1. Menemukan penderita kusta dalam stadium penyakit sedini mungkin. 2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para petugas kesehatan untuk membantu kegiatan P2 Kusta dalam mencapai tujuan. 3. Untuk menentukan klasifikasi penyakit kusta .
B. RUANG LINGKUP C. URAIAN UMUM
: :
D. PROSEDUR
:
Suspek semua umur yang datang ke Puskesmas Kegiatan di laksanakan sesuai dengan prosedur pelayanankusta di puskesmas 1. Cara penemuan kusta. a.Penemuan penderita secara aktif. 1). Pemeriksaan kontak serumah (Survai kontak). a). Mencari penderita yang mungkin lama ada dan belum berobat (index case). b). Mencari penderita baru yang mungkin ada (di tulari oleh Index case). c). Memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita dan keluarganya dan menanyakan keluarga mengenai sikap dan kadaan penderita untuk minum obat secara teratur. Sasaran semua anggota keluarga yang tinggal serumah. Pemeriksaan di lakukan satu tahun sekali. 2). Pemeriksaan anak sekolah 3). Survai Khusus. a). Survai focus : Di lakukan pada lingkungan kecil. b). Random Sample Survey (survai prevalensi). Survai ini di lakukan sesuai perancanaan dan petunjuk dari pusat sesudah diadakan set – up secara statistik oleh ahli statistik WHO atau yang di tunjuk Depkes. c). Survai penemuan penderita melalui partisipasi masyarakat (chas survey). Dilaksanakan dengan petunjuk dari pusat yaitu mencari penderita baru dalam suatu lingkungan kecil dengan membina parti sipasi masyarakat 2. Pasien dianamesa mengenai : a. Nama, alamat, daerah asal. b. Riwayat tanda – tanda kulit atau syaraf yang di curigai c. Riwayat kontak dengan penderita. 3. Pemeriksaan : a. Pemeriksaan klinis. b. Pemeriksaan syaraf.
c. Pemeriksaan terhadap anesthesia. d. Pemeriksaan bakterioskotis. 4. Penegakan Diagnosa. Diagnosa penyakit kusta hanya dapat didasarkan pada penemuan tanda utama (Cardinal sign) yaitu : a. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa. Kelainan kulit dapat berbentuk bercak keputih – putihan (hipopigmentasi) atau kemerah – merahan (eritematous) yang mati rasa (anestesi). b. Penebalan syaraf tepi yang di sertai dengan gangguan fungsi saraf akibat dari peradangan kronis. 1). Gangguan fungsi sensoris : Mati rasa. 2). Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (parese) atau kelumpuhan (paralise). 3). Gangguan fungsi otonom : kulit kering, retak, pembengkaan (edema). c. Baksil Tahan Asam (BTA) positf.
DOKUMEN TERKAIT
:
1. FOM Pelaporan Kusta 2. Pencatatan dan Pelaporan Kusta.
RUJUKAN
:
1. Buku Pedoman Pembarantasan Penyakit Kusta 2. Modul Pelatihan Program P2 Kusta.
Thank you for interesting in our services. We are a non-profit group that run this website to share documents. We need your help to maintenance this website.