Solvent Extraction Pada B3

February 7, 2019 | Author: oiverra | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Solvent Extraction Pada B3...

Description

BAB I SOLVENT EXTRACTION

Sol vent vent 1.1 Pengertian Sol

extr acted  acted 

Solvent extracted adalah extracted  adalah suatu metode yang digunakan untuk mengekstraksi minyak dengan bantuan pelarut organik (Anggorodi, (A nggorodi, 1985) 1985 ) teknik pemisahannya menyangkut distribusi d istribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Cara ini akan mengakibatkan bahwa beberapa konstituen akan pindah dari pelarut pertama ke pelarut kedua. Metode solvent Metode solvent extracted  extracted   telah banyak digunakan untuk melepaskan lemak/minyak kacang kedelai, minyak kelapa dan sebagian besar biji-bijian. Solvent process dapat dijadikan sebagai metode alternatif untuk mengekstraksi minyak disamping menggunakan metode mechanical extracted. Proses ekstraksi lemak menggunakan metode solvent metode  solvent extracted  extracted   pada prinsipnya memiliki kesamaan dengan teknik penentuan lemak kasar. Perbedaannya, pada metode ini pada umumnya dilakukan pada skala yang lebih besar. Pelarut yang digunakan juga umumnya tidak menggunakan eter, melainkan menggunakan heksana. Penggunaan pelarut heksana memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan dari  pelarut heksana yaitu menimbulkan menimbulkan efek negatif berupa penyakit dan pencemaran pencemaran udara. Pelarut Pelarut heksana merupakan materi yang mudah terbakar dan memiliki biodegradabilitas yang rendah. Oleh karena itu diperlukan alternatif yang lebih aman. Etanol dan isopropil alkohol dapat digunakan sebagai alternatif heksana, mengingat heksana merupakan materi yang sangat mudah terbakar dan  biodegradabilitasnya  biodegradabilitasnya rendah, beresiko menimbulkan menimbulkan penyakit dan menyebabkan menyebabkan pencemaran pencemaran udara. Untuk menghasilkan ekstraksi lemak yang sempuma, sejumlah lemak harus ditambahkan.

1.2 Preparasi Sampel

Preparasi sampel untuk ektraksi solven biasanya meliputi beberapa tahap: a. Pengeringan Sampel Sampel perlu dikeringkan sebelum ekstraksi solven, karena beberapa pelarut organik tidak  bisa berpenetrasi berpenetrasi dengan baik bila ada air dalam sampel makanan, makanan, sehingga ekstraksi menjadi tidak efisien.

1

 b. Pengecilan Ukuran Partikel Sampel kering biasanya perlu dihaluskan sebelum ekstraksi solven  untuk menghasilkan sampel yang homogen dan meningkatkan luas permukaan lemak. Penghalusan sering dilakukan  pada suhu rendah untuk mengurangi oksidasi lemak. c. Hidrolisis Asam Beberapa jenis makanan mengandung lemak yang membentuk kompleks dengan protein (lipoprotein) atau polisakarida (glikolipid). Untuk menentukan kadar senyawa ini, perlu dilakukan pemutusan ikatan antara lemak dan komponen non-lemak sebelum ekstraksi solven. Hidrolisis asam umumnya dilakukan untuk melepaskan lemak terikat sehingga lebih mudah terekstraks, misalnya dengan mendigesti sampel selama 1 jam dengan HCl 3 N.

d. Pemilihan Solven Solven  ideal untuk ekstraksi lemak harus mampu secara sempurna mengesktraksi semua komponen lemak dari makanan, dan meninggalkan komponen selain lemak. Efisiensi  solven tergantung polaritas lemak yang ada. Lemak polar (seperti glikolipid atau fosfolipid) lebih mudah larut dalam solven yang lebih polar (alkohol) dari pada dalam solven non-polar (seperti heksan). Sebaliknya lemak nonpolar (seperti triasilgliserol) lebih mudah larut dalam  solven non polar   disbanding dalam  solven polar . Fakta bahwa lemak yang berbeda mempunyai polaritas yang berbeda menyebabkan tidak mungkin menggunakan pelarut organik tunggal untuk mengesktraksi semuanya. Sehingga penentuan kandungan lemak total menggunakan ekstraksi solven tergantung pada pelarut organik yang digunakan untuk ekstraksi. Selain pertimbangan di atas,  solven  juga harus murah, mempunyai titik didih rendah (sehingga mudah dipisahkan dengan evaporasi), non-toksik dan tidak mudah terbakar. Pelarut yang biasa digunakan untuk  penentuan kadar lemak total dalam makanan adalah etil eter, petroleum eter, pentan dan heksan.

1.3 Macam-macam Ekstraksi Solven 

Macam-macam Ekstraksi Solven, yaitu: a.  Batch Solvent Extraction Metode ini dilakukan dengan mencampur sampel dan  solven  dalam wadah yang sesuai (misalnya corong pisah). Wadah dikocok kuat,  solven  organik dan fase air dipisahkan (oleh gravitasi atau dengan sentrifugasi). Fase air dihilangkan, dan konsentrasi lemak ditentukan dengan menguapkan solven dan mengukur massa lemak yang tersisa. % lemak = 100 x (berat lemak / berat sampel)

2

Prosedur ini harus diulang beberapa kali untuk meningkatkan efisiensi proses ekstraksi. Fase air diekstraksi kembali dengan  solven  baru, kemudian semua fraksi  solven  dikumpulkan dan kadar lemak ditentukan dengan penimbangan setelah  solven diuapkan.

 b. Semi-Continuous Solvent Extraction Alat yang paling sering digunakan dalam metode ini adalah  soxhlet , dimana efisiensi ekstraksi lebih baik dari pada metode  Batch Solvent Extraction. Sampel dikeringkan, dihaluskan dan diletakkan dalam thimble berpori. Thimble diletakkan dalam alat  soxhlet yang dihubungkan dengan kondensor. Labu  soxhlet   dipanaskan, solven menguap, terkondensasi dan masuk ke  bejana ekstraksi yang berisi sampel, dan mengesktraksi sampel. Lemak tertinggal di labu karena  perbedaan titik didih. Pada akhir ekstraksi,  solven  diupakan dan massa lemak yang tersisa ditimbang. Prosedur: 1. Timbang kurang lebih 2 gr sampel, masukkan dalam timble ekstraksi. 2. Timbang labu ekstraksi yang telah dikeringkan. 3. Masukkan eter anhidrat dalam labu didih (labu ekstraksi). 4. Rangkai alat: labu didih, labu  soxhlet , kondensor. 5. Lakukan ekstraksi dengan kecepatan tetesan  solven dari kondensor 5-6 tetes per detik selama 4 jam. 6. Keringkan labu didih yang berisi ekstrak lemak di oven pada 100 oC selama 30 min, dinginkan di desikator dan timbang.

% lemak = 100 x (berat lemak/berat sampel)

c. Continuous Solvent Extraction Metode Goldfish merupakan metode yang mirip dengan metode  soxhlet   kecuali labu ekstraksinya dirancang sehingga  solven  hanya melewati sampel, bukan merendam sampel. Hal ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi, tapi dengan kerugian bisa terjadi “saluran  solven” dimana  solven  akan

melewati jalur tertentu dalam sampel sehingga ekstraksi

menjadi tidak efisien. Masalah ini tidak terjadi pada metode  soxhlet , karena sampel terendam dalam solven.

3

d.  Accelerated Solvent Extraction Efisiensi ekstraksi solven dapat ditingkatkan dengan melakukannya pada suhu dan tekanan tinggi. Efektivitas  solven  untuk ekstraksi lemak dari sampel makanan meningkat dengan  peningkatan temperatur, namun tekanan juga harus ditingkatkan untuk menjaga  solven  tetap dalam keadaan cair. Hal ini akan mengurangi jumlah pelarut yang dibutuhkan sehingga menguntungan dari sisi lingkungan. Sudah tersedia instrumen untuk ekstraksi lemak pada suhu dan tekanan tinggi.

e. Supercritical Fluid Extraction Ekstraksi solven dapat dilakukan dengan alat khusus menggunakan CO 2  superkritik sebagi  pelarut, yang sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan pelarut organik. Bila CO 2 ditekan dan dipanaskan di atas temperatur kritis tertentu, akan menjadi cairan superkritik, yang mempunyai karakteristik gas maupun cairan. Karena CO 2  berbentuk gas maka mudah  berpenetrasi ke dalam sampel dan mengekstraksi lemak, dan karena juga berbentuk cair maka CO2 dapat melarutkan sejumlah besar lemak (terutama pada tekanan tinggi).

Prinsip dari alat ini adalah, sampel makanan dipanaskan dalam bejana bertekanan tinggi kemudian dicampur dengan cairan CO 2  superkritik. CO2  mengekstraksi lemak dan membentuk lapisan solven terpisah dari komponen air. Tekanan dan suhu solven kemudian diturunkan menyebabkan CO2 berubah menjadi gas, sehingga menyisakan fraksi lemak. Kandungan lemak dalam makanan dihitung dengan menimbang lemak yang terekstraksi, dibandingkan dengan  berat sampel.

4

BAB II PENERAPAN SOIL EXTRACTION PADA INDUSTRI KELAPA SAWIT

Buah sawit ( Elais Gueenensis Jacq.) banyak dibudidayakan di perkebunan-perkebunan, di antaranya adalah jenis Dura, Psifera, dan Tenera. Bagian buahnya terdiri dari eksokarp (kulit paling luar), mesokarp (serabut, mirip serabut kelapa), endocarp (tempurung) dan kernel (inti sawit). Pengolahan bagian serabutnya (endocarp) dengan cara ekstraksi dapat menghasilkan Crude Palm Oil  (CPO), sedangkan pengolahan bagian kernel (inti) dapat menghasilkan  Palm Kernel Oil  (PKO).

2.1 PKO

 Palm kernel Oil  (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Proses awalnya sama seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Pada pengolahan kelapa sawit menjadi PKO setelah  proses pengepresan maka terjadi pemisahan antara minyak sawit dengan kernel, sabut dan ampasnya. Kebanyakan ampas kelapa sawit disamakan dengan ampas kelapa ( copra expeller ). Padahal  pada kenyataannya berbeda. Ampas kelapa sawit yang sering disebut dengan  Palm Kernel Crushers adalah hasil akhir dari pengolahan palm kernel oil dan biasanya sering digunakan sebagai bahan  pembuat makanan ternak diberbagai Negara misanya Brazil. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengolah  palm kernel oil   adalah  solvent extraction. Solvent extraction  sendiri merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengolah  palm kernel oil  yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.  Kernel Pretreatement  a. Cleaning   (Pembersihan) Pemisahan seluruh zat – zat asing seperti pasir, kandungan logam yang dapat menyebabkan kerusakan pada mesin. Hal ini dilakukan dengan menggunakan magnetic separator  dan fibrating  secreen.  b. Flaking  Dilakukan dengan cara memecahkan kernel   menjadi butiran kecil dengan menggunakan  swinging hammer  dan breaker boiler . Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pemecahan dan pengepresan.

5

c. Cooking 

2. Oil Extraction Solvent Extraction PKE ( palm kernel expeller ) yang telah di panaskan, di ekstraksi dengan menggunakan N- Hexane  pada alat ekstraksi. Dapat pula dilakukan dengan proses perendaman dan penyaringan. Penyaringan hexane  di pompakan pada meal   dan selanjutnya disaring dengan menggunakan kertas saring. Perendaman kernel meal   dimasukkan pada extractor , lalu hexane dialirkan dalam elevator   tersebut. Biarkan hingga keseluruhan minyak pangan dalam kernel meal larut.

Solvent recovery from meal hexane  dihilangkan dari deffated meal   dalam toaster . Setelah seluruh hexane  menguap, maka akan didapat pellet yang baik dan terbebas dari  Hexane  yang dikenal dengan palm kernel expeller  yang selanjutnya dapat disimpan dan siap untuk di pasarkan.

6

DAFTAR PUSTAKA

Dr.RH: Analisis Makanan 3. Analisis Lemak

Husni,

Ahmad

.2010.

 INDUSTRI

PENGOLAHAN

CRUDE

PALM

OIL

(CPO).

http://ikatanmahasiswakimia.blogspot.com/2010/07/industri-pengolahan-crude-palm-oilcpo.html. diakses pada tanggal 14 Dessember 2012

Priyono. 2009. Solvent Extracted .  http://www.ilmupeternakan.com/2009/02/solvent-extracted.html. Diakses pada tanggal 2 November 2012.

7

PAPER PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3 SOLVENT EXTRACTION

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

Gradian Reza

1009035005

Adelina Ramba

1009035016

Atika Tamiya R.

1009035036

Vera Eva Yanthi

1009035045

M. Yusuf

1009035055

Yeyen Ekandari

1109045062

Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda 2012

8

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF