Skripsi Kesehatan Masyarakat Departemen Gizi Masyarakat
September 21, 2017 | Author: Hasibuan Ardhyy | Category: N/A
Short Description
Skripsi Kesehatan Masyarakat...
Description
DETERMINAN EKOLOGI PADA KASUS GIZI BURUK BALITA DI KECAMATAN X KABUPATEN NIAS SELATAN PADA TAHUN 2011
OLEH KHAIRIL ARDHI NIM.113313127
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT MEDAN 2012
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan unsur yang penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia. Gizi seseorang sangat tergantung dari kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya. Indonesia hingga saat ini belum terlepas dari masalah gizi, hal ini terlihat dari masih tinginya kasus gizi buruk. Di Indonesia masih terdapat 1,3 juta balita yang mengalami gizi buruk (Liputan6, 2011). Ketahanan pangan suatu individu atau rumah tangga berada dalam keadaan tahan apabila kebutuhan pangannya setiap saat dapat dipebuhi baik secara kuantitas dan kualitas. Namun hal itu belum sepenuhnya terwujud di Indonesia, karena masih terdapat kasus gizi buruk terjadi di Provinsi Sumatera Utara, terdapat 375 kasus gizi buruk pada tahun 2011 (Kustinah,2012). Masalah Gizi merupakan masalah ekologi karena adanya interaksi antara berbagai faktor lingkungan, baik fisik, sosial, ekonomi, budaya maupun politik (Jelliffe & Jelliffe,1989). Beberapa faktor resiko penyebab gizi buruk adalah pengetahuan ibu tentang gizi, penyakit infeksi, kualitas air bersih, pengetahuan ibu terhadap pengolahan makanan dan status ekonomi keluarga. Menurut Williams (1993), masalah yang menyebabkan malnutrisi adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi anak dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik. Ibu merupakan penunjang tumbuh kembangnya anak hingga dewasa. Pengetahuan ibu yang tinggi terhadap gizi anak mendukung terwujudnya sikap dan tindakan yang tinggi terhadap gizi anak. Kustinah (2012) pada medan bisnis menyatakan bahwa pada, pendidikan mengenai gizi yang rendah masih menjadi faktor terjadinya kasus gizi buruk di kepulauan Nias.
Penyakit penyerta merupakan faktor pemberat terjadinya kasus gizi buruk. Berdasarkan data yang diperoleh, kasus gizi buruk yang terjadi di Sumatera Utara, penderita gizi buruk umumnya diikuti dengan penyakit penyerta seperti TB Paru, Hepatomegali, anemia berat dan diare berat (Kustinah,2011). Scrimshaw, selama bertugas di Gorgas Hospital, Panama pada kurun waktu 1945-1946, mengamati bahwa tuberkolosa adalah penyakit yang leibh banyak diderita anak-anak atau dewasa yang menderita kurang gizi dari pada anak-anak atau dewasa yang status gizinya lebih baik. Scrimshaw (2003) juga mengemukakan bahwa terdapat kaitan antara kekurangan gizi tingkat sedang dan buruk pada awal penyakit infeksi. Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan merupakan motor penggerak
untuk
mendukung
kehidupan
manusia
yang
sehat.
Pengonsumsian air yang bersih dan bebas dari zat-zat pencemar sangatlah penting untuk menunjang kesehatan tubuh. Seperti diketahui, air yang tercemar selain dapat merusak ginjal juga dapat menimbulkan berbagai penyakit, di antaranya diare, tifus, dan kolera. Di dalam gizi seimbang air merupakan zat gizi esensial dan komponen utama. Air berperan penting bagi tubuh manusia, berfungsi sebagai zat pembangun, pelarut, pengangkut zat gizi, zat buangan, pengatur suhu tubuh, pelumas, dan penahan guncangan selain menjaga keseimbangan air, masyarakat juga harus memperhatikan kebersihan air yang dikonsumsi agar terhindar dari berbagai penyakit (Hardinsyah, 2012) Pengetahuan ibu terhadap pengolahan makanan mendukung tesedianya pangan yang berkualitas. Makanan harus diolah dengan cara yang benar. Hal ini bertujuan agar kandungan zat gizinya tidak hilang. Setiap jenis makanan harus diolah sesuai dengan sifat-sifatnya. Pengolahan makanan dengan baik yaitu dengan prinsip hygiene sanitasi makanan
dapat
mencegah
terjadinya
kontaminasi
makanan
dari
komponen pencemar. Makanan yang tidak terkontaminasi mendukung tersedianya pangan yang berkualitas. Ekonomi merupakan suatu modal atau kekuatan bagi keluarga untuk mendapatkan ketahanan pangan yang maksimal. Dengan ekonomi yang tinggi, individu maupun keluarga dapat memenuhi kebutuhan pangannya. Golongan ekonomi yang rendah lebih banyak menderita gizi kurang dibandingkan golongan menengah ke atas (Suparyanto, 2011). Kabupaten Nias Selatan merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang terletak di kepulauan Nias. Nias Selatan merupakan wilayah prevalensi kasus gizi buruk di Sumatera Utara. Terdapat 10 kasus gizi buruk di Kabupaten Nias Selatan pada tahun 201 (Kustinah,2012). Dengan tingginya kasus gizi buruk ini, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai determinan ekologi pada kasus gizi buruk di kecamatan X Kabupaten Nias Selatan. B.
Rumusan Masalah Dari penjelasan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah masalah sebagai berikut ; Apakah determinan ekologi berpengaruh pada kasus gizi buruk balita di kecamatan x Kabupaten Nias Selatan pada tahun 2011
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh determinan ekologi pada kasus gizi buruk balita di Kecamatan X Kabuupaten Nias Selatan tahun 2011.
2.
Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan gizi buruk pada Selatan tahun 2011.
Kecamatan X Kabuupaten Nias
b. Untuk mengetahui hubungan penyakit infeksi dengan gizi buruk pada Kecamatan X Kabuupaten Nias Selatan tahun 2011. c. Untuk mengetahui hubungan kualitas air bersih dengan gizi buruk pada Kecamatan X Kabupaten Nias Selatan tahun 2011. d. Untuk
mengetahui
hubungan
pengetahuan
ibu
terhadap
pengolahan makanan dengan gizi buruk pada Kecamatan X Kabuupaten Nias Selatan tahun 2011. e. Untuk mengetahui hubungan status ekonomi keluarga dengan gizi buruk pada Kecamatan X Kabuupaten Nias Selatan tahun 2011.
DAFTAR PUSTAKA Hardinsyah, 2012, Lima Prinsip Gizi Seimbang. Diakses dari http://koran-jakarta.com. Juni 2012 Jelliffe,1989, Community Nutritional Assessment . Oxoford University Press,oxoford Kustinah, 2011. Pulau Nias Tertinggi Kasus Gizi Buruk Di Sumut. Diakses dari http://www.nias-bangkit.com, Juni 2012 Kustinah, 2012. Tercatat 375 Kasus Gizi Buruk http://www.medanbisnisdaily.com. Juni 2012
Di
Sumut.
Diakses
dari
Liputan 6, 2011. Di Indonesia Sebanyak 4,7 Juta Balita Menderita Gizi Kurang . Diakses dari http://pkmsungaiayak.wordpress.com/2011/03/25/di-indonesia-sebanyak-47juta-balita-menderita-gizi-kurang/,Juni 2012 Scrimshaw NS (2003) Historical concepts of interactions ,synergism, and antagonism between nutrition and infection . J nutr 133 : 316 S-321 S Suprayanto, 2012. Konsep Status Gizi . Diakses dari http://dr-suparyanto.blogspot.coml. Juni 2012
View more...
Comments