Skripsi Final Maret
January 12, 2019 | Author: vannyanoy | Category: N/A
Short Description
Download Skripsi Final Maret...
Description
1
BAB I PENDAHULUAN I. 1.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial sosial yang yang sempur sempurna. na. Dalam Dalam perjal perjalnan nan hidup, hidup, masa masa remaja remaja adalah adalah suatu suatu periode transisi yang memiliki rentang dari masa kanak – kanak yang bebas dari tanggung jawab sampai mencapai tanggung jawab masa remaja. Batasan usia remaja adalah 10 sampai 20 tahun. (WHO,2002) Dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial. Masa remaja ini juga merupakan periode pencarian identitas identitas diri, sehingga sehingga remaja sangat mudah terpengaruh terpengaruh oleh lingkungan. lingkungan. Umum Umumny nyaa
prose rosess
pem pematan atanga gan n
fisi fisik k
lebi lebih h
cep cepat
dari ari
pemat ematan ang gan
psiko psikolog logisn isnya. ya. Oleh Oleh karena karena itu sering sering terjadi terjadi ketida ketidakse kseimb imbang angan an yang yang menyebabk menyebabkan an remaja sangat sensitif sensitif dan rawan terhadap terhadap stres. (Desti,2010) (Desti,2010).. Tuga Tugass – tuga tugass perk perkem emba bang ngan an pada pada masa masa rema remaja ja yang yang dise disert rtai ai oleh oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan – harapan baru yang dialami remaja membuat remaja mudah mengalami gangguan baik berupa gang ganggu guan an
piki pikira ran, n,
peras perasaan aan
maup maupun un
gang ganggu guan an
peril perilak aku. u.(I (IDA DAI, I,20 2008 08). ).
Gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan – tekanan yang dialami remaja akibat perubahan fisik atau psikis, perubahan lingkungan sosial, kebimbangan mencari identitas diri, minat dalam pendidikan, minat seks dan perilaku seks atau mulai beradaptasi dengan lawan jenis, sehingga keadaan emosional pun sering mengalami ketidakseimbangan. (Yusuf,2004) . Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan fungsi fisiol fisiologi ogis. s. Peruba Perubahan han tubuh tubuh diserta disertaii dengan dengan perkem perkemban bangan gan bertah bertahap ap dari dari karateristik seksual primer dan sekunder, misalnya pada remaja putri ditandai dengan menarche ( menstruasi pertama kali) (Kaplan,2002). Ciri khas kedewasaan wanita adalah menstruasi. Pada wanita siklus yang yang beru berula lang ng di dala dalam m aksi aksiss hipo hipotal talam amus us,, hipo hipofi fisi sis, s, dan dan ovari ovarium um menyeb menyebabk abkan an pematan pematangan gan dan pelepa pelepasan san gamet gamet dari dari ovariu ovarium m untuk untuk
2
persiapan uterus dalam kehamilan jika terjadi fertilisasi. Namun, jika tidak terjad terjadii konsep konsepsi, si, setiap setiap siklus siklus berakh berakhir ir dengan dengan perdar perdaraha ahan n menstr menstruas uasii (Heffener,2008) Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusi manusiaa yang yang mencob mencobaa untuk untuk mengad mengadapt aptasi asi dan mengat mengatur ur baik baik tekana tekanan n intern internal al dan ekster eksternal nal (Sriar (Sriarti, ti,200 2008). 8). Stres Stres diketah diketahui ui merupa merupakan kan faktor faktor etiologi etiologi dari banyak banyak gangguan gangguan . Misalnya Misalnya mengacaukan mengacaukan siklus menstruasi. menstruasi. Namun, hubungan antara stres dan siklus menstruasi ini sangat kompleks dan pemahaman kita mengenai hubungan ini masih sangat terbatas. Stres atau kecemasan dapat mengacaukan siklus menstruasi karena pusat stres di otak otak sang sangat at deka dekatt deng dengan an pusa pusatt peng pengat atur uran an sikl siklus us mens menstr trua uasi si di otak otak (Riani,2005) Stres Stres dan dan kece kecema masa san n seba sebaga gaii rang rangsa sang ngan an mela melalu luii sist sistem em saraf saraf diteruskan ke susunan saraf pusat, yaitu sistem limbik , selanjutnya selanjutnya melalui melalui saraf autonom (simpatis dan parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar – kelenjar kelenjar endokrin.(S endokrin.(Sriarti riarti,2008 ,2008). ). Neuroendok Neuroendokrin rin menuju menuju hipofisis hipofisis melalui melalui sist sistem em
pron pronta tall
meng mengel elua uark rkan an
gona gonado dotr trop opin in
dala dalam m
bent bentuk uk Folikel
Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH) dan nantinya akan mempengaru mempengaruhi hi terjadinya terjadinya proses proses menstruasi menstruasi (Sherwood, (Sherwood,2001 2001). ). Stres berkelanjutan dapat menyebabkan depresi, yaitu apabila sense of control atau kemampuan untuk mengatasi stres seseorang kurang baik (Desti,2010). Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro,2007). Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya (Sherwood,2001). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari (Wikbjosastro,2007). Hanya 10 – 15 % wanita yang memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause (Baso,1999). Beberapa studi, menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 18-55 tahun tahun mengalami gangguan dengan menstruasinya dan juga dari hasil penelitian pelajar lebih sering menunjukka menunjukkan n variasi variasi menstruasi menstruasi yang bermasalah, seperti menstruasi tidak teratur. Siklus menstruasi yang abnormal
2
persiapan uterus dalam kehamilan jika terjadi fertilisasi. Namun, jika tidak terjad terjadii konsep konsepsi, si, setiap setiap siklus siklus berakh berakhir ir dengan dengan perdar perdaraha ahan n menstr menstruas uasii (Heffener,2008) Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusi manusiaa yang yang mencob mencobaa untuk untuk mengad mengadapt aptasi asi dan mengat mengatur ur baik baik tekana tekanan n intern internal al dan ekster eksternal nal (Sriar (Sriarti, ti,200 2008). 8). Stres Stres diketah diketahui ui merupa merupakan kan faktor faktor etiologi etiologi dari banyak banyak gangguan gangguan . Misalnya Misalnya mengacaukan mengacaukan siklus menstruasi. menstruasi. Namun, hubungan antara stres dan siklus menstruasi ini sangat kompleks dan pemahaman kita mengenai hubungan ini masih sangat terbatas. Stres atau kecemasan dapat mengacaukan siklus menstruasi karena pusat stres di otak otak sang sangat at deka dekatt deng dengan an pusa pusatt peng pengat atur uran an sikl siklus us mens menstr trua uasi si di otak otak (Riani,2005) Stres Stres dan dan kece kecema masa san n seba sebaga gaii rang rangsa sang ngan an mela melalu luii sist sistem em saraf saraf diteruskan ke susunan saraf pusat, yaitu sistem limbik , selanjutnya selanjutnya melalui melalui saraf autonom (simpatis dan parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar – kelenjar kelenjar endokrin.(S endokrin.(Sriarti riarti,2008 ,2008). ). Neuroendok Neuroendokrin rin menuju menuju hipofisis hipofisis melalui melalui sist sistem em
pron pronta tall
meng mengel elua uark rkan an
gona gonado dotr trop opin in
dala dalam m
bent bentuk uk Folikel
Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH) dan nantinya akan mempengaru mempengaruhi hi terjadinya terjadinya proses proses menstruasi menstruasi (Sherwood, (Sherwood,2001 2001). ). Stres berkelanjutan dapat menyebabkan depresi, yaitu apabila sense of control atau kemampuan untuk mengatasi stres seseorang kurang baik (Desti,2010). Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro,2007). Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya (Sherwood,2001). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari (Wikbjosastro,2007). Hanya 10 – 15 % wanita yang memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause (Baso,1999). Beberapa studi, menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 18-55 tahun tahun mengalami gangguan dengan menstruasinya dan juga dari hasil penelitian pelajar lebih sering menunjukka menunjukkan n variasi variasi menstruasi menstruasi yang bermasalah, seperti menstruasi tidak teratur. Siklus menstruasi yang abnormal
3
berhu berhubun bungan gan dengan dengan stres stres psikol psikologi ogi (Nepom (Nepomnas naschy chy,, 2007), 2007), dan dan dari dari hasil hasil penelitian beberapa studi juga menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yang menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi yakni siklus menstruasi yang abnormal (Nevid,2005; Pinel, 2009; Carlson,
2005; Sriarti, 2008). Dari data beberapa hasil studi dikatakan bahwa pelajar perawat di Kusyu University dilaporkan sebanyak 34% mengalami menstruasi
penelitian di tidak tidak teratu teraturr akibat akibat stress stress (Onim (Onimura ura dan Yamag Yamaguch uchi, i, 1996), 1996), penelitian Jepang, terdapat 63% pelajar mahasiswi mengalami menstruasi tidak teratur (Yamamoto dkk, 2009). Pada Pada remaja remaja suka suka mengel mengeluh uh tentan tentang g sekola sekolah, h, misalk misalkan an kegiat kegiatan an belajar, banyaknya tugas – tugas, ketakutan menghadapi ujian akhir juga minat terhadap pendidikan jenjang yang lebih tinggi untuk meraihnya dan lain – lainnya dapat berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Stres dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada hormon dan dapat menyebabkan kegagalan ovulasi pada wanita sehingga terjadinya menstruasi (Desti,2010). Faktor Faktor yang yang mempen mempengar garuhi uhi ketida ketidakte kterat raturan uran siklus siklus menstr menstruas uasii dapat dapat dipengaruhi oleh gaya hidup, gizi, usia dan faktor stres. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan timbul pemikiran untuk mengetahui lebih lanjut dan peniliti tertarik untuk membuktikan kebenaran hasil penelitian-penelitian tersebut di kalangan remaja kelas XII di SMAN 64 Jakart Jakarta. a. Sebelu Sebelumny mnyaa sudah sudah ada beberap beberapaa peneli penelitian tian serupa serupa,, tetapi tetapi perbe perbedaa daan n peneli penelitian tian ini dengan dengan peneli penelitian tian sebelu sebelumny mnyaa adalah adalah subyek subyek penelitian dan waktu penelitian
I. 2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan alasan pemilihan judul permasalahan yang diambil dalam pen penel elit itian ian ini ini adal adalah ah “Ada “Adaka kah h hubu hubung ngan an ting tingka katt stre stress terh terhad adap ap sikl siklus us menstruasi pada remaja kelas XII di SMAN 64 Jakarta ?”
4
I. 3.
Tujuan Penelitian
I. 3. 3. 1. Tuju Tujuan an Umum Umum :
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat stres terhadap terhadap siklus menstruasi menstruasi pada remaja putri kelas XII di SMAN 64 Jakarta. I. 3. 2. Tujuan Khusus :
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Menget Mengetahu ahuii gambaran gambaran tingk tingkat at stres stres pada remaja remaja kelas kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta 2. Menget Mengetahu ahuii gambaran gambaran tingka tingkatt stres pada pada remaja remaja kelas XII IPS di SMA Negeri 64 Jakarta 3. Mengetahui Mengetahui gambara gambaran n siklus siklus menstru menstruasi asi pada pada remaja remaja kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta 4. Mengetahui Mengetahui gambaran gambaran siklus siklus menstru menstruasi asi pada pada remaja remaja kelas XII IPS IPS di SMA Negerri 64 Jakarta 5. Mengetahui Mengetahui hubun hubungan gan tingkat tingkat stres stres terhadap terhadap siklus siklus menstru menstruasi asi pada pada remaja kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta 6. Mengetahui Mengetahui hubun hubungan gan tingkat tingkat stres stres terhadap terhadap siklus siklus menstru menstruasi asi pada pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta 7. Mengetahui Mengetahui hubun hubungan gan tingkat tingkat stres stres terhadap terhadap siklus siklus menstru menstruasi asi pada pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta 8. Meng Menget etah ahui ui hubu hubung ngan an juru jurusa san n kela kelass terh terhad adap ap ting tingka katt stres stres pada pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta
I. 4. 4.
Manfaat Pe Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1. Subj Subjek ek Pene Peneli liti tian an Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi 2. Diri se sendiri
5
Untuk menambah wawasan tentang ilmu kedokteran khususnya tentang hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi serta untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat khususnya ilmu CRP (Commmunity Research Program)
3. Tempat dilakukan penelitian Sebagai data yang menggambarkan angka tingkat stres pada remaja kelas XII di institusi tersebut, sehingga diharapkan dapat dilakukan cara mengendalikan dan manajemen stres agar masalah tersebut tidak sampai menyebabkan gangguan yang lebih lanjut.
4. Pemerintah dan Praktisi Kesehatan Sebagai sumber informasi bagi pemerintah dan praktisi kesehatan agar lebih memperhatikan masalah kesehatan psikologis berupa tingkat stres karena mempunyai dampak terhadap gangguan siklus menstruasi. 5. Masyarakat umum Sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sehingga diharapkan masyarakat dapat mengatasi, mengelola, mengendalikan stres karena dapat berdampak pada siklus menstruasi. 6. Masyarakat Ilmiah Sebagai data untuk penelitian selanjutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II. 1.Landasan Teori II. 1. 1.Stres II. 1. 1. 1.
Definisi
6
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: 1) perubahan fisiologis. 2) psikologis, bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang mengiduksi respon stres) (Pinel,2009) Menurut Selye
stres
digolongkan
stmenjadi
dua
yang
berdasarkan atas persepsi individu terhadap yang dialaminya (Rice,1992), yaitu: a.
Distress (stres negatif) Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana inidvidu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah, sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
b.
Eustress (stres positif) Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase joy of stress untuk mengucapkan hal – hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental,
kewaspadaan, kognisi
dan
performasi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni. Menurut psikologis
Sriarti dan
(2008) Stres merupakan respon fisiologis,
perilaku
dari
manusia
yang
mencoba
untuk
mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan ekstrenal. Branon dan
Feist
(2007) menjelaskan bahwa stres dapat
didefinisikan melalui tiga cara yang berbeda, yaitu : 1.
Stimulus, yaitu sebagai respons dan sebagai interaksi yang
menimbulkan stres disebut juga dengan stresor
7
2.
Respon, yaitu suatu individu yang muncul karena adanya
situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respons yang muncul dapat berupa respon fisiologis, seperti: jantung berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis, seperti: takut, cemas, sulit tidur, sulit konsentrasi dan mudah tersinggung 3.
Interaksi, yaitu hubungan seseorang dengan stimulus
lingkungannya, individu sendiri merupakan agen aktif yang bisa mempengaruhi akibat dari stresor melalui tingkah laku, kognisi dan strategi emosi. Berdasarkan
berbagai
definisi
tersebut,
Indri
(2007)
mengemukakan bahwa stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya
tuntunan
internal
maupun
eksternal
yang
dapat
membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis dan melakukan penyesuaian diri terhadap
situasi yang
menjadi stresor. II. 1. 1. 2.
Klasifikasi Stres
Struart
dan Sundeen (1998)
dalam
Maramis (2009)
mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:
1. Stres Ringan Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari – hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi 2. Stres Sedang Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal penting saat
ini
dan
mengesampingkan
mempersempit lahan persepsinya.
yang
lain
sehingga
8
3. Stres Berat Pada tingkat sres ini, persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal – hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba
memusatkan
perhatian
pada
lahan
lain
dan
memerlukan banyak pengarahan. II. 1. 1. 3
Sumber Stres (Stresor)
Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres. Stress reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan mengatasi (copying capacity ) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya (Sunaryo, 2004). Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stesor fisik berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan diri dalam diri individu biasa yang bersifat negatif yang menimbulkan frustasi, kecemasan, dan rasa bersalah, khawatir berlebihan, serta rasa rendah hati, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interakasi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatik yang tidak dapat dihindari seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain – lain. Sumber stres bisa berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004). Menurut Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres 1. Frustasi
9
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi 2. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespons langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu: a.
`Approach-approach
conflict,
terjadi
apabila
individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama – sama disukai. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan. b.
Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu
diharapkan pada dua pilahan yang sama – sama tidak disenangi.
Konflik
jenis
ini
lebih
sulit
diputuskan
menyelesaikan karena masing – masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan c.
Approach-avoidance confilict, adalah situasi dimana individu merasa
tertarik
sekaligus
tidak
menyukai
atau
ingin
menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama. 1. Tekanan ( presure)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tigkah laku tertentu. Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari – hari dan memiliki bentuk yang berbeda – beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber – sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya. Bahkan bila berlebihan dapat
10
mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus dijalani seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari – hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan sekolah dan mendapatkan pasangan hidup. 2. Krisis
Krisis yaitu keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus dioperasi.
Maramis (2009) menyatakan ada empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme respons stres: 1. Kontrol: Keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor yang mengurangi intesifitas stresor. 2. Prediktabilitas: Stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respon stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi. 3. Persepsi: Pandangan individu tentang dunia dan persepsi
stesor saat ini dapat meningkatakan atau meurunkan intensitas respons stres 4. Respon koping: Ketesediaan dan efektifitas mekanisme
meningkatnya ansietas dapat menambah atau mengurangi respon stres. II. 1. 1. 4.
Tahapan stres
Sebagai mana dikemukakan Dadang Hawari (2001) mengatakan bahwa Robert J. Van Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan – tahapan stres sebagai berikut: 1) Stres tahap pertama
11
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan – perasaan sebagai berikut: – Semangat bekerja besar, berlebihan ( over acting)
–
Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
–
Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
1) Stres tahap kedua Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap pertama mulai menghilang dan timbul keluhan – keluhan yang disebabkan oleh cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan – keluhan yang sering dikemukakakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap kedua adalah : –
Merasa letih seaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar
–
Merasa mudah lelah sesudah makan siang
–
Lekas merasa lelah menjelang sore hari
– Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman
(bowel discomfort) –
Detakan jantung lebih lebih keras dari biasanya (berdebar – debar)
–
Otot – otot punggung dan tengkuk merasakan tegang
–
Tidak bisa santai
1) Stres tahap ketiga
12
Apabila
seseorang
tetap
memaksakan
diri
dalam
pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan – keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: –
Ganguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag, buang air besar tidak teratur (diare)
–
Ketegangan otot – otot semakin terasa
– Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional
semakin meningkat – Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk
mulai masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle
insomnia) atau bangun terlalu pagi hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia) –
Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa mau pingsan).
Pada tahapan ini seseorang harus berkonsultasi kepada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
1) Stres tahap keempat Gejala stres tahap keempat, akan muncul: – Untuk bertahan sepanjang baru saja sudah terasa amat
sulit – Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan
mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit – Yang
semula
kehilangan
tanggap
kemampuan
terhadap untuk
situasi merespon
menjadi secara
memadai (adequate ) – Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin
sehari – hari
13
– Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi – mimpi
yang menegangkan. Sering kali menolak
ajakan
(negativism) karena tiada semangat dan kegairahan –
Daya konsentrasi, daya ingat menurun
–
Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya
1) Stres tahap kelima Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh dalam stres tahap kelima, yang ditandai dengan hal – hal sebagai berikut: – Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam
(psychical dan psychological exhaustion) –
ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari – hari yang ringan dan sederhana
– gangguan
sistem
pencernaan
semakin
berat
(gastrointestinal disorder) –
timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik
1) Stres tahap keenam Tahapan
ini
merupakan
tahapan
klimaks, seseorang
mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang oarang yang mengalami stres pada tahap ini berulang dibawa ke Instalasi Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap keenam ini adalah sebagai berikut: –
Debaran jantung teramat keras
–
Susah bernapas (Sesak)
–
Sekujur tubuh terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
–
Ketiadaan tenaga enaga untuk hal – hal yang ringan
–
Pingsan atau kolaps
14
Bila dikaji
maka
keluhan
atau gejala sebagaimana
digambarkan diatas lebih didominasi oleh keluhan – keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan fungsional oragan tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya
II. 1. 1. 5.
Respon Terhadap Stres
1. Respon Fisiologis Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus, yaitu mengakitivasi berbagai
organ
dan
otot
polos
yang
berada
di
bawah
pengendaliannya. Sebagai contohnya, meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal. Untuk melepaskan epinefrin dan noreepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks
adrenal
diaktivasi jika hipotalamus
mensekresi CRF (Corticotropin Releasing Factor) , suatu zat kimia yang bekerja padda kelenjar hipofisis yang terletak dibawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresi hormon ACTH (adenocorticotropin hormon) , yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight (Nevid,2005; Pinel, 2009; Carlson, 2005).
15
Walter Canon (1929) memberikan deskripsi mengenai bagaimana
reaksi
tubuh
terhadap
suatu
peristiwa
yang
mengancam. Ia menyebutnya reaksi tersebut sebagai fight or
flight respone karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang tersebut. Fight or flight respone
mengancam
menyebabkan individu dapat
berespon cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi bila keadaan fisiologis dan psikologis yang reaktif terhadap rangsangan tersebut tinggi dan terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan individu (Alloy dkk, 2005; Branon dan Feist, 2007 ; Pinel, 2009). Hans Syle mempelahari akibat yang diperoleh bila stresor terus menerus muncul, yang kemudian mengemukakannya dengan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stresor (Alloy dkk, 2005; Branon dan Feist, 2007 ; Pinel, 2009).
1)
Alarm reaction Pada tahap awal ini perlawanan tubuhmelawan stresor yang
diarahkan melalui aktivasi sistem saraf simpatis. Aktivasi sistem – sistem tubuh untuk kekuatan maksimal dan mempersiapkan mereka untuk respons fight or flight. Adrenalin (epinefrin) dilepaskan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, nafas jadi lebih cepat, dan aktivitas gastriontestinal menurun. Sebagai respon jangka pendek untuk keadaan emergensi , reaksi – reaksi fisik ini dapat disesuaikan.
2)
Stage of Resistance Pada tahap ini, tahap adaptasi dengan stresor. Seberapa
lama tahap ini tergantung pada keparahan stresor dan kemampuan organisme. Jika organisme mampu beradaptasi maka kekuatan melawan pada tahap ini akan berlanjut untuk jangka waktu yang lama. Selama tingkatan ini, seseorang memberikan gambaran
16
tingkatan normal. Akan tetapi, menurut ilmu jiwa, fungsi internal tubuh tidak normal. Stres yang terus menerus akan menyebabkan perubahan neurologis dan hormon. Hipotesis Seyle, menyatakan bahwa ketakutan dalam melawan stres akan menyebabkan perubahan terhadap sistem imun sehingga rentan terhadap infeksi.
3)
Stage of Exhaustion Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh. Sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat menyebabkan kematian. Secara umum orang yang mengalami stres mengalami sejumlah gangguan fisik seperti: (Maramis, 2009) a. Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif
dalam salah satu sistem tertentu. Contohnya : tekanan darah naik, sistem pencernaan terganggu seperti terjadi kembung, mual atau diare b. Gangguan pada sistem reproduksi, seperti pada wanita terganggunya siklus menstruasi, impoten pada pria. c. Gangguan pada sistem pernafasan seperti sesak, nafas terasa berat d. Gangguan lainnya seperti migrain, tegang otot sampai timbulnya jerawat 1. Respon Psikologik a. Keletihan
emosi, jenuh, mudah
menangis,
frustasi,
kecemasan, rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri. b. Terjadi
depersonalisasi;
dalam
keadaan
stres
berkepanjangan, sering dengan keletihan emosi, ada
17
kecenderungan yang bersangkutan memperlakukan orang lain sebaga ‘sesuatu’ ketimbang ‘seseorang’ c. Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses. 1. Respon Perilaku a. Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku yang tidak diteerima oleh masyarakat. b. Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat. c. Pelajar yang stres berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti pembelajaran (Yulianti,2004 ; Chomaria, 2009) 1. Coping Stres Coping yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Efek stres dapat bervariasi tergantung pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut. Lazarus dan koleganya mengidentifikasidua dimensi coping
Coping yang berfokus pada masalah (problem
focused coping) Yaitu mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi.
Coping yang berfokus pada emosi (emotion focused
coping) Merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres, contohnya dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa nyaman dengan orang lain.
18
II. 1. 1. 6.
Penatalaksaan Stres
Strategi
menghadapi
stres
antara
lain
dengan
mempersiapkan diri menghadapi stesor dengan cara melakukan perbaikan diri secarapisikis atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetepatan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor. Dalam
mengelola
stres
dapat
dilakukan
beberapa
pendekatan antara lain: 1) Pendekatan farmakologi; menggunakan obat – obatan yang
berkhasiat
memulihkan
fungsi gangguan neurotransmiter
disusun saraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana diketahui sostem limbik merupakan bagian otak yang mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolutic ) dan anti depresi (anti depressant ). 2) Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi/ adaptabilitas terhadap stres, menyimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu. 3) Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu berpikir
positif dan sikap positif, membekali diri dengan pengetahuan tetntang stres, menyimbangkan aktivitas otak kiri dan otak kanan, serta hipnoterapi. 4) Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada 3 macam
relaksasi yaitu relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan
19
relaksasi
melalui
yoga,
meditasi
maupun
transendensi/keagamaan (Yulianti,2004 ; Chomaria,2009).
II. 1. 2.
Siklus Menstruasi
II. 1. 2. 1. Definisi
Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro, 2007). Siklus Menstruasi adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya (Sherwood,2001). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 35 hari. Hanya 10 – 15 % wanita yang memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari dengan lama menstruasi 3 – 5 hari, ada yang 7 – 8 hari. Panajangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik, adanya penyakit kronis seperti lupus, diabetes, penyakit kelenjar gondok, penyakit ginjal dan kelainan pada alat reproduksi juga dilihat dari status gizi (Wiknjosastro, 2007).
II. 1. 2. 2. Gambaran Klinis
Pada siklus menstruasi menggambarkan
suatu
interaksi kompleks antara hipotalamus, kelenjar pituitary, ovarium dan endometrium. Siklus menstruasi terdiri dari dua fase, fase di ovarium dan fase di endometrium (Ganong, 2002; Guyton, 2007; Sherwood, 2001; Speroff dan Fritz, 2005; Wiknjosastro, 2007). Menurut Cohen (2003) siklus menstruasi dibagi menjadi lima fase,
20
yaitu: fase awal folikuler, fase akhir folikuler, fase praovulasi dan ovulasi, fase awal luteal dan fase akhir luteal. Kelima fase ini sudah mencakup fase di ovarium dan di endometrium.
Gambar 1. Fase Perkembangan Folikel
a. Fase awal folikel Fase awal folikuler berlangsung 1 sampai 6 hari. Pada fase ini terjadi dua peristiwa yakni hari pertama menstruasi dan permulaan perkembangan folikel. Penurunan estrogen dan progesteron akibat degenerasi korpus luteum sewaktu tidak terjadinya
pembuahan
terhadap
ovum
secara
simultan
menyebabkan terlepasnya endometrium (menstruasi) dan perkembangan folikel – folikel baru di ovarium di bawah pengaruh Folicle Simulating Hormone (FSH) dan Leutenizing
Hormone
(LH)
yang
kembali
meningkat
akibat
dari
menghilangnya efek inhibisi dari hipotalamus (Sherwood, 2001). Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing – masing ovum dikelilingi oleh selapis sel granulosa dan ovum dengan selubung granulosanya disebut folikel primordial. Sesudah pubertas, hormon FSH dan LH dari kelnjar hipofisis anterior mulai disekresikan dalam jumlah besar, seluruh ovarium bersama folikelnya akan mulai berkembang. Perkembnagan folikel dengan meningkatnya ukuran oosit dan sel granulosa menjadi kuboid. Pada saat yang sama, taut erat yag kecil berkembang antara oosit dan granulosa, berfungsi sebagai pertukaran nutrisi, ion – ion, dan molekul – molekul, juga
21
memebntuk sakuran protein yang dikenal sebagai connexin yang berguna untuk pertumbuhan dan multipikasi dari sel granulosa (Guyton, 2007). Pada setiap kali menstruasi, seluruh lapisan endometrium terlepas, kecuali suatu lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari sel – sel epitel dan kelenjar yang akan menjadi bakal regenerasi
endometrium.
Prostaglandin
uterus
juga
merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium. Kontraksi – kontrkasi itu membatu mengeluarkan darah dan debris endometrium dari rongga uterus melalui vagina (Sherwood, 2001).
b. Fase akhir folikel Fase akhir folikuler berlangsung 7 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel dari folikel primer menjalani tahap antral. Pertumbuhan awal dari folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH. Efek awalnya adalah proliferasi yang berlangsung cepat dari sel granulosa, menyebabkan lebih banyak sel – sel granulosa. Selain itu, banyak sel – sel berbentuk kumparan yang dihasilkan dari intertisium ovarium yang berkumpul dalam beberapa lapisan di luar sel granulosa, membentuk kelompok sel yang disebut sel teka. Sel teka terbagi menjadi dua, yaitu sel teka interna dan eksterna (Guyton, 2007). Sel granulosa dan sel teka, keduanya bekerja sama dalam menghasilkan estrogen. Reseptor LH hanya ada pada sel teka, begitu juga reseptor FSH hanya ada pada sel granulosa pada teka intersitial, yang berlokasi di sel teka interna memiliki kira – kira 20.000 reseptor LH di membran selnya yang merangsang jaringan sel teka untuk menghasilkan androgen yang akan mengalami aromatisasi sehingga menjadi estrogen melalui FSH di sel granulosa (Speroff dan Fritz, 2005). Di bawah pengaruh estrogen dan FSH terjadi peningkatan peningkatan jarak folikel pada rongga interseluler granulosa,
22
cairan folikuler ini mengandung estrogen konsentrasi tinggi. pengumpulan cairan ini menyebabkan munculnya antrum di dalam masa sel granulosa, sehingga sel teka dan sel granulosa berproliferasi lebih cepat dengan laju sekresinya mengingat, dan masing – masing folikel akan tumbuh menjadi folikel antral. Dibawah pengaruh estrogen yang tinggi, sel – sel stroma dan sel – sel epitel di endometrium berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Sebelum terjadi ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma bertambah banyak, dan karena pertumbuhan kelenjar endotelium serta pembuluh darah yang baru yang progresif ke dalam endometrium (Guyton, 2007). Ruang di folikel matang fase proliferasi ini berlangsung dari akhir menstruasi sampai ovulasi (Sherwood,2001). c. Fase praovulasi dan ovulasi Fase praovulasi dan ovulasi berlangsung 13 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sebagai persiapan untuk terjasinya ovulasi (Guyton, 2007). Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada folikel – folikel yang lain, berkembang menjadi folikel matang (de Graaf)
) (Sheerwood, 2001).
Pertumbuhan ini di sebabkan oleh
ekspansi antrum yang drastis, disamping itu juga pertumbuhan sel teka dan sel granulosa. Antrum menempati sebagian besar di folikel matang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan selapis sel granulosa, tergeser secara asimetris ke salah satu sisi folikel yang sedang tumbuh dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum, kemudian menonjol dari permukaan ovarium, membentuk suatu daerah tipis yang mudah pecah (stigma) untuk mengeluarkan oosit saat ovulasi (Guyton, 2007). Folikel - folikel yang mengalami atresia, dan hanya satu folikel yang terus mengalami perkembangan folikel ini tumbuh
23
lebih cepat, menyekresikan lebih banyak estrogen, sehingga menyebabkan suatu efek umpan balik positif dalam folikel tunggal tersebut karena FSH meningkatkan prliferasi sel granulosa dan sel teka, sehingga menghasilkan suatu siklus umpan balik positif yang lain, efek – efek inilah yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan pada folikel tunggal ini (Guyton, 2007). Selama fase akhir folikuler, estrogen pertama sekali meningkat lambat, kemudian secara cepat dan mencapai puncaknya sebelum ovulasi. Waktu mula lonjakan LH terjadi ketika estrogen mencapai puncak. LH mempunyai efek khusus terhadap sel granulosa dan selteka, yang mengubah kedua jenis sel tersebut menjadi lebih bersifat sel yang menyekresikan progesteron dan sedikit esterogen. Oleh kerena itu, kecepatan sekresi estrogen mulai menurun sebelum ovulasi sementara sejumlah kecil progesteron mulai disekresikan. Sesaat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya. Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua peristiwa yang dibutuhkan untuk ovulasi : 1) sel teka eksterna mulai melepaskan enzim proteolitik dari lizosim yang mengakibatkan pelarutan dinding kapsul dan akibatnya melemahkan dinding, menyebabkan makin membengkaknya seluruh folikel dan degenerasi dari stigma. 2) secara bersama, juga akan terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat kedalam
dinding
prostaglandin
folikel,
(hormon
dan
pada
setempat
saat
yang
yang
sama,
mengakibatkan
vasodilatasi) akan disekresi dalam jaringan folikuler. Kedua efek ini selanjutnya akan mengakibatkan transudasi plasma ke dalam folikel yang juga berperan pada pembengkakan folikel. Akhirnya kombinasi dari pembengkakan folikel dan degenerasi stigma mengakibatkan pecahanya folikel disertai dengan pengeluaran ovum sehingga terjadi ovulasi (Guyton, 2007). Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan sekitar 3 – 4 mm, kelenjar endometrium khususnya di daerah
24
servix akan menyekresi mukus yang encer mirip benang. Benang mukus akan tersusun di sepanjang kanalis servikalis, membentuk saluran yang membantu mengarahkan sperma kearah yang tepat menuju ke dalam uterus (Ganong, 2005).
d. Fase awal luteal Fase awal luteal berlangsung 14 sampai 21 hari, ruptur folikel pada ovulasi merupakan tanda berakhirnya fase folikel dan mulainnya fase luteal. Folikel yang ruptur dan tertinggal di ovarium mengalami perubahan cepat segera terisi darah ( Sherwood, 2001). Perdarahan ringan dari folikel keldalam rongga abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri abdomen bawah singkat. Sel – sel granulosa dan sel teka yang melapisi folikel mulai berproliferasi dan bekuan darah cepat diganti oleh sel luteal yang kaya lemak dan bewarna kekuningan, membentuk korpus luteum. Lemak pada sel luteal ini sebagai molekul prekursor steroid (Ganong, 2005). Sel – sel granulosa dalam korpus luteum mengembangkan sebuah retikulum endoplasma halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar hormon seks wanita progesteron dan estrogen akan tetapi lebih banyak progesteron (Guyton, 2007). Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan oleh esterogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya pembuluh darah dan glikogen. Fase ini disebut sekretorik, karena kelenjar – kelenjar endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen, dalam kaitannya dengan pembenntukan lapisan endometrium subur yang mampu menunjang perkembangan mudigah (Sherwood, 2001).
e. Fase akhir luteal Fase akhir luteal berlangsung 21 sampai 28 ahri, esterogen dan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum mempunyai efek umpan balik yang kuat terhadap hipofisis anterior dalam
25
mempertahankan kecepatan sekresi FSH maupun terhadap LH yang rendah. Selain dari itu sel lutein juga meyekresikan sejumlah kecil hormon inhibin yang juga menghambat sekresi hipofisis anterior, khususnya sekresi FSH, megakibatkan konsentrasi FSH dan LH dalam darah menjadi rendah dan hilangnya
hormon
ini
menyebabkan
korpus
luteum
berdegenerasi secara menyeluruh, terjadi hampir tepat 12 hari setelah korpus luteum terbentuk, yaitu 2 hari sebelum dimulainya
menstruasi
(Ganong,
2002;
Guyton,
2007;
Sherwood, 2001; Speroff dan Fritz, 2005; Wiknjosastro, 2007). Proses tersebut menyebabkan penurunan progesteron dan estrogen secara tajam sehingga menghilangkan rangsanganh terhadap endometrium sehingga endometrium mengalami involusi yakni kira – kira 65% dari ketebalan semula. Kemudian 24 jam sebelum menstruasi terjadi, pembuluh darah yang berkelok – kelok yang mengarah ke lapisan mukosa endometrium akan menjadi vasospastik., mungkkin disebabkan oleh efek degenerasi, seperti pelepasan vasokonstriktor seperti prostaglandin yang terdapat dalam jumlah banyak saat ini. Vasospasme
dan
hilangnya
rangsangan
hormonal
menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah (Sherwood, 2001; Guyton, 2007).
26
Gambar 2. Siklus Menstruasi dan Perubahan Hormon
II. 1. 2. 3. Regulasi Neuroendokrin Sewaktu Menstruasi
Proses ovulasi bukan hanya dipengaruhi oleh suatu kerja sama yang harmonis antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis dan ovarium, melainkan juga dipengaruhi oleh kelenjar tiroid, korteks adrenal dan kelenjar – kelenjar endokrin lain (Wiknjsasatro,2007; Guyton, 2007). Aktifitas saraf menyebabkan pelepasan GnRH
(Gonadotropin Releasing Hormone) dengan cara pulsatil terutama terjadi di dalam mediobasal hipotalamus khususnya di nukleus arkuata.
Banyak
pusat
saraf
dalam
sistem
limbik
otak
menghantarkan sinyak ke nuklues arkuatus untuk modifikasi intensitas
GnRH
dan
frekuensi
pulsatil.
Hipotalamus
menyekresikan GnRH secara beberapa menit yang terjadi setiap 1
27
samapai 3 jam. Pelepasan GnRH secara pulsatil menyebabkan pengeluaran LH dan FSH secara pulsatil juga (Guyton,2007). Rangkaian peristiwa akan diawali oleh sekresi FSH dan LH yang menyebabkan produksi estrogen dan progesteron dari ovarium dengan akibat perubahan fisiologi uterus. Estrogen dan progesteron juga mempengaruhi produksi GnRH spesifik sebagai mekanisme
umpan
balik
yang
mengatur
kadar
hormon
gonadotropik (Price, 2002; Sherwood, 2001; Guyton.2007). Estrogen menghambat hipotalamus dan hipofisis anterior melalui umpan balik negatif. Terhadap hipotalamus, esterogen bekerja secara langsung menghambat sekresi GnRH akibatnya pengeluaran FSH dan LH yang dipicu oleh GnRH menjadi tertekan, tetapi efek primernya terhadap hipofisis anterior yakni menurunkan kepekaan sel penghasil gonadotropin terutama penghasil FSH (Guyton, 2007). Melalui umpan balik positif kadar estrogen yang rendah dan meningkat pada fase awal folikel menghambat sekresi LH, tetapi kadar estrogen yang tinggi pada saat puncak sekresi estrogen pada akhir fase folikel merangsang ssekresi LH dan menimbulkan lonjakan LH. Konsentrasi estrogen plasma yang tinggi bekerja langsung pada hipotalamus untuk meningkatkan frekuensi denyut sekresi GnRH, sehingga meningkatkan sekresi LH dan FSH. Kadar tersebut juga bekerja langsung pada hipofisis anterior untuk secara spesifik meningkatkan kepekaan sel penghasil LH terhadap GnRH. Efek yang terakhir merupakan penyebab lonjakan sekresi LH yang jauh lebih besar daripada sekresi FSH pada pertengahan siklus (Sherwood,2001; Ganong,2005; Guyton 2007). LH berfungsi memicu perkembangan korpus luteum dan merangsang korpus luteum untuk mengeluarkan hormon steroid,
terutama
progesteron.
Estrogen
konsentrasi
tinggi
merangsang sekresi LH, progesteron yang mendominasi fase luteal,
28
dengan kuat menghambat pertumbuhan folikel baru sehingga sistem reproduksi dapat dipersiapkan untuk menunjang ovum yang baru dilepaskan. Jika tidak terjadi pembuahan maka korpus luteum akan mengalami regresi yang akhirnya akan menyebabkan penurunan hormon steroid secara tajam, mengakibatkan lenyapnya efek inhibisi dari hormon FSH dan LH sehingga sekresi kedia hormon ini meningkat. Di bawah pengaruh kedua hormon ini, sekelompok folikel baru kembali mengalami proses pematangan (Sherwood, 2001; Guyton,2007). II. 1. 2. 4. Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstuasi
Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus dengan siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai :
1. Fungsi hormon terganggu Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.
2. Kelainan Sistemik Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun tak teratur.
29
3. Stress Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.
4. Kelenjar Gondok Terganggunya fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bias menjadi penyebab idak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid ) maupun terlalu rendah (hipertiroid ), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
5. Hormon prolakin berlebih Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala (Sahara, 2009). II. 1. 2. 5. Gangguan Siklus Menstruasi
Gangguan
siklus
menstruasi
disebabkan
ketidakseimbangan FSH dan LH sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan siklus menstruasi yang sering terjadi adalah sikkus menstruasi yang tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing mual atau mutah (Wiknjosastro, 2007).
a. Menurut jumlah perdarahan
30
1) Hipomenorea Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya. 2) Hipermenorea Perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama dari biasanya ,atau lebih dari 8 hari . a. Menurut Siklus atau Durasi perdarahan 1) Polimenorea Siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya atau kurang dari 21 hari. 2) Oligomenorea Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari 3) Amenorea Keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut – turut. II. 1. 2. 6. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi
Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada siklus menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan isistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita (Sriarti,2008). Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi integratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler tubuh termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus – hipofisis – ovarium yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada amygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu Corticotropic Releasing Hormone (CRH). Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi GnRH
31
hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi opioid endogen. Peningkatan
Adenocorticotropin
CRH
akan
Hormone
menstimulasi (ACTH)
pelepasan
kedalam
darah.
Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan kadar kortisol darah. Pada wanita dengan gejala amenore hipotalamik menunjukan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH. Hormon – hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka stres menyebabkan gangguan silkus menstruasi (Nevid,2005; Pinel, 2009; Carlson, 2005; Sriarti, 2008). ACTH
akan
merangsang
kelenjar
adrenal
untuk
menyekresikan kortisol. Kortisol berperan dalam menghambat sekresi LH oleh pusat aktivasi otak. Kortisol menekan pulsatil LH dengan cara menghambat respons hipofisis anterior terhadap GnRH (Breen dan Karsxh,2004). Selama siklus menstruasi, peran hormon LH sangat dibutuhkan dalam menghasilkan hormon estrogen dan progesteron, yang memiliki peran peranan penting selama siklus menstruasi yang secara normal terjadi pada wanita setiap bulannya (Wiknjsastro, 2007; Guyton,2007; Ganong, 2005; Speroff dan Fritz,2005; Sherwood,2001). Pengaruh hormon kortisol ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormon yang berpengaruh terhadap siklus menstruasi, biasanya siklus menstruasi menjadi tidak teratur (Breen dan Karsch,2004).
Stress
Aktivasi Amygdala
32
Respon neurologis
Hipotalamus
Respon Hormonal
CRH
Hipofisis
ACTH Menstimulasi Kelanjar Adrenal
Respon Stres
↑ CRH ↑ ACTH
↓ GnRH
↑ Cortisol
LH
BAGAN 1. Neuroendokrin Kaskade Stres II. 1. 3.
Remaja
II. 1. 3. 1. Definisi
33
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolescence , seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik. Piaget mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang – orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalammasalah hak (Sumiati,2009). Menurut Monks (1999) remaja adalah individu yang berusia 12- 21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa anak – anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12 – 15 tahun masa remaja awal, 15 – 18 tahun masa remaja pertengahan dan 18 – 21 tahun masa remaja akhir (Sarwono,2007). Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usai matang secara hukum. Berdasarkan apa yang telah dikemukan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa remajaadalah individu yang berusia 12 – 21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak – kanknya ke masa dewasa.
II. 1. 3. 2. Ciri – ciri masa Remaja
34
Menurut Havighurst ciri – ciri masa remaja antara lain (Hurlock, 1999) : 1. Masa remaja sebagai periode penting Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru. 2. Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan
merupakan
perpindahan
dari
satu
tahap
perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya. 3. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung pesat. Perubahan fisik menurun, perubahan sikap dan perilaku juga menurun. 4. Masa remaja sebagai usia bermasalah Setiap periode mempunyai masalah sendiri – sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki – laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini, yaitu: a. Sepanjang masa kanak – kanak, masa anak – anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru – guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. b. Remaja merasa mandiri. Sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orangtua dan guru – guru. 1. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
35
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak – kanak, menyesuaikan diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap individualistis. Penyesuain diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap penting bagi anak laki – laki dan anak perempuan, namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain. 2. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak – anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan perilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengatasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. 3. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiridan orang lain sebagai mana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya , terlebih dalam hal cita – cita. Semakin tidak realistik cita – citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya. 4. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Semakin mendekati usia kematangan, para remaja gelisah untuk meninggalkan streotip belasan tahun dan memberikan kesan
bahwa
mereka
hampir
dewasa,
remaja
mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum – minuman keras, menggunakan obat – obatan terlarang dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang di inginkan. Sesuai dengan pembagian usia remaja terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karateristiknya, yaitu: (Desmita, 2005)
36
1. Remaja awal (12 – 15 tahun) Pada tahap ini, remaja masih merasa heran pada perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan – dorongan yang menyertai perubahan – perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran – pikiran baru, cepat tertarik lawan jenis dan mudah terangsang. Keadaan ini menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa. 2. Remaja madya (15 – 18 tahun) Pada
tahap
ini
remaja
berada
dalam
kondisi
kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai – ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya. 3. Remaja akhir (18 – 21 tahun ) Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian : a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi – fungsi intelek b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan
orang – oang lain dan mendapatkan pengalaman – pengalamn baru c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d. Dapat menyeimbangkan kepentingan sendiri dengan orang lain e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dan masyarakat umum. Perkembangan maturitas seks sekunder wanita, sebagai berikut (Pardede,2008) : 1. < 9 tahun Pra Pubertas 2. 10- 11 tahun
pada remaja
37
Rambut pubis mulai tumbuh jarang, sedikit berpigmen, lurus batas medial labia Payuda Payudara ra dari dari papila papila menonj menonjol ol sebaga sebagaii bukit bukit kecil, kecil, diameter areola bertambah 3. 12- 13 13 ta tahun Ramb Rambut ut pubi pubiss lebi lebih h hitam hitam,, mula mulaii keri keriti ting ng juml jumlah ah bertambah Payudara dan areola membesar tidak ada pemisah garis bentuk 4. 14- 15 15 ta tahun Rambut pubis kasar, lenih hitam, keriting, banyak tapi lebih sedikit dari orang dewasa Areola dan papila terbentuk bukit kedua 5. > 16 tahun Rmabut Rmabut pubis pubis segiti segitiga ga wanita wanita dewasa dewasa menyeb menyebar ar ke permukaan medial paha Payu Payuda dara ra bent bentuk uk dewa dewasa sa,, papi papila la meno menonj njol ol,, areol areolaa merupakan bagian dari garis umum bentuk payudara II. 1. 1. 3. 3. 3. 3.
Remaja dan Orangtua
Orang Orang tua berper berperan an pentin penting g dalam dalam emosi emosi remaja remaja,, bai baik k yan yang membe emberi ri efek efek posit ositif if maup aupun neg negatif atif.. Hal Hal ini ini menunjukan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat penting bagi remaja (Yusuf, 2004). Rema Remaja ja seri sering ng meng mengal alam amii dile dilema ma sang sangat at besa besar r anatra mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti keinginannya sendiri. Situasi ini dikenal sebagai keadaan ambivalensi dan dalam hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini mempengaru mempengaruhi hi remaja dalam usahanya usahanya untuk untuk mandiri, mandiri, sehingga sehingga sering menimbulkan menimbulkan hambatan hambatan dalam penyesuaian penyesuaian diri terhadap terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang rema remaja ja
menj menjad adii
frus frusta tasi si
dan dan
meme memend ndam am
kema kemara raha han n
yang yang
mendal mendalam am pada pada orangt orangtuan uanya ya tahu tahu orang orang lain lain ada diseki disekitar tarnya nya..
38
Kead Keadaa aan n frust frustas asii ters terseb ebut ut dapa dapatt memb membah ahay ayak akan an dirin dirinya ya dan dan oranglain di sekitarnya (Mu’tadin, 2002) Penelitian BKKBN pada umumnya masalah antara oran orangt gtua ua dan dan anak anak buka bukan n hal hal – hal hal yang yang mend mendal alam am sepe sepert rtii ekonomi, agama atau sosial. Tetapi hal sepele seperti pakaian dan penampilan, tugas – tugas rumahtangga (Desmita, 2005)
II. 1. 3. 3. 4. Remaja Remaja dan dan Lingkun Lingkungan gan Sosial Sosial
Lingkung Lingkungan an sosial sosial remaja meliputi teman sebaya, masyarakat masyarakat dan sekolah sekolah mempunyai mempunyai pengaruh yang sangat sangat besar bag bagii rema remaja ja,, kare karena na sela selain in seko sekola lah h adal adalah ah ling lingku kung ngan an kedu keduaa dimana remaja banyak melakukan berbagai aktivitas dan menjalain hubungan sosial dengan teman – temannya (Needlman,2004). Masalah yang dialami remaja yang bersekolah lebih besar besar diband dibanding ingkan kan remaja remaja yang yang tidak tidak bersek bersekola olah. h. Hubung Hubungan an dengan guru dan teman – teman disekolah, mata pelajaran yang berat berat di sekola sekolah h menimb menimbulka ulkan n konflik konflik yang yang cukup cukup berat berat bagi bagi remaja. Dari Dari semua semua peruba perubahan han sosial sosial yang yang terjadi terjadi dalam dalam sikap dan perilaku sosial, yang paling menononjol adalah hubungan antara remaja dengan teman sesama jenis ataupun lawan jenis, hal ini ini biasa iasany nyaa menc mencap apai ai punca uncak k pad pada tah tahun – tahu tahun n ting tingka katt menengah sekolah atas. Pada Pada masa masa rema remaja ja,, hubu hubung ngan an sosi sosial al meng mengam ambil bil peran yang semaki penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas perga pergaula ulan n sosialn sosialnya ya dengan dengan teman teman – teman teman sebaya sebayanya nya peers (peers). Remaja lebih banyak berada di luar rumah dengan teman – teman sebayanya. sebayanya. Karena itu, dapat dimengerti dimengerti bahwa pengaruh pengaruh teman – teman sebaya pada sikap, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock,1999).
39
Empat cara khusus bagaimana terjadinya perubahan kelompok teman sebaya dari masa kanak – kanak ke masa remaja: 1. Remaja Remaja mengha menghabis biskan kan banyak banyak waktu waktu dengan dengan teman teman sebaya sebaya
dibandingkan anak – anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan diri dari orang dewasa dan menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Selama masa remaja pertengahan, remaja remaja mengha menghabis biskan kan waktu waktu dua kali kali lebih lebih banyak banyak bersam bersamaa teman – temannya dibandingkan dengan orang tua dan orang dewasa lainnya. 2. Remaja Remaja berusa berusaha ha menghi menghinda ndari ri pengaw pengawasa asan n yang yang ketat ketat dari dari
orang tua atau guru dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari mencari tempat tempat untuk untuk bertem bertemu u dimana dimana mereka mereka tidak tidak terlalu terlalu diawasi. Meskipun di rumah, remaja mendapatkan privasi dan tempat dimana mereka dapat bercerita dengan teman – temnnya tanpa didengar orang tua dan saudara – saudaranya. 3. Remaja mulai banyak beraksi dengan teman sebaya dari jenis
kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan dan anak laki
–
laki
berpa rpartis tisipasi
dalam
kegiata atan
kelompok
persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanak – kanak kanak tetapi tetapi pada pada masa masa remaja remaja,, mening meningkat kat sejala sejalan n dengan dengan menjauhkan remaja dari orangtua mereka. 4. Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih
menyadari nilai – nilai perilaku dari sub budaya remaja yang lebih lebih besar. besar. Mereka Mereka juga juga mengid mengidenti entifik fikasi asikan kan diri diri dengan dengan kelompok pergaulan tertentu (crowds) , yaitu kelompok dengan reputasi untuk nilai – nilai, sikap, dan aktivitas tertentu. II 1. 3. 5
Str Stres Pada ada Re Remaja maja
Ada Ada empa empatt fakto faktorr yang yang dapa dapatt memb membua uatt rema remaja ja menjadi stres, yaitu penggunaan obat – obatan terlarang, kenakalan remaja, pengaruh negatif dan masalah akademis (Windle & Mason, 2004).
40
Garfinkel (dalam Walker, 2002) mengatakan secara umum penyebab stres pada remaja ialah: 1) Putu Putuss deng dengan an paca pacar r 2) Perbed Perbedaan aan pend pendapa apatt dengan dengan oran orang g tua 3) Bertengkar Bertengkar dengan dengan saudara saudara perempuan perempuan dan laki – laki 4) Perbed Perbedaan aan pend pendapa apatt antara antara orang orang tua tua 5) Peruba Perubahan han statu statuss ekonomi ekonomi pada pada orang orang tua tua 6) Sakit Sakit yang yang diderita diderita oleh oleh anggot anggotaa keluarg keluargaa 7) Masala Masalah h deng dengan an teman teman sebaya sebaya 8) Masa Masala lah h deng dengan an ora orang ng tua tua Ada tiga faktor yang sapat menyebabakan remaja menjadi stres, yaitu: (Walker, 2002) 1. Faktor biologis, yaitu:
a. Sejarah Sejarah depr depresi esi dan dan bunuh bunuh diri diri di dala dalam m keluarg keluargaa b. Penggunaan Penggunaan alkohol alkohol dan obat – obatan obatan terlarang terlarang di
dalam keluarga c. Siksaa Siksaan n secara secara seksua seksuall dan fisik fisik di di dalam dalam keluarg keluargaa d. Penyak Penyakit it yang yang serius serius yang yang dideri diderita ta remaja remaja atau atau
anggota keluarga e. Seja Sejara rah h
kelu keluar arga ga
atau atau
indi indivi vidu du
dari dari
kela kelain inan an
psikiatris seperti kelainan makan, skizoprenis, manik depresif, gangguan perilaku dan kejahatan f. Kemati Kematian an salah salah satu satu anggot anggotaa kelu keluarg argaa g. Ketida Ketidakma kmampu mpuan an
belajar belajar atau ketida ketidakma kmampu mpuan an
mental atau fisk h. Perc Percer erai aian an ora orang ng tua tua i.
Konf Konfli lik k dal dalam am kelu keluar arga ga
1. Faktor kepribadian, yaitu:
a. Ting Tingka kah h laku laku impu impuls lsif if,, obse obsesi siff dan dan keta ketaku kuta tan n yang yang tidak nyata b. Tingka Tingkah h laku laku agres agresif if dan dan antis antisosi osial al c. Penggu Penggunaa naan n dan keterg ketergant antung ungan an dan obat obat terlara terlarang ng
41
d. Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah e. Masalah dengan tidur atau makan 1. Faktor psikologis dan sosial, yaitu: a. Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian
teman atau anggota keluarga, putus cinta, atau kepindahan teman dekat atau keluarga b. Tidak dapat memenuhi harapan orang tua c. Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga,
teman
sebaya,
guru,
yang
dapat
mengakibatkan kemarahan, frustasi dan penolakan d. Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah
diri dapat mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau penolakan e. Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan Sedangkan menurut Needlman (2004) ada beberapa sumber stres yang dialami remaja :
1. Biological stress Pada umumnya perubahan fisik pada remaja terjadi sangat cepat, dari usia 12 – 14 tahun pada remaja perempuan dan antara 13 dan 15 tahun pada remaja laki – laki. Tubuh remaja berubah sangat cepat, remaja merasa bahwa semua orang melihat dirinya. Jerawat juga dapat membuat remaja stres, terutama bagi mereka yang mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal. Saat yang sama, remaja menjadi sibuk di sekolah dan bersosialisasi, sehingga membuat remaja kekurangan
tidur.
Hasil
dari
penelitian,
bahwa
kekurangan tidur dapat menyebabkan stres
2. Family stress Salah satu sumber utama stres pada remaja adalah hubungannya dengan orang tua, karena remaja merasa
42
bahwa mereka ingin mandiri dan bebas, tetapi di lain pihak mereka juga ingin diperhatikan.
3. School stress Tekanan dalam masalah akademik cenderung tinggi pada dua tahun terakhir di sekolah, keinginan untuk mendapat nilai tinggi atau keberhasilan pada bidang tertentu di mana remaja selalu berusaha untuk tidak gagal, ini semua dapat menyebabkan stres.
4. Peer stress Stres pada kelompok teman sebaya cenderung tinggi pada pertengahan tahun sekolah. Remaja yang tidak diterima
oleh
teman
–
temannyabiasanya
akan
menderita, tertutup dan mempunyai harga diri yang rendah
5. Social stress Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, karena mereka tidak diberikan kebebasan mengukapkan pendapat mereka, tidak boleh membeli alkohol secara legal, tidak bisa mendapat bayaran tinggi dari yang dikerjakannya dan sebagainya. Pada saat yang sama mereka tahu bahwa mereka semua nantinya akan mewarisi masalah besar kehidupan sosial, seperti masalah ekonomi yang tidak stabil. Ini dapat membuat remaja menjadi stres II. 1.Kerangka Teori
Stresor pada remaja
Stres
Respons Psiklogis
Respons Fisiologis
Respons Perilaku
43
Sistem Pernapasan dan Kardiovaskular
Sistem Endokrin dan Reproduksi
Sistem Pencernaan dan Perkemihan
Gangguan Tidur
Siklus menstruasi
Keterangan
: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
II. 2.Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Tingkat Stres 1. 2. 3. 4. 5.
Normal Ringan Sedang Berat Sangat berat
Siklus Menstruasi 1. Teratur 2. Tidak teratur
II. 1.Hipotesis Penelitian 1. H0: Tidak ada hubungan tingkat stres terhadap siklus
menstruasi pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta H1: Ada hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta 2. H0: Tidak ada hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada remaja kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta
44
H1: Ada hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada remaja kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta 3. H0: Tidak ada hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada remaja kelas XII IPS di SMA Negeri 64 Jakarta H1: Ada hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada remaja kelas XII IPS di SMA Negeri 64 Jakarta 4. H0: Tidak ada hubungan jurusan kelas terhadap tingkat stres pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 jakarta H1: Ada hubungan jurusan kelas terhadap tingkat stres pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III. 1Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasi analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dengan pengukuran variabel yang dilakukan satu saat hanya satu kali dengan cara melihat dan mengobservasi hubungan antara variabel bebas (tingkat stres) dengan variabel terikat (siklus menstruasi) pada remaja kelas XII di SMAN 64 Jakarta. III. 2Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 64 Jakarta dan berlangsung pada bulan Agustus sampai November 2011 III. 3Subjek Penelitian 1. Populasi
Semua siswi kelas XII di SMAN 64 Jakarta
45
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, dalam penelitian ini merupakan semua siswi di SMAN 64 Jakarta yang berjumlah 146 siswi. 3. Kriteria Inklusi
1. Siswa yang hadir pada hari pengisian kuesioner 2. Sudah mengalami menstruasi 3. Sehat 4. Normoweight
1. Kriteria ekslusi
1. Tidak Hadir 2. Didiagnosis penyakit kronis (kanker, kelainan kelenjar gondok, diabetes, lupus, penyakit liver, penyakit ginjal) 3. Didiagnosa mengalami gangguan pada alat reproduksi dan pernah operasi pada alat reproduksi 4. Obesitas 5. Overweight 6. Underweight 7. Atlit atau memiliki aktivitas fisik berat 8. Sedang mengkonsumsi obat – obatan (Obat hormonal, NSAID, Kortikosteroid III. 4. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada sehingga jumlah sampel akan mewakili keselurahan populasi yang ada (Hidayat,2007). Pemilihan teknik sampling menggunakan
non - probability sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan sama setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sudigdo,2008).
46
Metode yang digunakan sample jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggita populasi digunakan sebagai sampel. III. 5. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Cross sectional , yaitu desain penelitian dengan pengukuran variabel yang digunakan satu saat hanya satu kali . Peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu dimana tiap subyek hanyak diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek hanya dilakukan satu kali. Studi Cross sectional mempelajari hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada remaja kelas XII di SMAN 64 Jakarta.Observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas (tingkat stres) dan variabel tergantung ( siklus menstruasi) dilakukan seklai dalam waktu yang sama. III. 6. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Independen : tingkat stres Variabel Dependen
: siklus menstruasi
III. 7. Definisi Operasional
Variabel
Stres
Definisi
suatu
Cara
Alat
Hasil
Ukur
Ukur
Ukur
respon Kuesioner Kuesioner
fisiologis,
DASS- 21
Skala
1. Normal 2. Ringan
psikologis dan
3. Sedang
perilaku
4. Berat
manusia yang
5. Sangat
mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik
tekanan
berat
ordinal
47
internal maupun eksternal Siklus
Jarak
waktu Kuesioner Kuesioner
menstruasi sejak
hari
pertanyaan
pertama
1. Normal (21 nominal – 35 hari ) 2. Tidak
menstruasi
normal ( <
sampai
21 hari atau
datangnya
> 35 hari)
menstruasi berikutnya.
III. 8. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk penelitian ini merupakan data primer yang di ambil melalui 2 kuesioner , yaitu : 1. Kuesioner siklus menstruasi Kuesioner ini berisikan tetang pertanyaan mengenai siklus menstruasi. Pada saat itu juga responden menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner dan dikembalikan hari itu juga. 2. Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 21 (DASS 21)
Kuesioner DASS adalah 21 butir ukuran kuantitatif untuk mengukur kondisi emosional negatif depresi, kecemasan dan stres.
III. 9. Protokol penelitian III. 9. 1. Pra – penelitian
–
Mengajukan surat ijin atau permohonan kepada Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 64 Jakarta untuk meminta ijin melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner kepada siswi kelas XII
48
–
Sosialisasi siklus menstruasi untuk mencatat dan menghitung siklus menstruasi serta sosialisasi stres dan stresor pada remaja.
III. 9. 2. Saat Penelitian
Bekerja sama dengan pihak sekolah, dengan mewawancarai kepada seluruh siswi kelas XII di SMAN 64 Jakarta, juga melakukan pengisian kuesioneir penelitian dan mengumpulkan kuesioner pada hari itu juga
III. 9. 3 Pengolahan data
Data
yang
sudah
terkumpul
selanjutnya
diolah
dengan
menggunakan sistem komputerisasi perangkat lunak pengoahan data merupakan paket program statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data penelitian.
III. 10 Analisis Data
Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat . Analisis univariat digunakan untuk mengetahui proporsi frekuensi usia, tingkat stress dan lamanya siklus menstruasi. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara masing – masing variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk membuktikanya hipotesis penelitian digunakan uji Chi-Square menggunakan data kategori (nominal dan ordinal). Rumus Chi Square X2=(f0-fh)E2
Df = (k-1)(b-
49
Keterangan :
X2 : chi Square (Kai Kuadrat) f 0 : Nilai Observasi Fh : Nilai Harapan Df : Degree of freedom (Derajat kebebasan) ((b-1) (k-1)) K : Jumlah Kolom B : Jumlah Baris Keputusan Uji Chi Square, H0 ditolak p <
(0,05),artinya
ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen . H0 diterima apabila p > α (0,05), artinya tidak ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen.
50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1.
Gambaran Umum SMA Negeri 64 Jakarta
IV. 1. 1.
Lokasi
SMA Negeri 64 terletak di Jalan Cipayung Raya, RT 011 RW 02, Keluruhan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur
IV. 1. 2.
Visi dan Misi
1) Visi
Unggul dalam akademis dan kepribadian dengan berwawasan global, prima dalam pelayanan, berlandaskan imtaq dan iptek. 2) Misi
1. Melaksanakan
pembelajaran
efektif,demokratis,
inovati
menyenangkan. 2. Memberikan layanan khusus bagi siswa berpotensi tinggi.
dan
51
3. Membina dan memberi keteladanan dalam ketaqwaan 4. Trampil Mengoperasikan komputer 5. Menyelenggarakan secara intensif kegiatan ektrakurikuler 6. Membina solidaritas dan rasa kebangsaan 7. Membina Tim Seni yang Unggul 8. Mewujudkan menejemen partisipatif,transparan dan akuntabel 9. Mewujudkan kepuasan siswa dan orang tua 10. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
IV. 2.
Hasil Penelitian
Data dari penelitian ini merupakan data primer yang dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2011 dan 30 November 2011 di SMA Negeri 64 Jakarta. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress Scale) dan kuesioner siklus menstruasi kepada
responden,
sebelum
pengisian
kuesioner
dilakukian
penyuluhan bertujuan untuk responden mencatat siklus menstruasi 3 bulan terakhir. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 64 Jakarta untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada remaja kelas XII di SMA negeri 64 Jakarta IV. 2. 1.
Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta adalah sebanyak 146 siswa, terdapat 90 responden yang memenuhi kriteria penelitian dan semuanya dijadikan sampel penelitian. Dengan kelas IPA sebanyak 79 siswa, terdapat 47 responden yang memenuhi kriteria penelitian dan semua dijadikan sampel penelitian, begitu juga dengan kelas IPS sebanyak 67 reponden, dan terdapat 43 responden ynag memenuhi kriteria penelitian.
52
IV. 2. 2.
Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel – variabel yang akan diteliti, meliputi tingkat stres dan siklus menstruasi pada remaja kelas XII di SMA Negeri 64 Jakarta. 1) Tingkat Stres pada kelas XII IPA
Dari 47 responden yang menjadi subjek penelitian, sebagian besar responden mengalami tingkat stres sedang yaitu sebanyak 17 orang (36,17%) diikuti tingkat stres normal 12 orang (25,53%), tingkat stres berat 9 orang (19,15%), tingkat stres sangat berat 5 orang (10,64%) dan tingkat stres sangat ringan 4 orang (8,51%). Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Distibusi tingkat Stres pada kelas IPA Subyek Penelitian
53
2) Tingkat Stres pada kelas XII IPS
Dari 47 responden yang menjadi subjek penelitian, sebagian besar responden mengalami tingkat stres normal yaitu sebanyak 17 orang (37,21%) diikuti tingkat berat 9 orang (20,93%), tingkat sedang 7 orang (16,28%), tingkat ringan 7 orang (16,38%) dan tingkat stres sangat ringan 3 orang (9,30%). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Distibusi tingkat Stres pada kelas IPS Subyek Penelitian
3) Siklus Menstruasi pada Kelas IPA
Dari 43 responden yang menjadi subjek penelitian, sebagian besar responden mengalami siklus menstruasi tidak teratur terdapat 27 orang (57,8%) dan diikuti dengan siklus
54
menstruasi teratur sebanyak 20 orang (42,2%). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 3. Distribusi Siklus Menstruasi Kelas IPA Subyek Penelitian
4) Siklus Menstruasi pada Kelas IPS
Dari 43 responden yang menjadi subjek penelitian, sebagian besar responden mengalami siklus menstruasi tidak teratur terdapat 21 orang (%) dan diikuti dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 22 orang (%). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.
55
Gambar 4. Distribusi Siklus Menstruasi Kelas IPS Subyek Penelitian
IV. 2. 3.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara dua variabel (Hastono,2007). 1) Hubungan Antara Tingkat Stres terhadap Siklus Menstruasi Pada Remaja Kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta Tabel 1. Hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi Pada Remaja Kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta Siklus Menstruasi Tingkat Stres
Teratur N
Total
Tidak Teratur N %
%
value N
%
Normal
8
66,7
4
33,3
12
100
Ringan
2
50
2
50
4
100
Sedang
9
52,9
8
47,1
17
100
1
1,1
8
88,9
9
100
0
0
5
100
5
100
20
42,6
57,4
47
100
Berat
P
0.026
Sangat berat Total
27
Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabek B x K, namun karena tidak memenuhi syarat uji chi-square yaitu masih ada sel yang mempunyai nilai expected kurang dari lima. Maka dilakukan penggabungan sel untuk kembali di uji dengan uji chi-square . Peneliti memutuskan untuk menggabungkan kelompok tingkat stres ringan dengan kelompok tingkat stres sedang dan kelompok tingkat stres sedang dengan kelompok tingkat stres sangat berat karena jumlah subjek yang termasuk kelompok tingkat stres ringan dan tingkat stres
56
sangat berat sedikit. Dengan begitu didapatkan data dengan tabel 3 x 2 lalu diuji kembali dengan uji chi-square . Data tersebit layak diuji dengan uji chi-square karena tidak ada nilai expected yang kurang dari lima. Tabel 2. Hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi Pada Remaja Kelas XII IPA di SMA Negeri 64 Jakarta Setelah Pengabungan Sel Siklus Menstruasi Tingkat Stres
Teratur N
Normal
Total
Tidak Teratur N %
%
P value
N
%
8
66,7
4
37,3
12
100
11
52,4
10
47,6
21
100
Ringan – Sedang
0.004
Berat – sangat
1
1,1
20
42,6
13
92,9
14
100
57,4
47
100
berat Total
27
Dari tabel 2 di atas, didapatkan 47 responden yang mengalami tingkat stres normal dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 8 orang atau 66,7% dan yang mengalami tingat stres normal dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 4 orang atau 37,3%. Sedangkan yang mengalami tingkat stres ringan – sedang dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 11 orang atau 52,4%, yang mengalami tingkat stres ringan – sedang dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 10 orang atau 47,6%. Dan yang mengalami tingkat stres berat – sangat berat dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 1 orang atau 7,1% dan yang mengalami tingkat stres berat –
57
sangat berat dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 13 orang atau 92,9%. Berdasarkan
hasil
uji
analisis
uji
statistik chi-square
didapatkan p=0,000 dan nilai p
View more...
Comments