Sistem Vulkanik Hidrotermal

September 29, 2017 | Author: nabellanurulfitri | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Sistem Vulkanik Hidrotermal...

Description

SISTEM VULKANIK HIDROTERMAL

Pengertian Sistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat diartikan sebagai sistem penghantaran panas di dalam mantel atas dan kerak bumi dimana panas dihantarkan dari suatu sumber panas (heat source) menuju suatu tempat penampungan panas (heat sink). Dalam hal ini, panas merambat dari dalam bumi (heat source) menuju permukaan bumi (heat sink).

Sumber gambar: http://geothermal.marin.org/GEOpresentation/sld00x.htm

Proses penghantaran panas pada sistem panas bumi melibatkan fluida termal yang bisa berupa batuan yang meleleh, gas, uap, air panas, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, fluida termal yang berupa uap dan atau air panas dapat tersimpan dalam suatu formasi batuan yang berada diantara sumber panas dan daerah tampungan panas. Formasi batuan ini selanjutnya dikatakan sebagai reservoir. Sistem panas bumi yang terpengaruh kuat oleh adanya uap dan atau air panas dikatakan sebagai sistem hydrothermal. Sistem ini sering berasosiasi dengan pusat vulkanisme atau gunung api di sekitarnya. Jika fluida magmatik dari gunung api lebih mendominasi sistem hidrotermal, maka dikatakan sebagai sistem vulkanik hidrotermal (volcanic hydrothermal system). Sistem panas bumi dapat berada pada daerah bermorfologi datar (flat terrain) dan dapat pula berada pada daerah bermorfologi curam (step terrain). Di Indonesia, sistem panas bumi yang umum ditemukan adalah sistem

hidrotermal

yang

berasosiasi

dengan

pusat

vulkanisme pada

daerah

bermorfologi stepterrain.Selain sistem hidrotermal, terdapat pula jenis lain dari sistem panas bumi, seperti: hot dry rock system, geopressured system, heat sweep system. Komponen-Komponen Sistem Panas Bumi Komponen sistem panas bumi yang dimaksud di sini adalah komponen-kompenen dari sistem panas bumi jenis hidrotermal, karena sistem inilah yang paling umum ditemukan di Indonesia. Sistem hidrotermal didefenisikan sebagai jenis sistem panas bumi dimana transfer panas dari sumber panas menuju permukaan bumi adalah melalui proses konveksi bebas yang melibatkan

fluida meteorik dengan atau tanpa jejak fluida magmatik. Fluida meteorik contohnya adalah air hujan yang meresap jauh ke bawah permukaan tanah. Komponen-komponen penting dari sistem hidrotermal adalah: sumber panas, reservoir dengan fluida termal, daerah resapan (recharge), daerah luahan (discharge) dengan manifestasi permukaan. 1. Sumber Panas Sepanjang waktu panas dari dalam bumi ditransfer menuju permukaan bumi dan seluruh muka bumi menjadi tempat penampungan panas (heat sink). Namun begitu, di beberapa tempat energi panas ini dapat terkonsentrasi dalam jumlah besar dan melebihi jumlah energi panas per satuan luas yang rata-rata ditemui. Gunung api merupakan contoh dimana panas terkonsentrasi dalam jumlah besar. Pada gunung api, konsentrasi panas ini bersifat intermittent yang artinya sewaktu-waktu dapat dilepaskan dalam bentuk letusan gunung api. Berbeda dengan gunung api, pada sistem panas bumi konsentrasi panas ini bersifat kontinu. Namun demikian, pada kebanyakan kasus, umumnya gunung api baik yang aktif maupun yang dormant, adalah sumber panas dari sistem panas bumi. Hal ini ditemui di Indonesia dimana umumnya sistem panas buminya adalah sistem hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat vulkanisme atau gunung api. Dalam hal ini, gunung api menjadi penyuplai panas dari sistem panas bumi di dekatnya. Oleh karena gunung api merupakan sumber panas potensial dari suatu sistem panas bumi, maka daerah yang berada pada jalur gunung api berpotensi besar memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi (di atas 225 Celcius). Itulah kenapa Indonesia yang dikenal berada pada jalur cincin api (ring of fire) diklaim memiliki potensi panas bumi atau geothermal terbesar di dunia. Daerah lain yang berpotensi menjadi sumber panas adalah: daerah dengan tekanan litostatik lebih besar dari normal (misal pada geopressured system), daerah yang memiliki kapasitas panas tinggi akibat peluruhan radioaktif yang terkandung di dalam batuan, daerah yang memiliki magmatisme dangkal di bawah basemen. Namun pada kasus-kasus ini, intensitas panasnya tidak sebesar panas dari gunung api.

2. Reservoir Reservoir panas bumi adalah formasi batuan di bawah permukaan yang mampu menyimpan dan mengalirkan fluida termal (uap dan atau air panas). Reservoir biasanya merupakan batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik. Porositas berperan dalam menyimpan fluida termal sedangkan permeabilitas berperan dalam mengalirkan fluida termal. Reservoir panas bumi dicirikan oleh adanya kandungan Cl (klorida) yang tinggi dengan pH mendekati normal, adanya pengayaan isotop oksigen pada fluida reservoir jika dibandingkan dengan air meteorik (air hujan) namun di saat bersamaan memiliki isotop deuterium yang sama atau mendekati air meteorik, adanya lapisan konduktif yang menudungi reservoir tersebut di bagian atas, dan adanya gradien temperatur yang tinggi dan relatif konstan terhadap kedalaman. Reservoir panas bumi bisa saja ditudungi atau dikelilingi oleh lapisan batuan yang memiliki permeabilitas sangat kecil (impermeable). Lapisan ini dikenal sebagai lapisan penudung ataucap rock. Batuan penudung ini umumnya terdiri dari minera-mineral lempung yang mampu mengikat air namun sulit meloloskannya (swelling). Mineral-mineral lempung ini mengandung ikatan-ikatan hidroksil dan ion-ion seperti Ka dan Ca sehingga menyebabkan lapisan tersebut menjadi sangat konduktif. Sifat konduktif dari lapisan ini bisa dideteksi dengan melakukan survei magneto-tellurik (MT) sehingga posisi lapisan konduktif ini di bawah permukaan dapat terpetakan. Dengan mengetahui posisi dari lapisan konduktif ini, maka posisi reservoir dapat diperkirakan, karena reservoir panas bumi biasanya berada di bawah lapisan konduktif ini. 3. Daerah Resapan (Recharge) Daerah resapan merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut bergerakmenjauhi muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di daerah resapan bergerak menuju ke bawah permukaan bumi. Dalam suatu lapangan panas bumi, daerah resapan berada pada elevasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan elevasi dari daerah dimana sumur-sumur produksi berada. Daerah resapan juga ditandai dengan rata-rata resapan air tanah per tahun yang bernilai tinggi.

Menjaga kelestarian daerah resapan penting artinya dalam pengembangan suatu lapangan panas bumi. Menjaga kelesatarian daerah resapan berarti juga menjaga keberlanjutan hidup dari reservoir panas bumi untuk jangka panjang. Hal ini karena daerah resapan yang terjaga dengan baik akan menopang tekanan di dalam formasi reservoir karena adanya fluida yang mengisi pori di dalam reservoir secara berkelanjutan. Menjaga kelestarian daerah resapan juga penting artinya bagi kelestarian lingkungan hidup. Sehingga dari sini dapat dikatakan juga bahwa pengembangan panas bumi bersahabat dengan lingkungan. 4. Daerah Discharge dengan Manifestasi Permukaan Daerah luahan (discharge area) merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut bergerak menuju muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di daerah luahan akan bergerak menuju ke atas permukaan bumi. Daerah luahan pada sistem panas bumi ditandai dengan hadirnya manifestasi di permukaan. Manifestasi permukaan adalah tanda-tanda yang tampak di permukaan bumi yang menunjukkan adanya sistem panas bumi di bawah permukaan di sekitar kemunculannya.Manifestasi permukaan bisa keluar secara langsung (direct discharge) seperti mata air panas dan fumarola. Fumarola adalah uap panas (vapor) yang keluar melalui celah-celah batuan dengan kecepatan tinggi yang akhirnya berubah menjadi uap air (steam). Tingginya kecepatan dari fumarola sering kali menimbulkan bunyi bising.Manifestasi permukaan juga bisa keluar secara terdifusi seperti pada kasus tanah beruap (steaming ground) dan tanah hangat (warm ground), juga bisa keluar secara intermittentseperti pada manifestasi geyser, dan juga bisa keluar secara tersembunyi seperti dalam bentuk rembesan di sungai.Secara umum, manifetasi permukaan yang sering muncul pada sistem-sistem panas bumi di Indonesia adalah: mata air panas, fumarola, steaming ground, warm ground, kolam lumpur panas, solfatara, dan batuan teralterasi. Solfatara adalah uap air (steam) yang keluar melalui rekahan batuan yang bercampur dengan H2S, CO2, dan kadang juga SO2 serta dapat mengendapkan sulfur di sekitar rekahan tempat keluarnya. Sedangkan batuan teralterasi adalah batuan yang terubahkan karena adanya reaksi antara batuan tersebut dengan fluida panas bumi.

Mata air panas sebagai salah satu bentuk manifestasi panas bumi.

Seepage yang muncul di danau sebagai bentuk lain dari manifestasi panas bumi.

HIDROTHERMAL, SISTEM HIDROTHERMAL DAN ALTERASI

Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasimagma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relative ringan, dan merupakan

sumber

terbesar(90%)

dari

proses

pembentukan

endapan.

Berdasarkan

cara pembentukan endapan, dikenal dua macamendapan hidrothermal, yaitu : •

cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.



metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur barudari larutan hidrothermal.

Sistem hidrotermal didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50° - >500°C), secara lateral danvertikal pada temperatur dan tekanan yang bervariasi di bawah permukaan bumi. Sistem inimengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermalmenyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil dan cenderungmenyesuaikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuai dengan kondisiyang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal. Endapan mineral hidrotermal dapatterbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi (leaching), mentranspor, dan mengendapkanmineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan fisik maupun kimiawi (Pirajno, 1992, dalamSutarto, 2004).Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogi batuan (dalam keadaan padat) karenaadanya pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia menghasilkan minerallempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam. Proses alterasi merupakan peristiwa sekunder, berbedadengan metamorfisme yang merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yangmengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang memungkinkan masuknya air meteorik(meteoric water) untuk dapat mengubah komposisi mineralogi batuan. Alterasi Hidrotermal interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (batuan dinding), akanmenyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan (mineral alterasi), maupunfluida itu sendiri (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004). Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yangsangat kompleks yang melibatkan perubahan mineralogi, kimiawi, dan tekstur yang disebabkan olehinteraksi fluida panas dengan batuan yang dilaluinya, di bawah kondisi evolusi fisio-kimia. Proses alteras

merupakan suatu bentuk metasomatisme, yaitu pertukaran komponen kimiawi antara cairancairandengan batuan dinding (Pirajno, 1992).Alterasi hidrotermal akan bergantung pada : •

Karakter batuan dinding.



Karakter fluida (Eh, pH).



Kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert dan Park, 1986, dalamSutarto, 2004).



Konsentrasi.

Lama aktivitas hidrotermal (Browne, 1991, dalam Sutarto, 2004).Walaupun faktor-faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia fluida kemungkinanmerupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses alterasi hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996,dalam Sutarto, 2004). Henley dan Ellis (1983, dalam Sutarto, 2004), mempercayai bahwa alterasihidrotermal pada sistem epitermal tidak banyak bergantung pada komposisi batuan dinding, akan tetapilebih dikontrol oleh kelulusan batuan, tempertatur, dan komposisi fluida.Batuan dinding (wall rock/country rock) adalah batuan di sekitar intrusi yang melingkupi urat,umumnya mengalami alterasi hidrotermal. Derajat dan lamanya proses alterasi akan menyebabkanperbedaan intensitas alterasi dan derajat alterasi (terkait dengan stabilitas pembentukan). Stabilitasmineral primer yang mengalami alterasi sering membentuk pola alterasi (style of alteration) padabatuan (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004). Pada kesetimbangan tertentu, proses hidrotermal akanmenghasilkan kumpulan mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral (mineral assemblage)(Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto, 2004). Setiap himpunan mineral akan mencerminkan tipealterasi (type of alteration). Satu mineral dengan mineral tertentu seringkali dijumpai bersama (asosiasimineral), walaupun mempunyai tingkat stabilitas pembentukan yang berbeda, sebagai contoh kloritsering berasosiasi dengan piroksen atau biotit. Area yang memperlihatkan penyebaran kesamaanhimpunan mineral yang hadir dapat disatukan sebagai satu zona alterasi. Host rock adalah batuan yangmengandung endapan bijih atau suatu batuan yang dapat dilewati larutan, di mana suatu endapan bijihterbentuk. Intrusi maupun batuan dinding dapat bertindak sebagai host rock. Reaksi  Reaksi Pada Proses Alterasi Reaksi  reaksi yang berperan penting didalam proses alterasi (reaksi kimia antara batuan dengan fluida)adalah :



Hidrolisis

merupakan proses pembentukan mineral baru akibat terjadinya reaksi kimia antara mineral tertentudengan ion H+, contohnya :3 KalSiO3 O8 + H2O(aq) Kal3Si3O10 (OH)2 + 6SiO2 + 2K- Feldspar Muscovite (Sericite)Kuarsa •

Hidrasi

Merupakan proses pembentukan mineral baru dengan adanya penambahan molekul H2O.Dehidrasi adalah sebaliknya. Reaksi Hidrasi :2 Mg2SiO4+ 2H2O + 2 H+ Mg3 Si2O5 (OH)4 + Mg2+Olivine Serpentinite •

dehidrasi :Al2Si2O5(OH)4 + 2 SiO2 Al2Si4O10 (OH)4 +

Mg2+KaolinitKuarsa Pyrophilite Metasomatisme alkali  alkali tanahContoh:2CaCO3 + Mg2+ CaMg (CO3)2 + Ca2+Calcite Dolomite •

Dekarbonisasi reaksi kimia yang menghasilkan silika dan§ oksida, Contoh :Ca

Mg(CO3)2 + 2 SiO2 (Ca Mg)SiO2 + 2 CO2Dolomite Kuarsa Dioside •

Silisifikasi

Merupakan proses penambahan atau produksi kuarsa polimorfnya, contohnya:2 CaCO3 + SiO2 + 4 H- 2Ca2- + 2 CO2 + SiO2 + 2 H2OCalciteKuarsa •

ySilisikasi

Merupakan proses konversi atau penggantian mineral silikat, contohnya:CaCO3 + SiO2 CaSiO3 + CO2CalciteKuarsa Wollastonite

Tipe Alterasi (Type of Alteration)

Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004) membuat klasifikasi alterasi hidrotermal pada endapan tembagaporfir menjadi empat tipe yaitu propilitik, argilik, potasik, dan himpunan kuarsa-serisitpirit. Lowell danGuilbert (1970, dalam Sutarto, 2004) membuat model alterasi-mineralisasi juga pada endapan bijiporfir, menambahkan istilah zona filik untuk himpunan mineral kuarsa, serisit, pirit, klorit, rutil,kalkopirit. Adapun delapan macam tipe alterasi antara lain :a. PropilitikDicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit, kalsit, albit,dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°-300°C pada pH mendekati netral, dengan salinitasberagam, umumnya pada daerah yang mempunyai permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966,dalam Sutarto, 2004), terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik,yaitu : •

Klorit-kalsit-kaolinit.



Klorit-kalsit-talk.



Klorit-epidot-kalsit.



Klorit-epidot



Argilik

Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu muskovot-kaolinitmonmorilonit dan muskovit-klorit-monmorilonit. Himpunan mineral pada tipe argilik terbentuk padatemperatur 100°-300°C (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004), fluida asam-netral, dan salinitas rendah.c. PotasikZona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem hidrotermaldengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus meter. Zona alterasi ini dicirikanoleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, KFeldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Pembentukkanbiotit sekunder ini dapat terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende denganlarutan hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun pyroksen. Dicirikan olehmelimpahnya himpunan muskovitbiotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai asesori,serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil kadang terbentuk. Alterasi potasik terbentukpada daerah yang dekat batuan beku intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300°C), salinitas tinggi,dan dengan karakter magamatik yang kuat.Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri zona ubahan potasik ini.

Kloritmerupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksin, hornblende maupun biotit, hal inidapat dilihat bentuk awal dari mineral piroksin terlihat jelas mineral piroksin tersebut telah mengalamiubahan menjadi klorit. Pembentukkan mineral klorit ini karena reaksi antara mineral piroksin denganlarutan hidrotermal yang kemudian membentuk klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetitdan hematit. Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur pottasium pada proses metasomatis dan disertai dengan banyak atau sediktnya unsur kalsium dan sodium didalam batuan yang kaya akanmineral aluminosilikat. Sedangkan klorit, aktinolite, dan garnet kadang dijumpai dalam jumlah yangsedikit. Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk menyebar dimanamineral tersebut merupakan mineral  mineral sulfida yang terdiri atas pyrite maupun kalkopirit denganpertimbangan yang relatif sama.Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona potasik ini disebabkanoleh pengaruh matasomatik atau rekristalisasi yang terjadi pada batuan induk ataupun adanyaintervensi daripada larutan magma sisa (larutan hidrotermal) melalui pori-pori batuan dan seterusnyaberdifusi dan mengkristal pada rekahan batuan. Berikut ini ciri  ciri salah satu contoh mineral ubahanpada zona potasik yaitu Actinolited. FilikZona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona alterasi iniberbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang pada intrusi. Zona ini dicirikan olehkumpulan mineral serisit dan kuarsa sebagai mineral utama dengan mineral pyrite yang melimpah sertasejumlah anhidrit. Mineral serisit terbentuk pada proses hidrogen metasomatis yang merupakan dasardari alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi rusak dan teralterasimenjadi serisit dengan penambahan unsur H+, menjadi mineral phylosilikat atau kuarsa. Zona initersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya tidak mengandung mineral-minerallempung atau alkali feldspar.Kadang mengandung sedikit anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. Terbentukpada temperatur sedang-tinggi (230°-400°C), fluida asam-netral, salinitas beragam, pada zonapermeabel, dan pada batas dengan urat.Dominasi endapan dalam bentuk veinlet dibandingkan dengan endapan yang berbentukhamburan kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya pengaruh metasomatik yang lebih mengarah keproses hidrotermal. Hal ini disebabkan karena zona ini semakin menjauh dari pusat intrusi sertaberkurangnya kedalaman

sehingga interaksi membesar dan juga diakibatkan oleh banyaknya rekahanpada batuan sehingga larutan dengan mudah mengisinya dan mengkristal pada rekahan tersebut,mineralisasi yang intensif dijumpai pada vein kuarsa adalah logam sulfida berupa pirit, kalkopirit dangalena. Berikut ini

ciri



ciri

salah

satu

contoh

mineral

ubahan

pada

zona

potasik

yaitu

Serisite. Propilitik dalam (inner propilitik) Menurut Hedenquist danLinndqvist (1985, , dalam Sutarto, 2004), zona alterasi pada sistemepitermal sulfidasi rendah (fluida kaya klorida, pH mendekati netral) ummnya menunjukkan zona. Alterasi seperti pada sistem porfir, tetapi menambahkan istilah inner propylitic untuk zona pada bagianyang bertemperatur tinggi (>300°C), yang dicirikan oleh kehadiran epidot, aktinolit, klorit, dan ilit.f. Argilik lanjut (advanced argilic)Sedangkan untuk sistem epitermasl sulfidasi tinggi (fluida kaya asam sulfat), ditambahkan istilahadvanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan mineralpirofilit+diaspor±andalusit±kuarsa±turmalin±enargit-luzonit (untuk temperatur tinggi,

250°-350°C),

atauhimpunan

mineral kaolinit+alunit±kalsedon±kuarsa±pirit (untuk

temperatur rendah, 573°C), tridimit, kristobalit, opal, kalsedon. Bentuk yang palingumum adalah quartz rendah, kristobalit, dan tridimit kebanyakan ditemukan di batuan volkanik. Tridimitterutama umum sebagai produk devitrivikasi gelas volkanik, terbentuk bersama alkali felspar. Selamaproses hidrotermal, silika mungkin didatangkan dari cairan yang bersirkulasi, atau mungkin ditinggalkandi belakang dalam bentuk silika residual setelah melepaskan (leaching) dari dasar. Solubilitas silikamengalami peningkatan sesuai dengan temperatur dan tekanan, dan jika larutan mengalami ekspansiadiabatik, silika mengalami presipitasi, sehingga di daerah bertekanan rendah siap mengalamipengendapan (Pirajno, 1992). j. SerpertinisasiBatuan yang telah ada beruabah menjadi serperite yang mineral utamanya adalah Cripiolitedisamping ada juga mineral  mineral lain. Batuan semuala biasanya batuan basa ( andesitte ) yangberubah karena proses hidrotermal maka batuan basa ini berubah menjadi serpertisasi. Misal : Geruilitedi sulawesi dari kalimantan diubah menjadi serpentinisasi. Serpentinisasi bisa pula akibat dari padaWeathering, tetapi daerah yang teralterasi relatif terbatas kecil.Gambar 1. Ilustrasi Perbandingan sistem hidrotermal

DAFTAR PUSTAKA http://www.scribd.com/doc/81963156/HIDROTHERMAL http://warmada.staff.ugm.ac.id/Articles/epithermal.pdf http://irsamukhti.blogspot.com/2012/07/pengertian-dan-komponen-sistem-panas.html

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF