Sistem Endokrin Dan Tulang

February 13, 2018 | Author: Shek Wendy | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Hubungan kelenjar endokrin terhadap proses pembentukan tulang....

Description

SISTEM ENDOKRIN DAN PEMBENTUKAN TULANG

Disusun Oleh : Shek Wendy

Dosen Pembimbing : Dr.drg. Nurlinda Hamrun, M. Kes

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis PERIODONSIA Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Sebuah organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar, karena sel-sel dan jaringan diantara sel bertambah banyak. Selama pembiakan, sel berkembang menjadi sebuah alat (organ) dengan fungsi tertentu. Pada permulaannya, organ ini masih sederhana dan fungsinya belum sempurna. Lambat laun organ tersebut dengan fungsinya akan tumbuh dan berkembang menjadi organ yang matang, seperti yang diperlukan orang dewasa. Dengan demikian pertumbuhan, perkembangan dan kematangan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi. Dalam hal ini sistem endokrin berperan penting dalam pengaturan pertumbuhan dan perkembangan. Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan.

B. IDENTIFIKASI 1. Mengetahui definisi tentang Sistem endokrin, hormon, dan kelenjar 2. Mengetahui definisi tulang dan proses pembentukan? 3. Mengetahui hubungan sistem endokrin dengan perbentukan tulang? C. RUMUSAN MASALAH 1. Definisi Sistem endokrin, hormon dan kelenjar? 2. Definisi Tulang dan proses pembentukan tulang? 3. Hubungan sistem endokrin dengan pembentukan tulang?

D. TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui Hubungan anatar sisem endokrin dengan pembentukan tulang.

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Endokrin Sistem endokrin

merupakan suatu sistem pengatur/ kontrol dalam tubuh manusia yang

mengkoordinasi & mengintegrasikan berbagai kelenjar dalam tubuh dengan cara melepaskan messenger kimia yg disebut hormon. Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua Perbedaan pokok antara sistem saraf dengan sistem endokrin adalah bahwa sistem saraf dapat dengan cepat mempengaruhi alat tubuh untuk mengambil sikap terhadap adanya perubahanperubahan keadaan lingkungan yang merangsang dan pengaturan oleh saraf dihubungkan oleh benang-benang saraf. Pada sistem endokrin (hormon) pengaturan sikap terhadap perubahan keadaan lingkungan jauh lebih lambat, tetapi teratur dan berurutan dalam jangka watu yang lama dan pengaturannya melalui pembuluh darah. Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Fungsi Sistem Endokrin Beberapa fungsi sistem endokrin, yaitu : 1.

Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh

2.

Merangsang aktivitas kelenjar tubuh

3.

Merangsang pertumbuhan jaringan

4.

Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus

5.

Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat

6.

Memacu pertumbuhan reproduksi dan tingkah laku.

B. HORMON Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada

permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh. Terdapat tiga golongan umum hormon, yaitu: 1.

Protein dan polipeptida Hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas, kelenjar paratiroid, dan banyak hormon lainnya., yaitu insulin, prolaktin

2.

Steroid Disekresikan

korteks

adrenal,

testosteron,estrogen,progesteron 3.

ovarium,

testis,

dan

plasenta,

yaitu

:

cortisol

Turunan asam amino tirosin Disekresikan oleh kelenjar tiroid dan medula adrenal, yaitu norepinephrin, epinephrin & thyroksin

Begitu banyak hormon yang terdapat dalam tubuh manusia. Meskipun begitu banyak, namun hormon - hormon tersebut dapat diklasifikasikan dengan meninjaunya dari beberapa aspek. 1. Klasifikasi Hormon berdasarkan mekanisme kerjanya maka pembagian hormon menurut aspek biokimianya, yaitu : a. Hormon Lipofilik Kelompok hormon ini menyampaikan pesan hormon dengan cara menembus membran sel dan berikatan dengan reseptor spesifik di dalam sel sasarannya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : 1)

Hormon steroid : hormon yang dibentuk dari kolesterol, terdiri atas progesteron, kortisol, aldosteron, testosteron, estradiol.

2)

Hormon tiroid (tiroksin)

3)

Substansi mirip hormon : a)

Derivat vitamin A : retinoat, retinol, retinal

b)

Eikosanoid (hormon lokal) : berasal dari asam arakidonat, berefek

parakrin,

yang

termasuk

eikosanoid

adalah

:

prostaglandin, tromboksan, prostasiklin, dan leukotrien.

2. Hormon Hidrofilik Kelompok hormon ini menyampaikan sinyal dengan cara berikatan pada bagian luar sel sasaran pada reseptor spesifik yang terfiksasi di dalam membran sel. Pengikatan hormon menyebabkan pembentukan caraka kedua di bagian dalam membran sel. Kemudian caraka kedua mengatur respon sel target terhadap hormon melalui reaksi lainnya Yang termasuk dalak kelompok hormon hidrofilik adalah: b. Derivat asam amino : histamin, serotonin, melatonin, dan katekolamin. Histamin dibentuk dari asam amino histidin, serotonin berasal dari asam amino triptofan, melatonin berasal dari serotonin, sedangkan katekolamin berasal dari tirosin. Katekolamin sendiri terdiri dari dopa, dopamin, noradrenalin, dan adrenalin. c. Peptida dan protein : insulin, lutropin, folitropin, oksitosin, vasopresin, somatomedin, kalsitonin.

2. Klasifikasi hormon berdasarkan fungsi utama endokrin. a. Homeostasis (keseimbangan) i. Penyimpanan dan penggunaan energi melalui pengendalian metabolism karbohidrat, lemak, dan protein. ii. Imbangan cairan tubuh dan elektrolit. iii. Fungsi kardiovaskular. Hormone yang terlibat : Insulin, glucagon, katekolamina, growth hormone, kortisol, dan tiroid. Anti Diuretic Hormon (ADH) dan aldosteron. b. Reproduksi

4)

1)

Perkembangan organ seks dan sifat-sifat kelamin sekunder

2)

Gametogenesis (produksi sel telur dan sperma)

3)

Siklus menstruasi

Kehamilan, kelahiran, dan laktasi.

Hormon yang terlibat Estrogen (terutama estradiol), progesterone Prolaktin, oksitosin Androgen (terutama testosterone)

3. Klasifikasi hormon berdasarkan fungsi : d. Hormon pengembangan Hormon yang memegang peranan didalam perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad. e. Hormon metabolisme Proses homeostasis glukosa dalam tubuh yang diatur bermacam-macam hormon. Contoh : glucagon, katekolamin, dan glukokortikoid. f. Hormon tropik Dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi folikel pada ovarium dan spermatogenesis. g. Hormon pengatur metabolism air dan mineral sitonia dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur metabolism Ca dan fosfor.

Mekanisme Kerja Hormon Kelenjar endokrin akan mengeluarkan hormon bila ada stimulus atau rangsangan. Hormon yang akan dikeluarkan kemudian diangkut oleh darah menuju kelenjar-kelenjar yang sesuai sehingga bagian tubuh yang sesuai tersebut akan merespon misalnya insulin yang disekresikan pancreas apabila kadar gula dalam darah tinggi. Berikut mekanisme kerja hormone secara spesifik : 1. Stimulasi kerja enzim yang ada dalam sel. Aktivasi enzim melibatkan system reseptor terikat membrane (pembawa pesan kedua). h. Molekul-molekul dari berbagai hormone protein dan polipeptida (pembawa pesan pertama) berikatan dengan reseptor tetap pada permukaan sel yang spesifik terhadap hormone tersebut. i. Kompleks hormone reseptor menstimulasi pemebentukan adenosine 3,5 – monofosfat siklik (cAMP) sebagai pengantar pesan kedua, yang dapat menyampaikan pesan pertama dari berbagai hormone. 1) Sintesis cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat membrane, yang termasuk keluarga protein regulator pengikat nukelotida guanine.

2) G-protein

mengalami

difosfat(GDP)

yang

perubahan tidak

aktif

bentuk, dapat

sehingga

diganti

guanosin

dengan

enzim

pengaktivasi, guanosin trifosfat (GTP). 3) Kompleks G-protein-GTP mengaktivasi enzim adenilat siklase, untuk memproduksi cAMP. j. Setiap molekul cAMP mengaktivasi berbagai moleki cAMP-dependen protein kinase yang sesuai. 1) Enzim protein kinase mengkatalisis rreaksi fosforilasi khusus (transfer gugus fosfat) untuk enzim kunci dalam sitoplasma. 2) Setiap molekul protein kinase mengaktivasi berbagai molekul yang sesuai dengan enzimnya. Dengan demikian, suatu konsentrasi rendah dari

hormone

yang

bersirkulasi

dapat

diperkuat

sehingga

mengakibatkan aktivitas enzim intraseluler utama k. Aktivasi enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek fisiologis dan reaksi kimia, bergantung pada sifat bawaan sel. l. cAMP terurai dengan cepat oleh enzim intraseluler fosfodisterase. Ini akan membatasi durasi efek cAMP.

2. Aktivasi gen melibatkan system reseptor intraselular a. Hormone steroid, hormone tiroid, dan beberapa jenis hormone polipeptida, menembus membrane untuk masuk ke dalam sel. Hormone tersebut berikatan dengan reseptor internal bergerak dalam sitoplasma atau nucleus sel. b. Kompleks reseptor-hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat gen yang transkripsinya distimulasi oleh hormone. Disisi ini, kompleks akan berikatan dengan reseptor DNA spesifik untuk hormone. c. Gen kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk transkripsi mRNA yang akan berdifusi ke dalam sitoplasma. d. mRNA kemudian ditransisi menjadi protein dan enzim yang memicu respons selular terhadap hormone.

C. KELENJAR Kelenjar (bahasa Inggris: gland) adalah organ tubuh yang mensintesa suatu zat untuk dikeluarkan. Secara umum, kelenjar di dalam tubuh, di bedakan atas dua, yaitu kelenjar endokrin, dan kelenjar eksokrin. Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang nengirimkan hasil sekresinya langsung ke dalam darah ang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon. Kelenjar endokrin di hasilkan oleh organ-organ endokrin. Kumpulan dari berbagai organ endokrin membentuk sistem organ. Setiap organ endokrin akan menghasilkan satu macam hormon yang di sebut dengan istilah hormon tunggal. Tetapi ada juga yang menhasilkan lebih dari satu hormon yang disebut hormon ganda. Hormon ganda ini diasanya terbentuk untuk pengatur kinerja organ endokrin lainnya. Sehingga muncul saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara suatu hormon terhadap aktivitas kelenjar endokrin lainnya. Kelenjar endokrin sangat banyak dan tersebar dari kepala hingga bagian bawah tubuh. Keberadaan kelenjar endokrin sangat penting bagi tubuh. Karena sebagian besar, pertumbuhan dan perkembangan tubuh di pengaruhi oleh aktivitas hormon-hormon yang

dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Jika salah satu saja ada yang tidak berfungsi dengan sempurna, maka perkembangan dan pertumbuhan tubuh akan terganggu. Berdasarkan aktivitasnya kelenjar buntu di bedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut: m. Kelenjar yang bekerja sepanjang hayat, misalnya hormon yang memegang peranan dalam metabolisme. n. Kelenjar yang bekerja mulai masa tertentu, misalnya hormon kelamin. o. Kelenjar yang bekerja sampai masa tertentu saja, misalnya hormon pertumbuhan dan hormon timus. Secara umum, kelenjar endokrin memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, yaitu: 1. Menghasilkan hormon-hormon yang dialirkan ke dalam darah yang diperlukan oleh jaringan-jaringan dalam tubuh tertentu. 2. Mengontrol aktifitas kelenjar tubuh. 3. Merangsang aktifitas kelenjar tubuh. 4. Merangsang pertumbuhan jaringan. 5. Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorpsi glukosa pada usus halus. 6. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral dan air. Kelenjar utama dan organ-organ sistem endokrin meliputi: A. Hipotalamus B. Kelenjar pituiri atau hipofisis C. Kelenjar Pineal (Epifise) D. Kelenjar Tiroid E. Kelenjar Anak gondok ( Paratiroid ) F. Kelenjar anak Ginjal ( Adrenal ) G. Pankreas H. Kelenjar Kelamin I. Kelenjar Timus

D. TULANG DAN PROSES PEMBENTUKAN TULANG Tulang adalah jaringan yang paling keras di antara jaringan ikat lainnya pada tubuh. Terdiri atas hanpir 50 persen air. Bagian padat selebihnya terdiri atas berbagai bahan mineral, terutama garam kalsium 67 persen, dan bahan seluler 33 persen. Struktur tulang yang dapat dilihat dengan mata telanjang adalah struktur kasar, dan dengan pertolongan mikroskop dapat diperiksa struktur lainnya.

Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan umumnya akan bertumbuh dan berkembang terus sampai umur 30 sampai 35 tahun. Sampai usia 30 atau 35 tahun ( tergantung individual ) pertumbuhan tulang berhenti, dan tercapai puncak massa tulang. Bila dari awal proses pertumbuhan, asupan kalsium selalu terjaga, maka tercapailah puncak massa tulang yang maksimal, tapi bila dari awal pertumbuhan tidak terjaga asupan kalsium serta gizi yang seimbang, maka puncak massa tulang tidak maksimal. Pada usia 0 – 30/35 tahun, disebut Modeling tulang karena pada masa ini tercipta atau terbentuk MODEL tulang seseorang. Sehingga lain orang, lain pula bentuk tulangnya. Pada usia 30 – 35 tahun, pertumbuhan tulang sudah selesai, dimana modeling sudah selesai tinggal proses pergantian tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda. Proses ini disebut disebut Remodeling. Secara alami setelah pembentukan tulang selesai, maka akan terjadi penurunan massa tulang. Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas. Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan ( kartilago ). Mula-mula pembuluh darah menembus perikondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perikondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perikondrium berubah menjadi periosteum. Periosteum adalah membrane vascular fibrus yang melapisi tulang. Pembuluh darah sangat banyak dijumpai di dalamnya dan membran itu melekat erat pada tulang. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH ( menjadi basa ) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini. Kemudian akan terjadi degenerasi ( kemunduran bentuk dan fungsi ) dan pelarutan dari zat-zat interseluler ( termasuk zat kapur ) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang. Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise. Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise,

dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter ( lebar ) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.Osifikasi ini biasanya terjadi pada tulang-tulang pipih. Osifikasi ini terjadi pada sel-sel mesenkim dan berlangsung dalam suatu membran yang dibentuk oleh sel-sel mesenkim itu sendiri. Sel-sel mesenkim yang telah berkondensasi berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai mensekresikan matriks dan substansi interselular. Osteoblast yang dikelilingi oleh matriks menjadi osteosit. Pada diafisis, sel-sel kartilago mengalami tiga hal, yaitu hipertropi, kalsifikasi matriks serta kematian sel-selnya. Selain itu, perichondrium akan mengalami vaskularisasi sehingga sel-sel kartilago akan berubah menjadi osteoblast. Perichondrium pun sekarang disebut periosteum.

Jenis osifikasi ada dua macam yaitu

1. Osifikasi Intramembranosa ( osifikasi desmalis/osifikasi primer ) yaitu suatu proses penulangan secara langsung, pembentukan tulang dari membran jaringan mesenkim. Osifikasi ini terjadi pada tulang pipih, tulang tengkorak. Prosesnya yaitu :

1. Osifikasi dimulai dari mesenkim atau sel-sel embrional yang secara aktif 2. 3. 4. 5.

membelah dirinya dan kemudian membentuk sel tulang muda yang kita kenal dengan nama Osteoblas. Osteoblas yang ada selanjutnya mensekresi metric tulang yang dikenal dengan nama Osteoid ke dalam interseluler. Ruangan di dalam interseluler ini diketahui kaya akan kolagen. Proses yang terjadi selanjutnya adalah dibentuknya pembuluh darah di dalam jaringan tulang. Pembuluh darah ini berperan sebaga medium pembawa fosfat dan juga kalsium. Kedua komponen ini mengendap di dalam ruang interseluler sampai mengeras. Osteoblas pun akan berubah menjadi Osteosit. Fungsi Osteosit sendiri adalah memelihara fungsi tulang.

2. Osifikasi Intracartilaginosa ( osifikasi endochondralis/osifikasi sekunder ) yaitu suatu proses penulangan tidak langsung. Osifikasi ini terjadi pada tulang pipa dan tulang pendek, Contoh Osifikasi Endokondral adalah tulang tungkai. Proses pembentukan tulang yang satu ini dimulai dari sel-sel Mesenkim yang awalnya berdiferensiasi menjadi tulang rawan atau kartilago untuk selanjutnya menjadi jaringan tulang keras. Jaringan mesenkim mula-mula membentuk tulang rawan hialin yang sekaligus merupakan pola tulang yang akan dibentuk. Pertumbuhan sampai menjadi tulang berlangsung melalui tahap berikut : Pertumbuhan sel-sel tulang rawan: sel-sel mesenkim menjadi sel calon tulang rawan (kondroblast) kemudian melanjut menjadi sel tulang rawan (kondrosit). Perbanyakan dan pembesaran kondrosit yang berderat-deret menurut poros panjang tulang. Pengapuran matriks tulang rawan Pergantian tulang rawan yang mengapur dengan tulang secara proses penulangan langsung. Proses ini umumnya dimulai dari kedua ujung bakal tulang ( bakal epifisis ), sedang di tengah batang tulang yang juga merupakan pusat penulangan prosesnya berlangsung secara primer. Dengan demikian tulang yang proses pembentukannya secara tidak langsung sekurang-kurangnya memiliki tiga punctum osifikasi.

E. HUBUNGAN

ANTARA

SISTEM

ENDOKRIN

DENGAN

PEMBENTUKAN

TULANG. Tulang merupakan reservoir terbesar dari kalsium dan phosphate. 99% kalsium terdapat di tulang (1000 gram) dari jumlah kalsium tubuh, sedangkan phosphate dalam tulang mencapai 90% dari phosphate dalam tubuh. Proses pembentukan tulang atau osifikasi ini, di yakini di pengaruhi oleh vitamin D, hormon paratiroid, dan kalsitonin. Vitamin D memegang peranan penting pada absorpsi tulang dan pengendapan tulang. Kekurangan vitamin D mengakibatkan terjadinya hipokalsemia yang akan menghambat kalsifikasi rangka sehingga mempengaruhi struktur tulang dan gigi. Kelebihan vitamin D yang dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kenaikan kadar kalsium dalam peredaran darah (hiperkalsemia) dan pengendapan kalsium di tubuli ginjal atau di bawah kulit, sehinnga mengakibatkan batu ginjal.

Vitamin D merupakan satu-satunya jenis vitamin yang diproduksi tubuh. Proses produksi vitamin D didalam tubuh, yaitu : Saat terpapar cahaya matahari (UVB), senyawa prekursor 7-dehidrokolesterol akan diubah menjadi senyawa kolekalsiferol. Kolekalsiferol yang dibentuk dalam kulit di bawa oleh darah ke hati. Dalam hati, akibat pengaruh enzim 25hidrosilase spesifik akan mengalami oksidasi menjadi 25-dihidoksikolekalsiferol. Zat yang terbentuk ini di bawa ke ginjal dan dalam tubuli ginjal oleh pengaruh enzim α-hidrosilase akan mengalami oksidasi menjadi 1,25-dihidrosikolekalsiferol atau biasa di sebut kalsitrol. Kalsitrol merupakan bentuk aktif dari vitamin D di dalam tubuh. Kalsitrol sendiri diproduksi di ginjal yang kemudian akan diedarkan ke bagian-bagian tubuh yang membutuhkan, terutama di organ tulang dan gigi. Hormon paratiroid mempunyai Fungsi utama, yaitu: ikut mempertahankan kadar ion kalsium (Ca++) dalam cairan ekstrasel agar tetap stabil. Mekanisme yang dipengaruhi oleh hormon paratiroid, adalah : absorpsi Ca++ melalui saluran cerna, penyimpanan dlm tulang dan mobilisasinya, serta ekskresi Ca++ melalui urin, feses, keringat dan air susu. Efek hormon paratiroid pada absorpsi kalsium dan fosfat dalm usus. Hormon paratiroid sangat berperan dalam meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari usus dengan cara meningkatkan pembentukan kalsitriol atau 1,25 dihidroksikolekalsiferol dari vitamin D. Selain itu Hormon Paratiroid juga dapat menambah kecepatan resorpsi ion Ca dan fosfat dari bagian tulang yang stabil. Pengaruh HPT pada mobilisasi ion Ca dari tulang ke plasma hanya terjadi bila kadar ion Ca plasma lebih dari 7 mg %. Hormon paratiroid juga merangsang tulang untuk melepaskan kalsium ke dalam darah dan menyebabkan ginjal membuang lebih sedikit kalsium ke dalam urin. Aktivitas sekretoris kelenjar paratiroid terutama dipengaruhi oleh kadar Ca++ dlm darah atau dalam sel kelenjar. Penurunan konsentrasi ion kalsium dalm cairan ekstraselular akan menyebabkan kelenjar paratiroid meningkatkan kecepatan sekresinya dalam waktu beberapa menit; bila penurunan konsentrasi ion kalsium menetap, kelenjar paratiroid akan menjadi hipertrofi. Contohnya, kelenjar paratiroid akan menjadi sangat besar pada Rikets, kelenjar akan menjadi sangat besar saat hamil, dan kelenjar sangat membesar selama laktasi karena kalsium digunakan untuk pembentukan air susu ibu. Sebaliknya, setiap keadaan yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium diatas nilai normal akan menyebabkan berkurangnya aktivitas dan ukuran kelenjar paratiroid. Beberapa keadaan tersebut meliputi: (1) jumlah kalsium yang berlebihan dalam diet, (2) meningkatnya vitamin D dalam diet, dan (3) absorpsi tulang yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda dengan hormon paratiroid (contohnya absorpsi tulang yang disebabkan oleh tidak digunakannya tulang itu).

Kekurangan hormon ini mengakibatkan tetanus dengan gejala kejang pada tangan dan kaki, gelisah, sukar tidur, dan kesemutan. Apabila kelenjar ini berkerja terlalu berlebihan mengakibatkan kalsium dan fosfor dalam tulang di keluarkan dan dimasukan kembali kedalam serum darah. Akibatnya tulang penderita mudah sekali patah dan di dalam urine banyak mengandung kapur dan fosfor, sehingga dapat menimbulkan batu ginjal dan kegagalan ginjal. Sekresi dari hormon paratiroid tergantung dari suatu negative feed-back mechanism yang diatur oleh kadar ion kalsium dalam plasma. Juga ada hormon lain yang ikut mengatur kadar kalsium dalam serum, yaitu kalsitonin atau thyrokalsitonin. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kalsitonin

merupakan

hormon

polipeptida

yg

berefek

hipokalsemik

dan

hipofosfatemik. Hormon ini Pertama kali diisolasi dari kelenjar tiroid. Sekresi kalsitonin dipengaruhi oleh kadar ion Ca++ plasma; bila kadar ion ini tinggi maka kadar hormon pun meningkat, dan sebaliknya. Hormon kalsitonin berfungsi dalam menjaga keseimbangan kalsium dalam darah. Bila kadar ion kalsium dalam darah meningkat, kadar kalsitonin akan naik dan mengendapkannya dalam tulang. Hormon ini mempunyai Efek hipokalsemik dan hipofosfatemik,

yang dimanfaatkan untuk

keadaan hiperkalsemia, misalnya pada

hiperparatiroidisme, hiperkalsemia idiopatik dan keracunan vit D. Hormon kalsitonin mempunyai fungsi terhadap tulang dengan Menghambat pelepasan kalsium dari tulang dan mempertahankan kepadatan tulang dengan mempercepat penyerapan kalsium.Sehingga Kalsitonin digunakan sebagai terapi alternatif hormon estrogen, mengurangi nyeri tulang dan meningkatkan massa tulang belakang. Kalsitonin dapat membawa manfaat dalam terapi osteoporosis yang yg bertalian dg usia lanjut

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Proses pembentukan tulang atau osifikasi ini, di yakini di pengaruhi oleh vitamin D, hormon paratiroid, dan kalsitonin Hormon paratiroid (HPT) berasal dari kelenjar paratiroid yg td empat kelenjar kecil, terletak bilateral pd ujung atas dan bawah kelenjar tiroid.Fungsi kelenjar paratiroid dpt mempercepat resorpsi tulang dg menambah kecepatan diferensiasi sel-sel mesenkim menjadi osteoklas, dan memperpanjang masa paruh sel-sel tsb. Sedangkan, Hormon Kalsitonin merupakan hormon polipeptida yg berefek hipokalsemik dan hipofosfatemik. berfungsi dalam menjaga keseimbangan kalsium dalam darah. Bila kadar ion kalsium dalam darah meningkat, kadar kalsitonin akan naik dan mengendapkannya dalam tulang

B. SARAN Apabila ada kesalahan atau kerancuan dalam makalah ini pembaca bisa mencari literature lain sebagai bahan perbandingan dalam makalah ini.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, ( Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2013 ) 2. Anderson, Paul D, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia (Jakarta, EGC, 1996) 3. http://id.wikipedia.org/wiki/Kalsitriol 4. http://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin_D#cite_note-dis1-2 5. http://www.kamusq.com/2014/06/kelenjar-endokrin-adalah-pengertian-dan.html 6. http://www.psychologymania.com/2012/05/fungsi-kelenjar-endokrin.html

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF