Skripsi Nilam Full
July 13, 2019 | Author: Rahmadhan R | Category: N/A
Short Description
nilam...
Description
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN MINYAK NILAM (Patc Patchouli houli Oil ) PT PERKASA PRIMATAMA MANDIRI KABUPATEN MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA
SKRIPSI
LYSTI FATIMAH SIREGAR H34050230
RINGKASAN
LYSTI FATIMAH SIREGAR . Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil ) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA). Indonesia merupakan negara penghasil minyak atsiri terbesar kedua di Asia dan terbesar ke tujuh di dunia. Salah satu minyak atsiri yang cukup terkenal dan memiliki pangsa pasar besar di pasar internasional adalah minyak nilam. Melihat potensi yang ada dalam minyak nilam, maka PT. Perkasa Primatama Mandiri membuka usaha yang bergerak di bidang perkebunan dan penyulingan minyak nilam. PT. Perkasa Primatama Mandiri merupakan perusahaan baru dan satu-satunya yang melakukan penyulingan minyak nilam dengan menggunakan teknologi modern (heater ) di Sumatera Utara. Mengingat dalam membuka usaha penyulingan minyak nilam yang menggunakan teknologi modern membutuhkan investasi yang besar, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan perusahaan memberikan keuntungan atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi
menggunakan teknologi modern (heater ). ). Minyak nilam yang dihasilkan oleh perusahaan akan dipasarkan ke beberapa kota dalam negeri seperti Medan dan Jakarta. Selain itu perusahaan juga berencana akan melakukan ekspor ke Singapura, Cina, Jepang, dan Korea. Perusahaan sudah memiliki struktur organisasi formal dimana dalam pelaksanaannya sudah terdapat pembagian tugas yang jelas antara pengelola dan karyawan. Dalam pendirian usahanya perusahaan telah memperoleh ijin usaha berupa ijin perkebunan dari Dinas Perkebunan. Usaha yang dijalankan perusahaan sangat didukung oleh masyarakat karena tidak memberikan dampak buruk baik terhadap masyarakat maupun lingkungan sekitar. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri layak untuk dijalankan pada tingkat diskonto 33,3 persen, yang diambil berdasarkan tingkat dividen yang diterima oleh masing-masing investor dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil NPV sebesar Rp 563.632.417 menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan selama umur proyek adalah sebesar Rp 563.632.417. Net B/C sebesar 2,93 menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,93 dan IRR sebesar 119,64 persen menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan akan bernilai nol pada tingkat suku bunga atau diskonto 119,64 persen. Periode pengembalian investasi akan diperoleh setelah 1 tahun 11 bulan 26 hari. Karena periode pengembalian investasi yang diperoleh kurang dari umur proyek yang ditentukan di tentukan yaitu 10 tahun, maka investasi pada usaha penyulingan minyak nilam ini layak untuk dijalankan.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN MINYAK NILAM (Patchouli Oil ) PT PERKASA PRIMATAMA MANDIRI KABUPATEN MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA
LYSTI FATIMAH SIREGAR H34050230
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam ( Patchouli Oil ) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara
Nama
: Lysti Fatimah Siregar
NRP
: H34050230
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 19550713 198703 2 001
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam ( Patchouli Oil ) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara” adalah karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Lysti Fatimah Siregar H34050230
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padangsidempuan pada tanggal 26 Maret 1987. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Fahdriansyah Siregar dan Ibunda Besti Hutagalung. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Padangsidempuan pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama pada tahun 2002 di SLTPN 1 Padangsidempuan.
Pendidikan
lanjutan
menengah
atas
di
SMUN
2
Padangsidempuan diselesaikan pada tahun 2005. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota pada divisi usaha mandiri dalam Syariah Economic Student Club (SES-C) dan Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam ( Patchouli Oil ) PT
Perkasa Primatama Mandiri Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal”.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial lingkungan, menganalisis kelayakan finansial usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila usaha ini dilakukan dalam dua skenario, dan menganalisis sensitivitas usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Etriya, SP, MM selaku dosen penguji utama dan Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji departemen pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Amzul Rifin, SP, MA dan Tintin Sarianti, SP yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.
4.
Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik.
5.
Bapak Samsi Lubis, SH selaku komisaris utama perusahaan dan Jhon S Daeli
13. Teman-teman Galdikarya, Nti, Anis, Cicin, dan Mada atas kebersamaan selama Gladikarya. 14. Teman-teman Agribisnis 42 atas kebersamaan yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaannya selama empat tahun. 15. Teman-teman “Pondok Putri Rahmah”, Nina, Mara, Mba Otis, Mba Diah, Mba Tyas, Mba Acid, Ina, Dewi, Dina, Vitria, Ika, Yoan, Tika atas masukan, semangat, serta kebersamaannya selama ini. 16. Teman-teman SES-C khususnya divisi usaha mandiri, kak Anas, Gusri, Rina, Tedi, Buja dan Uti. 17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Agustus 2009
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................
xvi
I
PENDAHULUAN ............................................................... 1.1. Latar Belakang .............................................................. 1.2. Perumusan Masalah ....................................................... 1.3. Tujuan ............................................................................ 1.4. Manfaat ..........................................................................
1 1 5 8 9
II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 2.1. Tinjauan Teoritis ........................................................... 2.1.1. Deskripsi dan Pemanfaatan Minyak Nilam .................................................... 2.1.2. Kriteria Kandungan Minyak Nilam .................... 2.1.3. Proses Penyulingan Minyak Nilam .................... 2.2. Penelitian Terdahulu .....................................................
10 10
KERANGKA PEMIKIRAN ..............................................
20
III
10 11 12 14
7.1. Analisis Inflow .............................................................. 7.2. Analisis Outflow ........................................................... 7.3. Analisis Kelayakan Finansial ........................................ 7.4. Analisis Switching Value ............................................... 7.5. Perbandingan Hasil Analisi Kelayakan Finansial Skenario I dan II ............................................................ 7.6. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value Skenario I dan II ............................................................
65 71 80 81
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 8.1. Kesimpulan .................................................................... 8.2. Saran ..............................................................................
85 85 85
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
87
LAMPIRAN ....................................................................................
89
VIII
83 83
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008 .......
3
2. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 2003-2006 ......................................................
3
3. Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006 ............
4
4. Kriteria Kandungan Minyak Nilam Menurut ISO 3757 (2002) ...................................................................................
12
5. Proyeksi Penjualan Minyak Nilam Skenario I .....................
66
6. Proyeksi Penjualan Daun Kering Skenario I ........................
67
7. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Skenario I .......................
68
8. Proyeksi Penjualan Minyak Nilam Skenario II ....................
69
9. Proyeksi Penjualan Daun Kering Skenario II ......................
70
10. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Skenario II .....................
71
11. Biaya Investasi Skenario I ....................................................
73
12. Biaya Reinvestasi Skenario I
74
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Nilam .................
12
2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ...............................
29
3. Bibit Setek Batang .................................................................
51
4. Pembibitan .............................................................................
51
5. Tanaman Nilam Madina dengan Jarak Tanam 50 cm x100 cm .......................................................................
52
6. Penjemuran di Luar Ruangan .................................................
56
7. Penjemuran di Dalam Ruangan ..............................................
56
8. Proses Penyulingan ................................................................
59
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jenis Minyak Atsiri yang Disuplai dari Indonesia ...............
90
2. Daftar Tanaman Atsiri Penghasil Minyak Atsiri yang Berkembang di Indonesia .....................................................
91
3. Ekspor Minyak Nilam Indonesia ke Negara Tujuan ............
93
4. Grafik Tren Pertumbuhan Produksi Nilam Indonesia ..........
94
5. Grafik Tren Pertumbuhan Ekspor Minyak Nilam Indonesia ..............................................................................
95
6. Kuisioner Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam ...
96
7. Struktur Organisasi PT. Perkasa Primatama Mandiri ..........
103
8. Jadwal Tanam dan Panen .....................................................
104
9. Laporan Rugi Laba Usaha Penyulingan Minyak Nilam Skenario I ..............................................................................
106
10. Cashflow Skenario I, Tanpa Penambahan Jumlah Ketel .....
108
11. Laporan Rugi Laba Usaha Penyulingan Minyak Nilam
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Ketua Dewan Atsiri Indonesia Wien P Gunawan, Indonesia adalah penghasil minyak atsiri terbesar kedua di Asia. Data UN Comtrade tahun 2006 bahkan menunjukkan, Indonesia merupakan produsen minyak atsiri terbesar ketujuh di Dunia.1 Dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasaran internasional, sekitar 9-12 jenis minyak atsiri diekspor dari Indonesia (Lampiran 1). Pangsa pasar ekspor Indonesia dari pasar dunia untuk beberapa minyak atsiri antara lain minyak nilam 85 persen, minyak pala 70 persen, minyak cengkeh 63 persen, dan minyak sereh 15 persen.2 Minyak atsiri yang disebut essential oil , ethereal oils, atau volatile oils adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di Indonesia. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, akar, batang, ranting, bunga atau buah yang diperoleh melalui proses penyulingan
minyak atsiri, namun yang telah dikembangkan sekitar 37 jenis.4 Dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri tersebut, yang cukup terkenal di pasar dunia adalah nilam. Nilam ( Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun sebagai sumber pendapatan petani. Mangun (2005), di Indonesia hingga kini terdapat tiga jenis nilam yaitu Pogostemon cablin Benth (nilam aceh), Pogostemon heyneanus Benth (nilam jawa), dan Pogostemon hortensis Benth
(nilam sabun). Diantara ketiga jenis nilam tersebut, nilam aceh memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi yaitu 2,5 persen sampai 5 persen. Sedangkan nilam jawa dan nilam sabun memiliki kandungan minyak yang sama yaitu sekitar 0,5 persen sampai 1,5 persen. Nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama Indonesia dan Philipina,
India,
Amerika
selatan
dan
China
(Grieve
dalam
www.balittro.litbang.deptan.go.id, 2003). Sentra produksi nilam di Indonesia adalah Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Daerah lain
Tabel 1. Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008 Produksi (ton) / Tahun Lokasi
NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau
2003
2004
2005
2006
2007
2008*)
239.00 383.00 613.00 362.00
121 233 404 22
87 178 396 23
88 118 152 20
110 98 300 19
130 116 318 33
42 286 15 180 330 1 1.537
29 108 297 19 223 424 51 967 2.496
23 19 25 155 292 110 1.152
48 79 33 181 388 164 1.490
Jambi Sumatera Selatan 438 42 Bengkulu 146 584 Lampung 45 15 Jawa Barat 25 55 Jawa Tengah 129 234 D.I.Yogyakarta Jawa Timur 2 2 Indonesia 2.382 1.712 Sumber : Departemen Pertanian, 2003-2008 Keterangan : *) = angka sementara
Rata-rata Pertumbuan Produksi 2003-2006 (%) -33 -95 6
-34 300 24 357 153 96.510 -0,5
Tabel 2. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 20032006 Tahun
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Kg/Ha)
patchauoli alkohol yang berkisar antara 30 – 50 persen. Aromanya segar dan khas
dan mempunyai daya fiksasi yang kuat, sulit digantikan oleh bahan sintetis (Feri dalam www.balittro.litbang.deptan.go.id, 1991). Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan menggunakan daun nilam basah maupun kering. Namun penyulingan yang menggunakan daun nilam kering akan menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibanding dengan yang menggunakan daun nilam basah. Rendemen dari basah ke kering adalah sebesar 25 persen. Berdasarkan data BPS tahun 2003-2006, ekspor minyak nilam mengalami peningkatan dari 1.127 ton dengan nilai sebesar US$ 19.165.000 hingga 2.832 ton dengan nilai sebesar US$ 43.984.000. Peningkatan ekspor minyak nilam dapat disebabkan karena adanya peningkatan permintaan minyak nilam oleh industriindustri parfum, kosmetika, dan farmasi, peningkatan tren mode, serta belum berkembangnya materi subsitusi minyak nilam di dalam industri parfum maupun kosmetik. Seiring dengan peningkatan tersebut, maka prospek agribisnis dan agroindustri nilam di Indonesia sangat terbuka lebar. Beberapa negara tujuan
satu faktor penting yang harus diperhatikan. Kualitas minyak nilam dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan aromanya. Ordinary dan medium merupakan minyak nilam hasil sulingan dari Indonesia dan Singapura. Special dan extra special merupakan minyak nilam hasil sulingan Prancis dan Inggris yang
dilakukan secara tidak langsung. Maksudnya, sebelum penyulingan, diadakan pemilihan daun terlebih dulu.8 Terkait dengan kualitas minyak nilam, Dewan Standardisasi Nasional telah menetapkan standar produk dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI) 062385-1991, meliputi syarat mutu, pengujian mutu dan pengemasan, definisi, jenis mutu, pengambilan contoh, serta rekomendasi. Dalam SNI tersebut, minyak nilam didefinisikan sebagai minyak yang dihasilkan dengan cara penyulingan dari tanaman pogostemon cablin Benth. Minyak nilam digolongkan hanya dalam satu jenis mutu, yaitu patchouli oil. Minyak nilam yang hendak diekspor harus memenuhi sejumlah persyaratan, antara lain (1) minyak dikemas dalam drum aluminium atau drum dari pelat timah putih atau drum besi galvanis atau drum
industri parfum, kosmetik, dan farmasi. Seiring dengan peningkatan tersebut, maka prospek agribisnis dan agroindustri nilam di Indonesia sangat terbuka lebar. Pasar dunia membutuhkan 1.200-1.400 ton minyak nilam setiap tahun dan volume tersebut cenderung terus meningkat, sedangkan produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun.10 Pada tahun 2003-2008 produksi nilam di Indonesia mengalami penurunan dari 2.382 ton menjadi 1.490 ton. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata pertumbuhannya, produksi nilam mengalami penurunan sebesar 0,5 persen per tahun. Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi petani dan produsen minyak nilam Indonesia, mengingat Indonesia merupakan salah satu eksportir minyak nilam terbanyak dengan pangsa pasar 85 persen dari pasar dunia. Adanya peningkatan produksi nilam dengan luas areal yang tetap maka akan meningkatkan produktivitas nilam. Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah luas areal nilam mengalami peningkatan sedangkan produksi nilam menurun sehingga produktivitas dari nilam menurun. Produksi nilam yang mengalami penurunan menyebabkan bahan baku
bertambah sementara teknologi pengolahan yang digunakan masih sederhana maka akan terjadi kelebihan bahan baku sehingga harga minyak nilam menjadi rendah. Produksi dan mutu minyak nilam yang tidak stabil karena teknologi pengolahan yang digunakan masih belum berkembang dengan baik (masih sederhana) juga merupakan salah satu faktor harga minyak nilam berfluktuatif. Menurut Ketua The Indonesian Essential Oil Trade Association (Indessota) T.R. Manurung, harga normal minyak nilam adalah sebesar Rp 250.000 per kg. Selama tahun 2008 harga minyak nilam terus berfluktuasi hingga mencapai level tertinggi sebesar Rp1,2 juta per kg dan level terendah sebesar Rp250.000 per kg. Selain ketersediaan bahan baku serta mutu dan minyak nilam yang tidak stabil, harga minyak nilam yang berfluktuatif juga dapat disebabkan oleh pengaruh kurs rupiah terhadap dollar karena pasar minyak nilam terbesar adalah untuk ekspor. Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu sentra produksi nilam yang terdapat di Sumatera Utara. Keadaan iklim dan tanahnya sangat mendukung untuk ditanami nilam. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menanami
aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan. Sedangkan dalam menganalisis aspek finansial dilakukan dua skenario. Pemilihan skenario ditentukan berdasarkan kapsitas produksi (kapasitas mesin). Skenario pertama merupakan usaha yang dijalankan perusahaan saat ini, dimana kapasitas mesin yang digunakan adalah 30 kg. Sedangkan skenario kedua merupakan rencana perusahaan ke depan, dimana perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah ketel suling 100 kg untuk memaksimalkan kapasitas mesin dan penggunaan nilam kering (bahan baku) yang dihasilkan dari budidaya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1)
Bagaimana kelayakan usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan?
2)
Bagaimana kelayakan finansial usaha penyulingan nilam PT. Perkasa
3)
Menganalisis sensitivitas usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1)
Bagi perusahaan, penelitian ini diharapakan dapat memberikan tambahan informasi dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam keputusan investasi pada usaha penyulingan minyak nilam.
2)
Bagi
kalangan
akademis
lainnya,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan informasi serta dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya. 3)
Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis kelayakan usaha berdasarkan konsep studi kelayakan usaha.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Deskripsi dan Pemanfaatan Minyak Nilam
Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dari daun, batang dan cabang nilam dengan cara penyulingan. Minyak yang dihasilkan terdiri dari komponen bertitik didih tinggi seperti patchouli alcohol, patchoulen, kariofilen dan non patchoulenol yang berfungsi sebagai zat pengikat.12 Menurut Romansyah (2002), minyak nilam yang terdapat pada daun adalah yang terbaik, oleh karena itu daun nilam merupakan bagian terpenting dan berharga dari tanaman nilam. Bila daunnya diremas/dihaluskan, maka akan keluar bau harum dan khas. Ini yang menyebabkan banyak masyarakat desa secara tradisonal memanfaatkannya sebagai bahan pewangi ketika mandi atau mencuci pakaian sebagai pengganti sabun. Minyak nilam dapat digunakan secara langsung sebagai parfum, pada
kering yang dihasilkan mesin penghasil uap (boiler) yang diteruskan ke dalam tangki reaksi (autoklaf) selanjutnya uap akan menembus bahan baku nilam kering dan uap yang ditimbulkan diteruskan ke bagian pemisahan untuk dilakukan pemisahan uap air dengan uap minyak nilam dengan sistem penyulingan. Minyak nilam yang baik dihasilkan dari tabung reaksi dan peralatan penyulingan yang terbuat dari baja tahan karat ( stainless steel ) dan peralatan tersebut hanya digunakan untuk menyuling nilam.14 Produksi minyak nilam banyak terdapat di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Daerah lain yang sedang mengembangkan komoditi ini di antaranya adalah Bengkulu, Lampung dan beberapa daerah di Jawa seperti Purwokerto, Madiun, Malang, Garut, Ciamis, Tasikmalaya. Lebih dari 80 persen minyak nilam Indonesia dihasilkan dari Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, yang sebagian besar produksinya di ekspor ke negara-negara industri.15 2.1.2. Kriteria Kandungan Minyak Nilam
Sementara kriteria kandungan minyak nilam menurut ISO 3757 (2002), dan yang selama ini dapat diterima oleh eksportir dan pihak pabrikan di luar negeri (pihak importir) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Kandungan Minyak Nilam Menurut ISO 3757 (2002) Parameter Mutu Persyaratan
Warna
Kuning – coklat kemerahan
Bobot Jenis 25oC/25oC
0,9485 – 0,9715
Indeks Bias 25oC
1,5030 – 1,5130
Putaran Optik
(-40o) – (-60o)
Kelarutan dalam etanol 90persen
Larutan jernih perbandingan 1:10
Bilangan Asam
Maksimum 5,0
Bilangan Ester
Maksimum 10,0
Analisis kromatografi gas
27 persen – 35 persen
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, 2007
2.1.3. Proses Penyulingan Minyak Nilam
Menurut Mangun (2005), mutu minyak nilam serta rendemen yang sesuai kriteria sangat dipengaruhi oleh jenis mesin dan sistem penyulingan yang digunakan. Selain itu, sanitasi lingkungan tempat penyulingan, gudang tempat penyimpanan daun, dan kedekatan lokasi penyulingan dengan lahan perkebunan juga berpengaruh. Oleh sebab itu, peralatan mesin yang digunakan harus memiliki kelebihan secara teknis agar diperoleh rendemen minyak yang tinggi. Adapun tata cara penyulingan berdasarkan jenis mesin penyuling yang sering digunakan adalah sebagai berikut. 1)
Penyulingan Dengan air Penyulingan
dengan
air
termasuk
cara
yang
paling
sederhana
dibandingkan dengan cara penyulingan lain. Bahkan, bahan ketel yang digunakan oleh penyuling berasal dari bekas drum aspal atau oli. Pengolahan dilakukan dengan memasak daun kering dalam air hingga menidih dalam satu tangki atau ketel penyuling. Komposisi air dan daun nilam dibuat hampir berimbang, tergantung kapasitas muat ketel tersebut. Uap perebusan mengalami proses
kandungan minyak dalam daun akan terbawa bersama uap air melalui pipa dan selanjutnya masuk ke ketel pendingin. Penggunaan cara penyulingan dengan sistem ini mempunyai kelebihan tersendiri yaitu uap air yang dihasilkan selalu dalam kondisi jernih. Selain itu, suhu yang dihasilkan tidak terlalu panas sehingga tingkat kegosongan minyak lebih terkendali. Namun, dibalik kelebihannya terdapat suatu kelemahan, yaitu tekanan uap yang dihasilkan relatif rendah sehingga belum bisa menghasilkan minyak dengan waktu yang cepat. Untuk menghasilkan rendemen minyak yang banyak serta tingkat persentase patchouli alkohol tinggi diperlukan waktu cukup panjang, yaitu lebih dari 8 jam dalam setiap sekali suling. 3)
Penyulingan Dengan Uap Tidak Langsung Prinsip dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah
penggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari tabung penyulingan. Artinya, tabung air tersendiri dan tabung tempat bahan yang disuling juga tersendiri. Jumlah tabung bahan dapat ditempatkan beberapa buah secara
Proses pengembangan agroindustri skala kecil di Kabupaten Asahan harus diikuti dengan perubahan teknik dari teknologi suling uap langsung (uap dan air) menjadi teknologi suling uap tidak langsung . Pengembangan agroindustri skala kecil tersebut layak untuk dilakukan. Sedangkan dari analisis finansialnya diperoleh besaran-besaran yang sesuai untuk kriteria usaha yang layak antara lain: IRR sebesar 64,97 persen, NPV sebesar Rp 189.146.239,39, PBP selama 2,91 tahun, dan Net B/C sebesar 1,342. Modal keseluruhan yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha tersebut sebesar Rp 21.154.520 dan biaya variabel sebesar Rp 147.360.000. Peningkatan biaya sampai 50 persen secara agregat masih memberikan hasil yang layak bagi pengembangan usaha kecil ini. Hasil perhitungan marjin keuntungan petani menunjukkan usaha pengembangan agroindustri minyak nilam skala kecil di Kabupaten Asahan lebih menjanjikan dibandingkan kondisi sekarang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan yang didapat petani dari kegiatan usaha sebesar Rp 735.861,67 per bulan, disamping komponen biayan tenaga kerja sebesar Rp 250.000 sehingga total yang diterima petani per
empat tahu masa pelunasan, harga bahan baku Rp 5.000/kg , harga jual minyak nilam rata-rata Rp 190.000/kg dan 25 persen modal sendiri (investasi Rp 461.424.409) diperoleh NPV Rp 924.828.165, IRR 65,97 persen, Net B/C 1,42 dan PBP 2,42 tahun. Kelayakan minimum berada pada posisi bahan baku Rp 8.660/kg dan harga jual Rp 189.865/kg. Atas dasar nilai B/C ratio harga daun kering tanaman nilam masih dapat ditingkatkan hingga Rp 5.000/kg dan pada kondisi ini nilai B/C rasio kedua pola usaha sebesar 1,40. Encep (2002), penelitian mengenai sistem agribisnis nilam di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Tujuan penelitian yaitu mengkaji sistem agribisnis nilam dan prospeknya mencakup subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem usahatani, dan subsistem pemasaran nilam; menganalisis tingkat pendapatan dan tingkat efisiensi usahatani nilam; menganalisis marjin pemasaran dan share harga yang diterima petani pada tiap pola pemasaran terna nilam; dan mengetahui struktur pasar terna nilam yang terbentuk. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan keuntungan usahatani; analisis marjin pemasaran dan
sensitivitas usaha terhadap perubahan tingkat harga hasil produksi, biaya produksi, dan produktivitas
nilam; dan mengetahui peranan pemerintah
Kabupaten Tasik terhadap pengembangan agroindustri penyulingan nilam. Metode dan analisis data yang digunakan adalah analisis pasar, teknis, manajemen dan keuangan; harga pokok produk (HPP); ROI; NPV, IRR, Net B/C, Payback Period , analisis sensitivitas dan switching value. Return on investment yang dihasilkan perusahaan terus meningkat yang
berarti investasi yang ditanamkan pada usaha ini dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan. ROI rata-rata yang dihasilkan adalah 0,4701 yang berarti setiap Rp 100 dari total aktiva yang diinvestasikan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 47,01. Adanya peningkatan ROI disebabkan oleh peningkatan laba bersih berkaitan dengan nilai penjualan pabrik. Berdasarkan perhitungan NPV bahwa selama 10 tahun berturut-turut usaha penyulingan minyak nilam memberikan keuntungan sebesar Rp 763.880.851 menurut nilai waktu sekarang. Sedangkan hasil NBCR menunjukkan bahwa setiap
digunakan dalam penelitian ini adalah NPV, IRR, dan Net B/C. Dilakukan analisis sensitivitas terhadap penuruan harga output sebesar 10-20 persen, peningkatan harga input pupuk dan tenaga kerja sebesar 10-40 persen akibat dinaikkannya harga pupuk dan BBM oleh pemerintah dan kombinasi kedua perubahan tersebut. Berdasarkan karakteristik wilayah, maka nilam relevan untuk tumbuh dan berkembang di Desa Jatiwangi karena ketinggian tempat berada pada ketinggian ideal yaitu 600 m dpl. Hal ini didukung oleh jumlah bulan hujan 6-7 bulan dan suhu rata-rata 350C yang baik untuk menghasilkan pH minyak menurut standar perdagangan yaitu 2,5-4 persen. Akan tetapi ditinjau dari penerapan teknik budidayanya maka petani nilam di Desa Jatiwangi belum mampu menerapkan teknik budidaya yang baik dan benar. Jarang dilakukan penyulaman karena petani tidak mau mengeluarkan biaya dua kali, penyiangan yang dilakukan tidak bersih, pemupukan yang dilakukan tidak pada saat yang tepat, kadang-kadang pupuk hanya disebar tidak sistematik, waktu panen yang dilakukan belum teratur dan tidak pada umur tanaman yang layak, petani kurang melakukan pemeliharaan
Hasil sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani nilam lebih sensitif terhadap penurunan harga jual output disertai peningkatan harga pupuk dan upah tenaga kerja secara bersamaan, dibandingkan hanya dengan peningkatan harga pupuk dan upah tenaga kerja. Berdasarkan hasil wawancara bahwa perubahan pada kedua variabel yaitu pupuk dan tenaga kerja merupakan hal yang paling penting dalam usahatani nilam, karena diperlukan penambahan hara pada tanah mengingat nilam merupakan tanaman yang banyak menghabiskan unsur hara tanah, sedangkan tenaga kerja dibutuhkan untuk pemeliharaan yang intensif dalam penerapan teknik budidaya yang baik dan benar. Walaupun komoditi yang diteliti penulis sama dengan kelima peneliti terdahulu di atas yaitu nilam, tetapi terdapat perbedaan perusahaan tempat penelitian ini dilakukan. Selain itu, peneliti hanya melakukan penelitian yang fokus untuk menganalisis kelayakan satu perusahaan baru yang bergerak pada penyulingan minyak nilam dengan menggunakan dua skenario yaitu skenario pertama penyulingan dengan kapasitas mesin 30 kg (tanpa penambahan ketel
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek
Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumbersumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit ), atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai, dilaksanakan sebagai satu unit. Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik tolak ( starting point ) dan suatu titik akhir (ending point ) (Kadariah et al , 1999).
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Dalam arti sempit, keberhasilan ini ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis. Jika penelitian dari investasi yang dilakukan memberikan manfaat bagi pelaku
3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Proyek
Gittinger (1986) menyatakan bahwa dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek
yang berkaitan secara seksama untuk
menentukan bagaimana manfaat yang akan diperoleh dari suatu investasi tertentu dan harus dipertimbangkan pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaan. Secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek finansial. 3.1.2.1. Aspek Pasar
Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Menurut Husnan dan Muhammad (2000) aspek pasar mempelajari: 1)
Permintaan Lipsey (1995) menyatakan bahwa jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta untuk komoditi
yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada satu periode tertentu di bawah pengaruh set kondisi tertentu. Satu set kondisi tertentu ini meliputi variabel : marketing mix dan kemampuan manajemen lainnya, serta variabel yang tidak dapat dikontrol oleh calon investor (Husnan dan Muhammad, 2000). 3.1.2.2. Aspek Teknis
Menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek teknis merupakan suatu aspek
yang
berkenaan
dengan
proses
pembangunan
secara
teknis
dan
pengoperasiaannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis antara lain: 1)
Lokasi Proyek Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian, yaitu lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yaitu lokasi bangunan administrasi
permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial, dan manajemen serta kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. 3) Layout Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian, pengertian layout mencakup layout site ( layout lahan lokasi proyek), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitasnya. Dalam layout pabrik terdapat dua tipe utama, yaitu layout fungsional (layout process) dan layout produk (layout garis).
4)
Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria lain yaitu ketepatan jenis teknologi yang
berbagai aktivitas atau kegiatan proyek dan penggunaan sumber daya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek, yaitu pelaksanaan proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukan studi masing-masing aspek. 2)
Manajemen dan Operasi Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, anggota direksi, serta tenaga kunci serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.
3.1.2.4. Aspek Hukum
Aspek hukum terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha. 3.1.2.5. Aspek Sosial dan Lingkungan
1)
Biaya Kebutuhan Investasi Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset proyek. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan oleh perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Secara umum kompnen biaya investasi terdiri atas biaya pra investasi dan biaya pembelian aktiva tetap (Husnan dan Muhammad, 2000). Aktiva tetap atau aktiva jangka panjang terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan aktiva tetap lainnya.
2)
Sumber-Sumber Dana Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa dana yang dibutuhkan dalam investasi dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada, yaitu modal milik sendiri maupun modal pinjaman. Pada dasarnya pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber dana yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi dengan biaya yang terendah dan tidak menimbulkan kesulitan likuiditas bagi proyek atau perusahaan yang
proyek berakhir disebut terminal cash flow. Pada umumnya initial cash flow bernilai negative, sedangkan operational dan terminal cash flow benilai positif. Aliran-aliran kas ini harus dinyatakan dengan dasar setelah pajak (Husnan dan Muhammad, 2000). Menurut Kadariah et al. (1999), dalam mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu proyek diperlukan pengukuran menggunakan beberapa kriteria. Kriteria ini tergantung dari kebutuhan akan keadaan masingmasing proyek. Setiap kriteria memiliki kebaikan serta kelemahan masingmasing, sehingga dalam penilaian kelayakan suatu proyek hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus. Hal ini bertujuan untuk memberikan hasil yang lebih sempurna. Kriteria yang biasa digunakan antara lain: a) Nilai Bersih Sekarang ( Net Present Value) Net Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang dari selisih antara
manfaat (benefit ) dengan biaya (cost ) pada tingkat suka bunga tertentu. b)
Tingkat Pengembalian Investasi ( Internal Rate of Return)
biasanya didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa depan. Proyek pada sektor pertanian dapat berubah-ubah akibat dari empat permasalahan utama, yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan
proyek,
kenaikan
biaya,
dan
perubahan
volume
produksi.
Permasalahan ini timbul karena banyak faktor yang tidak terkendali. Setiap kemungkinan perubahan atau kesalahan dalam dasar perhitungan sebaiknya dipertimbangkan dalam analisis sensitivitas (Gittinger, 1986). Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti ( switching value). Menurut Gittinger (1986), pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat minimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV = 0). NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan 1. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu sentra produksi nilam yang terdapat di Sumatera Utara. Keadaan iklim dan tanahnya sangat mendukung untuk ditanami nilam. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menanami lahannya dengan tanaman nilam. Selama ini pengusahaan nilam di Kabupaten Mandailing Natal masih dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas areal tanam yang relatif kecil. Selain itu, penyulingan nilam yang dilakukan juga masih tradisional yaitu dengan menggunakan mesin yang sederhana. Akibatnya mutu minyak yang dihasilkan rendah sehingga harga yang diterima petani juga rendah. Melihat prospek pasar minyak nilam yang cerah dan potensi yang ada di Kabupaten Mandailing Natal, maka ada keinginan dari PT. Perkasa Primatama Mandiri untuk membuka usaha yang bergerak dalam usaha penyulingan minyak nilam di kabupaten tersebut. Permasalahan-permasalahan yang sering terjadi selama ini dijadikan sebagai suatu tantangan sekaligus peluang oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri. PT. Perkasa Primatama Mandiri merupakan perusahaan baru dan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam usaha penyulingan minyak
Peningkatan ekspor minyak nilam yang disebabkan oleh peningkatan permintaan minyak nilam dari industri-indutri parfum, kosmetika, dan farmasi Potensi Kabupaten Mandailing Natal
Prospek pasar minyak nilam cerah
PT. Perkasa Primatama Mandiri
Kelayakan Usaha Penyulingan Nilam
- Produktivitas nilam rendah - Mutu minyak nilam tidak stabil - Harga minyak nilam berfluktuatif
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkasa Primatama Mandiri yang berlokasi di Desa Hutarimbaru, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja ( purposive) dengan pertimbangan Sumatera Utara sebagai sentra produksi nilam kelima terbesar dan PT. Perkasa Primatama Mandiri merupakan perusahaan baru dan satu-satunya
yang melakukan
penyulingan
minyak nilam dengan
menggunakan teknologi modern (heater ) di Sumatera Utara. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2009. 4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pemberian kuisioner, dan wawancara dengan manajer perusahaan dan pengumpul minyak
yang akan dibayarkan oleh unit penyulingan diperlukan perhitungan mengenai penyusutan dari mesin yang digunakan. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. 4.3.1. Analisis Kelayakan Finansial
Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penyulingan nilam digunakan alat ukur kelayakan finansial melalui pendekatan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). 4.3.1.1. Net Pr esent Val ue (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah manfaat bersih sekarang yang diperoleh
selama umur proyek. Dengan demikian, NPV merupakan selisih antara nilai sekarang ( present value ) dari manfaat (benefit ) dari biaya (cost ) pada tingkat suku bunga tertentu. Secara sistematis, NPV dirumuskan sebagai berikut (Kadariah,1999):
2) NPV = nol, berarti secara finansial usaha penyulingan nilam mengembalikan nilai yang sama sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. 3) NPV < nol, berarti usaha penyulingan nilam tidak layak untuk dilaksanakan karena hanya akan mendatangkan kerugian. 4.3.1.2. I nternal Rate of Retur n (IRR)
IRR merupakan presentase tingkat pengembalian investasi yang diperoleh selama umur proyek. IRR berupa tingkat suku bunga yang menjadikan nilai NPV suatu investasi sama dengan nol. IRR juga merupakan tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan dan biasanya dinyatakan dalam satuan persen. Biasanya dalam menentukan nilai IRR (dicari nilai i-nya) tidak dapat dipecahkan secara langsung, namun dilakukan dengan cara interpolasi (mencobacoba). Prosedurnya adalah sebagai berikut (Kadariah,1999): 1)
Dipilih nilai discount rate i yang dianggap dekat dengan nilai IRR yang
Keterangan: i’
=
discount rate yang menghasilkan NPV positif
i“
=
discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV’
=
nilai bersih sekarang yang bernilai positif
NPV” =
nilai bersih sekarang yang bernilai negatif
Kriteria kelayakan berdasarkan IRR, yaitu: a)
IRR > tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi penyulingan nilam layak untuk dilaksanakan.
b)
IRR = tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi penyulingan nilam tidak menguntungkan dan tidak merugikan juga.
c)
RR < tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti investasi penyulingan nilam
Keterangan: Bt
=
penerimaan usaha penyulingan nilam yang diterima pada tahun ket.
Ct
=
biaya usaha penyulingan nilam yang dikeluarkan pada tahun ke-t.
i
=
tingkat suku bunga yang ditetapkan.
n
=
umur ekonomis usaha penyulingan nilam.
Kriteria kelayakan berdasarkan Net B/C, yaitu: 1) Net B/C
>
1, maka investasi penyulingan nilam menguntungkan dan
layak untuk dilaksanakan. 2) Net B/C
=
1, maka investasi penyulingan tidak menguntungkan dan
tidak merugikan. 3) Net B/C
<
1, maka investasi penyulingan nilam tidak layak untuk
dilaksanakan karena hanya mendatangkan kerugian. 4.3.1.4. Payback Per iod (PP)
Payback Period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kontinuitas dari kegiatan usaha, disamping menjaga kualitas produk dan memudahkan dalam mengikuti perubahan aset dengan adanya perubahan teknologi. Besar kecilnya biaya penyusutan tergantung pada harga aset, umur ekonomis, serta metode yang digunakan dalam penyusustan. Metode penyusutan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penyusutan garis lurus. Secara matematis, rumus penyusutan garis lurus dirumuskan sebagai berikut (Ibrahim, 2003):
Keterangan: P
=
jumlah penyusutan per tahun
B
=
harga beli aset
S
=
nilai sisa
N
=
umur Ekonomis
yaitu adanya penurunan tingkat produksi hasil panen akibat adanya perubahan kondisi agroklimat. 4.4. Asumsi Dasar
Analisis kelayakan penyulingan minyak nilam ini menggunakan beberapa asumsi dasar, yaitu: 1)
Dilakukan dua skenario yaitu skenario pertama penyulingan dengan kapasitas mesin 30 kg (tanpa penambahan ketel suling) dan skenario kedua penyulingan dengan kapasitas mesin 130 kg (adanya penambahan ketel suling 100 kg).
2)
Umur proyek adalah 10 tahun, didasarkan pada umur ekonomis mesin suling (ketel suling).
3)
Modal yang digunakan adalah modal yang berasal dari investor. Dimana terdapat tiga investor dan modal terdiri dari saham-saham.
4)
Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat dividen yang diterima masing-masing investor dari keuntungan perusahaan yaitu sebesar 33,3
10) Panen pertama dilakukan pada saat nilam berumur 7 bulan, sedangkan panen berikutnya dapat dilakukan setiap 3 bulan. Hasil panen diperkirakan 25 ton daun basah atau 6,25 ton daun kering per ha. 11) Penyulingan dilakukan 4 kali dalam satu hari sesuai dengan kapasitas ketel suling 30 kg. Jumlah hari kerja dalam seminggu adalah 6 hari. Hasil penyulingan dalam satu kali proses produksi adalah 0,9 kg minyak nilam. 12) Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis. Sedangkan harga tanah diasumsikan harga beli sama dengan harga jual pada akhir proyek. 13) Perhitungan pajak melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang- Undang No. 17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan badan usaha, yaitu: a)
Penghasilan ≤ Rp 50 juta, dikenakan pajak sebesar 10 persen.
b)
Penghasilan antara Rp 50 juta-Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 10 persen serta ditambah selisih pendapatan setelah dikurang Rp 50 juta
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Perkasa Primatama Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang jasa dan perdagangan umum yang terletak di Jl. T. Amir Hamzah No. 48 Medan, Sumatera Utara. Namun pada tanggal 13 Mei 2008 perusahaan membuka cabang usaha yang bergerak pada bidang perkebunan dan penyulingan nilam di Desa Hutarimbaru, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal. Pembukaan cabang usaha ini dilatarbelakangi karena adanya keinginan dari adik salah satu investor yang ingin membuka usaha di bidang perkebunan nilam, yaitu Bapak Jhon S. Daeli, S.Kom yang sekarang menjabat sebagai manajer perusahaan. Dilihat dari latar belakang pendidikannya keinginan tersebut sangat bertolak belakang dengan pendidikan yang diperolehnya selama perkuliahan. Namun dengan tekad yang bulat dan banyak belajar, Bapak Jhon berhasil membuka suatu perkebunan nilam dengan luas lahan sekitar 50 ha. Tetapi dari luas lahan tersebut baru 10 ha yang ditanami nilam, sedangakan sisanya ditanami
ditimbulkan kecil. Sistem penyulingan yang dilakukan oleh perusahaan adalah sistem penyulingan uap tidak langsung. Daun nilam yang akan disuling diperoleh dari hasil perkebunan perusahaan serta dari masyarakat (pengumpul). Dengan penggunaan
teknologi
dalam
sistem
penyulingannya
perusahaan
dapat
menghasilkan minyak nilam yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan konsumen dan standar yang berlaku di pasar dalam maupun luar negeri. Sejak awal berdiri PT. Perkasa Primatama Mandiri selalu mengutamakan kepuasan pelanggan yaitu dengan menyediakan produk-produk yang berkualitas, memberikan pelayanan terbaik serta melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap mutu dari minyak nilam yang dihasilkan mengikuti standar yang berlaku di pasar dalam maupun luar negeri. Beberapa upaya yang dilakukan manajemen PT. Perkasa Primatama Mandiri dalam mengimplementasikan sistem manajemen mutu dan lingkungan ialah : 1)
Menyediakan sarana dan sumber daya untuk menunjang penerapan suatu sistem manajemen mutu maupun lingkungan.
5.2. Struktur Organisasi
PT. Perkasa Primatama Mandiri mempunyai struktur organisasi formal yang terdiri dari komisaris, direktur, manajer, bagian produksi, bagian accounting , bagian personalia, bagian purchasing , bagian marketing , mandor, dan operator. Dalam pelaksanaannya telah terdapat pembagian tugas yang
jelas antara
pengelola dan karyawan. Struktur organisasi PT. Perkasa Primatama Mandiri dapat dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan struktur organisasi tersebut, setiap bagian mempunyai tugas masing-masing diantaranya: 1)
Komisaris a)
Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan dan mengkoordinir semua bagian.
2)
b)
Mengkoordinasi manajemen untuk pengembangan dan kebijakan bisnis.
c)
Menandatangani sertifikat mutu.
Direktur a)
Mendukung dan mempersiapkan pengembangan program bisnis.
6)
Kepala Bagian Purchasing a)
Bertanggung jawab atas penyediaan barang untuk keperluan perusahaan
b)
Mengadakan transaksi pembelian dengan perusahaan lain atau barang barang yang akan diperlukan oleh perusahaan.
c) 7)
Membuat laporan hasil pembelian.
Kepala Bagian Accounting a)
Mengawasi pencatatan akuntansi perusahaan.
b)
Menyiapkan laporan keuangan perusahaan.
c)
Menyiapkan dan menerbitkan standar-standar yang mengkoordinasikan pelaksanaan sistem dalam perusahaan termasuk metode pencatatan, pelaporan & prosedur-prosedur.
8)
Kepala Bagian Marketing a)
Mengelola kegiatan tim marketing untuk mencapai target pemasaran.
b)
Menerapkan dan memonitor pelaksanaan kebijakan marketing.
c)
Melaporkan
dan
mengkoordinasi
informasi
dan
marketing
ke
b)
Menjaga mutu tanaman dalam melakukan penanaman dilahan supaya tanaman bisa tumbuh dengan baik.
13) Mandor Pemanenan dan Pemeliharaan a)
Mengatur anggota sesuai dengan rencana kepala mandor.
b)
Menjaga mutu panen tetap baik agar pada saat pemanenan berikutnya tetap bagus.
14) Mandor Penyulingan a)
Mengatur anggota sesuai dengan rencana kepala mandor.
b)
Menjaga mutu minyak dalam melakukan penyulingan sampai menjadi minyak nilam yang siap di pasarkan.
VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL
6.1. Aspek Pasar
Aspek pasar digunakan untuk mengkaji potensi pasar minyak nilam baik dari sisi permintaan, penawaran, harga yang berlaku, serta strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran (marketing mix) yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. 6.1.1. Potensi Pasar
Potensi pasar minyak nilam sangat tinggi. Tingginya potensi pasar minyak nilam ini terbukti dari peningkatan jumlah permintaan minyak nilam sebagai bahan baku industri parfum, kosmetik, makanan dan minuman, sabun, serta obatobatan. Peningkatan permintaaan minyak nilam dilihat dari rata-rata pertumbuhan volume dan nilai ekspor yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun masing-masing sebesar 40 persen dan 35 persen. Penawaran terhadap minyak nilam masih sangat rendah karena perusahaan
dikendalikan dan dipergunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari empat komponen diantaranya produk (product ), harga ( price), tempat ( place), dan promosi ( promotion). 6.1.2.1. Produk ( Product )
Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Strategi produk didefenisikan sebagai suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul daripada pesaingnya. Menurut Kotler (2002), terdapat dua klasifikasi jenis produk menurut tujuan pemakainnya. Jenis produk tersebut adalah barang konsumsi dan barang industri. Alasan dalam pengklasifikasian tersebut karena setiap produk memiliki bauran pemasaran masing-masing. Minyak nilam merupakan barang industri karena digunakan sebagai bahan baku untuk industri parfum, kosmetik, makanan
6.1.2.2. Harga ( Price )
Strategi penetapan harga berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan. Harga merupakan variabel strategi yang berkaitan langsung dengan pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, penentuan harga merupakan keputusan yang sangat penting. Penentuan harga harus berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan, pengaruh terhadap persaingan, dan pembentukan persepsi pelanggan tentang nilai produk yang dihasilkan. Harga minyak nilam sangat berfluktuatif yaitu pernah mencapai harga terendah hingga tertinggi. Harga terendah minyak nilam adalah Rp 130.000 per kg sedangkan harga tertingginya mencapai Rp 1.200.000 per kg. Harga minyak nilam yang berfluktuatif dipengaruhi oleh supply dan demand . Dimana pada saat bahan baku (nilam) langka dengan permintaan yang semakin meningkat maka harga minyak nilam tinggi. Sedangkan pada saat harga minyak nilam tinggi banyak masyarakat yang mengusahakan nilam sehingga terjadi kelebihan bahan baku (excess supply) pada saat panen yang mengakibatkan harga minyak nilam rendah.
6.1.2.3. Distribusi (Place )
Pemasaran minyak nilam perusahaan dilakukan oleh unit bisnis lain perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan umum dan jasa yang berada di Medan. Minyak nilam yang dihasilkan akan dipasarkan ke beberapa kota di dalam negeri seperti Medan dan Jakarta. Selain itu perusahaan juga akan berencana untuk memasarkan minyak nilamnya ke beberapa negara di luar negeri seperti Singapura, China, Jepang, dan Korea. 6.1.2.4. Promosi ( Promotion )
Promosi yang dilakukan perusahaan saat ini adalah melalui relasi bisnis. Dimana perusahaan akan memberikan sample minyak nilam kepada relasi bisnisnya
dan
kemudian
dari
relasi
bisnis
perusahaan
tersebut
akan
mempromosikan ke relasi-relasi bisnis baik yang ada di dalam maupun luar negeri. Namun promosi ini belum efektif karena melibatkan banyak pihak dan informasi yang disampaikan dan yang diterima oleh konsumen (industri tujuan pasar) juga tidak lengakap. Oleh sebab itu, perusahaan berencana akan membuat
6.2. Aspek Teknis
Hal yang perlu diperhatikan pada aspek teknis adalah lokasi proyek atau usaha, skala operasi atau luas produksi, proses produksi, dan pemilihan jenis teknologi dan peralatan. 6.2.1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha perkebunan dan penyulingan PT. Perkasa Primatama Mandiri
terletak di Desa Hutarimbaru, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten
Mandailing Natal, Sumatera Utara. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi adalah: 1)
Ketersediaan bahan mentah (bahan baku) Ketersediaan nilam di Kabupaten Mandailing Natal sangat berlimpah karena sebagian besar masyarakat disana banyak yang menanami lahannya dengan nilam walaupun hanya dalam skala kecil. Oleh sebab itu jika perusahaan kekurangan bahan baku, perusahaan dapat membeli bahan baku kepada masyarakat sekitar.
4)
Fasilitas jalan dengan kondisi cukup baik Kondisi jalan di lokasi usaha sudah cukup baik, sehingga tidak ada kendala dalam pengangkutan bibit ataupun hasil panen dari lahan ke perusahaan. Untuk menuju lokasi usaha kita dapat menggunakan kendaraan roda dua dan empat.
5)
Hukum dan peraturan yang berlaku Sejauh ini, perusahaan masih berada dalam koridor hukum dan peraturan yang berlaku sehingga tidak ada hambatan hukum dan peraturan lokal yang melarang kegiatan usaha ini. Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar juga tidak ada yang menentang kegiatan usaha ini.
6)
Iklim dan keadaan tanah Kondisi
iklim
di
Kecamatan
Kotanopan,
Mandailing
Natal
cukup
mendukung untuk dilakukan usaha perkebunan dan penyulingan nilam. Kabupaten Mandailing Natal terletak pada ketinggian 0 - 2.145 m dpl, memiliki iklim tropis dengan curah hujan 1000 - 4000 mm per tahun, suhu 0
6.2.2. Skala Operasi
Saat ini PT. Perkasa Primatama Mandiri masih beroperasi dalam luas lahan 10 ha. Hal ini disebabkan karena perusahaan masih baru dan belum mempunyai pasar yang
jelas. Selain itu mesin suling yang digunakan hanya
terdiri dari satu ketel suling dengan kapasitas 30 kg. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan akan memperluas lahan nilamnya, karena saat ini perusahaan terus menerus melakukan pembebasan lahan di daerah sekitar lokasi proyek hingga mencapai 50 ha. Dengan peningkatan luas lahan tersebut, maka dibutuhkan ketel suling yang lebih banyak dengan kapasitas yang besar. Dengan demikian PT. Perkasa Primatama Mandiri sangat berpotensi untuk meningkatkan skala usahanya untuk mencapai skala ekonomis. 6.2.3. Pemilihan Jenis Teknologi dan dan Peralatan
Dalam usaha penyulingan minyak nilam pemilihan jenis teknologi dan peralatan sangat mempengaruhi rendemen minyak yang akan dihasilkan. Oleh sebab itu dalam proses penyulingannya perusahaan telah menggunakan teknologi
6.2.4. Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan perusahaan terdiri dari budidaya nilam dan penyulingan nilam. Dimana budidaya nilam terdiri dari persiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta panen dan pascapanen. 6.2.4.1. Budidaya Nilam
Pemilihan lahan untuk mengembangkan salah satu tanaman tidak terlepas dari kondisi agroklimat yang dikehendaki tiap tanaman, demikian halnya dengan tanaman nilam. Nilam merupakan tanaman daerah tropis sehingga mudah tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi yaitu 2.000 m dpl, tetapi dapat tumbuh ideal pada ketinggian 400-700 m dpl. Kebutuhan curah hujan tanaman nilam per tahunnya sebesar 2.500-3.000 mm dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Suhu ideal pertumbuhannya adalah 22-280C dengan kelembapan di atas 75 persen. Nilam membutuhkan banyak air, tetapi tidak tahan jika tergenang.
Gambar 3. Bibit Setek Batang
2)
Gambar 4. Pembibitan
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan budidaya. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian serius dalam mempersiapkan penanaman sebelum realisasi penanaman setek dilakukan pada lahan yang dikelola.
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penanaman nilam yaitu waktu dan jarak tanam. Hal ini terkait dengan ketersediaan air dan pencahayaan matahari. a)
Waktu Tanaman Proses pemindahan dan penanaman bibit pada lahan perkebunan dilakukan pada sore hari setelah pukul 16.00 agar tanaman tidak layu. Selain itu, proses adaptasi tanaman pada lingkungan lahan perkebunan juga tidak mengalami hambatan. Sedangkan untuk waktu penanaman tidak ada waktu khusus. Penanaman dapat dilakukan baik pada musim hujan maupun kemarau karena sumber air sangat berlimpah.
b) Jarak Tanam Jarak tanam disesuaikan dengan kontur dan kondisi lahan serta tingkat kesuburan tanah. Jarak tanam berada pada alur terbit dan tenggelamnya matahari. Hal ini bertujuan agar pada saat petumbuhan tanaman, sinar matahari dapat menembus celah pohon dan ranting antar satu dengan yang lainnya. Jarak tanam antar tanaman yang digunakan adalah 50 cm x 100 cm
pemeliharaan
dan
perawatan
tanaman.
Pemeliharaan
yang
baik
akan
memperpanjang umur tanaman hingga di atas tiga tahun dengan interval panen antara 2-3 bulan. Selain itu, kandungan minyak atsiri serta rendemen yang dimiliki tanaman ini akan akan menjadi lebih tinggi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kunci sukses pencapaian mutu yang diinginkan serta hasil akhir panen berupa daun basah sangat tergantung pada kesungguhan melakukan monitoring terhadap pemeliharaan dan perawatan tanaman. Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman dapat diuraikan sebagai berikut. a)
Pemupukan Karena merupakan lahan yang baru dibuka dan memiliki tanah yang subur maka perusahaan tidak melakukan proses pemupukan. Namun limbah yang dihasilkan dari proses penyulingan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk /mulsa.
b) Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang sudah mati atau
mekanis yaitu dilakukan dengan menggunakan alat-alat pertanian umum seperti cangkul, sabit, parang dan sebagainya. d) Pemangkasan Pemangkasan dilakukan setelah tanaman berumur tiga bulan, yaitu setelah terbentuk perdu yang saling menutupi satu sama lain diantara pohon atau tanaman. Pemangkasan dilakukan pada cabang tingkat tiga ke atas. Pemangkasan dan penjarangan dilakukan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit tanaman. Selain itu, pemangkasan memberi ruang gerak lebih luas terhadap tanaman. Salah satu tujuan dilakukannya pemangkasan atau penjarangan adalah agar proses fotosintesis berjalan dengan baik sehingga kadar minyak nilam yang terkandung dalam daun, ranting, serta dahan dan batang menjadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena sinar matahari dapat lebih leluasa masuk menyinari bagian-bagian tanaman. e) Pembubuman
6)
Panen dan Pascapanen
Kualitas minyak nilam yang dihasilkan tergantung dari kegiatan budidaya sampai pengolahan, termasuk kegiatan panen dan pasca panen. a)
Panen Panen merupakan saat yang ditunggu oleh perusahaan. Panen merupakan
masa perhitungan hasil yang akan diperoleh setelah menunggu berbulan-bulan waktu yang dihabiskan selama budidaya. Nilam dapat dipanen setelah tanaman berumur sekitar 6-7 bulan dan panen selanjutnya dilakukan setiap 2-3 bulan sekali, tergantung jadwal dan program penanaman. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong daun dan ranting dengan menyisakan cabang dan daun setinggi minimal 15 cm. Pemotongan ranting dapat menumbuhkan tunas baru. Panen dilakukan pada pagi hari karena jika pemetikan daun dilakukan siang hari maka dikhawatirkan sel-sel daun menjadi kurang elastis dan mudah sobek. Sebagian besar bagian dari nilam mengandung minyak, seperti akar, batang, cabang, dan daun. Namun, kandungan minyak dalam daun nilam lebih
agar memperoleh sinar matahari secara langsung. Daun nilam dijemur sambil diangin-anginkan dengan ketebalam lapisan maksimal 50 cm. Lapisan daun dibolak-balik sebanyak 2-3 kali sehari selama 2-3 hari hingga diperoleh kadar air sebesar rata-rata 15 persen. Kadar air yang terkandung dalam daun ini harus dipertahankan sampai proses penyulingan berlangsung. Selain penjemuran secara langsung dibawah sinar matahari, perusahaan juga melakukan penjemuran dalam suatu ruangan. Hal ini merupakan suatu alternatif jika panen terjadi saat musim hujan. Daun nilam kering yang belum diproses atau disuling disimpan dalam gudang dan disusun dalam bentuk rak yang mempunyai ventilasi cukup untuk memperoleh angin/udara dengan tujuan untuk menghindari daun nilam kering terkena jamur. Agar diperoleh hasil yang sesuai dengan harapan pada panen berikutnya, baik dalam jumlah maupun percepatan waktu, maka dilakukan pemeliharaan terhadap tanaman pascapanen. Pemeliharaan tersebut berupa pembumbuman serta penyiraman secara teratur agar segera diperoleh daun dan ranting serta dahan yang
6.2.4.2. Penyulingan Nilam
Penyulingan merupakan rangkaian proses dalam aktivitas budidaya tanaman. Pada umumnya penyulingan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap langsung, dan penyulingan dengan uap tidak langsung. Namun proses penyulingan yang digunakan oleh perusahaan adalah penyulingan dengan uap tidak langsung. Sebagian besar penyulingan dengan uap tidak langsung menggunakan kayu bakar untuk memanaskan ketel uap, namun dalam hal ini perusahaan menggunakan heater yang membutuhkan tenaga listrik untuk menghasilkan panas. Hasil minyak yang akan diperoleh dari proses penyulingan merupakan output yang akan dijual dan dinilai serta dijadikan standar keberhasilan usaha. Mutu minyak nilam serta rendemen yang sesuai kriteria sangat dipengaruhi oleh jenis mesin dan sistem penyulingan yang digunakan. Prinsip dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah panggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari tabung
Sebelum memulai proses penyulingan ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya mesin suling dibersihkan terlebih dahulu, melakukan kontrol tehadap seluruh saluran pipa pendingin serta ketersediaan air yang ada pada bak (kolam) pendingin, tempat penampung minyak harus dalam keadaan bersih, mempersiapkan tenaga penyuling (operator) dimana dalam hal ini perusahaan menggunakan 2-3 orang operator, mempersiapkan bahan baku daun kering yang sudah dirajang dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas ketel suling, serta memasukkan rajangan daun nilam tersebut ke dalam ketel suling. Pengisian ketel dilakukan secara merata dan padat pada seluruh bagian agar uap air yang ada dalam ketel dapat menyebar secara merata. Setelah semuanya dipersiapkan maka proses penyulingan dapat dilakukan. Mekanisme penyulingan dilakukan dengan memanaskan air dalam tabung untuk menghasilkan uap yang dilengkapi dengan pipa saluran pengisi air, indikator volume air, tekanan uap, serta pipa saluran uap yang menuju ketel suling. Fungsi indikator tekanan uap untuk mengontrol besar kecilnya tekanan uap yang
Daun kering yang telah dicacah
Daun Kering Dimasukkan ke Dalam Ketel Suling
Pemisahan Minyak Dengan Air.
Penyulingan
pengelola dan karyawan. Struktur organisasi PT. Perkasa Primatama Mandiri dapat dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan struktur organisasi tersebut, setiap bagian mempunyai tugas masing-masing diantaranya: 8)
Komisaris d)
Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan dan mengkoordinir semua bagian.
9)
e)
Mengkoordinasi manajemen untuk pengembangan dan kebijakan bisnis.
f)
Menandatangani sertifikat mutu.
Direktur c)
Mendukung dan mempersiapkan pengembangan program bisnis.
d)
Mengelola sumber daya manusia perusahaan.
10) Manager d)
Mengawasi kinerja perusahaan .
e)
Merencanakan, mengorganisir, serta mengawasi
kegiatan serta hasil
f)
Membuat laporan hasil pembelian.
14) Kepala Bagian Accounting d)
Mengawasi pencatatan akuntansi perusahaan.
e)
Menyiapkan laporan keuangan perusahaan.
f)
Menyiapkan dan menerbitkan standar-standar yang mengkoordinasikan pelaksanaan sistem dalam perusahaan termasuk metode pencatatan, pelaporan & prosedur-prosedur.
9)
Kepala Bagian Marketing d)
Mengelola kegiatan tim marketing untuk mencapai target pemasaran.
e)
Menerapkan dan memonitor pelaksanaan kebijakan marketing.
f)
Melaporkan
dan
mengkoordinasi
informasi
dan
manajemen 10) Kepala Mandor d)
Membuat rencana kerja untuk anggota dan karyawan.
e)
Memperbaiki mutu produksi.
marketing
ke
d)
Menjaga mutu panen tetap baik agar pada saat pemanenan berikutnya tetap bagus.
17) Mandor Penyulingan c)
Mengatur anggota sesuai dengan rencana kepala mandor.
d)
Menjaga mutu minyak dalam melakukan penyulingan sampai menjadi minyak nilam yang siap di pasarkan
Berdasarkan hasil analisis aspek manajemen, perusahaan ini layak untuk dijalankan. Karena selain memiliki struktur organisasi formal, juga terdapat pembagian tugas yang jelas antara pengelola dan karyawan perusahaan. 6.4. Aspek Hukum
Hal yang perlu diperhatikan pada aspek hukum adalah bentuk badan hukum usaha yang dijalankan serta izin usaha yang diperoleh perusahaan. 6.4.1. Bentuk Badan Usaha
Bentuk badan usaha yang digunakan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri
resmi yang dibuat oleh notaris yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroan terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan, dan lain-lain. Selain itu, kegiatan usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh PT. Perkasa Primatam Mandiri ini telah mendapatkan ijin perkebunan dari pemerintah, dibawah Dinas Perkebunan. 6.4.3. Hasil Analisis Aspek Hukum
Berdasarkan analisis terhadap aspek hukum, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan layak untuk dijalankan. Karena telah memiliki bentuk badan usaha yang jelas dan telah mendapatkan ijin usaha dari pemerintah setempat. 6.5. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Keberadaan usaha penyulingan minyak nilam yang dijalankan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri sangat didukung oleh masyarakat sekitar karena tidak memberikan dampak buruk terhadap kondisi lingkungan daerah sekitar proyek. Adanya usaha penyulingan minyak nilam memberikan dampak positif terhadap
Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan usaha penyulingan minyak nilam ini layak untuk dijalankan. Karena selain tidak memberikan dampak buruk berupa limbah yang dapat merusak lingkungan, kegiatan usaha ini memberikan manfaat yang banyak bagi masyarakat sekitar .
VII ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
Pada
penelitian
ini
dilakukan
analisis
kelayakan
finansial
untuk
menganalisis aspek finansial usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri. Analisis kelayakan finansial yang dilakukan pada kedua skenario bertujuan untuk melihat jenis skenario penyulingan minyak nilam manakah yang lebih menguntungkan untuk dijalankan. Untuk mengetahui hasil kelayakan usaha penyulingan minyak nilam akan dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. 7.1. Analisis Hasil Inflow 7.1.1. Skenario I (Tanpa Penambahan Ketel Suling)
Skenario I adalah usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan perusahaan saat ini dimana kapasitas mesin yang digunakan adalah 30 kg. Arus penerimaan pada skenario I ini diperoleh dari penjualan minyak nilam, penjualan
suling). Dengan demikian total produksi minyak nilam yang diperoleh dalam satu hari adalah sebanyak 3,6 kg dengan kebutuhan nilam sebanyak 120 kg. Jumlah hari kerja dalam seminggu adalah 6 hari sehingga total produksi minyak nilam yang diperoleh dalam seminggu adalah sebanyak 21,6 kg dan dalam sebulan adalah 86,4 kg. Jumlah produksi minyak nilam pada tahun pertama dengan tahun berikutnya berbeda karena pada tahun pertama penyulingan dilakukan pada bulan ke-10 sehingga produksi hanya dilakukan 3 bulan sedangkan untuk tahun berikutnya dilakukan dalam satu tahun penuh. Jumlah produksi minyak nilam pada tahun pertama adalah 259,2 kg. Jumlah tersebut diperoleh dari total produksi satu bulan (86,4 kg) dikali dengan 3 bulan sedangkan jumlah produksi untuk tahun berikutnya diasumsikan tetap hingga tahun ke-10 yaitu masing-masing 1.036,8 kg per tahun yang diperoleh dari total produksi satu bulan dikali dengan 12 bulan (86,4 kg x 12). Proyeksi penjualan minyak nilam skenario I tiap tahun dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Proyeksi Penjualan Minyak Nilam Skenario I
masing adalah sebesar 250.000 kg. Dari total panen yang diperoleh dengan total nilam yang digunakan untuk penyulingan terdapat sisa daun kering yang tidak digunakan. Sisa daun kering tersebut dapat dijual kepada pedagang pengumpul untuk kemudian dijual kepada perusahaan lain yang juga menyuling nilam. Harga daun nilam kering per kg adalah Rp 5.000. Sisa daun nilam kering pada tahun pertama adalah 116.360 kg. Jumlah tersebut diperoleh dari total panen (125.000 kg) dikurangi dengan total daun yang telah digunakan untuk penyulingan ( 8.640 kg). Sedangkan sisa daun kering untuk tahun ke-2, ke-3, ke-5, ke-6, ke-8 dan ke-9 adalah sama yaitu masing-masing sebesar 215.440 kg, yang diperoleh dari 250.000 kg dikurangi dengan 34.560 kg. Sisa daun kering pada tahun ke-4, ke-7 dan ke-10 juga sama yaitu masing-masing sebesar 90.440 kg yang diperoleh dengan cara yang sama. Proyeksi penjualan daun nilam kering tiap tahun dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Proyeksi Penjualan Daun Kering Skenario I Tahun
Jumlah Daun Kering
Harga Satuan
Nilai Penjualan (Rp)
akhir umur proyek antara lain pipa paralon, cangkul, gergaji mesin, gunting panen, tembilang, kapak, pompa hama, alat penyiram, mesin generator, kereta sorong. Tabel 7. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Skenario I No.
Uraian
1.
Pipa paralon
2.
Cangkul
3.
Harga Beli (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
Penyusutan per Tahun (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
3.800.000
7
542.857
2.171.428
150.000
4
37.500
75.000
Gergaji mesin
5.500.000
4
1.375.000
2.750.000
4.
Gunting panen
314.500
4
78.625
157.250
5.
Linggis
100.000
4
25.000
50.000
6.
Kapak
150.000
4
37.500
75.000
7.
Pompa hama
207.500
4
51875
103.750
8.
Alat siram
80.000
4
20.000
40.000
9.
Mesin generator
1.450.000
4
350.000
700.000
10.
Kereta sorong
1.400.000
4
362.500
725.000
menjadi 520 kg sedangkan untuk satu tahun menjadi 149.760 kg. Namun pada tahun pertama nilam yang digunakan dalam satu tahun adalah 37.440 kg karena penyulingan dilakukan hanya tiga bulan. Minyak nilam yang dihasilkan juga meningkat yaitu dari 3,6 kg per hari menjadi 15,6 kg per hari dan per bulannya menjadi 374,4 kg. Sama halnya seperti skenario I penyulingan pada skenario II juga dilakukan pada bulan ke-10 karena panen baru dapat dilaksanakan pada bulan ke-9. Jumlah produksi pada tahun pertama adalah sebesar 1.123,2 kg yang diperoleh dari total produksi per bulan (374,4 kg) dikali dengan total bulan penyulingan (3 bulan), sedangkan jumlah produksi untuk tahun berikutnya diasumsikan sama hingga tahun ke-10 yaitu masing-masing sebesar 4.492,8 kg per tahun yang diperoleh dari total produksi per bulan dikali dengan 12 bulan. Proyeksi penjualan minyak nilam tiap tahun dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Proyeksi Penjualan Minyak Nilam pada Skenario II Tahun
Jumlah Produksi (kg)
1
1.123,2
Harga Jual (Rp)
260.000
Nilai Penjualan (Rp)
292.032.000
ke-9 seharusnya sama yaitu 100.240 kg karena hasil panennya adalah sebesar 250.000 kg per tahun. Namun pada tahun ke-3, ke-6 dan ke-9 sisa daun tersebut dibagi dua untuk menutupi kebutuhan daun kering pada tahun ke-4, ke-7, dan ke-9 karena hasil panennya hanya 125.000 kg per tahun sementara kebutuhan daun untuk penyulingan per tahun adalah 149.760. Sisa daun yang tidak disuling dapat dijual kepada pedagang pengumpul untuk kemudian dijual kepada perusahaan lain yang juga menyuling nilam. Harga daun nilam kering per kg adalah Rp 5.000. Proyeksi penjualan daun nilam kering tiap tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Proyeksi Penjualan Daun Kering pada Skenario II Tahun
Jumlah Daun Kering (kg)
Harga Jual (Rp)
1
87.560
5.000
437.800.000
2
100.240
5.000
501.200.000
3
50.120
5.000
250.600.000
4
25.360
5.000
126.800.000
5
100.240
5.000
501.200.000
6
50.120
5.000
250.600.000
Nilai Penjualan (Rp)
pad a Skenario II Tabel 10. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek pada No.
Uraian
1.
Pipa paralon
2.
Cangkul
3.
Harga Beli (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
Penyusutan per Tahun (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
3.800.000
7
542.857
2.171.428
150.000
4
37.500
75.000
Gergaji mesin
5.500.000
4
1.375.000
2.750.000
4.
Gunting panen
314.500
4
78.625
157.250
5.
Linggis
100.000
4
25.000
50.000
6.
Kapak
150.000
4
37.500
75.000
7.
Pompa hama
207.500
4
51875
103.750
8.
Alat siram
80.000
4
20.000
40.000
9. 10.
Mesin generator Kereta sorong
1.450.000 1.400.000
4 4
350.000 362.500
700.000 725.000 6.847.428
Total
7.2. Analisis Hasil Outflow 7.2.1. Skenario I (Tanpa Penambahan Ketel Suling)
Arus pengeluaran pada skenario I terdiri dari pengeluaran untuk biaya
5.
Kolam air digunakan sebagai tempat penampungan air yang dibutuhkan untuk proses penyulingan. Ukuran Uku ran kolam adalah 4 m x 1,5 m.
6.
Pipa paralon 2 inch yang yang digunakan untuk mengalirkan air dari kaki gunung ke perusahaan.
7.
Rak pengeringan yang digunakan sebagai tempat pengeringan daun nilam yang dijemur di dalam ruangan. Rak pengeringan terdiri dari empat tingkat dengan ukuran 3 m x 10 m.
8.
Alat pertanian yang terdiri dari cangkul, gergaji mesin, gunting, linggis, kapak, pompa hama, dan alat siram.
9.
Terpal yang digunakan sebagai alas untuk menjemur nilam basah yang dijemur di luar ruangan (dibawah sinar matahari langsung).
10. Kereta sorong yang digunakan untuk mengangkut nilam hasil panen, bibit nilam yang akan ditanam, dan sebagainya. 11. Mesin generator yang digunakan sebagai cadangan sumber aliran listrik jika mesin genset bermasalah ataupun rusak.
17. Komputer, meja dan kursi, printer, dan stabilizer yang digunakan untuk keperluan kantor.
Tabel 11. Biaya Investasi Skenario I No.
1.
Uraian
Umur Ekonomis (Tahun)
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Volume
Batang
200
240.000
48.000.000
10
Nilai (Rp)
3.
Bibit Sewa lahan (10 tahun) Bangunan
4.
Kolam air
Unit
1.200.000
5.
Pipa Paralon
Unit
38.000
6.
Rak pengeringan
Unit
2.000.000
1
2.000.000
10
7.
Cangkul
Unit
30.000
5
150.000
4
8.
Gergaji mesin
Unit
5.500.000
1
5.500.000
4
9.
Gunting
Unit
31.450
10
314.500
4
10.
Linggis
Unit
20.000
5
100.000
4
11.
Kapak
Unit
30.000
5
150.000
4
12.
Pompa hama
Unit
207.500
1
207.500
4
2.
Ha
10.000.000
10
100.000.000
10
Unit
50.000.000
1
50.000.000
10
1
1.200.000
10
100
3.800.000
7
Selain biaya investasi, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya reinvestasi. Biaya reinvestasi adalah biaya yang dikeluarkan apabila komponen
pada biaya investasi yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Biaya Reinvestasi pada Skenario I No.
Uraian
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Volume
1.
Pipa paralon
Unit
38.000
100
2.
Cangkul
Unit
30.000
3.
Gergaji mesin
Unit
4.
Gunting
5.
Nilai (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
3.800.000
7
5
150.000
4
5.500.000
1
5.500.000
4
Unit
31.450
10
314.500
4
Linggis
Unit
20.000
5
100.000
4
6.
Kapak
Unit
30.000
5
150.000
4
7.
Pompa hama
Unit
207.500
1
207.500
4
8.
Alat siram
Unit
40.000
2
80.000
4
nilam basah maupun kering. Penggunaan karung diasumsikan tetap selama umur proyek karena nilam yang dihasilkan juga tetap. Namun apabila terjadi perluasan lahan yang menyebabkan nilam yang ditanam lebih banyak maka kebutuhan karung juga akan meningkat. Jerigen digunakan sebagai tempat penyimpanan minyak nilam yang telah dihasilkan. Satuan dari jerigen yang digunakan adalah liter sedangkan hasil minyak yang diperoleh menggunakan satuan kg. Oleh karena itu untuk memperoleh jumlah jerigen yang dibutuhkan dalam satu tahun, hasil minyak nilam harus dikonversi ke dalam liter. Dimana hasil produksi minyak nilam dalam satu tahun adalah 1.036,8 kg. Dari hasil konversi tersebut diperoleh bahwa minyak nilam yang dihasilkan dalam satu tahun adalah 1152 liter. Jerigen yang akan digunakan adalah jerigen yang berukuran 15 liter. Dengan demikian diperoleh kebutuhan jerigen dalam satu tahun yaitu 77 buah. Namun pada tahun pertama penyulingan dilakukan hanya 3 bulan, hal ini disebabkan karena daun nilam baru dapat dipanen pada bulan ke-10. Oleh sebab itu kebutuhan akan
Selain biaya variabel, biaya operasional yang juga dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan berupa gaji, biaya pemeliharaan alat-alat investasi, serta pajak bumi dan bangunan (PBB). Sistem kompensasi yang digunakan oleh perusahaan adalah gaji dibayar per bulan baik gaji untuk pengelola maupun karyawan. Hal ini disebabkan karena pada umumnya tenaga kerja perusahaan merupakan tenaga kerja tetap. Oleh sebab itu jumlah pengeluaran untuk tenaga kerja dalam satu tahun juga tetap. Semua tenaga kerja sudah memiliki tugas masing-masing. Biaya
pemeliharaan
alat
investasi
merupakan
biaya-biaya
yang
dikeluarkan untuk perawatan barang-barang investasi sehingga usaha tetap dapat berlangsung. Alat-alat investasi yang membutuhkan pemeliharaan diantaranya bangunan, mesin, alat transportasi, dan alat kantor. Pajak bumi dan bangunan (PBB) dikeluarkan sebesar Rp 276.000 setiap tahun. Rincian biaya tetap pada skenario I dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Biaya Tetap Skenario I
penambahan ketel suling kapasitas 100 kg dengan harga Rp 80.437.500. Rincian biaya investasi skenario II dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Biaya Investasi Skenario II No .
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Uraian
Bibit Sewa lahan (10 tahun) Bangunan Kolam air Pipa Paralon Rak pengeringan Cangkul Gergaji mesin Gunting panen Linggis Kapak Pompa hama Alat siram Terpal
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Volume
Nilai (Rp)
batang
200
240.000
48.000.000
Umur Ekonomis (Tahun) 10
Ha
10.000.000
10
100.000.000
10
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit rol
50.000.000 1.200.000 38.000 2.000.000 30.000 5.500.000 31.450 20.000 30.000 207.500 40.000
1 1 100 1 5 1 10 5 5 1 2 1
50.000.000 1.200.000 3.800.000 2.000.000 150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000
10 10 7 10 4 4 4 4 4 4 4 2
600.000
Selain biaya investasi, perusahaan juga mengeluarkan biaya reinvestasi. Biaya reinvestasi adalah biaya yang dikeluarkan apabila komponen pada biaya investasi yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan pada skenario II sama dengan skenario I yaitu dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Biaya Reinvestasi pada Skenario II No.
Uraian
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Volume
1.
Pipa paralon
Unit
38.000
100
2.
Cangkul
Unit
30.000
3.
Gergaji mesin
Unit
4.
Gunting panen
5.
Nilai (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
3.800.000
7
5
150.000
4
5.500.000
1
5.500.000
4
Unit
31.450
10
314.500
4
Linggis
Unit
20.000
5
100.000
4
6.
Kapak
Unit
30.000
5
150.000
4
7.
Pompa hama
Unit
207.500
1
207.500
4
8.
Alat siram
Unit
40.000
2
80.000
4
9.
Terpal
Rol
600.000
1
600.000
2
meningkat dari 20 buah menjadi 84 buah. Sedangkan untuk tahun berikutnya juga meningkat dari 77 buah menjadi 333 buah. Adanya peningkatan kapasitas produksi menyebabkan waktu yang dibutuhkan dalam satu kali penyulingan bertambah menjadi 4 jam sehingga kebutuhan solar meningkat dari 1680 liter menjadi 2.016 liter per bulan. Pada tahun pertama solar yang dibutuhkan adalah sebesar 6.048 liter (2.016 x 3) sedangkan untuk tahun berikutnya kebutuhan solar diasumsikan sama yaitu sebesar 24.192 liter. Rincian biaya variabel pada skenario II dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Biaya Variabel pada Skenario II No.
Uraian
Satuan
Harga (Rp)
1.
Polibag
Buah
40,3
2. 3.
Karung Jerigen
Buah buah
4.
Solar
liter
5.
Bensin
Tahun
Tahun 1 Volume
Nilai (Rp)
Tahun 2-10 Volume
Nilai (Rp)
240.000
9.672.000
240.000
9.672.000
1.000 30.000
50 84
50.000 2.520.000
50 333
50.000 9.990.000
4.300
6.048
26.006.400
24.192
10.800.000
4.500
2.400
4.500
104.025.600 10.800.000
7.3. Analisis Kelayakan Finansial 7.3.1. Skenario I (Tanpa Penambahan Ketel Suling)
Kelayakan finansial usaha penyulingan minyak nilam pada skenario I dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil cashflow pada skenario ini dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Analisis Finansial Skenario I Kriteria Net Present Value (Rp) Net Benefit and Cost Ratio Internal Rate of Return (%) Payback Periode (Tahun)
Berdasarkan
analisis
Hasil
563.632.317 2,93 119,64 1,99 (1 tahun 11 bulan 26 hari)
finansial
diatas
dapat
dilihat
bahwa
usaha
penyulingan minyak nilam dengan kapasitas mesin 30 kg memperoleh NPV > 0, yaitu sebesar Rp 563.632.317 yang artinya bahwa usaha penyulingan minyak nilam ini layak untuk dijalankan. Nilai NPV sama dengan Rp 563.632.317 menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha penyulingan minyak nilam
7.3.2. Skenario II (Adanya Penambahan Ketel Suling 100 Kg)
Kelayakan finansial usaha penyulingan minyak nilam pada skenario II dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil cashflow pada skenario ini dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Analisis Finansial Skenario II Kriteria Net Present Value (Rp) Net Benefit and Cost Ratio Internal Rate of Return (%) Payback Periode (Tahun)
Hasil
967.063.500 4,18 164,42 1,73 (1 tahun 8 bulan 24 hari)
Berdasarkan analisis finansial diatas dapat dilihat bahwa peningkatan kapasitas produksi dengan penambahan ketel suling 100 kg (kapasitas mesin 130 kg) memperoleh NPV > 0, yaitu sebesar Rp 967.063.500 yang artinya bahwa usaha penyulingan minyak nilam pada skenario II ini layak untuk dijalankan. Nilai NPV sama dengan Rp 967.063.500 menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha penyulingan minyak nilam skenario II selama umur proyek terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku (33,3 persen). Kriteria lain
dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit . Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti (switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. 7.4.1. Skenario I (Tanpa Penambahan Ketel Suling)
Hasil switching value pada skenario I adalah sebagai berikut. Tabel 21. Hasil Analisis Switching Value Skenario I No.
Uraian
Besar Perubahan (%)
1.
Penurunan harga jual minyak nilam dan daun kering
18,94
2.
Penurunan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering
18,94
Hasil switching value pada skenario I menunjukkan bahwa batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual dan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering masing-masing adalah 18,94 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha penyulingan minyak nilam pada skenario I ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis switching value terhadap skenario I dapat disimpulkan bahwa penurunan harga
harga jual dan produksi merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap kelayakan usaha pada skenario II. 7.5. Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario I dan II
Kedua skenario usaha penyulingan minyak nilam ini layak untuk dijalankan. Namun pada skenario I daun kering belum digunakan secara maksimal dalam penyulingan sehingga penerimaan yang diperoleh dari penjualan daun nilam kering lebih besar daripada penjualan minyak nilam. Hal ini disebabkan karena kapasitas ketel suling yang digunakan sangat kecil yaitu 30 kg. Oleh sebab itu peningkatan kapasitas produksi dengan penambahan jumlah ketel suling yang dilakukan pada skenario II merupakan salah satu alternatif agar daun nilam kering yang dihasilkan perusahaan dapat dimanfaatkan dengan maksimal sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimal juga. Untuk melihat jenis pengusahaan yang paling menguntungkan untuk dijalankan, dapat dilihat dari perbandingan hasil kelayakan finansial ketiga skenario pada tabel 23.
tabel perbandingan hasil switching value pada ketiga skenario penyulingan minyak nilam. Tabel 24. Perbandingan Hasil Switching Value Skenario I dan II Perubahan Penurunan harga jual minyak nilam dan daun kering Penurunan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering
Skenario I (%)
Skenario II (%)
18,94
26,38
18,94
26,38
Hasil analisis switching value antara skenario I dan II di atas dapat diketahui bahwa skenario I merupakan skenario yang paling sensitif terhadap perubahan. Batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual dan jumlah produksi yang masih memberikan keuntungan pada skenario I masing-masing adalah sebesar 18,94 persen. Sedangkan untuk skenario II masing-masing sebesar 26,38 persen. Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat disimpulkan bahwa penurunan harga jual dan jumlah produksi adalah faktor yang lebih berpengaruh
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha penyulingan minyak nilam yang dijalankan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri layak untuk dijalankan. 2. Usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan pada kedua skenario layak untuk dijalankan. Dari kedua skenario tersebut, skenario II merupakan skenario yang memberikan keuntungan paling besar. Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV skenario II > NPV skenario I, begitu pula dengan nilai Net B/C dan IRR nya. Sama halnya dengan payback period , skenario II lebih cepat dalam hal pengembalian biaya
investasi dibandingkan dengan skenario I. 3. Berdasarkan
hasil
analisis switching value,
skenario
I
yaitu
usaha
penyulingan minyak nilam yang saat ini dijalankan adalah jenis usaha yang
2. Perusahaan sebaiknya meningkatkan kegiatan promosi melalui website sehingga semua orang baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri dapat mengetahui informasi tentang minyak nilam yang dihasilkan oleh perusahaan. 3. Perusahaan sebaiknya melakukan kontrak dengan perusahaan lain yang menjadi pasar tujuan minyak nilam yang dihasilkan perusahaan. Hal ini bertujuan agar perusahaan terhindar dari kerugian akibat harga minyak nilam yang berfluktuatif karena harga yang diterima perusahaan akan relatif lebih stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Afni K. 2008. Analisis kelayakan pengusahaan lobster air tawar (Kasus K’Blat’S Farm Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[Ballitro] Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2007. Syarat Mutu Beberapa Minyak Atsiri. Bogor: Ballitro. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Perdagangan Luar Negeri . Jakarta: BPS Pusat. Departemen Agribisnis. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi . Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Edi E. 2002. Sistem agribisnis nilam di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Husnan S, Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek . Edisi ke-4. Yogyakarta:
Naiborhu AP. 2004. Analisis kelayakan finansial dan pemasaran minyak pala (Studi Kasus pada PT Pavettia Atsisri Indonesia di Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Raziah. 2007. Analisis nilai tambah dan dayasaing ekspor minyak atsiri Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Romansyah. 2002. Studi pengembangan agroindustri minyak nilam patchouli (patchouli oil ) skala kecil di Kabupaten Asahan-Sumaetra Utara [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rustiana IN. 2008. Analisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga (Studi Kasus Pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Triwagia M. 2003. Analisis kelayakan dan peranan pemerintah dalam usaha agroindustri penyulingan nilam (Studi Kasus Pabrik Mitra Usaha Jaya, Tasikmalaya) [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Ed ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jenis Minyak Atsiri yang Disuplai dari Indonesia No.
Nama Minyak
Nama Dagang
1.
Nilam
Patchouli oil
2.
Akar wangi
Vetiver oil
3.
Sereh Wangi
Citronella oil
4.
Kenanga
Cananga oil
5.
Kemukus
Cubeb oil
6.
Kayu Putih
Cajeput oil
7.
Sereh Dapur
Lemon grass
8.
Cengkeh
Cloves oil
9
Cendana
Sandalwood oil
10.
Pala
Nutmeg oil
11.
Lada
Pepper oil
12.
Kayu Manis
Cinamon oil
Sumber: Raziah, 2007
Lampiran 2. Daftar Tanaman Atsiri Penghasil Minyak Atsiri yang Berkembang di Indonesia No. Tanaman Nama Latin Sumber Minyak 1. Adas Buah dan Biji Foenicullum vulgare
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Akar wangi Anis Bangle Cempaka Cendana Cengkeh Eucalyptus Gaharu Gandapura Jahe Jeringau Jeruk Purut Kapulaga Kayu Manis Kayu Putih Kemangi
Vetiveria zizanoides Clausena anisata Zingiber purpureum Roxb. Michelia champaca Santalum album Syzygium aromaticum Eucalyptus sp. Aquilaria sp Gaultheria sp. Zingiber officinale Acarus calamus Citrus hystrix Amomum Cardamomum Cinnamomum cassia Melaleuca leucadendron LI Basil Oil
Akar Buah dan Biji Akar Cempaka Kayu Teras Bunga Daun Kayu Daun & Gagang Akar Buah Buah dan Biji Batang Daun Daun
Lampiran 2. Daftar Tanaman Atsiri Penghasil Minyak Atsiri yang Berkembang di Indonesia (Lanjutan) 39. Selasih Mekah Bunga Ocimum gratissimum 40. Seledri Daun, Batang Avium graveolens L.
41. Sereh Dapur Andropogon citrates 42. Sereh Wangi Cymbopogon citrates 43. Sirih Piper bitle 44. Surawung Pohon Backhousia citriodora 45. Temulawak Curcuma xanthorizza 46. Ylang-ylang Canangium odoratum Sumber: http://www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php
Daun Daun K Daun Akar Bunga
Lampiran 3. Ekspor Minyak Nilam Indonesia ke Negara Tujuan No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Negara
Singapore United States France Netherlands Switzerland India Spain Germany United Kingdom United Arab Emirates China Japan Pakistan Belgium Brazil Hongkong Italy South Africa Australia Turkey Chile
2003
Value in US$ 000 2004 2005
2006
6,378 1,808 3,057 764 3,129 753 617 598 1,139 3 54 210 458 1 6 68 19 12 -
10,422 2,456 4,955 941 1,700 950 1,421 1,157 1,189 280 434 251 1 549 13 24 39 5 32 109 -
15,633 5,592 4,725 3,676 3,339 3,180 1,998 1,542 1,133 950 686 581 320 142 100 82 48 47 41 26 24
17,107 5,645 3,872 5,749 2,239 2,020 2,337 1,306 1,952 120 813 198 5 44 10 1 19 36 96 15
Lampiran 4. Grafik Tren Pertumbuhan Produksi Nilam Indonesia
Trend Analysis Plot for INDONESIA Linear Trend Model Yt = 2359 - 204.7*t 2400
Variable A ctual Fits
2300
Ac cur acy Measures MAPE 12,3 MAD 222,8 MSD 49740,1
2200 2100
A I S 2000 E N O D 1900 N I
1800 1700 1600 1500 1
2
3 Index
4
Lampiran 5. Grafik Tren Pertumbuhan Ekspor Minyak Nilam Indonesia
Trend Analysis Plot for Volume Ekspor(ton) Linear Trend Model Yt = 748 + 572*t Variable A ctual Fits
3000
A ccu racy Measures MA PE 10,3 MA D 198,5 MSD 39553,5
) n 2500 o t ( r o p s k 2000 E e m u l o V 1500
1000 1
2
3 Index
4
Lampiran 6. Kuisioner Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam A. KARAKTERISTIK USAHA
Alasan mengusahakan
:
Modal usaha 1. Sendiri 2. Pinjaman 3. Investor 4. Lainnya
:
Luas lahan
:
Jenis nilam yang diusahakan dan yang dibeli
:
Metode Penyulingan yang digunakan 1. Penyulingan dengan air 2. Penyulingan dengan uap dan air 3. Penyulingan dengan uap
:
Intensitas Penyulingan
:
Pengairan diambil dari mana 1. Sendiri 2. Pinjaman
:
Ha
Kali/Tahun
1. Komponen Investasi (Lanjutan) Bahan a. Bibit b. Pasir c. Sekam d. Pupuk Kandang e. Insektisida f. Bambu g. Atap Pelindung h. Polibag Peralatan Pertanian a. Traktor b. Cangkul c. Sabit Lainnya… Bangunan a. Gudang bahan baku b. Gudang bahan pembantu c. Gudang produk jadi d. Ruang penyulingan e. Ruang pengemasan
2. Komponen Biaya Operasional a. Biaya Variabel Uraian Tenaga Kerja (HOK) a. Pemupukan b. Penyulaman c. Penyiangan d. Pemangkasan e. Pembumbuman f. Pengendalian OPT g. Pemanenan h. Pasca Panen - Pembersihan - Penjemuran - Penyimpanan - Perawatan tanaman i. Penyulingan j. Monitoring hasil j. Pengendalian mutu minyak
Jumlah (Ukuran)
Harga Per Satuan (Rp/Unit)
Nilai (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
Ket
b. Biaya Tetap Uraian
Jumlah (Ukuran)
Harga Per Satuan (Rp/Unit)
Nilai (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
Ket
Biaya Listrik Biaya Telepon TK Tetap TK Pengelola a. Manajer b. Operator Mesin Lainnya… Biaya Perawatan a. Bangunan b. Mesin c. Peralatan pertanian d. Alat Transportasi e. Alat Kantor Lainnya…
3. Pembayaran Bunga dan Pinjaman Jenis Pembayaran Jumlah (Rp)
Periode (Tahun)
C. KOMPONEN INFLOW 1. Komponen Penerimaan Jenis Penerimaan
Harga Jual (Rp/Kg)
Jumlah Produksi (Kg)
Periode (Tahun)
Jumlah (Rp)
Penjualan Minyak Nilam - Kondisi terbaik - Kondisi normal - Kondisi terburuk Penjualan Sampingan
2. Kredit Sumber Kredit
Jumlah (Rp)
Periode (Bulan)
3. Subsidi Sumber Subsidi
(Rp)
Periode (Bulan)
D. ASPEK PASAR
1. Berapa proyeksi permintaan minyak nilam? 2. Kemana pasar tujuan minyak nilam? 3. Berapa proporsi penjualan untuk tiap pasar? 4. Bagaimana persaingan yang dihadapi perusahaan? a. Jumlah perusahaan pesaing b. Diversifikasi produk dengan pesaing c. Perbandingan harga dengan pesaing d. Lainnya 5. Bagaimana perkiraan penjualan di masa yang akan datang? 6. Berapa harga jual minyak nilam? 7. Bagaimana jalur pemasaran minyak nilam? 8. Apakah ada kendala dalam pemasaran minyak nilam? 9. Berapa pangsa pasar dari minyak nilam? E. ASPEK TEKNIS
F. ASPEK MANAJEMEN
1. Bentuk organisasi / badan usaha yang dipilih? Alasan! a. CV b. Firma c. PT d. Lainnya… 2. Bagaimana struktur manajemen perusahaan? 3. Bagaimana pembagian kerja? 4. Bagaimana sistem kompensasi perusahaan? G. ASPEK HUKUM
1. Bagaimana prosedur pendirian usaha penyulingan minyak nilam? 2. Bagaimana peraturan pemerintah terhadap pendirian usaha penyulingan minyak nilam? 3. Apa saja pajak dan sistem pajak yang berpengaruh pada pendirian usaha penyulingan minyak nilam?
Lampiran 7. Struktur Organisasi PT. Perkasa Primatama Mandiri
Komisaris
Direktur
Manajer
Mandor Pembibitan
Operator
Kepala Bagian Produksi
Kepala Bagian Acconting
Kepala Bagian Personalia
Kepala Bagian Purchasing
Kepala Bagian Marketing
Kepala Mandor
Staf Adminitrasi
Staf Adminitrasi
Staf Adminitrasi
Staf Adminitrasi
Mandor PembukaanLahan
Operator
Mandor Penanaman
Operator
Mandor Pemanenan
Operator
Mandor Penyulingan
Operator
103
Lampiran 8. Jadwal Tanam dan Panen No.
Uraian Tahun 1 Persiapan bibit Pengolahan tanah Penanaman Penyulaman Penyiangan Pemangkasan Panen Pembumbuman
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
Bulan 5
Bulan 6
Bulan 7
Bulan 8
Bulan 9
Bulan 10
Bulan 11
Bulan 12
Tahun 2-3 Penyiangan Pemangkasan Panen Pembumbuman Tahun 4 Persiapan bibit Pengolahan tanah Penanaman Penyulaman Penyiangan Pemangkasan Panen Pembumbuman Tahun 5-6 Penyiangan Pemangkasan Panen Pembumbuman
104
Tahun 7 Persiapan bibit Pengolahan tanah Penanaman Penyulaman Penyiangan Pemangkasan Panen Pembumbuman Tahun 8-9 Penyiangan Pemangkasan Panen Pembumbuman Tahun 10 Persiapan bibit Pengolahan tanah Penanaman Penyulaman Penyiangan Pemangkasan Panen Pembumbuman
105
Lampiran 9. Laporan Rugi Laba Usaha Penyulingan Minyak Nilam Skenario I Uraian Inflow 1. Penjualan 2. Penjualan daun nilam kering 3. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Penyusustan Investasi Bibit Bangunan Kolam air Pipa paralon Rak pengeringan Cangkul Gergaji mesin Gunting Linggis Kapak Pompa hama Alat siram Terpal Kereta sorong Mesin generator Timbangan gantung Timbangan duduk Alat ukur PA Mesin suling Mesin genset Ps 130 Mobil pick up Motor Komputer Meja dan kursi Printer Stabilizer Total Penyusutan Investasi 2. Biaya Operasional
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
10
67.392.000
269.568.000
269.568.000
269.568.000
269.568.000
269.568.000
269.568.000
269.568.000
269.568.000
269.568.000
581.800.000
1.077.200.000
1.077.200.000
452.200.000
1.077.200.000
1.077.200.000
452.200.000
1.077.200.000
1.077.200.000
649.192.000
1.346.768.000
1.346.768.000
721.768.000
1.346.768.000
1.346.768.000
721.768.000
1.346.768.000
1.346.768.000
452.200.000 6.847.428 728.615.428
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 9.267.500 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000 200.000 38.898.357
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51. 875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 9.267.500 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000 200.000 38.898.357
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 9.267.500 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000 200.000 38.898.357
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 9.267.500 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000 200.000 38.898.357
4.800.000 5. 000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 9.267.500 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2. 400.000 1.000.000 240.000 200. 000 38.898.357
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 9.267.500 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1. 000.000 240.000 200.000 38.898.357
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 9.267.500 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000 200.000 38.898.357
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 9.267.500 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000 200.000 38.898.357
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 9.267.500 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000 200.000 38.898.357
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 9.267.500 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000 200.000 38.898.357 106
a. Biaya Variabel Polibag Karung Jerigen Solar Bensin Total Biaya Variabel b. Biaya Tetap Gaji kepala bagian Gaji kepala mandor Gaji staf administrasi Gaji TK budidaya Gaji TK penyulingan Biaya pemeliharaan bangunan Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan alat transportasi Biaya pemeliharaan alat kantor PBB Total Biaya Tetap Total Outflow EBIT Biaya Bunga EBT Pajak Penghasilan Laba bersih setelah pajak
9.672.000 50.000 600.000 21.672.000 10.800.000 42.794.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
9.672.000 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 109.520.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
9.672.000 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 109.520.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
9.672.000 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 109.520.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
276.000 538.976.000 620.668.357 28.523.643 0,000 28.523.643 2.852.364 25.671.279
276.000 538.976.000 677.722.357 669.045.643 0,000 669.045.643 183.213.693 485.831.950
276.000 538.976.000 677.722.357 669.045.643 0,000 669.045.643 183.213.693 485.831.950
276.000 538.976.000 687.394.357 34.373.643 0,000 34.373.643 3.437.364 30.936.279
276.000 538.976.000 677.722.357 669.045.643 0,000 669.045.643 183.213.693 485.831.950
276.000 538.976.000 677.722.357 669.045.643 0,000 669.045.643 183.213.693 485.831.950
276.000 538.976.000 687.394.357 34.373.643 0,000 34.373.643 3.437.364 30.936.279
276.000 538.976.000 677.722.357 669.045.643 0,000 669.045.643 183.213.693 485.831.950
276.000 538.976.000 677.722.357 669.045.643 0,000 669.045.643 183.213.693 485.831.950
276.000 538.976.000 687.394.357 41.221.071 0,000 41.221.071 4.122.107 37.098.964
107
Lampiran 10. Cashflow Skenario I, Penyulingan Dengan Kapasitas Mesin 30 Kg (Tanpa Penambahan Ketel Suling) Uraian
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
10
269.568.000 452.200.000 6.847.428 728.615.428
Inflow 1. Penjualan minyak nilam 2. Penjualan daun nilam kering 3. Nilai Sisa
67.392.000 581.800.000
269.568.000 1.077.200.000
269.568.000 1.077.200.000
269.568.000 452.200.000
269.568.000 1.077.200.000
269.568.000 1.077.200.000
269.568.000 452.200.000
269.568.000 1.077.200.000
269.568.000 1.077.200.000
Total Inflow
649.192.000
1.346.768.000
1.346.768.000
721.768.000
1.346.768.000
1.346.768.000
721.768.000
1.346.768.000
1.346.768.000
Outflow 1. Biaya Investasi Bibit Sewa lahan Bangunan Kolam air Pipa paralon Rak pengeringan Cangkul Gergaji mesin Gunting Linggis Kapak Pompa hama Alat siram Terpal Kereta sorong Mesin generator Timbangan gantung Timbangan duduk Alat ukur PA Mesin suling Mesin genset Ps 130 Mobil pick up Motor Komputer Meja dan kursi Printer
48.000.000 100.000.000 50.000.000 1.200.000 3.800.000 2.000.000 150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000 1.400.000 1.450.000 200.000 1.100.000 900.000 92.675.000 38.500.000 40.000.000 42.000.000 12.000.000 10.000.000 1.200.000
3.800.000
600.000
150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600000 1.400.000 1.450.000
600.000
150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600000 1.400.000 1.450.000
200.000 1.100.000 900.000
12.000.000 1.200.000 108
Stabilizer Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional a. Biaya Variabel Polibag Karung
Jerigen Solar Bensin Total Biaya Variabel b. Biaya Tetap Gaji kepala bagian Gaji kepala mandor Gaji staf administrasi Gaji TK budidaya Gaji TK penyulingan Biaya pemeliharaan bangunan Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan alat transportasi Biaya pemeliharaan alat kantor PBB Total Biaya Tetap 3. Pajak penghasilan Total Outflow Net Benefit DF 33,3 % PV DF 33,3 % PV Negatif PV Positif NPV NET B/C IRR Payback Periode
1.000.000 454.527.000
0
600.000
0
9.952.000
1.000.000 16.400.000
600.000
3.800.000
9.952.000
0
9.672.000 50.000 600.000 21.672.000 10.800.000 42.794.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
9.672.000 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 109.520.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
9.672.000 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 109.520.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
9.672.000 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 109.520.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000 1.500.000 6.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000 1.500.000 6.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000 1.500.000 6.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000 1.500.000 6.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000 1.500.000 6.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000 1.500.000 6.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000 1.500.000 6.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000 1.500.000 6.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000 1.500.000 6.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000 1.500.000 6.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
1.200.000 276.000 538.976.000 2.852.364 1.039.149.364 -389.957.364 0,750 -292.541.159 -292.541.159 856.173.476 563.632.317 2,927 119,637% 1,991
1.200.000 276.000 538.976.000 183.213.693 822.037.693 524.730.307 0,563 295.308.434
1.200.000 276.000 538.976.000 183.213.693 822.637.693 524.130.307 0,422 221.283.394
1.200.000 276.000 538.976.000 3.437.364 651.933.364 69.834.636 0,317 22.118.225
1.200.000 276.000 538.976.000 183.213.693 831.989.693 514.778.307 0,238 122.312.119
1.200.000 276.000 538.976.000 183.213.693 838.437.693 508.330.307 0,178 90.607.700
1.200.000 276.000 538.976.000 3.437.364 652.533.364 69.234.636 0,134 9.257.897
1.200.000 276.000 538.976.000 183.213.693 825.837.693 520.930.307 0,100 52.256.273
1.200.000 276.000 538.976.000 183.213.693 831.989.693 514.778.307 0,075 38.739.043
1.200.000 276.000 538.976.000 4.122.107 652.618.107 75.997.321 0,056 4.290.390
2.852.364
183.213.693
183.213.693
3.437.364
183.213.693
183.213.693
3.437.364
183.213.693
-292.541.159
2.767.275
109
Lampiran 11. Laporan Rugi Laba Usaha Penyulingan Minyak Nilam Skenario II Uraian Inflow 1. Penjualan 2. Penjualan daun nilam kering 3. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Penyusustan Investasi Bibit Bangunan Kolam air Pipa paralon Rak pengeringan Cangkul Gergaji mesin Gunting Linggis Kapak Pompa hama Alat siram Terpal Kereta sorong Mesin generator Timbangan gantung Timbangan duduk Alat ukur PA Mesin suling Mesin genset Ps 130 Mobil pick up Motor Komputer Meja dan kursi Printer
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
292.032.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
437.800.000
501.200.000
250.600.000
126.800.000
501.200.000
250.600.000
126.800.000
501.200.000
250.600.000
729.832.000
1.669.328.000
1.418.728.000
1.294.928.000
1.669.328.000
1.418.728.000
1.294.928.000
1.669.328.000
1.418.728.000
126.800.000 6.847.428 1.301.775.428
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 17.311.250 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 17.311.250 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 17.311.250 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 17.311.250 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 17.311.250 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 17.311.250 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 17.311.250 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 17.311.250 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 17.311.250 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000
4.800.000 5.000.000 120.000 542.857 200.000 37.500 1.375.000 78.625 25.000 37.500 51.875 20.000 300.000 350.000 362.500 40.000 220.000 180.000 17.311.250 3.850.000 4.000.000 4.200.000 2.400.000 1.000.000 240.000
10
110
Stabilizer Total Penyusutan Investasi 2. Biaya Operasional a. Biaya Variabel Polibag Karung
Jerigen Solar Bensin Total Biaya Variabel b. Biaya Tetap Gaji kepala bagian Gaji kepala mandor Gaji staf administrasi Gaji TK budidaya Gaji TK penyulingan Biaya pemeliharaan bangunan Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan alat transportasi Biaya pemeliharaan alat kantor PBB Total Biaya Tetap Total Outflow EBIT Biaya Bunga EBT Pajak Penghasilan Laba bersih setelah pajak
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
46.942.107
46.942.107
46.942.107
46.942.107
46.942.107
46.942.107
46.942.107
46.942.107
46.942.107
46.942.107
9.672.000 50.000 2.520.000 26.006.400 10.800.000 49.048.400
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
9.672.000 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 134.537.600
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
9.672.000 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 134.537.600
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
9.672.000 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 134.537.600
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
276.000
276.000
276.000
276.000
276.000
276.000
276.000
276.000
276.000
276.000
538.976.000 634.966.507 94.865.493 0,000 94.865.493 11.729.824 83.135.669
538.976.000 710.783.707 958.544.293 0,000 958.544.293 270.063.288 688.481.005
538.976.000 710.783.707 707.944.293 0,000 707.944.293 194.883.288 513.061.005
538.976.000 720.455.707 574.472.293 0,000 574.472.293 154.841.688 419.630.605
538.976.000 710.783.707 958.544.293 0,000 958.544.293 270.063.288 688.481.005
538.976.000 710.783.707 707.944.293 0,000 707.944.293 194.883.288 513.061.005
538.976.000 720.455.707 574.472.293 0,000 574.472.293 154.841.688 419.630.605
538.976.000 710.783.707 958.544.293 0,000 958.544.293 270.063.288 688.481.005
538.976.000 710.783.707 707.944.293 0,000 707.944.293 194.883.288 513.061.005
538.976.000 720.455.707 581.319.721 0,000 581.319.721 156.895.916 424.423.805
111
Lampiran 12. Cashflow Skenario II, Penyulingan Dengan Kapasitas Mesi n 130 Kg (Adanya Penambahan Ketel Suling 100 kg) Uraian Inflow 1. Penjualan minyak nilam 2. Penjualan daun nilam kering 3. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi Bibit Sewa lahan Bangunan Kolam air Pipa paralon Rak pengeringan Cangkul Gergaji mesin Gunting Linggis Kapak Pompa hama Alat siram Terpal Kereta sorong Mesin generator Timbangan gantung Timbangan duduk Alat ukur PA Mesin suling Mesin genset Ps 130 Mobil pick up Motor Komputer Meja dan kursi Printer
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
292.032.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
1.168.128.000
437.800.000
501.200.000
250.600.000
126.800.000
501.200.000
250.600.000
126.800.000
501.200.000
250.600.000
729.832.000
1.669.328.000
1.418.728.000
1.294.928.000
1.669.328.000
1.418.728.000
1.294.928.000
1.669.328.000
1.418.728.000
1
48.000.000 100.000.000 50.000.000 1.200.000 3.800.000 2.000.000 150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000 1.400.000 1.450.000 200.000 1.100.000 900.000 173.112.500 38.500.000 40.000.000 42.000.000 12.000.000 10.000.000 1.200.000
10
1.168.128.000 126.800.000 6.847.428 1.301.775.428
3.800.000
600.000
150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000 1.400.000 1.450.000
600.000
150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000 1.400.000 1.450.000
200.000 1.100.000 900.000
12.000.000 1.200.000 112
Stabilizer Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional a. Biaya Variabel Polibag Karung Jerigen Solar Bensin Total Biaya Variabel b. Biaya Tetap Gaji kepala bagian Gaji kepala mandor Gaji staf administrasi Gaji TK budidaya Gaji TK penyulingan Biaya pemeliharaan bangunan Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan alat transportasi Biaya pemeliharaan alat kantor PBB Total Biaya Tetap 3. Pajak penghasilan Total Outflow Net Benefit DF 33,3 % PV DF 33,3 % PV Negatif PV Positif NPV NET B/C IRR Payback Periode
1.000.000 534.964.500
0
600.000
0
9.952.000
1.000.000 16.400.000
600.000
3.800.000
9.952.000
0
9.672.000 50.000 2.520.000 26.006.400 10.800.000 49.048.400
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
9.672.000 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 134.537.600
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
9.672.000 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 134.537.600
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
0 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 124.865.600
9.672.000 50.000 9.990.000 104.025.600 10.800.000 134.537.600
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
276.000 538.976.000 11.729.824 1.134.718.724 -404.886.724 0,750 -303.740.978 -303.740.978 1.270.804.478 967.063.500 4,184 164,424% 1,734
276.000 538.976.000 270.063.288 933.904.888 735.423.112 0,563 413.882.416
276.000 538.976.000 194.883.288 859.324.888 559.403.112 0,422 236.175.275
276.000 538.976.000 154.841.688 828.355.288 466.572.712 0,317 147.774.241
276.000 538.976.000 270.063.288 943.856.888 725.471.112 0,238 172.373.054
276.000 538.976.000 194.883.288 875.124.888 543.603.112 0,178 96.894.927
276.000 538.976.000 154.841.688 828.955.288 465.972.712 0,134 62.308.807
276.000 538.976.000 270.063.288 937.704.888 731.623.112 0,100 73.391.577
276.000 538.976.000 194.883.288 868.676.888 550.051.112 0,075 41.393.457
276.000 538.976.000 156.895.916 830.409.516 471.365.912 0,056 26.610.723
729.832.000 547.510.878
113
Lampiran 13. Switching Value Skenario 1, Penurunan Harga atau Jumlah Produksi Minyak Nilam dan Daun kering sebesar 18,93986593 persen Uraian
1
Inflow 1. Penjualan minyak nilam 2. Penjualan daun nilam kering 3. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi Bibit Sewa lahan Bangunan Kolam air Pipa paralon Rak pengeringan Cangkul Gergaji mesin Gunting Linggis Kapak Pompa hama Alat siram Terpal Kereta sorong Mesin generator Timbangan gantung Timbangan duduk Alat ukur PA Mesin suling Mesin genset Ps 130 Mobil pick up Motor Komputer Meja dan kursi Printer Stabilizer Total Biaya Investasi
48.000.000 100.000.000 50.000.000 1.200.000 3.800.000 2.000.000 150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000 1.400.000 1.450.000 200.000 1.100.000 900.000 92.675.000 38.500.000 40.000.000 42.000.000 12.000.000 10.000.000 1.200.000 1.000.000 454.527.000
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
10
54.628.046
218.512.182
218.512.182
218.512.182
218.512.182
218.512.182
218.512.182
218.512.182
218.512.182
218.512.182
471.607.860
873.179.764
873.179.764
366.553.926
873.179.764
873.179.764
366.553.926
873.179.764
873.179.764
526.235.906
1.091.691.946
1.091.691.946
585.066.108
1.091.691.946
1.091.691.946
585.066.108
1.091.691.946
1.091.691.946
366.553.926 6.847.428 591.913.536
3.800.000 150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000 1.400.000 1.450.000
600.000
150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000 1.400.000 1.450.000
600.000
200.000 1.100.000 900.000
12.000.000
0
600.000
0
9.952.000
1.200.000 1.000.000 16.400.000
600.000
3.800.000
9.952.000
0 114
2. Biaya Operasional a. Biaya Variabel Polibag Karung Jerigen Solar Bensin Total Biaya Variabel b. Biaya Tetap Gaji kepala bagian Gaji kepala mandor Gaji staf administrasi Gaji TK budidaya Gaji TK penyulingan Biaya pemeliharaan bangunan Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan alat transportasi Biaya pemeliharaan alat kantor PBB Total Biaya Tetap 3. Pajak penghasilan Total Outflow Net Benefit DF 33,3 % PV DF 33,3 % PV Negatif PV Positif NPV NET B/C IRR Payback Periode
9.672.000 50.000 600.000 21.672.000 10.800.000 42.794.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
9.672.000 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 109.520.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
9.672.000 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 109.520.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
0 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 99.848.000
9.672.000 50.000 2.310.000 86.688.000 10.800.000 109.520.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
9.000.000 15.000.000 48.000.000 420.000.000 36.000.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
276.000 538.976.000 2.852.364 1.039.149.364 -512.913.458 0,750 -384.781.289 -384.781.289 384.781.289 0,261 1,000 33,300%
276.000 538.976.000 183.213.693 822.037.693 269.654.253 0,563 151.756.386
276.000 538.976.000 183.213.693 822.637.693 269.054.253 0,422 113.592.436
276.000 538.976.000 3.437.364 651.933.364 -66.867.256 0,317 -21.178.388
276.000 538.976.000 183.213.693 831.989.693 259.702.253 0,238 61.705.656
276.000 538.976.000 183.213.693 838.437.693 253.254.253 0,178 45.141.486
276.000 538.976.000 3.437.364 652.533.364 -67.467.256 0,134 -9.021.567
276.000 538.976.000 183.213.693 825.837.693 265.854.253 0,100 26.668.735
276.000 538.976.000 183.213.693 831.989.693 259.702.253 0,075 19.543.591
276.000 538.976.000 4.122.107 652.618.107 -60.704.571 0,056 -3.427.046
-384.781.289
233.024.903
-21.178.388
40.527.268
85.668.754
76.647.186
103.315.921
10,000
115
Lampiran 14. Switching Value Skenario 2, Penurunan Harga Jual atau Jumlah Produksi Minyak Nilam dan Daun kering sebesar 26,37865886 persen Uraian Inflow 1. Penjualan minyak nilam 2. Penjualan daun nilam kering 3. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi Bibit Sewa lahan Bangunan Kolam air Pipa paralon Rak pengeringan Cangkul Gergaji mesin Gunting Linggis Kapak Pompa hama Alat siram Terpal Kereta sorong Mesin generator Timbangan gantung Timbangan duduk Alat ukur PA Mesin suling Mesin genset Ps 130 Mobil pick up Motor Komputer Meja dan kursi Printer
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
10
214.997.875
859.991.500
859.991.500
859.991.500
859.991.500
859.991.500
859.991.500
859.991.500
859.991.500
859.991.500
322.314.232
368.990.162
184.495.081
93.351.861
368.990.162
184.495.081
93.351.861
368.990.162
184.495.081
537.312.106
1.228.981.662
1.044.486.581
953.343.360
1.228.981.662
1.044.486.581
953.343.360
1.228.981.662
1.044.486.581
93.351.861 6.847.428 960.190.788
48.000.000 100.000.000 50.000.000 1.200.000 3.800.000 2.000.000 150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000 1.400.000 1.450.000 200.000 1.100.000 900.000 173.112.500 38.500.000 40.000.000 42.000.000 12.000.000 10.000.000 1.200.000
3.800.000
600.000
150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000 1.400.000 1.450.000
600.000
150.000 5.500.000 314.500 100.000 150.000 207.500 80.000 600.000 1.400.000 1.450.000
200.000 1.100.000 900.000
12.000.000 1.200.000 116
View more...
Comments