SNI Penyelidikan Tanah

January 18, 2017 | Author: Tatang Fendy Harianto | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download SNI Penyelidikan Tanah...

Description

RPT0

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian – 3 : Pekerjaan Geoteknik

ICS 93.020

BIDANG SUMBER DAYA AIR

SDA

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ..................................................................................................................

i

KATA PENGANTAR .....................................................................................................

ii

PENDAHULUAN...........................................................................................................

iii

1. RUANG LINGKUP ..................................................................................................

1

2. ACUAN NORMATIF ...............................................................................................

1

3. ISTILAH DAN DEFINISI .........................................................................................

5

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN...................................................................... 4.1. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya ................................................................ 4.2. Peralatan........................................................................................................ 4.3. Persyaratan Pelaksanaan..............................................................................

9 9 9 9

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ............................................................................... 5.1. Pengumpulan Data ........................................................................................ 5.2. Peninjauan Lapangan .................................................................................... 5.3. Penyelidikan Geoteknik ................................................................................. 5.4. Penyusunan Laporan Hasil Penyelidikan Geoteknik .....................................

11 11 11 17 56

6. PENGENDALIAN MUTU ........................................................................................ 6.1. Penyelidikan Geoteknik Lapangan ................................................................ 6.2. Penyelidikan Geoteknik Laboratorium (Index dan Engineering Properties)...

60 60 62

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN .................................................................... 7.1. Pengukuran.................................................................................................... 7.2. Dasar Pembayaran ........................................................................................

64 64 64

BIBLIOGRAFI ...............................................................................................................

65

Lampiran – A Bagan Alir Penyelidikan Geoteknik .......................................................

66

Lampiran – B Pedoman Penyelidikan Geoteknik dan Interpretasi Geoteknik .............

68

Lampiran – C Tabulasi Rincian Biaya Pekerjan Penyelidikan Geologi Teknik ............

75

i

KATA PENGANTAR Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Departemen Pekerjaan Umum. Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pembahasan untuk masing-masing tingkatan harus dihadiri oleh anggota panitia, nara sumber, konseptor dan tim editor dari perumusan pedoman ini. Komposisi anggota panitia dan nara sumber harus memperhatikan keterwakilan para pemangku kepentingan yaitu antara lain : pemerintah, pakar, konsumen dan produsen dengan komposisi yang seimbang satu sama lain.

ii

PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan dibangun. Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari survey dan investigasi dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang tercantum pada Acuan Normatif. Pedoman ini meliputi kegiatan persiapan, pemetaan geologi teknik, pemboran inti, tes penetrasi standar, permeability test, pengambilan contoh-contoh tanah/material bahan bangunan, sumur uji (test pit), penyondiran (dutch cone test), pemboran tangan (hand auger), dan pemasangan patok beton yang disyaratkan atau disetujui yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan untuk berbagai kegiatan pembangunan sarana dan prasarana Ke-PU-an khusunya di bidang Sumber Daya Air. Pedoman ini mencakup kegiatan analisis geoteknik yang meliputi index (berat isi, berat jenis, kadar air, analisis butiran, batas-batas Atterberg dan hidrometer) dan engineering properties (direct shear test, unconfined compression test, triaxial test dan consolidation test) yang disyaratkan atau disetujui yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan untuk berbagai kegiatan pembangunan sarana dan prasarana Ke-PU-an khusunya di bidang Sumber Daya Air.

iii

RPT0-Pd T-xx-xxxx

Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian – 3 : Pekerjaan Geoteknik

1.

RUANG LINGKUP

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk penyelidikan geoteknik. Pedoman ini mencakup kegiatan pemetaan geologi teknik, pengeboran inti, tes penetrasi standar, permeability test, pengambilan contoh-contoh tanah/material bahan bangunan, sumur uji (test pit), penyondiran (dutch cone test), pengeboran tangan (hand auger) dan pemasangan patok. Pedoman ini mencakup kegiatan analisis geoteknik yang meliputi index properties secara umum (berat isi, berat jenis, kadar air, batas-batas Atterberg, analisis butiran dan hidrometer) dan engineering properties (direct shear test, unconfined compression test, triaxial test dan consolidation test) . 2.

ACUAN NORMATIF

Standar Nasional Indonesia (SNI) : -

SNI 03-1323-1989 SNI 03-1742-1989 SNI 03-1743-1989 SNI 03-1964-1990 SNI 03-1965-1990 SNI 03-1966-1990 SNI 03-1967-1990 SNI 03-1975-1990

: : : : : : : :

- SNI 03-2411-1991 - SNI 03-2417-1991 - SNI 03-2435-1991

: : :

- SNI 03-2436-1991 - SNI 03-2437-1991

: :

- SNI 03-2455-1991 - SNI 03-2486-1991

: :

- SNI 03-2812-1992 - SNI 03-2813-1992

: :

-

SNI 03-2814-1992 SNI 03-2815-1992 SNI 03-2824-1992 SNI 03-2825-1992 SNI 03-2826-1992 SNI 03-2827-1992 SNI 03-2832-1992

: : : : : : :

- SNI 03-2849-1992

:

Cara Uji Keplastisan Tanah Menurut Atterberg Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah Metode Pengujian Berat Jenis Tanah Metode Pengujian Kadar Air Tanah Metode Pengujian Batas Plastis Tanah Metode Pengujian Batas Cair Dengan Alat Casagrande Metode Mempersiapkan Contoh Tanah dan Tanah Mengandung Agregat Metode Pengujian Lapangan Tentang Kelulusan Air Bertekanan Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles Metode Pengujian Laboratorium Tentang Kelulusan Air untuk Contoh Tanah Metode Pencatatan dan Interpretasi Hasil Pemboran Inti Cara Uji Laboratorium Untuk Menentukan Parameter Sifat Fisika Pada Contoh Batu Metode Pengujian Triaxial A Cara Uji Laboratorium Kuat Tarik Benda Uji Batu Dengan Cara Tidak Langsung Metode Pengujian Konsolidasi Tanah Satu Dimensi Metode Pengujian Geser Langsung Tanah Terkonsolidasi Dengan Drainase Cara Uji Indek Kekuatan Batuan Dengan Beban Titik Metode Pengujian Triaxial B Cara Uji Geser Langsung Batu Cara Uji Kuat Tekan Uniaxial Batu Cara Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal Metode Pengujian Lapangan Dengan Alat Sondir Metode Pengujian Untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah Maksimum dengan Kadar Air Optimum Tata Cara Pemetaan Geologi Teknik Lapangan 1 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

- SNI 03-3405-1994 - SNI 03-3406-1994 - SNI 03-3407-1994 - SNI 03-3420-1994 - SNI 03-3422-1994 - SNI 03-3423-1994 - SNI 03-3637-1994 - SNI 03-3638-1994 - SNI 03-3968-1995 -

SNI 03-4144-1996 SNI 03-4148-1996 SNI 03-4153-1996 SNI 03-4813-1998

-

SNI 03-6371-2000 SNI 03-6473-2000 SNI 03-6790-2002 SNI 03-6796-2002

- SNI 03-6802-2002 - SNI 13-6424

: Metode Pengujian Sifat Dispersif Tanah Dengan Alat Pinhole : Cara Uji Sifat Tahan Lekang Batu : Cara Uji Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat : Metode Pengukuran Kuat Geser Langsung Tidak Terkonsolidasi Tanpa Drainase : Metode Pengujian Batas Susut Tanah : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus Dengan Cetakan Benda Uji : Metode Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah Kohesif : Metode Pengukuran Kelulusan Air Pada Tanah Zone Tak Jenuh Dengan Lubang Auger : Metode Pengujian Perubahan Volume Susut Tanah : Cara Uji Penetrasi Dengan SPT. : Metode Pengujian Penetrasi Dengan SPT : Metode Pengujian Triaksial Untuk Tanah Kohesif Dalam Keadaan Tanpa Konsolidasi dan Drainase : Tata Cara Pengklasifikasian Tanah dengan Cara Unifikasi Tanah : Metode Uji Kelulusan Air dengan Perumusan Tinggi Tekan Air : Metode Penyiapan Benda Uji dari Contoh Tanah Terganggu : Metode Pengujian Untuk Menentukan Daya Dukung Tanah Dengan Beban Statis Pada Pondasi Dangkal : Tata Cara Penyelidikan dan Pengambilan Contoh Uji Tanah dan Bahan Untuk Keperluan Teknik : Cara Uji Potensi Pengembangan atau Penurunan Satu Dimensi Tanah Kohesif

Pedoman Teknis : - Pd. T-03.1-2005-A

: Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Vol. 1, Penyelidikan pendahuluan, pengeboran dan deskripsi lubang bor

- Pd. T-03.2-2005-A

: Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Vol. 2, Pengujian lapangan dan laboratorium

- Pd. T-03.3-2005-A

: Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Vol. 3, Interpretasi hasil uji dan penyusunan laporan penyelidikan geoteknik

Petunjuk Teknis : - PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 -

ASTM D 420-87 ASTM D 422-63 ASTM D 512 ASTM D 698-78

: : : :

- ASTM D 854-83 - ASTM D 1125 - ASTM D 1140-54

: : :

- ASTM D 1557-78

:

: Persyaratan Teknis Bagian Penyelidikan Geoteknik Guide for Investigating and Sampling Soil and Rock Test Method for Particle Size Analysis of Soils Test Method for Chloride Content Test Methods for Moisture-Density Relations and Soil Aggregate Mixtures Using 5.5-lb (2.49-kg) Rammer and 12-in (305-mm) Drop Test Method for Specific Gravity of Soils Test Method for Resistivity Test Method for Amount of Material in Soils Finer than the No. 200 (75μm) Test Methods for Moisture-Density Relations and Soil Aggregate Mixtures Using 10-lb (4.54-kg) Rammer and 18-in (457-mm) Drop 2 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

- ASTM D 1586-84 - ASTM D 1194-72 - ASTM D 1195-64

- ASTM D 1196-64

-

ASTM D 1452-80 ASTM D 1586-84 ASTM D 1587-83 ASTM D 1883-87

- ASTM D 2113-83 - ASTM D 2166-85 - ASTM D 2434 - ASTM D 2435-90 - ASTM D 2487-90 - ASTM D 2488-90 - ASTM D 2573-72 - ASTM D 2664-86 - ASTM D 2845-90 - ASTM D 2850-87 - ASTM D 2938-86 - ASTM D 2974-87 - ASTM D 2976-71 - ASTM D 3080-90 - ASTM D 3148-86 -

ASTM D 3282 ASTM D 3385-8 ASTM D 3550-84 ASTM D 3936

- ASTM D 3967-86 - ASTM D 4015-87 -

ASTM D 4043 ASTM D 4044 ASTM D 4050 ASTM D 4220-89 ASTM D 4230

: Standard Method for Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soils : Test Method for Bearing Capacity of Soil for Static Load on Spread Footins : Test Method for Repetitive Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components for Airport and Highway Pavements : Test Method for Nonrepetitive Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components for Use in Evaluation and Design of Airport and Highway Pavements : Practice for Soil Investigation and Sampling by Auger Borings : Standard Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soils : Practice for Thin-Walled Tube Sampling of Soils : Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of LaboratoryCompacted soils. : Practice for Diamond Core Drilling for Site Investigation : Test Method for Unconfined Compressive Strength of Cohesive Soil : Test Method for Permeability of Granular Soils (Constant Head) : Test Method for One Dimensional Consolidation Properties of Soils : Test Method for Classification of Soils for Engineering Purposes : Practice for Description and Identification of Soils (Visual-Manual Procedure) : Test Method for Field Vane Shear Test in Cohesive Soil : Test Method for Triaxial Compressive Strength of Undrained Rock Core Specimens Without Pore Pressure Measurements : Test Method for Laboratory Determination of Pulse Velocities and Ultrasonic Elastic Constants of Rock : Test Method for Unconsolidated, Undrained Compressive Strength of Cohesive Soils in Triaxial Compression : Test Method for Unconfined Compressive Strength of Intact Core Specimens : Test Methods for Moisture, Ash and Organic Matter of Peat and Other Organic Soils : Test Method for pH of Peat Materials : Test Method for Direct Shear Test of Soils Under Consolidated Drained Conditions : Test Method for Elastic Moduli of Intact Rock Core Specimens in Uniaxial Compression : The Unified Soil Classification System (USCS) : Infiltration Rate of Soils in Field Using Double Ring Infiltrometers : Practice for Ring-Lined Barrel Sampling of Soils : Test Method for Direct Tensile Strength of Intact Rock Core Specimens : Test Method for Splitting Tensile Strength of Intact Core Specimens : Test Methods for Modulus and Damping of Soils by the Resonant Column Method : Various Field Methods for Permeability Testing : Slug Tests : Pumping Tests : Practices for Preserving and Transporting Soil Samples : Test Method for Sulfate Content.

3 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

- ASTM D 4318-84 - ASTM D 4341-84 - ASTM D 4405-84 -

ASTM D 4428-84 ASTM D 4429-84 ASTM D 4525-90 ASTM D 4543-85

- ASTM D 4544-86 - ASTM D 4546-90 - ASTM D 4630-86

- ASTM D 4631-86

- ASTM D 4644-87 - ASTM D 4645-87 - ASTM D 4648-87 - ASTM D 4700 - ASTM D 4719-87 - ASTM D 4750-87 - ASTM D 4767-88 - ASTM D 4879-02 - ASTM D 4959-89 - ASTM D 4972-89 - ASTM D 5079-90 - ASTM D 5084 - ASTM D 5092-90 - ASTM D 5093 - ASTM D 5126-90 - ASTM D 5333 - ASTM D 5407 - ASTM D 5607 - ASTM D 5731 - ASTM D 5777 - ASTM D 5778

: Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit and Plasticity Index if Soils : Test Method for Creep of Cylindrical Hard Rock Core Specimens in Uniaxial Compression : Test Method for Creep of Cylindrical Soft Rock Core Specimens in Uniaxial Compression : Test Method for Crosshole Seismic Test : Test Method for Bearing Ratio of Soils in Place : Test Method for Permeability of Rocks by Flowing Air : Standard Practice for Preparing Rock Specimens and Determining, Dimensional and Shape Tolerances : Practice for Estimating Peat Deposit Thickness : Test Methods for One-Dimensional Swell or Settlement Potential of Cohesive Soils : Test Method for Determining Transmissivity and Storativity of Low-Permeability Rocks by In-situ Measurements Using the Constant Head Injection Test : Test Method for Determining Transmissivity and Storativity of Low-Permeability Rocks by In-situ Measurements Using the Pressure Pulse Technique : Test Method for Slake Durability of Shales and Similar Weak Rocks : Test Method for Determination of the In-situ Stress in Rock Using the Hydraulic Fracturing Method : Test Method for Laboratory Miniature Vane Shear Test for Saturated Fine-Grained Clayey Soil : General Methods of Augering, Drilling & Site Investigation : Test Method for Pressurmeter Testing in Soils : Test Method for Determining Subsurface Liquid Levels in Borehole or Monitoring Well (Observation Well) : Test Method for Consolidated-Undrained Triaxial Compression Test on Cohesive Soils : Guide for Geotechnical Mapping of Large Underground Opening in Rock : Test Method for Determination of Water (Moisture) Content of Soil by Direct Heating Method. : Test Method for pH of Soils : Practices for Preserving and Transporting Rock Core Samples : Test Method for Measurement of Hydraulic Conductivity of Saturated Porous Materials Using a Flexible Wall Permeameter : Design and Installation of Ground Monitoring Wells in Aquifers : Field Measurement of Infiltration Rate Using Double-Ring Infiltrometer with a Sealed-Inner Ring. : Comparison of Field Methods for Determining Hydraulic Conductivity in the Vadose Zone : Test Method for Measurement of Collapse Potenstial of Soils : Test Method for Elastic Modul of Intact Rock Core in Triaxial Compression : Laboratory Direct Shear Strength Test for Rock Specimens Under Constant Normal Stress : Test Method for Determining Point Load Index ( I S ) : Guide for Seismic Refraction Method for Subsurface Investigation : Test Method for Electronic Cone Penetration Testing of Soils 4 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

-

ASTM D 6635 ASTM G 51 ASTM G-57-78 FHWA NHI-01-031

3.

: : : :

Procedures for Flat Dilatometer Testing in Soils Test Method for pH of Soil for Use in Corrosion Testing Field Measurement of Soil Resistivity (Wenner Array) Manual on Subsurface Investigations

ISTILAH DAN DEFINISI

3.1

Batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana sifat suatu jenis tanah berubah dari keadaan cair menjadi plastis

3.2

Batas plastis tanah adalah batas dimana suatu tanah berubah sifatnya dari keadaan plastis menjadi semi padat

3.3

Batas susut tanah adalah kadar air batas minimum, dimana pada pengurangan kadar air tersebut tidak akan menyebabkan perubahan volume massa tanah, mulai terjadi penyusutan volume tanah

3.4

Batuan (rock) adalah gabungan atau kumpulan mineral alamiah padat yang terbentuk sebagai massa yang besar atau pecahannya, atau agregat bentukan alamiah dari mineral berupa massa yang besar atau pecahan-pecahannya.

3.4.1

Batuan beku (igneous rock) adalah batuan yang terbentuk oleh kristalisasi massa lelehan batu yang berasal dari gunung berapi.

3.4.2

Batuan malihan (metamorphic rock) adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat tegangan geser yang amat besar yang terjadi pada proses orogenik yang dipengaruhi panas dan air. Hal ini menyebabkan aliran plastis atau akibat panas batuan leleh yang masuk ke batuan kekar dan perubahan-perubahan secara kimiawi serta menghasilkan mineral-mineral baru.

3.4.3

Batuan sedimen (sedimentary rock) adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan yang diangkut dan diendapkan. Material ini kadang-kadang sebagai hujan kimia atau sisa-sisa tanaman dan binatang yang telah membeku akibat panas dan tekanan yang amat besar atau reaksi kimia.

3.4.4

Batuan utuh adalah batuan atau blok batuan atau potongan batuan yang tidak mengalami kerusakan. Sifat-sifat hidraulik dan mekaniknya dapat dikontrol dengan uji karakteristik petrografi material yang dapat menunjukkan batuan segar atau batuan terurai. Klasifikasinya dinyatakan dengan uji kekuatan tekan aksial tunggal dan uji kekerasan.

3.5

Berat isi tanah adalah berat isi, dalam keadaan tanah masih mengandung air

3.6

Berat jenis tanah adalah angka perbandingan antara berat butir tanah dengan berat isi air suling dengan isi sama pada suhu 40C.

3.7

Cetakan benda uji adalah cetakan yang mempunyai bentuk beraturan, isi dan beratnya dapat diukur secara tepat.

3.8

Data geologi adalah kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan, dengan keadaan geologi lapangan, kedalaman lapisan keras, sesar, kelulusan tanah, bahaya gempa bumi, dan parameter yang harus digunakan.

3.8.1

Kekar adalah diskontinuitas yang terjadi karena gaya tektonik pada batuan, pengerasan magma menjadi batuan, namun tidak menunjukkan gejala pergeseran.

3.8.2

Pemetaan geologi adalah Pekerjaan pengumpulan data geologi terperinci setempat (insitu) secara sistematik, yang digunakan untuk memberikan data karakteristik dan dokumentasi kondisi massa batuan atau singkapan (yang diperlukan untuk desain lereng galian atau stabilisasi lereng yang ada.

5 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

3.9

Retak-pecah (fracture) adalah istilah umum untuk segala jenis ketidaksinambungan mekanis pada batuan, atau suatu kondisi diam pada kesinambungan mekanis badan batuan akibat tegangan yang melampaui kekuatan batuan, contohnya sesar (faults), kekar (joints), retakan (cracks), dan lain-lain.

3.10

Data geoteknik/mekanika tanah adalah kondisi bahan fondasi, bahan konstruksi, sumber bahan timbunan, batu untuk pasangan batu kosong, agregat untuk beton, batu belah untuk pasangan batu, dan parameter tanah yang harus digunakan.

3.11

Deskripsi kualitas batuan (Rock Quality Designation = RQD) adalah persentase termodifikasi dari perolehan inti dengan jumlah panjang potongan inti utuh yang melebihi 100 mm (4 in) dan dibagi dengan panjang inti. Atau RQD merupakan ukuran persentase batuan yang terambil dari sebuah interval lubang bor.

3.12

Deskripsi tanah adalah pemberian nama contoh tanah secara sistematik, tepat dan lengkap, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan.

3.13

Gradasi tanah adalah komposisi ukuran butir suatu jenis tanah

3.14

Hidrometer adalah suatu alat pengujian berdasarkan proses sedimentasi tanah

3.15

Investigasi geologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan tanah yang berfungsi untuk mengetahui karakteristik tanah yang diperlukan sebagai data masukan/input untuk keperluan perencanaan bangunan.

3.16

Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah

3.17

Kadar air optimum adalah kadar air dimana berat isi keringnya mencapai maksimum

3.18

Kekuatan geser tanah adalah tahanan atau tegangan geser maksimum yang dapat ditahan oleh tanah pada kondisi pembebanan tertentu

3.19

Kekuatan geser tanah pada kondisi tanpa drainase adalah kekuatan maksimum yang dapat ditahan oleh tanah apabila tanah digeser dengan cepat sehingga drainase air dalam tanah tidak terjadi

3.20

Kepadatan tanah dalah perbandingan antara berat tanah terhadap volume tanah

3.21

Kerangka batang pemuntir adalah pipa pelindung yang dipasang disekeliling batang pemuntir untuk mencegah gesekan batuan antara batang pemuntir dan dinding lubang bor atau pipa pelindung lubang bor waktu pengujian.

3.22

Klasifikasi batuan adalah pengelompokan batuan untuk menggolongkan batuan utuh padat dan massa batuan berdasarkan perilaku atau komposisi dan tekstur; berdasarkan tegangan tekan dan rasio modulus; atau berdasarkan akibat pembebanan yang diperkirakan dari pola diskontinuitas, rekahan, kekar, celah-celah, retakan dan bidang perlemahan.

3.23

Klasifikasi tanah adalah pengelompokan tanah dalam kategori yang berdasarkan atas hasil-hasil uji indeks propertis (sifat fisik) misalnya nama kelompok dan simbol.

3.23.1 Uji geoteknik insitu adalah uji lapangan yang terdiri atas metode jenis penetrasi (SPT, CPT, CPTu, DMT, CPMT, VST) dan jenis probing (PMT, SBP), untuk mendapatkan langsung respon tanah dasar di bawah pengaruh berbagai pembebanan dan kondisi drainase. Uji-uji tersebut saling melengkapi dan dapat digunakan bersama-sama dengan uji geofisik untuk mengembangkan pemahaman sifat perlapisan tanah dan batuan di daerah lokasi proyek. 3.23.2 Uji geser baling (VST = vane shear test) atau uji baling lapangan (FV = field vane) adalah uji lapangan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kuat geser

6 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

tidak terdrainase setempat dari lempung lunak-kaku dan lanau pada interval kedalaman 1 m (3,28 ft) atau lebih. 3.23.3 Uji penetrasi konus (CPT = Cone penetration test) atau uji sondir adalah uji lapangan yang paling terkenal di Indonesia, karena dapat dilakukan dengan cepat, ekonomis, dan memberikan gambaran profil lapisan tanah yang kontinu untuk digunakan dalam evaluasi karakteristik tanah. Uji CPT dapat digunakan dalam tanah lempung sangat lunak sampai pasir padat, tetapi tidak memadai untuk kerikil atau batuan. 3.23.4 Uji penetrasi standar (SPT = Standard penetration test) adalah uji yang dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm (1 ft) vertikal. 3.23.5 Uji pinhole adalah uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi tanah lempungan apakah bersifat mudah tergerus atau tidak (SNI-03-3405). Tanah lempung yang mudah tergerus disebabkan karena proses pelarutan dan dikategorikan sebagai lempung bersifat khusus yang disebut sebagai tanah dispersif (dispersive clays). 3.23.6 Uji pisokonus adalah uji penetrometer konus dengan tambahan transduser untuk mengukur tekanan air pori selama pemasukan probe. 3.24

Koefisien kelulusan air (k) adalah angka yang menunjukkan kemampuan tanah/batuan untuk mengalirkan air, dan dinyatakan dalam satuan panjang dibagi satuan waktu (cm/s).

3.24.1 Sifat kelulusan air tanah/batuan adalah kemampuan tanah/batuan untuk mengalirkan air melalui rongga antarbutiran dan atau diskontinuitas. 3.24.2 Nilai Lugeon (Lu) adalah angka yang menunjukkan kemampuan batu atau tanah mengalirkan air, dinyatakan dalam liter per menit per meter kedalaman pada tekanan 10 bar (1 bar = 1,0197 kg/cm2). 3.24.3 Uji kelulusan air bertekanan adalah pengujian langsung di lapangan untuk mengetahui sifat lulus air dari batuan, dengan cara memasukkan air bertekanan ke dalam lubang bor batuan yang diuji. 3.25

Koefisien rembesan tanah adalah koefisien yang tergantung pada beberapa faktor, yaitu: kekentalan cairan, distribusi ukuran pori, distribusi ukuran butiar, angka pori, kekasaran permukaan butiran tanah, dan derajat kejenuhan tanah.

3.26

Kohesi tanah adalah kekuatan saling mengikat antara butir tanah

3.27

Konsolidasi adalah suatu proses perubahan volume tanah akibat keluarnya air pori yang disebabkan oleh peningkatan tekanan air pori dalam lapisan tanah jenuh air yang diberi beban sampai terjadi kondisi seimbang.

3.28

Terkonsolidasi adalah suatu proses dengan memberikan tekanan samping sesuai dengan kebutuhan dan dibiarkan hingga tekanan air porinya kembali pada tekanan semula sebelum pengujian.

3.29

Uji konsolidasi adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik suatu tanah selama proses konsolidasi berlangsung dan merupakan suatu metode uji untuk menentukan koefisien pemampatan dan kelulusan air tanah.

3.30

Kuat tekan bebas adalah besarnya beban aksial per satuan luas

3.31

Lubang uji adalah lubang bor dimana digunakan untuk melakukan uji.

7 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

3.32

Parit uji adalah galian yang dibuat dengan bentuk seperti parit dengan tujuan untuk mengetahui lebih jelas geologi di permukaan, misalnya batas atau bidang kontak lapisan-lapisan batuan, rekahan (fracture), patahan, tingkat pelapukan dan tebal lapisan penutup (over burden)

3.33

Sumur uji (test pit) adalah sumuran uji yang dibuat dengan tujuan untuk mengetahui jenis dan tebal lapisan tanah dengan lebih jelas, baik untuk pondasi bangunan maupun untuk bahan timbunan pada daerah sumber galian bahan (borrow area)

3.34

Pencatatan hasil pengeboran adalah data dasar penyelidikan yang memberikan data terperinci hasil penyelidikan dan merupakan deskripsi prosedur penyelidikan dan kondisi geoteknik yang terjadi selama pengeboran, pengambilan contoh dan pengeboran inti.

3.35

Pengeboran adalah suatu proses pembuatan lubang vertikal/miring/horisontal pada tanah/batuan dengan atau tanpa menggunakan alat/mesin untuk keperluan deskripsi tanah/batuan, biasanya dapat dilakukan bersama-sama dengan uji lapangan dan pengambilan contoh tanah/batuan.

3.35.1 Pengeboran tangan adalah alat bor untuk mendapatkan informasi geoteknik dangkal di lapangan yang sulit dimasuki kendaran beroda empat, dengan standar umum lubang tipe bor auger. Untuk tanah kohesif yang stabil, bor tangan dapat dilanjutkan untuk membantu pemeriksaan secara terperinci kondisi tanah dan batuan dangkal dengan biaya relatif rendah. 3.35.2 Pengeboran tanpa inti (non-coring/destructive) adalah cara yang relatif cepat dan murah dalam melanjutkan pengeboran bila tidak diperlukan contoh batuan inti, biasanya digunakan untuk membantu menentukan bagian atas batuan dan Mengidentifikasi rongga pelarutan di daerah karst. 3.35.3 Pipa lindung (casing) adalah pipa yang ditempatkan di lubang bor untuk melindungi tepi lubang bor agar pengeboran dapat dilanjutkan secara bertahap. 3.36

Tanah adalah campuran butiran mineral tanah berbentuk tidak teratur dari berbagai ukuran yang mengandung pori-pori di antaranya. Pori-pori ini dapat berisi air jika tanah jenuh, air dan udara jika jenuh sebagian, dan udara saja jika keadaan kering. Butiran itu merupakan hasil pelapukan batuan secara mekanik dan kimiawi, yang dikenal sebagai kerikil, pasir, lanau, dan lempung.

3.36.1 Contoh tanah terganggu (disturbed samples) adalah contoh tanah yang sebagian atau seluruh struktur asli tanah terganggu, sementara kadar airnya tetap dijaga. 3.36.2 Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed samples) adalah contoh tanah yang struktur asli tanah dan sifat/karakteristiknya dijaga tetap seperti di lapangan tanpa gangguan; contoh ini paling cocok untuk pengujian di laboratorium terutama uji kekuatan geser tanah. 3.36.3 Kuat geser tanah adalah sifat struktur tanah anisotropis yang meliputi kuat geser tanah kohesif tidak terdrainase dan sudut geser tanah nonkohesif yang dipengaruhi oleh arah tegangan utama relatif terhadap arah pengendapan. 3.37

Tegangan geser tanah adalah perlawanan tanah terhadap deformasi bila diberi tegangan geser

3.38

Tekanan air pori adalah tekanan hidrostatik dalam ruang pori antar butir yang terisi air

3.39

Tekanan air pori berlebihan adalah tekanan pori yang terjadi akibat peningkatan tekanan luar secara tiba-tiba

8 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

3.40

Tekanan balik pada contoh tanah adalah tekanan air yang diberikan pada pori-pori contoh agar udara tercampur dengan air, sehingga contoh menjadi jenuh

3.41

Tekanan konsolidasi adalah perbedaan tekanan antara tekanan sel dengan tekanan pori sebelum konsolidasi dimulai

4.

KETENTUAN DAN PERSYARATAN

Persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis penyelidikan dan analisa geoteknik harus memuat: 4.1

Kantor Lapangan dan Fasilitasnya

Penyedia Jasa harus menyediakan memperhatikan prinsip dasar berikut :

kantor

lapangan

dan

fasilitasnya

dengan

1) Penyedia Jasa harus mentaati semua peraturan-peraturan Nasional maupun Daerah. 2) Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan Lokasi Umum dan Denah Lapangan yang telah disetujui dan merupakan bagian dari Program Mobilisasi, di mana penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site) dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. 3) Bangunan untuk kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga bebas dari polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan. 4) Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya. 5) Sesuai pilihan Penyedia Jasa, bangunan dapat dibuat di tempat atau dirakit dari komponen-komponen pra-fabrikasi. 6) Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan di atas pondasi yang mantap dan dilengkapi dengan penghubung untuk pelayanan utilitas. 7) Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat baru atau bekas pakai, tetapi dengan syarat harus dapat berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. 8) Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun dan diratakan sehingga layak untuk ditempati bangunan, bebas dari genangan air, diberi pagar keliling, dan minimum dilengkapi dengan jalan masuk dari kerikil serta tempat parkir. 9) Penyedia Jasa harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K yang memadai di seluruh barak, kantor, gudang dan bengkel. 4.2

Peralatan

Penyedia Jasa harus menyediakan semua alat ukur. Peralatan penyelidikan geologi teknik yang akan dipergunakan harus masih dalam keadaan layak pakai (tidak rusak) dan memenuhi syarat ketelitian yang diminta. Semua alat penyelidikan geologi teknik harus dicek dahulu oleh Direksi Pekerjaan dan apabila ada kerusakan Direksi berhak memerintahkan untuk mengganti alat tersebut dengan yang layak pakai. 4.3

Persyaratan Pelaksanaan

1)

Program Kerja Penyedia Jasa akan menyerahkan suatu program yang menunjukkan urut-urutan pelaksanaan penyelidikan yang akan dilakukan. Program ini menunjukkan kegiatan9 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

kegiatan untuk setiap pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Waktu maksimum yang diusulkan tidak boleh melebihi waktu maksimum yang ditentukan dalam kontrak. 2)

Mobilisasi Personil Penyedia Jasa harus melakukan mobilisasi personil sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : a) Mobilisasi Personil Penyedia Jasa yang memenuhi jaminan kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan pekerjaannya (pembangunan, pemeliharaan berkala, atau pemeliharaan rutin) b) Mobilisasi semua staf Penyedia Jasa dan pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak

3)

Mobilisasi Fasilitas dan Peralatan Penyedia Jasa harus memobilisasi fasilitas dan peralatan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : a) Jika diperlukan, maka menyediakan sebidang lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di sekitar lokasi proyek. b) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan di mana peralatan tersebut akan digunakan menurut Kontrak ini.

4)

Demobilisasi Kegiatan Demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada saat akhir Kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik Pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.

5)

Pematokan Perkiraan lokasi pekerjaan ditunjukkan pada Gambar-gambar Kontrak. Lokasi yang sebenarnya akan ditetapkan di lapangan oleh Penyedia Jasa berdasarkan peta lokasi atau gambar-gambar selanjutnya yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Penentuan lokasi pekerjaan secara tepat di lapangan akan sepenuhnya menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa. Penyedia Jasa akan melakukan pengukuran sipat datar (levelling), memberikan elevasi-elevasi tanah yang akurat dan semua koordinat untuk setiap lubang. Elevasielevasi tersebut akan diberikan sehubungan dengan titik-titik tetap (Benchmark) yang sudah ditetapkan di lapangan oleh Ahli Pengukuran yang akan dilakukan dan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan (Pemberi Pekerjaan).

6)

Tenaga Kerja Penyedia Jasa akan selalu mempekerjakan di lapangan tenaga-tenaga pengeboran dan staf pengawas yang berpengalaman, tertib, ahli dan dalam jumlah yang cukup termasuk insyinyur-insyinyur dan ahli-ahli geologi yang melaksanakan dan mengawasi jalannya pengeboran, pengambilan contoh, penampangan (logging) dan pengujian di tempat. Penyedia Jasa harus mengganti pekerja lapangan yang menurut penilaian Pengguna Jasa tidak kompeten atau lalai dalam melakukan tugasnya atau yang berkelakuan tidak baik. Orang-orang seperti itu tidak akan dipekerjakan kembali di lokasi tanpa seijin Pemberi Pekerjaan.

10 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

5.

PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis penyelidikan geoteknik harus memuat : 5.1

Pengumpulan Data

Pengumpulan dan pengkajian data diperlukan untuk perencanaan penyelidikan geoteknik. Hasil kajian data dan informasi ini untuk penentuan lokasi dan kedalaman pengeboran, mengetahui informasi sejarah dan geologi yang penting yang harus disajikan dalam laporan geoteknik. Sumber-sumber data dan informasi geologi dan historis yang penting antara lain adalah: 1) Penyelidikan geoteknik masa lampau (data historis) di atau dekat lokasi proyek; 2) Peta, laporan dan publikasi dari Direktorat Geologi; 3) Perpustakaan universitas setempat dan perpustakaan pusat dari institusi terkait; 4) Data geologi, data gempa, peta bahaya gempa, peta patahan, dan informasi dari instansi atau institusi yang terkait (BMG, Direktorat Geologi, Pusat Litbang Sumber Daya Air). 5.2

Peninjauan Lapangan

Peninjauan lapangan ke lokasi rencana proyek diperlukan untuk memperluas informasi geologi, geoteknik, dan kondisi jalan masuk. Data dan informasi ini untuk penyusunan program dan rencana penyelidikan geoteknik, termasuk di dalamnya penyusunan spesifikasi. Data dan informasi yang diperlukan untuk peninjauan lapangan adalah: 1) Rencana desain dan konstruksi serta kondisi lapangan secara umum; 2) Peninjauan geologi, geomorfologi dan kondisi jalan masuk untuk membantu transportasi peralatan lapangan; 3) Pengaturan lalu lintas selama pekerjaan penyelidikan lapangan, lokasi prasarana yang berada di atas dan di bawah permukaan, jenis dan kondisi fasilitas yang tersedia (jalan, jembatan dan lain-lain), penggunaan lahan yang berdekatan (bangunan sekolah, tempat ibadah, fasilitas penelitian dan lain-lain), pembatasan jam kerja, batasan hak melintas lebih dulu dan persoalan lingkungan; 4) Lereng gunung yang curam, singkapan, tanda-tanda erosi, penurunan permukaan; elevasi banjir, lalu lintas air dan jalan masuk ke lokasi pengeboran; patok dan titik referensi lainnya untuk membantu menentukan lokasi lubang bor; tempat gudang peralatan dan keamanan. 5.3

Penyelidikan Geoteknik

Program penyelidikan geoteknik dimodifikasi setelah penyelidikan pendahuluan dilakukan sehubungan dengan hal-hal: 1) Adanya kendala/batasan jalan masuk ke lokasi pekerjaan; 2) Adanya perubahan kondisi geoteknik yang telah ditentukan; 3) Untuk keperluan modifikasi program penyelidikan, pengawas (tenaga ahli geoteknik atau geologi) harus segera menunjukkan kondisi proyek, maksud penyelidikan, persyaratan pengambilan contoh dan pengujian dan kondisi geoteknik yang mungkin terjadi; 4) Pengawas lapangan bertanggungjawab atas pemeriksaan (verifikasi) pekerjaan yang berkaitan dengan rencana program, kemajuan komunikasi dengan tenaga ahli geoteknik dari pihak pemberi tugas dan kelancaran komunikasi dari tenaga ahli geoteknik mengenai kondisi geoteknik yang tidak biasa atau yang mengalami perubahan.

11 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

Petunjuk umum yang harus diikuti pengawas geoteknik di lapangan meliputi hal-hal sebagai berikut. 1) Memahami lingkup proyek, spesifikasi teknik dan perihal pembayaran (ada dokumentasi satu kopi dari hasil rencana lokasi pengeboran dan spesifikasi di lapangan); 2) Memahami kondisi lapangan jalan masuk dan setiap pembatasan; 3) Mengkaji informasi geologi dan geoteknik yang tersedia; 4) Mengkaji data lapangan yang diperoleh berkaitan dengan tujuan penyelidikan secara kontinyu; 5) Mengatur hubungan harian dengan tenaga ahli geoteknik proyek; dan memberikan uraian ringkas berkaitan dengan kemajuan pekerjaan, kondisi, permasalahan dan lainlain; 6) Mengisi formulir tipikal secara teratur yang terdiri atas: a) memo lapangan harian; b) lubang bor, sumuran uji, instalasi sumur dan lain-lain; c) laporan pengeluaran subkontrak-formulir isian harian, penandatangan dengan petugas pengeboran. 7) Mengamati dengan seksama pekerjaan pengeboran setiap waktu dan memperhatikan dengan cermat hal-hal sebagai berikut: a) b) c) d)

kedalaman rata-rata (pengukuran panjang batang dan contoh); prosedur pengambilan contoh dan pengeboran; adanya ketidakseragaman, kehilangan air, batang jatuh dan lain-lain; penghitungan pukulan SPT dan pukulan pada pipa lindung (casing);

e) pengukuran kedalaman air tanah. 8) Membimbing petugas pengeboran untuk mengikuti spesifikasi; 9) Mengklasifikasi contoh-contoh tanah dan batuan, meletakkan contoh dalam tabung contoh dan memberi label, memastikan inti batuan telah disimpan dengan baik, membuat foto dan perlindungan contoh; 10) Memverifikasi bahwa contoh tidak terganggu telah diambil, ditangani, dilindungi (sealed), diberi label dan diangkut dengan baik; 11) Tidak membuka rahasia informasi kepada siapa pun, kecuali kepada tenaga ahli geoteknik atau pemberi tugas; 12) Jika ada keraguan atau timbul permasalahan, maka pekerjaan dihentikan dan didiskusikan dengan tenaga ahli geoteknik dari pihak pemberi tugas. 1)

Penyelidikan Geoteknik Proyek Baru a) Penyelidikan Geoteknik Pendahuluan Penyelidikan geoteknik pendahuluan atau studi pemilihan yang dilakukan oleh tenaga ahli geoteknik sesuai dengan perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut (periksa daftar simak pada Lampiran B Gambar B.1): (1) Mengidentifikasi lokasi yang terbaik dari beberapa lokasi rencana bangunan; (2) Mengevaluasi beberapa alternatif pondasi; (3) Tidak diperlukan penyelidikan secara terperinci; (4) Hanya meliputi tinjauan geologi dan beberapa pengambilan contoh, identifikasi kondisi di bawah permukaan untuk mengetahui karakteristik kondisi perlapisan tanah/batuan secara umum, antara lain: kedalaman batuan atau tanah, ada 12 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

lubang langga (sinkholes) dan atau lubang-lubang pelarutan, endapan tanah organik di daerah rawa, dan atau adanya timbunan tua, debris atau pencemaran; (5) Jika diperlukan, maka hanya beberapa uji laboratorium (yang sangat bergantung pada deskripsi kondisi geoteknik dari lubang bor) yang disiapkan oleh tenaga ahli lapangan dan atau ahli geologi yang berpengalaman; (6) Jika ditemukan hal-hal yang meragukan, maka perlu mengkaji dan memecahkan masalah kondisi pondasi yang dapat mengakibatkan biaya pelaksanaan konstruksi yang tinggi. b) Penyelidikan Geoteknik Rinci Penyelidikan geoteknik rinci dilakukan untuk mengetahui karakteristik lapangan secara terperinci yang diperlukan untuk pekerjaan desain dan konstruksi. Penyelidikan geoteknik pada tahapan desain dilaksanakan dalam dua tahap atau lebih sebagai berikut: (1) Penyelidikan tahap awal dilakukan secara tipikal dalam proses desain pendahuluan sebelum menentukan bagian-bagian bangunan yang direncanakan atau lokasi-lokasi khusus pondasi, timbunan atau tembok penahan tanah. Penyelidikan tipikal ini meliputi pengeboran dan pengujian untuk mengetahui stratigrafi umum, karakteristik tanah dan batuan, kondisi muka air tanah dan kondisi lainnya yang penting untuk keperluan desain pondasi; (2) Penyelidikan tahap kedua atau tahap akhir dilaksanakan untuk mendapatkan informasi geoteknik lapangan secara khusus pada lokasi-lokasi pondasi yang diperlukan dalam desain dan untuk mengurangi risiko kondisi tanah yang tidak terduga selama konstruksi; (3) Jika terdapat perubahan desain yang signifikan atau jika terdapat keganjilan kondisi geoteknik di lapangan (insitu), maka dapat dilakukan penyelidikan tahap selanjutnya. Data dan informasi dari perencana yang diperlukan oleh tenaga ahli geoteknik sebelum perencanaan dan penyelidikan geoteknik dilaksanakan (Lampiran B Tabel B.1), antara lain adalah: (1) Jenis/tipe, kriteria beban dan kinerja bangunan, lokasi, geometri dan elevasi bangunan yang direncanakan; (2) Lokasi dan dimensi galian dan timbunan, bendungan urugan/tanggul, bendung, tembok penahan dan bangunan pondasi yang harus diidentifikasi dengan cermat; (3) Lokasi bangunan air, jalan masuk dan jenis konstruksi bangunan air yang harus disediakan secara terperinci untuk memudahkan penentuan lokasi, kedalaman, jenis dan jumlah pengeboran yang harus dilakukan. 2)

Penyelidikan Geoteknik Proyek Rehabilitasi a) Penyelidikan Geoteknik Pendahuluan Penyelidikan geoteknik pendahuluan dilakukan berkaitan dengan proyek rehabilitasi dan perbaikan fasilitas bangunan air. Sebagai contoh perbaikan akibat bocoran lewat terowongan outlet bendungan, kerusakan akibat longsoran, stabilitas tanggul atau timbunan, stabilisasi lereng, penurunan struktur bangunan air dan penggantian sistem pondasi tua.

13 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

b) Penyelidikan Geoteknik Rinci Penyelidikan geoteknik secara terperinci dilakukan untuk proyek rehabilitasi bergantung pada faktor-faktor seperti berikut: (1) Kondisi fasilitas/bangunan yang akan direhabilitasi; (2) Bangunan mengalami kerusakan, misalnya kerusakan tanggul atau jalan tepi, kerusakan yang serius, penurunan struktur, longsoran, drainase dan aliran air serta kemungkinan kegagalan yang akan datang; (3) Bangunan akan diperbaiki seperti keadaan aslinya dan sesuai dengan gambar konstruksi atau akan diperbaharui misalnya penambahan lereng pada tanggul jalan atau timbunan; (4) Jika bangunan akan diperbaharui, maka geometri, lokasi, pembebanan dan struktur yang direncanakan akan berubah (misalnya tanggul, gorong-gorong); (5) Desain yang diminta diperuntukkan bagi bangunan yang direhabilitasi. Informasi tersebut di atas diperlukan untuk membantu perencanaan suatu program penyelidikan geoteknik yang memadai. 3)

Pemetaan Geologi Pemetaan geologi adalah pekerjaan pengumpulan data geologi terperinci insitu secara sistematik yang digunakan untuk memberikan data karakteristik dan dokumentasi kondisi massa batuan atau singkapan. Data yang dihasilkan dari pemetaan geologi merupakan sebagian data yang diperlukan untuk desain lereng galian atau stabilisasi lereng yang ada. Pemetaan geologi dapat memberikan informasi lebih luas dan biayanya lebih hemat daripada pengeboran. a) Kegiatan pemetaan dan pengumpulan data harus dilakukan oleh seorang tenaga ahli geologi yang berpengalaman dan terlatih serta diinformasikan kepada supervisor lapangan yang bertanggungjawab. Langkah pertama dalam pemetaan geologi adalah mengkaji dan memahami benar kondisi geologi dan regional setempat berdasarkan atas laporan yang dipublikasi maupun tidak, peta dan hasil penyelidikan. Tim pemetaan harus mempunyai pengetahuan tentang formasi dan struktur batuan serta aspek sejarah geologi permukaan tanah secara regional; b) Prosedur pemetaan sesuai dalam SNI 03-3405-1994 Metode Pengujian Sifat Dispersif Tanah Dengan Alat Pinhole, Manual FHWA (1989) Manual on Subsurface Investigations atau ASTM D 4879 Guide for Geotechnical Mapping of Large Underground Opening in Rock; c) Penjelasan parameter dan penyajian simbol-simbol geologi serta penyajian uraian laporan yang diinginkan dapat dilihat dalam ASTM D 4879 Guide for Geotechnical Mapping of Large Underground Opening in Rock. Penyajian data orientasi diskontinuitas dapat berupa grafik dengan menggunakan proyeksi stereografi. Metode proyeksi stereografi dapat dilihat dalam manual FHWA (Graphical Presentation of Geological Data).

4)

Jenis Penyelidikan Ada lima jenis metode penyelidikan geoteknik lapangan yang dapat dilakukan secara sendiri-sendiri/terpisah atau bersama-sama semuanya atau kombinasi diantaranya selain pemetaan geologi teknik (SNI 03-2849-1992 Tata Cara Pemetaan Geologi Teknik Lapangan) yaitu: a) interpretasi penginderaan jarak jauh (remote sensing), dan foto udara; b) penyelidikan geofisik;

14 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

c) pengambilan contoh terganggu; d) pengambilan contoh tidak terganggu; e) pengujian lapangan. a) Interpretasi Penginderaan Jarak Jauh (Remote Sensing) dan Foto Udara Penginderaan jarak jauh digunakan untuk mengidentifikasi kondisi permukaan tanah secara regional, formasi geologi, lereng gunung yang curam dan permukaan refleksi patahan, dasar sungai terbenam, kondisi jalan masuk lokasi dan formasi umum tanah serta batuan. Penginderaan jarak jauh dari satelit (peta/gambar LANDSAT dari NASA), foto udara dari USGS, dan pemetaan udara dengan menggunakan foto udara yang tersedia digunakan untuk membantu tenaga ahli geoteknik dalam melakukan interpretasi. b) Penyelidikan Geofisik Pengujian geofisik antara lain adalah resistivitas permukaan (SR = Surface reisistivity), penetrasi tanah dengan radar (GPR = ground penetrating radar), dan konduktivitas elektromagnit (EM). Penyelidikan ini membantu untuk hal-hal sebagai berikut (1) menentukan stratigrafi tanah; (2) mendeteksi perubahan cepat dalam satuan tanah dasar, dan lokasi lubang kavitasi bawah tanah dalam formasi karst; (3) mengidentifikasi prasarana bawah tanah dan atau gangguan. c) Pengambilan Contoh Tanah Terganggu Pengambilan contoh tanah terganggu diperlukan untuk mengetahui jenis tanah, gradasi, klasifikasi, konsistensi, kepadatan, adanya pencemaran, stratifikasi dan lain-lain. Metode pengambilan contoh tanah berbeda-beda mulai dari cara manual, dengan alat keruk menggunakan truck mounted auger dan cara bor putar. Jika diperlukan, maka contoh tanah terambil dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan alami tanah sebelum pengujian dilakukan. d) Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terganggu Pengambilan contoh tanah tidak terganggu digunakan untuk menentukan kekuatan tanah in-situ, kompresibilitas (penurunan), kadar air asli, berat volume, sifat kelulusan air, diskontinuitas, patahan dan retakan formasi tanah dasar. Tingkat gangguan contoh tanah tidak terganggu bergantung pada: (1) jenis material tanah dasar; (2) jenis dan kondisi alat yang digunakan; (3) pengetahuan petugas pengeboran; (4) lokasi penampungan contoh yang digunakan; (5) metode transportasi contoh yang digunakan. Diperlukan cara perhitungan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi tingkat gangguan yang dapat mempengaruhi desain. e) Pengujian Lapangan Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pengujian lapangan adalah sebagai berikut:

15 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

(1) Metode uji lapangan (CPT, SPT, PMT, DMT dan VST) dan geofisik digunakan untuk melengkapi pengeboran tanah. (2) Uji penetrometer konus elektronik (CPT) memberikan informasi geoteknik tanah tanpa pengaruh gangguan pengambilan contoh, dan data dikumpulkan tepat waktu secara kontinyu, sehingga dapat diketahui karakteristik stratigrafi dan kekuatan tanah. Demikian juga dengan uji SPT, PMT, DMT dan VST. 5)

Frekuensi dan Kedalaman Pengeboran Lokasi dan frekuensi pengeboran bergantung pada beberapa faktor yaitu: a) tipe dan keadaan kritis bangunan; b) formasi tanah dan batuan; c) perubahan stratifikasi yang diketahui; d) beban-beban pondasi. Petunjuk praktis penentuan jumlah minimum titik penyelidikan dan kedalaman minimum penyelidikan untuk bangunan air diberikan dalam Lampiran B Tabel B-2. Jika diperlukan, maka pengeboran dapat diperdalam untuk mendapatkan hal-hal sebagai berikut. a) Menentukan kondisi geologi lapangan; b) Menentukan kedalaman dan karakteristik teknik lapisan tanah dasar; c) Memastikan apakah informasi sudah cukup untuk menunjang persyaratan struktur tanah yang belum ditentukan pada waktu pengeboran; d) Jika pengeboran dilakukan pada batuan dan mempengaruhi kinerja pondasi, maka panjang minimum batuan 1,5 m untuk memverifikasi bahwa pengeboran telah mencapai batuan dasar dan bukan menembus bongkahan; e) Jika bangunan dibangun di atas batuan, maka panjang inti batuan harus lebih besar dari 3 m dan diperdalam jika menggunakan tiang pancang atau tiang bor; f)

6)

Menentukan pemilihan kedalaman bor pada lokasi persilangan sungai dan saluran dengan mempertimbangkan potensi kedalaman gerusan dasar sungai.

Lokasi dan Elevasi Pengeboran Lokasi dan elevasi pengeboran ditentukan oleh tenaga ahli survei. Jika tenaga ahli survei tidak ada, maka pengawas lapangan bertanggungjawab dalam penentuan lokasi pengeboran dan elevasi muka tanah sesuai dengan kebutuhan proyek. Lokasi bor ditandai dengan patok beton yang dapat dilihat dalam jarak 1,0 m, misalnya dengan sistem GPS (Global Positioning System) untuk membantu dokumentasi lokasi. Dalam penentuan elevasi pengeboran agar diperhatikan hal-hal seperti berikut: a) Jika dilakukan survei topografi, maka elevasi bor ditentukan dengan interpolasi antarkontur. Metode ini dapat diterima, tetapi pengawas lapangan harus mengetahui bahwa pengukuran elevasi peka terhadap posisi horisontal pengeboran. Jika interval kontur berubah dengan cepat, maka elevasi bor harus ditentukan secara optik. b) Penggunaan patok referensi (BM) harus ditunjukkan pada rencana lapangan dan survei topografi. Jika tidak, maka perlu digunakan patok sementara (TBM) pada struktur tanah permanen. c) Patok sementara (TBM) harus tetap dapat berfungsi selama operasi konstruksi selanjutnya, dan dapat disusun secara tipikal walaupun elevasi berubah-ubah 16 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

(kecuali jika elevasi tanah setempat seragam). Letak patok referensi (BM) dan atau patok sementara (TBM) yang digunakan pada rencana lapangan harus diperlihatkan oleh pengawas lapangan. d) Penyipat datar atau alat perata dapat digunakan untuk membantu menentukan elevasi. Survei dengan cara penyipat datar harus dilakukan dengan teliti. Elevasi harus diperlihatkan dengan patok pada lubang bor yang berjarak paling dekat 1/10 m, kecuali jika diarahkan lain oleh perencana. Datum elevasi harus diidentifikasi dan dicatat. 7)

Perlengkapan Lapangan Perlengkapan lapangan yang diperlukan untuk penyelidikan geoteknik di lapangan, dapat dilihat pada Lampiran B Tabel B-3.

8)

Perencanaan dan Spesifikasi Penyelidikan geoteknik yang meliputi rencana lokasi dan spesifikasi teknik diperlukan untuk mengetahui lingkup dan komunikasi pekerjaan yang akan dilakukan. Rencana lokasi proyek harus meliputi persyaratan minimum berikut ini. a) peta lokasi proyek; b) bentuk umum permukaan, seperti jalan lalu lintas, sungai, bangunan dan tanaman yang ada; c) arah panah utara dan titik koordinat yang dipilih; d) kontur muka tanah pada interval elevasi yang memadai; e) lokasi rencana bangunan dan alinyemen rencana jalan lalu lintas termasuk jalur landai; f)

lokasi rencana pengeboran dan uji lapangan;

g) tabel yang menyajikan rencana kedalaman setiap pengeboran dan pendugaan. Hal-hal dan pekerjaan yang harus diuraikan dengan jelas dalam spesifikasi teknik, antara lain adalah: a) material, peralatan dan prosedur yang digunakan untuk pengeboran dan pengambilan contoh; b) pelaksanaan pengujian lapangan; c) penentuan metode pengukuran; d) ketentuan pembayaran untuk semua jenis pekerjaan. 9)

Penyelidikan Tanah a) Pengeboran Tanah Pengeboran dan pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan berbagai peralatan yang berbeda. Metode yang digunakan untuk melanjutkan pengeboran harus sesuai dengan kondisi tanah dan air tanah, untuk memastikan bahwa kualitas contoh tanah yang diperoleh sudah memadai. Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu pengeboran khususnya adalah keruntuhan tanah atau tanah lepas dari bor sebelum pengambilan contoh. Air pembilas diperlukan untuk menstabilkan dinding tepi dan dasar lubang bor dalam tanah lempung lunak atau tanah nonkohesif yang berada di bawah muka air tanah. Dasar lubang bor harus distabilisasi agar tidak mengalami penyembulan atau dinding tepi menyusut, tidak mengalami gangguan tanah sebelum 17 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

pengambilan contoh atau tidak menyulitkan masuknya tabung sampai ke dasar lubang bor. Dalam penyelidikan geoteknik, pengeboran dapat dilakukan dengan menggunakan alat bor auger tangga putar batang menerus (solid stem continuous flight), bor auger batang berlubang (hollow stem), atau bor putar. b) Pengeboran Auger Tangga Putar Batang Menerus (Solid Stem Flight Augers) Metode pengeboran ini hanya digunakan pada tanah kohesif kaku sehingga dinding lubang bor tetap stabil di seluruh kedalaman bor. Auger berbentuk tangga putar berfungsi sebagai sekrup pembawa yang dapat membawa potongan tanah ke bagian atas lubang. Batang auger harus ditambah secara bertahap sampai mencapai kedalaman tanah yang diinginkan. Karena penggunaannya terbatas, maka alat ini kurang cocok untuk penyelidikan yang digabung dengan pengambilan contoh. Alat ini harus digunakan dengan hatihati terhadap perlawanan penetrasi dan getaran bor agar dapat memberikan data interpretasi kondisi geoteknik dengan baik. Matabor berbentuk ekor ikan digunakan pada formasi lempung kaku, sedangkan matabor jari dari carbide digunakan pada formasi lempung keras atau batuan perselingan atau lapisan tersementasi. Berhubung matabor berbentuk jari biasanya meninggalkan runtuhan tanah pada dasar lubang bor, maka jarang digunakan. Bor batang masif tersedia dalam berbagai ukuran diameter luar yang berkisar antara 102 mm (4,0 in) dan 305 mm (12,0 in), dan yang umum adalah dengan diameter 102 mm. Pada waktu pemasangan sambungan bor batang pada alat bor utama, digunakan pasak (cotter pins). Bor batang menerus diputar masuk ke dalam tanah dengan suatu kecepatan dan bor ditarik kembali tanpa rotasi, untuk mengatur bor batang dengan putaran minimum. Metode pengeboran ini dapat membantu untuk mengidentifikasi perubahan formasi tanah secara visual. Potongan dan reaksi bor auger harus dipantau secara teratur untuk mengidentifikasi perubahan stratifikasi antar lokasi contoh. c) Pengeboran Auger Tangga Putar Batang Berlubang (Hollow) Menerus Alat ini hampir sama dengan bor auger tangga putar batang menerus, namun mempunyai lubang besar di tengah. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut. (1) Jika pekerjaan pengeboran dilanjutkan, maka batang tengah (center rod) dan matabor tengah sebagai penyumbat auger (plug) dimasukkan ke dalam lubang batang auger. Matabor tengah yang disambung dengan matabor luar berfungsi untuk mencegah masuknya potongan tanah ke dalam auger batang berlubang. (2) Batang tengah yang terdiri atas batang-batang penghubung yang disambung dari dasar matabor ke drive cap dengan drive adaptor, digunakan untuk memastikan bahwa batang tengah dan matabor berputar bersama-sama dengan auger. (3) Jika elevasi pengambilan contoh sudah tercapai, maka batang dan matabor tengah harus dicabut kembali kemudian tabung contoh dimasukkan melalui batang berlubang untuk pengambilan contoh. Jika hal ini dilakukan pada batuan, maka harus digunakan bor inti. (4) Alat ini digunakan pada tanah lempung atau tanah berbutir kasar yang berada di atas muka air tanah, yang kemungkinan dinding lubang bor tidak stabil. Auger berfungsi sebagai pipa lindung (casing) sementara untuk mengambil contoh tanah tidak terganggu di bawah matabor. Potongan contoh diputar dengan gerakan ke atas dan digunakan untuk keperluan pengamatan visual. Pada kedalaman bor yang dalam, akan terlihat deskripsi yang berbeda antara 18 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

hasil bor di atas dan di bawah permukaan lapisan dasar. Hal ini mutlak dipahami oleh supervisor untuk keperluan identifikasi kondisi lapisan tanah insitu. (5) Tanah di bawah muka air tanah di dasar bor akan mengalami tekanan air hidrostatik sehingga mengganggu tanah berbutir kasar atau lempung lunak. Hal tersebut akan menimbulkan sembulan tanah sumbatan bor dan menghalangi tabung untuk mencapai dasar lubang bor. Jika terjadi sembulan atau gangguan, maka perlawanan penetrasi untuk menggerakkan tabung akan berkurang. Untuk itu sebaiknya digunakan metode bor putar atau tetap dengan bor hollow yang dialiri air pembilas untuk mengimbangi tinggi tekan walaupun sulit dilakukan. d) Pengeboran Putar Dengan Penyemprotan (Rotary Wash Borings) Metode pengeboran putar dengan penyemprotan merupakan metode yang paling memadai untuk lapisan tanah yang berada di bawah muka air tanah. Tepi lubang bor didukung pipa lindung (casing) atau dibantu dengan air pembilas. Jika digunakan pipa lindung bor, maka pengeboran dapat dilanjutkan secara bertahap dengan cara sebagai berikut: (1) Memukul pipa lindung masuk sampai kedalaman contoh yang diinginkan; (2) Membersihkan lubang bor sampai ke dasar pipa lindung; (3) Memasukkan alat pengambil contoh dan mengambil contoh dari bawah pipa lindung. Pemilihan pipa lindung biasanya berdasarkan diameter luar alat pengambil contoh atau alat bor inti yang dimasukkan melalui pipa lindung, faktor-faktor pengaruh lain seperti kekakuan bor dalam badan air atau tanah sangat lunak, atau ukuran batang pipa lindung. Dalam penggunaan pipa lindung perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Pipa lindung bor putar tipikal dilengkapi dengan diameter dalam yang berkisar antara 60 mm (2,374 in) dan 130 mm (5,125 in); (2) Jika pengeboran berada di bawah muka air tanah, maka penggunaan pipa lindung harus dilakukan dengan hati-hati untuk mengatur tinggi tekan air dalam pipa lindung yang berada di atas muka air tanah. Penambahan air ke dalam lubang juga harus dilakukan dengan hati-hati, karena batang bor kemungkinan dapat bergeser setelah dilakukan pembersihan lubang sebelum pengambilan contoh dilakukan. Kegagalan pada waktu penyesuaian tinggi tekan air dapat menimbulkan hilangnya atau terjadinya sembulan contoh tanah di bawah pipa lindung. (3) Pipa lindung untuk lubang bor yang menggunakan air pembilas untuk menstabilkan dinding lubang bor harus tetap ada sampai bagian atas lubang. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi runtuhan tanah karena kegiatan di permukaan dan menyediakan sirkulasi air pembilas; (4) Air pembilas (air, bentonit, foam/busa, hasil bor sintetik lain) berfungsi selain untuk menstabilkan dinding lubang bor juga untuk memindahkan potongan bor dari alat bor; (5) Pada tanah berbutir kasar dan tanah lempung lunak, campuran bentonit atau polimer tipikal dapat digunakan untuk menambah berat air pembilas agar dapat mengurangi reduksi tegangan tanah di dasar bor; (6) Lubang bor yang diperdalam dengan menggunakan air pembilas digunakan untuk mengatur tekanan positif yang terjadi pada seluruh kedalaman bor. 19 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode bor putar adalah: (1) Matabor terdiri atas dua jenis, matabor penahan yang biasanya digunakan untuk lempung dan pasir lepas, sedangkan matabor roda untuk penetrasi tanah butiran kasar padat, zona tersementasi dan batuan lunak atau lapuk; (2) Pemeriksaan potongan yang berada dalam air pembilas akan membantu untuk mengidentifikasi perubahan kondisi tanah antar lokasi; (3) Saringan yang disimpan dalam air pembilas yang mengalir digunakan untuk menyaring bahan layang. Air pembilas kembali yang berkurang atau hilang dapat menunjukkan adanya pelipatan terbuka, retakan, kavitasi, lapisan kerikil, zona yang sangat lulus air, dan kondisi stratigrafi lainnya yang dapat menimbulkan hilangnya air dalam rongga secara tiba-tiba. Hal ini harus dicatat dalam penyusunan log bor; (4) Sifat-sifat air pembilas dan kuantitas air pompa melalui bit/potongan dapat digunakan untuk mengetahui ukuran partikel yang dapat dipindahkan dari lubang bor dengan sirkulasi air pembilas. Pada lapisan tanah yang mengandung kerikil, kerakal, atau partikel lebih besar, material kasar akan tertinggal di dasar bor. Untuk itu, kemungkinan diperlukan alat pengambil contoh yang berdiameter lebih besar (misal OD split-barrel ukuran 76 mm (3,0 in)) untuk mengambil contoh tanah dan batuan yang representatif. e) Pengeboran Auger Ember (Bucket Auger Borings) Bor auger ember dapat digunakan untuk keperluan sebagai berikut : (1) Mengambil contoh tanah dalam jumlah besar, misalnya untuk proyek yang mempunyai masalah stabilitas lereng; (2) Mengamati kondisi geoteknik yang dilakukan dengan menggunakan rekaman video yang efektif sampai ke bawah lubang karena jika dilakukan oleh petugas akan berbahaya bagi keselamatannya; (3) Alat ini terdiri atas ember berdiameter 600 mm (24 in) sampai 1200 mm (48 in), panjang ember 600 mm (24 in) sampai 900 mm (36 in) dan dilengkapi silinder logam terbuka di bagian atas dengan satu potongan celah (slot) atau lebih di bagian dasar untuk jalan masuk tanah dan batuan jika ember diputar. Pada celah itu logam dasar diberi tulangan dan gerigi, atau ujung potongan runcing yang digunakan untuk memecahkan material contoh; (4) Ember bor yang dipasang di dasar batang Kelly terdiri atas dua sampai empat tabung baja empat persegi yang dipasang satu pada sisi lainnya agar dapat meneropong sampai ke dasar lubang bor. Pada setiap kemajuan pengeboran, ember bor yang telah terisi dikosongkan di permukaan tanah yang berdekatan dengan alat pelengkap bor; (5) Bor ember tipikal diperdalam dengan menggunakan mesin bor yang diletakkan di atas truk. Alat-alat perlengkapan mesin bor kecil (small skid-mounted dan frame A) untuk hal khusus biasanya telah tersedia, seperti pengeboran pada tebing gunung yang curam atau di bawah tinggi jagaan yang rendah atau kurang dari 2,5 m (8 ft). Penggunaan alat ini bergantung pada ukuran alat pelengkap bor dan kondisi geoteknik. Bor ember tipikal dapat digunakan sampai kedalaman ≤ 30 m (100 ft), walaupun kemampuannya tersedia sampai 60 m (200 ft) atau lebih; (6) Alat ini memadai digunakan untuk semua jenis tanah dan batuan dasar lunak sampai kaku. Pengeboran di bawah muka air dapat juga dilakukan pada material kaku dan tidak mudah mengalami runtuhan besar atau infiltrasi air 20 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

kemudian dilanjutkan dengan mengisi air pembilas agar dapat menimbulkan tinggi tekan positif (tekanan yang melebihi tekanan air tanah) untuk mengurangi potensi ketidakstabilan dinding. Untuk itu, lubang bor harus diberi pipa lindung agar dapat dilakukan inspeksi lubang bor secara manual dan deskripsi log bor. Pelaksanaan ini sebaiknya dilakukan oleh personil yang sudah terlatih dan berpengalaman, serta dilengkapi dengan teknik video; (7) Metode ini khusus digunakan pada pengeboran material kerikil dan kerakal yang tidak dapat dilakukan dengan alat bor konvensional; (8) Untuk material keras (pembetonan atau batuan yang lebih besar dari yang dapat masuk ke ember), ember khusus dan perlengkapannya dapat diganti dengan ember penggali standar. Perlengkapan khusus terdiri atas ember bor inti dengan karbit pemotong gerigi yang tersusun sepanjang ujung dasar, ember batuan dengan gerigi gali yang kuat dan bukaan lebar untuk mengambil material rusak, batang penghancur tunggal yang digabungkan ke batang Kelly dan dijatuhkan untuk menghancurkan batuan keras, dan kerangka kerang yang digunakan untuk mengambil kerakal dan fragmen batuan besar dari dasar bor. f)

Pengeboran Tangan Alat ini digunakan untuk mendapatkan informasi geoteknik dangkal dari lapangan yang sulit dimasuki dengan kendaraan beroda empat. Jenis-jenis bor tangan tersedia dengan standar umum lubang tipe bor auger. Untuk tanah kohesif yang stabil, bor tangan dapat dilanjutkan sampai kedalaman 8 m (25 ft). Penggunaan lubang bor terbuka pada tanah berbutir kasar akan mengalami kesulitan, bahkan pada kerakal dan bongkahan akan menimbulkan masalah besar. Bor tangan dapat digunakan, tetapi transportasinya sulit untuk daerah terpencil. Pemotong dalam laras bor (barrel) dapat disusun, dan tabung contoh juga dapat dilanjutkan pada setiap kedalaman. Dapat digunakan tabung contoh Shelby, dapat juga digunakan tabung berdiameter kecil 25 mm s/d 50 mm (1,0 in s/d 2,0 in) (lihat metode pengambilan contoh lainnya dalam ASTM D 4700 General Methods of Augering, Drilling & Site Investigation), PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.

g) Sumuran Uji / Parit Uji Sumuran uji dan parit uji (trenches) dapat digunakan untuk membantu pemeriksaan secara terperinci kondisi tanah dan batuan dangkal dengan biaya relatif rendah. Parit uji merupakan bagian penting dari penyelidikan geoteknik apabila terjadi perubahan kondisi tanah yang signifikan (horisontal dan vertikal), adanya volume tanah yang besar dan atau material bukan tanah (bongkahan, kerakal, debris) yang contohnya tidak dapat diambil dengan metode konvensional atau bentuk tanah tertanam yang harus diidentifikasi dan atau diukur. Metode pelaksanaan pekerjaan test pit dapat mengacu pada PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan parit uji adalah seperti berikut : (1) Penggalian yang dilakukan dengan alat mekanik (backhoe, bulldozer) lebih baik daripada dengan tangan; (2) Kedalaman parit uji ditentukan berdasarkan penyelidikan, secara tipikal kira-kira 2 m (6,5 ft) sampai 3 m (10 ft). Di daerah yang elevasi muka air tanahnya tinggi, kedalaman parit dibatasi oleh muka air. Galian parit uji tidak aman dan atau tidak ekonomis untuk kedalaman lebih besar dari 5 m (16 ft) dan bergantung pada kondisi tanah; (3) Pada waktu penggalian, dasar parit harus dijaga agar permukaan tanahnya relatif rata mendatar. Material galian harus ditempatkan secara teratur 21 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

berdampingan dengan parit, dan terpisah dari tumpukan material lain di permukaan untuk memudahkan identifikasi kedalaman material. Tepi parit dalam potongan vertikal harus dibersihkan secara kontinu atau dengan metode lain yang memadai sehingga menampilkan permukaan batuan atau tanah yang bersih; (4) Survei pengontrolan parit uji harus dilakukan dengan menggunakan metode survei optik untuk menentukan secara teliti elevasi muka tanah dan lokasi rencana parit uji. Pengukuran harus dilakukan dan dicatat dalam dokumentasi orientasi, ukuran rencana dan kedalaman parit serta kedalaman dan tebal masing-masing lapisan yang muncul dalam parit; (5) Parit uji dapat diurug kembali dengan material buangan yang dihasilkan pada waktu penggalian. Material urugan tadi harus dipadatkan untuk mencegah terjadinya penurunan berlebihan. Alat pemadat manual atau alat putar dapat digunakan untuk memadatkan urugan tadi; (6) Peraturan penggalian parit uji yang memenuhi persyaratan keselamatan harus diikuti sebelum pelaksanaan, misalnya the U.S. Department of Labor’s Construction Safety and Health Regulation, dan peraturan institusi pemerintah lainnya yang berlaku. Dalam penyusunan pencatatan (logging) harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut (1) Prosedur pencatatan parit uji harus menggunakan skala yang sesuai dengan kompleksitas struktur geologi tanah yang terungkap dalam parit dan ukuran parit. Skala normal untuk logging rinci minimal 1:20 atau 1:10; (2) Pada waktu pencatatan harus dibuat profil vertikal yang sejajar dengan salah satu dinding parit. Bidang kontak antara formasi-formasi geologi harus diidentifikasi dan digambarkan pada profil serta diambil contoh formasi lapisannya (sesuai dengan saran tenaga ahli geoteknik). Selain itu, karakteristik dan jenis tanah atau bidang litologi juga harus dicatat; (3) Perubahan yang terjadi dalam lapisan geologi harus dideskripsi dan ditunjukkan pada pencatatan susunan lubang parit yang bersangkutan. Lokasi contoh juga harus ditunjukkan dalam susunan parit uji dan ditulis pada label contoh yang berisi lokasi stasiun dan elevasi, serta muka air tanah; (4) Setelah pencatatan dilakukan, penyesuaian dapat dipindah dan parit difoto atau direkam dengan video berdasarkan saran tenaga ahli geoteknik. Susunan pencatatan foto dan atau video yang dilengkapi dengan skala visual harus ditempatkan dengan acuan lokasi proyek dan elevasi garis dasar. h) Contoh Tanah Contoh tanah terambil yang digunakan untuk pengujian dan analisis dibagi atas dua kategori utama yaitu contoh tanah terganggu dan contoh tanah tidak terganggu, dengan penjelasan sebagai berikut. (1) Contoh Tanah Terganggu Contoh diperoleh dengan menggunakan alat yang mungkin dapat menghancurkan struktur makro tanah tetapi tidak mengganggu komposisi mineraloginya, dan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Spesimen contoh ini dapat digunakan untuk mengetahui perkiraan litologi umum endapan tanah, identifikasi komponen tanah dan tujuan klasifikasi umum, ukuran butiran, batasbatas Atterberg, dan karakteristik pemadatan tanah. (2) Contoh Tanah Tidak Terganggu 22 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

Contoh diperoleh dari lapisan tanah lempung yang akan digunakan dalam uji laboratorium untuk mengetahui sifat-sifat teknik tanah. Contoh tanah tidak terganggu dari tanah berbutir kasar dapat juga diambil dengan prosedur khusus, seperti pembekuan atau pengisian damar/lilin (parafin) dan tabung blok atau tabung inti. Pengambilan contoh tanah yang dilakukan dengan alat khusus ini digunakan untuk membantu mengurangi gangguan pada struktur tanah insitu dan kadar air tanahnya. Contoh tanah tidak terganggu dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan, stratifikasi, kelulusan air, kepadatan, konsolidasi, sifat dinamik, dan sifat teknik tanah lainnya. (3) Contoh Tanah Bongkahan (Bulk) Tabung khusus contoh tanah dan batuan terdiri atas berbagai variasi, antara lain metode tabung sumbatan yang dapat ditarik masuk (retractable plug), Sherbrooke, dan tabung Laval. Metode pengambilan contoh ini digunakan untuk tanah yang sulit dan tidak dapat dilakukan dengan metode biasa, dengan penjelasan sebagai berikut. (a) Contoh tanah bongkahan (bulk) dapat digunakan untuk klasifikasi tanah, uji indeks, nilai R, pemadatan, rasio dukung California (CBR), dan uji sifat-sifat tanah padat; (b) Contoh tanah bongkahan dapat diambil secara manual tanpa mempertimbangkan gangguan. Contoh dapat diambil dari dasar atau dinding sumuran uji atau parit uji, batang bor, galian lubang dengan sekop dan alat manual lain, backhoe, atau stockpile; (c) Contoh harus dimasukkan ke dalam wadah yang dapat mempertahankan semua ukuran butiran. Untuk contoh yang besar, digunakan wadah plastik atau logam atau tabung logam. Untuk contoh yang lebih kecil, digunakan kantong plastik, yang dapat ditutup untuk menjaga kadar air contoh; (d) Contoh bongkahan dapat mewakili material borrow untuk urugan uji konstruksi. Untuk uji laboratorium diperlukan contoh yang dipadatkan. Jika material relatif homogen, maka contoh bongkahan dapat diambil secara manual ataupun mesin. Untuk material berlapis diperlukan galian secara manual; (e) Dalam pengambilan contoh bongkahan perlu dipertimbangkan cara penggalian material untuk konstruksi. Jika diinginkan material berlapis dengan menggunakan alat keruk, maka diperlukan penggalian secara manual untuk mencegah bercampurnya tanah. Jika material diambil dari bidang tegak, maka pengambilan contoh dilakukan dengan cara pencampuran yang relatif homogen seperti pada waktu penggalian daerah borrow. (4) Contoh Blok Untuk proyek yang memerlukan material dengan sifat-sifat tanah tidak terganggu dan kondisinya memungkinkan, maka diperlukan pengambilan contoh blok yang diharapkan hanya mengalami sedikit sekali gangguan. Hal-hal yang berkaitan dengan contoh blok dan pengambilannya adalah sebagai berikut : (a) Contoh blok dapat diambil dari tebing bukit, galian, sumuran uji, dinding terowongan dan dinding tebing terbuka lainnya. Pengambilan contoh blok tidak terganggu hanya dapat dilakukan pada tanah kohesif dan batuan. Prosedur pengambilan contoh blok tidak terganggu berbeda-beda dan dapat dilakukan dengan pemotongan blok tanah besar dengan menggunakan 23 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

kombinasi sekop, alat tangan dan pemotong kabel, pisau kecil dan spatula untuk memperoleh blok kecil; (b) Ada metode khusus pengambilan contoh blok yang lebih baik dari lubang bawah. Pada tanah kohesif dapat dilakukan dengan menggunakan tabung Sherbrooke untuk memperoleh contoh berdiameter 250 mm (9,85 in) dan tinggi 350 mm (13,78) (Lefebvre dan Poulin, 1979); (c) Sebelum pengambilan contoh, dilakukan metode pembekuan di lapangan untuk tanah berbutir kasar jenuh dan metode penggembungan damar untuk memblok tanah insitu. Cara ini dapat menghasilkan contoh tidak terganggu yang berkualitas tinggi tetapi memerlukan waktu lama sehingga kurang praktis; (d) Contoh terambil diangkut ke laboratorium dalam wadah yang memadai, lalu dipotong dengan ukuran dan bentuk tertentu untuk keperluan pengujian. Contoh blok harus dibungkus dengan lapisan tipis/membran plastik dan foil yang ringan dan disimpan dalam bentuk blok serta hanya dipotong sedikit sebelum pengujian. Setiap contoh harus diidentifikasi dengan informasi nomor proyek, jumlah bor atau sumuran uji, jumlah contoh, kedalaman contoh, dan orientasi. (5) Interval Pengambilan Contoh Tanah Pengambilan contoh uji standar penetrasi (SPT) dilakukan baik pada tanah berbutir kasar maupun tanah kohesif dan untuk tanah kohesif dilakukan dengan menggunakan tabung dinding tipis. Yang perlu diperhatikan dalam penentuan interval pengambilan contoh dan jenis tabung adalah sebagai berikut : (a) Interval pengambilan contoh berbeda-beda antara proyek dan daerah masing-masing. Pengambilan contoh tabung belah di bagian atas 3 m (10 ft) dapat dilakukan pada interval 0,75 m (2,5 ft), dan di bagian bawah 3 m (10 ft) pada interval 1,5 m (5 ft). Pada kedalaman di bawah 30 m (100 ft) dapat dilakukan interval contoh yang lebih besar, misalnya 3 m (10 ft). Selain itu, diperlukan contoh menerus untuk beberapa bagian pengeboran; (b) Untuk tanah kohesif, minimal harus diambil satu contoh tanah tidak terganggu dari setiap lapisan yang berbeda. Jika deposit tanah kohesif meluas sampai dalam sekali, maka diperlukan tambahan contoh tidak terganggu yang biasanya diambil pada interval 3 m (10 ft) sampai 6 m (20 ft). Jika pengeboran dilakukan cukup luas, maka contoh tanah tidak terganggu diambil di setiap lubang bor. (c) Untuk bor yang terlalu dekat atau dalam deposit tanah homogen secara lateral, contoh tanah tidak terganggu diambil hanya dalam lubang bor yang dipilih; (d) Dalam formasi geologi yang tidak teratur atau lapisan lempung tipis, kadang-kadang diperlukan pengeboran secara terpisah yang berdekatan dengan lubang bor semula. Hal ini untuk memperoleh contoh tidak tanah terganggu dari kedalaman tertentu yang mungkin tidak terdapat pada pengeboran pertama. (6) Perolehan Contoh (Sample Recovery) Pada waktu pengeboran dengan perolehan material hanya sedikit atau tidak ada sama sekali, maka perlu segera dilakukan percobaan kedua dengan menggunakan tabung belah atau tabung contoh terganggu jenis lain. Tabung contoh dapat dimodifikasi dan dilengkapi dengan wadah penahan, katup 24 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

perangkap bergantung, atau alat lain untuk mempertahankan material dalam tabung contoh. Jika diperlukan contoh tanah tidak terganggu, maka pengeboran harus dilanjutkan sampai dasar interval pengambilan yang telah dicoba dan percobaan pengambilan contoh tanah diulangi oleh petugas pengeboran atas saran supervisor lapangan. Metode pengambilan contoh harus dikaji dan peralatannya harus diperiksa untuk mengetahui sebab-sebab tidak diperolehnya contoh (misalnya ada sumbatan katup bola). Kemungkinan mengganti metode dan atau peralatan pengambilan contoh untuk mengantisipasi hal tersebut, misalnya menunggu waktu sebelum mencabut tabung, mencabut tabung dengan lebih perlahan dan hati-hati, dan lain-lain. Proses ini harus diulangi atau pengeboran kedua dilanjutkan untuk mendapatkan contoh tanah pada kedalaman yang sama. (7) Identifikasi Contoh Setiap contoh terambil harus diberi nomor unik yang disusun untuk penandaan nomor atau nama proyek, jumlah bor, rangkaian nomor percobaan contoh, dan kedalaman contoh. Jika diperoleh beberapa contoh tabung, maka setiap tabung terganggu harus ditandai secara jelas dengan memberikan nomor identifikasi contoh dan label pada bagian atas dan dasar contoh. (8) Penanganan dan Pemeliharaan Contoh Tanah Tidak Terganggu Setiap tahapan kegiatan pengambilan, pengeluaran, penyimpanan dan pengujian contoh akan menimbulkan berbagai tingkat gangguan pada contoh tanah. Untuk itu diperlukan metode pengambilan, penanganan, dan penyimpanan contoh yang baik untuk mengurangi gangguan tersebut. Gangguan yang terjadi selama tahapan pengambilan sampai pengujian contoh, harus disadari dan diketahui oleh tenaga ahli geoteknik. Supervisor lapangan harus peka terhadap adanya gangguan dan konsekuensinya (ASTM D 4220 Practices for Preserving and Transporting Soil Samples). Hal-hal yang harus dilakukan dalam perawatan dan pemeliharaan contoh adalah sebagai berikut : (a) Jika diperoleh beberapa contoh tabung, maka setiap tabung harus diperiksa untuk memastikan bahwa tabung tidak bengkok, ujung-ujung potongan tidak rusak, dan bagian dalam tabung tidak berkarat. Jika dinding tabung berkarat atau tidak teratur atau contoh telah disimpan lama dalam tabung, maka diperlukan tenaga untuk mengeluarkan contoh yang kadang-kadang melebihi kuat geser contoh tanah sehingga akan menimbulkan tambahan gangguan pada contoh; (b) Semua contoh harus terlindungi terhadap perbedaan temperatur yang besar, dijaga terhadap sinar matahari langsung dan ditutup dengan kain lap basah atau bahan lain. Pada musim dingin contoh harus dicegah terhadap terjadinya pembekuan selama penanganan, pengapalan dan penyimpanan; (c) Secara praktis tabung contoh dinding tipis harus dijaga berdiri vertikal dengan bagian atas contoh berada di atas. Jika memungkinkan, maka tabung dinding tipis harus disimpan dalam alat pengangkut tersendiri. Alas atau bantalan harus ditempatkan di bawah dan di antara tabung untuk melindungi dan menghindari tabrakan antar tabung. Seluruh pengangkutan harus diamankan dengan tali atau kabel ke badan kendaraan angkutan

25 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

bermotor sehingga semua kotak tidak terjadi puntiran atau gerakan berlebih pada waktu kendaraan berjalan; (d) Contoh tanah agar tidak dikeluarkan dari tabung di lapangan sebab dapat menimbulkan penggelembungan contoh dan tingkat gangguan yang tinggi. Kehilangan tegangan secara tidak terduga akan menyebabkan contoh menjadi lunak dan mengembang sehingga lebih mudah terganggu selama diangkut ke laboratorium; (e) Contoh yang berkualitas tinggi dapat diperoleh jika pengeluaran contoh tanah dilakukan di laboratorium tepat sebelum pengujian konsolidasi, triaksial, geser langsung, kelulusan air, dan resonant column. Jika untuk menghemat biaya contoh dikeluarkan di lapangan agar tabung dapat digunakan kembali, maka contoh harus dibungkus dengan aluminium foil; (f) Berdasarkan pH tanah, aluminium foil dapat bereaksi dengan permukaan tanah dan membentuk lapisan tanah tipis yang berubah warna sehingga menyulitkan identifikasi visual dan membingungkan serta menyebabkan perubahan distribusi kadar air dalam contoh tanah. Untuk itu, lembaran plastik lebih cocok sebagai pembungkus contoh tanah sebab tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan foil. Penyimpanan contoh tanah tidak terganggu (di dalam atau di luar tabung) agar tidak dilakukan terlalu lama. Penyimpanan yang melebihi satu bulan dapat mengubah sifat-sifat kekuatan dan kompresibilitas tanah dari hasil uji laboratorium. i)

Uji Kekuatan Relatif Alat penetrometer saku dapat digunakan untuk pengamatan konsistensi tanah secara visual dan untuk memperkirakan kekuatan contoh tanah tidak terkekang serta cocok untuk tanah lempung kaku sampai sangat kaku. Untuk tanah yang lebih lunak diperlukan alat penyesuaian (adaptor) yang lebih besar. Uji ini tidak menghasilkan nilai absolut tetapi hanya sebagai acuan perkiraan kekuatan relatif tanah sehingga nilai kekuatan tanah yang dihasilkan tidak boleh digunakan dalam desain. Jika diperlukan kekuatan tanah (dan sifat teknik lainnya), maka harus dilakukan uji lapangan dan atau uji laboratorium terhadap contohcontoh tanah tidak terganggu. Alat uji lainnya, yaitu alat uji geser baling (torvane) yang berdiameter kecil dapat digunakan untuk memperkirakan kuat geser tanah kohesif. Baling dengan berbagai diameter dapat digunakan untuk tanah kohesif sangat lunak sampai sangat kaku. Nilai dari hasil uji lapangan hanya digunakan untuk perbandingan dan agar tidak digunakan langsung dalam analisis geoteknik atau desain. Pengujian dengan penetrometer atau torvane harus dilakukan pada tanah asli sedekat mungkin dengan pusat ujung atas dan dasar contoh dan tidak boleh dilakukan pada sisi luar contoh.

10)

Penyelidikan Batuan Metode penyelidikan batuan mencakup pengeboran, sumuran uji, pemetaan geologi, dan metode geofisik. Pengeboran inti merupakan metode penyelidikan utama yang digunakan dalam pengambilan contoh batuan utuh bagi keperluan pengujian dan penilaian kualitas dan struktur batuan. Metode-metode sumuran uji, bor tanpa inti, dan geofisik digunakan untuk mengidentifikasi bagian atas batuan. Metode geofisik seperti refraksi gempa dan penetrasi radar tanah (GPR) digunakan untuk mengetahui kedalaman batuan. Pemetaan geologi bukaan batuan atau singkapan untuk membantu memberikan penilaian komposisi dan diskontinuitas 26 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

lapisan batuan dengan skala besar yang perlu digunakan untuk berbagai aplikasi teknik misalnya desain lereng batuan. a) Pengeboran dan Pengambilan Contoh Batuan Pengeboran yang dilakukan pada lapisan batuan lapuk dan tidak lapuk, diperlukan prosedur pengeboran dan pengambilan contoh batuan. Sebagai pedoman terperinci pengeboran batuan, bor inti, pengambilan contoh, dan deskripsi log bor pada massa batuan, agar mengacu pada pedoman yang berlaku SNI atau ISRM (International Society for Rock Mechanics) Commission on Standardization of Laboratory and Field Tests (1978, 1981). Metode pengeboran dan pengambilan contoh batuan adalah sebagai berikut : (1) Bagian atas batuan dari pengeboran sulit ditentukan terutama jika ada bongkah besar di bawah profil tanah residu tidak beraturan dan dalam daerah atau terrain karst. Penentuan bagian atas batuan harus dilakukan dengan hati-hati sebab identifikasi batuan yang tidak tepat dapat menyebabkan perhitungan volume galian atau panjang tiang menjadi salah; (2) Jika lapisan terlalu keras, disarankan untuk menggunakan prosedur bor inti untuk pengambilan contoh tanah yang berlaku (ASTM D 2113 Practice for Diamond Core Drilling for Site Investigation). Penetrasi tabung belah yang berdiameter 51 mm (2 in) dapat mencapai sedalam 25 mm (1 in) atau kurang setelah dilakukan 50 pukulan dengan tenaga penetrasi standar atau kriteria lain yang ditentukan oleh tenaga ahli geologi atau tenaga ahli teknik. Untuk itu, metode pengambilan contoh tanah tidak cocok dilakukan tetapi diperlukan pengeboran batuan atau bor inti; (3) Dapat digunakan metode geofisik seperti refraksi gempa untuk membantu mengevaluasi elevasi bagian atas batuan dengan cara yang baik dan ekonomis serta memberikan informasi batasan antar lokasi bor. b) Pengeboran Tanpa Inti (Non-coring / Destructive) Metode ini harus dilakukan dengan hati-hati karena pengeboran berjalan dengan cepat dan memotong batuan lunak dan lapuk dengan mudah sehingga sering kali salah dalam memperkirakan elevasi bagian atas batuan atau pemancangan tiang. Karena contoh batuan utuh tidak termasuk dalam pengeboran tanpa inti (noncoring), maka pengamatan selama pengeboran agar dicatat dengan cermat oleh supervisor lapangan. Informasi karakteristik pengeboran yang harus dicatat pada bagian log bor adalah sebagai berikut : (1) kecepatan penetrasi atau kecepatan pengeboran dalam menit per 0,3 meter (1 ft); (2) pemasukan batang bor; (3) perubahan operasi bor oleh petugas bor (tekanan ke bawah, kecepatan rotasi dan lain-lain); (4) perubahan kondisi matabor (bit); (5) kegiatan bor yang tidak biasa (gemertak, melambung, pengikatan, jatuh tibatiba); (6) kehilangan air pembilas, perubahan warna air pembilas, atau perubahan tekanan bor.

27 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

c) Pengeboran Inti Jenis-jenis bor inti (ASTM D 2113 Practice for Diamond Core Drilling for Site Investigation) dapat berupa tabung tunggal, tabung ganda, atau tabung tripel. (a) Jika tidak ditentukan lain, maka NX adalah ukuran yang digunakan untuk penyelidikan. Dapat juga digunakan ukuran yang lebih besar dan lebih kecil. Ukuran inti yang lebih besar akan menghasilkan contoh yang lebih besar dengan kerusakan mekaniknya kecil. Untuk itu, ukuran dan jenis alat bor yang digunakan harus dicatat dengan cermat di tempat yang cocok pada log bor; (b) Panjang setiap lubang inti harus dibatasi sampai maksimum 3 m dan dikurangi sampai 1,5 m (5 ft). d) Matabor Inti (Coring Bits) Pemilihan matabor harus didasarkan atas pengetahuan umum tentang kinerja matabor inti untuk contoh yang diinginkan dan air pembilas yang diusulkan. Matabor dengan aliran dasar harus digunakan pada batuan inti lunak atau batuan dengan rekahan yang terisi tanah untuk menghindari erosi inti karena air pembilas sebelum inti memasuki laras inti. e) Air Pembilas Jika diperlukan lumpur bor untuk menstabilkan lubang yang runtuh atau daerah penutup pada waktu hilangnya air pembilas, maka perencana, tenaga ahli geologi dan geoteknik harus menentukan jenis lumpur bor. Lumpur bor dapat menyumbat bukaan rekahan dan retakan sehingga akan mempengaruhi pengukuran kelulusan air. Air pembilas harus diisi dalam bagian yang menurun untuk memindahkan potongan bor dan membuat sirkulasi ulang air pembilas. Agar dilakukan perhatian atau penanganan khusus jika material tercemar oleh minyak atau bahan lain dan memerlukan tempat pembuangan serta menghindari aliran air melalui permukaan tanah. f)

Kecepatan/Waktu Pengeboran Kecepatan pengeboran harus dipantau dan dicatat pada log bor dalam satuan menit per 0,3 m (1 ft). Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pengeboran digunakan untuk menentukan kecepatan pengeboran.

g) Foto Dokumentasi Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi foto inti adalah seperti berikut: (1) Setelah pemindahan dari lubang bor, contoh inti dalam tabung inti belah harus segera difoto, dan diberi label untuk identifikasi log bor, interval kedalaman dan jumlah bor inti; (2) Untuk bentuk inti yang menarik agar dilakukan gambar close-up. Untuk itu, permukaan contoh inti dibasahi dengan semprotan dan atau digosok dengan spon sebelum pengambilan foto agar dapat memperjelas perbedaan warna contoh inti; (3) Pita ukur atau penggaris harus ditempatkan melintasi bagian atas atau dasar ujung blok untuk memberikan skala dalam foto. Pita ukur harus mempunyai panjang minimal 1 meter (3 ft) dan penandaan yang relatif besar dan sangat mencolok harus diupayakan agar terlihat dalam foto;

28 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

(4) Bagian tabung yang berwarna (untuk yang tidak ada contoh) diperlukan dalam foto untuk memberikan indikasi pengaruh perubahan dalam umur film, proses film, dan sumber cahaya yang masuk (ambient). Keseragaman kondisi cahaya dari hari ke hari harus diatur oleh petugas foto dan disesuaikan dengan jenis film yang dipilih. h) Klasifikasi Batuan Jenis batuan dan sifat batuan, seperti diskontinuitas, rekahan, lipatan, dan faktor lainnya harus didokumentasi. Klasifikasi tanah, batuan dan informasi inti batuan harus dicatat. i)

Perolehan Inti (Core Recovery) Panjang inti harus diukur sepanjang garis sumbu inti. Jika perolehan inti kurang dari panjang bor inti, maka bagian yang tidak terambil harus dianggap menjadi ujung bor kecuali jika ada alasan perkiraan lainnya (misal zona lapuk, jatuhnya batang, penyumbatan selama pengeboran, kehilangan air pembilas, dan potongan inti berputar atau dipotong ulang). Non-recovery harus diberi tanda NCR (tanpa inti terambil) pada log bor dan data masukan untuk perlapisan, retakan, atau pelapukan dalam interval tersebut tidak perlu dibuat. Perolehan inti terambil yang lebih besar dari 100% kemungkinan dapat terjadi jika inti terlindungi selama pengeboran yang dilanjutkan dengan bor berikutnya. Hal ini harus dicatat dan pengaturan data agar tidak dibuat di lapangan.

j)

Rock Quality Designation (RQD) RQD merupakan ukuran persentase batuan yang terambil dari sebuah interval lubang bor yang berupa persentase termodifikasi dari perolehan inti dengan jumlah panjang potongan inti utuh yang melebihi 100 mm (4 in) dan dibagi dengan panjang inti. Indeks kualitas batuan tipikal dalam kondisi batuan yang mengalami pelapukan berat, lunak, retakan, pergeseran, rekahan/pelipatan akan menyebabkan nilai RQD menurun. Korelasi asli RQD harus dicatat berdasarkan atas pengukuran pada inti ukuran NX (Deere, 1963). RQD dapat dihitung berdasarkan inti yang mempunyai diameter minimal berukuran NX (Deere dan Deere, 1989). Inti pipa kawat yang menggunakan NQ, HQ, dan PQ dapat juga diterima. Ukuran BQ dan BX yang lebih kecil tidak dapat digunakan, sebab yang lebih kecil dari NX sangat berpotensi mengalami kerusakan dan kehilangan inti. Prosedur pengukuran RQD, cara perhitungan dengan gambar disajikan dalam SNI 03-2436-1991 Metode Pencatatan dan Interpretasi Hasil Pemboran Inti

k) Pengukuran Panjang Potongan Inti Potongan inti yang sama dapat diukur dengan cara sepanjang garis sumbu, dari ujung ke ujung atau sepanjang potongan laras lingkaran penuh. Dianjurkan mengukur panjang inti sepanjang garis sumbu. Lihat acuan the International Society for Rock Mechanics (ISRM), Commission on Standardization of Laboratory and Field Tests (1978, 1981). Pengukuran sepanjang garis sumbu dapat: (1) Menghasilkan RQD standar yang tidak bergantung pada diameter inti; (2) Menghindari ancaman serius kualitas batuan jika keadaan retakan sejajar lubang bor dan dipotong dengan pemasangan kedua.

29 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

Patahan inti yang disebabkan oleh proses pengeboran harus disusun kembali dan diperhitungkan sebagai satu potongan. Patahan akibat bor dapat terjadi karena permukaan yang kasar. Pada batuan schistose dan batuan berlapis, kadang sulit untuk membedakan antara patahan alami dan patahan akibat bor. Untuk itu, agar dipertimbangkan sebagai patahan alami dalam perhitungan RQD yang konservatif untuk berbagai keperluan. Jika RQD digunakan sebagai bagian dari perkiraan pekerjaan pembongkaran atau pengerukan, maka perhitungan menjadi tidak bersifat konservatif. l)

Penilaian Kekuatan Batuan Potongan inti yang tidak keras dan tidak kuat, agar tidak diperhitungkan untuk RQD meskipun memenuhi syarat panjang 100 mm (3,94 in). Persyaratan kekuatan dapat membantu menurunkan ketentuan syarat kualitas batuan jika batuan telah mengalami perubahan dan perlemahan, baik karena pelapukan permukaan ataupun kegiatan hidrothermal. Keputusan penentuan tingkat perubahan kimiawi apakah sudah cukup atau belum harus dilakukan untuk mendapat persetujuan atau penolakan dilakukannya potongan inti. Prosedur yang dapat digunakan untuk menilai kekuatan batuan adalah sebagai berikut: (1) Prosedur pertama dilakukan tanpa memperhitungkan potongan inti karena adanya keraguan mengenai syarat kekuatan yang harus dipenuhi (misalnya batasan perubahan warna atau pemutihan butiran, pencemaran berat, rongga, atau butiran lemah). Prosedur ini bersifat konservatif dan meragukan penilaian kualitas batuan; (2) Prosedur kedua dilakukan dengan memasukkan batuan yang berubah persentase total RQDnya dengan tanda bintang (RQD*) karena persyaratan kekuatan belum terpenuhi. Metode RQD* dapat memberikan beberapa indikasi kualitas batuan sesuai dengan tingkat retakan selama tidak kehilangan kekuatan.

m) Kehilangan Air Pembilas (Drilling Fluid Recovery) Kehilangan air pembilas selama melanjutkan pengeboran dapat menunjukkan adanya bukaan rekahan/pelipatan, zona retakan atau rongga-rongga dalam massa batuan yang sedang dibor. Untuk itu, volume air pembilas yang hilang dan interval terjadinya harus dicatat. Jika tidak ada air pembilas yang hilang, berarti tidak ada air yang hilang kecuali melalui lamanya rembesan dan pengisian pada ronggarongga. Kehilangan air pembilas sebagian berarti ada air pembilas yang membalik dalam jumlah yang lebih kecil dari jumlah air yang dipompa. Kehilangan air pembilas penuh berarti tidak ada kehilangan air pembilas ke permukaan selama operasi pemompaan. Untuk itu, diperlukan gabungan pendapat dari petugas lapangan dan petugas bor agar memberikan hasil perkiraan yang terbaik. n) Penanganan Inti dan Labeling Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan inti dan labeling adalah seperti berikut: (1) Inti batuan hasil penyelidikan geoteknik harus disimpan dalam kotak inti yang kuat secara struktur, terbuat dari kayu atau kertas karton berombak yang digosok dengan lilin/parafin (corrugated waxed cardboard). Kotak kayu harus dikunci dan dilengkapi dengan penutup berengsel pada sisi atas kotak dan grendel; 30 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

(2) Pemindahan inti harus dilakukan dengan hati-hati dari tabung ke kotak untuk memelihara ketidakteraturan material melintang retakan dan isian retakan. Patahan inti yang terjadi selama atau setelah inti dipindahkan ke kotak inti harus disusun kembali dan ditandai dengan tiga garis pendek sejajar yang melintang alur retakan untuk menunjukkan patahan secara mekanik. Patahan yang terjadi pada waktu penyusunan inti ke kotak inti dan waktu pemeriksaan permukaan dalam inti agar dihindari walaupun harus ditandai pula. (3) Inti harus ditempatkan dalam kotak dari arah kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Jika bagian ruangan atas kotak diisi, bagian lebih rendah (atau sambungan) berikutnya harus diisi. Kedalaman bagian atas dan bawah inti dan setiap rongga yang tampak dalam formasi batuan harus ditandai secara jelas dengan label blok pengatur jarak dari kayu; (4) Jika ada inti bor terambil yang lebih kecil dari 100%, harus ditempatkan di kotak inti pengatur jarak tabung bambu yang sama panjang dengan inti tidak terambil, baik pada kedalaman inti tidak terambil ataupun pada dasar bor. Kedalaman atau panjang inti tidak terambil harus ditandai pada pengatur jarak dengan tanda hitam yang permanen; (5) Label kotak inti harus dilengkapi dengan pena hitam yang tidak dapat dihapus. Penutup kotak inti harus diberi tanda yang identik pada kedua sisi dalam dan luar, termasuk kedua ujung luar kotak. Untuk pengeboran miring, kedalaman yang ditandai pada kotak-kotak inti dan log bor harus merupakan hasil pengukuran sepanjang sumbu bor. Sudut dan orientasi pengeboran harus dicatat pula pada kotak inti dan log bor. o) Perawatan dan Pemeliharaan Contoh Batuan Penutupan inti dalam selimut polietilin dapat dipasang lepas sebelum inti ditempatkan dalam kotak inti (ASTM D 5079 Practices for Preserving and Transporting Rock Core Samples). Perawatan khusus dianggap sesuai, jika kadar air inti batuan (terutama serpih, batulempung dan batulanau) dan sifat-sifat inti yang terkait dapat dipengaruhi oleh bukaan batuan. Perawatan serius agar dilakukan untuk melindungi contoh terhadap goncangan/ kejutan dan getaran atau perubahan temperatur yang besar atau keduanya. Untuk perawatan contoh terhadap kotoran ditunjukkan dalam ASTM D 4220 Practices for Preserving and Transporting Soil Samples. p) Penutupan Lubang Hasil Pengeboran Semua lubang bor harus ditutup dengan baik pada waktu penyelesaian penyelidikan lapangan dengan pertimbangan keselamatan dan pencegahan pencemaran lapisan tanah dan air tanah. Penutupan bor diperlukan untuk proyek terowongan karena lubang bor terbuka akan memberi kesempatan aliran air masuk tidak terkontrol atau jalan udara tertekan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penutupan lubang bor antara lain adalah sebagai berikut : (1) Penutupan lubang bor (sealing dan grouting) misalnya sesuai dengan National Cooperation Highway Research Program Report No. 378 (1995) berjudul “Recommended Guidelines for Sealing Geotechnical Holes”; (2) Jika terjadi air tanah atau pencemaran, maka lubang bor harus diinjeksi dengan menggunakan campuran tepung bentonit, semen portland dan air bersih atau air suling. Persyaratan ini harus dipahami benar oleh tenaga ahli geoteknik dan supervisor lapangan setempat sebelum pengeboran mulai dilaksanakan;

31 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

(3) Jika diperlukan, maka semua lubang bor sebaiknya diinjeksi. Lubang-lubang jalan dan pelat harus diisi dengan beton pasangan cepat atau beton aspal. Pengisian kembali lubang bor agar dilakukan dengan menggunakan campuran bahan injeksi (grout). Pada lubang bor yang diisi dengan air pembilas, grout getar akan menempati/menggantikan air pembilas. Untuk itu, harus dilakukan persiapan perlengkapan untuk mengumpulkan buangan dari semua air pembilas yang dipindahkan dan buangan grout; q) Pedoman Keselamatan Dalam Pengeboran Geoteknik Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: (1) Perlindungan minimum untuk semua personil terdiri atas topi helm, sepatu bot, pelindung mata dan sarung tangan; (2) Tenaga ahli geoteknik dan supervisor lapangan harus mencoba untuk mengidentifikasi kemungkinan sumber pencemaran sebelum memulai pekerjaan lapangan. Berdasarkan evaluasi ini, harus dibuat keputusan mengenai rencana keselamatan lapangan; (3) Jika ditemukan pencemaran di lokasi-lokasi penyelidikan geoteknik yang tidak diketahui atau tidak diharapkan selama pekerjaan lapangan, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : (a) Penghentian segera pengeboran dan pemberitahuan informasi kepada tenaga ahli geoteknik yang harus dilakukan oleh supervisor lapangan, termasuk identifikasi terjadinya pencemaran, kedalaman pencemaran dan perkiraan kedalaman muka air. Jika produksi tingkat air pembilas terjadi pada atau di atas muka air, pengeboran harus segera ditinggalkan dan ditutup dengan chip bentonit dicampur air atau grout; (b) Petugas lingkungan dari instansi pemerintah harus diberitahu oleh pemberi tugas (pemimpin proyek), agar dapat menentukan apakah perlu dilaksanakan protokol khusus keamanan dan keselamatan serta demobilisasi dari lapangan. r) Pengeboran Secara Umum Agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Pembersihan runtuhan dan potongan dari dasar lubang bor yang kurang baik. Contoh tidak boleh diambil dari runtuhan tetapi harus dari dalam lubang bor dan runtuhan harus dipindahkan sebelum kegiatan pekerjaan; (2) Pada tanah nonkohesif, pemancangan tidak boleh digunakan melanjutkan atau mempercepat tabung belah ke dasar lubang bor;

untuk

(3) Agar dihindari kondisi contoh inti terambil yang buruk akibat penggunaan alat atau prosedur pengambilan contoh yang tidak sesuai; (4) Jika pengambilan contoh tanah lunak atau tanah nonkohesif dilakukan dengan tabung dinding tipis (misal tabung Shelby), maka tidak mungkin diperoleh contoh tidak terganggu sebab contoh tidak akan berada dalam tabung. Petugas bor harus diberi instruksi yang jelas agar tidak menekan inti terambil dengan pemukulan berlebihan pada waktu pengambilan tabung contoh; (5) Agar dihindari perolehan jenis contoh yang tidak baik atau jumlah contoh tidak cukup; (6) Petugas bor harus diberitahu dengan jelas frekuensi contoh dan jenis contoh yang diperlukan. Kedalaman bor pada setiap tahap penyelidikan harus diawasi

32 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

oleh supervisor lapangan untuk menentukan contoh lapisan tanah dan atau batuan yang baik; (7) Agar dihindari stabilisasi lubang bor yang tidak baik; (8) Dalam pengeboran putar dengan air dan bor tangan batang hollow di bawah muka air tanah, diperlukan tinggi tekan air yang diatur pada puncak pipa lindung (casing) /bor tangan pada setiap waktu. Jika batang bor ditarik atau bor tangan batang hollow yang dimasukkan, maka muka air akan cenderung turun dan harus ditambah dengan air pembilas agar tepi lubang bor tidak runtuh atau tidak terjadi sembulan di dasar lubang bor; (9) Tabung contoh diturunkan ke dalam lubang bor dengan pipa terbuka dan tanpa sumbatan. Tabung dapat berposisi miring dan memukul dinding lubang bor. Untuk itu, tabung agar diisi dengan debris; (10) Agar dihindari prosedur pelaksanaan yang kurang baik selama uji penetrasi standar. Supervisor lapangan dan petugas bor harus memastikan bahwa berat jatuh dan pemukul yang digunakan berfungsi dengan baik sehingga friksi pada kepala dan sepanjang pukulan hammer berkurang. 11)

Deskripsi Log Bor Pencatatan hasil pengeboran harus ditulis atau dicetak dengan jelas dan disimpan (didokumentasi) dengan cermat dan praktis. Semua bagian pencatatan hasil pengeboran harus dilengkapi sebelum penyelidikan lapangan selesai. Formulir-formulir log bor, log bor inti dan log sumuran uji dapat mengacu ASCE Soil Mechanics & Foundations Engineering Committee . Aspek-aspek yang harus dicatat pada log bor : a) Data survei topografi yang meliputi lokasi pengeboran dan elevasi permukaan, serta lokasi tanda patok dan datum (jika tersedia); b) Data akurat dari setiap deviasi lokasi bor rencana. c) Identifikasi tanah dan batuan dasar yang terdiri atas kepadatan, konsistensi, warna, kadar air, struktur dan sumber geologi; d) Kedalaman berbagai lapisan tanah dan batuan secara umum; e) Jenis tabung contoh, kedalaman, penetrasi dan contoh inti terambil (core recovery); f)

Perlawanan pengambilan contoh sesuai dengan tekanan hidraulik atau pukulan per kedalaman penetrasi tabung contoh, serta ukuran dan jenis hammer dan tinggi jatuh;

g) Interval pengambilan contoh tanah dan contoh inti terambil (core recovery); h) Jumlah bor inti batuan, kedalaman dan panjang, inti terambil (core recovery) dan nilai kualitas batuan (RQD); i)

Jenis operasi pengeboran yang digunakan untuk mempercepat dan menstabilkan lubang bor;

j)

Perbandingan perlawanan terhadap pengeboran;

k) Kehilangan air pembilas; l)

Pengamatan muka air tanah dengan tanda-tanda perubahan karena permukaan gelombang atau turun naiknya air sungai;

m) Tanggal dan waktu pengeboran mulai, selesai dan pengukuran muka air tanah; n) Penutupan lubang bor. 33 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

a) Informasi Proyek Pada bagian atas log bor harus disediakan ruang untuk informasi khusus proyek, seperti nama atau nomor proyek, lokasi proyek, kontraktor pengeboran (jika pekerjaan pengeboran dikontrakkan ke luar), jenis alat bor, tanggal dan waktu pekerjaan, metode pengeboran, berat palu (hammer) dan tinggi jatuh, nama personil pengeboran, dan informasi cuaca. Semua informasi harus diberikan pada lembaran pertama dari setiap log bor. b) Identifikasi Stratigrafi atau Perlapisan Tanah Hal-hal yang harus diperhatikan dalam identifikasi perlapisan tanah adalah sebagai berikut: (1) Pengamatan kondisi geoteknik contoh tanah dan potongan inti atau perkiraan berdasarkan kinerja perlengkapan bor (misalnya gemertak alat pemukul dalam kerikil atau tabung yang memantul kembali pada kerakal) harus dicatat dalam kolom tengah log bor dengan label “deskripsi material” atau dalam kolom keterangan; (2) Komentar petugas bor diperlukan dalam persiapan log bor, penyusunan deskripsi masing-masing contoh dan penggambaran berbagai lapisan pada log bor. Data tersebut meliputi deskripsi masing-masing lapisan tanah dengan batasan horisontal yang menggambarkan perbedaan lapisan yang berdekatan; (3) Deskripsi terperinci kondisi geoteknik pada waktu pengeboran digambarkan pada log bor lapangan. Batas-batas perlapisan harus digambarkan sesuai dengan perubahan deskripsi, misalnya perubahan plastisitas yang agak kaku menjadi kaku dan yang rendah menjadi tinggi; (4) Perubahan kecil dapat dinyatakan dengan istilah pantas atau selaras. Batas perlapisan harus digambarkan sesuai dengan perubahan material dari kondisi geologi asli dan harus dicantumkan dalam deskripsi material atau kolom keterangan log sedangkan batas-batas yang terputus-putus (dashed) harus dihindari; (5) Pengamatan perlapisan harus meliputi identifikasi urugan yang ada, topsoil dan potongan lapisan tanah. Interval pengamatan dan pengambilan contoh khusus agar dilakukan untuk membantu mengidentifikasi keberadaan dan ketebalan lapisan material serta menghasilkan kesimpulan dan saran-saran studi geoteknik yang baik; (6) Masing-masing lapisan harus diberi tanda di tengah-tengah contoh, kecuali jika batasan ditemui dalam contoh atau diperlukan pengukuran khusus untuk menentukan posisi batasan yang lebih baik. c) Informasi Contoh Informasi jenis-jenis tabung, jadwal dan waktu pengambilan contoh, jenis contoh, kedalaman contoh, dan perolehan inti (core recovery) harus diperlihatkan pada setiap formulir log dengan menggunakan notasi dan sistem grafik atau sistem singkatan (abbreviation). Masing-masing contoh uji harus diberi nomor berurutan yang ditandai dalam kolom nomor contoh. Jika tabung contoh dipukul, perlawanan pukulan harus dicatat pada interval yang ditentukan dan ditandai dalam kolom perlawanan pengambilan contoh. Persentase inti terambil harus ditentukan sebagai panjang contoh inti terambil terhadap panjang contoh uji (contoh 550/610 mm).

34 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

12)

Deskripsi Tanah / Klasifikasi Tanah Deskripsi / identifikasi tanah adalah pemberian nama contoh tanah secara sistematik, tepat, dan lengkap, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan (ASTM D 2488 Practice for Description and Identification of Soils (Visual-Manual Procedure)). Klasifikasi tanah adalah pengelompokan tanah dalam kategori yang berdasarkan atas hasil-hasil uji indeks properti (sifat fisik), misalnya nama kelompok dan simbol (ASTM D 2487 Test Method for Classification of Soils for Engineering Purposes) Deskripsi tanah minimum harus terdiri atas: a) konsistensi semu/apparent (untuk tanah berbutir halus), atau sifat kepadatan (untuk tanah berbutir kasar); b) sifat kondisi kadar air (misal kering, lembap, basah); c) deskripsi warna; d) nama jenis tanah minimum ditambah dengan “y” jika komponen minimum berbutir halus < 30%, tetapi > 12%, atau komponen minimum berbutir kasar ≥ 30%; e) gambaran sifat jenis tanah utama; f)

sifat distribusi ukuran butiran untuk kerikil dan pasir;

g) sifat plastisitas dan tekstur tanah (lanauan atau lempungan) untuk lanau atau lempung inorganik dan organik; h) nama jenis tanah utama (semua huruf besar); i)

sifat deskriptif “dengan” untuk jenis tanah minimum berbutir halus jika 5-12 % atau untuk jenis tanah minimum berbutir kasar jika < 30 % tetapi ≥ 15 % (sebagai catatan praktis penggunaan sifat deskriptif “banyak” dan “sedikit” untuk komponenkomponen minimum);

j)

istilah deskriptif untuk jenis-jenis tanah minor;

k) gangguan (misal pembetonan, sementasi); l)

pengelompokan nama dan simbol menurut The Unified Soil Classification System (USCS) (dalam tanda kurung) yang memadai untuk jenis tanah sesuai dengan ASTM D 3282, atau ASTM D 2487 Test Method for Classification of Soils for Engineering Purposes;

m) nama geologi (misal Holocene, Eocene, Pleistocene, Cretaceous), jika diketahui (dalam tanda kurung atau kolom catatan). Contoh deskripsi elemen tanah sesuai urutan seperti di atas: Tanah berbutir halus Tanah berbutir kasar

: lunak, basah, abu-abu, LEMPUNG berplastisitas tinggi, dengan pasir halus; lempung gemuk (CH); (alluvium). : padat, lembap, coklat, pasir lanauan sedang-halus, dengan kerikil halus sampai pasir lempungan, pasir lanauan (SM), (aluvium).

Jika terjadi perubahan dalam lapisan tanah yang sama, seperti perubahan dalam kepadatan nyata, pencatatan/log bor harus menunjukkan deskripsi perubahan, seperti “sama, kecuali sangat padat”. a) Konsistensi dan Sifat Kepadatan Semu (apparent)

35 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

Konsistensi tanah berbutir halus dan kepadatan semu tanah berbutir kasar, dapat diperkirakan dari jumlah pukulan (nilai N) yang diperoleh dari uji penetrasi standar (ASTM D 1586 Standard Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soils). Disarankan sebagai alat bantu dalam penentuan konsistensi tanah berbutir halus, alat mekanik, seperti penetrometer saku (hand penetrometer), dan uji indeks di lapangan (uji smear, uji kekuatan kering, uji benang/thread). Jika memungkinkan, nilai N dari semua jenis tanah dikoreksi untuk efisiensi tenaga (ASTM D 4633). Catatan : nilai N disarankan tidak digunakan langsung untuk menentukan parameter desain kekuatan tanah berbutir halus. b) Kadar Air Jumlah air yang ada dalam contoh tanah atau sifat kadar air harus dinyatakan dalam keadaan kering, lembap, atau basah. c) Warna Warna harus diuraikan setelah contoh dikembalikan (retrived) pada kadar air contoh tanah asli. Warna-warna utama yaitu coklat, abu-abu, hitam, hijau, putih, kuning, merah, dan warna antara, digambarkan dengan menggunakan dua warna dasar misalnya abu-abu - hijau. Jika tanah ditandai sesuai dengan tempat/lokasi warna, maka digunakan istilah titik-titik (mottled). Tanah yang bertekstur homogen tetapi mengalami perubahan pola warna dan tidak diperhitungkan sebagai titik-titik agar digambarkan sebagai goresan/garis (streaked). d) Jenis Tanah Bagian-bagian penting dari jenis tanah ditentukan berdasarkan tekstur ukuran butir, untuk menentukan pemisahan tanah berbutir kasar, berbutir halus dan tanah dengan kadar organik tinggi. e) Tanah Berbutir Kasar (Kerikil dan Pasir) Komponen kerikil dan pasir ditentukan berdasarkan atas ukuran butir. Pengujian-pengujian yang perlu diperhatikan. (1) Uji Sedimentasi; (2) Karakteristik Visual; f)

Tanah Berbutir Halus Bahan halus terdiri atas lanau dan lempung inorganik atau organik, seperti ditentukan dalam grafik plastisitas.

g) Keterkaitan (Inclusions) Keterkaitan tambahan atau karakteristik contoh dapat digambarkan dengan menggunakan istilah “dengan” dan deskripsi yang dijelaskan di atas. Sebagai contoh: (1) (2) (3) (4) (5) (6)

dengan bau bahan bakar, dengan material organik, dengan material asing (akar, batu bata, dan lain-lain), dengan fragmen serpih, dengan mika, dengan pemisahan, lipatan, dan lain-lain dari deskripsi lengkap tanah yang diberikan. 36 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

h) Tanah Berlapis Tanah dengan jenis yang berbeda dapat ditemukan dalam perlapisan tanah dengan berbagai tebal. Tiap lapisan diuraikan seolah-olah berupa tanah tidak berlapis dengan menggunakan urutan deskripsi tanah yang diuraikan di atas. Tebal dan bentuk lapisan dan tipe geologi perlapisan dicatat dengan menggunakan istilah deskriptif. Tebal jenis lapisan, sebelum atau pada akhir deskripsi ditentukan dengan tanda kurung, dan dipilih yang mana yang lebih memadai. i)

Nama Geologi Deskripsi tanah mencakup hasil penilaian supervisor lapangan termasuk asal usul satuan tanah dasar dan nama secara geologi (jika diketahui), yang ditempatkan dalam tanda kurung atau dalam kolom catatan lapangan dari log bor.

j)

Prosedur Pencatatan Hasil Pengeboran Inti Pencatatan hasil pengeboran tanah dan batuan (inti) harus dilakukan selengkap mungkin sesuai dengan kondisi lapangan, singkat dan jelas.

13)

Deskripsi Batuan Deskripsi batuan harus disusun dengan menggunakan istilah geologi teknik yang benar, meskipun istilah setempat dalam penggunaan umum dapat diterima untuk menggambarkan karakteristik yang berbeda. Pencatatan hasil pengeboran inti harus dilakukan segera pada kondisi asli, khususnya untuk warna dan konsistensi. Prosedur log bor inti dapat mengacu pada “International Society for Rock Mechanics Commission on Standardization of Laboratory and Field Tests”(1978, 1981). Deskripsi litologi batuan minimum meliputi butir-butir berikut: a) b) c) d) e) f) g) h)

jenis batuan, warna, ukuran dan bentuk butiran, tekstur (perlapisan/foliasi), komposisi mineral, pelapukan dan perubahan, kekuatan, catatan lainnya.

Berbagai elemen deskripsi batuan harus dinyatakan dalam urutan seperti tabel di atas. Sebagai contoh “batugamping, abu-abu terang, butiran sangat halus, lapisan tipis, tidak lapuk, kuat”. Deskripsi batuan harus meliputi identifikasi diskontinuitas dan ciri-ciri serta gambar retakan alami dan hancuran secara mekanik. a) Jenis Batuan Batuan digolongkan menurut asal usulnya ke dalam tiga kelompok utama, yaitu beku (igneous), sedimen, dan malihan (metamorfik). b) Warna Warna harus konsisten dengan bagan warna Munsell, dan kondisi basah maupun kering yang memadai juga harus dicatat. c) Ukuran dan Bentuk Butiran Deskripsi ukuran butiran harus diklasifikasi dengan menggunakan istilah-istilah untuk deskripsi bentuk butiran. d) Stratifikasi / Foliasi

37 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

Ciri-ciri struktur utuh yang signifikan harus diuraikan dengan tebal lapisan dan istilahnya, serta orientasi perlapisan/foliasi. e) Komposisi Mineral Komposisi mineral harus diidentifikasi oleh tenaga ahli geologi berdasarkan atas pengalaman dan referensi yang tepat. Daftar urut mulai dari batuan dengan mineral yang paling berlebihan dan diikuti dengan batuan yang kadar mineralnya kurang. f)

Pelapukan dan Perubahan Istilah dan singkatan yang digunakan untuk menjelaskan pelapukan atau perubahan.

g) Kekuatan Penilaian kekuatan kualitatif umum pada waktu pemetaan atau logging inti pendahuluan pada lokasi perlengkapan dengan menggunakan palu dan pisau saku. Perkiraan lapangan harus dikonfirmasi dengan perbandingan pada uji laboratorium yang terpilih. h) Kekerasan Deskripsi dan singkatan yang digunakan untuk menjelaskan kekerasan batuan. i)

Diskontinuitas Batuan Simbol-simbol untuk jenis diskontinuitas massa batuan. Jika tidak diitentukan lain, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut. (1) Pedoman untuk mendeskripsi jarak diskontinuitas; (2) Istilah-istilah untuk mendeskripsi celah; (3) Istilah lebar, sempit dan rapat digunakan untuk menggambarkan lebar diskontinuitas, seperti tebal lapisan, pengisian patahan, atau bukaan lipatan. (4) Patahan atau geseran yang tidak cukup tebal untuk mewakili log bor, harus dicatat tebal terukurnya secara numerik dalam milimeter. (5) Ciri-ciri untuk membedakan diskontiunitas. (6) Karakteristik jumlah dan lebar isian. Kekuatan setiap material isian sepanjang permukaan diskontinuitas. Untuk isian material nonkohesif, identifikasi isian dapat dilaksanakan secara kualitatif (misal pasir halus).

j)

Deskripsi Retakan Lokasi setiap retakan alami dan patahan mekanik dituliskan dalam kolom retakan dari log inti batuan, diberi nomor dan diuraikan dengan menggunakan istilah diskontinuitasnya, seperti dijelaskan di atas. Penjelasan retakan adalah sebagai berikut : (1) Retakan harus digambarkan secara sket dalam kolom gambar. Sudut dip retakan harus diukur dengan menggunakan busur derajat dan ditandai pada log. Untuk bor miring, sudutnya harus diukur dan ditandai seolah-olah bor berdiri tegak. Jika batuan pecah dalam beberapa potongan yang panjangnya kurang dari 25 mm, log tidak perlu digunakan dalam interval itu, atau retakan diperlihatkan secara skematik. (2) Jumlah retakan alami yang diamati dalam setiap 0,5 m inti harus dicatat dalam kolom frekuensi retakan. Patahan/retakan mekanik yang mungkin terjadi karena pengeboran, tidak diperhitungkan.

38 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

14)

Uji Geoteknik di Lapangan (Insitu Testing) a) Uji Penetrasi Standar (SPT = Standard Penetration Test) Uji penetrasi standar (SPT) dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Metode pelaksanaan pekerjaan standart penetration test dapat mengacu pada SNI 03-4153-1996 Metode Pengujian Penetrasi Dengan SPT dan PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan uji SPT ialah sebagai berikut : (1) Jika tabung contoh tidak dapat dipukul sampai 450 mm (3 tahap), jumlah pukulan per masing-masing tahap setebal 150 mm dan masing-masing bagian tahap harus dicatat pada pencatatan log bor. Untuk sebagian tahap, kedalaman penetrasi harus dicatat sebagai tambahan pada jumlah pukulan (misalnya tahap 2 sebesar 50 pukulan/ 5 cm penetrasi); (2) Uji SPT dilakukan di dasar lubang bor yang telah disiapkan. Jika tidak ditentukan lain, Pengujian dilakukan setiap 0,76 m (2,5 ft) pada kedalaman kurang dari 3 m (10 ft), dan setiap interval 1,5 m (5,0 ft) pada kedalaman selanjutnya. Tinggi tekan air dalam lubang bor harus diatur berada di atas muka air tanah untuk menghindari masuknya aliran air yang dapat menimbulkan ketidakstabilan lubang bor; (3) Setiap alat uji SPT yang digunakan harus dikalibrasi tingkat efisiensi tenaganya untuk memperoleh standar efisiensi tenaga yang lebih teliti ASTM D-4633; (4) Uji SPT dapat dihentikan bila telah tercapai 100 pukulan atau jumlah pukulan melebihi 50 pukulan dalam setiap tahap 150 mm atau tabung gagal dimasukkan lebih lanjut selama 10 pukulan berurutan. Uji SPT dihentikan bila perlawanan penetrasi sudah melebihi 100 pukulan per 51 mm (100/2”); (5) Jika ditemukan batuan dasar atau rintangan seperti bongkah, pengeboran dapat dilanjutkan dengan menggunakan metode bor inti atau bor putar tanpa inti (ASTM D 2113 Practice for Diamond Core Drilling for Site Investigation) atas saran tenaga ahli geoteknik. Dalam hal tertentu, kriteria uji SPT dapat digunakan untuk menentukan permukaan batuan dasar dalam susunan geologi khusus termasuk bongkah. b) Uji Penetrasi Konus (CPT = Cone Penetration Test) Metode pelaksanaan pekerjaan CPT dapat mengacu pada SNI 03-2827-1992 Metode Pengujian Lapangan Dengan Alat Sondir dan PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji CPT ialah sebagai berikut. (1) Uji dapat dilakukan untuk alat dengan sistem mekanik konvensional (SNI 032827 Metode Pengujian Lapangan Dengan Alat Sondir, ASTM D-3441) atau alat dengan sistem elektronik (ASTM D 5778 Test Method for Electronic Cone Penetration Testing of Soils); (2) Uji dapat digunakan dalam tanah lempung sangat lunak sampai pasir padat, tetapi tidak untuk kerikil atau batuan. Uji tidak dapat digunakan untuk pengambilan contoh uji. Untuk itu, hasilnya untuk melengkapi hasil pengeboran dengan pengambilan contoh yang diuji di laboratorium dan uji SPT. (1) Uji Penetrasi Pisokonus (PCPT atau CPTu) Dalam uji penetrasi pisokonus perlu diperhatikan hal-hal berikut elemen porus dan celah-celah pada konus harus disiapkan dengan cermat hingga benar39 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

benar jenuh agar dapat diandalkan pada waktu pengukuran tekanan air pori berlebih Δu. Batu filter porus harus terbuat dari batu, keramik, baja tiruan (sintered steel), kuningan, tembaga atau plastik. Bila ada permasalahan penyumbatan atau pelumasan, sebaiknya bahan diganti dengan polypropylene. Walaupun air dapat digunakan untuk penjenuhan, namun gliserin atau silikon akan lebih baik digunakan pada zona tidak jenuh untuk menghindari hilangnya tingkat kejenuhan konus sebelum mencapai muka air tanah. (2) Pembacaan Nol (Baseline) Sebelum dan sesudah uji CPT elektrik dilakukan, perlu dicatat pembacaan nol pada saluran yang terpisah. Nilai signal elektrik dapat berubah sebelum atau selama pendugaan karena pengaruh panas (udara, air, kelembapan, tekanan barometrik, suhu tanah, atau friksi) maupun gangguan tenaga atau pengaruh elektromagnetik. Untuk itu operator harus melakukan pemantauan dan pencatatan pembacaan nol dengan teliti menggunakan penyeimbang nol dari saluran khusus. (3) Operasi Rutin CPTu Hasil pencatatan kalibrasi, pemeliharaan dan operasi rutin dari sistem penetrometer konus harus disimpan oleh tenaga ahli atau teknisi uji lapangan. Kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : (a) Satu hari sebelum pengujian, elemen filter harus bersih dan benar-benar jenuh (sebaiknya dengan gliserin). Bagian konus dan filter harus dipasang dengan hati-hati dan diisi dengan gliserin tepat sebelum pengujian; (b) Sebelum (dan sesudah) pengujian dilakukan, agar dicatat pembacaan nol yang stabil di buku lapangan. Pengujian baru dapat dilanjutkan bila semua saluran berada dalam keadaan stabil pada nilai bacaan nol (rentang nilai bacaan nol biasanya ditentukan oleh pabrik pembuat). Setelah pengujian dilakukan dan konus dikeluarkan dari tanah, bacaan nol/awal dan akhir harus dibandingkan untuk memverifikasi apakah nilainya hampir sama; jika tidak, maka diperlukan penyesuaian data yang tercatat; (c) Peralatan harus dikelola dengan baik untuk memperoleh data yang berkualitas dan handal. Sebelum penggunaan peralatan, sistem penetrometer harus diperiksa oleh tenaga ahli atau teknisi lapangan (ASTM D 5778 Test Method for Electronic Cone Penetration Testing of Soils dan Lunne dkk, 1997). (4) Profil CPT Hal-hal yang harus diperhatikan ialah contoh tanah tidak dapat diperoleh dengan uji CPT sehingga penilaian perilaku jenis tanah diduga secara tidak langsung dengan menggunakan hasil pembacaan. c) Uji Geser Baling (VST = Vane Shear Test) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji geser baling ialah sebagai berikut. (1) Pada tanah lempung sangat lunak, diperlukan kotak pelindung khusus yang melingkupi baling bila tidak ada lubang bor dan baling dapat dipasang dengan mendorong alat pelengkap sampai kedalaman uji yang diinginkan untuk menempatkan baling. (2) Untuk koreksi pengaruh friksi antara batang dengan tanah dapat dilakukan dengan mendorong dua pendugaan berdampingan (satu dengan baling, yang lain hanya dengan batang). Kemudian, hasil friksi batang berikutnya dikurangi dari pembacaan pertama untuk memperoleh pembacaan baling. Alternatif ini 40 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

harus diwaspadai karena pembacaan friksi batang yang berubah-ubah bergantung pada inklinasi dan keadaan posisi tegak batang, dan jumlah rotasi, sehingga menghasilkan data yang tidak dapat dipercaya (tidak handal) dan meragukan. Kuat geser dari hasil uji geser baling agar dikoreksi sebelum digunakan dalam analisis stabilitas bendungan (timbunan) di atas tanah lunak, daya dukung dan galian pada lempung lunak. d) e) f) g)

15)

Uji Dilatometer (DMT) Uji Pressuremeter (PMT) Uji Lapangan Khusus Metode Geofisik (1) Gelombang Mekanik (2) Uji Refraksi Seismik (SR) (3) Uji Crosshole (CHT) (4) Uji Downhole (DHT) (5) Gelombang Permukaan (6) Metode Gelombang Elektromagnetik (a) Penetrasi Tanah dengan Radar (GPR) (b) Pengukuran Resistivitas Elektrik (ER) atau Metode Resistivitas Permukaan (c) Teknik Elektromagnetik (d) Pengukuran Magnetik

Penyelidikan Air Tanah a) Pengukuran Tekanan dan Elevasi Muka Air Tanah Identifikasi kondisi elevasi muka air tanah harus sesuai dengan kondisi elevasi muka air tanah yang diperoleh dari deskripsi tanah dan contoh. Pengukuran aliran air yang masuk selama pengeboran dan pengukuran elevasi muka air tanah minimal dilakukan sekali setelah pengeboran. Informasi terperinci yang berkaitan dengan observasi elevasi muka air tanah dapat mengacu pada ASTM D 4750, “Standard Test Method for Determining Subsurface Liquid Levels in a Borehole or Monitoring Well” dan ASTM D 5092 “Design and Installation of Groundwater Wells in Aquifers”. Muka air tanah dalam sumur utama harus diukur pada setiap kali penghentian pekerjaan dan minimal 12 jam (dapat 24 jam) setelah pengeboran selesai. Pengukuran elevasi muka air tambahan harus dilakukan pada waktu penyelidikan lapangan selesai dan pada waktu yang ditentukan oleh tenaga ahli. Kemudian data dan waktu pengamatan harus dicatat. Jika lubang bor mengalami keruntuhan, maka kedalaman daerah runtuh harus dicatat dan dilaporkan sebagai data pengeboran akibat kondisi elevasi muka air tanah. b) Uji kelulusan Air di Lapangan Uji kelulusan air di laboratorium dilakukan pada benda uji tanah asli atau batuan yang tidak terganggu, atau pada benda uji tanah yang dicetak ulang (remolded), yang akan digunakan sebagai bahan urugan pada bendungan atau tanggul urugan tanah. Uji kelulusan air di lapangan dilakukan pada tanah asli (dan batuan) dengan beberapa metode, termasuk tinggi tekan turun sederhana, packer (uji bertekanan), pemompaan (kondisi surut), uji slug (impul dinamik) dan uji disipasi. (1) Uji Kelulusan Air

41 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji kelulusan air dalam lubang antara lain ialah sebagai berikut : (a) Metode tinggi tekan naik atau tinggi tekan turun digunakan pada tanah dengan kelulusan air cukup rendah untuk mendeteksi perubahan elevasi muka air secara akurat. Dalam uji tinggi tekan turun, rembesan air mengalir dari lubang bor ke tanah sekelilingnya dan membahayakan terjadinya penyumbatan pori tanah oleh sedimen. Bahaya ini tidak terjadi dalam uji tinggi tekan naik yang airnya mengalir dari tanah sekeliling masuk ke lubang bor. Pada metode tinggi tekan naik, kemungkinan ada bahaya tanah dasar di ujung lubang bor menjadi lepas jika gradien hidrauliknya terlalu tinggi; (b) Jika digunakan uji tinggi tekan naik, maka pengujian harus diikuti dengan pendugaan dasar lubang dengan batang-batang bor untuk menentukan kemungkinan terjadinya penyembulan dasar. Jika kelulusan air cukup tinggi dan tidak mungkin dilakukan pengukuran elevasi muka air naik atau turun dengan akurat, maka digunakan uji tinggi tekan tetap. (c) Lubang bor untuk uji kelulusan air harus dibor dengan menggunakan hanya air jernih sebagai pembilas. Hal ini dapat mengakibatkan formasi lumpur pada dinding lubang atau penyumbatan pori tanah oleh lumpur bor. Jika lubang bor mencapai tingkat uji yang diinginkan, maka lubang dibersihkan dengan pengurasan menggunakan air jernih yang dipompa melalui alat bor dengan pancaran yang terlindung atau yang dibelokkan ke atas. Pengurasan diteruskan sampai diperoleh permukaan material tidak terganggu yang bersih di dasar lubang. Kemudian diuji kelulusan airnya dengan salah satu prosedur di bawah ini. (d) Data yang dicatat dari setiap uji tanpa mempertimbangkan jenis uji yang dilakukan terdiri atas: i) kedalaman permukaan tanah sampai muka air tanah baik sebelum maupun sesudah pengujian, ii) diameter dalam pipa lindung, iii) tinggi pipa lindung di atas muka tanah, iv) panjang pipa lindung pada penampang uji, v) diameter lubang bor di bawah pipa lindung, vi) kedalaman sampai dasar pengeboran dari puncak pipa lindung, vii) kedalaman sampai muka air tanah konstan dari puncak pipa lindung, viii) deskripsi material uji. i)

Metode Uji Muka Air Turun Dalam uji ini, pipa lindung diisi dengan air yang dapat merembes ke dalam tanah. Kecepatan turunnya muka air dalam pipa lindung diamati dengan mengukur kedalaman muka air di bawah puncak pipa lindung pada interval waktu 1; 2 dan 5 menit setelah pengujian mulai dilakukan dan pada interval waktu 5 menit berikutnya. Pengamatan dilakukan sampai kecepatan turunnya muka air dapat diabaikan atau hasil pembacaan sudah cukup untuk menentukan kelulusan air tanah.

ii) Metode Uji Muka Air Naik Metode ini mengacu pada metode time-lag (US Army Corps of Engineers, 1951) yang terdiri atas menimba air keluar dari pipa lindung dan melakukan pengamatan secara kontinu terhadap kecepatan naiknya muka air dalam pipa lindung pada interval-interval waktu sampai kenaikan muka air dapat diabaikan. Kecepatan diamati dengan mengukur waktu yang terlewati dan kedalaman muka air di bawah 42 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

puncak pipa lindung. Interval-interval waktu yang diperlukan dalam pembacaan bervariasi sesuai dengan kelulusan air tanah. Pembacaan data agar sering dilakukan untuk menentukan diagram persamaan. Untuk semua keadaan dan pengujian dilakukan lebih dari 5 menit. Uji muka air naik agar diikuti dengan pendugaan dasar lubang bor untuk menentukan apakah uji ini menyebabkan terjadinya keruntuhan di ujung lubang bor. iii) Metode Uji Muka Air Tetap Dalam metode ini, air diisikan ke dalam pipa lindung hingga mencapai elevasi puncak atau dekat puncak. Dalam pengujian, elevasi air dijaga tetap konstan dengan kecepatan pengisian konstan dalam waktu pengujian minimal 10 menit. Pengisian air dapat dilakukan dengan menggunakan wadah yang dikalibrasi atau pemompaan melalui alat ukur air. Pencatatan harus dilakukan dengan mencatat jumlah air yang diisikan ke dalam pipa lindung pada interval waktu 5 menit setelah uji mulai dilakukan dan interval waktu 5 menit berikutnya sampai jumlah air yang diisikan menjadi tetap. (2) Uji Kelulusan Air Bertekanan (Packer Test) Pengujian dilakukan dengan menyuntikkan air bertekanan ke dalam batuan melalui dinding lubang bor dengan menggunakan alat packer. Hasil pengujian berupa koefisien kelulusan air batuan yang digunakan sebagai parameter untuk analisis rembesan air dan perkiraan pemilihan tipe injeksi untuk menurunkan koefisien kelulusan air batuan atau untuk meningkatkan kuat geser batuan. Panjang packer minimal harus lima kali diameter lubang dan berupa jenis alat yang berkembang secara pneumatik, hidraulik atau mekanik. Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah seperti berikut : (a) Jika digunakan packer pneumatik atau hidraulik, maka peralatan harus dilengkapi dengan sumber tekanan udara atau air yang dihubungkan melalui alat ukur tekanan ke packer melalui pompa bertekanan tinggi; (b) Sistem pipa pada packer dirancang agar pengujian dapat dilakukan baik di ruang antara dua packer (atas dan bawah) maupun ruang di bawah packer bagian bawah; (c) Packer agar dipasang secara terpisah antara 0,6;1,5 atau 3 m untuk memberikan fleksibilitas uji dan mempunyai rangkaian dengan adanya perbedaan jarak packer, sehingga berlaku uji dengan perbedaan panjang lubang. Jarak yang lebih besar digunakan untuk batuan yang lebih homogen, dan jarak yang lebih pendek digunakan untuk uji masing-masing patahan yang dapat menyebabkan kehilangan air yang tinggi kecuali pada lapisan yang rapat; (d) Metode berikut ini agar dilakukan pada batuan yang tidak berpotensi mengalami pelekukan (cave-in). Setelah lubang bor selesai dibuat, lalu dibilas dan dicuci dengan air jernih. Kemudian, alat uji dimasukkan ke dalam lubang sampai puncak packer berada pada puncak batuan yang akan diuji. Lalu kedua packer dikembangkan dan air bertekanan disuntikkan ke dinding batuan antara packer dan di bawah packer bagian bawah; (e) Pengamatan terhadap hubungan antara waktu dengan volume air pompa pada tekanan yang berbeda harus dicatat. Untuk penyelesaian uji, alat diturunkan pada jarak sama dengan jarak antara packer dan uji yang diulangi. Prosedur ini dilanjutkan sampai seluruh panjang lubang telah diuji 43 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

atau sampai tidak terjadi kehilangan air dalam lubang di bawah packer bawah; (f) Pada batuan yang berpotensi mengalami pelekukan (cave-in), uji tekanan dilakukan setelah setiap pemasukan lubang mencapai panjang yang sama dengan panjang batuan maksimum tidak terlindung (unsupported) yang diijinkan atau jarak antara packer dan dipilih yang lebih kecil. Dalam hal ini, pengujian hanya berlaku pada zona antara packer; (g) Dalam pengujian tekanan berlebih di atas muka air pisometer alami agar dijaga tidak melebihi 23 kPa per meter tanah atau batuan di atas tekanan overburden pada packer bagian atas. Batasan ini untuk menjaga kemungkinan penyembulan dan kerusakan pada fondasi. Setiap tekanan harus diatur setelah mencapai 10 menit atau sampai kecepatan aliran seragam (diambil yang lebih lama); (h) Jika kecepatan aliran seragam tidak tercapai dalam waktu yang ditentukan, maka batasan pengujian harus diupayakan oleh tenaga ahli teknik. Kuantitas aliran untuk setiap tekanan harus dicatat pada interval waktu 1; 2 dan 5 menit dan untuk setiap interval waktu 5 menit berikutnya. Untuk penyelesaian uji tekanan pada 100; 200 dan 300 kPa harus dikurangi pada 200 dan 100 kPa masing-masing dan kecepatan aliran dan waktu kejadian harus dicatat sekali lagi dengan cara yang sama; (i) Jika kurva aliran versus tekanan berbentuk cekung (konkav) ke atas, maka hal ini menunjukkan adanya bukaan membesar dan jika cembung (konvex) menunjukkan adanya bukaan tersumbat; (j) Data tambahan yang diperlukan untuk setiap uji adalah sebagai berikut : i) kedalaman lubang pada waktu uji masing-masing, ii) kedalaman sampai dasar packer atas, iii) kedalaman sampai puncak packer bawah, iv) kedalaman sampai muka air dalam lubang pada interval yang berurutan (hal ini penting karena kenaikan muka air dalam lubang bor dapat menunjukkan bocoran sekeliling packer atas, serta bocoran sekeliling packer bawah akan diperlihatkan oleh air yang naik dalam pipa dalam), v) elevasi muka air pisometer, vi) panjang bagian uji, vii) jari-jari packer; viii) panjang packer, ix) tinggi alat ukur tekanan di atas permukaan tanah, x) tinggi swivel air di atas permukaan tanah, xi) deskripsi material uji. (3) Uji Pemompaan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam uji pemompaan ialah sebagai berikut : (a) Sepanjang masing-masing garis sumur, yang paling dalam harus observasi yang terluar harus terpengaruh kondisi surut, dan ditempatkan agar kurva kondisi sesuai dengan perkiraan;

radial minimum harus ada empat buah berjarak 7,5 m dari sumuran uji. Sumur ditempatkan pada batas yang masih sumur observasi bagian tengah harus surut dapat digambarkan dengan baik

(b) Pompa uji ini harus mempunyai kapasitas 1,5 - 2 kali aliran maksimum yang mungkin terjadi dan harus dapat menghasilkan garis aliran yang cukup panjang untuk mencegah kemungkinan aliran air kembali ke lapisan yang 44 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

sedang diuji. Garis udara, lengkap dengan alat uji pressuremeter, pompa tangan dan katup pemeriksa harus dikencangkan sekali pada waktu pemompaan air, jika tidak, maka harus kurang dari 0,6 m di luar ujung garis hisapan. Alat ukur aliran harus berupa jenis visual seperti sebuah lengkung (orifice); (c) Data dasar sumuran uji yang harus dicatat ialah sebagai berikut : i) lokasi, elevasi puncak dan kedalaman sumur; ii) ukuran dan panjang semua pipa lindung kosong dalam sumur; iii) diameter, panjang, dan lokasi semua saringan pipa lindung yang digunakan, serta jenis dan ukuran lubang saringan dan material/bahan saringan; iv) jenis filter yang digunakan, jika ada; v) elevasi air dalam sumur sebelum pengujian; vi) lokasi dasar garis udara. (d) Informasi yang diperlukan untuk setiap sumur observasi adalah i) ii) iii) iv) v) vi)

lokasi, elevasi puncak, dan kedalaman sumur; ukuran dan elevasi dasar pipa lindung (setelah pemasangan sumur); lokasi semua bagian pipa lindung kosong; pabrik pembuat, tipe, ukuran pipa, dan lain-lain; kedalaman dan elevasi sumur; muka air dalam sumur sebelum pengujian.

(e) Data uji kondisi surut yang dicatat untuk setiap kecepatan aliran terdiri atas debit aliran dan kondisi surut dari sumur uji dan masing-masing sumur observasi pada interval waktu. (f) Pembacaan dilanjutkan sampai muka air kembali ke muka air pemompaan awal atau sampai diperoleh data yang cocok. Kurva hubungan antara kondisi surut dan waktu menggambarkan garis lurus setelah beberapa menit pemompaan pertama. Jika kondisi keseimbangan sebenarnya dapat ditentukan, kurva hubungan antara kondisi surut dan waktu akan menjadi horisontal. 16)

Uji Laboratorium Tanah dan Jaminan Mutu a) Uji Laboratorium Tenaga ahli geoteknik harus mengenal dan memahami permasalahan yang ada di proyek sehingga dapat mengoptimasi program pengujian terutama uji tegangan dan konsolidasi. (1) Pemilihan dan Penentuan Uji Pertimbangan uji laboratorium seperti bilamana, jumlah, dan jenis uji hanya dapat ditentukan oleh tenaga ahli geoteknik yang berpengalaman. Kriteria minimal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lingkup program uji laboratorium adalah sebagai berikut : (a) jenis proyek (bangunan air, bendungan, rehabilitasi, gedung, dan lain-lain); (b) ukuran proyek; (c) beban yang bekerja pada tanah fondasi; (d) jenis beban (misal statik, dinamik, dan lain-lain); (e) toleransi kritis untuk proyek (misal batasan penurunan);

45 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

(f) perubahan horisontal dan vertikal dalam profil tanah, seperti ditentukan dari pencatatan pengeboran dan identifikasi visual jenis tanah dalam laboratorium; (g) ditemukan tanah bersifat khusus atau dicurigai pada lokasi proyek (misal tanah mengembang, tanah kolapsibel, organik dan lain-lain); (h) adanya pengamatan intrusi, cermin sesar, rekahan dan lain-lain secara visual. (2) Identifikasi Visual Tanah Prosedur uji adalah sebagai berikut: (a) Prosedur uji dilakukan dengan cara pengujian visual secara manual yang harus dilakukan dengan tepat untuk mengetahui baik persentase bahan halus, persentase relatif kerikil, pasir, lanau dan lempung maupun unsur pokok dan komposisinya; (b) Penjelasan uji i)

Sebelum menentukan uji laboratorium, semua contoh tanah yang diserahkan ke laboratorium harus dilakukan uji visual dan identifikasi. Tenaga ahli geoteknik hadir dan memahami selama pembukaan contoh untuk keperluan inspeksi visual. Selain itu, tenaga ahli geoteknik harus tetap berhubungan dengan laboratorium, agar dapat memberikan bantuan yang bermanfaat dalam memperkirakan hasil uji tanah. ii) Contoh terganggu Uji visual contoh terganggu terbatas pada warna, kadar (misalnya kerikil, pasir dan lain-lain) dan konsistensi, contoh harus disimpan dalam kaleng tertutup atau plastik sehingga kadar air dapat dijaga mendekati atau sama dengan kondisi di lapangan. Jika diperoleh lebih dari satu contoh dari deposit yang sama, maka keseragaman atau kekurangan contoh harus ditentukan pada tahap ini. iii) Contoh tidak terganggu 9Contoh tidak terganggu harus dibuka pada waktu uji satu contoh pada suatu waktu. Sebelum pembukaan, nomor contoh, kedalaman dan tanda identifikasi lain yang ditempatkan pada tabung contoh atau pembungkus harus diperiksa terhadap catatan pengeboran lapangan. Contoh harus diletakkan dengan sisi-sisinya pada permukaan meja yang bersih. Untuk contoh lunak, harus didukung oleh tempat contoh yang ukurannya cocok dan tidak boleh diuji pada permukaan meja datar. 9Contoh harus diperiksa dalam ruang lembab, jika memungkinkan atau dalam ruang dengan temperatur tidak terlalu panas atau dingin. Jika contoh tidak dibungkus, maka teknisi, tenaga ahli geoteknik atau geologi dapat menguji identitas contoh dari warna, jenis tanah, perubahan dan diskontinuitas yang tampak dari bentuk permukaan, seperti lapisan lanau dan pasir, jejak/bekas organik, celah, serpih, mika, mineral lain, dan ciri-ciri penting lainnya. 9Kuat geser relatif yang dapat ditentukan dengan penetrometer manual, agar dicatat selama proses berlangsung. Contoh harus ditangani dengan sangat hati-hati untuk menghindari gangguan pada material. Pengujian harus dilakukan dengan cepat sebelum terjadi perubahan kadar air alami. (3) Sifat Fisik Tanah (a) Kadar Air 46 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

Uji kadar air bertujuan untuk mengukur jumlah air yang ada dalam tanah sesuai dengan berat keringnya, untuk memperoleh karakteristik kuat geser, penurunan dan parameter lainnya secara korelasi empirik. Uji dapat dilakukan dengan standar uji SNI 03-1976, SNI 03-1965-1990 Metode Pengujian Kadar Air Tanah atau ASTM D 4959 Test Method for Determination of Water (Moisture) Content of Soil by Direct Heating Method. Prosedur uji dilakukan dengan cara mengeringkan tanah dalam oven pada temperatur 110 ± 50 C dengan berat tetap (penguapan air bebas) yang dilakukan selama 12 jam sampai dengan 18 jam. (b) Berat Jenis Tujuan uji berat jenis adalah untuk mengukur berat jenis butiran tanah. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 03-1964-1990 Metode Pengujian Berat Jenis Tanah / ASTM D 854 Test Method for Specific Gravity of Soils, PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. Prosedur uji dilakukan dengan cara mengukur berat jenis sebagai rasio berat dengan volume tertentu bahan padat tanah pada temperatur tertentu terhadap berat air suling dengan volume yang sama pada temperatur tersebut, yang diambil dalam temperatur udara. (c) Berat Volume Pengukuran berat volume contoh tanah tidak terganggu di laboratorium, dilakukan secara sederhana dengan menimbang bagian contoh tanah dan membaginya dengan volume (SNI-03-3637-1994 Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus Dengan Cetakan Benda Uji). Kadar air harus dihasilkan pada waktu yang sama untuk memberikan konversi yang diperlukan dari berat volume total hingga berat volume kering. Jika contoh tidak terganggu tidak tersedia, maka berat volume dievaluasi dari hubungan berat volume antara kadar air dan atau angka pori maupun derajat kejenuhan yang diasumsi atau yang teruji. (d) Analisis Saringan Uji analisis saringan dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 03-1975-1990 Metode Mempersiapkan Contoh Tanah dan Tanah Mengandung Agregat, SNI 03-3423-1994 Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer, ASTM D 422 Test Method for Particle Size Analysis of Soils atau ASTM D 1140 Test Method for Amount of Material in Soils Finer than the No. 200 (75μm). Tujuan uji analisis saringan adalah untuk mengukur persentase berbagai ukuran butir. Distribusi ukuran butir digunakan untuk menentukan klasifikasi tekstur tanah (misal kerikil, pasir, lempung lanauan dan lain-lain) yang akan digunakan dalam evaluasi karakteristik teknik seperti kelulusan air, kekuatan dan potensi swelling. Prosedur uji dilakukan dengan cara mencuci contoh yang representatif dan disiapkan melalui serangkaian saringan. Jumlah material yang tertahan pada masing-masing saringan dikumpulkan dalam keadaan kering dan ditimbang untuk mengukur persentase material yang melewati ukuran saringan itu. (e) Analisis Hidrometer Uji analisis hidrometer dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 03-3422-1994 Metode Pengujian Batas Susut Tanah atau ASTM D

47 dari 75

RPT0-Pd T-xx-xxxx

1140 Test Method for Amount of Material in Soils Finer than the No. 200 (75μm). Tujuan uji ini adalah untuk mengukur distribusi (persentase) ukuran butiran yang lebih kecil dari saringan No.200 (
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF