Sirih Hijau (Piper betle) Rosita Handayani, 1006659546, Universitas Indonesia

November 16, 2017 | Author: Rosita Handayani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Sirih Hijau (Piper betle) Rosita Handayani, 1006659546, Universitas Indonesia...

Description

BAB I PENDAHULUAN

Di Indonesia, tanaman sirih telah banyak digunakan sejak abad 18an. Sirih dimanfaatkan untuk dikunyah daunnya atau yang dalam kebudayaan Jawa dikenal dengan istilah nginang dan dipercaya dapat digunakan untuk merawat kesehatan gigi. Pada pengunyahan campuran daun sirih, biji pinang (Areca catechu) dan kapur akan merubah arekolin menjadi arekaidin sehingga dapat menyebabkan terjadinya stimulasi syaraf pusat. Masyarakat awam hanya tahu bahwa makan sirih akan bermanfaat bagi kesehatan gigi. Padahal khasiat makan sirih jauh lebih banyak lagi. Khasiat daun sirih antara lain antibiotik, antiseptik dan stimulan. Secara tradisional, masyarakat memanfaatkan daun sirih untuk obat batuk, obat kumur, mengobati gusi dan hidung berdarah, menghilangkan bau badan dan untuk ibu-ibu yang ingin berhenti menyusui anaknya, daun sirih bisa mengurangi produksi air susu. Tanin dalan biji pinang atau gambir yang digunakan untuk makan sirih, berkhasiat memperkuat selaput rongga mulut dan tenggorokan. Sementara kapurnya akan menetralkan rongga mulut dan perut. Di Asia, ekstrak daun sirih diketahui mempunyai aktivitas antioksidan. Tanaman lokal yang mempunyai aktivitas ini berasal dari spesies P.betle yang dievaluasi manfaatnya dengan uji in vitro seperti : pengujian menggunakan DPPH radical scavengung activity, superoxide radical scavenging activity dalam riboflavin/NBT system, hydroxy radical scavenging activity dan hambatan peroksida lemak yang diinduksi dengan FeSO4 dalam kuning telur. Sirih(Piper betle L.). Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga mempunyai daya antibakteri. Kemampuan tersebut karena adanya berbagai zat yang terkandung didalamnya. Daun sirih mengandung 4,2 % minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari Chavicol paraallyphenol turunan dari Chavica betel. Isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol dan Caryophyllen, kavikol, kavibekol, estragol, terpinen (Sastroamidjojo, 1997). Karvakol bersifat sebagai desinfektan dan antijamur sehingga bisa digunakan sebagai antiseptik, euganol dan methyl-euganol dapat digunakan untuk mengurangi sakit gigi (Syukur dan Hernani, 1997). Selain itu didalam daun sirih

1

juga terdapat flavanoid, saponin, dan tannin. Menurut Mursito (2002) saponin dan tannin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka. Flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai anti inflamasi. Kartasapoetra (1992) menyatakan daun sirih antara lain mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap Staphylococcus aureus. Daya hambat terhadap pertumbuhan Staphyllococcus aureus dan Entamoeba coli minyak atsiri yang diperoleh dengan metode ekstraksi lebih kuat dari pada minyak atsiri yang diperoleh secara destilasi. Sediaan pasta gigi dengan konsentrasi 0,5 % mempunyai daya antiseptik terhadap Streptococcus alpha(Siti Sundari,1990). Minyak atsiri daun pada pengenceran 1:10.000 dapat mematikan Paramoecium caudatum dalam jangka waktu 5 menit; sedangkan pada pengenceran

1:4000

dapat

menghambat

pertumbuhan

Vibrio

cholerae.

Pengenceran 1:3000 dan 1:2000 dapat menghambat berturut-turut Salmonella typhosum, Shigella flexneri dan Escherichia coli, Micrococcus pyogenes var. Aureus (Backer, 1968). Krotepoksida mempunyai potensi sitotoksik. Senyawa fenolik bungan Piper betle dapat berefek pada sekresi katekolamin(Hwang,1996) Selama ini di masyarakat dikenal ada empat varietas tanaman sirih. Pertama sirih hijau yang banyak tumbuh di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTT. Daunnya berwarna hijau tua dengan kandungan minyak asiri cukup tinggi apabila tumbuh di lokasi terbuka. Bentuk daun sirih hijau agak bulat. Pada kondisi yang ekstrim kering, sirih hijau akan menghasilkan buah. Sirih hijau inilah yang juga banyak dibudidayakan di Taiwan dan Thailand. Kedua sirih kuning dengan daun berwarna hijau kekuningan. Apabila tumbuh di lokasi terbuka, pucuk daun sirih hijau akan benar-benar berwarna kuning cerah. Bentuk daun sirih kuning lebih ramping dengan ujung yang lebih runcing. Sirih kuning lebih sulit berbuah dan banyak dibudidayakan di Sumatera dan Jawa Barat. Ketiga sirih kaki merpati yang berdaun kuning dengan tulang daun berwarna merah. Sirih kaki merpati dibudidayakan sebagai tanaman hias. Keempat sirih hitam yang cukup langka dan

2

dikoleksi masyarakat untuk bahan obat/jamu. Dari empat varietas sirih tadi, yang pembudidayaannya cukup luas hanyalah sirih hijau. Meskipun mampu menghasilkan buah/biji, namun budidaya sirih selalu dilakukan dengan benih yang berasal dari setek batang. Batang sirih sendiri ada dua macam. Pertama batang yang menghasilkan akar panjat (akar lekat). Batang ini biasanya menjalar di tanah atau memanjat di tebing/batang tumbuhan lain. Batang ini juga menghasilkan daun yang kandungan minyak asirinya sangat rendah. Kedua batang yang tidak memiliki akar panjat. Batang ini akan menghasilkan cabang, ranting, daun dan bunga serta buah. Daun dari batang inilah yang layak panen karena mengandung minyak asiri cukup tinggi. Untuk produksi benih, yang digunakan adalah batang dengan akar panjat. Meskipun batang yang tidak berakar panjat juga bisa disetek, hasilnya tidak mungkin digunakan untuk benih. Sirih relatif sangat mudah diperbanyak. Stek yang berasal dari batang yang berakar panjat, bisa langsung ditanam di lokasi. Namun untuk budidaya dalam skala luas, sebaiknya benih terlebih dulu disemai dalam keranjang bambu, polybag kecil, kantung plastik bening maupun wadah lain. Baru setelah benih tumbuh cukup subur dipindah ke lokasi penanaman. Di Indonesia, belum ada kebun sirih dalam skala yang cukup luas. Untuk keperluan industri sekalipun, daun sirih masih dikumpulkan oleh para tengkulak dari tanaman penduduk yang hanya merupakan tumbuhan di pekarangan rumah atau batas kebun. Apabila tidak diberi irigasi teknis, maka panen daun sirih hanya bisa dilakukan selama musim penghujan. Kandungan minyak asiri daun yang dipanen pada musim penghujan, justru sangat rendah. Sementara pada musim kemarau produksi daun akan rendah, padahal kandungan minyak asirinya justru tinggi. Itulah sebabnya budidaya sirih secara komersial harus disertai dengan pengairan teknis.

3

BAB II KLASIFIKASI DAN TATA NAMA 2.1.Klasifikasi Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermathophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Urticales

Familia

: Piperaceae

Genus

: Piper

Spesies

: Piper betle L

Sinonim

: Cnavica auriculata Miq.; C. betle Miq. (Sumber

: warintek.go.id)

Nama betel dari bahasa Portugis - betle, berasal sebelumnya dari bahasa Malayalam di negeri Malabar yang disebut vettila. Dalam bahasa Hindi lebih dikenali pan atau paan dan dalam bahasa Sunskrit pula disebut sebagai tambula. Dalam bahasa Sinhala Sri Lanka disebut bulat. Sedangkan dalam Bahasa Thai pula disebut sebagai plu. 2.2.Tata nama Sumatera : furu kuwe, puro kuro (Enggano), ranub (Aceh), blo, sereh (Gayo),blo (Alas), belo (Batak Karo), demban (Batak Toba), burangir (Angkola,Mandailing), ifan, tafou (Simalungun), afo, lahina (Nias), cabai (Mentawai), ibun, serasa, seweh (Lubu), sireh, sirieh, sirih, suruh (Palembang, Minanagkabau), canbai (Lampung). Jawa : seureuh (Sunda), sedah, suruh (Jawa), sere (Madura).Bali : base, sedahNusatenggara : nahi (Bima), kuta (Sumba), mota (Flores), orengi (Ende), taa (Sikka), malu (Solor), mokeh (Alor).Kalimantan : uwit (Dayak), buyu (Bulungan), uduh sifat (Kenya), sirih(Sampit), uruesipa (Seputan). Sulawesi : ganjang, gapura (Bugis), baulu (Bare), buya, dondili (Buol), bolu (Parigi), komba (Selayar), lalama, sangi (Talaud) Maluku : ani-ani (Hok), papek, raunge, rambika (Alfuru), nein (Bonfia), kakinuam (Waru), kamu (Pirau, Sapalewa), amu (Rumakai, Elpaputi, Ambon, Ulias), garmo (Buru), bido (Macan).Irian : reman (Wendebi), manaw (Makimi), namuera (Saberi), etouwon (Armahi), nai wadok (Saarmi), mera (Sewan), mirtan (Berik), afo (Sentani), wangi (Sawa), freedor (Awija), dedami (Marind). Nama Asing : ju jiang (Cina) 4

BAB III MORFOLOGI, HABITAT, DAN PENYEBARAN TANAMAN 3.1.Morfologi Tanaman Sirih merupakan tanaman yang tumbuh merambat dan bersandar pada batang pohon lain, tingginya dapat mencapai 5 – 15 m. Batang

: berkayu lunak, berbentuk bulat, beruas-ruas, beralur-alur, berwarna merah coklat

Daun

: merupakan daun tunggal, tumbuh berseling. Pangkal daun

berbentuk jantung atau agak bundar asimetris, ujung daun runcing, tepi dan permukaan daun rata, pertulangan menyirip. Warna daun bervariasi, dari kuning, hijau sampai hijau tua. Daun sirih berbau aromatis.

Gambar 3.1. Batang dan daun sirih. Sumber : http://www.tradewindsfruit.com/betel_leaf.htm

Bunga

: tersusun dalam bentuk bulir, merunduk, panjang 5 – 15 cm, sendiri sendiri di ujung cabang dan di ketiak daun.

Buah

: buni, bulat, berdaging, berwarna kuning hijau, menyambung manjadi bulat panjang.

Gambar 3.2 : Buah sirih. Sumber : http://dedet-produksi.blogspot.com/2010/11/perbanyakantanaman-sirih-dengan-stek.html

5

Biji

: berbentuk bulat. Tanaman sirih dibedakan atas beberapa jaenis berdasarkan bentuk daun,

aroma dan rasa. Jenis-jenis Jenis tersebut adalah sirih jawa (berdaun hijau tua dan rasanya kurang tajam), sirih banda (berdaun besar, berwarna hijau tua dengan warna kuning di beberapa bagian, dan rasa dan bau lebih kuat), sirih cengke (daun kecil, lebih kuning dan rasanya seperti cengkeh), sirih hitam (rasanya sangat kuat dan digunakan sebagai campuran berbagai obat), dan sirih kuning. Jenis sirih yang dikunyah dengan pinang biasanya berwarna hijau muda dan rasadnya kurang pedas. Akar

: Tunggang, buiat, coklat kekuningan.. Akar utama sulit ditemukan ujungnya, yang sering terlihat adalah akar sekunder yang merupakan akar yang muncul sebagai akibat dari penjalaran batang di bawah tanah

Gambar 3.3 : Batang dan akar sekunder sirih. Sumber : http://www.tradewindsfruit.com/betel_root.htm

3.2.Habitus Habitus dan Penyebaran 3.2.1

Habitat dan tempat penyebaran Sirih ditemukan temukan dibagian timur pantai Afrika, disekitar pulau Zanzibar,

daerah sekitar sungai indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang, kepulauan Bonin, kepulauan Fiji dan kepulauan Indonesia. Sirih tersebar di Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300m diatas diatas permukaan laut. Unutk memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus, subur dan pengairan yang baik. Sirih hidup subur dengan ditanam di atas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang

6

mencukupi. Daun Sirih (Piper Betle) sejak lama dikenal oleh nenek moyang kita sebagai daun multi khasiat.

Selain untuk ramuan tradisional, daun sirih paling

banyak dipakai untuk nyirih atau nginang (Jawa). Daun sirih dicampur dengan pinang (jambe) dan kapur dikunyah. Biasanya kelengkapan untuk 'nginang' tersebut adalah daun sirih, kapur sirih, pinang, gambir, dan kapulaga. Kebiasaan nyirih ini ternyata bisa memperkuat gigi dan menjauhkan mulut dari berbagai macam penyakit mulut semisal sariwan, gusi pecah dan sakit radang tenggorokan Terkandung Minyak atsiri dalam daun sirih yakni fenol betel dan kavikol menimbulkan aroma yang harum. Dua bahan ini bisa berfungsi sebagai antiseptis alami karena mengandung komponen fenol alami. Rasa sirih itu sendiri disebabkan

oleh

kandungan

fenol

dan

bahan-bahan

terpene

yang

menyebabkannya pedas. Bahan-bahan yang terdapat dalam daun sirih ialah kalsium nitrat, sedikit gula dan tannin 3.2.2 Syarat Tumbuh Tanaman sirih dapat tumbuh baik di daerah dengan iklim sedang sampai basah. Sirih dapat ditemui mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman sirih menyukai tempat tempat yang mendapat cahaya matahari penuh. Sirih dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan struktur sedang. Sebaiknya sirih ditanam pada tanah yang subur, berhumus, kaya akan hara dan gembur.

7

BAB IV IDENTIFIKASI SIMPLISIA 4.1.Makroskopik Serbuk

: Warna cokelat tua, berbau khas sirih.

Rajangan

: Batang kering beruas, berbau khas sirih, sering dijumpai akar

sekunder pada ruas batang. 4.2. Mikroskopik 4.2.1. Penampang melintang batang

13 Gambar 4.2.1 : Penampang melintang batang

Keterangan gambar : 1. Rambut penutup, 2. Epidermis, 3. Korteks(Parenkim), 4. Sklerenkim, 5. Pembuluh vaskuler perifer, 6. Kambium vaskuler, 7. Perisikel, 8. Hipodermis(Kolenkim), 9. Floem, 10. Xilem, 11. Stele, 12. Jaringan dasar dan parenkim, 13. Kambium

Pada penampang secara melintang terlihat jelas epidermis yang terdiri dari selapis sel berbentuk sel yang agak panjang. Rambut penutup ditemukan berupa 8

sel tunggal. Bagian sklerenkim berwarna lebih gelap daripada sel-sel disekelilingnya, terdiri dari 2-4 lapis sel yang melingkar mengelilingi pembuluh vaskuler. Hipodermis terdiri dari sel-sel berukuran kecil yang berkelompok, berwarna lebih gelap dan letaknya berdekatan dengan epidermis. Floem dapat dibedakan jelas dari xylem karena dibatasi oleh kambium

4.2.2. Penampang Membujur

Gambar 4.2.2 : Penampang membujur batang sirih

Keterangan : 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Endodermis, 4. Berkas pembuluh penebalan jala. 5. Berkas pembuluh penebalan spiral, 6. Pusat(Stele) dengan penebalan jala Pada pengamatan mikroskopis tampak terdapat epidermis berupa selapis sel berbentuk persegi panjang dengan ujung yang tumpul. Pada bagian yang lebih dalam terdapat 2-3 lapis korteks dan diikuti oleh endodermis yang terlihat seperti serat. Fragmen pembuluh terlihat jelas berupa penebalan berbentuk jala dan spiral. Pada pusat(stele) terdapat penebalan berbentuk jala tanpa spiral.

9

4.2.3. Pengamatan Serbuk

Gambar 4.2.3 : Mikroskopis serbuk sirih

Keterangan : 1. Kelenjar minyak berwarna cokelat tua, 2. Fragmen pembuluh dengan penebalan jala, 3. Fragmen pembuluh dengan penebalan spiral, 4. Parenkim, 5. Epidermis, 6. Sel gabus Pengamatan serbuk secara mikroskopis memperlihatkan adanya kelenjar minyak berwarna cokelat tua dalam jumlah banyak. Fragmen-fragmen pembuluh terlihat jelas dengan penebalan bentuk spiral dan jala. Sel epidermis terdiri dari selapis sel, namun sulit dibedakan dari bagian korteks, terdapat sel gabus dengan lapisan-lapisan tipis berserat halus.

10

BAB V KANDUNGAN KIMIA, CARA ISOLASI, DAN PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, SERTA BERDASARKAN PENELITIAN

5.1 Kandungan Kimia Tabel 5.1. Kandungan kimia pada Sirih No Kandungan Kimia 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Persentase

minyak atsiri 1% - 4,2 %, hidrosikavikol kavikol 7,2 – 16,7% kavibetol 2,7 – 6,2% allypyrokatekol 0 – 9,6% karvakrol 2,2 – 5,6% eugenol 26,8 –-42,5% eugenol methyl ether 4,2 – 15,8% p-cymene 1,2 – 2,5% cineole 2,4 – 4,8% caryophyllene 3,0 – 9,8% cadinene 2,4 -15,8% estragol terpenena, seskuiterpena, tripterpenoid , fenil propane, terpinil asetat, kadinen tannin diastase 0,8 – 1,8%, metileugenol pirokatekin 1,8-sineol, b-sitosterol gula, pati

Andarwulan (1995) telah menyelidiki karakteristik antioksidan daun sirih, terutama pemisahan komponen dalam oleoresin daun sirih dengan kromatografi lapis tipis. Peneliti tersebut menemukan bahwa ekstrak oleoresin daun sirih kuning mempunyai aktivitas antioksidan, dimana daun sirih yang diekstrak dengan heksan kemudian dengan etanol menunjukkan aktivitas antioksidan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan BHA dan daun sirih yang diekstrak metanol serta daun sirih yang diekstrak dengan heksan kemudian dengan metanol

11

Gambar 5.1 : Struktur kimia senyawa yang terkandung dalam sirih

5.2 Cara ekstraksi Ekstrak daun sirih adalah ekstrak yang dibuat dari daun tumbuhan Piper betle L, suku Piperaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 9% dan flavonoid tidak kurang dari 0, 3%. Ekstrak dibuat dengan cara maserasi dengan menggunakan etanol 95%. Satu bagian serbuk kering daun sirih dimasukkan ke dalam maserator, ditambah 10 bagian etanol 95%, direndam selama 6 jam sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan selama 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat. Rendemen tidak kurang dari 10,2 %. Cara ini digunakan terutama untuk mengekstraksi antioksidan. Pada cara ini ekstraksi antioksidan dilakukan dengan etanol karena etanol merupakan pelarut organik yang bersifat polar sehingga diharapkan komponen antioksidan fenolik terekstrak sebanyak mungkin. Dari penelitian Susanto (1995) diketahui bahwa fraksi polar dari ekstrak antioksidan daun sirih mempunyai aktivitas antioksidan serta total fenolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi nonpolarnya

12

5.3 Isolasi senyawa Daun/batang sirih yang sudah dipotong-potong sebanyak ±10 kg, dimasukkan ke dalam dandang yang telah diisi air. Alat destilasi uap kemudian dirangkai dengan merangkaikan pendingin (kondensor). Dandang kemudian dipanaskan dan dijaga agar tidak menggunakan temperatur yang tinggi. Air dialirkan ke kondensor dan dijaga agar air terus mengalir. Temperatur kondensor dijaga tetap dingin dengan menambahkan es, sehingga minyak yang menguap semuanya terembunkan dan tidak lepasm ke udara. Destilat yang diperoleh merupakan campuran minyak dengan air yang selanjutnya dipisahkan dalam corong pisah. Untuk pemisahan sempurna, destilat ditambahkan natrium klorida (NaCl) agar minyak yang teremulsi terpisah. Fase air ditampung dengan erlenmeyer, untuk dipisahkan lagi karena kemungkinan masih mengandung sedikit minyak yang teremulasi. Fase air ini ditambahkan lagi dengan NaCl kemudian dipisahkan dalam corong pisah. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai semua minyak terpisahkan. Fase minyak yang diperoleh kemungkinan masih bercampur dengan sedikit air, kemudian ditambahkan kalsium klorida anhidrat dan didekantasi. Sebanyak 10 mL minyak astiri yang diperoleh kemudian dituangkan ke dalam corong pisah, ditambahkan 15 mL n-heksana dan dipartisi dengan 15 mL metanol-air (7:3) secara bertahap, kemudian dikocok. Campuran didiamkan beberapa saat sampai terbentuk dua lapisan cairan yang terpisah. Lapisan kemudian dipisahkan dan ditampung. Fraksi yang diperoleh adalah fraksi nheksana dan fraksi metanol. Fraksi metanol kemudian dipartisi lagi dengan 15 mL kloroform secara bertahap dan dikocok, maka terbentuk dua lapisan cairan yang terpisah. Lapisan kemudian dipisahkan sehingga’diperoleh dua fraksi yaitu fraksi metanol dan fraksi kloroform. Ketiga fraksi yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator. Minyak yang diperoleh kemudian digunakan untuk uji antiradikal bebas dan dianalisis senyawanya dengan GC-MS.

13

Daun/Batang±10 kg Potong-potong, masukkan dandang destilasi Lakukan destilasi uap

Destilat

Fase Minyak

Tambahkan dnegan CaCl2 anhidrat Dekantasi

Pisahkan campuran minyal-air dengan corong pisah Tambahkan NaCl

Fase Air Tambahkan NaCl, pisahkan dengan corong pisah, lakukan berulang-ulang hingga minyak-air terpisah

Digabung

Fase Minyak

Fase Air

Minyak atsiri Tuang pada corong pisah. Tambah 15 ml n-heksana Partisi dengan metanol-air(7:3) secara bertahap. Kocok

Fraksi n-heksana

Fraksi metanol

Fraksi metanol

Partisi dengan 15 ml kloroform, kocok

Fraksi Kloroform

Pekatkan dengan rotary vacum evaporator

Ektstrak untuk uji anti radikal dengan GC-MS Gambar 5.2.2 : Skema ekstraksi untuk isolasi. Ilustrasi oleh : Rosita Handayani

14

Cara Isolasi Bahan • Sampel (Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih segar atau batang sebanyak 10,00 kg. Sampel dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, kemudian didestilasi uap, sehingga diperoleh destilat 13,0 mL)  kalsium klorida anhidrat, natrium klorida, nheksana,  kloroform, metanol, akuades, dan  DPPH. Alat  seperangkat alat destilasi  uap, corong pisah, erlenmeyer, neraca analitik,  gelas ukur, botol tempat minyak atsiri,  aluminium foil, rotary vacuum evaporator,  spektrofotometer ultraviolet-tampak, dan  seperangkat alat GC-MS. Langkah kerja 1. Batang/daun sirih direbus sampai terdapat uap dari hasil rebusan tersebut (didestilasi)

Gambar 5.2.3 : Alat destilasi uap. Sumber : http://kimiamagic.blogspot.com/2010/02/destilasi.html

15

2. Uap hasil destilasi dialirkan ke kondensor. 3. Suhu kondensor dijaga agar tetap dingin dengan menambahkan es agar minyak yang menguap dapat diembunkan 4. Destilat yang diperoleh merupakan campuran minyak dengan air yang selanjutnya dipisahkan dalam corong pisah. 5. Untuk pemisahan sempurna, destilat ditambahkan natrium klorida (NaCl) agar minyak yang teremulsi terpisah. 6. Fase air ditampung dengan Elenmeyer, untuk dipisahkan lagi karena kemungkinan masih mengandung sedikit minyak yang teremulasi. 7. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang

sampai semua minyak

terpisahkan. 8. Fase minyak yang diperoleh kemungkinan masih bercampur dengan sedikit air, kemudian ditambahkan kalsium klorida anhidrat dan didekantasi. 9. Minyak astiri yang ditambahkan n-heksana dan dipartisi dengan 15 mL metanol-air (7:3) secara bertahap, kemudian dikocok. 10. Fase minyak yang diperoleh kemungkinan masih bercampur dengan sedikit air, kemudian ditambahkan kalsium klorida anhidrat dan didekantasi. 11. Minyak astiri yang ditambahkan n-heksana dan dipartisi dengan 15 mL metanol-air (7:3) secara bertahap, kemudian dikocok. 12. Ketiga fraksi dipekatkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator. 13. Minyak yang diperoleh kemudian dianalisis kandungan senyawanya dengan alat GC MS

16

Gambar 5.2.4 : Gambar kromatogram senyawa pada ekstrak sirih menggunakan alat GC-MS

Kromatogram di atas menunjukkan 27 puncak yang terdeteksi. Masingmasing puncak kemudian dianalisis dalam spektrometer massa. Hasil analisis minyak atsiri daun sirih dengan GC-MS sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa kandungan minyak atsiri daun sirih adalah beberapa turunan senyawa fenol (Heyne, 1987; Moeljatno, 2003). Spektrum massa masing-masing puncak setelah dicocokkan dengan database merujuk senyawasenyawa seperti pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Hasil analisis senyawa pada sirih menggunakan GC-MS Puncak Puncak 1 Puncak 2 Puncak 3 Puncak 4 Puncak 5 Puncak 6 Puncak 7 Puncak 8 Puncak 9 Puncak 10 Puncak 11 Puncak 12 Puncak 13 Puncak 14 Puncak 15 Puncak 16 Puncak 17 Puncak 18 Puncak 19

Waktu retensi (menit) 5,00 5,21 5,62 6,24 6,65 7,02 7,30 7,49 7,61 7,67 8,28 8,92 9,13 10,67 11,02 11,89 13,34 13,75 13,86

Senyawa yang diduga Bisiklo[3.1.0]-2-metil-5-(1-metiletil) Alpha pinen Kampen Bisiklo[3.1.0]-hek-2-sen-4-metil-1-(1-metiletil) Beta pinen 3-heksen-1-ol-asetat Bisiklo [4.1.0] hep-2-ten, 3,7,7,-trimetil 1-metil-2-(1-metiletil) benzena Beta pellandren Eukaliptol 1,4-sikloheksadiena- 1-metil-4-(1-metiletil) Sikloheksena-1-metil-4-(1-metiletileden) Bisiklo[4.1.0]-hep-3-ten-3,7,7-trimetil 4-metil-1-(1-metiletil)-3-sikloheksen-1-ol P-alil-anisol 4-(2-propenil) fenol Fenol 4-(2-propenil) asetat 2-metoksi-4-(1-propenil) fenol Alpha kuben

17

Puncak 20 Puncak 21 Puncak 22 Puncak 23 Puncak 24 Puncak 25 Puncak 26 Puncak 27

14,26 14,49 14,95 15,21 15,30 15,38 15,49 15,77

1-etenil-1-metil-2,4-bis(1-metiletenil) sikloheksana Kariofilen Alpha kariofilen 1,2,3,4,4a,5,6,8a-oktahidro-7-metil-4-metilen-1-(1-etietil)naftalen 1-metil-5-metilen-8-(1-metietil) 1,6-siklodekadiena Dekahidro-4a-metil-1-metilen-7-(1-metiletenil)naftalen Dekahidro-4a-metil-1-metilen-7-(1-metiletiliden)naftalen 3-alil-6-metoksifenil aseta

5.4 Penggunaan tradisional Sirih sering dipakai untuk tujuan pengobatan pada hidung berdarah (mimisenJawa), mulut berbau, mata sakit, radang tenggorokan(Koensoemardiyah, 1992). Daun dikunyah bersama kapur (injet-Jawa) bersama biji pinang untuk penguat gigi dan stimulansia; Campuran tersebut berasa pedas, adsringent; menyebabkan air ludah berwarna merah dan gigi menjadi berwarna hitam(Duke, 1985) Banyak digunakan untuk pengobatan penyakit asma, rheumatic arthritis, rhumatalgia, luka-luka. Cara pemakaian di masyarakat Mengobati batuk Daun sirih 6 lembar, daun jintan 10 lembar, buah kapulogo 6 buah, kayu manis 2 jari, gula enau 3 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 3 gelas, sehingga hanya tinggal kurang lebih ¾ nya, sesudah dingin disaring lalu diminum ( 3 x sehari masing-masing ¾ gelas). Selain bagian daun, bagian batang yang masih muda juga dapat digunakan Mengobati kapala pusing Daun sirih beserta batangnya 10 lembar, daun incok 20 lembar, daun lidah buaya ½ pelepah, kulit mesoyi 2 jari, ganti 2 jari, jintan-putih 1 sendok teh, dicuci dan ditumbuk halus-halus, diramas dengan cuka 3 sendok makan, untuk menggosok punggung, tengkuk, leher, dahi dan pelipis (1-2 x sehari sebanyak yang diperlukan) Mengobati asma Daun sirih 8 lembar, daun akar -gamat 12 lembar, biji buah putat 20 buah, lada putih 30 butir, dicuci lalu ditumbuk halus-halus, diramas dengan minyak kayu putih 3 sendok teh, untuk melumas dada dan leher (1 - 2 x sehari sebanyak yang diperlukan kalau serangan penyakitnya datang).

18

Menghilangkan bau badan Rebus 5 lembar daun sirih segar dengan 2 gelas air, hingga tinggal 1 gelas. Minum siang hari. Mimisan atau keluar darah dari hidung Selembar daun sirih muda, cuci, tekuk dua, gulung, masukkan ke hidung yang berdarah, sampai darah berhenti mengalir. Usahakan agar penderita tetap duduk tegak, agar darah tidak megnalir ke belakang rongga hidung. Koreng atau gatal-gatal 20 lembar daun seirih yang tua, rebus dengan 3-4 gelas air, gunakan air rebusan daun sirih yang hangat untuk mencuci bagian yang terkena koreng atau gatal. Obat sariawan 1-2 lembar daun sirih dibersihkan, lalu kunyah hingga lumat, biarkan sebentar di mulut, tempat terkena sariawan.. Mengurangi jerawat Basuh wajah dengan air rebusan daun sirih. Menguatkan gigi agar tidak mudah tanggal Kunyah daun sirih dengan pinang dan kapur.

5.5 Penggunaan berdasarkan penelitian 5.5.1

Sebagai obat antimalaria

Hasil penelitian keamanan dan khasiat preklinik dengan menggunakan ramuan buah sirih, mayana, madu dan telur dalam bentuk tradisional yang berasal dari Sulawesi Utara, adalah, ramuan buah sirih, mayana, madu dan telur (perbandingan 30%:5%:30%:30%) berdasarkan uji toksisitas akut oral sampai dengan pemberian 6,328 ml/200 g bb tidak menunjukkan efek toksik. Pemberian ramuan tersebut secara berulang selama 3 bulan dengan dosis terbesar 6,25 ml/200 bg bb. tidak menunjukkan gejala toksik. Hasil uji khasiat antimalaria dengan dosis 0,562 ml/30 g bb dapat menekan perkembangan P. berghei dalam darah mencit. Ramuan juga dapat menurunkan suhu tikus sampai dengan 2° C pada pemberian dosis 3,75 ml !~OO g bb. Kandungan kimia buah si rih adalah steroid, tanin, terpenoid, flavonoid dan turunan kinon dengan zat identitas arecolin. Selain data penelitian : yang telah dilakukan data penelitian yang lain menyebutkan bahwa sirih

19

mempunyai kandungan kimia arecoline pada seluruh bagian tanaman dan berkhasiat sebagai antibakteri(Prayogo, Suwondo, Sundari, 1992). 5.5.2

Anti kanker

Daun/batang muda sirih dipilih, dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dengan diangin-anginkan pada suhu kamar agar senyawa yang terkandung tidak rusak. Kemudian 180 gram daun sirih kering dimasukkan ke dalam 3 labu Erlenmeyer, masing-masing labu 60 gram. Kemudian direndam dengan etanol 96 % masingmasing 600 ml, maserasi selama 48 jam. Setelah itu, cairan dalam labu Erlenmeyer disaring menggunakan kain flannel dan diuapkan dengan dianginanginkan sampai kering. Setelah kering, 500 mg ekstrak pekat dilarutkan dalam 10 ml air laut sehingga kadarnya 50.000 µg/ml (larutan A). Dari larutan A ini dibuat: - Larutan B: 1 ml larutan A ditambah 9 ml air laut, sehingga kadarnya 5000 µg/ml. - Larutan C: 1 ml larutan B ditambah 9 ml air laut, sehingga kadarnya 500 µg/ml. - Larutan D: 1 ml larutan C ditambah 9 ml air laut, sehingga kadarnya 50 µg/ml. Pada hari pertama penelitian, dilakukan pemilihan dan penetasan terhadap telur Artemia salina Leach. Penetasan dilakukan dengan cara merendam telur tersebut dalam wadah berisi air laut secukupnya. Telur diletakkan di bagian yang gelap, sedangkan bagian lain diterangi dengan sinar lampu. Setelah 24 jam perendaman, telur menetas dan larva udang bergerak ke bagian yang terang. Kondisi ini dibiarkan sampai larva udang berumur 48 jam. Larva udang yang telah berumur 48 jam dimasukkan ke dalam seri tabung uji (flakon) yang berisi ekstrak etanol daun sirih yang telah disiapkan (larutan A, B, C, D dan kontrol) masing-masing sebanyak 10 ekor. Masing-masing tabung uji ditambahkan 1 tetes ragi (3 mg dalam 5 ml air laut) sebagai makanan udang. Volume tabung uji dicukupkan dengan air laut hingga 5 ml. Semua tabung uji diletakkan di bawah penerangan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva udang yang mati. Tabel 5.5.2. Uji toksisitas ekstrak etanol daun sirih (Piper betle) terhadap larva Artemia salina

20

Data dari tabel 5.3.2 menunjukkan bahwa derajat lethalitas berbanding lurus dengan

konsentrasi ekstrak yang diberikan. Mortalitas maksimal terlihat

padakonsentrasi 10.000 µg/ml sedangkan mortalitas minimal terlihat pada konsentrasi 10 µg/ml. Pemberian ekstrak etanol daun sirih bersifat sitotoksik terhadap larva Artemia salina Leach yang ditunjukkan dengan harga LC 50
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF