Tidak ada acuan /cetakan yang boleh dibongkar sebelum beton telah cukup kaku dan mengeras telah meraih kekuatan yang cukup untuk berdiri sendiri harus diperoleh dari direksi teknik sebelum pembongkaran berlangsung b. Jangka waktu m inimum yang diperlukan antara pengecoran dan pembongkaran diberikan waktu minimum 2 hari. c. Permukaan jadi atau selesai kecuali diperkenankan lain permukaan beton harus diselesaikan segera setelah pembongkaran cetakan, seluruh sarana penunjang dari kayu atau logam dan lidah-lidah tonjolan dari adukan harus di bersihkan, permukaan yang tidak sempurna harus disempurnakan dan kelihatan bagus sehingga disetujui oleh direksi teknis, apabila ada ronggarongga besar Nampak keluar beton harus disambung kembali sampai bahan yang keras dibasahi dengan air dan dilapisi dengan lapisan adonan semen tipis, adukan beton terdiri dari 1 bagian semen dan 2 bagian pasir harus dilapiskan kemudian sampai bentuk permukaan yang diperlukan. d. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi terhadap hujan lebat, panas matahari atau setiap kerusakan fisik yang dapat menggeser beton tersebut. Untuk menjamin pengerasan dan hidrasi beton harus dirawat dengan menutup dengan pasir basah, anyaman atau selimut perawatan yang harus direndam dengan air untuk satujangka waktu paling sedikit 3 hari dan kemudian dirawat dalam keadaan lembab untuk 4 hari berikutnya. Cetakan yang terpasang harus juga dijaga tetap basah.
8.
Komposisi / Campuran Beton 8.1.
Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir kerikil/batu pecah air seperti yang ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada ketentuan yang baik/tepat.
8.2.
Pada pekerjaan ini yang digunakan adalah beton K175. Untuk beton mutu K 175 dan mutu-mutu lainnya yang lebih tinggi harus dipakai “campuran yang direncanakan” (designed mix ). Banyaknya semen untuk tiap m3 beton paling tidak harus K 325 kg.
8.3.
Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II derajat K 125 dan untuk kelas III derajat K 175 beton berada dalam batas yang ditentukan dalam NI-2-1971 klausul 3.4. dan Penyedia Jasa harus memperoleh derajat yang patut apabila diminta oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan agar diperoleh derajat yang sepatutnya.
8.4.
Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton-beton yang dipakai untuk berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan. Demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan kekuatan yang dikehendaki dengan tidak memakai semen terlalu banyak. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh melampaui 0.55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0.60 (dari beratnya) untuk kelas-kelas lainnya. Pengujian dari beton akan dilakukan oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan. Perbandingan-perbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan atau penghematan yang dikehendaki, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Penyedia Jasa tidak berhak atas penambahan kompensasi disebabkan perubahan yang demikian.
9.
Perlengkapan Mengaduk
9.
Perlengkapan Mengaduk Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masingmasing bahan pembentukan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan.
10. M e n g a d u k 10.1. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu “Concrete Mixer” selama sedikitnya 1½ menit sesu dah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1.5 m3. Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan ketentuan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dari adukan ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi. Dalam pekerjaan mencampur adukan beton, air harus dituangkan lebih dahulu. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan. 10.2. Penyampuran dengan pencampuran tangan diperkenankan apabila pada lokasi-lokasi tertentu sebuah Portable Mixer tak mungkin dipergunakan menurut pandangan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan Untuk mempermudah pencampuran ini, Penyedia Jasa akan membuat beton 2 masif dengan ketebalan tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm , dibatasi dengan parapet setinggi 10 cm. Semua kondisi hand-mixing adalah sama. 11. Pengecoran 11.1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan beton, pemasangan instalasi yang harus ditanam, penyekangan dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan dengan pengecoran yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan telah siap. 11.2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan pada tempat pengecoran beton, lantai kerja harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan-permukaan dengan bahan-bahan yang menyerap dengan rata hingga kelembaban (air) dari beton yang baru dicor tidak akan diserap. 11.3. Permukaan Construction Joints harus bersih dan lembab ketika ditutup dengan beton baru atau adukan. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, beton-beton yang mengelupas atau rusak, bahan-bahan asing yang menutupinya. Permukaanpermukaan Construction Joints harus dibersihkan dengan cara-cara yang disetujui dan kemudian dicuci seluruhnya dengan penyemprotan air dengan tekanan udara segera sebelum pengecoran beton baru. Pembersihan dan pencucian harus dilaksanakan pada kesempatan terakhir dari pengecoran beton. Semua genangan-genangan air harus dibuang dari permukaan Construction Joints sebelum beton baru dicor. 11.4. Semua Construction Joints atau expansion joints seperti ditunjukkan pada gambar harus dibersihkan seluruhnya dari kelebihan-kelebihan beton atau
material dengan menggaruk atau cara lain yang disetujui Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan
material dengan menggaruk atau cara lain yang disetujui Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan 11.5. Alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump. 11.6. Beton dicor dilaksanakan pada waktu Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan serta Pelaksana Penyedia Jasa yang setaraf ada di tempat kerja. Setelah permukaan disiapkan dengan baik, permukaan Construction Joints yang akan dicor harus dilapisi dengan penutup yang terbuat dari adukan semen (air semen) atau ditutup dengan lapisan spesi/mortel. Adukan harus dihamparkan merata dan harus rata juga pada permukaan yang tidak beraturan. Beton harus segera dicor saat adukan yang masih baru (fresh). Dalam pengecoran beton pada Construction Joints yang telah dibentuk, penjagaan khusus harus dijalankan untuk menjamin agar beton yang baru menjadi rapat betul dengan permukaan joints (sambungan) . 11.7. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak diperkenankan. Beton yang sudah mengeras dalam hal mana pengecoran yang tepat untuk dituang/dicor harus diusahakan agar pengangkutannya ke tempat posisi terakhir sependek mungkin. Sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya. 11.8. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan ( joints), semua penuangan beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan-lapisan 50 cm tidak dapat memenui spesifikasi-spesifikasi ini. Semua pertemuan/sambungan dan hubungan konstruksi dengan permukaan beton, harus dibuat menerus dan rata atau tegak jika tidak ditentukan di dalam kontrak, jumlah dan lokasi dari hubungan konstruksi harus dimintakan persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan 11.9. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama karena akan menyebabkan spesi/mortel terpisah dari agregat kasar. 11.10. Ember-ember beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat pada slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran. Mekanisme 3 pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,035 m sekali tuang. Ember beton harus mudah untuk diangkat/diletakkan dengan alat-alat lainnya dimana diperlukan, terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas. 11.11. Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada ketentuan lain dari yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan 11.12. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan tertentu, sehingga ia bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan-permukaan dari cetakan dan material yang diletakkan.
12. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan 12.1. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuang, permukaan beton harus diperiksa dengan hati-hati. Permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan
12.2. Umumnya diperlukan waktu minimum 28 (dua puluh delapan) hari sebelum cetakan dibuka agar beton mengeras dengan sempurna.
12.2. Umumnya diperlukan waktu minimum 28 (dua puluh delapan) hari sebelum cetakan dibuka agar beton mengeras dengan sempurna. 13. Perawatan (Curing ) 13.1. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan disini. Direksi / Pengawas Pekerjaan berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan. 13.2. Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera sesudah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau dengan pipa-pipa berlubang-lubang, penyiram mekanis atau cara-cara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud spesifikasi-spesifikasi air untuk campuran beton. 14. Perlindungan ( Protection) Penyedia Jasa harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan Permukaan beton yang terbuka kecuali permukaan-permukaan yang tertutup oleh white pigmentod sealing compound , harus dilindungi terhadap sinar-sinar matahari yang langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu harus dibuat effective dan dapat dilaksanakan sesudah pengecoran beton tanpa cetakan atau sesudah pembukaan cetakan-cetakan. 15. Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan Penyempurnaan-penyempurnaan beton harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan Permukaan-permukaan beton akan diuji/dites oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan. Diperlukan untuk menentukan apakah ketidak teraturan permukaan berada dalam batas-batas yang ditentukan. Ketidak teraturan digolongkan sebagai sekonyong-konyong (abrupt ) atau lambat laun (gradual ). Offiset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan cetakan yang salah dan membentuk garis-garis, juga disebabkan mata kayu lepas pada cetakan atau kerusakan lain dari kayu, akan dianggap sebagai ketidak teraturan yang sekonyong-konyong (abrupt ) dan akan diuji dengan menggunakan pengukuran langsung. Semua ketidak teraturan lainnya dapat dianggap sebagai ketidak teraturan yang gradual dan akan diperiksa dengan mempergunakan template, terdiri dari alat dengan pinggiran yang lurus atau melengkung untuk permukaan yang melengkung. Panjang template tersebut harus 1,5 m untuk pengujian permukaan hasil cetakan dan 3 m untuk permukaan yang tidak pakai cetakan. Sebelum menerima pekerjaannya, Penyedia Jasa harus membersihkan semua permukaan yang terbuka dari kerak-kerak dan karat yang tidak nampak kecuali bila ditentukan secara lain. Bila tidak ditentukan secara lain tingkat-tingkat penyelesaian untuk permukaan yang tidak bercetakan adalah sebagai berikut : a.
Permukaan yang tidak bercetakan yang akan ditutup dengan urugan (backfill) atau dengan beton harus diselesaikan dengan meratakannya secara memuaskan dan penambalan untuk menghasilkan permukaan yang sama.
b.
Penyelesaian dengan sendok baja yang keras (hard steel trowel) harus dipakai terhadap permukaan yang tidak bercetakan yang terbuka atau mudah terkena air yang mengalir, kecuali permukaan dek jembatan yang akan menjadi jalan lalu lintas orang-orang berjalan kaki atau kendaraan harus
diselesaikan dengan memakai tangan atau perlengkapan yang digerakkan dengan mesin.
diselesaikan dengan memakai tangan atau perlengkapan yang digerakkan dengan mesin. Peralatan dan troweling harus dimulai segera sesudah permukaan yang diratakan telah cukup keras menghasilkan permukaan yang bebas dari bekas-bekas plesteran dan harus sama dalam susunannya. Ketidakrataan pada permukaan, diukur menurut pasal 3.17.1 tidak diperkenankan lebih dari 6 mm untuk ketidakrataan yang gradul dan bekas-bekas pahatan atau ketidakrataan yang sekonyong-konyong. 16. Perbaikan Permukaan Beton 16.1. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak menurut gambar atau ternyata ada permukaan yang rusak atau keluar dari garis sesuai dengan spesifikasi ini, harus dibuang dan diganti oleh Penyedia Jasa atas bebannya sendiri kecuali bila Direksi / Pengawas Pekerjaan memberikan izinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut. 16.2. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lubang-lubang karena keropos, lubang-lubang baut, ketidak rataan oleh pengaruh sambungansambungan cetakan dan bergeraknya cetakan. Ketidak rataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahat atau dengan alat lain dan seterusnya digosok dengan batu gurinda. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum di cor , dan seterusnya disempurnakan. 16.3. Jika menurut pendapat Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/ Pengawas Pekerjaan hal-hal yang tidak sempurna pada bagian bangunanbangunan yang akan terlihat , sehingga dengan penambahan saja tidak akan menghasilkan sebuah dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Penyedia Jasa diwajibkan untuk menutupi saluran dinding (dengan spesi plester) demikian juga dinding yang berbatasan (yang bersambungan), sesuai dengan instruksi dari Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan 16.4. Cacat lubang-lubang baut angker dan tempat cukilan dari sarang kerikil yang akan diperbaiki, harus diisi dengan spesi/mortel tambalan yang kering yang disusun dari satu bagian semen portland dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan pengisi yang susut, yang disetujui oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan, Bahan-bahan spesi dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan tangan tidak akan mengeluarkan air. Spesi penambal harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu dipadatkan dengan alat yang cocok. Ketelitian diharapkan pada pengisian baut-baut angker dan lubang-lubang pipa hingga seluruhnya dapat diisi penuh dengan spesi yang padat. 17. Pengujian Beton 17.1. Penyedia Jasa harus melakukan tes beton sesuai prosedure yang disyaratkan oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan 17.2. Bila pengecoran beton untuk bangunan permanen, Penyedia Jasa harus melaksanakan “Slump Test ” pada waktu mulai menuangkan beton. Slump Test harus dilaksanakan sesuai dengan prosedure standar. Kecuali diperintahkan lain, untuk pengecoran dengan sistem talang/chute slump harus lebih dari 50 mm dan tidak boleh lebih dari 100 mm. Sedang untuk pengecoran dengan concrete pump slump tidak boleh lebih dari 120 mm. 17.3. Percobaan beton, dari bahan batu yang diatur pada Sub Bab C Bagian I pasal 2 dan kandungan air harus dilakukan sesuai prosedure standar dan pada persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas
Pekerjaan Khususnya kubus beton yang dibentuk dalam cetakan tidak kurang dari 150 mm kubus. Paling sedikit 6 kubus dibuat dari masing-masing
Pekerjaan Khususnya kubus beton yang dibentuk dalam cetakan tidak kurang dari 150 mm kubus. Paling sedikit 6 kubus dibuat dari masing-masing pengecoran untuk diuji, 3 kubus diuji sesudah 7 hari dan 3 kubus sesudah 21 hari. a.
Penyedia jasa harus melaksanakan mix design sebelum memulai pelksanaan pekerjaan pengecoran, untuk mengetahui komposisi campuran sesuai beton karakteristik yang ditentukan.
b.
Dalam pelaksanaan pengecoran setiap volume 3 m³ harus diambil sempel beton minimal satu benda uji (kubus/ silinder).
17.4. Penyedia Jasa harus membuat catatan-catatan untuk tiap pengujian, yang memberikan keterangan secukupnya. Penyedia Jasa harus membuat catatan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi / Pengawas Pekerjaan dalam rangkap tiga, dan menyerahkan kepada Direksi / Pengawas Pekerjaan tidak lebih dari 3 hari sesudah tiap percobaan selesai dilaksanakan. 17.5. Pengujian test beton dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi, sesuai pengarahan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi Pekerjaan. 18. Mengawasi dan Mencampur Bahan 18.1. Penyedia Jasa harus membuat secara akurat perbandingan dari beton berdasar ukuran volume. 18.2. Air harus ditambah pada bahan batuan, pasir dan semen di dalam mesin pengaduk mekanis, banyaknya harus menurut jumlah paling kecil yang diperlukan untuk memperoleh pemadatan penuh. Alat pengukur air harus dapat menunjukkan secara akurat volume yang diminta. Dan kemudian bahan-bahan beton harus benar-benar tercampur. 18.3. Beton pencampur hanya boleh digunakan dengan mendapat persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan lebih dahulu. Apabila pencampuran beton diijinkan dilakukan oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi / Pengawas Pekerjaan dengan tangan, maka semen, bahan batuan dan pasir harus dicampur di atas lantai kayu yang rapat. 18.4. Bahan-bahan harus dibalikkan paling sedikit dua kali dalam keadaan yang kering, dan paling sedikit tiga kali sesudah air telah dicampurkan, sampai campuran beton mencapai warna dan kekentalan yang sama. Penyedia Jasa harus merencanakan tempat dari alat pencampur dan tempat bahan-bahan untuk memberi ruang kerja yang cukup. Rencana ini harus diserahkan untuk mendapat persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan, sebelum alat pencampur dan bahan-bahan diletakkan. 19. Mengangkat, Menempatkan dan Memadatkan Beton 19.1. Beton harus dibawa sedemikian rupa sehingga sampai di tempat penuangan, ia masih masih mempunyai mutu yang ditentukan dan kekentalan yang dibenarkan, tak ada terjadi penambahan atau pengurangan apapun sejak ia meninggalkan tempat adukan. 19.2. Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan atas pengaturan yang diusulkannya, sebelum pekerjaan pembetonan dimulai. 19.3. Beton tidak diijinkan untuk dijatuhkan atau digelincirkan secara tak terkendalikan dari ketinggian lebih dari 1,5 m tanpa harus diaduk lagi. Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai ke tempat sambungan cor yang disediakan sebelum permulaan pembetonan. 19.4. Penyedia Jasa harus memperhatikan pemadatan dari beton sebagai pekerjaan yang besar dan penting dengan tujuan untuk menghasilkan beton rapat air dengan kepadatan terbesar. Pemadatan harus dibantu dengan mengakibatkan bergeraknya tulangan dan acuan. Jumlah dan jenis alat getar
yang tersedia untuk dipakai pada setiap masa pembetonan, harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas
yang tersedia untuk dipakai pada setiap masa pembetonan, harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan. 20. Sambungan Men”cor” Beton 20.1. Penjelasan dan kedudukan dari tempat sambungan-sambungan cor harus diserahkan kepada Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/ Pengawas Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan pekerjaan berlangsung. 20.2. Tempat sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pengaruh dari penyusutan dan suhu sangat dapat diperkecil. Pekerjaan beton yang memanjang atau meluas dan jika menurut pendapat Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan mungkin dilaksanakan, maka Penyedia Jasa harus mengatur rencana pelaksanaan sedemikian rupa, sehingga beton sudah mempunyai umur 4 minggu sebelum beton baru diletakkan terhadapnya. 20.3. Sambungan cor harus rapat air, dan harus dibentuk dalam garis-garis lurus dengan acuan yang kaku tegak lurus pada garis tegangan pokok dan sejauh mungkin dapat dilaksanakan pada tempat gaya lintang yang terkecil. Itu harus disetujui oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan. Sebelum beton yang baru dicor disamping beton sudah mengeras, beton yang lama harus dibersihkan dari batuan-batuan di atas seluruh penampangnya dan meninggalkan permukaan kasar tak teratur serta bebas dari buih semen. 20.4. Ukuran vertikal dari beton yang dituangkan pada saat hari Pelaksanaan harus tidak lebih dari 1,5 m dan ukuran mendatang harus tidak lebih dari 7 m tanpa mendapat persetujuan lebih dahulu dari Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan 21. Daftar Bengkokan Tulangan Baja 21.1. Penyedia Jasa harus menentukan sendiri dari penjelasan yang diberikan dalam gambar-gambar dan spesifikasi, kebutuhan-kebutuhan akan tulangan baja yang tepat untuk dipakai dalam pekerjaan. Daftar bengkokan yang mungkin diberikan oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan kepada Penyedia Jasa ketelitiannya harus dicek sendiri oleh Penyedia Jasa. 21.2. Tulangan baja harus dipotong dari batang-batang yang lurus, yang bebas dari belitan dan bengkokan atau kerusakan lainnya dan dibengkokkan dalam keadaan dingin oleh tukang yang berpengalaman. Batang-batang dengan garis tengah 20 mm atau lebih harus dibengkokkan di mesin pembengkokan yang direncanakan untuk itu dan disetujui oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan Ukuran pembengkokan harus sesuai dengan Pasal 8 Standar Nasional Indonesia NI2 kecuali jika ditentukan atau diperintahkan lain oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan Bentuk-bentuk tulangan baja harus dipotong sesuai dengan gambar, tidak boleh menyambung tulangan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan 22. Pemasangan Penyedia Jasa harus menempatkan dan memasang tulangan baja dengan tepat pada tempat kedudukan yang ditunjukkan dalam gambar-gambar dan harus ada jaminan bahwa tulangan itu akan tetap pada kedudukan itu pada waktu pengecoran beton. Pengelasan tempel harus ada persetujuan Direksi / Pengawas Pekerjaan lebih dahulu untuk diijinkan memasang dengan tepat. Pada pengelasan lainnya, pengokoh, ganjal dan tali pengikat harus atas persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan Ganjal harus dibuat dari beton yang
dicor. Ganjal dari besi, jepit dan kawat pengikat harus berkwalitas sama dengan bahan tulangan beton dan tebal selimut harus dibuat sesuai dengan spesifikasi.
dicor. Ganjal dari besi, jepit dan kawat pengikat harus berkwalitas sama dengan bahan tulangan beton dan tebal selimut harus dibuat sesuai dengan spesifikasi. 3.13
Perkerasan Aspal 1.
Lapis Resap Pengikat Dan Lapis Perekat a. Uraian Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan yang bukan beraspal (misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan yang beraspal (seperti Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll). b.
Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) : Pd S-02-1995-03 (AASHTO M82 - 75) Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208 - 87)
:
Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang
:
Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik
: : :
Penetration Graded Asphalt Cement Emulsified Asphalt Viscosity Graded Asphalt Cement
:
Industrial Tachometers
AASHTO : AASHTO M20 - 70 AASHTO M140 - 88 AASHTO M226 - 80 Brirish Standards : BS 3403 c.
Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
d.
Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan aspal. Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi ketentuan. Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal yang dapat ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga (porous). Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak boleh ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus yang cukup tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau. Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
e.
Bahan 1). Bahan Lapis Resap Pegikat Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini: i) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting) yang memenuhi AASHTO M140 atau Pd S01-1995-03 (AASHTO M208). Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat menun- jukkan peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak kurang dari 50 % dan mempu- nyai penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100. Aspal emulsi untuk Lapis Resap pengikat ini tidak boleh diencerkan di lapangan. ii) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 80 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30). 2). Bahan Lapis Perekat i) Aspal emulsi jenis Rapid Setting yang memenuhi ketentuan AASHTO M140 atau Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208). Direksi Pekerjaan dapat meng- ijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi. ii) Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO M20, diencerkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal.
f.
Peralatan 1). Ketentuan Umum Kontraktor harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal. 2) Distributor Aspal - Batang Semprot a) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan. Bilamana dimuati penuh maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak boleh melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya. b) Sistem tangki aspal, pemanasan, pemompaan dan penyemprotan harus sesuai dengan ketentuan pengamanan dari Institute of Petroleum, Inggris. c) Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang sudah merata dapat disemprotkan secara merata dengan berbagai variasi lebar permukaan, pada takaran yang ditentukan dalam rentang 0,15 sampai 2,4 liter per meter persegi. d) Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot sehingga dapat mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal dan vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan jumlah minimum 24 nosel, dipasang pada jarak
yang sama yaitu 10 ± 1 cm. Distributor aspal juga harus dilengkapi pipa semprot tangan.
yang sama yaitu 10 ± 1 cm. Distributor aspal juga harus dilengkapi pipa semprot tangan. 3). Kinerja Distributor Aspal i) Kontraktor harus menyiapkan distributor lengkap dengan perlengkapan dan operatornya untuk pengujian lapangan dan harus menyediakan tenaga-tenaga pembantu yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut sesuai perintah Direksi Pekerjaan. Setiap distributor yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan kiner- janya tidak dapat diterima bila dioperasikan sesuai dengan Grafik Takaran Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan atau tidak memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi dalam segala seginya, maka peralatan tersebut tidak diperkenankan untuk dioperasikan dalam pekerjaan. Setiap modifikasi atau penggantian distributor aspal harus diuji terlebih dahulu sebelum digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. ii) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang dihasilkan oleh distributor aspal harus diuji dengan cara melintaskan batang semprot di atas bidang pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari lembaran resap yang bagian bawahnya kedap, yang beratnya harus ditimbang sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan berat harus dipakai dalam menentukan takaran aktual pada tiap lembar dan perbedaan tiap lembar terhadap takaran rata-rata yang diukur melintang pada lebar penuh yang telah disemprot tidak boleh melampaui 15 persen takaran rata-rata. iii) Ketelitian yang dapat dicapai distributor aspal terhadap suatu takaran sasaran pemakaian alat semprot harus diuji dengan cara yang sama dengan pengujian distribusi melintang pada butir (b) di atas. Lintasan penyemprotan minimum sepanjang 200 meter harus dilaksanakan dan kendaraan harus dijalankan dengan kecepatan tetap sehingga dapat mencapai takaran sasaran pemakaian yang telah ditentukan lebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dengan minimum 5 penampang melintang yang berjarak sama harus dipasang 3 kertas resap yang berjarak sama, kertas tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 0,5 meter dari tepi bidang yang disemprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal penyemprotan. Takaran pemakaian, yang diambil sebagai harga rata-rata dari semua kertas resap tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari takaran sasaran. Sebagai alternatif, takaran pemakaian rata-rata dapat dihitung dari pembacaan tongkat ukur yang telah dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini. Untuk tujuan pengujian ini minimum 70 persen dari kapasitas distributor aspal harus disemprotkan. 4). Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer) Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan perlatan penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti distributor aspal. Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga dalam kondisi baik, terdiri dari : a) Tangki aspal dengan alat pemanas; b) Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga aspal dapat tersemprot keluar; c) Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya aspal (nosel). Agar diperoleh hasil penyemprotan yang merata maka Kontraktor harus menyediakan tenaga operator yang terampil dan diuji coba dahulu kemampuannya sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
g.
Pelaksanaan Pekerjaan 1) Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal
g.
Pelaksanaan Pekerjaan 1) Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal i) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Spesif ikasi ini. ii) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya iii) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir (a) dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan. iv) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku. v) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot. vi) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu. vii) Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima. viii) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. 2) Pelaksanaan Penyemprotan a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang. b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer). Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan. c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisisisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain. d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan
dihentikan sam pai seluruh batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada
dihentikan sam pai seluruh batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang akan disemprot. Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir. e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan. f) Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup. g) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan, harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan dari Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini : Toleransi takaran pemakaian 1% tangki = + (4 % dari takaran yg diperintahkan + --- )
dari
volume
-------------------------
Luas yang disemprot Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya . h) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi. i) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet. j) Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang menun- jukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap (blotter material) yang memenuhi dari Spesifikasi ini sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapis Resap Pengikat. k) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus dilabur kembali dengan bahan aspal yang sejenis secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya. h.
Dasar Pembayaran Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penyemprotan seluruh bahan, termasuk bahan penyerap (blotter material), penyemprotan ulang, termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam
Spesifikasi ini.
Spesifikasi ini. Nomor Mata Pembayaran
2.
Uraian
Satuan Pengukuran
6.1.(1)
Lapis Resap Pengikat
M
2
6.1.(2)
Lapis Perekat
M
2
Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) Dan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) a. Uraian Umum Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing) yang dapat terdiri dari laburan aspal satu atau dua lapis, setiap lapis diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup dengan butiran agregat (chipping). Pelaburan aspal (surface dressing) ini umumnya dihampar di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat, atau di atas suatu permukaan aspal lama. b. Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-2417-1991 .(AASHTO T96 - 87) : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles SNI 03-3407-1994 (AASHTO T104 - 86) : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Batu terhadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat. SNI 03-2439-1991 (AASHTO T182 - 84)
:
Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal.
AASHTO :
c.
d.
AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement AASHTO M226 - 80 : Viscisity Graded Asphaltic Cement Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Pelaburan aspal harus disemprot hanya pada permukaan yang kering dan bersih, serta tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Pela- buran aspal harus dilaksanakan hanya selama musim kemarau dan bilamana cuaca diperkirakan baik paling sedikit 24 jam setelah pengerjaan. Standar Untuk Penerimaan dan Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan Direksi Pekerjaan akan memeriksa permukaan jalan sebelum pekerjaan pelaburan dimulai, untuk mengetahui apakah permukaan jalan telah benar-benar disiapkan dan dibersihkan sesuai ketentuan dalam Spesifikasi ini. Kontraktor tidak diperkenankan memulai pekerjaan pelaburan sebelum mendapat ijin tertulis dari Direksi Pekerjaan. BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari bahan-bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan kedua BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari bahanbahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan kedua BURDA tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Pekerjaan BURTU dan BURDA yang telah selesai, permukaannya harus terlihat seragam, dan bentuknya menerus, terkunci rapat, harus kedap air tanpa ada lubang- lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal. Permukaan pekerjaan pelaburan aspal yang telah selesai harus dipelihara oleh Kontraktor paling sedikit selama 3 hari agar tidak terdapat agregat yang lepas.
Pekerjaan BURTU dan BURDA yang tidak memenuhi ketentuan, harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dapat mencakup pembuangan
e.
Pekerjaan BURTU dan BURDA yang tidak memenuhi ketentuan, harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dapat mencakup pembuangan atau penambahan bahan, pembuangan seluruh bahan dan pekerjaan penggantian atau pelaburan dengan BURTU atau BURDA untuk menghasilkan pekerjaan yang meme- nuhi ketentuan. Bahan 1) Agregat Penutup i) Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, keras, kerikil pecah atau batu pecah dari bahan yang awet, bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda lainnya yang dapat menghalangi penyelimutan yang menyeluruh oleh aspal. ii) Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat penutup harus memenuhi ketentuan berikut : Keausan dengan Mesin Los Angeles : Maks. 30 % (SNI 03-2417-1991) Kelekatan Agregat Terhadap Aspal : Min. 95 % (SNI 03-2439-1991) iii) Agregat penutup harus dijaga agar tetap dalam keadaaan kering dan bebas dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi ketentuan berikut : Persentase berat kerikil pecah yang tertahan ayakan 4,75 mm yang mempunyai dua bidang pecah. : Min. 90 % iv) Batas ukuran partikel agregat untuk BURTU dan untuk lapisan pertama BURDA ditentukan dalam ukuran agregat terkecil, menurut Tabel di bawah ini. Tabel 6.2.2.(1) Ketentuan Ukuran Agregat Ukuran nominal (mm)
Ukuran terkecil ratarata (ALD)
Persentase ukuran terkecil rata-rata dalam batas 2,5 mm dari ALD
Persentase maksimum lolos ayakan 4,75 mm
13
6,4 - 9,5
65
2
v) Agregat lapisan kedua untuk BURDA, harus mempunyai ukuran nominal 6 mm, dan harus memenuhi gradasi sesuai dengan ketentuan dari Tabel di bawah, dan harus berbentuk kubikal. Ukuran Ayakan ASTM (mm) 3/8 ” 9,5 ¼” 6,35 No.8 2,36 No.200 0,075
Persen Berat Yang Lolos 100 95 - 100 0 - 15 0-8
2) Bahan Aspal i) Bahan aspal yang dipakai harus dari jenis aspal semen Pen.80/100 atau jenis Pen.60/70, memenuhi ketentuan AASHTO M20 - 70, diencerkan memakai minyak tanah sesuai ketentuan Tabel 6.2.2.(3), tabel ini harus dipakai untuk merancang bahan aspal. Suhu Udara (ºC saat teduh) 20,0 22,5 25,0 27,5
Perbandingan Minyak Tanah Terhadap Aspal Pen. 80/100 Aspal Pen.60/70 11 13 9 11 7 9 5 7
Suhu Penyem protan (ºC)
Catatan : a) pph = bagian minyak tanah per 100 bagian volume aspal.
157 162 167 172
Catatan : a) pph = bagian minyak tanah per 100 bagian volume aspal. b) Suhu penyemprotan yang sebenarnya harus berada dalam rentang ± 10 % dari nilai- nilai yang telah ditentukan dalam tabel di atas. c) Bilamana temperatur udara berada pada temperatur antara dari kolom satu di atas, maka proporsi kerosen dan temperatur penyemprotan yang dipilih haruslah temperatur yang terendah di antara keduanya. Perkiraan rentang perubahan temperatur saat pengukuran dan penyemprotan harus diperkirakan sebelumnya. Bahan aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan selama lebih dari 10 jam pada suhu penyemprotan seperti ditentukan pada Tabel di atas atau telah dipanaskan melebihi 200 °C, harus ditolak. ii) Bilamana pelaksanaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dalam kondisi yang kurang menguntungkan atau dalam kondisi cuaca tanggung, atau kelekatan aspal terhadap agregat (SNI 03-2439-1991) dalam kondisi tanggung Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui penggunaan bahan anti pengelupasan (anti-stripping agent) untuk meningkatkan ikatan antara agregat dan aspal. Bahan tambah (additive) yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui Direksi Pekerjaan dan proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam bahan aspal sampai merata sesuai dengan pabrik pembuatnya. Campuran ini harus disirkulasikan dalam distributor minimum selama 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk memperoleh campuran yang homogen. iii) Bilamana pencampuran aspal, minyak tanah dan bahan tambah, jika disetujui, harus dilakukan dalam distributor aspal, campuran ini harus disirkulasikan dalam distributor minimum selama 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk memperoleh campuran yang homogen. 3) Peralatan i) Ketentuan Umum Peralatan yang akan digunakan haruslah distributor aspal yang mempunyai mesin penggerak sendiri, dua alat pemadat roda karet, alat penebar agregat, paling sedikit 2 (dua) dump truck, sapu lidi dan sikat dan perlengkapan untuk menuangkan drum dan untuk memanaskan bahan aspal. ii) Distributor Aspal Distributor aspal harus memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini. Tangki distributor harus benar-benar tersekat sempurna dalam menahan aliran panas, dengan demikian apabila diisi penuh oleh bahan aspal pada temperatur 150 ºC, turunnya panas tidak boleh melampaui 2,5 ºC per jam dalam kondisi tidak sirkulasi. iii) Alat Pemadat Alat pemadat roda karet harus mempunyai lebar total tidak kurang dari 1,5 meter, dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri. iv) Alat Penghampar Agregat Peralatan penghampar agregat, harus mampu menghampar agregat secara merata dalam takaran yang terk endali dengan lebar hamparan minimum 2,4 meter. Suatu perlengkapan khusus harus dipasang pada sisi badan truk sehingga lebar hamparan dapat disetel. Rancangan alat penghampar agregat dan kecepatan penghamparan harus sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya penumpukan agregat pada permukaan yang telah disemprot aspal. Paling sedikit harus disiapkan 2 truk penghampar agregat atau paling tidak disiapkan satu alat penghampar agregat berupa mesin penebar agregat dengan penggerak empat roda (four wheel drive belt spreader). Penebaran agregat secara manual hanya boleh dilakukan bilamana digunakan peralatan sikat hela. v) Sikat Sapu ijuk kasar untuk mendistribusi ulang agregat dan sebuah peralatan sikat hela atau mekanis untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus
disiapkan. vi) Peralatan Lain
disiapkan. vi) Peralatan Lain Peralatan lain yang boleh dipakai oleh Kontraktor untuk meningkatkan kinerja dapat ditambahkan bilamana telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan. 4) Pelaksanaan Pekerjaan i) Pekerjaan Persiapan Permukaaan Aspal Lama a. Sebelum permukaan aspal lama dilabur, maka semua kotoran dan bahan tidak dikehendaki lainnya harus dibersihkan dengan alat penyapu mekanis atau kompresor atau kedua-duanya. Bilamana hasil pembersihan tidak membe- rikan hasil yang merata, maka bagian-bagian yang belum bersih harus dibersihkan secara manual dengan sapu yang lebih kaku. b. Pembersihan permukaan harus dilebihkan paling sedikit 20 sentimeter dari tiap-tiap tepi yang akan disemprot. c. Lubang-lubang atau tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki harus disingkirkan dari permukaan dengan alat penggaru baja atau cara lain yang disetujui dan bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka lokasi yang telah digaru harus dicuci dengan air dan disikat secara manual. d. Pekerjaan pelaburan tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pembersihan diterima oleh Direksi Pekerjaan. e. Permukaan jalan lama tanpa penutup aspal, sebelum dilapisi BURTU atau BURDA harus terlebih dahulu diberi Lapis Resap Pengikat, sesuai ketentuan dari Spesifikasi ini. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat, harus diperiksa kembali kesempurnaannya. Bilaman ditemui adanya lokasi-lokasi yang belum tertutup Lapis Resap Pengikat harus dilabur ulang sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Pekerjaan semacam ini harus dilaksanakan dan dibayar sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Lapis Resap Pengikat harus dibiarkan sampai kering seluruhnya dengan waktu paling sedikit 48 jam atau lebih sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai. f. Semua lubang-lubang harus ditambal terlebih dahulu oleh Kontraktor sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai. ii) Pemakaian Bahan Aspal a) Penyemprotan bahan aspal harus dilaksanakan merata pada semua titik. Penyemprotan bahan aspal yang merata sesuai takaran yang diperintahkan harus dilakukan dengan menggunakan peralatan batang semprot dari distributor aspal kecuali pada lokasi yang sempit dimana distributor aspal tidak praktis digunakan, maka Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian perlengkapan semprot tangan. Distributor aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang semprot dan kedudukan nosel harus disetel sesuai dengan ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan. b) Suhu pada saat penyemprotan untuk BURTU dan BURDA tidak boleh bervariasi melebihi 10 ºC dari harga-harga yang telah diberikan dalam Tabel c) Bilamana diperintahkan Direksi Pekerjaan bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal selebar satu lajur atau kurang maka harus terdapat bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh diberi agregat penutup sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang dibiarkan tetap terbuka ini mendapat semprotan dari tiga nosel, sehingga mendapat takaran aspal yang sama seperti
permukaan yang lain. Lapis kedua BURDA harus mempunyai sambungan yang bergeser paling sedikit 15 cm dari sambungan lapis
permukaan yang lain. Lapis kedua BURDA harus mempunyai sambungan yang bergeser paling sedikit 15 cm dari sambungan lapis pertama. d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh bahan pelindung tersemprot, dengan demikian semua nosel bekerja dengan benar pada seluruh panjang jalan yang akan dilabur. Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot, sehingga kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini harus dipertahankan sampai melewati titik akhir. Bahan pelindung atas percikan aspal harus dikeluarkan dan dibuang sedemikian hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. e) Sisa aspal dalam tangki distributor setelah penyemprotan selesai harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki atau sebesar yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, untuk mencegah terperangkapnya udara (masuk angin) pada sistem penyemprotan dan untuk mencegah kurangnya takaran penyemprotan. iii) Menghampar Agregat Penutup a) Sebelum bahan aspal digunakan, agregat penutup dalam bak truk di lapangan harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menutup seluruh bidang yang akan ditebar dengan agregat. Agregat tersebut harus bersih dan dalam kondisi sedemikian sehingga dijamin akan melekat ke bahan aspal dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan aspal. Penghamparan agregat tersebut harus dilaksanakan segera setelah penyemprotan aspal dimulai dan harus diselesaikan dalam jangka waktu 5 menit terhitung sejak selesainya penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang lebih singkat sesuai perintah Direksi Pekerjaan. b) Agregat harus dihampar merata di atas permukaan yang telah disemprot aspal, dengan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi Pekerjaan. Setiap tempat yang tidak tertutup agregat harus segera ditutup kembali secara manual sampai seluruh permukaan tertutup agregat dengan merata. Setiap hamparan agregat yang melebihi jumlah takaran yang disyaratkan atau diperintahkan harus dihamparkan dan didistribusikan kembali dengan merata di atas permukaan jalan dengan sapu hela, atau disingkirkan dengan cara lain dan ditumpuk sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. iv) Penyapuan dan Penggilasan a) Segera setelah penghamparan agregat penutup hingga diterima oleh Direksi Pekerjaan, maka hamparan agregat tersebut harus digilas dengan dua alat pemadat roda karet. Penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan telah mengalami penggilasan sebanyak enam kali. b) Permukaan jalan kemudian harus dibersihkan dari agregat yang berkelebihan, sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. v) Pengukuran Dan Pembayaran Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang telah tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran itu harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penghamparan seluruh bahan, termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan biaya tidak terduga yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan seperti diuraikan dalam Spesifikasi ini.
Nomor Mata Pembayaran
Uraian
Satuan Pengukuran
Nomor Mata Pembayaran
3.
Uraian
Satuan Pengukuran
6.2.(1)
Agregat Penutup BURTU
Meter Persegi
6.2.(2)
Agregat Penutup BURDA
Meter Persegi
6.2.(3)
Bahan Aspal untuk Pekerjaan Pelaburan
Liter
Campuran Beraspal Panas 1). Uraian Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus campuran aspal yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana. 2). Jenis Campuran Aspal i) Latasir (Sand Sheet) Kelas A dan B Campuran-campuran ini ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya pada daerah dimana agregat kasar sulit diperoleh. Pemilihan Kelas A atau B terutama tergantung pada tebal nominal minimum. Campuran Latasir biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan. ii) Lataston (HRS) Lataston terdiri dari dua macam campuran, Lataston Lapis Pondasi (HRSBase) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada Lataston Lapis Permukaan (HRS - Wearing Course). Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua kunci utama adalah : a) Gradasi yang benar-benar senjang. Agar diperoleh gradasi senjang, maka hampir selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecah mesin. Bilamana pasir (alam) halus tidak tersedia untuk memperoleh gradasi senjang maka campuran Laston bisa digunakan. b) Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus memenuhi ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini. iii) Laston (AC) Laston (AC) terdiri dari tiga macam campuran, Laston Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal Multigrade disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified. 3). Bahan i) Agregat – Umum a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus perbandingan campuran, memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini.
Direksi Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini. c) Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menumpuk setiap fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran aspal, paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan campuran aspal satu bulan berikutnya d) Dalam pemilihan sumber agregat, Kontraktor dianggap sudah memperhitung- kan penyerapan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal akibat tingkat penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima sebagai alasan untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran Aspal. e) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %. f) Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2. ii) Agregat Kasar a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan No.8 (2,36 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan. b)
c)
d)
Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah dan disiapkan dalam ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan. Ukuran maksimum (maximum size) agregat adalah satu ayakan yang lebih besar dari ukuran nominal maksimum (nominal maximum size). Ukuran nominal m aksimum adalah satu ayakan yang lebih kecil dari ayakan pertama (teratas) dengan bahan tertahan kurang dari 10 %. Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan. Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
iii) Agregat Halus a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm). b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari agregat kasar. c) Pasir dapat digunakan dalam campuran aspal. Persentase maksimum yang disarankan untuk Laston (AC) adalah 15%. d) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Spesifikasi ini. Agar dapat memenuhi ketentuan Pasal ini batu pecah halus harus diproduksi dari batu yang bersih. Bahan halus dari pemasok pemecah batu (crusher feed) harus diayak dan ditempatkan tersendiri sebagai bahan yang tak terpakai (kulit batu) sebelum proses pemecahan kedua (secondary crushing). e) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik. iv) Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Aspal a) Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki. b) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan- gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SK SNI
M-02-1994-03 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.
M-02-1994-03 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya. c) Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0 % dari berat total campuran aspal. v) Bahan Aspal Untuk Campuran Beraspal i) Tabel Persyaratan Aspal Keras Pen 60 No.
Jenis Pengujian
Metode
Persyarata
Penetrasi, 25 ºC, 100 r, 5 detik; 0,1 Titik Lembek ºC
SNI 06-2456-
60 – 79
SNI 06-2434-
48 – 58
SNI 06-2433-
Min. 200
SNI 06-2432-
Min. 100
5.
Titik N ala ºC Daktilitas 25 ºC cm Berat jenis
SNI 06-2441-
Min. 1,0
6.
Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; %
SNI 06-2438-
Min. 99
7.
Penurunan Berat (dengan TFOT); %
SNI 06-2440-
Max. 0,8
8.
Penetrasi setelah penurunan berat; % SNI 06-2456-
1. 2. 3. 4.
Min. 54
9. 10 .
Daktilitas setelah penurunan berat; % SNI 06-2432Min. 50 Uji bintik (spot Tes) AASHTO T. 102 Negatif - Standar Naptha - Naptha Xylene - Hephtane Xylene Catatan : Penggunaan pengujian spot tes adalah pilihan (optional). Apabila disyaratkan direksi dapat menentukan pelarut yang akan digunakan, naptha, naptha xylene atau heptane xylane. ii) Tabel Persyaratan Aspal Polimer No.
Jenis Pengujian
Metode
Persyaratan
Penetrasi, 25 ºC, 100 r, 5 detik; 0,1 Titik Lembek; ºC
SNI 06-2456-
50 – 80
SNI 06-2434-
Min. 54
SNI 06-2433-
Min. 225
SNI 06-2432-
Min. 50
5.
Titik N ala ºC Daktilitas 25 ºC cm Berat jenis
SNI 06-2441-
Min. 1,0
6.
Kekentalan pada 135: cSt
SNI 06-6721-
300-2000
7.
Stabilitas Penyimpanan pada 163 oC selama 48 jam
SNI 06-2434-
Maks. 2
8.
Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; %
SNI 06-2438-
Min. 99
9.
Penurunan Berat (dengan TFOT); beratSNI 06-2440-
Max. 1,0
10 Pebedaan Penetrasi setelah TFOT; % SNI 06-2456asli 1991
Maks . 40
11 Perbedaan Titik Lembek setelah TFOT; SNI 06-2434% 1991 asli 12 Elastic recover ada 25 ºC %
Maks. 6,5
1. 2. 3. 4.
Min. 30
iii) Tabel Persyaratan Aspal Dimodifikasi Dengan Aspal Alam No. 1. 2.
3. 4.
Jenis Pengujian Penetrasi, 25 ºC, 100 r, 5 detik; 0,1 Titik Lembek ºC
Titik N ala ºC Daktili 25 ºC
Metode
Persyarata
SNI 06-2456-
40 – 55
SNI 06-2434-
Min. 55
SNI 06-2433-
Min. 225
SNI 06-2432-
Min. 50
SNI 06-2433-
Min. 225
SNI 06-2432-
Min. 50
5.
Titik N ala ºC Daktilitas 25 ºC cm Berat jenis
SNI 06-2441-
Min. 1,0
6.
Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; %
SNI 06-2438-
Min. 90
7.
Penurunan Berat (dengan TFOT); %
SNI 06-2440-
Max. 2
8.
Penetrasi setelah kehilangan berat; % SNI 06-2456-
Min. 55
9.
Daktilitas setelah TFOT; % asli
SNI 06-2432-
Min. 50
SNI 03-
Min.90
3. 4.
10 Mineral Lolos Saringan No. 100; % * Catatan : * Hasil Ekstraksi
4.
Agregat Lapis Pondasi (Macadam) i) Uraian
4.
Agregat Lapis Pondasi (Macadam) i) Uraian Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapis permukaan atau lapis pondasi terbuat dari agregat yang distabilisasi oleh aspal. Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan campuran aspal panas tidak mencukupi dan/atau penyediaan instalasi campuran aspal sulit dilaksanakan akibat situasi lingkungan. ii) Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-2417-1991 (AASHTO T96 - 87) : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles. SNI 03-2439-1991 (AASHTO T182 - 84) : Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal. Pd S-03-1995-03 (AASHTO M81 - 90) : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Cepat. Pd S-02-1995-03 (AASHTO M82 - 75) : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang. Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208 - 87) : Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik. AASHTO : AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement. AASHTO M140 - 88 : Emulsified Asphalt. British Standards : BS 812 Part I : 1975 : Flakiness Index. iii) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Lapis Penetrasi Macadam tidak boleh dilaksanakan pada permukaan yang basah, selama hujan atau hujan akan turun. Aspal emulsi tidak boleh disemprotkan setelah jam 15.00. Bilamana digunakan aspal panas maka temperatur perkerasan saat aspal disemprotkan tidak boleh kurang dari 25 °C. iv) Bahan a) Umum Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup (hanya digunakan untuk lapis permukaan) dan aspal. Setiap fraksi agregat harus disimpan terpisah untuk mencegah tercampurnya antar fraksi agregat dan harus dijaga agar bersih dari bendabenda asing lainnya. b) Agregat harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet, bebas dari lumpur dan benda-benda yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel Ketentuan Agregat Pokok dan Pengunci Pengujian Abrasi dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran Kelekatan agregat terhadap aspal Indeks Kepipihan
Standar Nilai SNI 03-2417-1991 Maks. 40 % SNI 03-2439-1991 Min. 95 % BS 812 Part I Maks.25 % 1975
Agregat harus, bilamana diuji sesuai dengan SNI 03-1968-1990, memenuhi gradasi yang diberikan Tabel Gradasi Agregat Ukuran Ayakan 7 - 10
% Berat Yang Lolos Tebal Lapisan (cm) 5-8
ASTM (mm) Agregat Pokok : 75 3” 2½” 63 50 2” 1½” 38 25 1” 19 ¾”
4-5
100 90 100 35 70 0 - 15
100 95 100 35 70
100 95 100 -
Agregat Pengunci : 25 1”
100
100
100
Agregat Pengunci : 25 1” 19 ¾” 3/8” 9,5 Agregat Penutup : 12,7 ½” 3/8” 9,5 4,75 No. 2,36 4
100 95 100
100 95 100
100 95 100
100 85 100 10 -
100 85 100 10 -
100 85 100 10 -
c)
Aspal Bahan aspal haruslah salah satu dari berikut ini : i) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO M20. ii) Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208) atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASHTO M140. iii) Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang memenuhi ketentuan Pd S-03-1995-03, atau aspal cair penguapan sedang (medium curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan Pd S02-1995-03. Jenis aspal lainnya mungkin dapat digunakan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. d) Kuantitas Agregat Dan Aspal Kuantitas agregat dan aspal harus diambil dari Tabel 6.6.3.(1) dan Tabel 6.6.3.(2) serta harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama Kontrak jika dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang disyaratkan. Tabel 6.6.3.(1) : Lapen Sebagai Lapis Permukaan Tebal Lapisa n cm 10 9 8 8 7 7 6 5 5
Agregat Pokok (kg/m2 7 - 10 5-8 200 180 160 152 140 133 114 105
Aspal Resid u
Agregat Pengun ci
Aspal Resid u
Agrega t Penutu
8,5 7,5 6,5 6,0 5,5 5,2 4,4 3,7 2,5
25 25 25 25 25 25 25 25 25
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
14 14 14 14 14 14 14 14 14
4-5
80
Tabel 6.6.3.(2) : Lapen sebagai Lapis Pondasi (Perat a) Tebal Lapisa n cm 8,5 7,5 6,5 6,5 5,5 5,5 4,4 3,7 3,7
Agregat Pokok 7 - 10 5-8 200 180 160 152 140 133 114 105
4-5
80
Aspal Residu (kg/m 2 8,5 7,5 6,5 6,0 5,5 5,2 4,4 3,7 2,5
Agregat Pengunci (kg/m 2 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Catatan : Aspal Residu adalah bitumen tertinggal setelah semua bahan pelarut atau pengemulsi telah menguap .
v)
Peralatan Peralatan berikut ini harus disediakan untuk : a) Penumpukan Bahan
v)
Peralatan Peralatan berikut ini harus disediakan untuk : a) Penumpukan Bahan Dump Truck Loader b) Di Lapangan i) Mekanis. Penggilas tandem 6 - 8 ton atau penggilas beroda tiga 6 - 8 ton. Penggilas beroda karet 10 - 12 ton (jika diperlukan). Distributor aspal atau hand sprayer sesuai dengan ketentuan Truk Penebar Agregat. ii) Manual. Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak dorong, dan peralatan kecil lainnya. Ketel aspal. Penggilas seperti cara mekanis. vi) Pelaksanaan a) Persiapan Lapangan Permukaan yang diperbaiki dengan Penetrasi Macadam harus disiapkan seperti di bawah ini : i. Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan potongan melintang. ii. Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan seperti debu dan bahan lepas lainnya. Lubang-lubang dan retak-retak harus diperbaiki sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Umum. iii. Permukaan aspal lama harus diberikan Lapis Perekat sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. b) Penghamparan dan Pemadatan 1) Umum Agregat dan aspal harus tersedia di lapangan sebelum pekerjaan dimulai. Kedua bahan tersebut harus dijaga dengan hati-hati untuk menjamin bahwa bahan tersebut bersih dan siap digunakan. Selama pemadatan agregat pokok dan agregat pengunci, kerataan permukaan harus dipelihara. Bilamana permukaan yang telah dipadatkan tidak rata, maka agregat harus digaru dan dibuang atau agregat ditambahkan seperlunya sebelum dipadatkan kembali. Temperatur penyemprotan aspal harus sesuai dengan Tabel JENIS ASPAL TEMPERATUR PENYEMPROTAN (°C) 60/70 Pen. 165 - 175 80/100 Pen. 155 - 165 Emulsi kamar, atau sebagaimana petunjuk pabrik Aspal Cair RC/MC 250 80 - 90 Aspal Cair RC/MC 800 105 - 115 Bilamana jenis aspal lain digunakan, temperatur penyemprotan harus disetujui Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. 2) Metode Mekanis a) Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan yang sedemikian hingga kuantitas agregat adalah seperti yang disyaratkan dan diperoleh permukaan yang rata. Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6 - 8 ton yang bergerak dengan kecepatan kurang dari 3 km/jam. Pemadatan dilakukan dalam arah memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan menuju ke sumbu jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang tindih (overlap) paling sedikit setengah lebar alat pemadat. Pemadatan harus dilanjutkan sampai diperoleh permukaan yang rata dan stabil (minimum 6 lintasan). b) Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci. Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus ditebarkan pada takaran yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian hingga tidak ada roda yang melintasi lokasi yang belum
tertutup bahan aspal. Takaran penebaran harus sedemikian hingga, setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok terisi dan agregat pokok masih nampak. Pemadatan agregat pengunci harus dimulai segera setelah penebaran agregat pengunci dan harus seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi ini. Bilamana diperlukan, tambahan agregat pengunci harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan di atas permukaan selama pemadatan. Pemadatan harus dilanjutkan sampai agregat pengunci tertanam dan terkunci penuh dalam lapisan di bawahnya. c) Penebaran dan Pemadatan Agregat Penutup (untuk Lapis Permukaan). Segera setelah penyemprotan aspal, agregat penutup harus ditebarkan pada takaran yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian hingga tidak ada roda yang melintasi lokasi yang belum tertutup bahan aspal. Pemadatan agregat penutup harus dimulai segera setelah penebaran agregat penutup. Bilamana diperlukan, tambahan agregat penutup harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan di atas permukaan sehingga seluruh rongga-rongga dalam permukaan agregat pengunci terisi selama pemadatan. Pada saat penyelesaian pemadatan, kelebihan agregat penutup harus disapu dari permukaan. 3) Metode Manual a) Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok. Jumlah agregat yang ditebar di atas permukan yang telah disiapkan harus sebagaimana yang disyaratkan. Kerataan permukaan dapat diperoleh dengan keterampilan penebaran dan menggunakan perkakas tangan seperti penggaru. Pemadatan harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan untuk metode mekanis. b) Penyemprotan Aspal diatas Agregat Pokok Penyemprotan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyemprot tangan (hand sprayer) dengan temperatur aspal yang disyaratkan. Takaran penggunaan aspal harus serata mungkin dan pada takaran penyemprotan yang disetujui, sesuai dengan Tabel. Cara penggunaan harus memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini 4) Pemeliharaan Agregat Pengunci Bilamana terdapat keterlambatan antara pengerjaan lapis agregat pengunci dan lapis berikutnya, Kontraktor harus memelihara permukaan agregat pengunci dalam kondisi baik sampai lapis berikutnya dihampar. vii) Pengendalian Mutu Pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan di bawah ini : 1) Penyimpanan untuk setiap fraksi agregat harus terpisah untuk menghindarkan tercampurnya agregat, dan harus dijaga kebersihannya dari benda asing. 2) Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar supaya tidak terjadi kebocoran atau kemasukan air. 3) Suhu pemanasan aspal harus seperti yang disyaratkan dalam Tabel 4) Tebal Lapisan Tebal padat untuk lapisan penetrasi macadam harus berada di dalam toleransi 1cm. Pemeriksaan untuk ketebalan lapis penetrasi macadam harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 5) Kerataan Permukaan Sewaktu Pemadatan. Pada setiap tahap pemadatan, kerataan permukaan harus dijaga. Bahan harus ditambah pada tiap tempat di mana terdapat penurunan. 6) Kerataan Pemadatan Agregat Pokok. Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar lurus yang panjangnya 3 meter. Punggung jalan yang ambles tidak melebihi dari 8 mm. 7) Sambungan memanjang dan melintang harus diperiksa dengan cermat. viii) Dasar Pembayaran Kuantitas yang sebagaimana disyaratkan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, produksi, pencampuran dan penghamparan seluruh bahan, termasuk semua pekerja, alat, pengujian, alat-alat kecil dan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan seperti yang diuraikan dalam Seksi ini.
View more...
Comments