Sistem Muskuloskeletal Dan Saraf

October 31, 2017 | Author: FebiaKarunia | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

sistem muskoloskeletal dan saraf tubuh...

Description

Febia Karunia 1006658663 SISTEM MUSKULOSKELETAL  Muskulus : otot, skeletal : tulang.  Sistem muskuloskeletal merupakan sistem penyangga tubuh yang mencakup tulang, otot, dan persendian. Rangka  Fungsi:  Formasi bentuk tubuh  Formasi sendi-send i  Pelekatan otot-otot  Sebagai pengungkit aktivitas  Penyimpanan kalsium  Proteksi organ halus  Penyokong berat badan serta daya tahan tekanan  Fungsi imunologis  Hematopoesis (pembentukan sel darah)  Pengelompokan:  Bagian aksial 1. Tulang tengkorak: a. Tulang tempurung kepala (os cranium) Tulang dahi (os frontale), Tulang kepala belakang (os occipitale) , Tulang ubun-ubun (os parietale), Tulang tapis (os ethmoidale), Tulang baji (os sphenoidale), Tulang pelipis (os temporale) b. Tulang muka (os splanchocranium) Tulang hidung (os nasale), Tulang langit-langit (os pallatum), Tulang air mata (os lacrimale), Tulang rahang atas (os maxilla), Tulang rahang bawah (os mandibula), Tulang pipi (os zygomaticum), Tulang lidah (os hyoideum), Tulang pisau luku (os vomer) 2. Tulang dada (os sternum): hulu (os manubrium sterni), badan (os corpus sterni), taju pedang (os xiphoid prosesus) 3. Tulang rusuk (os costae): Tulang rusuk sejati (os costae vera), Tulang rusuk palsu (os costae sporia), Tulang rusuk melayang (os costae fluctuantes) 4. Tulang belakang (os vertebrae) Terdiri atas dua bagian: anterior (badan tulang atau corpus vertebrae) dan posterior (arcus vertebrae). Arcus vertebrae dibentuk oleh dua “kaki” (pediculus) dan 2 lamina, didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah foramen intervertebrale. Tulang leher (os cervical) C 1-7, Tulang punggung (os thoraxalis) Th 1-12, Tulang pinggang (os lumbar) L 1-5, Tulang kelangkang (os sacrum) S 1-5, Tulang ekor (os cocigeus) Co 1-5 5. Tulang gelang bahu: Tulang belikat (os scapula), Tulang selangka (os clavicula) 6. Tulang gelang panggul: Tulang usus (os illium), Tulang pinggul (os pelvis), Tulang duduk (os ichium), Tulang kemaluan (os pubis)  Bagian apendikuler 1. Tulang lengan: Tulang lengan atas (os humerus), Tulang hasta (os ulna), Tulang pengumpil (os radius), Tulang pergelangan tangan (os carpal), Tulang telapak tangan (os metacarpal), Tulang jari tangan (os phalanges manus) 2. Tulang tungkai Tulang paha (os femur), Tulang tempurung lutut (os patella), Tulang kering (os tibia), Tulang betis (os fibula), Tulang pergelangan kaki (os tarsal), Tulang telapak kaki (os metatarsal), Tulang jari kaki (os phalanges pedis) Tulang  Pembentuk: 1. Sel tulang: a. sel osteoprogenitor - letaknya di lapisan dalam periosteum, saluran Havers, dan bagian dalam endosteum. - dibentuk dari mesenkim embrio dan dapat berdiferensiasi menjadi osteoblas. b. osteoblas









- berfungsi untuk menyintesis komponen protein organik dari matriks tulang - intinya besar dan biasanya mempunyai 1 anak inti, sitoplasmanya basofil (mengandung nukleoprotein untuk sintesis unsur organik matriks tulang seperti kolagen dan glikoprotein) - Mengandung enzim fosfatase alkali  berhubungan juga dengan proses klasifikasi matriks c. osteosit - osteoblas yang terperangkap di dalam matriks yang disekresikannya sendiri - Sitoplasma basofil ringan dan intinya terpulas gelap d. osteoklas - berfungsi untuk meresorpsi tulang - setelah resorpsi tulang selesai, sel ini akan mengalami apoptosis - Mekanisme Resorpsi Tulang : Membentuk asam karbonat menggunakan CO2 dan air dipicu oleh kerja enzim karbonat anhidrase  di sitoplasma, terurai jadi ion H+ dan ion bikarbonat  ion bikarbonat ditransfer ke pembuluh kapiler, ion H+ dipindahkan ke daerah osteoklas melekat pada matriks tulang  Penumpukan ion H+, pH menjadi asam  komponen anorganik matriks tulang (kalsium, fosfat, natrium, dll) terurai  diambil osteoklas dan ditransfer ke kapiler darah. Komponen organik tulang akan diurai melalui kerja enzim kolagenase dan gelatinase yang dihasilkan osteoklas. Hasilnya diambil osteoklas diubah menjadi asam amino, monosakarida, dan disakarida. Hasil akhir ini akan dilepaskan ke pembuluh kapiler. 2. Matriks (tersusun dalam lamel-lamel yaitu hasil peletakan matriks yang terjadi secara ritmik) a. organik, contohnya adalah kolagen b. anorganik, contohnya kalsium fosfat (hidroksiapatit). Secara makroskopik: tulang spongiosa (kanselosa) dan kompak (padat). Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak Secara mikroskopik: a. Sistem Havers: saluran Havers (saraf, pembuluh darah, aliran limfe) b. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris). c. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang mengandung sel tulang). d. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon). e. serat Sharpey (berkas kolagen kasar pada lapisan luar tulang untuk menahan periosteum secara erat pada tulang Periosteum:  Membran vaskuler fibrosa yang melapisi tulang, banyak pembuluh darah dan melekat erat pada tulang.  Pada tulang yang sedang tumbuh terdapat lapisan sel pembentuk tulang diantara periosteum dan tulang.  Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang merupakan pusat osifikasi.  Pada tulang yang sedang tumbuh terdiri atas 1 batang (diafisis) dan 2 ujung (epifisis) Berdasarkan bentuk anatominya:  tulang pipa / panjang , co: os radius dan os tibia  fungsi: menahan berat tubuh dan berperan dalam pergerakan  terdiri dari 3 bagian: a. Diafisis: bagian tengah tulang yang memanjang terdidi atas tulang kompakta yang mengelilingi rongga berisi sumsum tulang. Sumsum tulang merupakan kumpulan pembuluh darah dan saraf. b. Epifisis: bagian ujung tulang yang membulat, terdiri dari tulang spongiosa yang dibungkus selapis tulang kompakta c. Metafisis: bagian antara diafisis dan epifisis, tersusun dari tulang rawan, terdapat cakra epifisis Hubungan antara epifisis dan metafisis: lempeng epifisis. Pada tulang yang sedang tumbuh, lempeng epifisis merupakan lempeng proliferatif

tulang rawan hialin, daerah yang tumbuh lebih panjang sebelum pubertas dan selama pertumbuhan pubertas meningkat.  tulang pipih, co: ossa costae dan os sterni  Terdiri dari 2 lempeng tulang kompakta yang mengapit lapisan tulang spongiosa di antaranya.  Fungsi: perlekatan otot dan memberi perlindungan  tulang pendek, co: seperti os metacarpal dan os carpal  fungsi: memberi kekuatan dan kekompakan pada area yang pergerakanya terbatas  Sebagian besar tulang pendek adalah tulang cancellus yang dikelilingi lapisan tipis tulang kompak  tulang irregular, co: os sphenoidale dan os ethmoidale  Sebagian besar terdiri atas tulang spongiosa yang dibungkus selapis tipis tulang kompakta  Tulang Sesamoid, co: os patella  Tulang kecil bulat yang masuk ke formasi persendian atau bersambungan dengan kartilago, ligamen atau tulang lainnya  Tulang rawan (kartilago):  Jaringan ikat khusus sebagian besar terdiri dari air, elastis, mampu kembali ke bentuk semua setelah dibengkokkan, tidak mengandung pembuluh darah dan saraf terbungkus oleh suatu jaringan ikat padat yang mengandung banyak serat kolagen tipe I, serat elastin serta fibroblas disebut perikondrium  Mendapat nutrisi dari pembuluh darah dengan berdifusi menembus perikondrium dan melalui matriks untuk mencapai sel-sel tulang rawan.  Komponen tulang rawan: - sel-sel tulang rawan: a. sel kondrogenik: dapat berdiferenisasi menjadi kondroblas dan osteoprogenitor b. kondroblas: dibentuk dari sel mesekim dan sel kondrogenik, terletak dalam rongga-rongga kecil yang disebut lakuna. Kelompok sel-sel dalam lakuna dikenal sebagai kelompok sel isogen. c. Kondrosit: kondroblas yang dikelilingi matriks, berada di dalam lakuna. - Matriks: terdiri atas serat-serat dan substansi dasar.  Ada dua jenis serat, yaitu serat kolagen dan serat elastin  Substansi dasar terdiri atas proteoglikan serta terdapat sedikit asam hialuronat dan glikosaminoglikan. Glikosaminoglikan berfungsi menahan air tetap berada di substansi dasar sehingga substansi dasar tampaka seperti jelly dan berlaku sebagai bantalan pada sendi. Komponen lain yang penting adalah kondronektin yang berfungsi membantu perlekatan kondrosit dengan fibril kolagen. o Histogenesis tulang rawan Pembentukan tulang rawan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu interstitial growth dan appositional growth. a. Interstitial growth Sel-sel mesenkim berkumpul (disebut pusat kondrofikasi) berdiferensiasi menjadi kondroblas dan menyekresikan matriks kartilago di sekitarnya  kondroblas terperangkap dalam matriksnya sendiri di suatu bagiang kecil yang disebut lacuna, kondroblas yang dikelilingi matriks ini disebut kondrosit  masih dapat membelah membentuk dua atau lebih sel di dalam lakuna. Kelompok ini disebut isogenous groups yang menunjukkan pembelahan satu, dua, atau lebih pembelahan sel dari satu kondrosit induk. Sel di isogenous group ini membentuk matriks sehingga sel-sel ini terpisah satu sama lain membentuk lakuna yang terpisah, sehingga terjadi pembesaran kartilago dari dalam b. Appositional growth Sel mesenkim di tepi perkembangan tulang rawan berdiferensiasi membentuk fibroblast  membentuk jaringan ikat yang tidak beraturan, yaitu perikondrium. Perikondrium memiliki 2 lapisan, yaitu lapisan luar fibrosa (terdapat pembuluh darah) dan lapisan dalam sel (terdiri dari sel kondrogenik). Sel kondrogenik inilah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi kondroblas sehingga terjadi pertumbuhan kartilago dengan penambahan di bagian tepinya. o Jenis: a. Tulang rawan hialin  berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung serat-serat kolagen dan kondrosit  di temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung, dan rangka janin.  Struktur mikroskopik:  Lakuna (rongga kecil)

 Sel-sel tulang rawan (kondrosit)  Perikondrium (pembungkus tulang rawan)  Sel isogen/cell nest (kelompok sel dama satu lakuna)  Matriks (berisi serat-serat kolagen) b. Tulang rawan elastin  berwarna kuning karena adanya serat-serat elastin.  elastis lebih fleksibel dibandingkan hialin  ditemukan pada daun telinga, tuba eustachi (pada telinga ) dan laring  Jarang mengalami perubahan retrogresif seperti kalsifikasi c. Fibrikartilago  Tidak punya perikondrium, mengandung banyak sekali bundle-bundel serat kolagen  sangat kuat dan lebih kaku  ditemukan pada discus diantara tulang vertebrae dan pada simfisis pubis diantara dua tulang pubis  Osifikasi: pembentukan tulang. Tempat dalam tulang dimana osifikasi dimulai: pusat osifikasi. Berdasarkan perkembangan tulang dibedakan menjadi dua: a. Osifikasi intramembranosa  pembentukan tulang terjadi secara langsung dalam mesenkim fetus. Contoh: tulang pipih atap kepala, sebagian mandibula, klavikula  Sel mesenkim memadat berdiferensiasi menjadi osteoblas membentuk pusat osifikasi, mulai mensekresi matriks tulang organik (osteoid) yang tidak memiliki kalsium  Osteoid kalsifikasi,osteoblas berubah menjadi osteosit. Osteosit berhubungan melalui cabang-cabang kanalikuli yang membentuk juluran-juluran (trabekula)  Trabekula menebal sehingga jaringan penyambungnya menutup. Hasilnya adalah tulang kompakta primitif. Pada tulang primitif, serat kolagen tersebar ke segala arah disebut tulang teranyam yang akan menjadi tulang matang dengan serat-serat yang tersusun lamelar. Tulang kompakta primitf memiliki lapisan osteosit yang melingkar disebut sistem Havers primitif  Proses osifikasi intramembranosa juga membentuk periosteum. b. Osifikasi endokondral  terjadi pada model tulang rawan yang lebih dulu dibentuk, dimulai pada minggu ke-5 kehidupan fetus  Tulang yang akan dibentuk adalah kompleks endokondral, merupakan model terbentuk dari tulang rawan hialin dikelilingi perikondrium  Pertama-tama terjadi pembentukan pusat osifikasi primer/pusat osifikasi diafisis. Disini terjadi hipertorfi kondrosit, pembentukan tabung periosteum, pembentukan tunas periosteal (dari perikondrium → periosteum → tunas periosteal) yang membawa osteoblas, dan kalsifikasi matriks tulang rawan. Terbentuk rongga sumsum tulang primitif.  Rongga sumsum tulang primitif memanjang ke epifisis melalui resorpsi trabekula tulang rawan oleh osteoklas. Selanjutnya pertumbuhan memanjang berlangsung melalui zona-zona berikut (urutan dari ujung epifisis): 1. Zona cadangan tulang rawan Terdiri dari kartilago yang tumbuh ke segala arah perlahan-lahan 2. Zona proliferasi kondrosit Berisi kolom-kolom kondrosit, sering bermitosis sehingga panjang tulang bertambah 3. Zona maturasi dan hipertorfi kondrosit Kondrosit menjadi matang dan membesar, menambah panjang tulang. Terdapat banyak glikogen dan fosafatase alkali 4. Zona kalsifikasi tulang rawan Mulai terjadi kalsifikasi. Matriks tulang rawan hampir hilang 5. Zona hilangnya tulang rawan dan pengendapan tulang (metafisis) Kondrosit mengalami degenerasi dan digantikan oleh sel osteoprogenitor, yang berkembang menjadi osteoblas dan mulai mengendapkan matriks tulang  terbentuk pusat osifikasi sekunder pada epifisis yang membuat epifisis menjadi tulang spongiosa.  Tabung periosteum tidak terbentuk, yang terbentuk adalah lempeng epifisis yang memisahkan diafisis dan epifisis. Pembentukan tulang rawan terjadi, menimbulkan pertumbuhan memanjang kemudian digantikan

oleh tulang. Setelah masa pertumbuhan terhenti, lempeng epifisis menghilang, diafisis menyatu dengan epifisis.









 Penebalan tulang juga bisa terjadi melalui osifikasi intramembranosa periosteal. Terjadi resoprsi pada permukaan dalam batang tulang, namun lebih lambat pada pengendapan tulang pada permukaan luar sehingga tulang menebal (diameter bertambah dan rongga medula bertambah).  Pemberian bentuk pada tulang pada dasarnya terjadi melalui resorpsi dan pembentukan tulang secara terus menerus (seumur hidup). Hanya saja, pada usia tua, kecepatannya melambat. Remodelling:  Proses pergantian jaringan tulang yang sudah tua dengan tulang yang sudah baru untuk mempertahankan massa tulang. Terdiri dari lima fase: 1. Aktivasi : preosteoklas diaktifkan dan berdiferensiasi (berkat enzim sitokin) menjadi osteoklas 2. Resorpsi: oleh osteoklas terhadap matriks tulang yang diganti 3. Reversal: resorpsi selesai 4. Pembentukan: osteoblas mensintesis matriks tulang yang baru 5. Quiescence (diam): pembentukan lapisan pelindung pada permukaan tulang Bone repair:  Reaksi pertama setelah terjadi suatu patah tulang adalah pembentukan hematoma (penimbunan darah) karena sobeknya pembuluh-pembuluh darah dalam sumsum tulang dan periosteum. Setelah koagulasi darah, hematoma dimasuki oleh jaringan penyambung yang baru dan tumbuh ke dalam seperti yang terjadi juga pada proses penyembuhan luka dalam jaringan lunak dan terbentuklah suatu jaringan granulasi. Makrofag dan granulosit netrofil dalam jaringan granulasi menghilangkan jaringan yang mati, dan osteoklas yang baru terbentuk menghabiskan pecahan-pecahan tulang yang mungkin terdapat.  Jaringan granulasi diubah menjadi jaringan penyambung padat, dengan menambahkan tulang rawan sehingga timbul kalus fibrokartilagonisa. Kalus ini membentuk suatu penebalan berbentuk gelendong yang mengelilingi patah tulang tersebut dan juga mengisi ruang di antara kedua ujung fragmen tulang. Sebaliknya kalus tulang dibentuk dari bagian dalam periosteum maupun dari endosteum, karena keduanya bereaksi dengan melakukan diferensiasi osteoblas dan osteoklas. Resorpsi kalus fibrokartilaginosa dan penggantian kalus ini dengan tulang baru pada prinsipnya terjadi dengan cara yang sama seperti selama proses osifikasi endokondral. Kalus tulang kemudian mengalami penyusunan kembali menjadi tulang kompakta berlamel bersamaan dengan pembentukan permukaan tulang yang baru Metabolisme kalsium:  Darah memiliki kadar kalsium ideal yang dibutuhkan supaya darah tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Kadar kalsium darah ini idealnya adalah 9-11 mg/dL. Tulang berperan dalam homeostasis kadar kalsium darah ini melalui proses remodelling tulang.  Jika kadar kalsium berada di bawah normal, maka sel-sel kelenjar paratiroid akan mendeteksinya  mensekresi hormon paratiroid  mengaktivasi reseptor osteoblas dan menekan aktivitasnya, diikuti dengan peningkatan aktivitas resorpsi oleh osteoklas, yang melepaskan kalsium tulang ke dalam darah.  Jika kadar kalsium berada di atas normal, maka sel-sel kelenjar tiroid yang mendeteksinya mensekresi hormon kalsitonin  mengaktivasi reseptor pada osteoklas dan menekan kerjanya, diikuti dengan peningkatan aktivitas osteoblas membentuk tulang, yang mengambil kalsium dari darah.  Ada beberapa jenis hormon yang berperan dalam proses metabolisme ini:  Interleukin-1, dikeluarkan oleh osteoblas. Hormon ini membuat sel prekursor berdiferensiasi menjadi osteoklas  Tumor necrosis factor, dikeluarkan oleh makrofag aktif. Cara kerja seperti interleukin-1  Osteoprotegrin (OPG), dikeluarkan oleh sel pada sumsum tulang. Bekerja merangsang pembentukan osteoblas  Interleukin-6, dikeluarkan oleh sel tulang khususnya osteoklas. Bekerja menstimulasi pembentukan osteoklas  Interferon-γ, dikeluarkan oleh limfosit-T dan bekerja menghambat diferensiasi sel prekursor menjadi osteoklas  Transforming growth factor-β, bekerja mempercepat osifikasi dan menghambat pembentukan osteoklas Kelainan: - Rakhitis : kaki berbentuk X atau O, akibat kekuarangan vitamin D

- Mikrosefalus : tengkorak berukuran kecil akibat kurang zat kapur - Osteoporosis : tulang rapuh. keropos dan mudah patah akibat hormon jantan / betina yang kurang sempurna atau akibat kekurangan asupan kalsium untuk tulang. - Fraktur : patah tulang - Kelainan ruas tulang belakang akibat kesalahan duduk 1. Kifosis : kelainan pada torakalis 2. Lordosis : kelainan pada lumbalis 3. Skoliosis : kelainan dapat terjadi pada ketiga ruas tulang belakang, baik servikal, torakalis, dan lumbalis - Ectopic bone : pertumbuhan tulang karena stress, akibatnya tulang dapat tumbuh di tempat yang tidak seharusnya, misalnya di mata, testis, dan lain-lain. - Sublubrikasi : leher bengkok ke kiri atau ke kanan - Polio : tulang mengecil akibat virus Otot  Bagian otot:  Ventrikel: empal otot, bagian otot yang menggembung  Origo: ujung otot yang melekat pada tempat yang tidak bergerak  Insersio: ujung otot yang melekat pada tempat yang bergerak  Diskus interkalaris: bagian khas otot jantung yang merupakan batas  Karakteristik:  Kontraktibilitas: kemampuan memendek  Ekstensibilitas: kemampuan memanjang  Elastisitas: kemampuan kembali ke bentuk normal setelah memendek/memanjang  Sifat gerak  Saat otot kontraksi, tulang bergerak ke suatu arah dan otot pasangannya menggerakan tulang ke arah berlawanan  gerak antagonis. Co: otot bisep dan trisep Gerak fleksi: bisep kontraksi, trisep relaksasi (otot bisep  fleksor) Gerak ekstensi: bisep relaksasi, trisep kontraksi (otot trisep  ekstensor)  Otot berbeda namun kerja saling menunjang  otot sinergis. Co: otot di antara tulang rusuk bekerjasama saat pengambilan dan penghembusan napas  Macam otot: 1. Otot rangka  Susunan Jaringan Ikat  Epimisium : Melapisi keseluruhan otot. Merupakan lapisan tebal yang terdiri dari seratserat kolagen. Memisahkan otot dengan organ dan jaringan lain di sekelililngnya  Perimisium : Merupakan serat jaringan ikat yang membagi otot rangka menjadi kompartemenkompartemen tersusun dari kumpulan serat-serat otot (fasikel). Memiliki serat kolagen dan elastin. Mengandung pembuluh darah dan saraf.  Endomisium : Merupakan lapisan yang mengelilingi setiap serat otot. Bersifat fleksibel dan elastic. Terdiri pembuluh kapiler, sel-sel satelit (embryonic stem) , dan serabut saraf  Tendon : Merupakan ujung fascia yang menebal. Gabungan dari epimisiuim, perimisium, dan endomisium yang mengalami penebalan di bagian ujung  Aponeurosis : Penghubung otot dengan otot lainnya  Pembuluh Darah : Pembuluh darah menyuplai makanan dan oksigen kepada serat otot sebagai sumber energi untuk berkontraksi  Serabut Saraf : Terdapat akson yang mengirimkan stimulasi kepada serabut otot rangka untuk bergerak  Susunan Serat Otot Rangka  Sarkolema : Sarkolema  membrane sel dari serat otot. Sarkoplasma  sitoplasma dari serat otot  Tubulus Transverse : Merupakan tube sempit yang merupakan kelanjutn dari sarkolema dan menembus sarkoplasma. Merupakan jalur lanjutan yang dilalui sinyal menju ke bagian dalam serat otot

 





 Myofibrils : Cabang-cabang dari tubulus T membentuk lingkaran dan menyerupai tabung yang bernama myofibril. Myofibril terdiri dari kumpulan protein yang disebut myofilament (terdiri dari filament tipis dan filament tebal). Myofibril bertanggung jawab dalam kontraksi otot. Terdapat butiran glikogen dan mtokondria pada myofibril  Retikulum Sarkoplasma : Merupakan reticulum endoplasma pada otot. Terdapat terminal sisterna yang merupakan kantung-kantung di kedua sisi tubulus T retikulum sarkoplasma. Terminal sisterna mengandung protein calsequestrin yang mengikat ion kalsium  Sarkomer : Merupakan satuan unit fungsional otot rangka. Sarkomer adalah area di antara dua garis z Berbentuk lurik, memiliki banyak inti yang terdapat di pinggir, dan bekerja secara sadar/volunteer, lebih cepat kontraksi Berwarna merah muda karena mioglobin pigmen dari serat otot dan pembuluh darah dalam jaringan  otot merah (serat merah) dengan sarkosom besar penuh krista dan bergaristengah relatif kecil; otot putih (serat putih) yang seratnya lebih besar, sarkosom kecil berpasangan sekitar garis Z; serat menengah pada otot merah yang sarlosomnya lebih kecil dan garis Z lebih tipis Serabut halus miofibril mengandung filamen protein (miofilamen) yaitu filamen halus dan kasar a. Filamen halus :dibangun oleh 2 untai aktin (F&G) & 1 untai protein regulator (pengatur)berupa tropomiosin dan troponin kompleks yang membelit aktin b. Filamen kasar: dibangun oleh gabungan miosin berbentuk pemukul golf, bagian kepalanya menonjol keluar menjadi jembatan silang filamen kasar dan halus juga bersifat fleksibel dan memiliki aktivitas ATPase untuk interaksi aktin-miosin saat kontraksi c. Filamen halus & kasar membuat pola terang & gelap  sarkomer garis yang membatasi sarkomer: garis Z filamen halus & kasar yang tumpang tindih: pita A pita A yang hanya mengandung filamen kasar: zona H ujung sarkomer yang hanya ada filamen halus: pita I garis di tengah zona H yang membantu memelihara susunan & jarak yang teratur dari filamen tebal: garis M d. Terdapat filamen menengah (intermediate) membentuk jaringan luas, filamen transversal pendek berbentuk berkas halus yang menghubungkan miofibril berdekatan berjalan antara garis Z & M, filamen kontinua yang panjang dan jalannya paralel menghubungkan tepi garis Z  semua filamen ini berperan sebagai kerangka sel dalam struktur serat otot dan seluk-beluk mekanik Kontraksi:  dikenal dengan nama “sliding-filament mechanism”. Pada saat kontraksi filament tebal dan tipis tidak mengalami perubahan panjang, tetapi filament tipis (aktin) tertarik kedalam oleh mekanisme jembatan silang.  Sewaktu aktin dan myosin berkontak, jembatan silang (kepala myosin) tersebut akan menekuk ke dalam seperti gerakan mengayun yang kuat (power stroke). Power stroke terjadi maksimal sampai 6 kali. Sebagian jembatan silang menahan aktin dan jembatan silang yang lain melepaskannya untuk berikatan dengan aktin baru. Gerakan asinkron ini menjaga agar aktin tidak tergelincir kembali ke posisi istirahat.

 Adanya eksitasi mengakibatkan adanya potensial aksi di dalam otot yang nantinya akan menghasilkan kontraksi. Otot yang dirangsang asetilkolin (ACh) di motor end plate serat otot menimbulkan potensial aksi. Diantara pita A dan pita I terdapat tubulus trasversus (tubulas T) yang merupakan perluasan membran (sarkolema) yang menyalurkan potensial aksi ke tengah otot yang selanjutnya akan merangsang permeabilitas reticulum sarkoplasma. Retikulum sarkoplasama mirip dengan RE di sel biasa dimana reticulum sarkoplasma merupakan tempat deposit kalsium di dalam sel. Retikulum sarkoplasma membesar membentuk kantung lateral tapi tidak menempel tubulus T. Ada 2 mekanisme pelepasan Ca2+ oleh reticulum sarkoplasma: 1. Tubulus T mensintesis senyawa kiia yang berdifusi ke kantung lateral  pelepasan kalsium 2. foot protein (hubungan anatara tubulus T dengan kantung lateral) yang menjebatani dan menjadi saluran tempat kalsium keluar  Kalsium sangat esensial diperlukan untuk kontraksi otot. Kalsium akan berikatan dengan troponin yang selanjutnya akan mengubah bentuk tropomiosin sehingga tempat pengikatan myosin pada aktin akan terpapar sehingga kontaksi dapat terlaksana  Tahapan: 1. Exposure of Active Sites. Ion kalsium masuk ke sarkoplasma dan terikat di troponin  melemahkan ikatan troponin-tropomiosin kompleks dengan aktin  troponin berubah posisi sehingga menarik tropomiosin menjauhi daerah aktif pada aktin  memungkinkan interaksi dengan kepala miosin. 2. Formation of Cross-Bridges. Saat daerah aktif terekspos dan kepala miosin telah memecah ATP menjadi ADP + P  kepala miosin terikat pada aktin  memebentuk cross-bridges. 3. Pivoting of Myosin Heads. Pada sarkomer yang relaksasi, setiap kepala miosin „menunjuk‟ menjauhi garis M. Setelah membentuk cross-bridges, kepala miosin menekuk, menghasilkan suatu gerakan mengayun kuat yang menarik filamen tipis ke arah dalam, tepatnya ke arah garis M. 4. Detachment of Cross-Bridges. Setelah pembentukan cross-bridges, energi yang tersimpan (ADP + P) dilepas saat kepala miosin menempel pada aktin dan menggerakkannya ke arah garis M. Saat ATP lain terikat pada kepala miosin, hubungan daerah aktif pada aktin dengan kepala miosin terlepas. Daerah aktif sekarang terbuka dan dapat membentuk cross-bridges lagi. 5. Reactivation of Myosin. Terjadi saat kepala miosin kembali memecah ATP menjadi ADP + P, sehingga kembali pada posisi semula, yaitu „menunjuk‟ menjauhi garis  Sumber ATP untuk kontraksi otot: o Keratin fosfat: merupakan sumber yang terutama dan paling awal digunakan dalam kontraksi otot. ATP didepositkan di dalam oto dalam bentuk keratine fosfat. Keratin fosfat akan membentuk ATP dengan reaksi reversible sebagai berikut: keratin fosfat + ADP   ATP + keratine o osforilasi oksidatif (siklus kreb dan transport electron): dilakukan saat kondisi aerob o Glikolisis: dilakukan saat kondisi anaerob  Rigor mortis/kaku mayat Setelah kematian, kalsium yang ada di sitosol meningkat (membran otot permeable terhadap kalsium baikk dari luar sel maupun deposit dalam sel). Kalsium ini menggerakan protein regulator sehingga aktin dan myosin menempel (ATP bersal dari sintesis ATP sebelum kematian). Karena mayat sudah tidak bisa mensintesis ATP lagi, myosin tidak dapat lepas dari aktin, sehingga mayat menjadi kaku. Setelah beberapa hari kaku mayat menghilang karena protein yang berperan dalam rigor mortis terdegradasi  Relaksasi: 1. Asetilkolinesterase menyingkirkan Ach dari taut neuromuskulus  Potensial aksi di serat otot terhenti  Aktivitas listrik local terhenti 2. Pengaktifan pompa Ca2+ reticulum sarkomplasma (perlu energi)  Mengangkut Ca2+ yang dikeluarkan dari sitosol ke kantung lateral dan memusatkannya di dalam kantung lateral  Terjadi pembersihan Ca2+ sitosolik 3. Kompleks troponin-tropomiosin bergeser kembali ke posisi penghambat  Aktin dan myosin tidak berikatan di jembatan silang  Kembali ke posisi istirahat  Proses relaksasi 2. Otot polos  Struktur: o Sel otot polos berbentuk gelendong yang memiliki satu inti sel, memiliki 3 macam filamen :  Filamen tebal (myosin) yang lebih panjang daripada di otot skeletal  Filamen tipis (actin) yang terdiri dari tropomyosin tanpa troponin

 Filament of intermediate size yang tidak secara langsung ikut serta dalam kontraksi tapi sebagai bagian dari rangka sitoskeletal yang mempertahankan bentuk sel. o Serat-serat otot polos tidak membentuk myofibril dan tidak tersusun dalam pola sarkomer yang ditemukan di otot skeletal. Maka, sel otot tidak terlihat gelap-terang atau tidak berlurik. o Tidak ada sarkomer, tidak ada garis Z, tapi memiliki dense bodies yang mengandung protein yang sama di garis Z. o Filamen tebal-tipisnya tersusun secara diagonal.  Letak: sistem pernapasan, sistem perkemihan dan sistem kelamin atau reproduksi, arteri, vena, dan pembuluh limfe yang besar, dermis, iris, dan korpus siliaris pada mata  Aktivitas lambat, mampu kontraksi lama, tidak cepat lelah, bersifat involunter (bekerja tidak sadar)  Kontraksi:  Filamen tipis tidak memiliki troponin dan tropomyosinnya pun tidak menutupi sisi pengikatan myosin pada actin. Pada bagian kepala myosin atau sekitar area lehernya menempel seubuah rantai protein yang disebut light chains. Kepala myosin otot polos dapat menempel pada actin hanya jika light chain pada myosin mengalami fosforilasi ( penguraian ATP yang menghasilkan Pi).  Kalsium dalam sitosil yang jumlahnya meningkat akan berkerja sebagai intercellular messenger yang nantinya akan merangsang fosforilasi pada myosin light chain. akan berikatan dengan kalmodulin (protein intraselular yang memiliki struktur yang sama dengan troponin). -kalmodulin akan mengikat dan mengaktivkan protein lain, myosin light chain kinase (MLC kinase), mengakibatkan terjadinya fosforilasi pada myosin light chain. Fosfat anorganik pada myosin light chain ini sebagai tambahan untuk fosfat anorganik yang bersama ADP ada pada sisi ATP myosin cross-bridge. Pi yang ada di MLC ini akan mengijinkan myosin cross-bridge untuk berikatan dengan actin.  dipicu untuk berkontraksi dengan adanya peningkatan kadar dalam sitosol, cara ini sama dengan sistem mekanisme pada otot skeletal. Tapi, pada otot polos, pada akhirnya akan mengaktivkan cross-bridge ini dengan adanya chemical change pada myosin di thick filaments, sedangkan pada otot skeletal terjadi karena ada physical change pada thin filaments. 3. Otot jantung  Struktur:  ditemukan di organ jantung dan pada dinding pembuluh darah besar yang langsung berhubungan dengan jantung, Bersifat involunter (bekerja tidak sadar), berkontraksi secara ritmis dan automatis  Di antara serat-serat, terdapat endomisium, yang mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil (kapiler darah), pembuluh getah bening/limfe, dan serat saraf otonom halus  intinya hanya satu berbentuk lonjong panjang yang terdapat di tengah (di antara miofibril-miofibril)  terdapat diskus interkalaris: garis gelap melintang pada garis Z yang menghubungkan sel satu dengan sel yang lain  Juga berlurik. Miofilamen mengandung aktin dan myosin. Filamen tipisnya memiliki troponin dan tropomyosin, yang akan berikatan dengan dan mengaktifkan kegiatan cross-bridge, seperti halnya di otot skeletal  Pengelompokan miofilamen menjadi miofibril tidak sempurna, karena miofibril2 tidak dikelilingi oleh reticulum sarkoplasma dan sarkoplasma  Tubul T pada otot jantung memiliki diameter yang lebih besar dan terdapat pada garis Z dan tidak pada batas A  Sel jantung mempunyai banyak mitokondria dan myoglobin.  Kontraksi:  Mekanisme otot jantung sama seperti pada otot rangka, yaitu pergeseran filamen. Pada orang dewasa, terdapat “system hantar rangsang”, yaitu modifikasi dari sel2-sel otot jantung yang berfungsi untuk mengatur denyut jantung. Rambatan rangsang dari sel satu ke sel lain melalui neksus.  Terdapat pula serat Purkinje: - Sel-sel otot jantung khusus dan merupakan bagian dari system hantar rangsang - terdapat tepat di bawah endokard pada permukaan dalam jantung

- lebih besar, lebih tebal, lebih pucat dari serat otot jantung biasa - banyak sarkoplasma sentral, sedikit miofibril - mengandung banyak glikogen - pada daerah tertentu, secara berangsur2 akan berubah menjadi serat otot jantung biasa.  Regenerasi: Otot jantung lebih tahan terhadap trauma daripada otot-otot lain. Sebenarnya, pada otot jantung tidak ada tanda-tanda regenerasi, tetapi otot jantung yang rusak diperbaiki dengan meninggalkan parut.  Otot-otot superficial pada manusia:  Otot dada: M. Pectoralis Major.  Otot-otot Punggung: M. Trapezius, M. Teres Major, M. Infraspinatus, M. Latissium Dorsi.  Otot-otot Abdomen: M. Rectus Abdominus.  Otot-otot Lengan Atas: M. Bicep Brachii, M. Tripcep Brachii, M. Deltoid.  Otot lengan bawah: M. Extensor.  Otot Dorsal Os coxae: M. Gluteus Medius, M. Gluteus Maximus.  Otot-otot Tungkai Atas: M. Biceps Femoris, M. Semitendinosis, M. Adductor Magnus, M. Vastus Lateralis, M. Rectus Femoris, M. Adductor Longus, M. Vastus Medialis.  Otot-otot Tungkai Bawah: M. Gastrocnemius Medial, M. Gastrocnemius Lateral.   Gangguan:  Atrofi : otot mengecil sehingga tidak mampu berkontraksi  Hipertrofi : otot membesar karena latihan berlebihan  Kram/kejang otot : karena aktivitas terus-menerus sehingga otot tidak mampu lagi berkontraksi  Miastema gravis : otot berangsur-angsur lemah sehingga lumpuh  Tetanus : kejang otot yang disebabkan bakteri clostridium tetani  Hernia abdominalis : robeknya otot dinding perut Sendi  daerah tulang yang ditutupi dan dikelilingi oleh jaringan ikat yang menahan tulang dan menentukan jenis dan derajat pergerakkan diantaranya  Fungsi Sendi:  Menstabilkan atau menyangga tulang pada tubuh manusia  Memungkinkan terjadinya pertumbuhan pada lempeng epifisis.  Komponen penunjang:  Ligamen: jaringan ikat yang mengikat bagian luar ujung tulang yang membentuk persendian & mencegah berubahnya posisi tulang (dislokasi)  Kapsul sendi: lapisan serabut melapisi sendi & menghubungkan dua tulang yang membentuk persendian  Cairan sinovial: cairan pelumas pada ujung tulang yang terdapat di bagian kapsul sendi

 Tulang rawan hialin: menutupi kedua ujung tulang yang membentuk persendian (untuk menjaga benturan keras)  Tipe persendian: 1. Diartrosis (sendi sinovial): terjadinya gerak sangat bebas, ditutupi kapsula fibrosa dan terdapat cairan synovial Macam sendi:  Sendi peluru: gerakan ke segala arah, letak: hubungan antara lengan atas dengan tulang belikat, tulang paha dengan tulang pinggul  Sendi putar: gerakan berputar/rotasi, letak: hubungan lengan atas dengan lengan bawah, antara tulang tengkorak dengan tulang atlas  Sendi pelana: gerakan rotasi tidak ke semua arah, letak: telapak tangan dan jari tangan  Sendi engsel: gerakan satu arah, letak: hubungan antar ruas jari, siku, dan lutut  Sendi luncur: gerak rotasi pada 1 bidang datar, letak: pergelangan kaki 2. Amfiartrosis (sendi tulang rawan): gerakan sedikit, permukaan dipisahkan oleh bahan antara yang memungkinkan sedikit gerakan; co: sendi simfisis pubis, sendi manubrium stemi dan korpus sterni. hubungan antara tulang rusuk dan tulang belakang 3. Sinartrosis (sendi fibrus): tidak ada pergerakan  Sinartrosis sindesmosis: tulang saling berhadapan satu dengan yang lainnya dilekatkan bersama oleh ligamen yang memungkinkan gerakan terbatas; Co: sutura tulang tengkorak, sendi tibiofibular inferior  Sinartrosis sinkondrosis: ada selama masa pertumbuhan melalui lempeng epifisis yaitu hubungan oleh tulang rawan hialin dengan bagian epifisis dan diafisis tulang, pertumbuhan berlangsung pada ke dua sisi cakram tulang rawan terjadi secara khusus dari sisi diafisis; Co: hubungan antar ruas tulang belakang dan antara tulang rusuk dengan tulang dada, daerah tulang rawan yang tidak berosifikasi di antara bagian tulang tengkorak yang berkembang melalui osifikasi endokondral  Sinartrosis sinostosis: pertumbuhan berhenti, sindesmosis & sinkondrosis mengalami osifikasi sempurna  sinostosis; Co: simfisis dan sendi sinovial diubah jadi sinostosis untuk pengobatan  Sinartrosis simfisis: ujung tulang persendian ditutupi lapisan tipis tulang rawan hialin yang disatukan oleh jaringan penyambung padat ke tulang rawan melalui zona peralihan tulang rawan fibrosa  Gerak karena adanya persendian: o fleksi-ekstensi: gerak menekuk dan membengkokkan-gerak meluruskan co: gerak pada siku, lutut, ruas jari, bahu gerak ekstensi lebih lanjut melebihi posisi anatomi tubuh: hiperekstensi o Adduksi-abduksi: gerak mendekati tubuh-gerak menjauhi tubuh co: merenggangkan jari tangan, membuka tungkai kaki, mengacungkan tangan o Elevasi-depresi: gerak mengangkat-gerak menurunkan co: membuka dan menutup mulut o Supinasi-pronasi: gerak menengadahkan tangan-gerak menelungkupkan tangan o Inversi-eversi: gerak memiringkan (membuka) telapak kaki ke arah dalam tubuh-gerak memiringkan (membuka) telapak kaki ke arah luar o Protaksi-retraksi: gerak mendorong mandibula ke luar-gerak menarik mandibula ke dalam o Bergeser: pergeseran tulang Co: gerakan pada sendi-sendi di antara tulang-tulang carpalia dan tarsalia, terjadi pada sendi geser. o Dorsifleksi-Plantarfleksi: gerakan pada pergelangan kaki saat kaki diluruskan (dalam posisi duduk) membuat kaki menjauhi lantai-mendekati lantai. o Circumduction: gabungan gerakan sudut (fleksi/ekstensi dan abduksi/adduksi), dimana pada pergerakan ini dapat dilihat pada lengan yang diangkat dan membuat gerakan melingkar o Oposisi: gerakan ibu jari menyentuh jari yang lain  Kelainan sendi: o Terkilir atau keseleo  gangguan sendi akibat gerakan pada sendi yang tidak biasa, dipaksakan atau bergerak secara tiba-tiba. Umumnya keseleo bisa menyebabkan rasa yang sangat sakit dan bengkak pada bagian yang keseleo. o Dislokasi  gangguan pada sendi seseorang di mana terjadi pergeseran dari kedudukan awal, sobek/tertariknya ligamen o Artritis radang sendi yang memberikan rasa sakit dan terkadang terjadi perubahan posisi tulang. Salah satu contoh artritis yang terkenal adalah rematik.

o Ankilosis  gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak dapat digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu. o Artritisca: kurangnya cairan synovial o Arthritis eksudatif: rongga persendian kurang getah, radang karena kuman o Peradangan a. Rematoid : tulang rawan pada sendi mengapur b. Osteoarthritis : tulang rawan pada sendi menipis c. Gout arthritis : asam urat tertimbun di persendian

SISTEM SARAF, ENDOKRIN, DAN REPRODUKSI Sinaps dan Impuls  Mekanisme terjadinya potensial aksi: o Membran plasma sel saraf memiliki protein integral yang juga disebut sebagai ion channel. Ada beberapa jenis ion channel, yaitu: 1. Voltage-gated ion channel: ion channel yang dapat terbuka atau tertutup sebagai reaksi dari perubahan potensial membran 2. Chemical-gated ion channel: membran yang pembukaannya diatur oleh penempelan zat kimia seperti neurotransmitter atau hormon 3. Leakage ion channel: terbuka terus menerus sehingga memungkikan ion bergerak menuruni gradien konsentrasinya. o Potensial aksi disebabkan adanya perubahan potensial membran yang membuka voltage-gated ion channel. Potensial aksi ini terbentuk di daerah ujung soma yang disebut axon hillock. Berikut adalah mekanisme terjadinya potensial aksi:

1. Resting stage. Muatan di dalam sel adalah negatif, sedangkan di luar sel positif (potensial membran saat istirahat adalah -70mV). Pada fase ini gerbang aktivasi sodium tertutup, sedangkan gerbang inaktivasi terbuka. Demikian pula dengan gerbang potassium sedang berada dalam keadaan tertutup. Walaupun voltage-gated ion channel ini tidak memungkinkan ion untuk bergerak, masih ada leakage ion channel yang memungkinkan beberapa ion bergerak menuruni gradien konsentrasinya. Gerbang aktivasi sodium bereaksi dengan membuka secara cepat saat depolarisasi, gerbang inaktivasi sodium tertutup perlahan saat depolarisasi, dan gerbang potassium membuka perlahan saat depolarisasi. 2. Depolarization. Rangsangan datang ke ujung akson, memicu gerbang aktivasi sodium membuka sehingga sodium mengalir masuk ke dalam sel. Sodium yang masuk menyebabkan perubahan potensial membran sehingga potensial di dalam sel menjadi lebih positif (bergerak ke arah 0). Sel saraf memiliki potensial ambang atau threshold (-55mV). Perubahan potensial membran yang mencapai titik ini akan memicu depolarisasi lebih jauh, sedangkan perubahan potensial membran yang tidak mencapai titik ini tidak akan

diteruskan dan potensial aksi tidak dapat terjadi. Oleh sebab itulah potensial aksi disebut sebagai kejadian yang “ya atau tidak sama sekali” / all-or-none event. 3. Rising phase of the action potential. Perubahan potensial membran berhasil mencapai titik threshold dan memicu pembukaan saluran aktivasi sodium lebih lanjut (pada grafik terlihat peningkatan tajam potensial membran sampai +30 mV). Fase ini tetap dikategorikan sebagai fase depolarisasi. 4. Falling phase of the action potential/repolarization. Gerbang inaktivasi sodium dan gerbang potassium bereaksi lambat terhadap depolarisasi. Gerbang ini sudah dirangsang saat fase depolarisasi, namun perbahannya baru terlihat saat fase repolarisasi ini. Gerbang inaktivasi sodium tertutup menyebabkan sodium yang mau bergerak masuk tidak bisa. Gerbang potassium menjadi terbuka sehingga potassium dari dalam sel bergerak keluar sehingga kondisi dalam sel menjadi negative (grafik bergerak turun) 5. Undershoot/hyperpolarization. Gerbang potassium yang lambat beraksi tidak cepat menutup sehingga potasium terus menerus keluar, bahkan melebihi harga potensial istirahat (lebih negatif dari -70mV). o Pompa ion natrium kalium  Pada sel yang normal, di dalam sel banyak terdapat kalium (potassium) sedangkan di luar sel natrium (sodium) lebih dominan. Saat terjadi potensial aksi, kondisi menjadi berbalik, natrium dari luar sel bergerak ke dalam dan kalium dari dalam keluar sel.  Ion yang berpindah tersebut hanya sebagian kecil dari jumlah ion. Misalnya ion kalium yang keluar sel dapat dianggap 1 dari 1000 ion kalium, sehingga kalium tetap mendominasi di dalam sel. Walaupun demikian, lama kelamaan kondisi di dalam dan luar sel akan menjadi semakin tidak seimbang. Oleh sebab itulah pompa natrium dan kalium mengembalikan ion-ion itu ke posisi semula (natrium di pompa keluar sel dan kalium ke dalam sel). o Perambatan potensial aksi  Potensial aksi di sepanjang akson dirambatkan dari awal pembentukannya di axon hillock. Daerah yang aktif (terdepolarisasi) menyebakan daerah di sebelahnya yang inaktif menjadi aktif karena muatan yang saling berlawanan tarik menarik. Potensial aksi merambat sampai ujung akson dan bersifat non decremental (besarnya potensial di terminal akson identik dengan yang dicetuskan pertama kali). Jenis rambatan potensial aksi ini disebut aliran arus lokal.  Pada beberapa akson, akson dibungkus oleh selubung myelin yang terbuat dari lemak sehingga bersifat sebagai insulator. Pada bagian yang terselubung oleh myelin ini tidak terdapat ion channel, sehingga tidak dapat tejadi potensial aksi. Potensial aksi hanya dapat terbentuk di daerah akson yang tidak terselubung oleh myelin atau nodus ranvier. Hal ini menyebabkan potensial aksi tidak merambat sepanjang akson, melainkan “melompat-lompat” sehingga disebut sebagai saltatory conduction. o Periode refrakter Ada 2 jenis: periode refrakter absolute (potensial aksi baru tidak dapat dipicu saat potensial aksi sebelumnya masih dalam proses) dan periode refrakter relatif. Periode refrakter relatif terjadi setelah potensial aksi selesai dan saraf masih belum sensitif terhadap potensial aksi baru. Pada saat membran yang mengalami periode refrakter menjadi sensitive kembali, arus sudah bergerak semakin maju sehingga tidak mungkin mendepolarisasi mundur (dengan jarak yang sudah terpisah jauh) o Graded potential Merupakan efek lokal dimana stimulus yang datang menyebabkan depolarisasi atau hiperpolarisasi yang besarnya tergantung dari stimulus. Graded potential tidak memiliki nilai ambang/threshold sehingga potensial aksi yang kecil sekalipun dapat merambat. Namun graden potential bersifat decremental atau menyusut seiring berjalannya impuls. Hal ini menyebabkan graded potential hanya bersifat lokal. Walaupun impuls jenis ini tidak tahan lama, impuls ini banyak digunakan untuk potensial pasca sinaps, potensial reseptor, endplate, dan alat pacu.  Mekanisme sinapsis o Neuron dan efektor terpisah oleh celah sinaps dan potensial aksi terlalu jauh untuk melompati jarak itu sehingga dibutuhkan suatu mekanisme khusus yaitu sinapsis. Hal-hal yang terjadi di sinapsis adalah: 1. Potensial aksi yang mendepolarisasikan akson terminal akan memicu kalsium dari luar akson terminal masuk ke akson terminal 2. Peningkatan konsentrasi kalsium sitosol memicu vesikulas sinaptik (vesikula yang mengandung neurotrasmiter) untuk menyatu dengan membran plasma 3. Neuro transmitter dilepaskan dengan cara eksositosis, berdifusi sepanjang celah sinaps, dan berikatan dengan reseptor di membran pasca sinaps

4. Pengikatan ini dengan chemical-gated ion chanel memicu ion channel untuk membuka dan mengubah potensial membran di pasca sinaps o Neuro transmitter yang dilepas biasanya segera di inaktifkan  Beberapa cara menginaktifkan neurotransmitter: 1. Diuraikan oleh enzim pasca sinaps 2. Diserap kembali oleh membran pra-sinaps lalu diurakan dengan ezim tertentu 3. Diserap kembali oleh membran pra-sinaps, disimpa, untuk selanjutnya dilepaskan kembali bila ada rangsang Salah satu contoh penguraian neurotransmitter adalah penguraian asetilkolin oleh asteilolinesterase (menjadi kolin dan asetil) di membran pasca sinaps.  Efek neurotrasmiter Neurotransmiter dapat merangsang/excitatory post synaptic potential/ EPSP (memicu depolarisasi) atau menghambat/inhibitory post synaptic potential/IPSP (memicu hiperpolarisasi). Pada reaksi EPSP natrium akan masuk ke dalam sel dan kalium keluar sel. Pada IPSP klorin akan masuk ke dalam sel dan kalium meninggalkan sel. Neurotransmitter akan menghasilkan EPSP atau IPSP tergantung dari reseptornya.  Klasifikasi neurotransmitter yang paling umum dikenal: Golongan neurotransmiter Neurotransmitter Asetikolin Asetilkolin Amina biogenic Norepinefrin, dopamine, serentonin Asam amino GABA (asam gamma aminobutirat), glisin, glutamate, aspartat Neuropeptida Substansi P, endorfin Saraf  Melalui transmisi cepat impuls listrik, secara umum mengkoordinasikan aktivitas tubuh yang cepat  Memiliki “kabel” dalam suatu cara yang spesifik menjadi jalur anatomis tertentu yang sangat terorganisasi untuk menyalurkan sinyal dari satu bagian tubuh ke bagian lain  Tersusun atas: o Sistem saraf pusat: terdiri dari otak dan korda spinalis o Sistem saraf tepi: terdiri dari serat saraf yang membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain, dibagi menjadi 2 divisi:  Divisi aferen yang membawa informasi ke SSP dan memberitahu SSP mengenai lingkungan eksternal dan aktivitas internal yang diatur SSP  Divisi eferen yang membawa instruksi dari SSP ke organ efektor atau kelenjar yang melaksanakan perintah untuk menimbulkan efek yang diinginkan, dibagi menjadi dua:  Sistem saraf somatik yang terdiri dari serat neuron motorik yang mempersarafi otot rangka  Sistem saraf otonom yang mempersarafi otot polos, otot jantung dan kelenjar; terbagi lagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang keduanya mempersarafi sebagian besar organ yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom  Neuron: sel saraf yang berfungsi menghantarkan informasi dari satu bagian tubuh ke bagian lain dalam bentuk impuls saraf, memiliki usia panjang, amitotic (tidak dapat membelah), tingkat metabolism tinggi sehingga butuh nutrisi dan oksigen cukup o Terdiri atas:  Badan sel (perikarion/soma):  memiliki 1 nukleus yang amitok neuron dan badan Nissl (RE kasar)  Sitoplasma yang mengelilingi nukleus: prerikarion. Sitoskeleton dari perikarion terdiri dari neurofilamen & neurotubulus. Bundel-bundel dari neurofilamen: neurofibril yang membentang sampai dendrit & akson  kumpulan badan sel di SSP: nuclei, di SST: ganglia  Dendrite  Prosesus pendek, banyak dan bercabang; punya serabut dengan ujung menggelembung: spina dendrite  Berhubungan dengan neuron lain menerima impuls dari sel saraf atau sel tubuh  Akson  Axoplasm (Aksoplasma) atau sitoplasma pada akson, mengandung neurofibril, neurotubulus, vesikel kecil, lisosom, mitokomdria, dan berbagai enzim. Aksoplasma dikelilingi oleh aksolemma  Akson memanjang dari bagian badan sel: akson hillock

d. Neuron anaksonik: tidak ada beda antara dendrite & akson terdapat di otak dan organ indera

 Akson panjang: serat saraf Akson bercabang: akson kolateral; 10.000 cabang di ujung akson: akson terminal Batang utama akson dan setiap collaterals berakhir dalam serangkaian ekstensi halus: telodendria. Telodendria berakhir di sypnatic terminal.  Fungsi: menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron atau sel tubuh lain  Ada akson bermielin dan akson telanjang Selubung mielin: selubung berwarna putih yang membungkus serat saraf tersusun dari protein lipoid Fungsi: melindungi akson, memberi nutrisi pada akson, mempercepat jalannya transmisi pada akson Bagian akson yang tidak terbungkus selubung myelin: nodus Ranvier Selubung myelin pada SST dibentuk oleh sel Schwann o Tiga kelas neuron:  Neuron aferen  Memiliki reseptor sensorik di ujung perifernya yang menghasilkan potensial aksi sebagai respons terhadap rancangan spesifik  Tidak memiliki dendrit dan masukan prasinaps, terletak dekat korda spinalis  Memiliki akson perifer panjang (serat aferen) yang berjalan dari reseptor ke badan sel dan akson sentral pendek yang berjalan dari badan sel ke dalam korda spinalis  Terminal akson sentral mengalami divergensi dan bersinaps dengan neuron lain di dalam korda spinalis untuk menyebarkan informasi mengenai stimulus  banyak terdapat di sistem perifer  Neuron eferen  Berada terutama di sistem perifer  Badan selnya berada di SSP, tempat banyak masukan prasinaps yang berlokasi sentral berkonvergensi pada neuron tersebut untuk mempengaruhi keluaran ke organ efektor  Akson eferen meninggalkan SSP menuju otot dan kelenjar yang mereka persarafi, menyampaikan keluaran terintegrasi agar melaksanakan perintah yang diinginkan  Antarneuron  Terletak di SSP, sekitar 99% neuron adalah kategori interneuron  Dua fungsi utama: 1. Terletak di antara aferen dan eferen, penting dalam integrasi respons perifer ke informasi perifer Co: ketika menyentuh benda panas, aferen memberi informasi kepada interneuron, interneuron yang sesuai memberi pesan ke eferen agar tangan menjauhi benda tersebut 2. Interkoneksi antara interneuron bertanggungjawab atas fenomena abstrak yang berkaitan dengan jiwa misalnya berpikir, emosi, dll o Klasifikasi berdasarkan struktur: a. Neuron bipolar: 2 prosesus, 1 akson, 1 dendrit; langka, terdapat di indera b. Neuron multipolar: 1 akson & 2 atau lebih dendrite, banyak di SSP c. Neuron unipolar: dendrite-akson menyatu, badan sel satu sisi, terdapat di neuron aferen pada ganglia spinal

Sistem Saraf Pusat (SSP)  Terdiri dari otak dan korda spinalis, yang menerima masukan mengenai lingkungan internal dan eksternal dari neuron aferen.  90% sel di dalamnya adalah sel glia (neuroglia), menempati hanya setengah volume otak  Fungsi: jaringan ikat SSP dan membantu menunjang neuron secara fisik atau metabolik  Dapat membelah diri sehingga sebagian besar tumor otak berasal dari jaringan saraf yang terdiri dari sel glia  4 sel glia: o Astrosit Fungsi: 1. Perekat utama SSP yang menyatukan neuron di dalam hubungan spasial yang sesuai 2. Penuntun neuron ke tujuan akhir yang sesuai selama perkembangan otak janin 3. Menginduksi perubahan anatomis & fungsional pembuluh darah halus di otak, membentuk sawar darah otak 4. Penting dalam proses perbaikan cedera otak dan dalam pembentukan jaringan parut saraf 5. Membantu menunjang neuron secara metabolik 6. Menyerap kelebihan dari CES otak ketika aktivitas potensial aksi yang tinggi mengalahkan kemampuan pompa - mengembalikan yang keluar ke dalam neuron  membantu memelihara konsentrasi ion CES otak untuk memungkinkan eksitablilitas jaringan saraf yang normal o Oligodendrosit  Membentuk sarung mielin insulatif mengelilingi akson di SSP  Memiliki beberapa tonjolan memanjang yang masing-masing terbungkus melingkari bagian akson antarneuron untuk membentuk bercak mielin o Sel ependimal Membatasi rongga internal SSP, melapisi ventrikel otak dan berperan dalam membentuk cairan serebrospinalis o Mikroglia Penyapu (scavenger) SSP, adalah sel fagositik yang berasal dari darah dan masuk ke jaringan saraf pusat, tempat sel berdiam diri sampai diaktifkan oleh suatu infeksi atau cedera Otak  Tiga membran pelindung: 1. Menings o Dura mater: selaput tidak elastis yang terdiri dari dua lapisan yang melekat erat tetapi di bagian tertentu terpisah dan membentuk rongga berisi darah (sinus dura) atau rongga yang lebih besar yaitu sinus vena o Araknoid mater: lapisan lunak yang memiliki banyak pembuluh darah seperti jaring laba-laba Ruang subaraknoid: ruang antara lapisan araknoid dan pia meter di bawahnya, terisi oleh CSS o Pia mater: lapisan paling dalam yang paling rapuh, banyak mengandung pembuluh darah dan melekat erat ke permukaan otak dan korda spinalis 2. Cairan serebrospinalis o Dibentuk terutama oleh pleksus koroideus di daerah tertentu rongga ventrikel otak, melalui mekanisme transportasi selektif melintasi membran pleksus o Memiliki kadar lebih rendah dan lebih tinggi sehingga merupakan lingkungan yang ideal untuk perpindahan ion tersebut menuruni gradien konsentrasi o Aliran CSS:

 





Melalui 4 ventrikel yang berhubungan di dalam interior otak dan melalui kanalis sentralis korda spinalis yang sempit  keluar melalui lubang kecil ventrikel keempat di dasar otak memasuk ruang subaraknoid  mengalir di antara lapisan menings di seluruh permukaan otak dan korda spinalis  sampai atas otak, SSP direabsorpsi dari ruan subaraknoid ke dalam darah venda melalui vilus araknoidalis o Fungsi:  Sebagai cairan peredam getaran/bantalan untuk mencegah otak membentur bagian dalam tengkorak saat kepala mendapat gerakan mendadak/menggetarkan  Memiliki peran penting dalam pertukaran bahan antara cairan tubuh dan otak 3. Sawar darah-otak o Terdiri dari faktor anatomis dan fisiologis:  Kapiler  Pada kapiler otak, sel disatukan oleh taut erat yang seluruhnya menutupi dinding kapiler sehingga tidak ada yang dapat dipertukarkan melewati antara sel-sel  Pertukaran terjadi melalui sel kapiler. Zat larut lemak ( , , alkohol dan hormon steroid) menembus sel dengan larut dalam lipid membran plasma. Semua zat lain yang dipertukarkan antara darah dan cairan interstisium otak diangkut oleh pembawa yang sangat selektif dan terikat membran  transportasi melewati dinding kapiler di antara sel secara anatomis dicegah dan transportasi menembus sel secara fisiologis dibatasi  Dikelilingi tonjolan astrosit yang bertanggungjawab membentuk sawar darah-otak 1. Astrosit memberi sinyal pada sel-sel yang membentuk kapiler otak untuk „merapat‟ 2. Astrosit diperkirakan berperan pada transportasi zat tertentu menembus sel misalnya o Fungsi:  Melindungi otak dan korda spinalis dari fluktuasi kimiawi di dalam darah dan memperkecil kemungkinan zat-zat dalam darah yang berbahaya mencapai jaringan saraf pusat  Mencegah hormon tertentu yang juga dapat bertindak sebagai neurotransmitter mencapai otak karena dapat mengakibatkan aktivitas saraf tidak terkontrol  Membatasi penggunaan obat untuk terapi gangguan otak dan korda spinalis (sisi negatif) Otak bergantung pada pasokan yang konstan dari darah, tidak dapat membentuk ATP tanpa adanya , dan dalam keadaan normal hanya menggunakan glukosa tetapi tidak menyimpannya. Kekurangan selama 4-5 menit atau pasokan glukosa terputus >10-15 menit dapat menyebabkan kerusakan otak Penyebab tersering kerusakan otak adalah cerebrovascular accidents (stroke)  serebrum robek/ruptur atau tersumbat bekuan, jaringan otak yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut akan kekurangan pasokan dan glukosa  kerusakan dan kematian jaringan  kerusakan saraf dan fungsinya meluas melebihi daerah yang kekurangan darah akibat pengeluaran zat toksik oleh glutamat dari neuron yang kekurangan  penyebab sebagian besar kematian sel setelah stroke Plastisitas: kemampuan berubah atau secara fungsional dibentuk kembali sebagai respons terhadap tuntutan yang dibebankan kepadanya  jika suatu daerah di otak yang berkaitan dengan aktivitas tertentu rusak, beberapa keadaan daerah lain di otak secara bertahap mengambil alih sebagian atau semua tanggung jawab daerah yang rusak Bagian otak: 1. Batang otak: daerah paling tua & kecil di otak, bersambungan dengan korda spinalis, mengatur banyak proses untuk mempertahankan hidup (bernapas, sirkulasi, pencernaan) 2. Serebelum: melekat ke bagian atasbelakang dari batang otak, berkaitan dengan pemeliharaan posisi tubuh dalam ruang yang sesuai dan koordinasi bawahsadar aktivitas motorik 3. Otak depan (forebrain) a. Diensefalon, mengandung:  Hipotalamus: mengontrol banyak fungsi homeostasis untuk

mempertahankan stabilitas lingkungan internal  Talamus: melakukan sebagian pengolahan sensorik primitif b. Serebrum: bagian paling berkembang pada manusia, meliputi 80% berat otak  Nukleus basal/ganglia basal: menghambat tonus otot di seluruh tubuh, memilih dan mempertahankan aktivitas motorik dan menekan pola gerakan yang tidak berguna/tidak diinginkan, dan membantu memantau dan mengkoordinasi kontraksi-kontraksi menetap yang lambat  Korteks serebrum: lapisan luar serebrum yang memiliki banyak lekukan, menutupi bagian tengah yang mengandung nukleus basal, berperan penting dalam sebagian besar fungsi tercanggih saraf (inisiasi volunter gerakan, persepsi sensorik akhir, berpikir sadar, dll)  Diantara cerebrum dan cerebellum juga terdapat lapisan pemisah yang disebut dengan tentorium cerebelli yang merupakan lipatan otak A. Serebrum  Dibagi menjadi 2: a. hemisfer serebrum kiri: unggul dalam melaksanakan tugas logis, analitis, sekuensial, dan verbal (co: matematika, pembentukan bahasa, dan filsafat)  pemikir b. hemisfer kanan: unggul dalam keterampilan non bahasa (co: persepsi spasial, kemampuan artistik dan musik)  pencipta  Hemisfer dihubungkan oleh korpus kalosum, dipisahkan oleh suatu lapisan yang disebut dengan falx cerebri yang terbentuk dari lapisan durameter.  Setiap hemisfer terdiri dari lapisan luar tipis yaitu substansia grisea (bahan abu-abu) atau korteks serebrum yang menutupi bagian tengah tebal atau substansia alba (bahan putih), di dalam substansia alba terdapat nukleus basal.  4 lobus utama korteks serebrum: 1. Lobus oksipitalis: terletak di posterior, fungsi: pengolahan awal masukan penglihatan 2. Lobus temporalis: terletak di lateral, fungsi: pengolahan awal masukan suara 3. Lobus parietalis: terletak di belakang sulkus sentralis, fungsi: menerima dan mengolah masukan sensorik (tekanan, sentuhan , panas/dingin, nyeri)  sensasi somestetik, diolah oleh korteks somatosensorik 4. Lobus frontalis: terletak di korteks bagian depan, fungsi: aktivitas motorik volunter, kemampuan berbicara, elaborasi pikiran  Elektroensefalogram: catatan mengenai aktivitas pascasinaps di neuron korteks, memiliki 3 kegunaan utama:  Perangkat klinis dalam diagnosis disfungsi serebrum  Membedakan berbagai stadium tidur  Penentuan kematian otak secara legal  Sistem limbik: sebuah cincin struktur-struktur otak depan yang mengelilingi batang otak dan dihubungkan satu sama lain oleh jalur-jalur saraf yang rumit, yang memerintahkan emosi dan tingkah laku manusia dan berpengaruh dalam motivasi dan mood seseorang, terdiri dari: o Amigdala: mengatur detak jantung, kontrol „fight or flight response‟ & menghubungkan emosi seseorang dengan memorinya o Hipotalamus: mengatur emosi, nafsu makan (lapar dan dahaga), dll o Hippocampus: berperan penting dalam pembelajaran dan penyimpanan longterm memori o Thalamus: mempunyai grey matter untuk mentransfer sinyal yang nantinya akan diproses otak, dibagi menjadi dorsal dan ventral thalamus dimana keduanya mempunyai banyak nukleus o Olfactory bulb: mengandung olfactory nerve yang sensitif terhadap partikel yang berbau

B. Diensefalon Suatu garis tengah (midline) yang membentuk dinding-dinding ventrikel ketiga, salah satu ruang tempat lewatnya cairan serebrospinalis. Terbagi 2: o Talamus, berfungsi:  Sebagai stasiun penyambung dan pusat integrasi sinaps  Kemampuan mengarahkan perhatian ke rangsangan yang menarik (bekerja sama dengan batang otak dan daerah asosiasi korteks)  Menentukan kesadaran kasar terhadap sensasi  Mengatur tingkat kesadaran  Kontrol motorik, memperkuat perilaku motorik dari korteks o Hipotalamus: kumpulan nukleus spesifik dan serat-serat terkait yang terletak di bawah talamus, berfungsi:  Kontrol suhu, rasa haus, asupan makanan, pengeluaran urin, sekresi hormon hipofisis anterior dan posterior, dan kontraksi uterus & pengeluaran susu  Menghasilkan hormon hipofisis posterior  Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama  Berperan dalam pola perilaku dan emosi C. Serebelum  Melekat ke bagian atas otak, terletak di bawah lobus oksipitalis korteks  Terdiri dari 3 bagian fungsional: a. Vestibulo serebelum: mempertahankan keseimbangan dan mengontrol gerakan mata b. Spino serebelum: mengatur tonus otot dan gerakan volunter yang terampil dan terkoordinasi (co: bermain piano dan mengetik) c. Serebro serebelum: berfungsi dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas volunter dengan memberikan masukan ke daerah motorik korteks dan berperan dalam ingatan prosedural D. Batang otak  Penghubung penting bagian otak lain dengan korda spinalis; terdiri dari medula, pons, & otak tengah (midbrain)  Fungsi:  Sebagian besar dari 12 pasang saraf cranialis berasal dari batang otak, yang berfungsi untuk penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi wajah dan kulit kepala, pergerakan bola mata, mengunyah, menelan, ekspresi wajah dan salivasi  Terdapat kumpulan saraf yang mengatur fungsi jantung dan pembuluh darah, respirasi dan banyak aktivitas pencernaan  Memodulasi sensasi nyeri  Mengatur reflek otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur tubuh  Terdapat formatio retikularis (jaringan luas neuron yang saling berhubungan, menerima dan mengintegrasikan semua masukan sinaps) yang menyusun sistem aktivasi retikuler yang mengontrol seluruh derajat kewaspadaan korteks dan penting dalam kemampuan mengarahkan perhatian  Pusat yang bertanggungjawab untuk tidur Korda Spinalis (sumsum tulang belakang)  Korda spinalis dilindungi oleh columnal vertebrae, berawal dari tulang oksipital sampai ke coccyx.  Korda spinalis disusun oleh substansi grissea (kelabu): badan sel saraf, dan daerah lebih besar yang mengelilinginya, yaitu substansi alba (putih): serabut sel saraf.  Substansi grissea disusun oleh bagian dorsal dan ventral horns. Bagian tengahnya adalah kanal sentral yang berisi cairan serebrospinal (CSS). Substansi alba disusun oleh ribuan akson bermielin.  Fungsi : 1. Menghubungkan saraf spinalis ke otak. Impuls sensorik dari reseptor memasuki bagian dorsal, lalu ditransmisikan ke otak pada ascending tract di substansi alba. Pada bagian dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan

menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor. Lalu impuls motorik diteruskan dari otak dan dibawa pada descending tract sampai keluar di bagian ventral lalu dilanjutkan ke efektor 2. Aktivitas reflex Reflex : hanya di korda spinalis, tidak diteruskan ke otak.  Terdapat saraf Spinalis o Ada 31 pasang saraf spinalis, diberi nomor sesuai letak korda spinalisnya. Setiap saraf melekat pada korda spinalis dari 2 akar, akar dorsal dan akar ventral.  akar dorsal: terdapat ganglion akar dorsal yang berisi badan sel neuron sensorik. Ganglion adalah kumpulan badan sel saraf di luar susunan saraf pusat. Bagian akar dorsal : reseptor sensorik.  Bagian akar ventral : kombinasi dari serat motorik. o Berfungsi untuk membawa impuls saraf dari dan ke sumsum tulang belakang. o Bercabang menjadi bagian kecil posterior dan bagian anterior yang lebih besar. Bagian anterior bercabang, membentuk network yang disebut pleksus yang akan diteruskan lagi ke bagian-bagian tubuh. 3 pleksus utama : - Pleksus servikal : membawa impuls moter nerve yang mengaktivasi diafragma juga dari sini - Pleksus brachial : meneruskan cabang2 ke pundak, lengan, siku, dan tangan. Terdapat juga saraf radial - Pleksus lumbosacral : meneruskan ke pelvis dan kaki.

Sistem Saraf Tepi (SST) Sistem Saraf Sadar (Somatik)  Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. a. Saraf otak  ada 12 pasang yang terdiri dari: 1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8 2. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12 3. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.  Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.  Ada duabelas pasang nervus kranialis yang berasal dari otak dan menembus tengkorak untuk mempersarafi banyak struktur di kepala dan leher. Hanya saraf vagus yang memanjang ke rongga torakal dan abdomen. 1. Nervus olfaktori : sensoris, penciuman 2. Nervus optik : sensoris, penglihatan 3. Nervus okulomotor : motoris, aktivitas otot mata 4. Nervus troklear : motoris, aktivitas otot mata 5. Nervus trigeminal : campur, sensoris pada wajah, rahang 6. Nervus abduksen : motoris, aktivitas otot mata 7. Nervus fasial : campur, motoris pada wajah, sensoris dari lidah 8. Nervus vestibulokoklear : sensoris, pendengaran 9. Nervus glosofaring : campur, sensor lidah, faring, kelenjar parotid 10. Nervus vagus : campur, motoris Sistem Saraf Otonom parasimpatis, sebagai motoris dan sensoris faring, laring, dan orga viseral rongga dada dan perut 11. Nervus aksesori : motoris, motoris laring, faring, otot bahu, leher 12. Nervus hipoglosal : motoris, eferen motoris otot lidah b. Saraf sumsum tulang belakang

 berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.  Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut. a. Pleksus cervicalis: gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma. b. Pleksus brachialis: mempengaruhi bagian tangan. c. Pleksus Jumbo sakralis: mempengaruhi bagian pinggul dan kaki. Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)  disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion: urat saraf pra ganglion; yang berada pada ujung ganglion: urat saraf post ganglion.  dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.  Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). a. Saraf simpatik terdiri atas 2 neuron, yaitu neuron yang berasal dari medula spinalis ke ganglion dan neuron dari ganglion ke organ tubuh. Sistem saraf simpatis keluar dari bagian toraks ke-1 sampai dengan bagian toraks ke-8 dan lumbar ke-1 sampai dengan lumbar ke-3. Oleh karena itu, saraf simpatis biasa disebut torakolumbar. b. Saraf parasimpatik terdiri atas 2 rangkaian neuron, yaitu neuron preganglion dan neuron postganglion. Neuron preganglion saraf parasimpatik keluar dari daerah kranial dan sakral. Oleh karena itu, disebut juga sistem saraf kraniosakral. Saraf parasimpatik yang keluar dari kranial, yaitu saraf kranial ke III (neuron okulomotor), ke VIII (neuron fasial), ke IX (neuron glosofaring), dan ke X (neuron Vagus). Tabel Fungsi Saraf Otonom Parasimpatik  mengecilkan pupil mata  membantu (stimulasi) keluarnya air ludah (saliva)  menurunkan ekskresi keringat dan sekresi getah pancreas  menstimulasi sekresi enzim pada kelenjar pencernaan  mengerutkan kantung kemih (vesica urinaria)  memperlambat denyut jantung  mengurangi volume darah  mempersempit pembuluh darah koroner  memperbesar pembuluh darah arteri paru-paru dan arteri pada organ kelamin  mempersempit cabang tenggorok (bronkhia)  melebarkan kura (limpa)  tidak berpengaruh pada kontraksi dan relaksasi rahim

Simpatik  memperbesar pupil mata  menghambat keluarnya air ludah (saliva)  meningkatkan ekskresi keringat dan sekresi getah pancreas  menghambat sekresi enzim pada kelenjar pencernaan  menghambat kontraksi kandung kemih (vesica urinaria)  mempercepat denyut jantung  menambah volume darah  memperbesar pembuluh darah koroner  mempersempit pembuluh darah arteri paru-paru dan arteri pada organ kelamin  melebarkan cabang tenggorok (bronkhia)  mengkerutkan kura (limpa)  menyebabkan kontraksi (meremas) rahim pada saat kehamilan dan relaksasi rahim pada saat tidak ada kehamilan

Refleks  Refleks adalah respons motorik yang cepat dan involunter terhadap rangsang. Refleks terjadi melalui lengkung refleks yaitu saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas reflex; memiliki 5 komponen dasar yaitu reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen, efektor

 Jenis refleks ada bermacam-macam antara lain: o Refleks yang didapat dari lahir o Refleks yang diperoleh melalui proses belajar o Refleks somatik o Refleks otonom/viseral  Refleks spinal dasar o Reflex menarik (withdrawal reflex): reflex polisinaps karena banyak antar neuron ditempatkan pada lengkung reflex sehingga lebih banyak sinaps yang terlibat o Reflex regang (stretch reflex): reflex monosinaps karena satu-satunya sinaps yang ada di lengkung reflex adalah sinaps antara neuron aferen dan eferen yang mengakibatkan kontraksi otot dan peniadaan peregangan o Reflex ekstensor menyilang (crossed extensor reflex): misalnya ketika orang menginjak paku, akan timbul lengkung reflex untuk menarik kaki dan secara bersamaan tungkai berlawanan mempersiapkan diri untuk menerima seluruh beban tubuh agar tidak jatuh o Reflex spinal juga memperantarai pengosongan organ panggul (co: buang air dan pengelaran semen)

Sistem Endokrin  Letak reseptor di sasaran dan mekanisme pengikatan hormon ke reseptornya berbeda-beda tergantung dari karakteristik kelarutan hormone.  Berdasarkan letak reseptornya, hormone dapat dikelompokkan menjadi : o Peptida dan katekolamin yang hidrofilik (sulit larut dalam lemak). Hormon ini tidak mampu menembus lipid pada membran sasarannya sehingga ia berikatan dengan reseptor spesifik yang terletak di permukaan luar membran plasma sel sasaran. o Hormon steroid dan tiroid yang lipofilik. Hormon ini mampu menembus membran permukaan sehingga berikatan dengan reseptor yang terletak di dalam sel sasaran.  Hormon pada dasarnya mempengaruhi sel sasaran mereka dengan mengubah aktivitas protein sel yang dilakukan melalui 3 cara umum: 1. Sebagian kecil hormon hidrofilik mempengaruhi sel dengan cara menimbulkan perubahan permeabilitas sel dengan mengubah konformasi (bentuk) protein pembentuk saluran yang sudah ada di membran. 2. Sebagian besar hormon hidrofilik mengaktifkan sistem perantara kedua yang berada di dalam sel sasaran, yang nantinya perantara ini akan mengubah aktivitas protein intrasel yang sudah ada untuk menimbulkan pengaruh yang diinginkan. 3. Semua hormon lipofilik mengaktifkan gen spesifik di sel sasaran untuk menimbulkan pembentukan protein intrasel baru yang kemudian menimbulkan efek yang diinginkan.  Proses pascareseptor hormone hidrofilik terjadi sebai berikut : 1. Terjadi pengikatan hormon hidrofilik ke reseptor membrane permukaan pada sel sasaran yang mengaktifkan enzim adenilat siklase yang melekat ke membrane plasma 2. Adenilat siklase yang telah aktif akan mengubah ATP intrasel menjadi cAMP (perantara kedua intrasel) 3. cAMP memicu reaksi biokimia terprogram yang menyebabkan perubahan bentuk dan fungsi protein enzimatik yang sudah ada di dalam sel 4. Protein enzimatik inilah yang bertugas menimbulkan perubahan ativitas sel yang merupakan respon fisiologis sel sasaran terhadap hormonnya Setelah hormone disingkirkan, cAMP di-nonaktifkan oleh suatu zat kimia spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma dan pesan intrasel dihapus. Berbagai sel sasaran yang berbeda memberikan respons yang berlainan terhadap mekanisme perubahan kadar cAMP yang diinduksi oleh hormone. cAMP dapat „menyalakan‟ dan „mematikan‟ berbagai proses sel tergantung pada jenis aktivitas enzim yang dimodifikasi.  Proses pascareseptor hormone lipofilik terjadi sebagai berikut : 1. Hormone lipofilik bebas berdifusi menembus membrane dan berikatan dengan reseptor spesifiknya yang terdapat di dalam inti sel 2. Setiap reseptor tersebut memiliki region spesifik untuk mengikat hormone dan region lain untuk mengikat DNA. Setelah berikatan dengan reseptor maka kompleks hormone reseptor ini akan berikatan dengan tempat spesifik di DNA yang dikenal sebagai HRE (hormone response element). 3. Pengikatan tersebut akan „menyalakan‟ gen-gen spesifik di dalam sel sasaran 4. Gen yang diaktifkan memerintahkan sintesis protein sel baru yang menghasilkan mRNA komplementer, yang akan ke plasma dan berikatan dengan ribosom, yang merupakan „meja kerja‟ perantara penyusunan protein

5. Protein baru menghasilkan respons fisiologis sel sasaran terhadap hormone  Fungsi utama hormone adalah mengatur berbagai aktivitas homeostatik, karena kadar hormone dalam darah setara dengan efek hormone maka kadar hormone ini perlu dijaga sesuai dengan kebutuhan homeostatic  Konsentrasi hormone bebas bergantung pada: 1. Kecepatan sekresi hormone ke dalam darah oleh kelenjar endokrin 2. Kecepatan pengeluarannya dari tubuh melalui inaktivasi metabolic dan eksresi di urin 3. Tingkat pengikatan ke protein plasma (untuk hormone lipofilik) 4. Kecepatan pengaktifan metaboliknya Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa mekanisme :  Kontrol umpan-balik negative Mekanisme ini terjadi dengan membuat keluaran suatu sistem melawan perubahan masukan, tujuannya adalah mempertahankan konsentrasi plasma suatu hormone dalam kadar tertentu  Refleks neuroendokrin Tujuan reflex ini adalah untuk meningkatkan dengan ceoat sekresi hormone sebagai respons terhadap rangsangan spesifik yang seringkali berupa rangsangan eksternal  Irama diurnal atau sirkadian Kecepatan sekresi semua hormon secara berirama berfluktuasi naik turun sebagai fungsi waktu. Irama endokrin yang paling sering adalah irama diurnal (siang-malam) atau sirkadian (sepanjang hari) ditandai dengan osilaso berulang kadar hormone yang dangat teratur dan memiliki frekuensi satu siklus setiap dua puluh empat jam. Irama endokrin terkunci atau “etrained” ke isyarat-isyarat eksternal yang disebut zeitgebers. Hipotalamus dan Hipofisis  Fungsi hipotalamus: mengontrol aktifitas di kelenjar hipofisis. Hipotalamus mensekresi faktor pelepas (releasing hormone) dan faktor penghambat (inhibiting hormone) tertentu yang oleh vena portae dialirkan ke hipofisis anterior, tempat zat tersebut merangsang atau menghambat pelepasan hormon tertentu.  Kelenjar hipofisis/pituitari: kelenjar endokrin kecil yang terletak di rongga bertulang di dasar otak tepat di bawah hipotalamus. Hipofisis dihubungkan ke hipotalamus oleh sebuah tangkai kecil yaitu infundibulum, yang mengandung saraf dan pembuluh darah halus. Hipofisis dikenal sebagai master of gland, karena sebagian besar sekresinya mengontrol kegiatan kelenjar-kelenjar endokrin yang lain  Hipofisis posterior : o Hipofisis posterior ini tidak menghasilkan hormon apapun. Dia hanya menyimpan dan jika ada stimulasi/rangsangan, ia akan mengeluarkan hormonnya dau hormon peptida ke dalam darah, yaitu vasopressin dan oksitosin, yang dibentuk oleh badan sel di hipotalamus. o Tiap satu hormon hanya bisa menghasilkan satu jenis hormon.  Vasopressin (antidiuretik hormone (ADH)), memiliki dua fungsi yang utama, yaitu (1) meningkatkan penyerapan air oleh ginjal, dan (2) menyebabkan kontraksi otot polosarteriol. Pengontrol utama pengeluaran vasopressin dari hipofisis posterior adalah masukan dari osmoreseptor hipotalamus, yang meningkatkan sekresi vasopressin sebagai respons terhadap peningkatan osmolaritas plasma.  Oksitosin merangsang/ menstimulasi kontraksi dari otot halus rahim untuk membantu pengeluaran bayi selama kelahiran, dan meningkatkan pengeluaran susu dari kelenjar mammaria selama masa menyusui.  Hipofisis anterior : Hipofisis anterior membentuk/ menyintesis sendiri hormonn yang kemudian dikeluarkan ke darah. Lima populasi-populasi sel berbeda di hipofisis ini menyekresikan enam hormon peptida utama. 1. Somatotrope: Growth Hormone (GH, somatotropin)  hormon utama yang bertanggung jawab dalam mengatur pertumbuhan tubuh dan metabolisme perantara. 2. Tirotrope: Thyroid-Stimulating Hormone (TSH, tirotropin)  merangsang sekresi hormon tiroid dan pertumbuhan kelenjar tiroid. 3. Corticotrope: Adrenocorticotropic hormone (ACTH, adrenocorticotropin)  merangsang sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan meningkatkan pertumbuhan korteks adrenal. 4. Gonadotrope  mensekresikan 2 hormon yang berkerja dalam organ reproduksi, yaitu : a. Follicle-Stimulating Hormone (FSH)  membantu regulasi pembentukan gamet pada perempuan dan lakilaki.  Perempuan: Merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium, Merangsang sekresi estrogen oleh ovarium.  Pria: untuk memproduksi sperma

b. Luteinizing Hormone  Perempuan  Bertanggung jawab untuk ovulasi dan luteinisasi (pembentukan korpus luteum pasca-ovulasi yang meningkatkan hormon di ovarium)  Pengaturan sekresi hormon seks wanita, estrogen dan progesteron, oleh ovarium.  Pria: Merangsang sel instertisial Leydig di testis untuk menyekresikan hormon seks pria, testosterone. 5. Laktotrope: Prolakctin (PRL)  meningkatkan perkembangan payudara dan pembentukan susu (laktasi)  Dua faktor yang mengatur sekresi hipofisi anterior : a. Hormon hipatalamus b. Umpan-balik (feedback) oleh hormon kelenjar target.  Sekresi hipofisis anterior dipengaruhi oleh horomon hipofisiotropik HORMON Thyrotropin-Releasing Hormone (TRH) Corticotropin-Releasing Hormone (CRH) Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) Growth Hormone-Releasing Hormone (GHRH) Somatostasin (Growth Hormone-Inhibiting Hormone; GHIH) Prolactin-Releasing Hormone (PRH) Dopamine (Prolactin-Inhibiting Hormone; PIH)

EFEK PADA HIPOFISIS ANTERIOR TSH dan prolaktin ACTH FSH dan LH GH Menghambat GH dan TSH Prolaktin Menghambat Prolaktin

 Mekanisme sistem portal hipotalamus-hipofisis Hormon hipofisiotropik diproduksi oleh saraf neurosecretory di hipotalamus dan masuk ke dalam kepiler hipotalamus  kapiler-kapiler hipotalamus akan bergabung membentuk sistem portal hipotalamus-hipofisis, menjadi pembuluh darah penghubung ke hipofisis anterior  Sistem portal ini akan bercabang-cabang ke kapiler-kapiler darah hipofisis anterior  hormon hipofisiotropik akan keluar dari darah untuk mengatur sekresi hormon hipofisis anterior  menyekresikan hormon ke kapiler  kapiler-kapiler hipofisis anterior akan bergabung dengan pembuluh vena, melalui vena inilah hormon dikeluarkan yang pada akhirnya akan didistribusi ke seluruh tubuh dengan sistem sirkulasi.  Hormon kelenjar target menghambat sekresi hormon hipotalamus dan hipofisis anterior melalui umpan balik negatif Hormon organ kelenjar target juga bekerja menekan sekresi hormon tropik yang mendorong sekresinya. Penekanan ini disebut umpan balik negative, dilaksanakan oleh hormon kelenjar target dengan bekerja secara langsung pada hipofisis atau hipotalamus. Kelenjar endokrin perifer a. Kelenjar tirod o Mengandung 2 jenis sel sekretorik endokrin:  Sel folikel: menghasilkan hormone berisi iodium, dan  hormone tiroid  Sel C: mensintesis hormone pengatur , kalsitonin o Terdapat koloid sebagai tempat penyimpanan ekstrasel „pedalaman‟ untuk hormone tiroid o Efek:  Meningkatkan laju metabolism yang menghasilkan panas  Meningkatkan kecepatan denyut jantung & kekuatan kontraksi jantung  Merangsang sekresi hormone pertumbuhan b. Kelenjar paratiroid Menghasilkan hormone paratiroid (PTH) uang berfungsi:  Menaikkan konsentrasi di dalam plasma  Menurunkan konsentrasi di dalam plasma c. Kelenjar pineal Mengandung neuron, neuroglia, dan sel sekretorik khusus disebut pinealosit  mensintesis hormone melatonin yang berfungsi:

 Menghambat fungsi reproduksi  Melindungi dari bahaya radikal bebas  Mengatur circadian rhythms d. Kelenjar endokrin sistem pencernaan o Gastrin: berasal dari sel G di lambung, berfungsi merangsang sekresi sel parietal dan sel utama dan meningkatkan motilitas lambung o Sekretin: berasal dari sel endokrin di mukosa duodenum, berfungsi antara lain untuk merangsang motilitas ileum dan menghambat pengosongan lambung o Koleosistokinin: berasal dari sel endokrin di mukosa duodenum, berfungsi untuk menghambat sekresi lambung e. Kelenjar timus: Menghasilkan hormone timosin yang penting untuk mempertahankan turunan sel T f. Kulit Vitamin D dianggap sebagai hormone karena zat ini dapat diproduksi di kulit dari precursor yang berkaitan dengan dehidrokolesterol (provitamin D) yang kena sinar matahari. Zat ini kemudian dilepas ke dalam darah untuk bekerja di usus g. Kelenjar pulau Langerhans o Hormone somastostatin: dihasilkan hipotalamus dan sel pembentuk lapisan dalam saluran perncernaan tempat hormone ini diperkirakan bekerja local sebagai zat paraktrin untuk menghambat sebagian proses pencernaan, sekresi insulin dan glucagon berkurang o Insulin: dihasilkan sel beta; menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong penyimpanan nutrisi tersebut o Glucagon: meningkatkan kadar glukosa, asam amino, dan asam lemak dalam darah, dihasilkan oleh sel beta h. Adrenal: terdiri dari medulla adrenal yang menghasilkan katekolamin dan korteks adrenal yang menghasilkan steroid i. Ginjal o Eritropoietin: merangsang produksi eritrosit o Renin: merangsang sekresi aldosteron j. Gonad Menghasilkan hormone: o Estrogen: mendorong perkembangan folikel, pengembangan karakteristik seks sekunder o Progesterone: mempersiapkan rahim untuk kehamilan o Testosterone: merangsang produksi sperma, perkembangan seks sekunder, meningkatkan dorongan seks

Sistem Reproduksi  Ada 4 fase perilaku seksual manusia: fase eksitasi, datar, orgasme, resolusi. Fase Pria Wanita Ereksi, vasokongesti testis (pembengkakan oleh Eksitasi Ereksi klitoris, vasokongesti payudara, vagina darah) Peningkatan respons eksitasi, ditambah Datar peningkatan respons tubuh (peningkatan Seperti pria kecepatan bernafas, ketegangan otot) Ejakulasi (emisi dan ekspulsi). Setelah ejakulasi Orgasme, kontraksi otot panggul dan sepertiga Orgasme ada periode refrakter sementara. bawah saluran vagina Pengembalian genitalia dan sistem tubuh ke Vasokongesti panggul dan manifestasi Resolusi keadaan sebelum terangsang sistemik mereda  Fungsi reproduksi penting pada pria: pembentukan sperma dan penyaluran sperma pada wanita  Fungsi reproduksi pada wanita:  Pembentukan ovum (oogenesis)  Menerima sperma  Transportasi sperma dan ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi/pembuahan, atau konsepsi)  Pemeliharaan janin yang sedang berkembang sampai jannin tersebut dapat bertahan hidup di dunia luar (gestasi/kehamilan), termasuk pembentukan plasenta, organ pertukaran antara ibu & janinnya  Melahirkan bayi (partus)

 Memberi makan pada bayi yang baru dilahirkan dengan menghasilkan susu (laktasi) Reproduksi pria  Letak testis di dalam skrotum menghasilkan lingkungan yang lebih dingin yang penting untuk spermatogenesis. Testis melaksanakan dua fungsi yaitu menghasilkan sperma dan mengeluarkan testosteron. 80% dari testis adalah tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis.  Testosteron dikeluarkan oleh sel Leydig, yang berada di jaringan ikat antara tubulus-tubulus seminiferus. Efek testosteron ini beragam, antara lain:  Maskulinisasi saluran reproduksi dan genitalia eksternalia  Mednorong pertumbuhan dan pematangan sistem reproduksi  Memicu pembentukan karakteristik seks sekunder (kumis, janggut, perubahan suara, otot)  Sintesis protein, perilaku agresif Komponen Testis Epididimis dan Vas deferens

Vesikula seminalis

Kelenjar prostat

Kelenjar bulboeretra Uretra Penis

Fungsi Menghasilkan sperma dan testosterone, dilindungi skrotum  Tempat keluar sperma dari testis  Tempat pematangan motilitas dan fertilitas sperma (oleh testosteron)  Memekatkan dan menyimpan sperma  Menghasilkan fruktosa untuk memberi makan sperma yang dikeluarkan  Mengeluarkan prostaglandin yang merangsang motilitas saluran reproduksi  Menghasilkan sebagian besar cairan semen  Menyediakan prekursor pembekuan semen (fibrinogen)  Mengeluarkan cairan basa yang menetralkan sekresi vagina yang asam  Memicu pembekuan semen untuk menjaga sperma tetap berada di dalam vagina saat penis dikeluarkan  Mengeluarkan mukus untuk pelumasan  Mengeluarkan sperma dari penis (saluran)  Alat kopulasi, untuk menembus dan menaruh sperma di dalam vagina

 Spermatogenesis o Terjadi di lumen tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus memiliki dua jenis sel penting yaitu sel germinativum dan sel Sertoli. Sel germinativum ini akan berkembang menjadi sperma, sementara sel Sertoli menunjang proses spermatogenesis. o Proses dimulai dari sel germinativum yang tidak berdiferensiasi, sel spermatogonia. Spermatogenesis butuh 64 hari dari spermatogonia menjadi sperma matang. Tiap hari beberapa ratus juta sperma matang. o 3 tahapan utama: 1. Proliferasi mitotik. Spermatogonia mitosis 2 anak, satu anak akan berada di tepi luar tubulus, yang lain bergerak ke lumen. Proliferasi ini menghasilkan pasokan sel germinativum baru  sel anak mitosis  4 spermatosit primer yang diploid. 2. Meiosis. Tiap spermatosit primer meisosis  2 spermatosit skeunder haploid, kemudian meiosis II  4 spermatid haploid  spermatozoa. Total ada 16 spermatozoa, namun biasanya sebagian sel lenyap di berbagai tahap perkembangan. 3. Pengemasan. Pembentukan spermatozoa dari spermatid disebut spermiogenesis. Spermiogensis dilakukan dengan menyingkirkan sebagian besar sitosol dan organel yang tidak diperlukan untuk tugas penyaluran informasi genetik sperma ke ovum. Spermatozoa memiliki 4 bagian, yaitu:  Kepala, terdiri dari nukleus, untuk penyaluran informasi genetik

 Akrosom, vesikel di ujung kepala, berisi enzim untuk menembus ovum. Dihasilkan dari RE dan Golgi sebelum disingkirkan  Ekor, untuk pergerakan. Dari mikrotubulus  Bagian tengah, untuk energi. Memiliki mitokondria HORMON Luteinizing hormone (LH) / ICSH Follicle-stimulating hormone (FSH) Testosteron Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) Inhibin Melatonin

FUNGSI Bekerja pada sel Leydig menghasilkan testosteron Remodelling spermatid pada sel Sertoli Menghambat sekresi LH Mitosis-meiosis sel germinativum Merangsang sekresi LH dan FSH yang diatur di hipofisis anterior. Dihasilkan hipotalamus Dihasilkan sel Sertoli. Menghambat sekresi FSH Dihasilkan kelenjar pineal. Penurunan sekresi melatonin memicu mulainya pubertas

Reproduksi wanita  Organ reproduksi: a. Ovarium, tempat pembentukan : 1. Sel telur dan ovulasi - Pematangan telur di folikel de graff, folikel ini menghasilkan hormon estrogen - Ovulasi : keluarnya ovum dari ovarium 2. Korpus Luteum - Setelah ovum dikeluarkan, folikel yang tersisa diubah menjadi badan kuning/korpus luteum - Sekresi estrogen dan progesteron - Akan berkembang bila ovum terfertilisasi, akan menghilang jika tidak terfertilisasi - Setelah itu, dia mengkerut dan digantikan jaringan parut - Aktif saat kehamilan b. Oviduk/tuba falopi: Terdapat fimbrae yang mengambil ovum dari ovarium ke oviduk, menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus c. Uterus  Tempat perkembangan fetus  Bagian atas terletak di atas kantung kemih, bagian bawah terletak di dasar pelvis, di antara kantung kemih dan rektum. Bagian atas yang lebih lebar disebut korpus, bagian bawah yang lebih sempit disebut serviks. Bagian atas uterus disebut fundus.  Dinding rahim disebut endometrium d. Vagina  Hymen/ selaput dara : melapisi bukaan vagina  Terdapat kelenjar vestibular yang mensekresikan lender  Konektor uterus ke lingkungan eksternal e. Vulva dan perineum  Vulva disusun labial minor dan labial mayor, serta klitoris  melindungi vagina  Dasar pelvis disebut perineum : daerah di antara bukaan vagina dengan anus  Oogenesis o Dimulai dari sel oogonium yang membelah menjadi 5-6 juta oogonia  oosit primer. Sebelum lahir, oosit primer dibungkus lapisan sel granulosa membentuk folikel primer. Pada saat lahir terdapat 2 juta folikel, dan hanya 400 yang akan matang menjadi ovum. Dari pubertas sampai menopause, folikel akan berkembang menjadi folikel sekunder. o Sesaat sebelum ovulasi, oosit primer meiosis  oosit sekunder & badan polar pertama (n)  ovum matang dan badan polar sekunder. Badan polar akan berdisintegrasi.  Siklus Ovarium

1. Fase Folikel (hari 1-14)  Hormon FSH, LH dan estrogen mendorong folikel primer untuk tumbuh. Folikel yang lain tidak mendapat hormon sehingga berdegenerasi: atresia. Terbentuk lapisan sel granulosa di sekitar folikel. Sel granulosa mengeluarkan membran pemisah antara oosit dan granulosa, yaitu zona pelusida. Sel jaringan ikat di sekitar folikel juga akan berproliferasi membentuk suatu lapisan sel teka. Sel teka dan sel granulosa disebut sel folikel, yang berfungsi mengeluarkan estrogen (estradiol (utama), estron, estriol).  Sel-sel folikel akan terus membelah & membesar sehingga kemampuan sekresinya meningkat. Kemudian folikel primer akan mejadi folikel sekunder atau antrum. Antrum berisi cairan dari plasma dan sel folikel, juga mengandung estrogen. Pertumbuhan folikel sekunder semakin cepat, antrum makin besar, dan akan menjadi folikel matang (folikel de Graaf). Oosit sekunder pada folikel akan bergeser ke salah satu sisi folikel dan dikelilingi zona pelusida dan sel granulosa/korona radiata. Nanti daerah pada folikel ini akan pecah, dan mengeluarkan oosit sekunder (ovulasi). Oosit ini akan masuk ke rongga abdomen, kemudian dengan cepat dimasukkan ke dalam oviduktus. Pecahnya folikel menandai mulainya fase luteal. 2. Fase Luteal (hari 14-28)  Folikel setelah pecah akan mengalami perubahan. Sel-sel folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Prosesnya disebut luteinisasi, dan dibantu oleh LH. Sel pada korpus luteum disebut sel luteal. Korpus luteum memiliki banyak pembuluh darah. Sel luteal akan berhipertrofi dan menghasilkan progesteron dan sedikit estrogen ke darah. Hormon ini berperan mempersiapkan uterus untuk kehamilan.  Jika dalam 14 hari tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berdegenerasi dan terbentuk korpus albikans, yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Apabila terjadi pembuahan maka korpus luteum akan terus tumbuh dan menjadi korpus luteum kehamilan. Struktur ini menghasilkan hormon-hormon penting untuk memelihara kehamilan sampai plasenta terbentuk.  Siklus Menstruasi Siklus menstruasi adalah serangkaian perubahan pada endometrium uterus sebagai respons terhadap hormonhormon untuk ovarium di dalam darah. Siklus ini searah dengan siklus ovarium, dan dikoordinasikan oleh gonadotropin dari hipofisis anterior. Ada 3 fase. 1. Fase Menstrual (hari 1-5) Endometrium meluruh kecuali pada lapisan terdalamnya. Gonadotropin (FSH, LH) mulai naik, sementara hormon ovarium lainnya (estrogen, progesteron) kadarnya rendah. Peluruhan dinding endometrium ini disertai pendarahan ke luar vagina. Pada hari ke-5, folikel ovarium mulai memproduksi estrogen 2. Fase Proliferatif (hari 6-14) Fase ini mulai terjadi regenerasi endometrium. Kadar estrogen yang naik merangsang pembentukan endometrium. Estrogen juga memungkinkan sperma memasuki uterus dengan mengencerkan lendir serviks. Ovulasi terjadi pada hari ke-14 akibat pengaruh hormon LH. Korpus luteum terbentuk 3. Fase Sekretori (hari 15-28) Pada fase ini, endometrium dipersiapkan untuk kehamilan. Kadar progesteron tinggi karena aktivitas korpus luteum. Progesteron membuat endometrium membesar dan terisi oleh glikoprotein dari kelenjar endometrium, elektrolit dan air. Glikoprotein ini sebagai nutrisi bagi embrio sebelum implantasi. Progesteron juga mengentalkan lendir serviks, sehingga mencegah sperma masuk. Progesteron menghambat sekresi LH. Jika tidak terjadi pembuahan maka korpus luteum akan berdegenerasi akibat kekurangan LH. Progesteron akan menurun kadarnya, lalu dinding endometrium akan mulai meluruh. Hal ini terjadi pada hari ke-28. Siklus akan terulang lagi.  Perubahan Pubertas Wanita: Dimulai saat terjadi pengaruh GnRH pada tubuh. Estrogen akan dikeluarkan ovarium, memicu berbagai perubahan. Perubahan karakteristik seks sekunder seperti pembesaran payudara, bokong, paha terjadi. Pertumbuhan rambut pubis, lonjakan pertumbuhan, libido, ditimbulkan oleh androgen.  Menopause: Terjadi pada usia sekitar 45-50 tahun. Ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur dan perbuahan fisik dan emosi. Transisisi menuju menopause disebut klimakterium. Setelah menopause, sekresi estrogen terhenti sehingga menyebabkan perubahan seperti kekeringan vagina.  Pembuahan: proses penyatuan gamet pria dan wanita dalam keadaan normal terjadi di ampula.  Pada ovulasi, ovum dibebaskan ke dalam rongga abdomen, kemudian ujung oviduktus yang melebar menangkap ovarium dan akan memastikan jalannya ovum ke dalam oviduktus. Di dalam oviduktus, ovum dengan cepat akan didorong ke arah ampula oleh kontraksi peristaltic dan gerakan silia  Terkadang ovum gagal dipindahkan ke dalam oviduktus dan tetap berada dalam rongga abdomen, ada kalanya ovum ini tetap dapat dibuahi namun akan menyebabkan kehamilan ektopik (abdomen), yaitu telur yang dibuahi

  

 

  



 

akan tertanam di organ-organ pencernaan yang kaya akan pembuluh darah. Apabila kehamilan ini terus berlanjut sampai cukup bulan maka bayi harus dilahirkan secara bedah karena tidak terdapat pintu keluar yang normal bagi bayi tersebut. Proses pengangkutan sperma ke oviduktus dibantu oleh saluran reproduksi wanita. Rintangan yang pertama adalah melewati kanalis servikalis Sperma dapat melalui kanalis servikalis hanya pada saat kadar estrogen tinggi sehingga mucus serviks menjadi cukup tipis dan encer untuk ditembus. Setelah sperma masuk ke dalam uterus maka kontraksi myometrium akan mengaduk sperma sehingga menyebabkan sperma tersebar di seluruh anggota uterus. Transportasi sperma di uterus dibantu oleh kontraksi antiperistaltik otot polos oviduktus yang dipacu oleh kadar esterogen yang tinggi. Untuk membuahi sebuah ovum, sperma harus melewati korona radiate dan zona pelusida yang mengilingi ovum. Enzim akrosom yang akan keluar saat sperma berkontak dengan korona radiata akan memungkinkan sperma menembus lapisan-lapisan tersebut. Sperma hanya mampu menembus zona pelusida setelah berikatan dengan reseptor spesifik pada lapisan ini. Sperma pertama yang mencapai ovum itu akan berfusi dengan membrane plasma ovum, memicu perubahan sehingga lapisan ini tidak dapat lagi ditembus oleh sperma lain. Fenomena ini disebut block to polispermy. Kepala sperma yang berfusi secara bertahap akan tertarik ke dalam sitoplasma ovum dan ekornya akan lenyap. Penetrasi sperma akan memicu meiosis akhir oosit sekunder dan kemudian ovum dan sperma akan menyatu menjadi zigot. Zigot yang selama 3-4 hari berada di dalam ampula akan terus bermitosis untuk membentuk morula. Sementara itu kadar progesterone yang meningkat di korpus luteum akan merangsang pengeluaran glikogen dari endometrium ke dalam lumen saluran reproduksi untuk dipakai janin sebagai sumber energy. Setelah 3-4 hari jumlah progesterone menyebabkan oviduktus melemas sehingga morula dapat didorong ke uterus. Selama 6-7 hari pertama setelah ovulasi, endometrium secara simultan dipersiapkan untuk implantasi di bawah pengaruh progesterone fase luteal. Ada kalanya morula gagal turun ke uterus dan terus berkembang dan tertanam di oviduktus yang menimbulkan kehamilan tuba. Apabila tidak diangkat, calon janin yang membesar ini kan merobek oviduktus dan dapat menyebabkan kematian. Pada saat endometrium siap diimplantasikan, morula telah turun ke uterus dan terus berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi blastokista. Blastokista terdiri dari massa sel dalam yang akan menjadi janin, trofoblas yang akan menjadi plasenta, dan blastokel yang akan menjadi kantung amnion. Ketika blastokista siap melaksanakan implantasi maka permukaannya akan menjadi lengket ke lapisan dalam uterus. Implantasi dimulai ketika trofoblastik mengeluarkan enzim-enzim proteolitik, yang mencerna jalan di antara sel-sel endometrium agar trofoblas dapat menembusnya, sewaktu berkontak dengan endometrium. Dirangsang oleh invasi trofoblas, jaringan endometrium berubah menjadi desidua. Sel-sel endometrium mengeluarkan prostaglandin untuk meningkatkan vaskularisasi, menyebabkan edema, dan meningkatkan simpanan gizi. Setelah blastokista masuk kedalam desidua maka ada lapisan endometrium yang terbentuk sehingga blastokista benar-benar tertanam di uterus. Untuk mempertahankan janin yang sedang tumbuh maka terbentuklah plasenta ,yang berasal dari jaringan trofoblastik dan desidua, yang berfungsi untuk pertukaran antara darah ibu dan janin. 2 lapisan trofoblastik disebut korion yang akan membentuk jaringan rongga-rongga yang meluas di desidua. Dinding desidua mengalami erosi akibat ekspansi karion sehingga terbentuk rongga yang akan terisi oleh darah ibu. Janin yang berkembang akan segera mengirim kapiler ke korion untuk membentuk vilus plasenta. Setiap vilus plasenta dikelilingi oleh selapis jaringan korion yang memisahkan antara darah janin dan ibu. Melalui lapisan korion inilah pertukaran akan kedua darah terjadi. Keseluruhan sistem struktur ini akan membentuk plasenta. Selama kehamilan darah janin secara terus menerus melintasi vilus plasenta dan sistem sirkulasi janin melalui arteri dan vena umbilkalis yang terbungkus dalam korda umbilikalis. Darah segar ibu masuk melalui arteriol uterus dan keluar melalui vena uterine. Pada masa kehamilan sistem tubuh ibu akan berespon terhadap peningkatan kebutuhan selama kehamilan, yang ditunjukkan dengan :  Uterus berkembang dan beratnya meingkat lebih dari 20 kali  Payudara membesar dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan air susu  Volume darah meningkat 30%  Aktivitas pernapasan meningkat sekitar 205

Hormon plasenta Hormon Human chorionic gonadotropin Enstrogen

Progesteron

Human chorionic somatomammotopin Relaksin

Fungsi  Mempertahankan korpus lusteum kehamilan  Merangsang sekresi testosterone oleh testis yang sedang berkembang di janin XY  Merangsang pertumbuhan myometrium, meningkatkan kekuatan uterus untuk persalinan  Membantu mempersiapkan kelenjar mamaria untuk laktasi  Menekan kontraksi uterus agar lingkungan janin tenang  Mendorong pembentukan sumbat mucus di serviks untuk mencegah kontaminasi uterus  Membantu mempersiapkan kelenjar mamaria untuk laktasi  Membantu mempersiapkan kelanjar mamaria untuk lanktasi  Diperkirakan menurunkan penggunaan glukosa oleh ibu sehingga jumlah glukosa yang dialirkan ke janin dapat ditingkatkan  Melunakkan serviks sebagai persiapan untuk dilatasi serviks pada saat persilanan  Melemaskan jaringan ikat antara tulang-tulang panggul sebagai persiapan untuk persalinan

 Persalinan o memerlukan dilatasi kanalis servikalis untuk mengakomodasi lewatnya janin dan kontraksi myometrium uterus yang cukup kuat untuk mendorong janin. o Pada persiapan melahirkan, serviks melunak akibat disosiasi serat-serat jaringan ikat yang kemungkinan disebabkan oleh hormone relaksin yang juga melonggarkan jaringan ikat antara tulang-tulang panggul. Persalinan diawali dengan dengan adanya kontraksi ritmik terkoordinasi yang mendorong janin menekan serviks sehingga serviks membuka. Kemudian kontraksi mendorong bayi keluar melalui jalan lahir. o Salah satu hormone yang berperan dalam proses persalinan adalah oksitosin. Oksitosin adalah stimulant kuat bagi otot uterus dan diketahui berperan penting dalam kemajuan persalinan. o Kontraksi myometrium yang menekan bayi tadi terus menerus meningkat seiring dengan kemajuan persalinan karena adanya siklus umpan balik positif yang melibatkan oksitosin dan prostaglandin. Tekanan janin pada serviks selain sebagai baji untuk membuka kanalis servikalis, juga merangsang pengeluaran oksitosin melalui reflex neuroendokrin. Stimulasi reseptor di serviks sebagai respons terhadap tekanan janin menimbulkan sinyal saraf yang berjalan ke hipotalamus yang kemudian memicu pengeluaran oksitosin. Oksitosin tambahan menyebabkan kontraksi uterus lebih kuat dan menekan serviks lebih kuat sehingga oksitosin terus dihasilkan. Siklus ini diperkuat karena oksitosin juga merangsang pembentukan prostaglandin yang meningkatkan kontrasi uterus. Siklus ini akan berjalan sampai bayi keluar. o Pada permulaan persalinan kantung amnion pecah, cairan amnionnya membantu melumasi jalan lahir. Pengeluaran yang sebenarnya dimulai setelah pembukaan serviks lengkap. Saat bayi melewati serviks dan vagina, reseptor di vagina mengaktifkan reflex saraf yang memicu kontraksi dinding abdomen secara sinkron dengan kontraksi uterus. Kontraksi abdomen ini sangat meningkatkan gaya yang mendorong bayi melewati jalan lahir. Setelah bayi keluar maka terjadi gelombang kedua kontraksi uterus yang menyebabkan plasenta terlepas dari myometrium dan keluar melalui vagina. Setelah plasenta keluar myometrium tetap berkontraksi sehingga terjadi konstriksi pembuluh darah uterus untuk mencegah pendarahan. o Setelah persalinan uterus menciut ke ukuran semula yang prosesnya dikenal sebagai involusi. Selama involusi, jaringan endometrium yang tersisa akan berdisintegrasi dan terlepas, menghasilkan sekret vagina yang dikenal sebagai lokia. Involusi terjadi terutama karena penurunan tajam esterogen dan progesterone dalam darah ketika plasenta sebagai sumber steroid-steroid ini keluar. Proses ini dipercepat pada ibu yang menyusui karena adanya oksitosin yang dikeluarkan sebagai respon terhadap isapan bayi.  Laktasi o Air susu penting untuk kehidupan bayi baru lahir. Selama kehamilan kelenjar payudara dipersiapkan untuk pembentukan susu/laktasi. Payudara wanita terdiri dari jaringan lemak dan duktus rudimenter. Hormon estrogen akan membentuk struktur dan fungsi kelenjar internal yang menghasilkan susu. o Duktus pada payudara akan bercabang dari puting sampai ke lobulus. Lobulus terdiri dari alveolus-alveolus. Alveolus berbentuk kantung dikelilingi sel epitel dan mioepitel. Susu disintesis epitel, lalu disekresikan ke alveolus, kemudian mengalir melalui duktus sampai ke permukaan puting payudara

o Estrogen menyebabkan perkembangan duktus dan merangsang sekresi prolaktin (meningkatkan sekresi susu). Efek prolaktin pada sekresi susu dihambat oleh estrogen dan progesteron. Progesteron merangsang pembentukan lobulus alveolus. Setelah melahirkan, estrogen dan progesteron menurun, sehingga kerja prolaktin meningkat. o Prolaktin berperan dalam sekresi susu, oksitosin berperan dalam penyemprotan susu. Rangsangan mengisap pada puting akan diteruskan ke hipotalamus, yang kemudian memicu pengeluaran oksitosin. Oksitosin akan menyebabkan kontraksi sel mioepitel alveolus, terjadi penyemprotan susu (milk letdown). o Rangsangan mengisap puting juga akan memicu hipotalamus. Hipotalamus memilki dua hormon yaitu prolactine inhibiting hormone (PIH) & prolactine releasing hormone (PRH). PIH akan dihambat sementara PRH akan distimulasi, menyebabkan kelenjar hipofisis anterior mengeluarkan prolaktin. Prolaktin akan bekerja pada epitel alveolus untuk menghasilkan susu. o Air susu manusia mengandung air, lemak trigliserida, karbohidrat laktosa, protein, vitamin, dan mineral kalsium dan fosfat. Susu pada 5 hari pasca melahirkan yaitu kolostrum, mengandung lemak dan laktosa sedikit, tapi lebih banyak protein. Protein seperti laktoferin (aktivitas bakterisidal) dan imunoglobulin (antibodi) merangsang sistem kekebalan tubuh bayi.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF