SOP UGD(Revisi Font)
March 2, 2017 | Author: samsiah | Category: N/A
Short Description
SOP UGD(REVISI FONT)...
Description
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT GAWAT DARURAT
RS “RESTU IBU” BALIKPAPAN 2010 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN Nomor : 75 / SK / RS.RI / XII / 98
TENTANG PENETAPAN KERJA DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UGD RS ”RESTU IBU” BALIKPAPAN Menimbang
: a.
Bahwa upaya peningkatan mutu pelayanan merupakan salah satu tujuan penting pembangunan kesehatan.
b.
Bahwa dalam upaya menuju peningkatan mutu pelayanan RS ”RESTU IBU” Balikpapan perlu adanya arah sebagai petunjuk pelaksanaan berupa uraian tugas (job description) dan standar operasional prosedur.
c.
Bahwa dalam penggunaan uraian tugas dan standar operasional prosedur yang dimaksud pada point b perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur.
Mengingat
: 1. 2.
Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. SK Menkes RI Nomor 983 / Menkes / SK.XXI.1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
3.
Keputusan Dirjen Yanmed. Depkes RI Nomor 811/2/2/VII/1993 tentang petunjuk Pelaksanaan Kerja Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
MEMUTUSKAN Menetapkan
:
Pertama
:
Menetapkan Uraian Tugas dan Standar Operasional Prosedur Unit Gawat Darurat RS ”RESTU IBU” Balikpapan sebagimana terlampir
Kedua
:
Standar Operasional Prosedur sebagaimana tersebut pada diktum pertama, sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali akan dilakukan evaluasi dan penyesuaian dengan kondisi yang ada
Ketiga
:
Surat keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkannya dengan ketentuan, apabila terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diadakannya perbaikan sebagimana mestinya. Ditetapkan di Pada tanggal
: Balikpapan :
Direktur, Dr. Bambang Syahrial S.,M.Kes. Tembusan: 1. Kepala Bidang Medis 2. Kepala Bidang Perawatan 3. Ketua Panitia Akreditasi 4. Sekretariat 5. Arsip
KATA PENGANTAR Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat merupakan tujuan dari system penanggulangan penderita gawat darurat di UGD. Salah satu upaya yang dilakukan supaya dapat meningkatkan penanggulangan penderita gawat darurat yaitu dengan mengadakan / membuat suatu Standar Operasional Prosedur atas semua kegiatan dan tindakan yang dilakukan di UGD Rumah Sakit ”RESTU IBU” Balikpapan. Kami menyadari bahwa Standar Operasional Prosedur UGD ini masih banyak kekurangan baik isi maupun cara menyampaikannya, untuk itu kami dengan senang hari akan menerima segala bentuk saran dan masukan teman sejawat sekalian. Sebagai akhir kata kami sampaikan ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga tersusunn Standar Operasional Prosedur ini.
Balikpapan, Kepala Unit Gawat Darurat,
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI FALSAFAH DAN TUJUAN SOP Standar Operasional Prosedur UGD (Tujuan) SOP Tentang Sistem PPGD di RS “RESTU IBU” Balikpapan SOP Tentang Pasien Yang Tidak Tergolong Akut dan Gawat SOP Tetapi Datang Berobat Ke UGD SOP Pelayanan Pasien Gawat Darurat SOP Penerimaan Pasien SOP Tentang Observasi Pasien Oleh perawat di UGD SOP Penanganan Pasien Yang Pulang / Berobat Jalan SOP Pasien Yang Akan Dirawat Inap SOP Penanganan Pasien Gawat Darurat SOP Pasien UGD Bermasalah Yang Memerlukan Rawat Inap SOP Pasien Meninggal di Unit Gawat Darurat SOP Pasien Yang Datang Sudah Meninggal (DOA) SOP Cara Pembayaran SOP Kuisoner / Angket SOP Penanggulangan Disaster Yang Terjadi di Dalam RSRI SOP Pembagian Tugas Bila Terjadi Musibah Massal di RSRI SOP Kebakaran di Rumah Sakit SOP Musibah Massal di Luar Rumah Sakit SOP Identifikasi Penderita Secara Sistematis Mengacu Pada Pedoman Rekam Medis SOP Tetap Pemberian Identitas dan Penomoran Pasien di UGD SOP Tentang Triase Alur Penanganan Kasus Obstetri SOP Tentang Pasien Yang Perlu Dirujuk / Alih Rawat ke Rumah Sakit Lain SOP Pendampingan Penderita Yang di Transportasi SOP Konsultasi Spesialis SOP Permintaan Darah Ke PMI SOP Penyediaan A, B, H, P, Linen, Alat, dan Kain Steril SOP Permintaan Obat Narkotik Struktur Organisasi di UGD SOP Uraian Tugas SOP Pertemuan UGD SOP Tentang Surat Cuti SOP Sistem Komunikasi SOP Pemakaian Ambulance SOP Tentang Alat dan Obat Untuk Life Saving
SOP Tentang Penggunaan OBat dan Alat SOP Tindakan DC Shock SOP Pemakaian Ambu bag SOP Penggunaan Laryngoscope SOP Pemakaian Suction SOP Elektrokardiografi SOP Pemakaian Accutrend Alpha SOP Penggunaan Softclix Standar dan Softclix Lancet SOP Penggunaan Berocare SOP Pemakaian Neck Collar SOP Naso Pharyngeal SOP Oro Tracheal SOP Venous Cutdown (Vena Seksi) SOP Peripheal Intravenous Cannulation SOP Pemasangan Intubasi SOP Pemasangan Chateter SOP Pemberian Oksigen SOP Kumbah Lambung SOP Menjahit Luka SOP Penggunaan Brancard SOP Protokol Kasus-kasus Penyakit Tertentu SOP Tentang Penyakit Menular SOP Penderita Dengan Kasus Kriminal SOP Penderita Tidak di Kenal SOP Tentang Kasus Pemerkosaan SOP Penyiksaan Anak SOP Visum Et Repertum SOP Kegawatan di Ruang Rawat Inap SOP Penanganan Keracunan SOP Tentang Pelayanan Kesehatan Dengan Perusahaan SOP Tentang Asuransi Kesehatan SOP Tugas Tanggung Jawab Dan Wewenang Dokter Jaga Batasan Tindakan Medis Di UGD SOP Rahasia Medis SOP Tentang Catatan Medis SOP Penulisan Resep SOP Pelayanan Ibu Dalam Proses Persalinan Normal Maupun Tidak Normal Program Orientasi Bagi Petugas Yang Baru di UGD RSRI Penilaian Sistem kerja staff UGD SOP Permintaan Foto Rontgen pasien di UGD
SOP Permintaa Pemeriksaan Laboratorium Pasien UGD SOP Ancaman Bom dan Penyanderaan SOP Tentang Listrik Padam SOP Pemadaman Listrik SOP Tentang Radio Aktif SOP Penderita yang Terkontaminasi radio Aktif Program Peningkatan Mutu di UGD RSRI Balikpapan
FALSAFAH DAN TUJUAN
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
VISI
MISI MOTTO
Bertekat menjadi UGD yang terbaik dan mengutamakan pelayanan demi keselamatan penderita. Memberikan pertolongan medis sedini mungkin kepada pasien-pasien yang mengalami kecelakaan dan pasien-pasien dalam keadaan kritis kecelakaan ataupun akibat suatu penyakit untuk mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. CEPAT , AKURAT , DAN MEMUASKAN
“RS RESTU IBU” TENTANG SISTEM PPGD DI RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
1 dari 1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU
10 januari 2011
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Suatu sistem penginformasian yang berisikan tentang kemampuan pelayanan IGD dan pelayanan medis lainnya, untuk menangani pasien, termasuk pelayanan dalam keadaan bencana.
Untuk meningkatkan pelayanan IGD dan pelayanan medis lainnya. Standarisasi dalam pemberian informasi. Setiap petugas IGD mampu memberikan informasi yang benar tentang pelayanan IGD dan pelayanan medis lainnya, termasuk pelayanan jika terjadi musibah masal. 1. Pelayanan Medis dan Perawatan Gawat Darurat berlangsung 24 Jam 2. Pasien yang masuk segera dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat dan dokter jaga untuk segera dilakukan tindakan secepatnya. 3. Pasien dengan luka-luka ringan dan berat pertolongan harus dilakukan oleh dokter jaga, jika perlu dikonsultasikan ke dokter spesialis bedah. Pasien dengan luka yang luas pada daerah muka dan tendon harus dikonsultasikan ke dokter spesialis bedah. 4. Pasien yang telah dilayani seperlunya dicatat dibuku rawat jalan / rawat inap,
PROSEDUR
memenuhi kewajiban membayar biaya pelayanan sesuai dengan tarif yang ditentukan 5. Pasien yang memerlukan rawat jalan dirujuk ke poliklinik pagi atau sore sesuai waktu jam kerja, diluar jam kerja dilayani di UGD dan diberi penjelasan, bila jam kerja dilayani di poliklinik 6. Pasien yang memerlukan observasi, dirawat diruang observasi tidak lebih dari 5 jam, bila perlu dikonsultasikan ke dokter spesialis 7. Pasien yang memerlukan rawat inap dialih ke ruang inap 8. Pasien yang alih rawat harus disertai surat alih rawat yg mencantumkan diagnosis,terapi, tindakan yang telah dilakukan dan anjuran, tanda tangan dokter.
TENTANG PASIEN YANG TIDAK TERGOLONG AKUT DAN GAWAT TETAPI DATANG BEROBAT KE UNIT GAWAT DARURAT No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
a. Pasien Gawat Darurat Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancama nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya b. Pasien Gawat Tidak Darurat Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya : kanker staium lanjut c. Pasien Darurat Tidak Gawat Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal d. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat Misalnya pasien dengan luka ulcus tropium, TBC kulit, dan sebagainya PENGERTIAN
e. Kecelakaan (Accident) Suatu kejadian dimana terjadi intraksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan secera (fisik, mental, sosial) Pasien yang datang berobat tidak gawat atau darurat akan diarahkan ke Poliklinik pagi jam 07.00-14.00, sore jam 14.00-21.00. selanjutnya diluar jam poliklinik UGD dapat melayani pasien yang datang berobat diluar jam poliklinik.
Pasien masuk ke UGD melalui petugas triase, kemudian diarahkan ke ruangan sesuai kasusnya untuk mendapatkan perawatan medis
Perawat menganamnase dan memeriksa tanda-tanda vital, mengisi hasil pemeriksaan pada dokumen medic lalu memberikan kepada dokter dan menjelaskan kepda pasien hasil pemeriksaan fisik / penunjang medis. TENTANG PASIEN YANG TIDAK TERGOLONG AKUT DAN GAWAT TETAPI DATANG BEROBAT KE UNIT GAWAT DARURAT
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Kemudian dokter membuat resep untuk dipergunakan selama satu hari dan menyarankan kepada pasien untuk kembali berobat pada esok hari ke poliklinik pagi / sore atau dokter / RS lain yang sudah ditentukan oleh perusahaan dari pasien tersebut/
PENGERTIAN
Perawat mencatat dalam status pelaksanaan instruksi dokter
Keluarga menyelesaikan administrasi pengobatan serta dibekali kartu berobat (identitas) guna keperluan berobat selanjutnya
Status rawat jalan disimpan untuk kemudian diserahkan ke medical record secepatnya guna pendataan.
PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Pasien harus mendaftar di bagian pendaftaran sebelum dilayani di triase 1. Pada jam kerja : pasien dengan gawat darurat semu, diteruskan / dirujuk ke poliklinik rawat jalan 2. Diluar jam kerja : pasien dengan gawat darurat semu, tetap akan diterima dan dilayani di UGD dan pasien di beri penyuluhan tentang fungsi UGD oleh petugas. Poliklinik : - Pagi mulai jam : 08.00-14.00 - Sore mulai jam : 14.00-21.00
PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Gawat Darurat
R. Resusitasi
Meninggal Rawat
R.Bedah Rawat
Darurat tdk Gawat R.Non Bedah
Pulang R.Observasi Pasien / Triase
Rawat
Gawat tdk Darurat
R.Non Bedah
Jam Kerja
Diteruskan / dirujuk ke poliklinik pagi / sore
Diluar Jam Kerja
Ruang Triase:
Tidak Gawat Tidak Darurat
R.Bedah Kecelakaan
Diberikan pelayanan medis sesuai dengan kewenangan profesi SMF
R.Non Bedah
Langsung dibawa pulang oleh keluarga Meninggal Dirujuk ke RSU Balikpapan
JALUR PELAYANAN DI UGD RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PASIEN BARU
PENDAFTARAN
KAMAR PERIKSA
TIDAK GAWAT
TERAPI
GAWAT DARURAT
DIKONSULTASIKAN KE DOKTER SPESIALIS
TIDAK DIKONSULTASIKAN
PULANG PULANG
RAWAT
PULANG
RAWAT
“RS. RESTU IBU” PENERIMAAN PASIEN
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PENGERTIAN
TUJUAN KEBIJAKAN
Segera setelah penderita berada diteras UGD, petugas ruang triase menyeleksi 1. Penderita yang bisa berjalan, langsung masuk keruang triase kemudian keluarga penderita mendaftar ketempat pendaftaran sesuai jam kerja. 2. Penderita yang tidak dapat berjalan, akan dijemput oleh petugas triase dari kendaraan yang berada diteras UGD dengan menggunakan kursi roda, kemudian keluarga penderita mendaftar ketempat pendaftaran sesuai jam kerja. Pada tempat pendaftaran UGD akan dilakukan: 1. Pencatatan data-data penderita pada DMK UGD dari nomor kartu s/d ada tidaknya permintaan VER 2. DMK dibawa keruang triase untuk selanjutnya dianamnase oleh petugas triase. a. Penderita yang dinyatakan boleh pulang maka: 1. Diberi terapi dan ditulis di DMK 2. Diberikan penyuluhan / saran-saran 3. Diberi kartu kecil bila berobat lagi ke RS “RESTU IBU“ 4. Dibuatkan slip/pemakaian alkes kemudian dibayar ke kasir b. Penderita yang dinyatakan masuk rumah sakit atau pasien kiriman dokter spesialis maka: 1. Petugas UGD menunjukan daftar tarif ruangan 2. Petugas menanyakan ruangan yang diinginkan penderita 3. Bila ruangan penuh pasien dialih rawat di rumah sakit lain 4. Data-data penderita dicatat pada buku register UGD 5. Keluarga penderita membayar di kasir
PENERIMAAN PASIEN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
6. Penderita dibawa keruangan oleh petugas UGD bersama-sama keluarga penderita 7. Sesampai diruangan penderita diserah terima kepada petugas ruangan tentang tindakan obat yang sudah dan belum diberikan, c. Penderita dengan kasus kebidanan / kandungan 1. pasien kiriman dokter obsgyn langsung masuk keruang VK
2. Pasien bukan kiriman, setelah diperiksa dokter jaga kemudian dikirim keruang VK
TENTANG OBSERVASI PASIEN OLEH PERAWAT DI UGD
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Setiap pasien yang memerlukan observasi ketat, dapat dilakukan oleh perawat denganpersetujuan dokter jaga setelah dikonsultasikan dan telah diperintahkan oleh konsulen untuk dilakukan monitor (pemantauan) tanda-tanda vital, terapi dan anjuran penunjang: a. Tanda-tanda vital:
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Keadaan umum
b. Cairan infuse c. Obat-obatan d. Produksi urine (dengan pemasangan chateter + urine bag) e. Laboratorium :
Darah lengkap
Kimia darah
Urine lengkap
f. Radiologi Selama dilakukan observasi paisen, jika ada hal-hal yang mengkhawatirkan maka perawat melaporkan ke dokter jaga dan diteruskan ke konsulen oleh dokter jaga. Hasil pemeriksaan penunjang segera dilaporkan ke dokter jaga dan diteruskan ke konsulen untuk memperoleh tindakan selanjutnya. PENANGANAN PENDERITA YANG PULANG / BEROBAT JALAN
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Setelah pasien yang di observasi dalam keadaan stabil, maka perawat melaporkan ke dokter jaga dan dokter juga mengontrol kembali kembali keadaan pasien. Kemudian selanjutnya dilaporkan ke konsulen, untuk penentuan dimana pasien tersebut akan ditempatkan. Bagi penderita yang telah selesai menjalankan pemeriksaan dan pengobatan, dan telah di injinkan untuk berobat jalan, maka wajib diberikan keterangan mengenai: 1. Hal-hal yang berhubunga dengan sakit 2. Pengobatan yang telah diberikan, dan akan diberikan dalam resep 3. Cara makan obat, jumlah item obat yang diberikan dan dosis obat. 4. Anjuran dan keharusan untuk kontrol keesokan harinya (terutama untuk kasuskasus flase emergency), diruang unit mana, jam berapa. Karena itu resep hanya diberikan seperlunya saja, maksimal 3 hari tergantung hari berobatnya (minggu, libur).
5. Kemungkinan perlunya pemeriksaan-pemeriksaan penunjang 6. Dalam status dicatat dalam kolom resep:
Jenis obat, jumlah setiap jenis yang diberi
Beberapa kali pemberian untuk setiap jenis obat
Anjuran pemeriksaan penunjang
Kontrol unit mana
7. Bila dalam kurun waktu setelah selesai berobat dan menunggu waktu kontrol, terjadi hal-hal yang bersifat emergency untuk si penderita, maka dipersilahkan untuk kembali ke UGD kapan saja untuk mendapat pertolongan.
PASIEN YANG AKAN DIRAWAT INAP
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Segera setelah pasien dinyatakan rawat inap oleh dokter maka: 1. Keluarga pasien diberi penjelesan tentang: a. Tarif ruangan b. Panjar c. Fasilitas yang ada d. Tata tertib 2. DMK rawat jalan dan rawat inap di isi dan ditandatangani dokter jaga 3. Dokter jaga mengkonsultasikan ke dokter spesialis yang merawat 4. Setelah tindakan yang berhubungan dengan penderita (misal: infuse, chaterisasi, heacting, dll) dilaksanakan pasien akan dibawa keruangan yang dituju (sesuai SOP pendamping pasien yang ditransportasi) 5. Setelah sampi diruangan pasien dan DMK diserah terimakan kepada petugas ruangan.
PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Penderita tak sadar dengan trauma a. Infus RL hangat
Dewasa : 2 liter
Anak : 1 liter
b. Pasang neck collor, kalau ada cidera pada bahu ke atas c. Pasang chateter dan NGT d. Periksa laboratorium : HB, Lecocyt, Therombocyt, Hematokrit, GDS, Ureum, Creatinin. e. Sementara menunggu hasil laboratorium pasien dikonsultasikan ke dokter konsultasi sesuai dengan diagnosanya f. Lakukan x-ray yang diperlukan g. Persiapan melakukan RJP h. Therapy selanjutnya, lihat PDT masing-masing 2. Penderita tak sadar non trauma a. Infus RL sesuai kebutuhan b. Pasang chateter dengan NGT c. Lakukan pemeriksaan EKG (usia diatas 40 Tahun) d. Periksa laboratorium : Hb, Lecocyt, Therombocyt, Hematokrit, GDS, Ureum, Creatinin.
e. Sementara menunggu hasil laboratorium, pasien dikonsultasikan ke dokter konsulan sesuai dengan diagnosanya. f. Persiapan melakukan RJP
PENDERITA UGD ”BERMASALAH” YANG MEMERLUKAN RAWAT INAP
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Bermasalah diartikan : a. Penderita identitas dengan / tanpa pengantar b. Penderita identitas tanpa keluarga / domisili diluar Balikpapan c. Penderita tak mampu dengan / tanpa keluarga Di UGD penderita dilayani dan atasi kegawatannya, dan selanjutnya didalam pengawasan bila perlu dirawat: 1. Maka petugas UGD memberikan tahu / menginformasikan masalahnya kepada admitting office (kantor penerima penderita) untuk dikonsultasikan ke Ka.Bid.Yanmed dan atau pejabat sejajar diatasnya guna diambil suatu kebijakan untuk rawat inap bagi penderita yang bermasalah: bila dipandang perlu Ka.Bid.Yanmed dapat diminta tanda tangan surat persetujuan tindakan (tindakan medis / rawat): a. Penderita tanpa identitas dengan / tanpa pengantar: UGD memberi tahu kebagian keamanan Rumah Sakit (Satpam/Polisi) guna pencarian iformasi lebih lanjut, bila ada pengantar, maka identitas pengantar dicatat untuk penyelidikan lebih lanjut. b. Penderita beridentitas tanpa keluarga / domisili luar Balikpapan / asing Penderita dilayani sesuai prosedur (penerima / penanganan) dan diatasi kegawatnnya. Untuk penderita yang tidak ada identitas, penderita dilaporkan ke bagian keamanan Rumah Sakit (satpam / polisi) untuk penyelidikan lebihlanjut, penderita
diberitahu
tentang
keadaan
penyakitnya
dan
dimintai
persetujuannya (rawat / tindakan medis / tindakan operasi). Kemudian bagian penerimaan penderita dikoordinasikan untuk penyelesaian administrasi selanjutnya. PENDERITA UGD ”BERMASALAH” YANG MEMERLUKAN RAWAT INAP
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
c. Penderita tak mampu dengan / tanpa keluarga. UGD memberitahu kebagian penerimaan penderita tentang kondisi sosial ekonomi penderita / keluarga: Untuk penyesuaian kelas rawat Untuk pertimbangan Ka.Bid.Yanmed Keluarga diberitahu / penjelasan bahwa setelah penderita masuk dirawat perlu
mengurus
surat
keterangan
dari
RT/RW/Kelurahan
(domisili
Balikpapan) yang isinya menerangkan bahwa penderita betul-betul tidak mampu, untuk melengkapi keperluan administrasi. Bila tempat perawatan penuh, keluarga diberitahu dan diserahkan untuk dirujuk ke Rumah Sakit lain, bila keluarga tidak ada, maka penderita dibseritahu tentang keadaan penyakitnya dan tempat rujukan yang disepakati. 2.
Bila perlu dirujuk di RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
PASIEN MENINGGAL DI UNIT GAWAT DARURAT No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Pasien yang meninggal di UGD dibagi menjadi 2 kelompok: a. Pasien yang meninggal wajar misal : sakit lama b. Pasien yang meninggal dengan prasangkaan tidak wajar atau tidak jelas penyebabnya. Misal:
Pembunuhan
Bunuh diri
Kecelakaan
Tidak diketahui sebab-sebabnya (meninggal tiba-tiba)
Untuk pasien yang meninggal wajar dibuatkan surat keterangan meninggal oleh dokter UGD yang sedang tuags. Untuk pasien yang meninggal dengan prasangkaan tidak wajar atau tidak jelas, dibuatkan surat keterangan meninggal dan berisi tulisan bahwa ada prasangkaan kematian tidak wajar / tidak jelas oleh dokter UGD yang sedang tugas. Bila diperlukan otopsi oleh polisi maka dirujuk ke RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo
PENDERITA YANG DATANG SUDAH MENINGGAL (DOA) No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Pastikan kematian (criteria of Death) antara lain: a.
Tubuh kaku
b.
Acral biru-pucat
c.
Tidak panas
d.
Jantung tidak berdetak (EKG flat)
e.
Reflek-reflek negatif
Cornea, Pupil
Ocula Cephalic
Ocula Vestibul
Gag
Penderita dengan Keluarga Anamnase Memberitahu keadaan penderita Identitas (penderita, pengantar) Bila ada kecurigaan lapor ke Pos Keamanan UGD bila kasus kematian tidak jelas : Pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, keracunan buatkan surat pengantar ke RSU Dr. Kanujoso kebagain kamar jenazah. Dibuatkan surat keterangan meninggal: Ditunjukan RSU Dr. Kanujoso untuk diteliti dan diperiksa secara forensik
CARA PEMBAYARAN No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Penderita dengan mendapatkan tindakan a. Setelah pasien dinyatakan boleh pulang, perawat membuat slip pembayaran b. Pasien / keluarga ke kasir untuk membayar dengan membawa slip yang telah dibuat oleh petugas kasir c. Setelah bayar pasien / keluarga membawa / menunjukan kwitansi yang dirangkap dua kali (asli dan copy) kepada petugas UGD. d. Kwitansi asli diserahkan kembali kepada pasien / keluarganya e. Pasien mengambil obat di Apotik Rumah Sakit Restu Ibu dengan menggunakan resep dari dokter. f. Setiap penggantian dinas kwitansi warna hijau akan dikembalikan ke kasir. 2. Penderita tanpa tindakan a. Setelah pasien dinyatakan boleh pulang, pasien / keluarganya ke kasir UGD untuk membayar dengan membawa resep dari dokter. b. Setelah bayar pasien / keluarganya, membawa resep dari dokter menuju ke Apotik RSRI Catatan: 1. Kalau pasien tidak mampu membayar, bayar separuh, menunda pembayaran, petugas UGD berkonsultasi kepada Dokter Jaga/Ka.UGD hasil keputusan diberitahukan ke kasir. 2. Untuk pasien rawat inap (operasi), pembayaran administrasi diperhitungkan, bila pasien akan pulang, petugas UGD / perawat hanya menjelaskan biaya panjar dan rawat inap. 3. Petugas UGD/ Perawat akan menyetor ke kasir hasil transaksi di UGD dilampirkan copy kwitansi. 4. Pembayaran diluar jam kasir dilakukan langsung di UGD, hasil transaksi disetorkan pada jam kerja kasir pada esok harinya (copy kwitansi dan daftar kunjungan pasien terlampir) ALUR PENDAPATAN TAMU No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Transaksi jam 08.00 s/d 16.00 Wita
Transaksi Jam 16.00 s/d 08.00 Wita
Pasien
Pasien
Kasir
Unit Ybs
Setor ke Bank
Kasir
Setor ke Bank
KUISIONER / ANGKET No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
TUJUAN
Meningkatkan mutu pelayanan UGD dan respon pasien yang mendapatkan
SASARAN
pelayanan di UGD Semua pasien yang datang ke UGD yang diambil secara acak Setiap pasien yang datang berobat ke UGD diberikan angket yang berupa kuisioner dan saran Jumlah dari angket yang ditargetkan ke koordinator perawat UGD dan Ka.UGD menganalisa dan menginformasikan, analisa angket ke bidang-bidang terkait antara lain Rekam Medis, Pelayanan Medis, Adminitrasi, Dokter Jaga, Satpam
SISTEM KERJA
dan Staff UGD Setelah tiga bulan dievaluasi dengan memberi angket kembali kepada pasien yang datang berobat ke UGD Hasil evaluasi diinformasikan oleh Ka. UGD ke bidang-bidang yang terkait dan ini dilakukan setiap trisemester
KUISIONER No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
===================================================================================================
1. Petunjuk arah / keterangan yang menunjuk ke Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit “RESTU IBU“ Balikpapan : a. Jelas b. Cukup jelas c. Tidak Jelas 2. Prosedur pendaftaran : a. Sederhana
b. Berbelit-Belit
3. Sikap petugas loket : a. Simpati
b. Cukup Simpati
c. Kurang Simpati
4. Kecepatan mendapat pelayanan medis di Intalasi Rawat Darurat: a. Baik b. Cukup baik
c. Kura ng Baik
5. Mutu pelayanan medis di Instalasi Rawat Darurat: a. Baik b. Cukup
c. Kurang baik
6. Sikap perawat a. Ramah
c. Kurang Ramah
b. Cukup Ramah
7. Sikap Dokter a. Keramahan 1) Baik 2) Cukup 3) Kurang b. Penjelasan / nasehat yang diberikan : 1) Baik 2) Cukup 3) Kurang c. Ketelitian pemeriksaan : 1) Baik 2) Cukup 3) Kurang 8. Kebersihan ruangan a. Bersih
b. Kotor
9. Kebersihan kamar mandi / WC a. Bersih b. Kotor saran-saran : Tanggal : Nama : Tanda tangan
Ka. UGD RS “RESTU IBU“
PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Bencana ialah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba menimbulkan korban jiwa manusia dalam jumlah besar, disertai kerugian material relatif besar yang memerlukan pertolongan medis segera, baik yang terjadi karena gejala alam, maupun yang disebabkan oleh ulah manusia atau karena faktor lainnya. Korban bencana ialah: Korban meninggal dan penderita akibat terjadinya musibah / bencana dengan berbagai klasifikasi berdasarkan kegawatdaruratannya dan memerlukan pelayanan medik baik dilokasi kejadian, dalam perjalanan evaluasi dan ditempat penanggungan / Rumah Sakit. I. Penanggulangan korban bencana dibagi menjadi 2 bagian: I. Korban bencana dengan kasus bedah (siaga bedah) II. Korban bencana dengan kasus medik (siaga medik) I. Siaga bedah terdiri dari: 1. Siaga I : jumlah korban 5-10 2. Siaga II : jumlah korban 10-20 3. Siaga III : jumlah korban >20 Ad.1. Persiapan untuk menanggulangi siaga I (bedah)
Memberikan / memanggil dokter jaga ruangan
Memberikan / memanggil PJK
Memberikan / memanggil dokter jaga badan anastesi
Memberikan / memanggil satpam
Menyiapkan kamar operasi dilakukan oleh petugas / perawat kamar operasi
Ruangan penderita cukup didalam IGD
PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Ad.2. Persiapan untuk penanggulangan siaga II (bedah)
Memberitahu / memanggil Dokter jaga ruangan
Memberitahu / memanggil PJK
Memberitahu / memanggil dokter jaga bedah dan anastesia
Memberitahu / memanggil satpam
Memberitahu / memanggil koordinator perawat IGD dan beberapa perawat IGD yang libur / tidak bertugas saat itu.
Memberitahu / memanggil Kepala Bidang Keperawatan
Memberitahu / memanggil Kepala IGD
Memberitahu / memanggil Ka. Bid.Pelayanan Medis
Ad.3. persiapan untuk penanggulangan siaga III (bedah)
Memberitahu / memanggil Dokter jaga ruangan
Memberitahu / memanggil PJK
Memberitahu / memanggil dokter jaga bedah dan anastesia
Memberitahu / memanggil satpam
Memberitahu / memanggil koordinator perawat IGD dan beberapa perawat yang libur dan tidak bertugas saat itu
Memberitahu / memanggil Kepala Bidang Keperawatan
Memberitahu / memanggil petugas logistik
Memberitahu / memanggil seluruh dokter IGD
Memberitauh / memanggil Direktur RS“RESTU IBU“
Ruang penderita didalam IGD dan sekitarnya
PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
II. Siaga medik terdiri dari: 1. Siaga I : jumlah korban 10-20 2. Siaga II : jumlah korban 20-40 3. Siaga III : jumlah korban >40 ad.1. Persiapan penanggulangan siaga I (medik)
Memberitahu / memanggil dokter jaga ruangan
Memberitahu / memanggil PJK
Memberitahu / memanggil dokter jaga anastesi
Memberitahu / memanggil petugas satpam
Ruangan pasien cukup didalam IGD
ad.2. Persiapan untuk penanggulangan siaga II (medik)
Memberitahu / memanggil Dokter jaga ruangan
Memberitahu / memanggil PJK
Memberitahu / memanggil dokter jaga anastesia
Memberitahu / memanggil satpam
Memberitahu / memanggil karu IGD dan beberapa perawat IGD yang libur / tidak bertugas saat itu.
Memberitahu / memanggil petugas logistik
Memberitahu / memanggil Kepala Bidang Keperawatan
Memberitahu / memanggil Kepala IGD
Memberitahu / memanggil Ka. Bid.Pelayanan Medis
Ruang pasien didalam IGD dan sekitarnya
PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Ad.3. persiapan untuk penanggulangan siaga III (medik)
Memberitahu / memanggil Dokter jaga ruangan
Memberitahu / memanggil PJK
Memberitahu / memanggil dokter jaga bedah dan anastesia
Memberitahu / memanggil satpam
Memberitahu / memanggil karu IGD dan beberapa perawat yang libur dan tidak bertugas saat itu
Memberitahu / memanggil petugas logistik
Memberitahu seluruh dokter IGD
Memberitahu Ka.Bid.Yan.Med
Memberitahu Direktur RS“RESTU IBU“
Ruang pasien didalam IGD dan sekitarnya
II. Tugas dan wewenang dokter jaga IGD 1. Menentukan macam dan tingkatan siaga 2. Memberitahu / memanggil dokter jaga ruangan 3. Memberitahu / memanggil dokter IGD yang tidak bertugas saat itu 4. Memberitahu / memanggil Ka. IGD 5. Memberitahu / memanggil dokter jaga konsulen sesuai dengan kebutuhan 6. Memberitahu / memanggil Kabid Yanmed 7. Menyatakan siaga telah selesai
PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
III.
Ketua tim jaga IGD bertugas
1. Memberitahu / memanggil koordinator perawat IGD dan seluruh perawat IGD 2. Memberitahu / memanggil koordinator perawat IGD dan seluruh perawat IGD yang bertugas saat itu 3. Memberitahu / memanggil satpam 4. Memberitahu / memanggil logistik 5. Memberitahu / memanggil Ka. Bidang Keperawatan IV.
Persiapan penunjang umum
1. Siaga listrik oleh manitenance 2. Siaga keamanan oleh satpam 3. Siaga ambulance oleh koordinasi ambulance 4. Siaga telephone oleh maintenance 5. Siaga pemadam kebakaran 6. Siaga posko banjir V. Triase 1. Triase dipimpin oleh Dokter IGD dan atau perawat senior IGD 2. Korban diseleksi menurut berapa ringannya penyakit serta menjamin supaya tak ada penderita yang tidak mendapat perawatan medis
PENANGGULANGAN DISASTER YANG TERJADI DI DALAM RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
VI.
Tatalaksana korban
1. Setelah di triase , setiap korban diberi label yang sesuai, status, yang melekat di korban 2. Dilakukan pemeriksaan dan atau tindakan sesuai label dan diatasi kegawatdaruratannya 3. Korban dapat:
Dipulangkan (rawat jalan)
Rawat inap
Dirujuk (sesuai skema pasien masuk IGD)
Observasi
Resusitasi
Meninggal
VII.
Pelaporan
Dalam waktu 1 kali 24 jam, diwajibkan membuat laporan yang terperinci tentang: 1. Jumlah korban, lokasi 2. Jumlah yang dipulangkan / meninggal / rawat inap / dirujuk 3. Jumlah penyakit / luka dsb 4. Tenaga / sarana Laporan ditujukan kepada : 1. Direktur Rumah Sakit 2. Humas / KIE 3. Rekam Medis VIII.
Anggaran
Semua biaya untuk sementara dibebankan kepada Rumah Sakit.
BAGIAN TUGAS BILA TERJADI MUSIBAH MASSAL (Disaster Plan) UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
IX. Menyiapkan tenaga dan koordinasi Ketua : PJK Anggota : Koordinator Jaga Sift IGD Tugas-tugas : 1. Mengerahkan tenaga para medis 2. Menghubungi tenaga para medis yang perlu dihubungi 3. Mengkoordinasikan tugas-tugas keperawatan dan menghubungi ke bangsalbangsal perawatan. II. Persiapan di Instalasi Gwat Darurat Ketua : Kepala IGD Anggota : Koordinator perawatan IGD Tugas-tugas : 1. Mempersiapkan segala kebutuhan alat-alat untuk tindakan di IGD 2. Menerima pasien dan menyeleksi jenis pertolongan yang akan diberikan 3. Menyalurkan pasien-pasien yang perlu dirawat III. Persiapan alat dan Obat-obatan Ketua : Seksi logistik Anggota : Staff IGD
BAGIAN TUGAS BILA TERJADI MUSIBAH MASSAL (Disaster Plan) UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Tugas-tugas : 1. Mengkoordinasikan kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan yang diperlukan bagi pasien. 2. Menghubungi pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh alat dan obatobatan tersebut 3. Menyiapkan alat angkut seperti kursi roda dan brancard IV. Evakuasi Ketua : Dokter jaga IGD Anggota : Kepala jaga sift Tugas-tugas : 1. Mengecek apakah rumah sakit lain sudah dihubungi 2. Mempersiapkan alat-alat transportasi untuk evakuasi 3. Mempersiapkan tempat evakuasi di Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan V. Komunikasi Ketua : Koordinator Perawat IGD Anggota : Staff IGD Tugas-tugas : 1. Mempersiapkan alat-alat komunikasi agar siap pakai 2. Memberi bantuan komunikasi dengan cepat kepada mereka yang memerlukan
BAGIAN TUGAS BILA TERJADI MUSIBAH MASSAL (Disaster Plan)
UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” BALIKPAPAN
No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
VI. Pencatatan Pelaporan Ketua : Seleksi pencatatan dan Pelaporan Anggota : staff IGD Tugas-tugas : 1. Mencatat jumlah, identitas dan jenis pasien serta tindakan yang telah diberikan 2. Mengevaluasi pertolongan yang telah diberikan 3. Membuat laporan lengkap tentang musibah tersebut kepada Direktur VII. Pengamanan Ketua : Koordinator Perawat IGD Anggota : Koordinator Shift jaga Tugas-tugas : 1. Mengamankan barang-barang penderita 2. Mencegah orang-orang yang tidak berkepentingan, yang akan masuk kedalam ruangan 3. Mengatur keluarga penderita yang akan melihat keadaan keluarganya.
KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT
No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Setiap karyawan Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan perorangan bila melihat ada bahaya kebakaran, maka:
segera mematikan api tersebut sewaktu masih kecil
Gunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang ada
Bunyikan tanda bahaya bila api tidak dapat dikuasai
Untuk IGD diberlakukan SPO penanggulangan Bencana
2. Segera menghubungi :
Pemadam kebakaran
Team K3 (Keselamatan Kerja, Kebakaran & Kewaspadaan Bencana) Rumah Sakit
Satpam
Petugas Maintenance Rumah Sakit
Waskowat
3. Petugas diruangan / lokasi yang terkena kebakaran harus siap siaga, dan berusaha menyelamatkan wilayahnya sementara menunggu datangnya bantuan dari team kebakaran 4. Segera selamatkan pasien:
Anak / bayi
Ibu hamil
Dan lain-lain
5. Setiap karyawan segera (bila masih sempat) menyelamatkan dokumen-dokumen yang ada 6. Bersiap-siap keluar dengan tenang, cepat, teratur menuju pintu keluar dan berkumpul disuatu tempat sesuai petunjuk anggota team. 7. Lokasi kebakaran diblokir untuk umum, aliran listrik yang menuju lokasi kebakaran diputus (kecuali untuk pompa air)
KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT
No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
8. Tugas dari masing-masing a. Team Kebakaran Memimpin memadamkan sumber api b. Satpam Memblokir jalan yang menuju lokasi untuk menghindarkan orang-orang yang tidak berkepentingan masuk c. Team IGD Menyiapkan OBHP yang berhubungan dengan P3K, dan berkumpul ditempat d. Kepala ruangan Membantu anggota team dalam menentukan pengungsian anak buahnya & berusaha menyelematkan dokumen penting e. Dinas pemadam kebakaran Menghubungi barisan pemadam kebakaran yang ada bila api meluas & sulit dikuasai 9. Membuat laporan
Inventaris barang-barang yang tersisa / terbakar
Korban yang dirawat / meninggal
Peristiwa kejadiannya (sebagai acuan perbaikan dan perhatian)
10.
Setiap satu tahun sekali seluruh karyawan Rumah Sakit mengadakan
stimulasi penanggulangan bencana di Rumah Sakit
MUSIBAH MASSAL DILUAR RUMAH SAKIT
No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Bila terjadi musibah massal diluar Rumah Sakit dan ada permintaan tenaga kesehatan ke Rumah Sakit“RESTU IBU“, maka Rumah Sakit“RESTU IBU“ akan mengirimkan satu tim kesehatan dari petugas jaga di IGD, tim terdiri dari:
Satu orang dokter jaga IGD dan dua orang perawat IGD. Tim akan dilengkapi dengan alat dan obat-obatan yang diperlukan
2. Dokter jaga IGD melapor ke kepala IGD 3. Kepala IGD akan menunjuk dokter dan perawat yang tidak bertugas pada saat itu untuk memberikan dan menggantikan pelayanan di IGD
IDENTIFIKASI PENDERITA SECARA SISTEMATIS MENGACU PADA PEDOMAN REKAM MEDIS
No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Setiap penderita yang datang berobat ke IGD akan mendapat: 1. Kartu pengenal
Kartu berlogo Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan
Bernomor sesuai nomor urut dari Rekam medis
Tertera nama, umur, kelamin, alamat, pekerjaan, dan tanggal
2. Status Rawat Jalan
Kolom nomor untuk diisi sesuai nomor dari kartu pengenal, nama pasien
Ada lembaran ringkasan riwayat klinik, tertera logo Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan, nomor sesuai nomor kartu pengenal, nama penderita / umur / kelamin (Lihat RM)
Kartu pengenal dibawa oleh penderita sebagai kartu identitas, untuk memudahkan pengambilan status rawat jalan bilasewaktu-waktu penderita ingin berobat kembali / kontrol Status rawat jalan setelah lengkap diisi / selesai pemeriksaan penderita pulang, akan dikumpulkan / disimpan dikantor Rekam Medis Sub Rawat Jalan. Semua penderita yang berobat ke IGD akan dicatat dibuku besar IGD Medik, terisi nama / kelamin / umur / alamat / diagnosa / status perawatan – tindakan / keterangan pulang – observasi – rawat. Pencatatan Rekam medis dilakukan oleh petugas Rekam Medis.
PEMBERIAN IDENTITAS DAN PENOMORAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Pemberian Nomor Rekam Medis di Unit Gawat Darurat Sistem pemberian Nomor rekam medis di Instalasi Gawat Darurat adalah Unit Numbering System (Sistem Pemberian nomor secara unit, dimana setiap apsien yang berkunjung ke Instalasi Gawat Darurat mempunyai satu nomor rekam medik, akan mendapatkan nomor RSRI yang berlaku seumur hidup) A. Pemberian Identitas Data identitas yang harus diisikan kedalam formulir register sesuai dengan format yang tersedia. Antara lain: 1. Tanggal / Bulan / Tahun / Jam 2. Nomor Register / DMK 3. Nama pasien 4. Alamat Lengkap 5. Identitas Pengantar 6. Agama 7. Umur 8. Jenis Kelamin 9. Cara kunjungan 10. Asal pasien 11. Keadaan pasien setelah di IGD (dirujuk , pulang / menunggu di IGD) 12. Diagnosa kerja 13. Jenis kasus (Baru / Lama) 14. Cara Pembayaran (Bayar sendiri, asuransi, askes, dll)
TENTANG TRIASE No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Triase adalah suatu sistem seleksi pasien yang menjamin setiap pasien untuk mendapatkan pelayanan penanganan Gawat Darurat secara cepat akurat Pasien yang masuk dalam sistem triase, segera dapat diarahkan ke ruang periksa sesuai kasusnya, berdasarkan dari sifat kegawatan penyakit dan jenis pertolongan yang dibutuhkan. Bila pasien dalam jumlah banyak, atau ada disaster untuk memudahkan , menyeleksi pasien maka dipergunakan label. Ada beberapa jenis label, antara lain: 1.
Label putih : ke ruang Resusitasi
2.
Label merah : ke ruang Bedah
3.
Label kuning : ke ruang Observasi
4.
Label hijau : ke ruang Non Bedah
5.
Label hitam : ke ruang Jenazah
Petugas triase adalah : Dokter jaga IGD dibantu pelaksanaan harian perawat senior Pasien dari sistem triase segera diarahkan ke ruang yang telah ditentukan sesuai kasusnya. A. Pasien dengan label merah masuk dalam ruang bedah, untuk dilakukan pemeriksaan / tindakan Pasien dapat pulang dan / kontrol di rawat jalan Pasien dapat rawat inap Pasien dapat dirujuk Apabila selama diruang merah terjadi / perlu suatu tindakan emergency resusitasi, maka pasien segera diarahkan ke ruang resusitasi Apabila memerlukan tindakan observasi, maka pasien diarahkan ke ruang observasi TENTANG TRIASE No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
B. Pasien dengan label hijau masuk dalam ruang Non Bedah, untuk dilakukan pemeriksaan / tindakan Pasien dapat pulang semuh / kontrol rawat jalan Pasien dapat rawat inap Pasien dapat dirujuk Apabila terjadi emergency, segera diarahkan ke ruang resusitasi Apabila memerlukan tindakan observasi, maka paisen diarahkan ke ruang observasi C. Pasien dengan label kuning masuk dalam ruang observasi, untuk dilakukan tindakan observasi, selama diobservasi pasien dibawah pengawasan dokter jaga saat itu. D. Pasien dengan label putih masuk dalam ruang resusitasi, segera dilakukan tindakan resusitasi jantung pulmonal, dan atau resusiatasi otak / cairan dsb. Bila perlu dapat dilakukan defibrilasi / cardioversi Pasien dapat dirawat inap Pasien dapat dirujuk (persyaratan rujuk dipenuhi) Pasien meninggal, dst. Diarahkan keruang jenazah E. Pasien dengan label hitam : Bisa langsung dibawa pulang oleh keluarganya Dirujuk ke RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo
TRIASE SCORE No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
VARIABEL
DEFINISI
SCORE
Usaha bernafas
Normal
0
Infeksi gerakan hidung dada
Dangkal
2
Retraksi
2
Pengisian kapiler penekanan kuku
Tidak ada Segera (2“) Spontan
2 0
Berbicara atau menurut perintah atau rangsangan nyeri
Terhadap suara
1
Terhadap nyeri
2
Reaksi verbal
Tidak ada Baik
3 0
Kemampuan bercakap-cakap kalimat
Kacau
1
Hanya kata-kata, hanya suara
Kata-kata tidak sesuai
2
Tidak dapat dipahami
3
Reaksi motonik
Tidak bereaksi Menurut permintaan
4 0
Diperintahkan dengan kata-kata atau teriakan atau rangsangan
Dengan tarikan
1
nyeri
Flexi
2
Extensi
3
ALUR PENANGANAN KASUS OBSTETRI No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
UNIT RAWAT DARURAT TRIAGE
Kamar Periksa VK Kebidanan : * Resusitasi * Resusitasi Persiapan SC * Persiapan laporotomi Persiapan histerektomi * Douglas Fungsi Persiapan tindakan abdominal lainnya ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kamar Bersalin : * Hamil dengan komplikasi * D dan C Partus spontan * Staddle Injury Partus prematur Partus dengan tindakan non operatif Manual plasenta KPP/KPSW ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kamar bedah central * SC * Laparotomi Histerektomi Ligasi - KET ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Ruang rawat inap * Febris Feurpuralis * Abortus infeksi Hamil dengan sesuatu penyakit * Abortus iminens
ALUR PENANGANAN KASUS OBSTETRI No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
UNIT RAWAT DARURAT TRIAGE
HASIL RESIKO RENDAH HASIL RESIKO TINGGI KEGAWATAN OBSTETRI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------K.M.OBSERVASI KEBIDANAN resusitasi Observasi Persiapan – operasi ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------KAMAR BEDAH SENTRAL SC Histerektomi ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------RUANG KEBIDANAN * observasi ibu * monitor ibu * observasi janin * monitor janin * partus spontan * tindakan * neonatus * obstetri Apabila gagal * operatif vaginal ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INSTALASI RAWAT INAP * rawat gabung * perawatan intermediate * Ruang * perawatan intermiate * Rawat gabung intermediate * nifas * Nifas * perawatan Post Op * Rawat Gabung * Poli ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------INTALASI RAWAT JALAN POLI KEBIDANAN
TENTANG PASIEN YANG PERLU DIRUJUK / ALIH KE RUMAH SAKIT LAIN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
I.
Alih rawat ke Rumah Saki lain dilakukan apabila
Atas permintaan penderita / keluarga
Tempat perawatan penuh
Alih rawat pasien dapat ditunjukan :
II.
Ke Rumah Sakit setara yang dituju
Ke Rumah Sakit ABRI
Ke Rumah Sakit Pertamina
Rujukan ke Rumah Sakit lain dilakukan apabila fasilitas / sarana di Rumah Sakit “RESTU IBU“ tidak ada atau sedang tidak berfungsi Rujukan pasien dapat ditunjukan:
III.
Ke Rumah Sakit yang lebih besar dan lengkap.
Tata cara rujukan 1. Pasien setelah diperiksa oleh Dokter Jaga yang telah di konsultasikan kepada Dokter Konsulen, dianggap perlu tindakan atau pemeriksaan yang tidak dimiliki Rumah Sakit “RUMAH SAKIT“, akan dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih mampu oleh Dokter Konsulen. Dalam hal ini yang menentukan / berhak merujuk pasien ke Rumah Sakit yang lebih mampu adalah Dokter Konsulen. 2. Pada keadaan dimana ruang perawatan di Rumah Sakit “RESTU IBU“ penuh atau atas permintaan pasien atau keluarganya maka pasien dapat di alih rawat ke Rumah Sakit lain yang mampu menampung pasien tersebut. Rujukan cukup dilakukan oleh Dokter Jaga UGD kecuali bila dianggap perlu untuk mendapatkan persetujuan Dokter Konsulen.
TENTANG PASIEN YANG PERLU DIRUJUK / ALIH KE RUMAH SAKIT LAIN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
3. Pasien yang telah diperiksa oleh Dokter Jaga UGD dan dianggap perlu untuk dikonsultasikan ke Dokter Spesialis maka:
Dokter Jaga UGD menghubungi konsulen melalui telepon, maka Dokter Jaga yang mengkonsulkan tersebut harus didampingi perawat untuk mendengarkan bersama-sama advis yang diberikan oleh Dokter Konsulen tersebut melalui telepon.
Hasil konsultasi akan ditulis pada buku DMK, selanjutnya bila kemudian Dokter Konsulennya datang harus menandatangani buku tersebut. Dokter Konsulennya datang harus menandatangani buku tersebut. Jawaban dari konsulen sudah harus diterima paling lambat 15 menit. IV.
Syarat rujuk / alih rawat 1.
Kondisi penderita dalam keadaan layak kirim
Sudah diperiksa lengkap
Sudah diberikan pertolongan pertama
Kegawatan sudah teratasi / sudah stabil (tanda vital)
Dilengkapi formulir rujukan yang ditandatangani Dr.Jaga UGD yang bertugas
Untuk pasien yang alih rawat tanpa menggunakan alat-alat kesehatan
2.
Konfirmasi tempat Rumah Sakit rujukan disetujui
3.
Penderita / Keluarga / Teman / Petugas mengetahui dan mengerti akan permasalahannya,
dan
menyetujui
serta
menandatangani
surat
permintaan rujukan.
PENDAMPING PASIEN YANG DITRANSPORTASIKAN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Transportasi dibagi: Dalam Rumah Sakit: Kondisi siap antar Menuju ruangan rawat inap Menjalankan rujukan pemeriksaan radiologi ( CT scan kepala / USG) Menjalankan rujukan ke Unit Bedah untuk pelaksanaan tindakan yang membutuhkan peralatan yang lebih lengkap Diantar oleh 1 orang perawat dan 1 orang pengantar penderita
Keluar Rumah Sakit (Menjalankan rujukan ke RS lain) Syarat: Penderita dengan identitas jelas Ada keluarga / penghantar penderita yang menyertai penderita kondisi penerita layak rujuk Dapat diantar dengan ambulance Rumah Sakit / ambulance 119-118, Ambulance PMI Harus disertai 1 orang pengahantar penderita (Pegawai RS) dan 1 perawat pelaksana yang berpengalaman menguasai tindakan basic life support. Untuk kasus-kasus gawat harus di dampingi 2 perawat yang berpengalaman. Perlengkapan: Tabung O2 dan selangnya Masker Air Viva Cairan Colloid dan Kristoloid Peralatan resusitasi / bantuan hidup dasar + obat-obatan resusitasi
PENDAMPING PASIEN YANG DITRANSPORTASIKAN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Tata laksana: Menyerahkan ke Instalasi terkait Tanda terima pasien Surat jawaban dari Rumah Sakit yang dirujuk / wali rawat Mencatat alat dan obat yang diberikan Membuat laporan pelakasanaan tugas Syarat pendamping: Ada dari pihak Rumah Sakit dengan identitas lengkap
Ada surat tugas dari pelimpahan Mengetahui dantrampil dalam pertolongan hidup dasar
KONSULTASI SPESIALIS No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Pasien yang telah diperiksa oleh dokter jaga UGD dan dianggap perlu untuk dikonsultasikan ke dokter spesialis maka: a. Dokter konsulen akan dihubungi melalui telepon atau pager oleh dokter jaga UGD. Bila dalam waktu 15“-30“ menit tidak ada jawaban maka dokter jaga berhak memberikan kepada konsulen dokter spesialis urutan kedua dan seterusnya. b. Bila ada jawaban dari dokter konsulen melalui telepon maka dokter jaga menulis instruksi dokter konsulen ke dalam dokumen medis yang didampingi seorang perawat. Selanjutnya bila dokter konsulen datang harus menandatangani instruksi tersebut.
PERMINTAAN DARAH KE PMI No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Kalau pasien di Unit Gawat Darurat yang memerlukan darah maka: 1. Petugas UGD menghubungi PMI untuk mempersiapkan jenis darah yang dibutuhkan 2. Petugas UGD membuat permintaan dengan mengisi blanko permintaan darah kemudian ditandatangani oleh dokter jaga UGD 3. Petugas UGD mengambil sample darah kemudian membuat identitas untuk ditempelkan pada spuit / botol yang berisi darah tersebut. 4. Keluarga pasien pergi ke PMI dengan membawa Surat Permintaan beserta sample darah dan menyarankan membawa keluarga secukupnya untuk antisipasi kalau darah yang diperlukan tidak cukup di PMI 5. Darah yang datang akan diterima oleh petugas UGD dan diberikan sesuai dengan instruksi dokter 6. Sedangkan darah yang belum dipergunakan akan disimpan di lemari pendingin 7. Darah yang tidak terpakai dalam tempo 24jam harus dikembalikan ke PMI membawa copy permintaan (bisa didelegasikan pada keluarga pasien / sopir Rumah Sakit)
PENYEDIAAN CAIRAN, OBAT, BAHAN HABIS PAKAI ALAT, LINEN DAN KAIN STERIL DI UGD RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
I.
Permintaan cairan, obat dan bahan habis pakai dilakukan setiap hari kerja ke instalasi
UGD
Rumah
Sakit
“RESTU
IBU“
Balikpapan
dengan
memperhitungkan sisa cairan, obat dan bahan habis pakai pada hari tersebut. Perhitungan cairan obat dan bahan habis pakai di ruangan Resusitasi, tindakan bedah, tindakan Non Bedah dilakukan oleh petugas UGD II. Bila hari libur permintaan cairan, obat dan bahan habis pakai dilakukan dengan cara memperhitungkan jumlah kebutuhan hari libur beikutnya. III. Yang membuat daftar permintaan obat ialah Seksi Logistik kemudian ditanda tangani koordinator perawatan UGD dan diketahui oleh Ka. UGD, kecuali: 1. Bilamana Ka. UGD berhalangan (tidak hadir / tugas luar) penandatanganan dapat di delegasikan ke Dokter Jaga UGD 2. Bilamana Ka. UGD berhalangan (tidak hadir/tugas luar) penandatangan dapat di delegasikan kepada koordinator perawatan UGD IV. Daftar cairan, obat, bahan habis pakai, a;at, linen dan kain steril yang disediakan: 1. Persediaan cairan antara lain:
Cairan RL : 20 Kolf
NACL 0.9 % : 20 Kolf
DD ½ : 20 Kolf
Dextrose 5% : 20 Kolf
Dextrose 10% : 20 Kolf
Dextrose 40% : 20 Kolf
Martos 10 % : 20%
PENYEDIAAN CAIRAN, OBAT, BAHAN HABIS PAKAI ALAT, LINEN DAN KAIN STERIL DI UGD RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
2. Persediaan obat-obatan antara lain: a. Ruang Resusitasi:
Morfin : 5 Ampul
Atropin Sulfat : 100 Ampul
Cal Glukonas : 2 Ampul
Dopamin 200mg : 2 Ampul
Dopamin 50mg : 2 Ampul
Adrenalin : 5 Ampul
Dextamethason : 5 Ampul
Aminophilin : 5 Ampul
Meylon / Nabic : 5 Ampul
Isosorbid Dinitrat 10mg : 5 Tablet
Lasic : 2 Ampul
b. Ruang tindakan Non Bedah
Isosorbid Dinitrat 10mg : 15 Tablet
Nifediphin 10 mg : 15 Tablet
Adrenalin : 5 Ampul
Amynophilin : 5 Ampul
Klorpromazin 25 gram : 5 Ampul
Calcium Glukonas 100 mg : 3 Ampul
Dexamethason 5 mg : 5 Ampul
Dophamin 200 mg : 1 vial
Dophamin 50 mg : 1 Ampul
Phenobarbital 50 mg : 5 Ampul
Meylon : 5 Flc PENYEDIAAN CAIRAN, OBAT, BAHAN HABIS PAKAI ALAT, LINEN DAN KAIN STERIL DI UGD RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Transamin : 2 Ampul
Atropin Sulfat : 100 Ampul
Ephedrin : 3 Ampul
Chinin Antipirin : 7 Ampul
Papaverin : 5 Ampul
Lasic : 5 Ampul
Diazepam 10 mg : 5 Ampul
Catapres 150 mg : 3 Ampul
Kortison : 2 flc
c. Ruang Tindakan Bedah
A.T.S : 20 Ampul
T.T : 5 Vial
SABU : 2 Vial
Lidocain 2% : 20 Ampul
Pchacain : 20 Ampul
3. Alat bahan habis pakai
Dysposible Syringe semua ukuran @ 50 pcs
Chateter intravenous semua ukuran @ 20 Pcs
Scalp Vein Set semua ukuran @ 10 pcs
Solution Administration set semua ukuran @ 25 pcs
Needle Dysposible semua ukuran @ 20 pcs
Sonde Lambung semua ukuran @ 4 pcs
Folley Chateter semua ukuran @ 3 pcs
PENYEDIAAN CAIRAN, OBAT, BAHAN HABIS PAKAI ALAT, LINEN DAN KAIN STERIL DI UGD RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Urinary Drainage Set @ 5 pcs
Perban semua ukuran @ 6 pcs
Palster semua ukuran @ 3 pcs
Cairan desifektan @ 5 botol
4. Persediaan Sarung tangan
Sarung tangan No. 6.5 , 7 , 7.5 , 8 disediakan masing-masing 5 pasang untuk setiap hari
Setelah dipakai langsung di cuci, kemudian dijemur (tidak dipanas matahari)
Keesokan harinya sarung tangan tersebut disterilkan ulang
Permintaan sarung baru disesuaikan dengan kebutuhan sehari dengan memperhitungkan jumlah sarung tangan yang rusak
5. Persediaan Linen
Selimut disediakan 2 lembar setiap hari
Handuk disediakan 2 lembar setiap hari
Waslap disediakan 1 lembar setiap hari
Bila kebutuhan linen sudah tidak mencukupi lagi, maka dibuat daftar permintaan ke logistik umum.
6. Persediaan duk lubang
Tersedia 33 lembar setiap hari
Setelah dipakai dicuci di kamar line kemudian disterilkan di ruang OK
Bila jumlah persediaan sudah tidak mencukupi lagi, maka dimintakan ke logistik umum. PENYEDIAAN CAIRAN, OBAT, BAHAN HABIS PAKAI ALAT, LINEN DAN KAIN STERIL DI UGD RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
7. Ruang tindak bedah setiap hari disediakan
Minor surgery tersedia 2 set
Vena sectie tersedia 1 set
X ray lamp
Bidai lengan, tungkai dan kepala
Perban
Plester
Benang, jarum sesuai dengan jenis dan ukurannya
Perban untuk luka bakar
Sterilisasi dilakukan dengan sterilisator setiap habis pakai
Bila alat hilang / rusak, dibuatkan berita acara dan dimintakan untuk mendapatkan ganti ke logistik umum.
8. Ruang Tindakan Non Bedah
Alat periksa mata
THT set
Traction Kit.Skin
Gips
HB sahli
Acutrend
Alat periksa gigi
Sonde lambung
Folcy katcter
Headlight direct focussing
Partus kid PERMINTAAN OBAT NARKOTIK
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Pemakaian obat narkotik dicatat dibuku pemakaian dan ditanda tangani dokter yang bersangkutan Penulisan permintaan obat narkotik : a. Cara pemakaian harus jelas b. Nama dan jumlah obat jelas, ditanda tangani dokter, jumlah ditulis dengan angka romawi dan huruf c. Nama, umur, dan alamat penderita serta unit yang meminta harus jelas d. Hanya dapat diambil di apotik Rumah Sakit e. Resep ditulis oleh Dokter Jaga UGD, nama ,alamat, No.telepon dan SIPnya harus dicantumkan jelas dan ditanda tangani (tidak boleh diparaf) Permintaan ini diteruskan kebagian Instalasi Farmasi atau Apotik Rumah Sakit. Pelaksanaan pengambilan oleh kepala jaga perawat shift Penyimpangan atau pengambilan obat narkotik: Obat narkotik disimpan dilemari troli yang terkunci Penanggung jawab atau pengambilan obat narkotik dibebankan oleh kepala jaga perawat shift Obat narkotik yang telah dipakai harus segera diganti, lalu obat dikembalikan ketempat semula.
STRUKTUR ORGANISASI No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
KEPALA UGD
KOORDINATOR KEPERAWATAN
DOKTER JAGA
PEMERIKSAAN PENUJANG 1. LABORATORIUM 2. RADIOLOGI
SEKSI
SEKSI
LOGISTIK
PENCATATAN & PELAPORAN
GARIS KOORDINASI GARIS KOMANDO
URAIAN TUGAS No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Tugas dan tanggung Jawab I.
Tugas Utama UGD 1. Mengkoordinasikan pelayanan medik di UGD, sehingga tercipta pelayanan yang baik 2. Mengkoordinasikan pelayanan perawatan di UGD, sehingga tercipta mutu asuhan perawatan yang baik 3. Mengkoordinasikan pemeliharaan sarana penunjang, sehingga berfungsi dengan baik 24 jam sehari 4. memonitor dan mengarahkan aktifitas administrasi di UGD sehingga tercipta tertib administrasi 5. Membina kerjasama yang baik dengan kepala UPF lainnya yang terkait dengan pelayanan di UGD, sehingga tercipta suasana kerja yang penuh semangat 6. Bertanggung jawab kepada bidang medis Rumah Sakit “RESTU IBU“ 7. Mengkoordinir dokter jaga
II.
Tugas Utama Dokter Jaga UGD 1. Memberikan pelayanan kesehatan selama 24 jam 2. Melakukan seleksi pasien dan menetapkan triase score pasien 3. Melakukan tindakan dan terapi sesuai PDT 4. Memulangkan pasien yang tidak gawat darurat 5. Mengkonsultasikan pasien yang perlu rawat inap kepada dokter spesialis 6. Membuat laporan pasien rawat inap / rawat jalan 7. Bertanggung jawab diruangan bila ada pasien yang gawat, sebatas wewenangan yang diberikan 8. Bila dokter jaga berhalangan segera menelpon ke KA. UGD untuk di cari penggantinya. URAIAN TUGAS No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
III.
Tugas Utama Koordinator Perawat UGD 1. Mengatur dan mengendalikan pelayanan perawatan di UGD sehingga tercipta mutu asuhan perawatan yang baik 2. Mengatur jadwal jaga perawat di UGD sehingga UGD selalu siap melayani pasien 24 jam sehari 3. Melaporkan segala sesuatu hambatan kepada Ka. UGD
IV.
Tugas Utama Seksi Logistik 1. Mengatur alat dan obat-obatan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan 24 jam 2. Bertanggung jawab terhadap kerusakan / kehilangan alat-alat dan pemakaian obat-obatan.
V.
Tugas Utama Seksi Pencatatan dan Pelaporan 1. Bertanggung jawab terhadap pelaporan / pencatatan
Catatan medis
Asuransi
Surat Pengantar dari Perusahaan
penyakit
2. Kejadian Luar Biasa VI. Tugas Utama Koordinator Jaga Shift 1. Mengkoordinir semua pelayanan yang ada di UGD waktu dinas 2. Membantu dokter untuk menyeleksi pasien di triase 3. Bertanggung jawab langsung ke koordinator perawat Syarat-syarat : 1. Perawat yang senior 2. Telah mengikuti PHTLS atau yang telah berpengalaman bekerja di UGD Rumah Sakit.
URAIAN TUGAS No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
VII. Tugas Utama Penanggung Jawab Ambulance (Dokter Jaga) 1. Membuat surat tugas kepada petugas ambulance
2. Mengatur kegiatan ambulance 3. Melaporkan segala sesuatu hambatan kepada Ka. UGD 4. Bertanggung jawab kepada Ka. UGD VIII. Koordinator Ambulance 1. Melaksanakan ambulance 2. Melaporkan segala sesuatu hambatan terhadap ambulance kepada dokter jada 3. Membuat amprahan perbaikan terhadap kerusakan ambulance 4. Membuat jadwal jaga petugas ambulance 5. Bertanggung jawab kepada dokter jaga UGD
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
DAFTAR KUALIFIKASI KETENAGAAN UGD (MEDIS & PARA MEDIS) UGD RS “RESTU IBU“ BALIKPAPAN NO. 1. 2. 3.
NAMA PETUGAS
JABATAN
JENIS PELATIHAN
DAFTAR PARA MEDIS YANG PERNAH MENGIKUTI PELATIHAN PHTLS UGD RS“RESTU IBU“ BALIKPAPAN NO.
PARA MEDIS
JENIS
WAKTU
TEMPAT
PELATIHAN 1. 2. 3. DAFTAR DOKTER JAGA RS“RESTU IBU“ BALIKPAPAN NO. 1. 2. 3.
NAMA DOKTER
JABATAN
JENIS PELATIHAN
PERTEMUAN UGD No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Pertemuan atau rapat UGD dilakukan paling sedikit 2 kali dalam sebulan yaitu pada minggu pertama dan minggu ketiga setiap bulannya. 2. Pertemuan dihadiri oleh Direktur Rumah Sakit, Pelayanan Medis, Ka. UGD, seluruh dokter beserta perawat UGD (kecuali yang bertugas pada waktu itu) 3. Pertemuan diadakan dikantor UGD/ruang pertemuan Rumah Sakit “RESTU IBU“ 4. Waktu pertemuan yaitu pukul 14.00 s/d selesai 5. Setiap peserta rapat harus mengisi daftar absensi dan menandatangani pada absensi tersebut. FORMAT ABSENSI RAPAT UGD NO. 1. 2. 3.
NAMA
TANDA TANGAN 1. 2. 3.
FORMAT NOTULEN RAPAT UGD NO.
MASALAH
PEMECAHAN
PENANGGUNG
MASALAH
JAWAB
EVALUASI
1. 2. 3.
TENTANG SURAT CUTI No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1.
Minimal 12 Hari sebelum cuti, karyawan diharuskan mengusulkan kepada bagian administrasi personalia.
2.
Usulan ini diajukan ke Ka.Perawatan (untuk perawat) dan Direktur / Wakil Direktur
3.
Setelah mendapat persetujuan dari Ka. Perawatan dan Direktur / Wakil Direktur maka surat diserahkan kembali kepada Administrasi Personalia untuk dicatat dan diarsipkan.
SISTEM KOMUNIKASI No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Komunikasi yang ada di UGD Rumah Sakit RESTU IBU Balikpapan mengunakan: 1. Telepon yang bisa langsung keluar dalam kota (0542) 22706 2. Telepon intern atau intercome 3. Komunikasi tertulis a.Penggunaan Telepon Telepon 22706 (telepon Unit Gawat Darurat) terutama digunakan untuk keperluan yang berhubungan dengan pelayanan Gawat Darurat: 1. Menghubungi unit / bagian yang ada diluar Rumah Sakit ( ke DKK, RST.
Kepolisian, dll) 2. Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis 3. Setiap menggunakan telepon UGD 22706 harus mengisi pada buku pemakaian telepon 4. Telepon intercome dipergunakan untuk komunikasi di dalam Rumah sakit 5. Buku panduan telepon Rumah Sakit harus selalu siap di dekat pesawat telepon b.
Penerimaan Telepon Bila ada telepon berdering 2 (dua) kali dan selambat-lambatnya 3 (tiga0 kali sudah harus diterima oleh pegawai UGD (dokter/perawat) 1. Penerima pasien menerima informasi tentang pasien yang masih berada di UGD, keadaan pasien yang sedang dirawat di UGD, bila untuk pasien yang dirawat diruangan kita beri nomor telepon diruangan jaga perawat. 2. Kalau pesan yang diterima ditujukan petugas UGD yang tidak berada di UGD saat itu, maka pesan tersebut ditulis pada lembar pesan yang tersedia, kemudian diantar ke alamat yang dituju (kalau pesan itu penting), kalau tidak penting pesan ditulis dibuku penerimaan telepon. 3. Kalau telepon yang diterima ditujukan ke bagian perawatan, bagian administrasi dll. Maka penelpon dianjurkan untuk menghubungi bagian tersebut. SISTEM KOMUNIKASI No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
FORMAT FORMULIR PESAN TGL / JAM
NAMA PENELPON / ALAMAT / NO. TELEPON
ISI PESAN
YANG MENERIMA TELEPON
c. Komunikasi Tertulis Komunikasi tertulis dilakukan terutama untuk konsultasi pasien pada dokter spesialis. 1. Komunikasi tertulis dilakukan dengan mencantumkan secara lengkap datadata mengenai pasien pada DMK atau lembar konsultasi 2. DMK atau konsultasi dibawa oleh perawat UGD ke dokter spesialis terkait 3. Dokter spesialis yang dikonsultasikan menulis jawaban konsultasi pada DMK dan sesuai dengan kepentingannya bisa datang untuk memeriksa pasien. 4. Bila dokter spesialis belum dapat dihubungi, dokter jaga dapat melakukan tindakan sesuai PDT dan fasilitas yang ada.
PEMAKAIAN AMBULANCE No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
I.
PEMAKAIAN AMBULANCE Ambulance atau petugas harus berada di lingkungan UGD selama 24 jam dalam 3 shift. Fungsi ambulance adalah: a. Menjemput pasien gawat darurat (yang memerlukan pertolongan segera) b. Konsultasi ke dokter konsulen c. Mengantar pasien d. Mengambil darah e. Menghubungi keluarga pasien a. Menjemput pasien 1. Keluarga penderita datang ke UGD atau menelpon melalui 22706 2. Petugas ambulance mengisi buku pemakaian ambulance 3. Petugas ambulance pergi menjemput pasien didampingi perawat UGD 4. Sekembalinya dari menjemput petugas ambulance lapor ke UGD
b. Konsultasi ke dokter konsulen dengan memakai mobil ambulance 1. Petugas ambulance mengisi buku pemakaian ambulance 2. Petugas ambulance dan perawat ke dokter konsulen yang dituju 3. Sekembalinya dari menjemput petugas ambulance lapor ke UGD c. Mengantar pasien Kalau ada pasien yang akan dikirimkan ke Rumah Sakit lain. Caranya: 1. Petugas UGD memberitahu petugas ambulance 2. Petugas ambulance mengisi buku pemakaian ambulance 3. Keluarga pasien menyelesaikan administrasi pada kasir 4. Petugas ambulance bersama perawat mengantar pasien 5. sekembalinya dari mejemput petugas ambulance lapor ke UGD PEMAKAIAN AMBULANCE No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
d. Mengambil darah Caranya: 1. Perawat ruangan memberitahu perawat UGD 2. Perawat UGD memberitahu petugas ambulance 3. Perawat UGD, petugas ambulance bersama keluarga dengan membawa sample darah dan surat permintaan darah pergi ke PMI 4. Sekembalinya dari menjemput petugas ambulance lapor ke UGD e. Menghubungi keluarga pasien Kalau ada pasien yang gawat / meninggal, sedangkan saat itu keluarga penderita tidak berada di Rumah Sakit maka ambulance dipergunakan untuk menghubungi keluarga penderita tersebut. Caranya: 1. Perawat UGD / perawat ruangan bagi pasien ruangan menghubungi petugas ambulance 2. Petugas ambulance menulis di buku pemakaian ambulance 3. Perawat dan petugas ambulance pergi ke alamat yang dituju 4. Sekembalinya dari menjemput petugas ambulance lapor ke UGD
II. PEMBATALAN PEMAKAIAN AMBULANCE Bila ada pasien memerlukan jemputan ambulance dan keluarga pasien tidak jadi menggunakan ambulance, maka untuk biaya administrasi ambulance tetap dibayar sesuai dengan tarif pemakaian ambulance.
TENTANG ALAT DAN OBAT UNTUK LIFE SAVING No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
a. Tujuan Agar alat diruangan Resusitasi, ruangan tindakan non bedah, ruang tindakan bedah selalu tersedia setiap hari: 1. Alat-alat
Ruang Resusitasi o Suction o Oksigen (O2) o Respirator o Defibrilator monitor o EKG o Laringoscope o Magyl Forceds o Pipa nasotracheal o Pipa endotracheal o Oropharingeal Air Way (Gudel) o Bag Valve Mask Ventilation (Ambu bag) o Gunting besar o Tracheostomy set
Ruang Tindakan Bedah o Bidai segala ukuran
o Perban segala ukuran o Vena seksi set o X-ray lamp o Perban untuk luka bakar o Minor surgery set o Benang, jarum sesuai jenis dan ukurannya.
TENTANG ALAT DAN OBAT UNTUK LIFE SAVING No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Ruang Tindakan Non Bedah o Alat-alat periksa mata o THT set o Alat periksa gigi o Traction Kit-Skin o Gips o Hb Sahli o Acutren o Sonde lambung o Foley kateter o Headlight direct focussing 1 buah
2. Persediaan obat-obatan:
Adrenalin
Aminophilin
Atropin sulfat
Catapres
Dexamethason
Dopamin 50mg – 200mg
Ephineprin
Meylon-Nabic
Phenobrbital
Diazepam
Transamin
TENTANG ALAT DAN OBAT UNTUK LIFE SAVING No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Klopromazin
Morfin
Cal. Glukonas
Papaverin
Lasix
Cartison
ATS, TT, SABU
Pehacain
Lidocain 2%
Chinin Anti Pirin
Isosorbid Dinitrat 10 mg
Nifedipin tab 10 mg
3. Persediaan cairan
DD ½
Dextrose 5%
Dextrose 105
Dextrose 40%
Ringer laktat
NACL 0,9%
Martos 10%
TENTANG PENGGUNAAN OBAT DAN ALAT No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Tujuan : Agar alat dalam keadaan bersih, baik dan siap pakai setiap saat a. Alat dibersihkan setiap kali setelah dipergunakan b. Pengecekan alat dilakukan setiap 1 minggu secara keseluruhan c. Alat-alat tersebut berupa 1. Monitor Defibrilator (terlampir) 2. Resusitator Set (Ambu bag) anak dan dewasa (terlampir) 3. Laryngoscope (terlampir) 4. Suction (terlampir) 5. EKG / Cardioline (terlampir) 6. Reflolux (terlampir) 7. Nebulizer (terlampir) 8. Neck Collar 2. A. Penggunaan obat sesuai dengan instruksi dokter B. Obat disediakan dalam jumlah yang cukup untuk 1 hari C. Kalau hari libur obat disediakan berdasarkan perhitungan jumlah hari libur dikalikan dengan persediaan perhari D. Obat dicek dalam seriap pergantian dinas (Dinas pagi, sore, malam) E. Obat yang dipergunakan oleh pasien dicatat dalam buku catatan pemakaian obat
TINDAKAN SHOCK No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Halaman Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. PERSIAPAN ALAT Seperangkat alat Cardiopag Jelly Kain kassa 2. PERSIAPAN PENDERITA Jelaskan pada keluarga penderita / orang sakit tentang maksud dan tujuan tindakan DC Shock Atur posisi penderita telentang tanpa bantal Buka baju (atur privacy penderita) 3. LANGKAH-LANGKAH Saklar dihubungkan dengan stop kontak (meskipun sudah di charge) PLN / ACCU Tekan tombol power (on) amati hingga di layar timbul gelombang EKG Atur knop Energy Delivered sesuai dengan instruksi dokter (satuan joule) Tekan charge (warna kuning) amati hingga dilayar monitor timbul angka jumlah joul Tes dengan menekan tombol merah pada pegangan masing-masing untuk mengetahui alat layak pakai Setelah dinyatakan siap pakai, baru kemudian digunakan pada penderita dengan menekan charge kembali Letakkan pegangan tangan kiri pada sterum dan tangan kanan pada Apex Hindarkan orang lain memegang penderita Setelah siap tekan tombol merah bersama-sama Pekerjaan diatas dapat diulang / menaikan jumlah joul sampai tercapai efek terapinya Setelah DC shock dipakai, alat masih dapat digunakan untuk memonitor EKG Bila sudah tidak dipakai lagi, tombol power ditekan off
AMBU BAG No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Ambu bag adalah alat yang memberikan udara atau oxygen kepada penderita yang memerlukan bantuan pernafasan dengan cepat, ketika melakukan ventilasi. Dapat juga dipergunakan waktu pemasangan respirator atau melakukan suction (biasanya penderita terbatuk) Masker harus bisa digunakan secara langsung, meskipun tidak ada oxygen. Untuk paru-paru terbatas. Daya tekanan yang bisa diberikan. Yang perlu diperhatikan: 1. Masker harus rapat pada muka penderita dan meliputi hidung dan mulut 2. Extensi leher / kepala harus benar 3. Pastikan bahwa valve (tutup) mengeluarkan nafas bekerja dengan otomatis 4. Pastikan tidak ada udara keluar melalui celah karena masker kurang rapat, dapat didengar dari suara rembesan udara 5. Bagian yang bisa dilepas semua dicuci dan bisa disterilkan dengan autoclavable (134°c) Cara menggunakan: 1. Rapatkan dahi dan dagu bawah dengan tangan menekan dagu bawah ke arah atas 2. Pada posisi seperti itu tangan sebelah memegang E valve Ambu Bag 3. Masker dipasang dimuka, tekan masker dengan tangan kearah dagu bawah 4. Masker ditekan pakai ibu jari dan jari telunjuk kemudian angkat dagu bawah dengan jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Jalan nafas diupayakan lurus 5. Dengan tangan yang lain menekan ambu bag dengan kira-kiran 10-15 kali per menit
PENGGUNAAN LARYNGOSCOPE
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan alat: Seperangkat alat laryngoscope 1. Perawatan / Penyimpanan a. Bagian laryngsocope yang dimasukkan kedalam mulut direndam dan didesinfektan b. Pegangan tangkai dibersihkan dengan alkohol 2. Cara menggunakan a. Siapkan alat-alat b. Membuka mulut, memasukkan laryngoscope dari mulut c. Setelah ujung laryngoscope dimasukkan ke atas epiglottis, diarahkan ke atas d. Kalau melakukan berhitu, kelihatan glottis e. Endotracheal tube dimasukkan ke tengah golttis f. Masukkan bite blok dan mendengarkan bunyi nafas denga stetoscope g. Setelah memastikan letak endotracheal tube benar, balon digembungkan dengan mengisi udara sebanyak 5 cc-10 cc (pakai spuit) h. Kalau tidak bernafas, menggunakan respirator atau ambu bag
SUCTION No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Cara menggunakan: 1. Masukkan air bersih dan cairan antiseptik dalam botol suction sampai garis paling rendah dengan perbandingan campuran : air 100cc : antiseptik (Lysol) 1 cc 2. Menyambung tube ke tiap pipa sambung 3. Menekan tombol sumber tenaga listrik untuk memastikan alat tersebut dapat bekerja baik dan kontrol tombol pembetulan daya tekanan 4. Pipa suction dilipat, ventilasi dihentikan, setelah itu kontrol daya tekanan suction sambil memutar tombolnya. - Daya tekanan : 120 – 200 mmHg → Dewasa - Daya tekanan : 100-120 mmHg → Anak-anak - Daya tekanan : 60-100 mmHg → Bayi 5. Pada saat memasukkan kateter kedalam mulut /hidung, kateter dilipat dahulu, tanpa melakukan penghisapan, kedalam canula sesuai kebutuhan / kondisi pasien 6. Kemudian lipatan kateter dilepas - Pada saat melakukan suction katater diputar-putar untuk menghindari kerusakan mukosa, lakukan berulang-ulang sampai lendir bersih. - Waktu menggunakannya antara 10-15 detik → Dewasa 5-10 detik → bayi dan anak-anak Kalau lebih O2 dalam paru-paru akan berkurang Kalau penderita batuk keras, suction dihentikan dan melihat keadaan umumnya. 7. Ketika mengeluarkan kateter, mengeluarkan pelan-pelan sambil diputar-putar 8. Kemudian bilas selang suction dari kotoran (slym) dengan air 9. Kateter direndam dalam cairan lysol ± 1 jam kemudian bilas air bersih SUCTION No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
10. Tube suction, botolnya dan tutup botol diambil dan dicuci dengan cairan
antiseptik 11. Mesinnya dibersihkan dengan kain yang diberi cairan antiseptik, kemudian dilap dengan lap kering 12. Setelah suction dipakai harus mencuci tangan
Pemeliharaan: 1. Setelah dipakai, alat-alat (botol dan selang) dibersihkan, bila perlu direndam dengan cairan lysol. Dan mesin di lap dengan lap yang sudah diberi cairan antiseptik 2. Kabel dan selang diperiksa kalau ada yang bocor 3. Kemudian botol diisi kembali dengan cairan antiseptik ± ¼ botol (secukupnya) dengan perbandingan air 100cc : antiseptik 1 cc. Kemudian selang dipasang kembali. 4. Alat ditutup agar terhindar dari debu 5. Voltese harus sesuai dengan kebutuhan 6. Bila tidak dipakai alat tetap dicek setiap hari, agar selalu siap pakai
ELECTROKARDIOGRAPHY No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan alat-alat: 1. Mesin ECG beserta kertas ECG 2. Jelly elektroda 3. Kertas tissue
4. Elektroda ektremitas dieratkan dengan penjepit 5. Elektroda dada dengan balon penghisap Persiapan penderita: 1. Penderita diberitahu maksud dan tujuan tindakan pemeriksaan ECG 2. Pakaian atas penderita dibuka (Atur privacy penderita) 3. Penderita dibaringkan dalam posisi telentang dengan tungkai lurus tidak bersentuhan, kedua lengan disamping tubuh tidak bersentuhan dengan tubuh (dalam keadaan rileks) 4. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti: Jam tangan Ventilator Tremor Bergerak Batuk Langkah-langkah: 1. Periksa alat Ecg (harus dalam keadaan siap) 2. Menempatkan elektroda: a. Elektroda ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri dan searah telapak tangan. b. Pada ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam ELECTROKARDIOGRAPHY No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
c. Posisi pada pergelangan bukan mutlak, bila diperlukan dapat dipasang sampai ke bahu kiri / kanan dan ke pangkal paha kiri / kanan
Hubungkan kabel-kabel elektroda ekstremitas -
Merah (RA) : lengan kanan
-
Kuning (LA) : lengan kiri
-
Hijau (LF) : tungkai kiri
-
Hitam (RF) : tungkai kanan
Hubungan elektroda dada -
V1 : sela iga IV disebelah pinggir kanan sternum
-
V2 : sela iga IV disebelah pinggir kiri sternum
-
V2 : ditengah-tengah antara V3 dan V4
-
V4 : sela iga V pada garis midclacucula kiri
-
V5: garis axilaris anterior kiri setinggi V4
-
V6 : garis mid axilaris kiri setinggi V4
PEMAKAIAN ACCUTREND ALPHA No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan alat: 1. Accutrend alpha 2. Test stips / stick dalam talang 3. Lanset 4. Kapas alkohol 5. Plester Cara kerja: 1. Cuci tangan dan keringkan 2. Beri penjelasan kepada pasien / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Pilih ujung jari yang lembut (salah satu 3 jari tengah) 4. Desinfeksi ujung jari pasien yang akan dimabil darahnya dan kapas alkohol 5. Accutrend alpha di ON kan (tekan tombol) otomatis keluar angka 8888 6. Setelah muncul tulisan CODE masukan test strips / stick (4123) 7. Tetesi darah pada test strips yang telah disiapkan 8. Setelah ± 12 detik akan muncul hasil 9. Tekan ujung jari bekas tusukan dan ambil darah dengan alkohol 10.
Catat hasil di status
11.
Bersihkan alat setelah pemeriksaan
12.
Cuci tangan dan keringkan
Pemeliharaan: 1. Bersihkan alat setelah pemeriksaan dengan kapas alkohol, jangan sampai mengenai lampu 2. Apabila alat tidak digunakan cek baterai tiap minggu satu kali (1x) , sehingga siap pakai
PENGGUNAAN SOFTCLIX STANDARD DAN SOFTCLIX LANCET No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1.
Putarlah ujung penutup softclix ke angka-angka yang sesuai dengan tebal tipisnya kulit jari tangan
2.
Lepaskan penutup instrumen
3.
Masukkan softclix lancet kedalam tempat lancet. Putarlah pelindung penutup lancet
4.
Pasanglah penutup instrumen dan putarlah pada posisinya. Bunyi klik menandakan softclix siap digunakan
5.
Tempelkan dan tekanlah softclix pada bagian pinggir jari tangan
6.
Lepaskan penutup dan lancet yang telah digunakan akan terlepas setelah anda menekan tombol penekan.
PENGGUNAAN BEROCARE No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan alat: Seperangkat alat berocare Cara menggunakan: 1. Pasang power input 2. Hubungkan ujung pipa karet ke alat berocare dan ujung yang lainnya hubungkan dengan tabung penampungan obat 3. Tuangkan obat ke dalam tabung penampungan (Dosis dan jenis obat sesuai permintaan dokter) 4. Hubungkan tabung obat pada masker 5. Pasang masker pada penderita 6. Hidupkan pesawat 7. Setelah dipakai tabung penampungan obat dibersihkan dan dikeringkan.
NECK COLLAR No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Neck collar adalah alat yang berfungsi sebagai fiksasi leher agar tidak terjadi PENGERTIAN
pergerseran pada tulang servical pada penderita. Pertolongan darurat dimana perlu dilakukan resusitasi. Mekanisme: Penderita diarahkan pad posisi telentang cek ABC kemudian awasi kesadaran berbicara ada / tidak, periksa pad bagian dada simetris / tidak, lalu pasang neck collar. Tindakan yang selalu menggunakan neck collar adalah:
PROSEDUR
Pada penderita yang dicurigai fraktur servikal seperti: 1. Setiap trauma capititis terutama kesadaran menurun 2. Multi trauma 3. Luka tumpul diatas clavikula 4. bio mekanik bila trauma mendukung
NASO PHARYNGEAL No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Cara pemasangan : 1. Siapkan alat dan jelly 2. Naso pharyngeal diukur besarnya dengan jari kelingking kiri 3. Naso pharyngeal diukur panjangnya dari pangkal cuping hidung sampai cuping telinga 4. Selalu usahakan masuk dilubang hidung kanan walapun lubang kiri juga boleh, naso pharyngeal selalu diolesi dengan jelly lalu dimasukkan perlahan ke belakang, bila ada hambatan langsung ditarik keluar dan dicoba disebelahnya. 5. Fiksasi supaya jangan lepas (stabil) Perawatan / penyimpanan Naso pharyngeal sesudah dipakai direndam dengan desinfektan lalu dikeringkan dan disimpan ditempat khusus
ORO TRACHEAL No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Cara pemasangan ada 2 cara: 1. Siapkan alat 2. Oro tracheal di ukur panjangnya dari sudut mulut keangulus mandibula 3. Cara pertama : mulut dibuka lalu dimasukkan terbali lalu diputar sambil ditekan pelan-pelan 4. Cara kedua : mulut dibuka dengan tang spatel lalu dengan berhati-hati dimasukkan kebelakang 5. Pemasang untuk anak kecil sebaiknya dipakai cara yang kedua, karena tidak merusak gigi dan farinks 6. Fiksasi supaya jangan lepas (stabil) Perawatan / penyimpanan Oro tracheal sesudah dipakai direndam dengan desinfektan lalu dikeringkan dan disimpan ditempat khusus
VENOUS CUTDOWN (VENA SEKSI) No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan: Penderita tidur terlentang Lokasasi: 1. Vena saphena dipergelangan kaki atau lipat paha 2. Vena antecubital, V basilica atau V cephalica 3. Vena cephalica di lekuk deltopectoral 4. Vena jugularis externa 5. Vena jugularis interna Teknik vena seksi : (V saphena pergelangan kaki) 1.
Pakailah masker dan sarung tangan steril
2.
A-antisepsis kulit sekitar vena
3.
Infilitrasepsis lidocain 1%
4.
Insisi kulit dan jaringan subkutis dengan arah tegak lurus dari vena
5.
Isolasi vena dari jaringan sekitarnya
6.
Lingkarkan dua ligatur dibawah vena. Ikatkan ligatur yang distal
7.
Pilihlah cannula yang sesuai besarnya denga vena nadi
8.
Tusukan jarum dengan cannulanya kearah proximal dari insisitasi lalu tariklah jarum keluar
9.
Buatlah venotomy dengan membuat irisan kecil pada vena bagian distal dan superficial
10. Masukkan canula sedalam mungkin sambil melonggarkan ikatan proximal 11. Dengan semprit injeksi 5 MI berisi garam physiologis dilakukan aspirasi (darah keluar) lalu cannula dibilas dengan garam pysiologis 12. Fiksasi cannula pada vena dengan mengencangkan ligatur proximal
VENOUS CUTDOWN (VENA SEKSI) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
13. Aspirasi ulang dan bilas ulang cannula untuk menyakinkan patency 14. Jahit luka irisan vena seksi dan cannula dijahitkan ditempat keluarnya pada kulit 15. Perhatikan kelancaran cairan 16. Tutup luka dengan salep povidone iodine dan kassa steril 17. Lepaskan semprit pembilas dari pangkal cannula dan pasangkan set infuse 18. Alirkan cairan infuse sesuai dengan tetesannya. KOMPLIKASI VENA SEKSI 1.
Infeksi
2.
Thrombophlebitis
3.
Arterial cannulation
PERIPHERAL INTRAVENOUS CANNULATION No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan: 1. Tentukan vena perifer dilengan bawah / punggung tangan 2. Pasanglah tourniquet pada lengan atas 3. Penderita mengepal kontiju berulang kali untuk mengembangkan vena 4. Bersihkan kulit diatas vena dengan kapas beralkohol atau povidoneiodine
5. Anastesi kulit sekitar vena dengan suntikan lidocaine 1% (bila dipergunakan jarum IV besar) 6. Siapkan iv set dengan cairan infuse tertentu 7. Sediakan juga beberapa lembar plester, kasa steril dan bidai. Teknik memasukkan jarum kupu-kupu (butterfly needle) Pilihlah dan siapkan butterfly needle yang sesuai yang sudah diisi cairan (tak ada gelombang udara) Regangkan kulit diatas vena denga n ibu jari tangan kiri untuk memfiksasi vena dengan jaringan sekitarnya Rapatkan kedua sayap jarum kupu-kupu dengan tangan kanan. Bevel jarum menghadap keatas Tusukan jarum pada kulit dengan posisi 15° dari permukaan kulit Tusukan jarum menembus dinding vena segera setelah terlihat darah mengalir kearah pangkal jarum, lalu lanjutkan memasukkan ujung jarum dalam lumen vena kearah proksimal. Pertahankan posisi jarum. Bila terbentuk hematom, hentikan penusukan jarum dan tariklah jarum keluar, longgarkan tourniquet dan carilah tempat lain Longgarkan tourniquet Alirkan cairan dalam infuse set
PERIPHERAL INTRAVENOUS CANNULATION No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Pasang pembalut steril dengan tulle antiobiotik atau salep pocidoneiodine, lalu rekatkan dengan plester. Pergunakan bidai pada lengan bawah atau pergelangan tangan bila perlu Persiapan: 1. Tentukan vena perifer dilengan bawah / punggun tangan 2. Pasanglah tourniquet pada lengan atas
3. Penderita mengepal kontiju berulang kali untuk mengembangkan vena 4. Bersihkan kulit diatas vena dengan kapas beralkohol untuk povidoneiodine 5. Anastesi kulit sekitar vena dengan suntikan lidocaine 1 % (bila dipergunakan jarum IV besar) 6. Siapkan iv set dengan cairan infuse tertentu 7. Sediakan juga beberapa lembar plester,, kasa steril dan bidai Teknik memasukkan jarum kupu-kupu (butterfly needle) 1.
Pilihlah dan siapkan butterfly needle yang sesuai yang sudah diisi cairan (tak ada gelombang udara)
2.
Regangkan kulit diatas vena dengan ibu jari tangan kiri untuk memfiksasi vena dengan jaringan sekitarnya
3.
Rapatkan kedua sayap jarum kupu-kupu dengan tangan kanan, bevel jarum menghadap keatas
4.
Tusukan jarum pada kulit dengan posisi 15° dari permukaan kulit
5.
Tusukkan jarum menembus dinding vena segera terlihat darag mengalir kearah pangkal jarum, lalu lanjutkan memasukkan ujung jarum dalam lumen vena kearah proksimal. Pertahankan posisi jarum. Bila terbentuk hematom, hentikan penusukan jarum dan tariklah jarum keluar, longgarkan tourniquet dan carilah tempat lain PERIPHERAL INTRAVENOUS CANNULATION No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
6.
Longgarkan tourniquet
7.
Alirkan cairan dalam infuse set
8.
Pasang pembalut steril dengan tulle antibiotik atau salep pocidoneiodine, lalu rekatkan dengan plester.
9.
Pergunakan bidai pada lengan bawah atau pergelangan tangan bila perlu
PEMASANGAN INTUBASI No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan alat-alat: 1.
Gudel (segala ukuran)
2.
Handle laryngoscope
3.
Face Mask (segala ukuran)
4.
Margil forcep dewasa/anal
5.
Arteri klem
6.
Mandarin
7.
Endotracheal (segala ukuran)
8.
Refraktor
9.
Spuit 20cc
10. Sarung tangan disposible 11. Masker 12. Suction Chateter (segala ukuran) 13. Kom steril untuk cairan suction
14. Jeli Persiapan obat-obatan: 1.
Adrenalin
2.
Atropin sulfas
3.
Ca Cl
4.
Ca Gluconas
5.
Bicnat
6.
xylocard 100mg
7.
Xylocard 500mg
8.
Isupril 0.2mg
PEMASANGAN INTUBASI No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
9.
Dopamine 50mg / 200mg
10. Isoptin 11. Valium 12. Pavulon 13. Dormicum 14. Cairan Infuse 15. Cairan for injection 16. Xylocain spray Persiapan penderita: 1.
Pasien / keluarga pasien diberi tahu maksud dan tujuan tindakan intubasi
2.
Mengatur posisi penderita telentang dengan leher dalam fleksi dan kepala ekstensi
3.
Dianjurkan posisi dalam keadaan rileks dan kooperatif
PEMASANGAN CHATETER No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan alat-alat 1. Tempat tidur 2. Chateter (tergantung kebutuhan / nomor yang dikehendaki 3. Urine bag 4. Xylocain jeli 2% 5. Pincet anatomis 6. Spuit 10cc 7. Larutan aquadest + 30cc 8. Bethadine + 10cc untuk antiseptik 9. 5 lembar kassa steril 10.
Duk lobang
11.
Sarung tangan
Persiapan penderita 1. Penjelasan kepada penderita tentang tindakan chateter 2. Mengatur posisi tidur penderita 3. Menanggalkan pakaian bagian bawah penderita Langkah-langkah: 1. Mencuci tangan sebelum bekerja 2. Mengdesinfektan sekitar alat vital penderita dari arah dalam ke luar
3. Memakai sarung tangan 4. Meletakkan duk lobang diatas alat vital penderita 5. Memasukkan xylocain jelly + 10cc bila penderita laki-laki / oleskan jelli pada chateter bila penderita perempuan PEMASANGAN CHATETER No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
6. Mulai dengan tindakan pasang chateter dengan penis posisi tegak lurus / dorsum plexi + 10cm 7. Kemudian posisi penis diarahkan ke lipat paha sambil chateter terus di dorong sampai + sisa chateter diluar 10 cm 8. Coba pungsi melalui chateter, bila urine sudah keluar langsung dihubungkan dengan urine bag 9. Balon di isi dengan air 20-30 cc 10. Chateter tarik sampai ada tegangan tutup kassa steril sekitar ujung penis 11. Hitung urine yang keluar 12. Membereskan alat-alat 13. Mencuci tangan Sikap: 1. Menunjukan sikap yang nyaman terhadap 2. Teliti 3. Hati-hati
PEMBERIAN OKSIGEN (O2) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan alat-alat: 1. Tabung oksigen (O2) 2. Manometer / untuk mengetahui isi O2 dalam tabung 3. Botol pelembab yang sudah di isi dengan aquadestilata sampai batas yang ditentukan 4. Pengukur aliran untuk mengetahui jumlah O2 yang diberikan permenit 5. Pipa saluran O2 / corong khateter hidung 6. Alat tulis Persiapan penderita: 1. Memberikan dan menjelaskan pada penderita 2. Menempatkan alat-alat ke dekat penderita Langkah-langkah: 1. Mengatur dan menenangkan penderita 2. Isi tabung diperiksa dan dicoba 3. Memasang pipa oxygen sesuai instruksi dokter 4. Memasang masker O2 / kateter hidung pada hidung penderita 5. Mengawasi keadaan penderita, apakah sesaknya berkurang 6. Bila penderita tak memerlukan O2 lagi, maka saluran di tutup 7. Mencatat: a. Keadaan penderita sebelum dan sesudah pemberian O2 b. Waktu pemberian c. Jumlah pemberian O2 / menit d. Periksa tensi, nadi, pernafasan e. Nama perawat yang menunjukan
KUMBAH LAMBUNG
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan alat-alat: 1.
Naso Gastic Tube (NGT) No. Sesuai kebutuhan
2.
Xylocain jeli secukupnya
3.
Kain kasa secukupnya
4.
1 gelas berisi air
5.
Stetoscope
6.
Pinset Anatomis
7.
Nierbeken
8.
Plester
9.
Spuit 20cc
10. Bascom berisi air bersih 11. Ember tempat sampah 12. Sarung tangan Persiapan penderita: 1. Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan bila penderita sadar 2. Mengatur posisi penderita Langkah-langkah: 1. Mencuci tangan sebelum bekerja 2. Memakai sarung tangan 3. Mengukur NGT dari Glabella ke proses xypoideus 4. Mengoleskan jelli secukupnya di ujung NGT 5. Memasukkan NGT dengan menggunakan pincet kedalam lubang hidung penderita sampai pada batas yang telah diukur 6. Mengetes NGT apakah masuk kesaluran cerna atau saluran paru dengan cara:
KUMBAH LAMBUNG No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
a. Menyuntikan udara 10s/d20 cc kemudian dengan stetoscope didengarkan di era epigastrium, bila terdengar bunyi „pup“ berarti NGT berada disaluran cerna dan ini posisi yang benar b. Memasukkan ujung NGT kedalam gelas berisi air bila keluar gelembunggelembung udara berarti NGT berada disaluran paru dan ini berarti pada posisi yang salah. Jika tidak bergelembung makan NGT berada disaluran cerna. 7. Bila posisi NGT sudah benar maka NGT difiksasi 8. Memasukkan / menyuntikkan 150s/d200 cc air bersih kedalam lambung lalu dikeluarkan kedalam ember tempat sampah 9. Demikian cara ini dilakukan secara berulang-ulang, sampai cairan lambung bersih Sikap: 1. Menunjukan sikap yang nyaman terhadap penderita 2. Teliti 3. Hati-hati 4. Peka terhadap respon penderita
MENJAHIT LUKA No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan alat: 1.
Antiseptik : bethadine, alkohol 7%
2.
Obat patirasa / anasthesi sesuai dengan ketentuan
3.
Benang jahit sutera / cut gut / jenis lain sesuai dengan kebutuhan
4.
Nierbeken
5.
Gunting, plester
6.
Tromol kasa dan korentang steril
7.
Sarung tangan
8.
Cairan pembersih luka : NaCl, H2o3 3%, Savlon
9.
Spuit 2cc, 5cc atau sesuai dengan kebutuhan anasthesi
10. Set jahit: a. jepit jarum (Naald Voeder) b. Arteri klem lurus / bengkok c. Pinset chirurgis d. Gunting luka steril e. Penjepit kain f. Jarum jahit untuk otot / luka g. Kain penutup luka h. Sarung tangan 11. Pembalut sesuai dengan kebutuhan 12. Sofratul Persiapan penderita: 1.
Penjelasan kepada pasien tentang tujuan menjahit luka
2.
Pengatur posisi pasien
3.
Kepekaan terhadap reaksi
MENJAHIT LUKA No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Langkah-langkah: 1.
Mencuci tangan sebelum bekerja
2.
Membersihkan luka
3.
Mengdesinfeksikan luka dan sekitarnya
4.
Menggunakan sarung tangan
5.
Memberikan patirasa
6.
Menjahit luka:
7.
Memberikan bethadine dan sofratul atau sesuai intruksi
8.
Menunjukan upaya sepsis selama bekerja
9.
Membalut luka sesuai kebutuhan
10. Membereskan alat-alat 11. Mencuci tangan 12. Menuliskan pada catatan perawatan: jenis benang, jumlah jahitan dalam dan luar 13. Menjelaskan kepada pasien tentang perawatan luka dirumah. Sikap: 1.
Menunjukan sikap yang dewasa bekerja
2.
Teliti
3.
Hati-hati
PENGGUNAAN BRANCARD No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PENGERTIAN
Brancard adalah alat yang dipergunakan untuk mengangkut pasien dan terdapat diruang UGD
TUJUAN
1. Perhatikan rem roda dari brancard sebelum brancard digunakan 2. Pastikan posisi pasien sudah baik dan benar, pasang pagar pengaman dan kunci KEBIJAKAN
3. Untuk pasien sesak nafas, posisi semi fowler dipergunakan 4. Untuk penggunaan Brancard dan rostole harus mengisi pada buku penggunaan alat yang telah disediakan oleh Bag. UGD
Satu diruang observasi dan dua diruang tindakan Alat pengangkut pasien berupa: 1. Brancard 3 buah 2. Rostole 2 buah PROSEDUR
Fungsi brancard dan kursi roda: 1. Untuk mengantar pasien dari ambulance/ mobil pengantar pasien kedalam UGD, begitu juga sebaliknya 2. Dari UGD ke RO“, Fisiotherapy 3. Dari UGD ke ruang perawatan dll
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (HIPERTENSI) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Batasan Hipertensi Borderline : sistolik 140-159 mmHg : diatolik 90-94 mmHg Hipertensi Definitif : 160 / 95 mmHg : 15-20 % di negera-negara Barat. Mekanisme dari Hipertensi primer belum jelas Mekanisme dari Hipertensi sekunder: 1. Peningkatan sekresi katekolamin (feokromostitoma) 2. Peningkatan pelepasan renin (renal artery stenosis) 3. Peningkatan volume Na dan darah dalam tubuh Gejala klinis
Keluhan: 1. Tidak ada 2. Tidak khas : sakit kepala, pusing, rasa cepat lelah 3. Sakit kepala : - Subosipital - Paling berat pagi hari, lalu berkurang 4. Penyulit-penyulit dari hipertensi : a. Jantung : gagal jantung kiri Angina pektoris, infark miokard b. Ginjal : hipertensi maligna, kegagalan faal ginjal c. Otak : sakit kepala confusion Konvulsi, koma, gangguan penglihatan, gejala-gejala syaraf Dapat terjadi sekonyong-konyong bila tekanan darah meningkat secara mendadak, seperti pada ensefalopati hipertensi PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (HIPERTENSI) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
d. Mata : penglihatan yang berkurang e. Pembuluh darah : arterioskeloris misalnya di arteri femoralia : kaludikasio interniten di aorta nyeri dada bila terjadi dissection Gejala berhubungan dengan: 1. Tekanan darah tinggi dan lamanya 2. Keadaan dari organ sasaran 3. Keadaan dari pembuluh-pembuluh darah 4. Sebab dari hipertensi Tekanan darah: 1. Teknik pengukuran 2. Variabilitas Keadaaan dari organ sasaran (target organs) 1. Mata : Keith Wagener I-IV a. Arteriolae – penyempitan , iregularitas
b. Artterio venous defect (nicking) c. Perdarahan d. Eksudasi e. Edema pupil 2. Jantung : hipertropi ventrikel kiri – aspek jantung kuat kiri 3. Pembuluh darah : asterossklerosis bising sistolik Misalnya : a. Karotis b. femoralis c. Renalis Pulpasi interkolis – pada koartasi dari aorta
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (HIPERTENSI) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Sebab dari hipertensi : Gangguan dari fungsi endokrin Penyakit cushing – obesitas tubuh, hirsustisme Heperaldosterinisme primer
kelemahan otot, refleks tendon berkurang
Feokromositoma
Hipertensi paroksimal, palpitasi, banyak berpeluh
Koarktasio dari aorta :
Femoralis lemah atau tidak teraba
Ginjal polikistik :
Ginjal membesar dan mudah diraba
Kelainan laboratorium Urine:
Albuminuria – pada hipertensi karena kelainan parenkin ginjal
Torak granular / eritrosit – pada gromerulonefritis - Pada pielonefritis kronik
Darah:
Kreatinin serum BUN meningkat pada hipertensi parenkin ginjal dengan gagal ginjal
Potasium serum – menurun pada aldosteronemis
Elektrokardiogram:
hipertrofi ventrikel kiri
iskemia / infark miokard
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (HIPERTENSI) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Foto toraks:
Bentuk dan besarnya jantung notching dari iga
Pada koarktasio dari aorta
Pembendungan di paru
Bentuk dan lebar aorta
Komplikasi:
Jantung : hipertrofik ventrikel kiri Gagal jantung kiri
Mata : hipertensi arterioklerosis retinopati
Otak : trombosis infark, perdarahan intraserebral, ensefalopati
Ginjal : arterioklerosis ringan, berat iskemia
Penatalaksanaan : 1. Tindakan umum 2. Obat-obatan Tindakan umum : 1. Diit : pembatasan NaCl Diabetes melitus Lemak bila ada hiperkolesrelomia 2. Exercise 3. Mengurangi berat badan bila ada obesitas 4. Rokok dihentikan 5. Hidup denga tenang – rekreasi Obat-obat Obat-obat antihipertensi yang diberikan oral
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DIARE)
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Diare diartikan sebagai buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair. PENGERTIAN
Diare akut adalah diare yang jelas mulainya dan kemudian dapat sembuh kembali dengan normal dalam waktu yang relatif singkat Diare kronik adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare
TUJUAN KEBIJAKAN
Patofisiologi diare Diare terjadi bila terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit pada ukuran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 (lima) kemungkinan:
PROSEDUR
1.
Osmolaritas intraluminer yang meninggi , disebut diare osmotik
2.
Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretolit
3.
Absorpsi elektrolit berkurang
4.
Motilitas usus yang meninggi / hiper peristalsi, atau waktu transit yang pendek
5.
Sekresi eksudat disebut diare eksudatif
Gejala klinik diare pada umumnya Pasien mengeluh mencret atau berak-berak, perut penuh,mual, keringat dingin dan lain-lain. Gejala klinik diare dibagi atas: Fase prodromal : yang dapat juga sebagai sindrom pradeare
perut rasa penuh
mual, bisa sampai muntah
keringat dingin
pusing
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DIARE) No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
fase diare :
Diare dengan segala akibat berlanjut yaitu dehidrasi, asidosis, syok
Mules
Dapat sampai kejang
Dengan atau tanpa panas
Pusing
Fase penyembuhan :
Diare makin jarang
Mules berkurang
Penderita rasa lemas / lesu
Etiologi diare akut oleh bakteri dan parasit : Telah disebutkan dimuka bahwa sebagian besar diare di Indonesia disebabkan oleh infeksi bakteri dan penyakit. Bakteri dan penyebab diare akut: Shigella Dysentriae, Escherechia Coli, Samonella Typhi dan Salmonella Paratyphi A, B, C Keracunan makanan: 1. Stafilokokus 2. Clostridium perfingens Diare akut oleh parasit: Entamuba Histolytica, Trichomonas Intestinalis / Homisis Diagnosis diare: Langkah diagnosis sebagai berikut: 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DIARE) No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
3. Laboratorium a. Tinja b. Darah c. Kultur tinja maupun darah 4. foto endoskopi penatalaksanaan penatalaksanaan secara garis besar sebagai berikut: 1. Penerangan pada penderita 2. Diit 3. Simtomatis 4. Antibiotik / anti parasit 5. Mengobati akibat diare : air, elektrolit, dan nutrisi Mengobati akibat diare: Diare mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit. Air dan elektrolit harus diberikan berupa oralit diberikan 1 bungkus dalam gelas air pada tiap diare. Perlu diperhatikan banyaknya oralit jangan melebihi diarenya. Bila perlu infuse dapat diberikan RL atau NaCl 0.9% bergantian denga bikabornat natrikus 1,5% dalam perbangingan 2:1. Bila diberikan infsue, maka harus diberikan kalium klorida (KCL) 4x500 mg. Dosis cairan infsue dapat diperhitungkan dengan score rehidrasi kolera.
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (KEJANG DEMAM) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PENGERTIAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium TUJUAN KEBIJAKAN
Patofisiologi : Patofisiologi terjadinya kejang demam belum jelas Gejala klinis : Ada 2 bentuk kejang demam: 1. Kejang demam sederhana a. Umur diantara 6 bulan – 4 tahun b. Lama kejang < 15 menit c. Kejang bersifat umum d. Kejang terjadi pada waktu 16 jam, setelah timbulnya demam PROSEDUR
e. Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium f. EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang 2. Kejang demam komplikasi Diluar kriteria tersebut diatas Diagnosis: Diagnosis kejang demam dibuat berdasarkan: 1. Anamnesis (terpenting) 2. Pemeriksaan neurologis lain dalam batas normal a. Darah, kadar glukosa, elektrolit serum, kreatinin serum b. Fungsi lumbal c. funduskopi PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (KEJANG DEMAM) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Diagnosis banding: 1. Meningitis 2. Ensefalitis 3. Abses otak
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (KEJANG DEMAM ANAK) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN
Penatalaksanaan: Pengobatan: 1. Pemberian diazepam PROSEDUR
a. Dosis awal 0.3-0.5 mg/kg BB/dosis IV (perlahan-lahan) b. Bila kejang belum berhenti, dapat diulang dosis sama setelah 20 menit 2. Turunkan panas a. Antipiretika : parasetamol / salsilat 10 mg/kg/ BB/dosis b. Kompres air PAM / es
3. Pengobatan penyebab 4. Penanganan suportif a. Bebaskan jalan asam b. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit c. Pertahankan tekanan darah Pencegahan: 1. Pencegahan berkala (“Intermiten“ untuk kejang demam sederhana) Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam 2. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komlikata Dapat digunakan:
Fenobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi dosis
Fenotoin : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
Klonazepam : (indikasi khusus) diberikan sampai 2 tahun bebas kejang atau sampai umur 6 tahun PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DENGUE)
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Demam dengue (dengue fever (DF) adalah penyakit yang utama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa. Demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever PENGERTIAN
(DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak. Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah penyakit DHF yang disertai renjatan.
TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR
ETIOLOGI Virus dengue tergolong arbovirus dan dikenal ada 4 serotipe, berbentuk batang bersifat termolabil. Sensitif terhadap in aktivitas oleh Estileter dan natrium dioksikolat stabil pada suhu 70 °c. PATOSIOLOGI Penyakit dengue di Indonesia merupakan penyakit endemis dan vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegepti. Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali mengkin memberi gejala
DF. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Berdasarkan hal ini timbullah yang disebut the secondary heterallogous infection. Reinfeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik dan antibodi sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen – antibodi yang tinggi. GEJALA KLINIK Masa inkubasi 3-15 hari rata-rata 5-8 hari DF : Suhu meningkat, tiba-tiba sakit kepala, nyeri otot dan tulang, mual, muntah, dan batuk ringan. Eksantem / ruam mual-mual pada muka dan dada (initial rash) selama beberapa jam. Kemudian mulai hari 3-6 terbentuk makula-makula besar pada lengan dan kaki, kemudian keseluruhan tubuh. PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DENGUE) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopeni terlihat pada hari ke2 dan ke3 DHF : gejala awal seperti pada DF, awalnya mulai timbul perdarahan pada hari ke 3-5 berupa petekie, purpura ekimosis, hematemesis melena dan epiktasis. Hati membesar dan nyeri tekan, tidak dijumpai ikterus. Pada pemeriksaan
laboratorium
dijumpai
trombositopemia
dan
hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan yang penting tampak dipoprateinemia, hiponatremia, hipoklorenia. DSS : ditandai dengan kulit yang lembab dan dingin sianosis resifer terutama tampak pada hidung, jari-jari tangan dan kaki, penurunan tekanan darah, renjatan biasanya terjadi pada waktu demam turun, antara hari 3-7 DERAJAT PENYAKIT PADA DHF Derajat I (ringan) Demam dan gejala klinis manipestasi perdarahan teringan yaitu ujian RL (+) Derajat II (sedang) Ditemukan perdarahan kulit dan manipestasi perdarahan lain Derajat III
Tanda dini renjatan / gagal serkulasi Derajat IV DSS dengan tensi dan nadi tak terukur PENATALAKSANAAN: 1. Pada DF dan DHF tanpa penyulit / renjatan a. Tirah baring b. Minum banyak, makanan lemak PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DENGUE) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
c. Medika mentosa yang bersifat simpomatis untuk demam imidasi asetosal d. Antibiotik bila dikuatirkan injeksi sekunder e. Pantau N, TD, suhu, nafas f. Transfusi darah dialirkan bila ada perdarahan Lab TH trombosit tiap 4-6 jam pada hari-hari pertama selanjutnya tiap 24jam g. Tranfusi susp trombosit didikan bila perdarahan dan trombositopeni h. Tranfusi susp, trombosit didikan bila perdarahan dan trombositopeni 2. Renjatan / DSS Tujuan utama : mengembalikan volume cairan sampai intravaskuler a. Segera infuse RL / NaCl guyur k/p sampai 100-200 cc Renjatan berat : plasma / ekspandor plasma / dextran / remacel 15-20 cc/kg BB Pemberian cairan tetap dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi b. Bila ada asidosis dikoreksi dengan Na bikarbonat c. Pemberian kortikosteroid masih diperdebatkan
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DENGUE) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
TATALAKSANA DBD DERAJAT I 1. Pemberian cairan a. Minum banyak 1.5-2 Liter/hari (3-5 sdm/mnt) b. Jenis : air putih, teh, sirup, sari buah. 2. Obat-obatan a. Antipiretik (parasetamol) b. Anti kovulsan (kalau perlu) Indikasi rawat: 1. Tidak mau minum / muntah sering 2. Hematokrit cenderung naik 3. Trombosit ≤150.000 4. Demam menetap ≥ 3 hari 5. Rumah jauh 6. Permintaan orang tua Indikasi IVFD 1. Ht cenderung meningkat 2. Muntah terus / tidak mau minum Jenis cairan : DD ½ atau RL tetesan maintenance (1 tetes/kg BB/mnt) Monitor : Tanda vital tiap 6jam Hb-Ht-trombo minimal tiap 24jam
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DENGUE) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Monitor : tanda vital Ht/trombo 4-6jam
Perbaikan (+)
TATALAKSANA DBD DERAJAT II Infuse Ringer Laktat Cairan awal BB (kg) Jumlah cairan/24 jam 3-10 205 cc/kg BB Evaluasi 12-24 jam 10-15 175 15-25 135 25-40 115 >40 95
Ht (2x) Nadi / TD stabil Diuresis cukup (2 ml/kg/jam)
Tetesan kurangi
Monitor tanda vital Ht/trombo 46jam
Perbaikan
Infuse Ringer Laktat Jumlah cairan/24jam BB(kg) 205cc/kg BB 3-10 175 10-15 135 15-25 115 25-40 95 >40
Memburuk lagi
Perbaikan (-) Ht (tetap tinggi) Frek.nadi, isi kurang Tek.nadi 80 mmHg Sianosis (-) Extremitas hangat Siuresis cukup
DBD IV
Evaluasi ketat
Cairan Rumatan Line 1 – RL Line 1 – DD ½
Tanda vital Diuresis Perdarahan Hb/Ht/Trombosit
1 tetes/kg BB/menit 1 tetes/kg BB/menit
Infuse selanjutnya sesuai dengan kebutuhan *Dengan memantau nilai Hb,Ht *Biasanya tidak lebih dari 48jam
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DENGUE) No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
TATALAKSANA DBD DERAJAT IV
O2 (sungkup 5-6 L/menit) Pasang 2 IV/Line RL 20 ml/kg BB guyur dalam 10 menit Koloid sintetik 10 ml/kg BB dalam 10menit
Shock belum teratasi Shock teratasi
CVP
Cairan Rumatan (lihat DBD III)
Dipertahankan antara 5-8 cm H2O
Menentukan jenis cairan & kecepatan tetesan
Pertimbangan pemberian dopamin, darah segar, suspensi
Trombosit atau plasma beku segera
Koloid sintetik Dosis maksimal
* Kontra indikasi
-
HES 6% 30 ml/kg BB/24 jam
-
HES 10% 20 ml/kg BB/24 jam
-
Dextran L 20 ml/kg Bb/24 jam
-
Hemacel tidak ada dosis maksimalnya
- Dextran L : pada gangguan hemostasis pada gangguan ginjal - HES : pada gangguan ginjal
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DENGUE) No. Dokumen Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
TATALAKSANAAN DBD + KOMPLIKASI 1. DBD ENSEPALOPATI DERAJAT III / IV
Langsung beri koloid sintetik → sesuai diagram
Lain-lain sama dengan DBD III / IV
2. ASIDOSIS METABOLIK → pada – DBD IV - adanya nafas dalam (Kussmaul) diberikan Nabic 7.4% 1 mg (1cc)/kg BB bolus iv diencerkan 2x kecepatan 1 mg/menit 3. DSS + PERDARAHAN MASIF
Yang disebut masif : Dimintakan wholw blood + trombosit atau PCT + trombosit pada kesempatan pertama
1. Melena 2. Hematemesis 3. Epitaksis profue
Beri trombosit susp → sesuai formula 13 BB x 3 unit 13
Hb
< 10 gr% → beri PRC
Bila diberi W.Blood → perhitungkan dengan volume cairan yang sudah masuk
DIC Bila : CT/BT PT/PTT Fibrinogen FDP TT
→ Heparinisasi
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DENGUE) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Cara perhitungan kecepatan tetesan
= jumlah cairan yang diperlukan x BB x 15 tetes/menit (makro) 24 60
= jumlah cairan yang diperlukan x BB x 15 tetes/menit (makro) 96
Contoh : DBD gr II
BB 20 kg → kebutuhan cairan 135 cc/kg BB 135 x 20 = tetes/menit (makro) 96
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (ASMA DAN STATUS ASMA TIKUS) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PENGERTIAN
Asma adalah suatu penyakit obstruktif jalan nafas yang merata (difus) dan reversibel
TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR
Patofisiologi:
Obstruksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh sembab mukosa sekresi berlebihan dan spasmus otot polos. Gejala klinis: Batuk,bersin, hidung buntu → batuk hebat, sesak, suara mengi (wheezing) Bila serangan hebat : gelisah, tersusuk, bekeringat mungkin sianosis Dada mengembang, hiperinflasi, ekspirasi memanjang, otot-otot interkostal, supraklavikuler dan sternokleido Perkusi : hipersonor Auskultasi : suara mengi, ronki kering musikal, ronki basah sedang, X-foto dada : atelektasis tersebar :“hyperaerated“ Diagnosis Banding: Infeksi virus atau bakteri, berupa bronkitis, bronkiolitis dan bronkopneumoni. Benda asing jalan nafas Komplikasi: 1. Atelektasis 2. Pneumotoraks 3. Emfisema mesiastinalis / kutis 4. Kejang-kejang karena anoksia 5. Gagal nafas Penatalaksanaan: 1. Serangan asma angkut: a. Adrenalin 0.1-0.2 ml larutan 1:1000 subkutan Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali b. Dianjurkan / disertai salah satu obat tersebut dibawah ini (per oral) a. * Efedrin : 0.5-1 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam * Salbutamol : 0.1-0.15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam * terbutalin : 0.075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (ASMA DAN STATUS ASMA TIKUS) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PROSEDUR
b. * Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam * teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam c. Prednison: 0.5-2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat) 2. Penatalaksanaan Status Asma Tikus (anak) a. Bila dengan cara pengobatan di atas belum ada perbaikan penderita perlu rawat inap b. Perhatikan : * sianosis pulpus paradoksus aktivitas otot-otot pernafasan tambahan pertukaran udara
keadaan mental c. Periksa : * LED, Hb, Lekosit, hitung kenis EKG X-foto dada d. Beri zat asma dengan „nose prong“ 2-3 L/menit e. Cairan f. Aminofilin : 4-5 mg/kg/dosis, iv selama 20 menit tiap 6 jam Hidrokortison : 4-10 mg/kg/dosis, iv tiap 4-6 jam
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (CEDERA KEPALA) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN
Berat ringannya cedera kepala dibagi berdasarkan skala koma Glasgow (SKG) SKG 13-15 = cedera kepala ringan SKG 9-12 = cedera kepala sedang SKG 3- 8 = cedera kepala berat PROSEDUR
Semua pasien cedera kepala yang datang ke Gawat Darurat dalam keadaan sadar diobservasi ± 2 jam. Bila tidak ada pingsan, muntah atau pusing pasien dipulangkan dan diberi pesan-pesan yaitu : bila pasien mengantuk / tidur, sakit kepala hebat, muntah > 4x, kejang, lumpuh tangan / kaki, penglihatan terganggu, harus datang ke Gawat Darurat secepat mungkin untuk tindakan selanjutnya.
Pasien cedera kepala yang tidak sadar, dirawat. Pasien dengan tingkat kesadaran (SKG) 13-15 dirawat di IRNA dan SKG kurang dari 13 dirawat di ICU semua pasien yang dirawat ini diobservasi tingkat kesadarannya, besar pupil dan tandatanda vital lainnya. Bila memburuk dan atau perlu diambil tindakan operasi secepatnya yaitu dikonsultasikan ke dokter spesialis bedah umum (di Balikpapan belum ada tenaga dokter spesialis bedah saraf) Pemeliharaan: Lakukan pemeriksaan umum / tanda-tanda vital, jelas dikepala atau ditempat lain, tingkat kesadaran dan pemeriksaan neurologis lainnya. Diagnosis: CKR, CKS, CKB, Cedera Kepala terbuka Penanganan : 1. Pasang infuse Ringer Laktat 2. Antibiotika sesuai indikasi 3. Nootropik sesuai indikasi 4. Foto kepala AP/L jelas 5. Laboratorium (DL) 6. Obat-obata lain sesuai indikasi
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (CEDERA KEPALA) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
CEDERA KEPALA OBSERVASI 2 JAM
RAWAT
RINGAN SKG 13-15
SEDANG SKG 9-12
BERAT SKG 3-8
PULANG DENGAN PESAN TIDAK PINGSAN TIDAK MUNTAH TIDAK PUSING
PINGSAN (+) SAKIT KEPALA MUNTAH
PESAN : TIDUR / NGANTUK SAKIT KEPALA HEBAT MUNTAH > 4X KEJANG LUMPUH TANGAN / KAKI PENGLIHATAN TERGANGGU
ICU
TINDAKAN (+)
IRNA OBSERVASI SKG PUPIL TANDA-TANDA VITAL
BEDAH
OPERASI
TENTANG PENYAKIT MENULAR No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Bila penderita rawat jalan, dokter UGD memberi informasi pada keluarga atau penderita tentang cara penularan dan bagaimana mencegah menularnya penyakit tersebut. 2. Bagi penderita yang rawat inap, pasien ditempatkan diruang khusus (isolasi)
sesuai dengan penyakitnya. 3. Pada beberapa penyakit menular (misal DHF, Morbili) semua kasus diinformasikan dicatatan medik untuk dilaporkan ke DKK 4. Untuk mencegah tertular penyakit, semua petugas dianjurkan melaksanakan usaha preventif sesuai dengan jenis dan cara penularan tersebut.
PENDERITA DENGAN KASUS KRIMINAL No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Penderita datang dalam keadaan sadar a.Penderita datang ke UGD diantar oleh keluarga Diterima sesuai prosedur baru, dengan melakukan anamnase secara lengkap dari keluarga maupun penderita Penderita ditolong sesuai kasusnya Jika sudah ditolong penderita boleh pulang, sesudah administrasi selesai Penderita diizinkan pulang Jika penderita dirawat, akan diproses sesuai dengan penderita yang dirawat b. Penderita datang ke UGD, diantar oleh petugas kepolisian atau penolong Penderita diterima sesuai denga proses penderita baru, dengan mengadakan anamnase sebisanya kepada penderita maupun pengantar
Penderita ditolong sesuai kasusnya, sampai memungkinkan untuk berobat jalan atau harus dirawat, diurus sesuai prosedur oleh polisi atau penolong yang akan menangani prosedur tersebut. 2. Penderita datang dalam keadaan tidak sadar a. Penderita datang ke UGD diantar oleh keluarga Penderita diterima sesuai prosedur penderita baru, dengan melakukan anamnase selengkap-lengkapnya kepada keluarga Penderita ditolong sesuai kasusnya sampai keadaan penderita stabil Memanggil perawat pengawas dan satpam untuk mengawasi disekitar atau di dalam UGD, untuk menghindari terjadinya keributan dan jika di pandang perlu minta satpam menghubungi pos polisi terdekat. Setelah penderita stabil dan memerlukan perawatan dipindahkan keruangan Keluarga menyelesaikan administrasi b. Penderita diantar oleh oleh petugas kepolosian atau penolong Penderita ditolong sesuai dengan kasus penderita baru, dengan melakukan anamnase seperlunya kepada petugas /penolong Penderita ditolong sesuai dengan kasusnya sampai keadaan umumnya stabil Jika dibawa petugas kepolisian penderita siap / layak dirujuk akan dibawa ke RSU dr. Kanujoso Administrasi diselesaikan petugas kebersihan / diserahkan menjadi tanggungan dinas sosial
TENTANG PENDERITA TIDAK DIKENAL No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Untuk sementara penderita (korban) diberi identitas Tn/Ny/Sdr/Sdri/An X 2. Petugas Rumah Sakit RESTU IBU (dokter atau paramedis) terus berusaha mencari identitas penerita atau korban baik dengan menanyakan pada pengantar atau orang-orang yang menemukan maupun dengan bantuan polisi 3. Selama waktu tersebut segala tindakan dan obat-obatan ditanggung Rumah Sakit sesuai kemampuan yang ada. Bila pasien KLL dengan fraktur terbuka, setelah di gips sementara, pasien kita rujuk ke Rumah Sakit Umum Dr. Kanujoso Djatiwibowo balikpapan 4. Jika sampai meninggal dunia, identitas belum ditemukan pihak Rumah sakit akan melapor ke Dinas sosial yang selanjutnya kita serahkan ke Dinas sosial
dan diketahui oleh polisi.
TENTANG KASUS PEMERKOSAAN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Setiap permintaan pemeriksaan dengan kasus pemerkosaan harus ada permintaan VER (Visum Et Repertum) dari polisi yang berwenang 2. Untuk pasien dengan kasus pemerkosaan dilakukan:
Pemeriksaan luar dilakukan oleh dokter jaga UGD
Pemeriksaan dalam harus dilakukan oleh dokter obsygn
Dan bila pagi dokter obsgyn tidak ada ditempat, pasien dialih rawatkan ke RSU Dr.Kanujoso Djatiwibowo untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya 3. Hasil pemeriksaan VER dibuat dan ditandatangani oleh dokter obsgyn dan dokter jaga UGD kemudian diberikan kepada petugas yang berkepentingan
PENYIKSAAN ANAK (CHILD ABUSE) No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Semua anak yang berumur dibawah 12 tahun, bila dicurigai ada penyiksaan maka dapat dilakukan pemeriksaan oleh Dokter jaga bila perlu dikonsultasikan ke dokter bedah dan diberikan tindakan yang diperlukan, kemudian memberitahukan kebagian KIE. Bagian KIE akan memanggil pekerja sosial yang dikenal / untuk pendekatan kepada orang tua dengan korban.
VISUM ET REPERTUM No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Permintaan visum yang dilayani hanya dari POLRI / Polisi Militer dengan membawa surat permintaan visum yang ditanda tangani oleh polisi dengan pangkat sekurang-kurangnya pembantu letnan 2. Surat permintaan visum harus diantar oleh petugas berseragam dinas 3. Surat permintaan visum yang diantar penderita atau bukan petugas yang tidak dilayani. 4. Permintaan visum secara lisan oleh petugas POLRI / Polisi mIliter berseragam dinas yang membawa korban dapat dilayani dengan catatn bahwa surat permintaan visum menyusul paling lambat 2x24 jam setelah korban diantar ke IRD 5. Permintaan visum oleh polri / polisi militer untuk sesuatu kasus paling lambat 2 x 24 jamsetelah korban dibawa ke IRD, bila waktu lewat 2 x 24 jam baru ada permintaan visum, hasil pemeriksaan terhadap korban disesuaikan dengan keadaan korban pada saat / tanggal permintaan visum. 6. Surat permintaan visum diterima oleh petugas IRD untuk selanjutnya dokter jaga akan melaksanakan pemeriksaan sesuai permintaan visum 7. Surat visum ditanda tangani oleh Dokter jaga yang telah melaksanakan permintaan visum tersebut.
KEGAWATAN DI RUANG RAWAT INAP No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Dokter jaga ruangan bertanggung jawab terhadap seluruh ruangan rawat inap di Rumah Sakit “RESTU IBU“ termasuk ICU 2. Dokter jaga ruangan hanya mengawasi, pasien yang sedang dirawat inap dan tidak melakukan visite. 3. Melakukan tindakan medik dalam pertolongan darurat 4. Memberikan terapi simpotomik sementara sebelum dilaporkan kepada Dokter Spesialis yang merawat 5. Dokter jaga ruangan tidak dibenarkan mengganti terapi Dokter Spesialis yang merawat 6. Bila dipandang perlu, memberikan informasi data dan keadaan pasien kepada dokter spesialis, atau pihak keluarga sebatas tidak bertentangan dengan dokter spesialis yang merawat 7. Menulis resep, bekerja sama dengan perawat ruangan dalam memberi instruksi penanganan medis 8. Membuat permintaan yang diperlukan atas persetujuan dokter spesialis yang merawat 9. Dokter jaga ruangan yang berhalangan dapat mencari pengganti sendiri serta melaporkannya ke kepala bidang medis 10. Membuat laporan atas pasien baru atau pasien-pasien yang memerlukan perhatian khusus.
PENANGANAN KERACUNAN No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Halaman Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Perawatan Umum a. Resusitasi (1.2.3) 1. Air way = Jalan nafas Usahakan jalan nafas tetap terbuka Bila perlu gunakan Oropharingeal Air Way dan Suction 2. Breathing (Pernafasan) Jaga agar penderita dapat dan terus bernafas dengan baik Bila perlu gunakan AmbuBag, Respirator, Mouth to Mouth 3. Circulation (Peredaran Darah) Pertahan tensi, nadi tetap baik Bila perlu pasang infuse RL, Nacl 0.9%, Dextrose 5% b. Eliminasi 1.
Emesis merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang masih sadar
2.
Katarsis, dengan laksan, bila diduga racun telah sampai di usus
3.
Kumbah lambung, pada penderita yang keadaannya mulai menurun atau tidak koperatif
4.
Forced diurisis, bila diduga racun telah sampai didarah dan dapat dikeluarkan melalui ginjal. Emesis, katarsis, dan kumbah lambung tidak boleh dikerjakan apabila: Keracunan lebih dari 6 jam Bahan korosif, misalnya minyak tanah atau bensin Koma derajat sedang dan berat
c. Supportive Perhatikan (perhitungkan) keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, kalori. d. Antidotum Misal : Sulphat Atropin untuk keracunan insektisida, fosfat organik atau Malorphine untuk keracunan Morphin.
PENANGANAN KERACUNAN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Perawatan Khusus a. Keracunan Insektisida Fosfat Organik / Baygon 1. Infuse Dextrose 5% isap-isap lendir, O2 bila perlu 2. 2,5 mg bolus IV, diteruskan ½-1 mg setiap 5-10-15 menit, tergantung beratnya keracunan. 3. Kumbah lambung se efektif mungkin, katarsis, keramas rambut dengan sabun, mandikan seluruh tubuh + sabun, ganti pakaian baru. 4. Diberikan dengan monitor pupil, sampai tercapai Atropinisasi mata, mulut kering, muka merah, pupil dilatasi, jantung berdebar-debar, suhu meningkat, gelisah 5. Setelah Atropinisasi tercapai:
Dijarangkan dengan dosis maintenance ½-1 mg setiap 1-2-4-6 jam
Pemberian SA dihentikan minimal 2x24 jam
b. Keracunan Sedativa, Hypnotika, Analgetika 1. Sadar : emesis, pemberian Norit dan MGSO4, bila ragu-ragu observasi 6-24 jam 2. Koma derajat I-II, kumbah lambung lalu diurisis paksa selama 12 jam, bila ada keraguan penyebab keracunannya, caranya:
Berikan 1 amp Calcium Gluconat IV
Infuse Dextrose 5% + 10 MIKcl 15% / 12 jam
Furosemide 1 amp IV / 6 jam
Untuk keracunan salicilat dan phenobarbital dapat ditambahkan 10 MCQ Nabic untuk tiap ml Dextrose 5%
3. Koma derajat III-IV : kumbah lambung dengan pipa berbalon, lalu diurisis paksa PENANGANAN KERACUNAN
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
4. Bila Timbul gejala Ekstrapiramidal dapat diberikan Delladryl 50-100 mg I.M 5. Pada penderita gelisah / konvulsi, diberikan Diazepam 5-10 mg I.V atau Luminal 50-100 mg I.M c. Keracunan Pestisida (DDT, Endrin, Racun Tikus) 1. Infsue Dextrose 5% O2 bila perlu 2. Emesis. Katarsis, Kumbah lambung bila penderita sadar atau samnolen 3. Diazepam 5-100 mg bila gelisah / kejang 4. Terapi Supportif 5. Furosemida 40 mg IV, bila diurisis menurun d. Keracunan bahan korosif (air accu, asam keras, soda kausatik) 1. Jangan lakukan Emesis, Katarsis, Kumbah Lambung 2. Penderita disuruh minum air / susu sebanyak mungkin walaupun penderita muntah, pemberian diteruskan. 3. Infuse Dextrose 5% RL atau tranfusi bila ada perdarahan 4. Asam kuat (H2SO4, Hcl) berikan susu tiap 1 jam 100-200 ml 5. Basa kuat (HAOH,KOH) berikan air buah atau Hcl encer (Yulapium) 2 liter, untuk setiap gram sekali yang diminum 6. Corticostiroid, Dexamethason 4x2 amp LV 7. Antibiotika 8. Konsul THT 9. Bila lesi cukup luas, pasangNGT, MLP e. Keracunan antiseptik luar ( luysol, creolin) 1. Penderita disuruh minum air hangat sebanyak mungkin 2. Bila keadaan menurun, kumbah lambung dengan NGT ukuran kecil 3. Antasida
PENANGANAN KERACUNAN No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
f. Keracunan jengkol 1. Bila ringan berikan minum banyak, Nabic 2. Keracunan berat, pasang infuse, Chateter, Nabic 1.5% g. Keracunan singkong ( ketela pohon) 1. Emesis, kumbah lambung, Laxan dengan sulfa Magnesium 30 g 2. Natrium Tiosulfat 10% 10cc IV perlahan-lahan 10 menit dan Natrium Nitrat 3% 10 cc h. Keracunan jamur 1. Infuse Dextrose 10% 2. Emesis, Kataris 3. SA 0.5-1 mg IV dapat diulang tiap 30 menit 4. Therapi Supportif – Symtomatis i. Keracunan alkohol 1. Emesis, Kumbah Lambung 2. Infsue Dextrose 5% j. Keracunan gas CO2 1. Berikan pernafasan denga O2 murni tekanan tinggi 2. Cegah edema otak k. Keracunan Heroin, Morphin, Codein 1. Malorphin 0.1-1 mg IV tiap 5 menit (Maksimal 40 mg dalam 4 jam)
TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PERUSAHAAN No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Pasien yang datang dengan menunjukan a. ARS dari Telkom, AEA, Petrosea, dll b. Foto copy kartu berobat dari Dusit c. Dengan mencocokan nama nomor badge di buku PLN Pikitring yang ada di UGD Rumah Sakit “RESTU IBU“ untuk pasien dari PLN Pikitring 2. Untuk pasien dari PLN Pikitring Petrosea dan Gatari dicatat dibuku sendiri 3. Selanjutnya pasien dilayani seperti pasien umum
TENTANG ASURANSI KESEHATAN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Pasien yang datang dengan menunjukan kartu : a. Askes Gold (Askes sukarela) b. Asuransi INC Insurance c. Asuransi Lippo Life d. Asuransi AEA 2. Untuk keperluan obat oral, obat injeksi dan cairan infuse ditulis pada resep Askes sedangkan asuransi perusahaan ditulis diresep RS“RESTU IBU“ 3. Untuk obat dan alat habis pakai tidak diresepkan dan ditagihkan oleh pihak Rumah Sakit. 4. Pasien hanya dilayani untuk rawat inap dan Gawat Darurat 5. Pasien berobat diluar jam kerja sore hari maka akan dilayani di poliklinik sore UGD sebagai kasus emergency dengan mendapatkan resep untuk 1 (satu) hari
TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG DOKTER JAGA No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. DOKTER JAGA I / DOKTER UGD a. Melaksanakan Triase melakukan pemeriksaan pasien menegakkan diagnosa kerja, memeberikan pengobatan / perawatan melakukan observasi terhadap semua pasien UGD dengan berpedoman pada pedoman diagnosis terapi
(PDT) dan SOP UGD b. Menangani pasien gawat diruangan c. Melakukan konsultasi kepada dokter konsulen atas pasien tertentu yang secara medis diluar kemampuan dokter jaga UGD dan mendampingi dokter konsulen jaga pada saat konsultasi d. Melaksanakan pengobatan yang dianjurkan oleh dokter konsulen jaga dan melaksanakan tindakan medis sesuai kemampuan atau dibawah bimbingan dokter konsulen jaga e. Melaksanakan pengobatan dan atau tindakan atas semua pasien yang menderita kedaruratan dan kegawatan medik, melaksanakan observasi dan menyerahkan tanggung jawab pasien yang akan dirawat kepada dokter ruangan / dokter konsulen setelah pasien dinilai dalam kondisi cukup stabil (kegawatan sudah diatasi) f. Membuat catatan medik yang baik atas semua pasien yang ditandatangani menurut tata cara yang berlaku g. Membuat dan menandatangani termasuk membuat visum et repertum h. Mengawasi dan membimbing dan membina pengetahuan dan keterampilan tenaga paramedis di UGD i. Memimpin,
mengkoordinasikan
dan
membina
pengetahuan
dan
keterampilan tenaga paramedis di UGD j. Membuat laporan jaga dan melaporkannya Ka. Bid. Yan. Med TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG DOKTER JAGA No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
k. Menciptakan dan memelihara suasana hubungan kerja yang baik di UGD dan antara unit yang terkait l. Bertanggung jawab atas kelancaran dan mutu pelayanan kesehatan di UGD selama jam jaga
TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG DOKTER JAGA No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Halaman Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
2. DOKTER JAGA II / DOKTER RUANGAN a. Bertanggung jawab atas semua pasien yang dirawat di RS“RESTU IBU“ selama jam kerja b. Menangani pasien gawat diruangan c. Menerima laporan tentang pasien-pasien yang sedang dirawat dari perawat ruangan / petugas jaga keliling d. Mengkonsultasikan pasien yang baru masuk ruangan kepada dokter konsulen bila belum dikonsultasikan oleh dokter jaga UGD e. Dokter jaga II juga memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang seperti dokter jaga I dalam butir NO. 5.7.8.11 dan 12 terhadap pasien rawat inap, petugas medis dan non medis selama jam jaga. 3. DOKTER KONSULEN a. Menerima dan menjawab konsul dari dokter jaga I dan II dengan disertai dan
tindakan lanjut b. Sesuai dengan kepentingannya, dokter konsulen sewaktu menerima konsul wajib datang kerumah sakit. c. Melaksanakan konsultasi timbal balik antara dokter spesialis dan mengambil yang perlu penanganan secara spesialistik / multi disiplin d. Membimbing dan atau mengawasi tindakan medis yang dilakukan oleh dokter jaga I dan II e. Membina dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter jaga I dan II dan para medis f. Membuat catatan medik yang baik atas semua pasien yang ditangani menurut tata cara yang berlaku g. Membuat dan menandatangani surat keterangan kesehatan termasuk membuat VER h. Bertanggung jawab atas mutu pelayanan medis spesialistik atas kasus yang ditanganinya BATASAN TINDAKAN MEDIS DI UGD No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Yang berhubungan dengan tindakan yang membutuhkan bantuan hidup dasar (Basic of Life Support) antara lain: 1. Resusitasi jantung paru 2. Melakukan tindakan intubasi 3. Memperbaiki faktor penyebab shock (dengan iv line) 4. Mengatasi kegawatan jantung Yang berhubungan dengan kecelakaan oleh sebab lain: 1.
Eksplorasi dan evaluasi luka dangkal dan dalam
2.
Jahit luka sederhana tanpa penyulit
3.
Jahit luka mejamuk tanpa penyulit
4.
Menghentikan perdarahan
5.
Menyambung tendon otot putus yang ujung potongannya mudah dicari
6.
Amputasi jari tangan, kaki
7.
Pemasangan bidai / tindakan anesthesi setempat
8.
Pemasangan gips pada patah tulang sederhana dari posisi baik
9.
Angkat korpus alienum (mata, telinga. Tenggorokan, otot)
10. Melakukan sirkum / dorsumsisi pada kasus fomisos 11. Melakukan Reposisi sendi (lengan, tungkai, bahu) Catatan: Konsul ke Dokter Spesialis Bedah dulu. Ad 5.6.11
RAHASIA MEDIS No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Setiap dokter / petugas UGD wajib menjaga rahasia medis tentang penyakit yang dialami oleh pasien dengan sumpah jabatan 2. Beberapa perkecualian diatur dengan undang-undang kesehatan sesuai peraturan pemerintah No : 10 Tahun 1996. Tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
TENTANG CATATAN MEDIS No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Setiap penderita yang masuk di UGD oleh keluarga penderita atau teman atau petugas didaftarkan di Rekam Medis untuk mendapatkan oleh petugas UGD 2. Penderita tanpa keluarga / pengantar didaftarkan oleh petugas UGD 3. Pelayanan di UGD dilaksanakan selama 24 jam 4. kartu penderita UGD disimpan di Unit Rekam Medis
PENULISAN RESEP No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Resep yang lengkap terdiri dari: 1. Inscriptio : biasanya sudah dicetak pada kertas
Nama
Alamat
Nomor telepon
Nomor ijin praktek
Tempat dan tanggal pembuatan resep
Huruf “R“
2. Praescriptio
Nama obat
Jumlah obat
Cara pembuatan
3. Signatura
Cara pemakaian
Nama dan umur penderita
4. Subscriptio
Paraf dokter
Untuk resep obat bius harus dicantumkan tanda tangan dokter
PELAYANAN IBU DALAM PROSES PERSALINAN NORMAL MAUPUN TIDAK NORMAL No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Bila ada ibu hamil datang dengan pembukaan lengkap (kala II), pasien segera: 1. Terima oleh perawat UGD 2. Pasien segera diangkat ketempat tidur 3. Siapkan patus set 4. Memanggil Bidan 5. Selanjutnya pertolongan persalinan normal oleh Bidan 6. Setelah plasenta lahir, bayi dan ibu dibersihkan, kemudian dipindah kekamar bersalin untuk diobservasi kala IV selama 2 jam Untuk partus tidak normal: Pasien diterima di UGD dan diperiksa oleh dokter jaga,bila pasien datang dengan pendarahan,langsung diberi pertolongan terlebih dahulu dan segera perawat memanggil bidan kemudian dipindah ke kamar bersalin untuk dikonsultasikan ke dokter Obsgyn
PERSALINAN NORMAL No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Persiapan alat: 1. Bak partus normal steril didalam berisi: a. Doek steril 1 buah b. Klem tali pusat 2 buah c. Gunting tali pusat 1 buah d. Gunting episiotomi 1 buah e. Kom tempat bethadine f. Kassa steril secukupnya g. Chateter metal 1 buah h. ½ koher tangan atau pemecah ketuban 2. Bak instrumen beisi alat-alat steril untuk menjahit a. Doek lubang 1 buah b. Nacl powder 1 buah c. Kom tempat bethadine d. Gunting benang 1 buah e. Pincet sirurgi 1 buah f. Jarum jahit kulit 1 buah / otot 1 buah g. Kassa steril secukupnya h. Tampon bulat 1 buah (kalau perlu) 3. Alat-alat setril dalam tempatnya a. Umbilical klem 1 buah b. Benang catgut dan benang side 1/1 kotak c. Slym zuiger 1 buah d. Sarung tangan steril 2 pasang e. Obat anesthesi lokal f. Spuit 10cc, 5cc, 3cc g. Bethadine dan tempatnya PERSALINAN NORMAL No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
4. Alat-alat tidak steril a. Waskom berisi larutan disenfektan b. Stikpan 1 buah c. Bengkok 1 buah d.
Ember tempat pakaian kotor 1 buah
e. Waskom untuk menyeka f. Waslap 1 buah g. Plastik plasenta 1 buah h. Sarung atau kain panjang 1 lembar i. Baju atasan 1 lembar j. Underped k. Celana dalam 1 buah l. Softex 3 buah m. Gurita pasien n. shcort pelaksanaan: Kala II 1.
Posisi ibu litotomi
2.
Pasien dipimpin mengejan bila ada his
3.
Observasi hid dan B.J.A
4.
Observasi penurunan kepala
5.
Lakukan epiriotomi bila kepala bayi didasar panggul pada primi, multi
6.
Lahirkan bayi
7.
Bayi dirawat sesuai protap
8.
Beri uteriotonika sesuai indikasi PERSALINAN NORMAL No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Kala III: Periksa 1.
Ku Ibu
2.
Kontraksi terus dan tingginya fundus uteri
3.
Kandung kencing dikosongkan
4.
Robekan perinium
5.
Perdarahan
6.
Lahirkan plasenta, lengkap atau tidak lengkap
7.
Periksa selaput plasenta koteledon
Kala IV: 1.
Mengawasi Ku ibu
2.
Kontrkasi uterus
3.
perdarahan
4.
Observasi tanda-tanda vital
5.
Membersihkan vulva
6.
menjahit luka pada perinium
7.
Ibu diseka
8.
Selanjutnya pasien diantar keruang VK untuk diobservasi 2 jam post partum
PROGRAM ORIENTASI BAGI PETUGAS YANG BARU DI UGD RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Pada umumnya petugas yang baru masih belum mengenal lingkungan UGD untuk PENGERTIAN TUJUAN
itu UGD mengadakan orientasi pada petugas baru yang akan ditempatkan di UGD vaik Dokter Umum, perawat maupun pekerya. Setelah mengikuti program orientasi diharapkan petugas baru dapat:
1. Mengetahui struktural organisasi UGD Rumah Sakit “RESTU IBU“ 2. Mengetahui peraturan / kebijakan yang berlaku di UGD Rumah Sakit “RESTU IBU“ KEBIJAKAN
Metode : 1. Menjelaskan / ceramah 2. Orientasi ruangan 3. Tanya jawab a. Orientasi petugas baru: Materi : 1. Penjelasan tentang Struktural organisasi Perkenalan staff UGD Uraian tugas dan tanggung jawab PROSEDUR
Tempat kerja / ruangan Pengenalan alat-alat dll Tata cara administrasi dan pengolahannya Prosedur :
Prosedur penerimaan pasien
Prosedur memindahkan pasien keruangan
Prosedur konsul dokter ahli
Prosedur penggunaan alat
Prosedur menyediakan obat, dll PROGRAM ORIENTASI BAGI PETUGAS YANG BARU DI UGD RUMAH SAKIT ”RESTU IBU”
No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Peserta : petugas baru Pembimbing : Ka uGD, koordinator perawat Tempat : UGD Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan Lamanya : 1 hari Evaluasi : dilakukan oleh ka. UGD / koordinator perawat UGD yang selanjutnya dikirim kembali kepada kepegawaian dengan rekomendasi mengenai
sikap dan kemauan bekerja. b. Orientasi petugas lama yang baru di UGD Materi : 1 . Penjelasan tentang
Struktural organisasi
Uraian tugas dan tanggung jawab
Tempat kerja
Pengenalan alat
2. Prosedur
Prosedur penerimaan pasien
Prosedur memindahkan pasien keruangan
Prosedur konsul dokter ahli
Prosedur penggunaan alat
Peserta: petugas lama yang baru di UGD Pembimbing : ka UGD, Koordinator perawat Lamanya : 1 hari Evaluasi : dilakukan oleh Ka. UGD / koordinator perawat UGD dimasukkan didalam staff penilaian UGD
PENILAIAN SISTEM KERJA STAFF UGD No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Untuk mempertahankan dan memelihara mutu pelayanan dan perawatan di Unit Gawat Darurat,maka dipandang perlu untuk melakukan suatu sistem penilaian kerja yang dapat menjadi tolak ukur bagi Ka. UGD dalam memberi masukkan kepada Ka. Keperawatan dan Direksi Rumah sakit. Penilaian meliputi: 1.
Etika berbicara dan berkomunikasi
2.
Etika berpakaian
3.
Kepribadian dan tingkah laku
4.
Inisiatif
5.
Efisien kerja
6.
Kerjasama antar teman dan kelompok
7.
Sopan santun dan disiplin
8.
Tanggung Jawab
9.
Etika pelayanan dan penanganan penderita
10. Keterampilan bekerja 11. Intellegensia 12. Kemampuan menghadapi dan menangani sebuah persoalan 13. Kebersihan dan ketelitian Kriteria penilaian adalah : kurang, sedang, cukup, baik Evaluasi diadakan setiap 3bulan dan 6 bulan sekali Hasil penilaian hanya dapat dipergunakan secara profesional sesuai bidang pekerjaannya dan bersifat rahasia.
PERMINTAAN FOTO RONTGEN PASIEN UGD No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Pasien UGD yang memerlukan foto rontgen, formulirnya ditanda tangani oleh dokter jaga 2. Pasien diantar petugas UGD keruang rontgen 3. a. Untuk pasien yang rawat jalan bila tidak memerlukan tindakan segera, pasien dipulangkan setelah menyelesaikan adminstrasi, hasilnya diambil malam setelah dibaca oleh dokter spesialis rontgen kemudian hasil diserahkan lagi ke dokter jaga b. Untuk pasien yang rawat inap setelah foto rontgen pasien diantar keruang inap.
PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PASIEN UGD No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Pasien UGD adalah pasien yang berobat di UGD, pasien rawat inap / rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium 2. Permintaan pemeriksaan laboratorium harus ditanda tangani oleh dokter yang merawat atau dokter yang bertugas saat itu. 3. Fromulir permintaan laboratorium dibawa ke laboratorium oleh petugas UGD 4. Bila mana formulir permintaan laboatorium telah sampai ke laboratorium, maka petugas laboratorium akan ke UGD untuk mengambil contoh 5. Setelah contoh diambil, pasien (keluarga pasien) harus menyelesaikan administrasi (pembayaran) 6. Dan petuags UGD, atau pasien (keluarga pasien) menunggu hasil untuk diperlihatkan kepada dokter yang merawat.
ANCAMAN BOM DAN PENYANDERAAN No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Halaman Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Sejauh ini belum pernah ditemukan ke kasus-kasus tersebut diatas. Hanya berlaku untuk kejadian yang berlangsung di UGD dan sekitarnya. Langkah-langkah yang dikerjakan adalah sebagai berikut: 1.
Berusaha mencari keterangan lengkap mengenai kejadian tersebut
2.
Melaporkan kejadian tersebut kepada keamanan Rumah Sakit
3.
Memberitahukan dan memanggil perawat pengawas (PJK)
4.
Melaporkan dan memanggil Ka, UGD
5.
Memanggil dokter jaga UGD untuk bertindak sementara sebagai koordinator sementara
6.
Melaporkan kepada Ka.Bid.Yan.Med untuk diteruskan kepada Direktur Rumah Sakit
7.
Melaporkan dan memanggil kepolisian setempat
8.
Memanggil petugas KIE
9.
Berusaha mengendalikan situasi sebatas kemampuan
10. Mengevakuasi penderita-penderita yang sudah selesai berobat, sedangkan akan berobat secara bijaksana dan tenang 11. Memberlakukan tingkat siaga medik dan bedah tahap-tahapan 12. Komunikasi dilakukan melalui hot line telepon oleh perawat secara tenang da terkendali. 13. Sementara jajaran tersebut diatas sedang dihubungi dan belum sampai ditempat, maka dokter UGD yang menjadi koordinator dan komunikator dalam hal penyanderaan, untuk nantinya dialihkan kepada yang lebih berwenang (Ka.Bid. Yan. Med dan kepolisian) 14. Personil yang dihubungi dan yang datang akan bertindak sesuai fungsinya
masing-masing 15. Semua pembiayaan untuk sementara dibebankan kepada Rumah Sakit . siaga dinyatakan selesai setelah situasi siap dan penderita dapat ditanggulangi dan dinyatakan aman. TENTANG LISTRIK PADAM No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Bila listrik padam maka: 1.
Dalam waktu tidak lebih ari 5 menit genset yang dioperasikan oleh petugas maintenance harus sudah jalan
2.
Kalau ternyata genset tidak berfungsi maka UGD akan menggunakan emergency lampu yang ada di UGD sebanyak 1 set, penempatan emergency lampu tergantung tempat yang memerlukan, disamping itu petugas UGD langsung lapor ke IPSRS untuk bersama menghidupkan genset
PEMADAMAN LISTRIK No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Pemberitahuan sebelumnya oleh PLN ke Rumah Sakit RESTU IBU kira-kira 1 minggu sebelum pemadaman dilakukan 2. Unit maintenance wajib menghubungi tiap-tiap ruangan untuk persiapan antisipasi kebutuhan listrik selama pemadaman dilakukan.
TENTANG RADIO AKTIF No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Di Rumah Sakit RESTU IBU Balikpapan hanya terdapat sumber radiasi dari sinar X, dimana sinar radiasinya bari timbul saat ekspose 2. Untuk menghindari akibat buruk dari radiasi ini, baik petugas, pasien maupun pengantar pasien perlu mendapat perlindungan. 3. Perlindungan terhadap petugas: a. Selama ekspose petugas harus berada dibalik tabir pelindung yang dilapisi lapisan timah ataupun menggunakan apron b. Petugas harus menggunakan film badge dan menjalani pemeriksaan kesehatan setiap tahun 4. Perlindungan terhadap pasien: a. Pemakaian diafragma untuk menentukan luas yang akan di sinar X sekecil mungkin sesuai yang diperlukan, sehingga dosis radiasi yang diterima pasien relatif kecil b. Bagi ibu hamil (terutama kehamilan 3 bulan pertama) sebaiknya pemakaian radiasi ditunda kecuali bila keadaan mendesak maka pengambilan foto dilakukan dengan melindungi bagian perut dengan apron. 5. Perlindungan terhadap pengantar: a. Pengantar tidak boleh memasuki ruangan pemeriksaan b. Kalau pengantar harus masuk keruangan pemeriksaan, untuk kelancaran pemeriksaan (seperti pada bayi, anak-anak, dan penderita tidak kooperatif) maka pengantar diwajibkan memakai apron.
PROTOKOL PENDERITA YANG TERKONTAMINASI BAHAN RADIO AKTIF No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Tidak ada fasilitas perawatan untuk penderita-penderita tersebut diatas biasanya
langsung dirujuk ke RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yang memiliki fasilitas lebih lengkap dan tenaga ahli yang spesialistik. Sesuai prosedur penerimaan dan identifikasi pasien baru Yang penting adalah Allo anamnase dan Auto anamnase meliputi: 1. Waktu Exposure 2. TKP, dan jarak kesumber Kontaminant 3. Jenis Radio Aktif (Berhubungan dengan lama dan waktu isolasi serta half life bahan radio aktif) Sesudah pemeriksaan fisik (dimana pasien segera di isolasi dalam ruangan kedap radiasi, dan diberikan supportif therapi). Semua bahan urine, feces, dan air liur penderita ditampung dan dibuang dalam septik tank / tempat pembuangan radio aktif sampai half life bahan tersebut habis. Pelaporan ke BATAN. Perujukan penderita ke RS lebihlengkap sesudah half life bahan tersebut habis dan penderita sudah dalam keadaan siap rujuk, dengan telebih dahulu menghubungi RS yang akan dirujuk.
PROGRAM PENINGKATAN MUTU DI UGD RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PROSEDUR
Pelatihan atau penyegaran mengenai penanganan pasien sangat besar peranannya dalam meningkatkan produktivitas perusahaan untuk mengurangi angka kematian dan untuk meningkatkan pelayanan pasien di Rumah Sakit “RESTU IBU“. Pengoperasian alat-alat yang lama maupun yang baru untuk meningkatkan keterampilan dalam penggunaan alat-alat juga merupakan usaha meningkatkan
pelayanan. 1. Meningkatkan keterampilan dalam pelatihan untuk mengurangi angka kematian 2. Menanamkan arti pentingnya tindakan penanggulangan terhadap pasien TUJUAN
3. Menanamkan rasa kesadaran bahwa masalah penanggulangan terhadap pasien merupakan tanggung jawab kita semua 4. Meningkatkan keterampilan penggunaan alat
KEBIJAKAN
Metode 1. Seminar 2. Simposium 3. Pelatihan Intern 4. Simulasi Materi PROSEDUR
1. Kegawatan darurat Peserta 1. Dokter 2. Perawat Rumah Sakit RESTU IBU 3. Karyawan Non Medis Rumah Sakit RESTU IBU 4. Masyarakat luar Tempat : Intern di RSRI, Exterim didalam kota maupun diluar daerah Waktu : Disesuaikan dengan tanggal, jadwal pelatihan. PROGRAM PENINGKATAN MUTU DI UGD RUMAH SAKIT RESTU IBU TAHUN 1998 No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
No 1.
Jenis pelatihan
PHTLS
Nama pelatihan /
Tempat
Jenis petugas
pendidikan
pelatihan
5 Hari
RSU BPP
yang dipilih
Perawat
Jumlah orang /
Waktu
Keterangan
anggaran
Seluruh perawat
Juli 1998
UGD
Terlaksana 3 orang, karena keterbatasan
2.
Pengoperasian
2 Hari
RSRI
Perawat
alat & BLS I 3.
Pengoperasian
Seluruh perawat
Juli 1998
RSRI 1 Hari
RSRI
Perawat
alat & BLS II
40 orang
Puskesmas
dana Terlaksana 100 orang
Desember
perawat Terlaksana 40
1998
orang karena
Anak SD
dilaksanakan secara
4.
5.
Dokter
Seluruh
Desember
bertahap Terlaksana 30
Pemadam
Perawat
karyawan RSRI
1998
orang
Kebakaran
Karyawan Non 1 orang
Februari
Belum
1999
terlaksana
Simulasi
Management
1 Hari
1 Minggu
Disaster
RSRI
Denpasar /
Medis Ka. UGD /
Surabaya
Ketua Panitia K3
diusulkan tahun depan.
PROGRAM PENINGKATAN MUTU DI UGD RUMAH SAKIT ”RESTU IBU” TAHUN 1999 No. Dokumen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan oleh : Direktur RS RESTU IBU
dr. B. Syahrial S.,M.Kes. No
Jenis pelatihan
1.
Pelatihan BLS &
Nama pelatihan /
Tempat
pendidikan
pelatihan
1 Hari
RSRI
Jenis petugas yang dipilih
Jumlah orang /
Waktu
Keterangan
anggaran
Perawat
Sebagian
pengoperasian
Karyawan non
perawat secara
Alat yang ke I
medis
bergantian
Juni 1999
Belum dilaksanakan
Masyarakat 2.
sekitar Perawat
Sebagian
Desember
Belum
pengoperasian
Karyawan non
perawat secara
1999
dilaksanakan
Alat yang ke II
medis
bergantian
Pelatihan BLS &
1 Hari
RSRI
Masyarakat 3.
Simulasi
4.
kebakaran Management
PPGDT
30 orang
Desember
Belum
Denpasar /
RSRI Ka. UGD /
1 orang
1999 Februari
dilaksanakan Belumterlaksana
Surabaya
Direktur
1999
karena persiapan
Semarang
Dokter
1 orang
Maret 1999
Akreditasi RSRI Belum
Perawat
1 orang
RSRI
1 Minggu
disaster 5.
sekitar Seluruh staff
1 Hari
10 Hari
dilaksanakan.
View more...
Comments