SKD 2 - Orthopaedi - Laporan Kasus Dislokasi Bahu
August 1, 2017 | Author: Akbarian Noor | Category: N/A
Short Description
Download SKD 2 - Orthopaedi - Laporan Kasus Dislokasi Bahu...
Description
LAPORAN KASUS A. LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN : Nama
: Mujiono
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir: Magelang, 20 Oktober 1966 Umur
: 47 tahun
Alamat
: Asrama RST, Magelang
Agama
: Islam
Pekerjaan
: TNI AD
Masuk Tanggal
: 4 Juli 2013 pukul 07.00 WIB di Ruang Edelweis
SUBJEKTIF : KU : o Datang dari IGD dengan keluhan utama nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan atas Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : o Nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan atas dirasa setelah mengalami kecelakaan lalu lintas motor vs motor pada tanggal 4 Juli 2013 pukul 6.35 WIB dengan posisi jatuh tengkurap dan lengan kanan menopang badan. o Nyeri dirasakan terus-menerus o Nyeri disertai pembengkakan (+), nyeri tekan (+), gerakan terbatas (+) 1
o Nyeri bertambah saat ekstremitas kanan digerakkan Keluhan Tambahan (KT): o Saat dan setelah kejadian kecelakaan lalu lintas keadaan sadar (+), amnesia(-), helm (+) o Pusing (-) o Mual (-), muntah (-) o Luka pada bibir bagian atas (+) o Makan (+), minum (+) o BAK dbn, BAB dbn Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) : o Riwayat trauma akibat kecelakaan lalu lintas (+) o Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke disangkal o Riwayat alergi obat, makanan, dan lain-lain disangkal Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) : o Riwayat keluhan yang sama pada keluarga di sangkal o Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke disangkal Riwayat Pengobatan (RPO) : o Belum melakukan pengobatan sebelum masuk rumah sakit
OBJEKTIF : 1. Status Generalis Keadaan umum
: sakit sedang
GCS
: E4V5M6
Vital sign : o Tekanan darah: 110/70 mmHg o Nadi
: 68 x/menit
o Suhu
: 36.3˚C
o Pernafasan
: 22 x/menit
2
Kepala dan Leher : o Konjungtiva anemis : (-/-) o Sklera ikterik
: (-/-)
o Pupil isokor
: (± 2mm/± 2mm)
o Sianosis
: (-)
o Dyspneu
: (-)
o Pembesaran KGB
: (-)
o Jejas
: vulnus ekskoriasi diatas bibir (+)
Thorax
:
o Paru : -
I : simetris kanan dan kiri, retraksi (-)
-
P : gerakan nafas hemithorax kanan dan kiri simetris
-
P : perkusi paru sonor kanan dan kiri
-
A : suara nafas dasar vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-
o Jantung : -
I : iktus kordis tidak terlihat
-
P : iktus kordis teraba dan kuat angkat
-
P : batas jantung dalam batas normal
-
A : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : o I : soefl o A : bising usus (+) normal o P : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba o P : timpani Ekstremitas : o Motorik sde-5/5-5 o Akral hangat ++/++ o Edema +-/-2. Status Lokalis 3
Ekstremitas superior bagian proksimal : Look o Luka
: (-)
o Eritema
: (+)
o Edema
: (+)
o False movement
: (+)
o Deformitas / asimetri : (+) Feel o Tenderness
: (+)
o Edema
: (+)
o Krepitasi
: (+)
o False movement
: (+)
o Evaluasi status neurovascular : -
Pulsasi
: (+) dbn
-
Pain
: (+)
-
Pallor
: (-)
-
Paralyze
: (-)
-
Parestesia
: (-)
-
Functio laesa
: (+)
Move o Gerakan aktif -
:
Limitation (+) dan pain (+) pada abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi ekstremitas atas.
-
Clear (+) dan pain (-) pada supinasi, pronasi sendi pergelangan tangan.
-
Clear (+) dan pain (-) pada fleksi, ekstensi, abduksi, ekstensi jari-jari tangan.
o Gerakan pasif
:
4
-
Limitation (+) dan pain (+) pada abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi ekstremitas atas.
-
Clear (+) dan pain (-) pada supinasi, pronasi sendi pergelangan tangan.
-
Clear (+) dan pain (-) pada fleksi, ekstensi, abduksi, ekstensi jari-jari tangan.
3. Hasil Pemeriksaan Radiologi
4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
5
WBC
: 10.3 x 10³ /mm3
%LYM
: 13.4 %
RBC
: 4.73 x 106 /mm3
%MON
: 3.1 %
HGB
: 13.5 g/dl
%GRA
: 83.5 %
HCT
: 39.4 %
#LYM
: 1.3 x 10³ /mm3
PLT
: 170 x 10³ /mm3
#MON
: 0.3 x 10³ /mm3
PCT
: 0.110 %
#GRA
: 8.7 x 10³ /mm3
MCV
: 83 μm3
GLUCOSE
: 144 mg/dl
MCH
: 28.6 pg
UREADIASYS : 14 mg/dl
MCHC
: 34.3 g/dl
CREATININE
: 1.2 mg/dl
RDW
: 14.3 %
SGOT
: 31 U/I
MPV
: 6.4 μm3
SGPT
: 29 U/I
PDW
: 14.5 %
CT/BT
: 4’/1’-30”
5. Hasil Pemeriksaan EKG
6
ASSESSMENT : Dislokasi anterior bahu Fraktur leher humerus
PLANNING : Planning diagnostik : -
Darah lengkap
-
Rontgen shoulder joint dextra AP
-
Rontgen thorax
-
Elektrocardiografi
-
Elektromiografi
Planning monitoring : -
Observasi keadaan umum
-
Observasi vital sign
-
Observasi gejala yang muncul
-
Observasi efek samping obat
Planning terapi (IGD) : Terapi kausatif -
Perawatan luka
-
Injeksi cefotaxim IV 2x1 7
Terapi simtomatis -
Injeksi ketorolac IV 1x1
Terapi suportif -
Infus ringer laktat 16 tpm
-
Pasang elastic verband dan arm sling
Planning edukasi : -
Edukasi meliputi penjelasan penyakit yang dialami hingga prognosisnya, tindakan imobilisasi untuk waktu ± 6 minggu, makan makanan tinggi kalori dan tinggi protein untuk membantu proses penyembuhan dan rutin control kesehatan.
8
B. HASIL FOLLOW UP TANGGAL 4 Juli 2013
S
O
A
- Nyeri bahu kanan dan - GCS : E4V5M6
- Dislokasi anterior - Planning diagnostik :
sebagian lengan atas - Tampak sakit sedang (+)
P
bahu
- Tanda vital :
- Fraktur
leher
Rontgen shoulder
- Pembengkakan (+)
TD : 110/70 mmHg
- Nyeri tekan (+)
N : 72 x/mnt
Rontgen thorax
- Gerakan terbatas (+)
RR : 24 x/mnt
Elektrocardiografi
- Luka
S : 36.8˚C
Elektromiografi
pada
bibir
bagian atas (+)
- Status generalis :
- Makan (+), minum (+) - BAK dbn, BAB dbn
humerus
Darah lengkap
- Planning terapi :
Dbn - Status
Infus ringer laktat
lokalis
:
ekstremitas
superior bagian proksimal
16 tpm Injeksi cefotaxim
Look
IV 3x1g
o Terpasang elastic verband (+), false
joint dextra AP
movement
(+),
deformitas / asimetri (+) Feel
Injeksi ketorolac 3x30mg Rencana
operasi
reposisi dan orif
o Tenderness (+), edema (+),
9
krepitasi (+), false movement (+) o Evaluasi status neurovascular : pulsasi (+), pain (+), pallor (-), paralyze (-), parestesia (-), functio laesa (+) Move o Gerakan aktif : limitation (+), pain (+) o Gerakan pasif : limitation (+), pain (+)
10
FOTO PELAKSANAAN OPERASI REPOSISI DAN ORIF :
11
FOTO RONTGEN SHOULDER JOINT DEXTRA AP PRE-OPERASI DAN POST-OPERASI :
12
TANGGAL 5 Juli 2013
S
O
A
- Nyeri bahu kanan dan - Post operasi reposisi dan orif sebagian lengan atas - GCS : E4V5M6 (+)
- Dislokasi anterior - Planning diagnostik : bahu
- Tampak sakit sedang
- Pembengkakan (+)
P
- Fraktur
- Tanda vital :
humerus
Darah lengkap leher
Rontgen shoulder joint dextra AP
- Nyeri tekan (+)
TD : 140/100 mmHg
Rontgen thorax
- Gerakan terbatas (+)
N : 74 x/mnt
Elektrocardiografi
- Luka
RR : 28 x/mnt
Elektromiografi
pada
bibir
bagian atas (+)
S : 36.3˚C
- Mual (+), muntah (+) - Status generalis : 1x Dbn - Makan (+), minum (+) - Status lokalis - BAK dbn, BAB dbn
- Planning terapi : Infus ringer laktat dan D5 2 :1 20-30 :
ekstremitas
superior bagian proksimal Look o Terpasang verband (+) dan armsling (+), false movement (-), deformitas / asimetri (-) Feel
tpm Injeksi cefotaxim IV 3x1g Injeksi ketorolac 3x30mg Injeksi
kalnex
3x500mg
o Tenderness (+), edema (+),
13
krepitasi (-), false movement () o Evaluasi status neurovascular : pulsasi (+), pain (+), pallor (-), paralyze (-), parestesia (-), functio laesa (+) Move o Gerakan aktif : limitation (+), pain (+) o Gerakan pasif : limitation (+), pain (+)
14
TANGGAL 6 Juli 2013
S
O
A
- Nyeri bahu kanan dan - Post operasi reposisi dan orif sebagian lengan atas - GCS : E4V5M6 (+)
- Dislokasi anterior - Planning diagnostik : bahu
- Tampak sakit sedang
- Pembengkakan (↓)
P
- Fraktur
- Tanda vital :
Darah lengkap leher
humerus
Rontgen shoulder joint dextra AP
- Nyeri tekan (+)
TD : 120/80 mmHg
- Gerakan terbatas (+)
N : 74 x/mnt
Elektrocardiografi
- Luka
RR : 24 x/mnt
Elektromiografi
pada
bibir
bagian atas (+)
S : 39˚C
- Mual (+), muntah (-) - Demam
(+)
- Nyeri
pada
- Planning terapi : Infus ringer laktat
Dbn - Status
- Pusing (+)
lokalis
dan D5 2 :1 20-30 :
ekstremitas
superior bagian proksimal daerah
infus (+)
Rontgen thorax
- Status generalis :
pada
malam hari
- Suspek flebitis
Look o Terpasang verband (+) dan
- Makan (+), minum (+)
armsling (+), false movement
- BAK dbn, BAB dbn
(-), deformitas / asimetri (-) Feel o Tenderness (+), edema (↓),
tpm Injeksi cefotaxim IV 3x1g Injeksi ketorolac 3x30mg Injeksi
kalnex
3x500mg Ekstra
15
krepitasi (-), false movement (-
paracetamol tablet p.o
)
1x500mg
o Evaluasi status neurovascular : pulsasi (+), pain (+), pallor (-), paralyze (-), parestesia (-), functio laesa (+) Move o Gerakan aktif : limitation (+), pain (+) o Gerakan pasif : limitation (+), pain (+)
16
TANGGAL 7 Juli 2013
S
O
A
- Nyeri bahu kanan dan - Post operasi reposisi dan orif sebagian lengan atas - GCS : E4V5M6 (↓)
- Dislokasi anterior - Planning diagnostik : bahu
- Tampak sakit sedang
- Pembengkakan (↓)
P
- Fraktur
- Tanda vital :
Darah lengkap leher
humerus
Rontgen shoulder joint dextra AP
- Nyeri tekan (+)
TD : 120/80 mmHg
- Gerakan terbatas (+)
N : 72 x/mnt
Elektrocardiografi
- Luka
RR : 24 x/mnt
Elektromiografi
pada
bibir
bagian atas (+)
S : 36.9˚C
- Mual (-), muntah (-)
- Planning terapi : Aff infus
Dbn
- Pusing (-) pada
Rontgen thorax
- Status generalis :
- Demam (-) - Nyeri
- Suspek flebitis
- Status daerah
infus (-) - Makan (+), minum (+) - BAK dbn, BAB dbn
lokalis
Ciprofloxacin :
ekstremitas
tablet p.o 2x500mg
superior bagian proksimal Look
Paracetamol tablet p.o 3x500mg
o Terpasang verband (+) dan armsling (+), false movement
Mefast caplet p.o 2x1
(-), deformitas / asimetri (-) Feel o Tenderness (+), edema (↓),
17
krepitasi (-), false movement () o Evaluasi status neurovascular : pulsasi (+), pain (+), pallor (-), paralyze (-), parestesia (-), functio laesa (+) Move o Gerakan aktif : limitation (+), pain (+) o Gerakan pasif : limitation (+), pain (+)
18
TANGGAL 8 Juli 2013
S
O
A
- Nyeri bahu kanan dan - Post operasi reposisi dan orif sebagian lengan atas - GCS : E4V5M6 (↓)
- Dislokasi anterior - Planning diagnostik : bahu
- Tampak sakit sedang
- Pembengkakan (-)
P
- Fraktur
- Tanda vital :
Darah lengkap leher
humerus
Rontgen shoulder joint dextra AP
- Nyeri tekan (+)
TD : 110/70 mmHg
- Gerakan terbatas (+)
N : 80 x/mnt
Elektrocardiografi
- Luka
RR : 20 x/mnt
Elektromiografi
pada
bibir
bagian atas (+)
S : 36.3˚C
- Mual (-), muntah (-)
- Nyeri
pada
- Planning terapi : Ciprofloxacin
Dbn - Status daerah
infus (-) - Makan (+), minum (+) - BAK dbn, BAB dbn
Rontgen thorax
- Status generalis :
- Demam (-) - Pusing (-)
- Suspek flebitis
lokalis
tablet p.o 2x500mg :
ekstremitas
superior bagian proksimal
Paracetamol tablet p.o 3x500mg
Look o Terpasang verband (+) dan armsling (+), false movement (-), deformitas / asimetri (-)
Mefast caplet p.o 2x1 ↓ BLPL
Feel o Tenderness (+), edema (-),
19
krepitasi (-), false movement () o Evaluasi status neurovascular : pulsasi (+), pain (+), pallor (-), paralyze (-), parestesia (-), functio laesa (+) Move o Gerakan aktif : limitation (+), pain (+) o Gerakan pasif : limitation (+), pain (+)
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
A. ANATOMI BAHU DAN LENGAN ATAS
Extremitas superior terdiri dari 5 bagian : 1. Bahu Penyambung lengan dengan batang tubuh, dengan clavicula dan scapula sebagai intinya. 2. Lengan atas Dengan humerus sebagai intinya dan menghubungkan bahu pada siku. 3. Lengan bawah Dengan ulna dan radius sebagai intinya, dan menghubungkan siku pada pergelangan tangan. 4. Pergelangan tangan Dengan carpus sebagai intinya, menghubungkan lengan bawah pada tangan. 5. Tangan Dengan metacarpus dan phalanx sebagai intinya.
CLAVICULA Clavicula menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Ujung medial clavicula bersendi pada manubrium sterni melalui articulatio sternoclavicularis. Ujung lateralnya bersendi pada acromion melalui articulatio acromioclavicularis. Bagian dua pertiga medial corpus claviculae berbentuk cembung ke ventral, sedangkan
21
bagian sepertiga lateral menggepeng dan cekung ke ventral. Karena lengkunglengkung ini, clavicula tampak sebagai huruf S besar yang memanjang.
SCAPULA Scapula terletak pada aspek posterolateral thorax, menutupi costa II sampai costa IV. Badan scapula berbentuk segitiga. Facies costalis scapula yang cekung membentuk fossa subscapularis yang luas dan permukaannya di sebelah dorsal (facies posterior) yang cembung, terbagi oleh spina scapulae menjadi fossa supraspinata yang lebih kecil dan fossa infraspinata yang lebih besar. Ke arah lateral spina scapulae melanjutkan diri sebagai acromion yang membentuk ujung bahu dan bersendi pada clavicula. Di sebelah kraniolateral permukaan lateral scapulae membentuk cavitas gleinodalis yang bersendi dengan caput humeri pada articulatio humeri. Processus coracoideus yang menyerupai paruh, terletak cranial dari cavitas gleinodalis dan menganjur ke ventrolaterale.
HUMERUS Humerus bersendi dengan scapula pada articulatio humeri dan dengan radius pada articulatio cubiti. Caput femoris yang menyerupai bola, bersendi pada cavitas gleinodalis scapulae. Sulcus intertubercularis membatasi tuberculum minus terhadap tuberculum majus. Tepat distal dari caput femoris, collum anatomicum membatasi caput femoris terdapat dua ciri yang mencolok yakni tuberositas deltoidea di sebelah lateral dan sulcus nervi radialis di sebelah posterior. Crista supracondylaris medialis dan crista suoracondylaris lateralis yang menonjol. Ujung distal humerus memiliki dua permukaan artikular, sebuah capitulum humeri disebelah lateral untuk bersendi dengan caput radii dan sebuah trochlea di sebelah medial untuk bersendi dengan ulna. Di sebelah depan dan proksimal dari trochlea, terdapat fossa coronoidea untuk processus coronoideus dan di sebelah belakang fossa olecrani untuk olecranon ulnae. 22
Di sebelah depan proksimal terdapat capitulum humeri terlihat fossa radialis untuk tepi caput radii sewaktu lengan bawah terfleksi.
23
24
25
26
27
B. DISLOKASI ANTERIOR BAHU
Stabilitas sendi bahu tergantung dari otot-otot dan kapsul tendon yang mengitari sendi bahu. Sedang hubungan antara kepala humerus dengan cekungan glenoid terlalu dangkal. Karena susunan anatomi tersebut di atas mudah dimengerti bahwa sendi bahu merupakan sendi yang mudah mengalami dislokasi. Pada waktu terjadinya dislokasi yang pertama terjadi kerusakan atau avulsi dari fibrokartilage antara kapsul sendi dengan gleinodalis di bagian anterior dan inferior. Dengan adanya robekan tadi, maka sendi bahu akan mudah mengalami dislokasi ulang bila mengalami cedera lagi. Hal ini disebut sebagai recurrent dislokasi. Ada beberapa macam bentuk dislokasi sendi bahu, yaitu bentuk anterior, posterior, superior dan inferior (luxatio erecta).
EPIDEMIOLOGI Dislokasi anterior sering terjadi pada penderita usia muda, kecelakaan lalu lintas maupun cedera olahraga. PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Usia muda
√
Kecelakaan lalu lintas
√
Cedera olahraga
-
MEKANISME TRAUMA Pada dislokasi anterior, kaput humerus berada di bawah glenoid, subkorakoid dan subklavikuler. Dislokasi anterior merupakan kelainan yang terjadi karena :
28
1. Gerakan puntiran keluar (external rotational), tekanan ke arah ekstensi dari sendi bahu, posisi lengan atas dalam posisi abduksi. Dalam posisi tersebut akan terjadi regangan yang berat pada kapsul yang melekat pada glenoid bagian depan bawah. Pertemuan kapsul dengan glenoid ini berupa fibrokartilage. Kalau daya dorongnya terlalu kuat terjadi avulsi fibrokartilage di bagian bawah dan depan glenoid. Lesi ini disebut sebagai bankart laesi. Karena terjadinya robekan kapsul, kepala humerus akan keluar dari cekungan glenoid kea rah depan dan medial kebanyakan tertahan di bawah coracoid. 2. Trauma langsung di mana penderita jatuh, pundak bagian belakang humerus terbentur lantai atau tanah. Gaya akan mendorong permukaan belakang humerus bagian proksimal ke depan. PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Gerakan puntiran keluar (external
√
rotational) Trauma langsung pundak bagian
-
belakang humerus terbentur lantai atau tanah
GAMBARAN KLINIS Gambaran klinis dislokasi anterior meliputi : - Pundak terasa sakit sekali, bentuk pundak asimetris, di mana bentuk deltoid pada sisi yang cedera tampak mendatar. Hal ini disebabkan karena kepala humerus sudah keluar dari cekungan glenoid ke depan. - Gangguan pergerakan sendi bahu. - Pada palpasi, di daerah subakromius jelas teraba cekung. - Posisi lengan bawah dalam kedudukan abduksi ringan (bila terjadi bentuk dislokasi subcoracoid). 29
- Kadang-kadang terjadi lesi pada n. aksilaris di mana sensibilitas kulit bagian lateral humerus hilang atau lesi n. muskulokutaneus di mana sensibilitas kulit bagian belakang lengan bawah hilang. - Kadang-kadang juga terjadi gangguan pada plexus brakialis karena tertekannya oleh kepala humerus. PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Pundak terasa sakit sekali
√
Bentuk pundak asimetris, deltoid
√
tampak mendatar Gangguan pergerakan sendi bahu Daerah subakromius jelas teraba
√ Sde
cekung Posisi
lengan
bawah
dalam
Sde
kedudukan abduksi ringan Lesi n. aksilaris di mana sensibilitas
-
kulit bagian lateral humerus hilang Lesi n. muskulokutaneus di mana
-
sensibilitas kulit bagian belakang lengan bawah hilang Gangguan pada plexus brakialis
-
KOMPLIKASI Komplikasi dislokasi anterior berdasarkan waktu dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Dini - Cedera saraf aksila sehingga pasien tidak dapat mengerutkan otot deltoid - Cedera korda posterior pleksus brakialis
30
- Cedera pembuluh darah yaitu arteri aksila - Fraktur-dislokasi terutama fraktur pada bagian proksimal humerus - Tuberositas mayor dapat terlepas selama dislokasi 2. Belakangan - Kekakuan bahu akibat imobilisasi yang lama, dapat terjadi kehilangan rotasi lateral dan membatasi abduksi - Dislokasi yang tak direduksi, karena tidak terdiagnosis biasanya pada tidak sadar atau sangat tua - Dislokasi berulang PEMBAHASAN TEORI
Dini
TEMUAN KASUS
Cedera saraf aksila
-
Cedera korda posterior pleksus brakialis
-
Cedera pembuluh darah yaitu arteri aksila
-
Fraktur-dislokasi terutama fraktur pada
√
bagian proksimal humerus Tuberositas mayor dapat terlepas selama
-
dislokasi Belakangan
Kekakuan bahu
-
Dislokasi yang tak direduksi
-
Dislokasi berulang
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan sinar-X pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpang tindih antara kaput humerus dan fossa glenoid, kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap mangkuk sendi. Foto lateral yang diarahkan pada daun scapula akan memperlihatkan kaput humerus keluar dari mangkuk sendi.
31
Kalau sendi pernah dislokasi, sinar-X dapat memperlihatkan perataan atau cekungan kontur posterolateral kaput humerus, tempat ini pernah dibuat melesak oleh tepi anterior mangkuk glenoid. PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Sinar-X : Bagian
√ anteroposterior
memperlihatkan tumpang
akan
bayangan
yang
antara
kaput
tindih
humerus dan fossa glenoid. Foto lateral yang diarahkan pada daun scapula akan memperlihatkan kaput humerus keluar dari mangkuk sendi.
PENATALAKSANAAN Dilakukan tindakan reposisi tertutup. Ada tiga macam cara untuk mereposisi yaitu : 1. Cara Hippocrates Penderita tidur terlentang di atas meja, lengan penderita pada sisi yang sakit ditarik ke distal, posisi lengan sedikit abduksi. Sementara itu kaki penolong ditekankan ke aksila. 2. Cara Kocher Penderita ditidurkan di atas meja. Penolong melakukan gerakan yang dapat dibagi menjadi empat tahap yakni : - Tahap pertama, dalam posisi siku fleksi penolong menarik lengan atas ke arah distal. - Tahap kedua, dilakukan gerakan eksorotasi dari sendi bahu. - Tahap ketiga, melakukan gerakan adduksi dan fleksi pada sendi bahu. - Tahap keempat, melakukakan gerakan endorotasi sendi bahu. 32
3. Cara Stimson Penderita tidur tengkurap di atas meja, lengan yang cedera dibiarkan tergelantung ke bawah, lengan diberi beban seberat 5-7½ kg. dibiarkan selama 20-25 menit. PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Cara Hippocrates
-
Cara Kocher
√
Cara Stimson
-
C. FRAKTUR LEHER HUMERUS
Fraktur pada humerus dapat terjadi mulai dari proksimal (kaput) sampai bagian distal (kondilus) humerus, berikut pembagian berdasarkan lokasi frakturnya : 1. Fraktur tuberkulum mayus 2. Fraktur leher 3. Fraktur diafisis 4. Fraktur suprakondiler 5. Fraktur kondiler 6. Fraktur epikondilus medialis
EPIDEMIOLOGI Sering terjadi pada penderita wanita yang sudah tua, karena tulangnya sudah osteoporosis sehingga terjadi kelemahan pada tulang. Dapat pula pada usia muda yang mengalami trauma biasanya trauma langsung.
33
PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Wanita tua dan osteoporosis
-
Usia muda
√
Mengalami trauma
√
MEKANISME TRAUMA Pada penderita wanita yang sudah tua dan osteoporosis sehingga terjadi kelemahan pada tulang. Trauma biasanya ringan, trauma tidak langsung, dimana pada waktu jatuh lengan penderita menahan badan dalam posisi ekstensi. Garis patah biasanya transversal. Fragmen distal akan mendorong kuat masuk ke fragmen proksimal. Keadaan ini disebut impacted fraktur. Pada penderita yang masih muda belum ada tanda-tanda osteoporosis. Trauma biasanya lebih berat berupa trauma langsung. Terjadi dislokasi antara fragmen distal dan proksimal. Bagian proksimal dislokasi kearah abduksi. Hal ini disebabkan karena tarikan otot-otot rotator. PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Trauma tidak langsung
-
Trauma langsung
√
GAMBARAN KLINIS Gambaran klinis fraktur leher humerus meliputi : 1. Impacted fraktur / fraktur impaksi biasanya ditemukan pada wanita tua. Gejalanya ringan, berupa sakit di daerah bahu, fungsi lengannya masih baik. Hal ini mudah dimengerti karena impacted fraktur merupakan fraktur yang stabil.
34
2. Pada penderita yang masih muda, gejala-gejala fraktur lebih jelas berupa functio laesa, bengkak, nyeri tekan, nyeri sumbu. PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Tanda impacted fraktur : sakit di daerah bahu,
-
fungsi lengannya masih baik Nyeri sumbu
√
Nyeri tekan
√
Bengkak
√
Functio laesa
√
KOMPLIKASI -
Kekakuan sendi bahu (ankilosis).
-
Lesi pada n. sirkumfleksi aksilaris menyebabkan paralisis m. deltoid.
-
Dislokasi sendi bahu. PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Kekakuan sendi bahu (ankilosis)
-
Lesi pada n. sirkumfleksi aksilaris menyebabkan
-
paralisis m. deltoid Dislokasi sendi bahu
√
PEMERIKSAAN PENUNJANG X-ray pada impacted fraktur ditemukan garis patah transversal, namun kadangkadang susah dikenali. Pada pasien muda, fragmen biasanya terpisah secara lebih jelas. Pada remaja, terjadi fraktur pemisahan pada epifisis humerus bagian atas,
35
batang bergeser ke atas dan ke depan, meninggalkan kaput dalam mangkuk sendi. Foto aksila harus selalu diambil untuk menyingkirkan dislokasi bahu. PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Pada impacted fraktur ditemukan Sinar-X
-
garis patah transversal. Pada
pasien
muda,
fragmen
√
biasanya terpisah secara lebih jelas.
PENATALAKSANAAN Pada impacted fraktur tidak diperlukan tindakan reposisi. Lengan yang cedera cukup diistirahatkan dengan memakai gendongan (sling) selama 6 minggu. Selama waktu itu
penderita
dilatih
untuk
menggerakkan
sendi
bahu
berputar
sambil
membongkokkan badan meniru gerakan bandul (pendulum exercise). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kekakuan sendi bahu. Pada penderita dewasa bila terjadi dislokasi abduksi dilakukan reposisi dan diimobilisasi dengan gips spica, posisi lengan dalam abduksi (shoulder spica) PEMBAHASAN TEORI
TEMUAN KASUS
Imobilisasi Impacted fraktur
dengan
memakai
-
gendongan (sling) selama 6 minggu Latihan
meniru
gerakan
bandul
-
(pendulum exercise) Non impacted fraktur
Tindakan reposisi
√
Imobilisasi dengan gips spica atau
√
memakai gendongan (sling)
36
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,A., et al. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Moore,K.L., Agur,A.M.R., 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta :Hipokrates Nugroho,E., 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta : Widya Medika Putz,R., Pabst,R., 2003. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : EGC Rasjad,C., 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone Reksoprodjo,S., et al. 2012. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara Sjamsuhidajat,R., DeJong,W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
37
LAMPIRAN
38
View more...
Comments