Sistem Organisasi Asuhan Keperawatan
January 12, 2019 | Author: yudibay | Category: N/A
Short Description
Sistem Organisasi Asuhan Keperawatan...
Description
MAKALAH ILMU MANAJEMEN KEPERAWATAN SISTEM PENGORGANISASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
DI SUSUN OLEH : APRIANTO DESPONITA IRWAN MASITAH TRI WLANDARI YUDI HARYADI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES AL-INSYIRAH PEKANBARU 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang kami harapkan. Makalah “sistem “ sistem pengorganisasian asuhan keperawatan.” keperawatan.” merupakan bahasan yang akan kami uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah ilmu Keperawatan, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya wawasan kami mengenai kesehatan, terutama pada kesehatan manusia. Semoga apa yang kami persembahkan dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Kami mohon maaf bila ada kesalahan, olah karena itu saran yang baik sangat kami harapkan bagi para mahasiswa guna meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.
Pekanbaru. 11 November 2014
(Penulis)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
....................................................................................
i
.................................................................................
ii
.................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
..........................................................................
1
.....................................................................
2
.......................................................................................
2
B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Sistem Organisasi Keperawatan Dengan Metode Fungsional ......
3
B. Sistem Organisasi Keperawatan Dengan Metode Tim
5
C. Sistem Organisasi Keperawatan Dengan Metode Primer
BAB
............... ..........
10
D. Sistem Organisasi Keperawatan Dengan Metode Kasus .............
15
E. Sistem Organisasi Keperawatan Dengan Metode Modifikasi .......
15
III
PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 20 B. Saran................................................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA
................................................................................
iii
21
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang memungkinkan
perawat
professional
mengatur
pemberian
asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai. Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan
kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan
kebijakan rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang profesional
identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan asuhan keperawatan
dalam melakukan kegiatan
dan pendidikan
berkelanjutan.
penerapan standart Dalam kelompok
keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja.
1
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem organisasi keperawatan dengan metode fungsional? 2. Bagaimana sistem organisasi keperawatan dengan metode tim? 3. Bagaimana sistem organisasi keperawatan dengan metode kasus ? 4. Bagaimana sistem organisasi keperawatan dengan metode primer ? 5. Bagaimana sistem organisasi keperawatan dengan metode modifikasi ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum Penuliasan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang sistem pengorganisasian asuhan keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui sistem organisasi keperawatan dengan metode fungsional b. Untuk mengetahui sistem organisasi keperawatan dengan metode tim c. Untuk mengetahui sistem organisasi keperawatan dengan metode kasus d. Untuk mengetahui sistem organisasi keperawatan dengan metode primer e. Untuk mengetahui sistem organisasi keperawatan dengan metode modifikasi
2
BAB II PEBAHASAN
A. Metode Fungsional
1.
Defenisi Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan
kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sbb : a. Kepala Ruangan, tugasnya : Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter. b. Perawat staf : Melakukan askep langsung pada pasien dan membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan c. Perawat Pelaksana :. Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL). d. Pembantu Perawat : Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih. e. Tenaga Admionistrasi ruangan Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
3
2.
Contoh dan penerapan Model
pemberian
asuhan
keperawatan
ini
berorientasi
pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff.
Setiap staff
perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien. Seorang
perawat bertanggung jawab
kepada manajer
perawat.
Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masingmasing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
Gambar 1.1 : Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional (Marquis & Huston, 1988)
4
3.
Kelebihan
a. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga c. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja. e. Kekurangan tenaga
ahli dapat
diganti
dengan
tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana. f.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
4.
Kelemahan :
a. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam penerapan proses keperawatan. b. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah
melakukan tugas
pekerjaan. c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan
ketrampilan saja d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya. e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat f.
Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk
B. Metode TIM
1. Defenisi Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
5
2. Contoh Dan Penerapan Metode tim adalah pengorganisasian
pelayanan
keperawatan
dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini berpengalaman
dipimpin oleh kerja
serta
perawat
memiliki
yang berijazah dan
pengetahuan
dibidangnya
(Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima
laporan
kemajuan
pelayanan
keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas
apabila
menjalani
kesulitan dan selanjutnya
ketua
tim
melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada berbagai
awal tahun 1950-an, saat
pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim
dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000). Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja bersama
untuk memenuhi sebagai perawat fungsional.
Penugasan terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan.
6
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan: a. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi - anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya. b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim. c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok pasien. d. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim.
Gambar 1.2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan tim (Marquis & Huston, 1998)
7
3. Kelebihan a. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif. b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan. c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar. d. Memberi
kepuasan
anggota
tim
dalam
berhubungan
interpersonal. e. Memungkinkan
meningkatkan
kemampuan
anggota
tim
yang
berbeda-beda secara efektif. f.
Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan
g. Akan yang
menghasilkan kualitas
asuhan
keperawatan
dapat dipertanggungjawabkan
h. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
4. Kelemahan a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik b. Keperawatan tim menimbulkan
fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu. d. Perawat
yang belum trampil
dan belum
berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu. e. Akontabilitas dari tim menjadi kabur. f.
Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
8
5. Tanggung jawab Kepala Ruang a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan keperawatan. b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan. d. Menjadi nara sumber bagi ketua tim. e. Mengorientasikan
tenaga
keperawatan
yang
baru
tentang
metode/model tim dalam pemberian asuhan keperawatan. f.
Memberi
pengarahan
kepada
seluruh
kegiatan
yang
ada
di
ruangannya, g. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya, h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya, i.
Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak lanjutinya,
j.
Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
6. Tanggung Jawab Ketua Tim a. Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan, b. Membuat perencanaan
berdasarkan
tugas
dan
kewenangannya
yang didelegasikan oleh kepala ruangan. c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya, d. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik. e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui konferens.
9
f.
Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya.
g. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan, h. Menyelenggarakan konferensi i.
Melakukan
kolaborasi
dengan
tim
kesehatan
lainnya
dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan, j.
Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya, - Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
7. Tanggung jawab anggota tim a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan. b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan berdasarkan respon klien. c. Berpartisipasi
dalam
setiap
memberiikan
masukan
untuk
meningkatkan asuhan keperawatan d. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim. e. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim. Memberikan laporan .
C. Metode Primer.
1. Defenisi Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat. 2. Contoh Dan Penerapan Model
primer
dikembangkan
pada
awal
tahun
1970-an,
menggunakan beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan
10
pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Tanggung jawab kolega
mencakup periode
24 jam, dengan perawat
yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada.
Perawatan yang yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan,
umpan
balik
dari
orang
lain
diperlukan
untuk
pengkoordinasian asuhan keperawatan klien Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah
11
seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
Gambar 1.3 : Diagram system asuhan keperawatan primer (Marquis & Huston, 1998)
3. Kelebihan a. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan untuk pengembangan diri. b. Memberikan
peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat c. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer
dalam memberikan
atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi. d. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer operasional dan administrasi e. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan. f. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi
12
dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya. g. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mer eka. h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien. i.
Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara individu.
j.
Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
k. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang mengetahui semua tentang kliennya. l.
Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
m. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien. n. Metode ini mendukung pelayanan profesional. o. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi
4. Kelemahan a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk klien. c. Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh. d. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama. e. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
5. Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah a. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawata n pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
13
b. Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan professional
kesehatan lain, dan
menyusun rencana perawatan. c. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain. d. Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia. e. Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer
6. Ketenagaan Metode Primer a. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside” b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal d. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non professional sebagai perawat asisten
7. Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer b. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer c. Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten d. Orientasi dan merencanakan karyawan baru e. Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
8. Tanggung Jawab Perawat Primer a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas d. Mengkomunikasikan
dan mengkoordinasikan
pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai f. Menyipakan penyuluhan untuk pulang g. Melakukan rujukan kepada
pekarya sosial, kontak dengan lembaga
sosial dimasyarakat
14
h. Membuat jadual perjanjian klinis i. Mengadakan kunjungan rumah
D. Metode Kasus
1. Defenisi Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. 2. Contoh Dan Penerapan Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas. 3. Kelebihan a. Kebutuhan pasien terpenuhi. b. Pasien merasa puas c. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat. d. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
4. Kekurangan a. Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh b. Membutuhkan banyak tenaga. c. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan. d. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien bertugas.
15
E. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah: 1. Model Praktek Keperawatan Profesional III Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan 2. Model Praktek Keperawatan Profesional II Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil. Hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasilhasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10) 3. Model Praktek Keperawatan Profesional I. Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer. 4. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
16
Model
Praktek
Keperawatan
Profesional
Pemula
(MPKP)
merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem model MAKP ii diasarkan pada beberapa alasan, yaitu : 1. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara 2. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim 3. Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akountabilitasnya terdapat pada primer. Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang asuhan keperawatan. Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan diaplikasikan dalam bentuk aktifitas pelayanan profesional yang dipaparkan dalam 4 pilar sebagai berikut : 1. Pendekatan Manajemen ( Management Approach ) 2. Penghargaan karir ( compensatory rewards ) 3. Hubungan Profesional ( professional relationship) 4. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system ) Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP yang dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.
17
Gambar 1.4 Struktur Organisasi Ruangan A
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan yang profesional
identik dengan pelayanan yang bermutu,
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
dalam melakukan kegiatan
penerapan standart asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan.
Dalam
kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja. Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kelompok telah berusaha semaksimal mungkin untuk lebih baik, namun apabila ada saran yang bersifat membangun kelompok dengan senang hati menerima untuk perbaikan makalah i ni.
19
DAFTAR PUSTAKA
Achir Yani, Model Praktek Keperawatan di Rumah Sakit, disampaikan pada seminar keperawatan yang diselenggarakan DPD I PPNI , Jawa timur di Surabaya, 11 Desember 1999. Cobell, C. ( 1992) , The efficacy of primary Nursing as a Foundation For Patient Advocacy Nursing Practic, hal : 2-5 Douglas, LM. (1984) , the Effevtive Nurse Leader and Menager, Second edition, St. Louis, the CV Mosby. Gillies, D. (1989) , Nursing Management company a Sistem Approach, Philadelphia, W.B. Saunders. Huber,. D., (2000). Leadershi~ and nursing care management Philadelpia: W.B. Saunders Company. Kelompok Pekerja Keperawatan , Konsorsium Ilmu Kesehatan (1995), Konsep Model Praktek Keperawatan, tidak dipublikasikan. Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor . Makalah : tidak dipublikasikan Marquis, BL & Huston, Cj (1998), Management Decision Making For Nurses, 124 Cases Studies, 3 Ed. Philadelphia : JB Lippincott Nursalam
(2007),
Manajemen
Keperawatan.
Aplikasi
dalam
Praktek
Keperawatan Proffesional . Jakarta : Salemba Medika Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat , Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak dipublikasikan
20
View more...
Comments