Speech Delay

June 12, 2019 | Author: Bambang Ubaidius | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Speech Delay...

Description

PENDAHULUAN

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi fungsi tubuh yang yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses   pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai 1

hasil interaksi dengan lingkungannya.

Keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa adalah gangguan perkembangan yang   paling umum pada anak-anak usia 3 sampai 16 tahun. Prevalensi gangguan ini berkisar berkisar antara 1% menjadi 32% pada populasi normal dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia anak , 2

metode dan hasil i tes yang digunakan dalam diagnosis. (hal ini ini merupakan keluhan utama yang yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak  semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan   bahasa berkisar 5 ± 10% pada anak sekolah. Kemampuan motorik dan kognisi berkembang sesuai tingkat usia anak, demikian juga pemerolehan bahasa bertambah melalui proses   perkembangan mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di mana bahasa   berperan sangat penting dalam pencapaian akademik anak. Tingkat Tingkat komorbiditas yang yang tinggi (sampai 50%) diketahui terdapat di antara gangguan kejiwaan seperti seperti autisme dan gangguan   perkembangan bicara dan bahasa bahasa dan 60 % dilaporakan dapat sembuh sendiri sendiri dibawah usia usia 3 2,3

tahun.

Perkembangan bahasa, pada usia bawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat aktif  4

dan pesat. Keterlambatan bahasa pada periode ini, dapat menimbulkan berbagai masalah.

Dimana seorang dokter mengalami kesulitan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut atau hanya melakukan observasi . Hal ini karena keterlambatan dalam berbicara dapat berupa normal (dan sementara) tahap dalam perkembangan anak atau gejala awal dari masalah, psikiatri neurologis, atau perilaku. Akibatnya, diagnosis tepat waktu, pilihan terapi, dan pendekatan individual untuk anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa menjadi keharusan karena ini intervensi dapat mencegah masalah psikologis psiko logis atau kejiwaan di kemudian hari berikutnya

Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa, akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian psikososial.5 Melihat sedemikian besar dampak yang timbul akibat keterlambatan bahasa pada anak  usia pra sekolah maka sangatlah penting untuk mengoptimalkan proses perkembangan bahasa   pada periode ini. Deteksi dini keterlambatan dan gangguan bicara usia prasekolah adalah tindakan yang terpenting untuk menilai tingkat perkembangan bahasa anak, sehingga dapat meminimalkan kesulitan dalam proses belajar anak tersebut saat memasuki usia sekolah. Beberapa ahli menyimpulkan perkembangan bicara dan bahasa dapat dipakai sebagai indikator    perkembangan anak secara keseluruhan, termasuk kemampuan kognisi dan kesuksesan dalam 6

  proses belajar di sekolah. Hasil studi longitudinal menunjukkan bahwa keterlambatan 7

 perkembangan bahasa berkaitan dengan intelegensi dan membaca di kemudian hari DEFENISI

Bahasa adalah ekspresi dari komunikasi manusia melalui ide-ide, informasi, emosi, dan keyakinan yang dapat diungkapkan. Biasanya anak-anak kemapuan   berbicara berkembang

dasar-dasar bahasa dan

di era balita-prasekolah. Keterampilan bicara dan bahasa mempunyai

  peran penting dalam belajar dan hubungan sosial. Keterlambatan dalam perkembangan awal kemampuan dalam berbahasa dan berbicara yang lazim dalam populasi, dapat mempengaruhi 8

 beberapa fungsi tertentu. Menurut

Busari JO et al 

tahun

2004

ada beberapa definisi untuk menggambarkan

keterlambatan perkembangan bahasa pada anak anak, tergantung

screening dan metode

diagnostik yang digunakan oleh pemeriksa. Namun demikian, definisi apapun harus mencakup salah satu dari dua pernyataan sebagai berikut bahwa dimana keterlambatan bicara dan bahasa 2

adalah : 

Keterlambatan dalam berbicara dan / atau perkembangan bahasa dibandingkan dengan kontrol sesuai dalam hal usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, dan kecerdasan, atau

Perbedaan antara kemampuan potensial seorang anak untuk berbicara dan pelaksanaan



yang sebenarnya terlihat. Gangguan

bicara

sendiri

adalah

keterlambatan

persisten

dan

defisit

dalam

  pengembangan keterampilan berbicara dan kualitas suara. Gangguan bicara termasuk di dalamnya adalah masalah dalam mengahasilkan suara dalam berbicara, gangguan dalam aliran atau irama bicara, masalah dengan nada suara, volume, atau interligibilitasnya yang kurang 8

 baik.

Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik  visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik. Seorang anak yang mengalami gangguan   berbahasa mungkin saja ia dapat mengucapkan satu kata dengan jelas tetapi tidak dapat menyusun dua kata dengan baik, atau sebaliknya seorang anak mungkin saja dapat mengucapkan sebuah kata yang sedikit sulit untuk dimengerti tetapi ia dapat menyusun kata-kata tersebut dengan benar untuk menyatakan keinginannya Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang 17

tindih.

Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara

(gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh   berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan   bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang ³tidak normal´ (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan.18 Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai   beberapa huruf, sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf tersebut sehingga

menimbulkan kesan cara bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan 18

dalam pitch, volume atau kualitas suara.

Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan 18-20

memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang).

Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir dan laring. Terdapat kecendrungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian 18,19

anak.

Epidemiologi

Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah. Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun.

1,21

Pada anak-anak usia 5 tahun, 19% diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% keterlambatan berbicara, 4,6% keterlambatan bicara dan bahasa, dan 6% keterlambatan bahasa). Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 36% anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan   pada usia prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut penelitian anak  dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa yang 1,21

lebih tinggi daripada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah ke atas.

Studi Cochrane terakhir telah melaporkan data keterlambatan bicara, bahasa dan gabungan keduanya pada anak usia prasekolah dan usia sekolah. Prevalensi keterlambatan perkembangan   bahasa dan bicara pada anak usia 2 sampai 4,5 tahun adalah 5-8%, prevalensi keterlambatan

22

  bahasa adalah 2,3-19%. Sebagian besar studi melaporkan prevalensi dari 40% sampai 60%.

7,22,23

Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di Indonesia belum pernah diteliti secara 1,24

luas.

Kendalanya dalam menentukan kriteria keterlambatan perkembangan berbahasa. Data di

Departemen Rehabilitasi Medik RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien anak  25

terdapat 10,13% anak terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa.

Penelitian Wahjuni tahun

1998 di salah satu kelurahan di Jakarta Pusat menemukan prevalensi keterlambatan bahasa 26

sebesar 9,3% dari 214 anak yang berusia bawah tiga tahun. Neurolinguistik 

 Sistem Saraf Pusat 

Pada sebagian besar manusia area bahasa terletak pada hemisfer serebri kiri. Terdapat empat area  bahasa secara konvensional yaitu dua area bahasa reseptif dan dua lainnya adalah eksekutif yang menghasilkan bahasa. Dua area reseptif berhubungan erat dengan zona bahasa sentral. Area reseptif berfungsi mengatur persepsi bahasa yang diucapkan, yaitu area 22 posterior yang disebut area Wernicke dan girus Heschls (area 41 dan 42). Area yang mengatur persepsi bahasa tulisan menempati girus angulus (area 39) pada lobus parietal inferior anterior terhadap area reseptif visual. Girus supra marginal yang terletak di antara pusat bahasa auditori dan visual dan area temporal inferior yang terletak di anterior korteks asosiasi visual kemungkinan adalah   bagian dari zona bahasa sentral juga. Area-area ini terletak pada pusat integrasi untuk fungsi 27

 bahasa visual dan auditori.

Area Broadman 44 dan 45 disebut area Broca dan merupakan bagian eksekutif utama yang   bertanggung jawab terhadap aspek motorik bicara. Secara visual kata-kata yang diterima 27

diekspresikan dalam bentuk tulisan melalui area tulisan Exner.

Area sensori dan motori

terhubungkan satu dengan yang lain melalui fasikulus arkuatum yang melewati ismus lobus temporal kemudian memutari ujung posterior fisura silvii, sambungan lainnya melalui kapsula 27

eksterna nukleus lentikular.

Area penerimaan visual dan somatosensori terintegrasi pada lobus parietal, sedangkan   penerimaan auditori terletak di lobus temporal. Serat pendek, menghubungkan area Broca dengan korteks rolandi bawah yang menginervasi organ bicara, otot bibir, lidah, farings dan larings. Area menulis Exner juga terintegrasi dengan organ motor untuk otot tangan. Area bahasa   perisylvian juga terhubungkan dengan striata dan thalamus dan area korespondensi pada 27

hemisfer non dominan melalui korpus kalosum dan ko misura anterior.

Tiga fungsi dasar otak adalah fungsi pengaturan, proses dan formulasi.Fungsi pengaturan   bertanggung-jawab untuk tingkat energi dan tonus korteks secara keseluruhan. Fungsi proses   berlokasi di belakang korteks, mengontrol analisa informasi, pengkodean dan penyimpanan. Korteks yang lebih tinggi bertanggung jawab untuk memproses rangsangan sensori seperti rangsangan optik, akustik dan olfaktori. Data dari tiap sumber digabungkan dengan sumber  sensori lainnya untuk dianalisa dan diformulasikan. Proses formulasi berlokasi pada lobus frontal, bertanggung jawab untuk formasi intensi dan perilaku. Fungsi utamanya adalah untuk  27

mengaktifkan otak untuk pengaturan atensi dan konsentrasi.

Meskipun hemisfer kiri dan kanan simetris untuk proses motorik dan sensoris, namun terdapat  juga ketidaksimetrisan untuk fungsi khusus tertentu seperti bahasa. Dengan demikian, meskipun fungsinya berbeda, kedua hemisfer tersebut saling berintegrasi dan memberi informasi melalui korpus kalosum dan subkortikal lainnya. Fungsi yang menonjol dari hemisfer serebri kiri adalah sebagai fungsi dasar untuk bahasa. Teori yang paling umum mengatakan traktus kortikospinal   berasal dari hemisfer kiri yang berisi lebih banyak serat dan menyilang lebih tinggi dibanding hemifer kanan. Belajar juga merupakan suatu faktor, terjadi banyak pergeseran dari kiri ke kanan (shif  ted  sini stral). Pada sebagian anak terjadi pergeseran ke kanan hemisfer di usia muda, dan 28

menjadi bertangan kidal. Proses f isiologi bicara

Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan  bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk  mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri,

  pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga 29

hidung.

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan 27,29

artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.

Pada hemisfer dominan otak atau sistem susunan saraf pusat terdapat pusat-pusat yang mengatur  mekanisme berbahasa yakni dua pusat bahasa reseptif area 41 dan 42 (area wernick), merupakan   pusat persepsi auditori-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang   berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik  yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Pusat-pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.27 Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga  bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam   bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langitlangit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.27,29

 Proses reseptif ± Proses dekode

Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks auditori   pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini berasal dari sisi 27,29

telinga yang berlawanan.

Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk. Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk diproses. Sementara masukan paralinguistik berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada dekode semantik dengan 27

 pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat pengkodean tersebut.  Proses ekspresif ± Proses encode

Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk   penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati korteks motorik  yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode semantik  yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan  proses enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.27, 29 Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau   penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan 27,29-31

telinga pendengar.

Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi.

Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif  29-31

harus berkembang dengan baik. Perkembangan bahasa

pada anak  usia di bawah

3

tahun

Perkembangan bahasa sangat berhubungan erat dengan maturasi otak. Secara keseluruhan terlihat dengan berat kasar otak yang berubah sangat cepat dalam 2 tahun pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena mielinisasi atau pembentukan selubung sistem saraf.

Proses

mielinisasi ini dikontrol oleh hormon seksual, khususnya estrogen. Hal ini menjelaskan kenapa 30-32

 proses perkembangan bahasa lebih cepat pada anak perempuan.

Pada usia sekitar 2 bulan, korteks motorik di lobus frontal menjadi lebih aktif. Anak memperoleh lebih banyak kontrol dalam perilaku motor volusional. Korteks visual menjadi lebih aktif pada usia 3 bulan, jadi anak menjadi lebih fokus pada benda yang dekat maupun yang jauh. Selama separuh periode tahun pertama korteks frontal dan hipokampus menjadi lebih aktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kemampuan untuk mengingat stimulasi dan hubungan awal antara kata dan keseluruhan. Pengalaman dan interaksi bayi akan membantu anak mengatur kerangka 32

kerja otak.

Diferensiasi otak fetus dimulai pada minggu ke-16 gestasi. Selanjutnya maturasi otak berbeda dan terefleksikan pada perilaku bayi saat lahir. Selama masa prenatal batang otak, korteks primer  dan korteks somatosensori bertumbuh dengan cepat. Sesudah lahir serebelum dan hemisfer  serebri juga tumbuh bertambah cepat terutama area reseptor visual. Ini menjelaskan bahwa maturasi visual terjadi relatif lebih awal dibandingkan auditori. Traktus asosiasi yang mengatur  2

  bicara dan bahasa belum sepenuhnya matur sampai periode akhir usia pra sekolah. Pada neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak dan pons. Reduplikasi babbl ing  menandakan maturasi bagian wajah dan area laring pada korteks motor. Maturasi jalur asosiasi auditorik  seperti fasikulus arkuatum yang menghubungkan area auditori dan area motor korteks tidak  tercapai sampai awal tahun kedua kehidupan sehingga menjadi keterbatasan dalam intonasi 31,32

  bunyi dan bicara.

Pengaruh hormon estrogen pada maturasi otak akan mempengaruhi 32

kecepatan perkembangan bunyi dan bicara pada anak perempuan.

Tabel 1.  M ilestones Normal Perkembangan Bicara

dan Bahasa pada Anak .

1

2

3

4

5

6

7

8

Soetjiningsih, 2002. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. In: Narendra, Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh,. 1st ed. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 86 Busari JO, Weggelaar NM . How to investigate and manage the child who is slow to speak. British Medical Journal 2004;328:272 ± 275 RanuhIG, penyunting. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi I. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, Sagung Seto, 2002; 91 nd Parker S, Zuckerman B, Augustyn M. Developmental and behavioral Pediatrics (2 ed) Language Delay Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2005 Owens RE. Language Development an Introduction, 5th edition. New York:Allyn and Bacon; 200 Smith C, Hill J, Language Development and Disorders of Communication and Oral Motor Function. In : Molnar GE, Alexander MA,editors. Pediatric Rehabilitation. Philadelphia: Hanley and Belfus;1999.p. 57-7 Rydz D, Srour M, Oskoui M, Marget N, Shiller M, Majnemer A, et.al. Screening for  developmental delay in the setting of a community pediatr clinic: A Prospective assessment of parent-Report questionnaires. Pediatrics 2006;118;e1178-e1186 Feldman HM. Evaluation and Management of Language and Speech Disorders in Preschool Children. Pediatrics in Review 200;26:p131-39

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF