Sirah Ustman Bin Affan [Muhammad Husain Haekal].pdf

April 22, 2019 | Author: Ad-Dienul Islam | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Sirah Ustman Bin Affan [Muhammad Husain Haekal].pdf...

Description

Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan

"Umatku yang benar-benar pemalu adalah Usman" (Hadis Syarif)

Oleh

Muhammad Husain Haekal Diterjemahkan dari bahasa Arab oleh

Ali Audah eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. [email protected]

Cetakan pertama

Litera AntarNusa

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Haekal, Muhammad Husain Usman bin Affan : "umatku yang benar-benar pemalu adalah Usman" (hadis syarif) / antara kekhalifahan dengan kerajaan / Haekal, Muhammad Husain ; diterjemahkan oleh Ali Audah. — Cet.l — Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2002. 170 hlm. ; 15x23,5 cm. Judul asli: 'Usman bin 'Affan. Indeks ISBN 979-8100-40-9 1. Usman bin Affan I. Judul

2. Khalifah Islam II. Audah, Ali 297.912.2

(Usman bin 'Affan), cetakan ke-8, 1973, oleh Judul asli: Muhammad Husain Haekal, Ph.D., dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjemah. Diterjemahkan oleh Ali Audah. Cetakan pertama, 2002. Diterbitkan oleh PT. Pustaka Litera AntarNusa, Jl. Arzimar III, blok B no. 7A, tel. (0251) 370505, fax. (0251) 380505, Bogor 16152. Jl. STM Kapin no. 11, tel. (021) 86905252, fax. (021) 86902032, Kalimalang-Pondok Kelapa, Jakarta 13450. Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Nomor 7/1987. ISBN 979-8100-40-9 Anggota IKAPI. Setting oleh Litera AntarNusa. Kulit luar oleh G. Ballon. Dicetak dan binding oleh PT. Mitra Kerjaya Indonesia, Jl. STM Kapin no. 11, tel. (021) 86905253, 86905254, 86902033, fax. (021) 86902032, Kalimalang-Pondok Kelapa, Jakarta 13450.

Catatan Penerjemah Serangkaian biografi dari sejarah Islam diraulai dari Hayatu Muhammad, as-Siddiq Abu Bakr, al-Faruq 'Umar dan 'Usman bin 'Affan dalam bahasa Arab sudah selesai ditulis oleh Dr. Haekal dan sudah diterbitkan. Biografi Usman dalam rangkaian terakhir biografi itu tak sempat diselesaikan sampai akhir. la menulis semua itu sepulangnya ke tanah air, setelah menyelesaikan studi-studi doktor-alnya dan memperoleh Ph.D. di bidang ekonomi-makro dan politik di Sorbonne, Paris, 1912, dengan disertasi La Dette publique egyptienne. Sebelum itu, dalam tahun 1905-1909 ia mengambil bidang hukum sampai selesai. Sejak sebelum ketiga buku biografi itu terbit orang sudah tahu Haekal adalah cendekiawan Mesir terkenal, biografer yang diakui luas di tanah airnya dan di luar. Ketika tinggal di Eropa ia menulis beberapa biografi tokoh sejarah di Barat—Jean Jacques Rousseau, Shakespeare, Shelley, Anatole France sampai kepada Hippolyte Taine, dengan gaya yang khas dan sudah cukup dikenal. Ia menulis biografi Kleopatra, Mustafa Kamil dan Gandi di Timur. Di negerinya, orang menulis biografi tentang Haekal, dalam bentuk disertasi atau buku, dalam bahasa Arab, juga di Barat, orang menulis tentang dia dalam bahasa-bahasa Jerman, Inggris dan Prancis. Kajiannya kemudian meluas ke masalah-masalah sosial budaya. Ia menulis novel, cerita pendek dan kritik sastra. Ia menulis Zainab ketika masih tinggal di Paris, sebuah novel dengan warna lokal yang memesonakan, mengisahkan kehidupan masyarakat tani di desanya dulu, untuk mengenangkan rindunya ke kampung halaman, dan orang menilainya sebagai novel modern pertama dalam bahasa Arab, yang kemudian justru difilmkan di Jerman. Ia pernah memimpin Al-Ahram, harian terbesar di Timur Tengah. Ia menulis soal-soal politik dan sosial budaya. Kemudian mendirikan surat kabar politik, As-Siyasah dan mingguan dengan nama yang sama, sebagai organ Partai Liberal Konstitusi yang dipimpinnya sampai tahun 1952. v

vi

USMAN BIN AFFAN

Bertugas dalam birokrasi ia pernah menjadi menteri negara, sebagai menteri sosial dan dua kali menjadi menteri pendidikan. Setelah mencapai lebih setengah abad usianya itu, hatinya tergerak saat diketahuinya umat Islam, terutama kalangan awamnya di tanah airnya mau dijadikan sasaran propaganda misi agama lain. Perhatiannya lalu dicurahkan ke masalah-masalah Islam. Selama empat tahun dipelajarinya sejarah Nabi dari sumber-sumber yang autentik dan dibacanya apa yang ditulis oleh kalangan Orientalis tentang Muhammad, dan juga oleh kalangan penulis Islam sendiri. Setelah itulah ia mulai menyusun program penulisan sejarah Nabi. Sejauh yang dapat dilakukannya, ia akan menjaga bobot ilmiahnya atas dasar kebenaran, dan ini yang dapat kita rasakan, buku yang kemudian sangat terkenal itu, Hayatu Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad), indah dan samasekali baru dalam penulisan sejarah hidup Muhammad. Setelah itu dilanjutkannya dengan studi lain, tentang Abu Bakr dan Umar, sampai kedua buku itu terbit. Rencananya akan diteruskan dengan biografi Usman bin Affan dan Ali bin Abi Talib, tetapi umur telah lebih dulu menjemputnya dan pengarang ini berpulang ke rahmatullah ketika biografi Usman baru sampai permulaan bab empat, dan kelanjutannya diselesaikan oleh Profesor Dr. Jamaluddln Surur, guru besar sejarah Islam di fakultas sastra Universitas Kairo — seperti yang akan dapat kita baca dalam penjelasan Dr. Ahmad Haekal, putra bungsu almarhum Dr. Muhammad Husain Haekal (1888-1956) dalam kata pengantar yang sangat berharga untuk mendasari buku itu. Ia merangkum dan mencatat titik-titik penting di sekitar terbentuknya Khalifah ketiga ini. Kalau kita membaca ketiga biografi s'ebelumnya itu, yang juga sudah terbit terjemahannya dalam bahasa Indonesia, bagaimana pengarang membuat studi mengenai peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah dan membahasnya secara mendalam, membuat kesimpulan dan di mana perlu memberikan pendapatnya. Kita melihat Amirulmukminin Umar bin Khattab, mujahid dan mujtahid besar itu, pada akhir hayatnya memelopori pembentukan majelis syura untuk memilih seorang calon khalifah, Dalam hal ini Umar mengambil jalan tengah—antara mengikuti jejak Rasulullah yang membiarkan pemilihan khalifahnya dimusyawarahkan oleh para sahabat—dengan jejak pendahulunya Abu Bakr as-Siddiq sebagai suatu sistem yang telah menunjuk penggantinya, yakni Umar sendiri. Tetapi Umar telah berijtihad dengan menerjemahkannya ke dalam bentuk majelis syura. Ia memilih enam orang sahabat teras dengan alasan dan pertimbangan yang masuk akal, yakni mereka yang hanya terdiri

CATATAN PENERJEMAH

vii

atas Muhajirin tanpa Ansar dan diwakili oleh anggota kabilah terbesar dan berpengaruh dari kalangan Kuraisy. Langkah ini kemudian berakhir dengan terpilihnya Usman. Barangkali langkah ini sudah merupakan bentuk demokrasi tersendiri atau demokrasi represntatif terbatas, yang untuk selanjutnya dapat dikembangkan lebih luas lagi sebagai sistem demokrasi alternatif. Tetapi ini jelas berbeda dengan demokrasi Barat yang kita kenal selama ini. Demokrasi Barat yang bersumber pada tradisi Yunani sekitar dua puluh empat abad silam dalam bentuk demokrasi langsung atau demokrasi perwakilan. Hal ini dimungkinkan karena jumlah penduduk yang sangat terbatas dan dalam bentuk negara-negara-kota (city-states), yang juga kemudian pada abad pertama Masehi muncul di Roma. Demokrasi Abad Pertengahan Eropa punya corak sendiri pula, berlanjut dengan lahirnya revolusi dan deklarasi kemerdekaan Amerika dan revolusi Prancis tentang hak-hak penduduk laki-laki dalam abad ke-18, dengan beberapa macam diskriminasi, seperti perempuan dan kaum budak yang tak punya hak pilih, sampai lahirnya demokrasi yang kita kenal sekarang dan demokrasi semu di negara-negara totaliter dan bukan totaliter dalam abad ke-20 ini. Memang, buah sejarah yang menimpa Usman dan pemerintahannya bukan akibat sistem musyawarah atau sistem demokrasi. Semua ini tentu tak ada hubungannya dengan kejatuhan Usman. Menjelang akhir masa pemerintahannya itu timbul kegelisahan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap politiknya tanpa ada kejelasan apa benar alasannya. Suasana yang mulai memanas ini kemudian diperburuk oleh kedatangan manusia misterius bernama Abdullah bin Saba' — orang Yahudi ibu Abisinia — dari Yaman yang masuk Islam di masa Usman, dan ia leluasa berpindahpindah dari kota ke kota, menyebarkan jaringan fitnah yang berakibat timbulnya pemberontakan di sana sini anti Khalifah Usman sampai berakhir dengan kematian tragis Khalifah tua yang cinta damai itu. Bogor, 15 September 2001 PENERJEMAH

Catatan Sekitar Buku Ini Oleh Ahmad Muhammad Husain Haekal*

Tidak seperti terhadap para Khulafa Rasyidun yang lain, penilaian kalangan sejarawan terhadap Usman bin Affan sangat berbeda. Sama halnya dalam menempatkan pengaruh mereka dalam sejarah umat Islam. Dari sinilah penulisan sejarah masa Usman dan biografi Usman terasa ganjil. Dan ini tak kurang pula pentingnya. Kedua masalah ini memerlukan penelitian yang lebih saksama dan berhati-hati dalam menilai peristiwa demi peristiwa dan pribadi-pribadi itu. Itulah barangkali—juga yang lain — yang menarik perhatian Dr. Haekal untuk menulis kelanjutan masa permulaan sejarah Islam sesudah selesai menulis Abu Bakr as-Siddiq dan Umar bin Khattab. Ketika itu almarhum bermaksud — kalau tidak karena hal-hal seperti yang akan saya singgung nanti — mengadakan studi mengenai masa kedua Khalifah teladan, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Talib. Selanjutnya akan dibahas sebab-sebab yang melahirkan sistem kekhalifahan sampai berubah menjadi kerajaan yang turun-temurun diwarisi oleh Banu Umayyah lalu oleh Banu Abbas dan selanjutnya oleh mereka yang datang sesudah itu. Jika ditakdirkan dapat diselesaikan di tangannya, perubahan dalam sistem pemerintahan Islam dan segala faktor politiknya itulah yang merupakan hal sangat penting yang akan mencakup studi ini. Kalau ini sampai menjadi kenyataan niscaya buku ini akan terbit dalam bentuk yang berbeda sekali dari keadaannya yang sekarang. Dr. Haekal mulai mengadakan studi tentang masa Usman ini sekitar tahun 1945 dengan tujuan hendak meneruskan studi-studinya tentang Islam yang sudah dimulainya dari Sejarah Hidup Muhammad. Suasana ke* Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal adalah putra bungsu almarhum Dr. Haekal. — Pnj.

viii

CATATAN SEKITAR BUKU INI

ix

hidupannya dalam dunia politik, sejak ia memegang jabatan sebagai menteri, banyak sekali tercermin dalam karya-karya intelektual dan budayanya. Yang juga sudah menjadi prinsipnya, ia tidak ingin menerbitkan buku selama ia memangku tugas selaku menteri. Tugas-tugas departemennya itu memang tidak memungkinkan ia dapat menyelesaikan studi yang sudah dimulainya itu. Maka terpaksalah studinya ditangguhkan sampai tiba waktunya nanti ia mendapat kesempatan lagi. Begitu juga halnya selama ia menjadi ketua senat. Ia telah menunda studinya tentang kelanjutan masa Usman dari tahun ke tahun. Dan bila sudah tiba waktunya akan memulai lagi tentu sudah tidak mudah. Di samping itu masih ada faktor lain yang membuat Dr. Haekal lama sekali berpikir sebelum meneruskan studi yang sudah dimulainya itu — dan telah membuatnya juga harus menangguhkan — yaitu adanya perdebatan-perdebatan di antara golongan-golongan masyarakat Islam sekitar kekhalifahan Usman dan hak eksklusif kekhalifahan Ali yang tak kunjung selesai, kendati sudah berlalu lebih dari tiga belas abad sejak Usman memegang pimpinan, dan kendati ada perubahan yang telah menimpa sistem kekhalifahan itu sendiri. Dan bekasnya pun sudah tak lagi ada selain hanya tinggal nama, yang akhirnya ini pun bubar menyusul pecahnyanya Perang Dunia Pertama. Sudah demikian rupa keadaan beberapa kelompok itu, sampaisampai ada di antara mereka yang berusaha hendak menanamkan keraguan mengenai keabsahan kekhalifahan Abu Bakr dan Umar. Mereka beranggapan bahwa sepeninggal Rasulullah hak kekhalifahan ada pada Ali, yang diwasiatkan RasuluUah kepadanya. Sikap ekstrem yang dianut kelompok-kelompok tersebut sudah tentu merupakan cacat, karena ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam, bahwa orang-orang mukmin itu sama seperti gerigi sisir. Oleh karenanya hak dan kewajiban mereka sama, dan pimpinan negara harus diberikan kepada yang ahli. Menghadapi perdebatan yang sudah menjurus kepada perkelahian sengit itu oleh Dr. Haekal dijadikan titik perhatiannya kemudian membahasnya secara mendalam sekali. Tampaknya dalam hal ini ia samasekali tidak ingin memberi pendapat atau mengambil suatu kesimpulan. Kalau kesimpulan itu sudah ada tentu ia akan terdorong untuk meneruskan studinya dan akan menyiarkannya, kendati kecenderungan demikian dari beberapa segi akan menimbulkan perdebatan yang berkepanjangan. Sungguhpun begitu, menurut hemat saya sudah dapat dipastikan bahwa sebagian mereka yang berpendapat bahwa RasuluUah sallallahu 'alaihi wasallam mewasiatkan kekhalifahan sesudahnya kepada Ali, dan bahwa keturunan Ali lebih berhak untuk itu, tidaklah akan meng-

x

USMAN BIN AFFAN

ubah keyakinan Dr. Haekal bahwa hak untuk memilih kepala negara adalah bebas dan tak terikat oleh apa pun. Artinya kedaulatan ada di tangan kaum Muslimin — atau karena keyakinannya, bahwa pertentangan itu sendiri bagi Muslimin jauh lebih banyak ruginya daripada untungnya, kalaupun yang disebut keuntungan demikian itu ada. Orang yang mengikuti apa yang sudah menjadi prinsip Dr. Haekal ketika menulis biografi Rasulullah dan kedua khalifahnya yang mulamula, serta kecenderungannya menempuh metode analisis, akan melihat bahwa dalam buku ini pun ia tidak membedakannya, bahkan ia lebih kuat berpegang pada cara itu dan lebih yakin. Dalam bab pertama ia membahas gejala-gejala pemilihan khalifah ketiga untuk memikul tanggung jawab pemerintahan, sementara orang belum lagi sadar dari kebingungan atas musibah terbunuhnya Amirulmukminin Umar bin Khattab. Dalam bab ini, untuk memastikan ia tidak membatasi apa yang terjadi dengan pertemuan keenam orang yang oleh Umar sudah ditentukan pencalonannya untuk khalifah sesudahnya serta bagaimana perdebatan yang timbul di sekitar itu. Bahkan ia juga menyinggung soal lahirnya konsep musyawarah oleh Umar dan bagaimana ia masih merasa ragu, membiarkan soal penunjukan khalifah sesudahnya itu dimusyawarahkan oleh sahabat-sahabat sendiri mengikuti jejak RasuluUah sallallahu 'alaihi wasallam, atau mengikuti jejak Abu Bakr dengan menentukan penggantinya ketika ia mengumpulkan pendapat para sahabat. Perkembangan yang dialami oleh Kedaulatan Islam sejak masa RasuluUah dan masa Abu Bakr seharusnya tidak boleh dibiarkan begitu saja. Karenanya Umar segera menempuh sistem syura sebagai titik tolak sistem legislasi yang lentur untuk pemilihan khalifah, yang akan berkembang sejalan dengan perkembangan keadaan negara dan pola politik yang berlaku. Kelenturan yang menjadi ciri khas sistem ini dapat menjangkau permusyawarahan yang lebih luas, tidak terbatas hanya pada enam orang yang sudah ditentukan oleh Umar itu. Dengan demikian adanya beberapa aliran yang saling berlawanan itu dapat dipertemukan, suatu hal yang memang sudah menjadi suatu keharusan guna menjamin majelis syura itu dapat melantik orang yang sudah terpilih di antara mereka. Bab ini memberikan gambaran yang hidup mengenai musyawarah-musyawarah itu, sikap orang terhadapnya dan kegelisahan mereka yang ingin mengetahui hasilnya, seolah kita ikut menyaksikan segala peristiwa besar yang terjadi waktu itu. Ketika sudah ada kesepakatan mengenai pelantikan Usman, Dr. Haekal membahas sosok dan watak Khalifah yang baru ini, dan

CATATAN SEKITAR BUKU INI

xi

sampai berapa jauh watak itu akan mempengaruhi politik negara pada masanya. Pada setiap zaman kepribadian seorang penguasa memang besar sekali pengaruhnya dalam politik dan administrasi negara. Keadilan dan kebijakan Umar yang begitu baik, yang telah disaksikan sendiri kaum Muslimin, sering terpantul dari wataknya itu. Mungkinkah pengaruh Usman dalam mengemudikan negara juga sama dengan Umar? Inilah kelak yang akan terangkap dari sela-sela kebijakannya dan dari bab-bab berikutnya dalam buku ini. Pada permulaan pemerintahannya Usman telah berusaha sedapat mungkin mengikuti kebijakan Rasulullah dan kedua penggantinya, sesuai dengan janji yang sudah diikrarkannya tatkala dilantik bahwa ia akan meneruskan kebijakan itu. Hal ini tampak jelas dalam politik perluasan yang terjadi pada masanya. Politik ini merupakan lanjutan dari politik Umar, walaupun pembangkangan dan pemberontakan yang berkecamuk di beberapa daerah telah mengharuskan Usman mengerahkan sejumlah pasukan untuk memadamkan dan menumpasnya. Begitu juga ia haras cepat-cepat mempersiapkan armada Muslimin di Syam dan di Mesir untuk memukul mundur pihak penyerang, kendati Umar telah melarang yang demikian, sebab orang Arab tak biasa di laut. Apa yang dilakukan Usman itu, dan yang serupa itu, tidak bertentangan dengan janjinya, tetapi ia dipaksa oleh keadaan. Sekiranya Umar mengalami hal yang sama, niscaya ia pun akan sependapat dengan Usman. Dalam bab tiga buku ini Dr. Haekal menguraikan politik Usman itu dengan segala yang dialaminya dan itu memang mendukungnya. Sebenarnya tindakan Usman yang berlawanan dengan Umar itu tidak akan menimbulkan gejolak kalau saja ia m'au membatasi pada halhal yang sangat dararat saja. Tetapi dia — juga pejabat-pejabatnya — untuk memperluas daerah kedaulatan dan memperbanyak rampasan perang dan hasil pajak — telah menempuh suatu cara yang tidak biasa dilakukan orang. Begitu juga dalam mengangkat dan memberhentikan pejabat-pejabat ia menempuh cara yang tidak disenangi oleh mayoritas umat. Dalam hal ini akan lebih baik jika Usman mempertahankan pejabat-pejabat Umar di tempat mereka bertugas pada tahun pertama itu, sesuai dengan pesan pendahulunya. Selanjutnya ia mengganti mereka dengan pejabat-pejabat lain, yang kebanyakan masih para kerabatnya, untuk menjamin kesetiaan mereka, kendati cara ini samasekali tak pernah dilakukan oleh Umar. Malah Umar menghindari pengangkatan para kerabatnya itu untuk menjaga ia tetap bersih. Sampai pada batas ini ia membah'as biografi Usman bin Affan, ajal datang menjemputnya. Tak sempat lagi ia menyelesaikan studinya yang

xii

USMAN BIN AFFAN

sudah dimulainya dalam Bab 4 mengenai pemerintahan Usman serta bermacam-macam pendapat yang ada pada masanya itu. Saya yakin, sekiranya studi ini sempat diselesaikan, sebab-sebab timbulnya huruhara dan segala yang menjadi presedennya yang kemudian berakhir dengan pemberontakan dan terbunuhnya Khalifah Usman, akan banyak terungkap. Profesor Dr. Jamaluddin Sarur, guru besar sejarah Islam di fakultas sastra Universitas Kairo telah meluangkan waktunya untuk menulis bab terakhir yang mengakhiri jalan kehidupan Usman. Dari sini terlihat jelas bahwa perpecahan itu mulai menggerogoti tubuh Muslimin pada akhir masa Usman, dan daerah-daerah lain juga mulai pula menyatakan ketidakpuasannya dengan berbagai cara. Sungguhpun begitu, sikap solidaritas sahabat-sahabat Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam tetap teguh, dan solidaritas ini kemudian menjadi kenyataan tatkala mereka menolak kaum pemberontak itu hendak membaiat salah seorang dari mereka menjadi khalifah — sesuai dengan pesan Rasulullah: "Barang siapa mengaku dirinya atau salah seorang pemimpin atas orang lain ia akan dikutuk Allah. Bunuhlah dia." Dr. Sarur dengan senang hati juga memeriksa kembali pokok-pokok dalam buku ini dan mencocokkan nas-nas hadis yang terdapat di dalamnya. Untuk semua itu terima kasih dan penghargaan tak terhingga patut disampaikan kepadanya. Sekarang saya ingin melepas biografi Zun Nurain Usman bin Affan ini ke tangan pembaca dengan hadis Rasulullah 'alaihis-salam: "Kamu semua adalah gembala dan bertanggung jawab atas yang digembalakan. Istri adalah gembala rumah tangga dan bertanggung jawab atas yang digembalakannya, pembantu rumah adalah gembala atas harta tuannya dan bertanggung jawab atas yang digembalakannya." Semoga Allah membimbing kita dengan segala yang terbaik; Allah adalah Pelindung dan Penolong terbaik. Kairo, Januari 1964 Ahmad Haekal

Daftar

Isi

Catatan Penerjemah Catatan Sekitar Buku Ini

v viii

1. KISAH TENTANG MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN Umar terkena tikam dan penunjukan Majelis Syura — 1; Sikap Ansar terhadap Majelis Syura — 4; Pertemuan dan perdebatan sengit — 6; Sebab-sebab timbulnya perselisihan — 6; Persaingan antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah; sikap orang-orang Arab terhadap kekhalifahan — 9; Abu Sufyan — 11; Memperebutkan pengaruh— 11; Persaingan Banu Hasyim dan Banu Umayyah — 13; Hak dan batil — 13; Ali bin Abi Talib — 14; Zubair bin Awwam — 16; Usman bin Affan — 17; Sa'd bin Abi Waqqas — 18; Abdur-Rahman bin Auf— 19; Talhah bin Ubaidillah — 20; Pertimbangan Umar memilih anggota-anggota Majelis Syura — 21; Abbas bersemangat, Ali tenang dan berpandangan jauh — 22; Ambisi untuk kedudukan khalifah — 23; Usaha Abdur-Rahman bin Auf —24

1

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 33 Perawakannya — 33; Sifat dan perangainya — 33; Tahun lahir dan sebabnya ia masuk Islam — 35; Cerita Ibn Asakir — 35; Menikah dengan Ruqayyah — 36; Mengapa Usman cepat-cepat hijrah ke Abisinia? — 37; Ruqayyah wafat — 38; Mendapat julukan — 38; Surat-surat Usman kepada para pejabat — 50; Meneruskan kebijakan pendahulunya — 53; Rumawi dan Persia selalu mengancam — 54 xiii

xiv

USMAN BIN AFFAN

3. LANGKAH-LANGKAH PEMBEBASAN DI MASA USMAN Anasir-anasir fitnah di kawasan Kedaulatan — 57; Pembebasan Azerbaijan — 58; Armenia — 61; Persia dan Rumawi di belakang pemberontakan Azerbaijan dan Armenia — 62; Perselisihan Kufah dengan Syam sekitar rampasan perang — 65; Orang-orang Rumawi di Iskandariah meminta bantuan Bizantium — 65; Upaya Rumawi merebut kembali kota Iskandariah dan Mesir — 68; Pasukan Rumawi mendarat di Iskandariah — 69; Peranan Amr — 70; Haumal, syahid membawa kemenangan — 72; Amr dan Sa'd — 75; Muslimin mempersiapkan armada lautnya—82; Armada yang pertama dalam sejarah Islam — 83; Perang dengan Rumawi di Siprus—.85; Abdullah bin Qais, Laksamana pertama dalam Islam — 86; Kematian Abdullah bin Qais — 87; Pertempuran Laut — 88; Konstantin dibunuh orang-orang Sisilia — 90; Perang Sawarl — 91; Beberapa wilayah Persia memberontak — 91; Irak, Syam dan Mesir stabil — 92; Rumawi tak berhasil kembali ke daerah-daerah jajahannya — 93; Kabilah-kabilah di Basrah dan Kufah — 94; Pelanggaran Khurasan, Jurjan dan Tabaristan — 98; Pembangkangan Istakhr dan Khurasan— 101; Yazdigird berusaha merebut kembali mahkotanya— 101; Kegigihan Yazdigird — 102; Pelarian dan matinya Yazdigird— 105; Hari-hari terakhir Yazdigird— 106; Berakhirnya Perlawanan Persia—109; Kalah dan menang serta sebab-sebabnya—110; Jasa terbesar berdirinya Kedaulatan Islam karena kuatnya iman — 112 4. PEMERINTAHAN USMAN Beberapa gerakan tersembunyi di masa Usman — 114; Ketidakpuasan Banu Hasyim atas kekhalifahan Usman— 114; Ketidakpuasan orang-orang Arab atas dominasi Kuraisy — 115; Perasaan adanya superioritas dan dominasi Arab terhadap yang lain— 116; Perhatian Umar pada pembebasan, bukan pada pengikisan bibitbibit fitnah dari akarnya—117; Kelonggaran yang diberikan Usman untuk hidup lebih senang— 118; Membangun kembali Masjid Nabawi di Medinah dengan bentuk baru — 121; Usaha penyeragaman dalam bacaan Qur'an— 124; Mushaf Usman — 125; Beberapa reaksi — 127; Kehidupan madani adalah suatu keharusan— 128 5. BERAKHIRNYA USMAN Tersebarnya fitnah— 130; Kemarahan penduduk Kufah kepada para pejabat— 130; Usman menukar rampasan perang— 131; Abdullah bin Saba' — 131; Abu Zar al-Gifari — 132; Usman ber-

DAFTAR ISI

xv

musyawarah—132; Kedatangan sebuah delegasi ke Medinah dan pembelaan Usman—134; Surat misterius—137; Pengepungan— 139; Dengan berani Ali tetap membela Usman— 142; Usman dibunuh secara kejam — 143 Transliterasi Indeks

145

xvi

USMAN BIN AFFAN

a eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. [email protected]

MR. Collection's

Umar terkena tikam dan penunjukan Majelis Syura etika mula-mula Nabi bangkit menyerukan Islam, Semenanjung Arab terbagi-bagi di antara kabilah-kabilah yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, dengan tingkat perkotaan dan pedalaman yang berbeda-beda, dengan penduduk yang selalu dalam konflik dan pertentangan teras-menerus. Sebagian besar daerah itu berada di bawah kekuasaan Persia atau pengaruh Rumawi. Sesudah Rasulullah berpulang ke rahmatullah — setelah dua puluh tiga tahun kerasulannya — pengaruh Persia dan Rumawi di Semenanjung sudah menyusut. Kabilah-kabilah Arab berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah. Kemudian Abu Bakr terpilih sebagai pengganti dan ia memerangi orang-orang Arab yang murtad dari Islam sampai mereka kembali kepada Islam. Setelah itu kesatuan agama dan politik di Semenanjung kembali lagi tertib. Ketika itulah Abu Bakr mulai merintis berdirinya Kedaulatan Islam dengan menyerbu Irak dan Syam;1 tetapi ajal tak dapat ditunda untuk menyelesaikan rencana yang sudah dimulainya itu. Setelah itu Abu Bakr digantikan oleh Umar dan ia meneruskan kebijakan Abu Bakr. Pasukan Muslimin di Semenanjung itu menerobos ke kawasan kedua imperium Persia dan Rumawi. Imperium Persia dapat ditumpas dan daerah terpenting kekuasaan Rumawi telah pula berhasil dibebaskan. Kedaulatan Islam di masa Umar membentang luas ke Tiongkok di timur sampai ke seberang Barqah (Cyrenaica) di barat, dari Laut Kaspia di utara sampai ke Nubia di selatan, yang mencakup juga Persia, Irak,

K

1 Tindakan ini untuk membebaskan Irak dari penjajahan Persia dan Syam dari penjajahan Rumawi. — Pnj.

1

2

USMAN BIN AFFAN

Syam dan Mesir. Dengan demikian kedaulatan Arab itu telah merangkul bangsa-bangsa dengan segala unsur budayanya yang sangat beragam, karena setiap golongan, dari segi bahasa, ras, keyakinan, peradaban, lingkungan sosial dan ekonominya satu sama lain tidak sama. Tetapi begitu Islam tersebar ke tengah-tengah mereka, agama baru ini telah menjadi perekat yang mempersatukan mereka. Juga kabilah-kabilah Arab itu telah berhasil dalam mewarnai negeri-negeri yang dibebaskan itu dengan warna Arab. Berdirinya Kedaulatan Islam di masa Umar itu selesai dengan terbunuhnya Umar. Di masa hidupnya ada dua orang Persia berkompiot dan seorang lagi dari Nasrani Hirah. Kedua orang Persia itu adalah Hormuzan, dan seorang lagi Abu Lu'lu'ah budak Mugirah, sedang yang dari Hirah orang Nasrani bernama Jufainah. Hormuzan adalah salah seorang dari angkatan bersenjata Persia yang ikut dalam perang besar Kadisiah yang mengalami kekalahan. Kemudian ia lari ke Ahwaz dan dari sana ia menyerang angkatan bersenjata Muslimin di Irak-Arab yang masih berdekatan. Sementara dalam keadaan demikian Umar memerintahkan pasukannya menyebar di wilayah Persia, dan pasukan Muslimin berhasil mengepung Hormuzan di Tustar dan ia dibawa ke Medinah sebagai tawanan. Di sinilah terjadi dialog dia dengan Umar, yang kemudian pemimpin Persia itu yakin bahwa tak mungkin ia selamat kecuali jika masuk Islam. Sesudah menjadi Muslim oleh Umar ia ditempatkan di Medinah dengan mendapat tunjangan dua ribu dinar setahun. Adapun Fairuz (Abu Lu'lu'ah), orang Persia yang berperang melawan Muslimin dalam perang Nahawand, kemudian tertawan dan menjadi milik Mugirah bin Syu'bah. Pekerjaannya sebagai pemahat, tukang kayu dan pandai besi. Barangkali mata pisau yang digunakan untuk membunuh Umar dari hasil pekerjaannya sendiri. Mengingat pekerjaannya dalam pasukan Persia maka ia dipilih oleh komplotan itu untuk melaksanakan rencana tersebut. Jufainah adalah seorang Nasrani dari Hirah, istrinya ibu susuan Sa'd bin Abi Waqqas. Ia dibawa ke Medinah karena adanya pertalian susuan tadi.1 Oleh karena itu Sa'd marah sekali ketika ia dibunuh oleh Ubaidillah bin Umar sesudah ayahnya terbunuh. Antara keduanya hampir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.2 1 2

At-Tabari, 3/33 (al-Maktabah at-Tijariyah, 1939). Lebih lanjut lihat Umar bin Khattab, hal. 797-798. — Pnj.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

3

Tanda-tanda adanya komplotan semacam ini meraang sudah ada, yang kemudian diperkuat oleh beberapa peristiwa. Tanda-tanda itu ialah bahwa beberapa kawasan yang sudah dibebaskan oleh Muslimin di masa Umar ada yang tidak senang dengan kejadian tersebut, dan karenanya ada penduduk yang marah. Indikasi itu lebih jelas lagi setelah orang-orang yang berkomplot terhadap Umar dan kemudian membunuhnya itu berada di bawah perlindungannya di Medinah. Pemimpin mereka adalah Hormuzan, orang yang disenangi oleh Umar dan mendapat simpatinya, sehingga kadang ia dimintai pendapatnya; dan keberadaannya di Medinah disamakan dengan masyarakatnya sendiri. Kalau mereka saja kini sudah berkomplot terhadap Umar, apalagi orang Persia yang tinggal di tanah air mereka sendiri. Mereka diperintah oleh Arab, hati mereka bergolak, mereka berontak, kendati masih terpendam, karena kuatnya kekuasaan asing yang menguasai negeri itu. Setelah Umar terbunuh, di negeri Arab sendiri timbul suatu gejala, yang agaknya tak akan terjadi kalau tidak karena berdirinya kedaulatan Islam. Sejak Umar ditikam oleh Abu Lu'lu'ah kaum Muslimin dicekam oleh rasa ketakutan, khawatir akan nasib mereka sendiri kelak. Terpikir oleh mereka siapa yang akan menggantikannya jika dengan takdir Allah dia meninggal. Beberapa orang ada yang membicarakan masalah ini kepada Umar. Mereka meminta Umar mencalonkan pengganti. Pada mulanya Umar masih ragu, dan ia berkata: "Kalaupun saya menunjuk seorang pengganti, karena dulu orang yang lebih baik dari saya juga menunjuk pengganti, atau kalaupun saya biarkan, karena dulu orang yang lebih baik dari saya juga membiarkan." Tetapi sesudah dipikirkan matang-matang, bahwa kalau dibiarkan begitu saja ia khawatir keadaan akan menjadi kacau. Dalam berperang dengan Persia dan Rumawi semua orang Arab sudah ikut serta sehingga setiap kabilah mengaku dirinya seperti kaum Muhajirin dan Ansar, berhak memilih khalifah. Malah di antara mereka ada yang mengaku berhak mencalonkan pemimpinnya sebagai khalifah. Jika Umar tidak memberikan pendapat, pengakuan seperti itu akan sangat membahayakan kedaulatan yang baru tumbuh itu. Karenanya, ia membentuk Majelis Syura yang terdiri dari enam orang dengan tugas memilih di antara mereka seorang khalifah sesudahnya. Keenam orang itu Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, Abdur-Rahman bin Auf dan Sa'd bin Abi Waqqas. Setelah menyebutkan nama-nama mereka ia berkata: "Tak ada orang yang lebih berhak dalam hal ini daripada mereka itu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam wafat sudah merasa puas terhadap mereka. Siapa pun yang terpilih dialah khalifah sesudah saya."

4

USMAN BIN AFFAN

Sikap Ansar terhadap Majelis Syura Pilihan Umar atas keenam tokoh itu luar biasa. Tak seorang pun di antara mereka terdapat orang Ansar dari Medinah atau dari kabilahkabilah Arab yang lain. Semua mereka dari kaum Muhajirin dan dari Kuraisy. Sungguhpun begitu, dari pihak Ansar atau orang-orang Arab yang berdatangan ke Medinah sepulang menunaikan ibadah haji, tak seorang pun ada yang marah, memprotes pilihan Umar itu. Keadaan mereka tetap demikian sesudah Umar terbunuh, sampai khalifah penggantinya dibaiat. Rasa puas pihak Ansar dan orang-orang Arab yang lain dengan pilihan Umar atas keenam orang itu mengingatkan kita pada peristiwa Saqifah Banu Sa'idah setelah Nabi wafat dan jasadnya masih di rumah belum dikebumikan. Setelah Rasulullah, kaum Ansarlah yang ingin memegang pimpinan. Mereka yang paling moderat berkata: "Dari pihak kami seorang amir dan dari pihak Kuraisy seorang amir." Setelah Abu Bakr, Umar dan Abu Ubaidah pun datang ke Saqifah, mereka berdiskusi dengan Ansar mengenai tuntutan mereka itu. Abu Bakr antara lain mengatakan: "Kami kaum Muhajirin dan kalian kaum Ansar, kita bersaudara dalam agama dan sama-sama dalam pembagian rampasan perang serta pembela-pembela kami dalam menghadapi musuh. Apa yang kalian katakan bahwa segala yang baik ada pada kalian, itu sudah pada tempatnya. Kalianlah di seluruh penghuni bumi ini yang patut dipuji. Dalam hal ini kabilah-kabilah Arab itu hanya mengenal lingkungan Kuraisy. Jadi, dari pihak kami para amir dan pihak kalian para wazir." 1 Sejak diucapkan oleh Abu Bakr, kata-kata ini telah menjadi konstitusi dan undang-undang'kekhalifahan bagi kaum Muslimin selama berabad-abad. Oleh karena itu, tak ada pihak yang menentang pergantian Abu Bakr kepada Umar. Juga tak ada yang menentang pilihan Umar membentuk Majelis Syura dalam lingkungan Kuraisy. Malah dengan menyerahkan kepada keenam orang itu untuk memilih seorang khalifah di antara mereka, pihak Ansar dan semua orang Arab merasa puas. Mengapa Umar menyerahkan pemilihan khalifah kepada Majelis Syura tanpa menunjuk nama tertentu dari keenam orang yang diangkatnya itu dengan mengambil teladan dari Abu Bakr saat menunjuknya sebagai penggantinya?

1

Wuzara' jamak wazir 'yang memberi dukungan' (N), yakni 'para menteri. 'Umara' jamak amir, harfiah 'yang memerintah, pemimpin, pangeran', dapat diartikan juga kepala negara. — Pnj.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

5

Ada beberapa sumber menyebutkan bahwa Sa'id bin Zaid bin Amr berkata kepada Umar: "Kalau Anda menunjuk seseorang dari kalangan Muslimin, orang sudah percaya kepada Anda," — dijawab oleh Umar: "Saya sudah melihat sahabat-sahabat saya mempunyai ambisi yang buruk!" Jawaban ini menunjukkan bahwa dia khawatir, kalau dia menunjuk nama tertentu, hal ini akan mendorong ambisi yang lain untuk bersaing. Jika terjadi demikian maka tak akan ada kesepakatan di kalangan Muslimin, malah akan timbul pertentangan dengan akibat yang tidak diharapkan. Ada yang berpendapat bahwa Umar memang tidak melihat dari keenam mereka itu yang seorang lebih baik dari yang lain. la tidak ingin menanggung dosa musyawarah yang tidak benar-benar memuaskan hatinya di hadapan Tuhan. Ataukah ketika terkena tikam itu ia khawatir akan cepat menemui ajalnya sebelum kaum Muslimin mencapai kesepakatan memilih salah seorang dari mereka lalu penyelesaiannya diserahkan kepada Majelis Syura karena sudah tak ada waktu lagi buat dia menyelesaikan? Semua ini adalah soal yang tidak mudah bagi seorang sejarawan untuk menentukan pilihannya, sekalipun harus juga ditambahkan apa yang dikutip orang tentang Umar yang mengatakan: "Sekiranya Abu Ubaidah masih hidup, tentu akan saya tunjuk dia sebagai pengganti saya, dan kalau saya ditanya oleh Tuhan akan saya jawab: Aku mendengar Nabi-Mu berkata bahwa dia 'kepercayaan umat.' Sekiranya Salim bekas budak Abu Huzaifah masih hidup akan saya tunjuk dia sebagai pengganti saya, dan kalau saya ditanya oleh Tuhan akan saya katakan: Kudengar Nabi-Mu berkata bahwa Salim sangat mencintai Allah Ta'ala." Adakah ungkapan itu berarti bahwa dia lebih mengutamakan Abu Ubaidah dan Salim daripada keenam orang anggota Majelis Syura itu, dan bahwa keenam orang itu baginya semua sama...? Tetapi kita masih mendapatkan penafsiran lain atas sikap Umar itu, yakni ia tidak ingin memikulkan tanggung jawab kekhalifahan itu ke atas pundak keenam orang tersebut, yang sudah dialaminya sendiri begitu berat dan sangat melelahkan. Ada sumber yang menyebutkan bahwa begitu sadar akibat penikaman itu ia berkata kepada AbdurRahman bin Auf: "Saya akan mempercayakan kepada Anda." AbdurRahman menjawab: "Amirulmukminin, kalau saran Anda ditujukan kepada saya, akan saya terima." Lalu ia ditanya oleh Umar: "Apa maksud Anda?" "Amirulmukminin, demi Allah, benarkah Anda menyarankan itu ditujukan kepada saya?" tanya Abdur-Rahman lagi.

6

USMAN BIN AFFAN

"Sebenarnya tidak," jawab Umar. Sesudah konsultasi itu Abdur-Rahman berkata: "Saya memang tidak ingin memasuki soal ini samasekali." "Anggaplah saya diam," kata Umar, "sebelum saya percayakan kepada orang-orang yang ketika Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam wafat merasa senang terhadap mereka." Apa pun yang mendorong Umar tidak mau menunjuk pengganti dan ia membentuk Majelis Syura untuk memilih khalifah di antara mereka, peristiwa-peristiwa yang terjadi sesudah itu memang menunjukkan bahwa pendapatnya itu benar. Pertemuan dan perdebatan sengit Anggota-anggota Majelis Syura itu sudah mengadakan pertemuan begitu mereka ditunjuk, tetapi ternyata mereka masih saling berbeda pendapat. Abdullah bin Umar berkata kepada mereka: "Kalian akan mengangkat seorang pemimpin sementara Amirulmukminin masih hidup?" Kata-kata itu didengar oleh Umar, maka ia segera memanggil mereka: "Berilah waktu," kata Umar. "Kalau terjadi sesuatu terhadap diri saya, biarlah Suhaib1 yang mengimami salat kalian selama tiga malam ini. Setelah itu bersepakatlah kalian: barang siapa di antara kalian ada yang mengangkat diri sebagai pemimpin tanpa kesepakatan kaum Muslimin, penggallah lehernya." Selanjutnya ia memanggil Abu Talhah al-Ansari — dari kalangan Ansar — orang yang terbilang pemberani yang tak banyak jumlahnya, lalu katanya: "Abu Talhah, bergabunglah Anda dengan lima puluh orang Ansar rekan-rekan Anda itu bersama beberapa orang anggota Majelis Syura. Saya rasa mereka akan bertemu di rumah salah seorang dari mereka. Berjaga-jagalah di pintu bersama temantemanmu itu. Jangan biarkan dari mereka ada yang masuk, juga mereka jangan dibiarkan berlarut-larut sampai tiga hari belum ada yang terpilih. Andalah yang menjadi wakil saya pada mereka!" Sebab-sebab timbulnya perselisihan Tatkala Umar wafat tiba saatnya Majelis Syura sudah akan bersidang untuk memilih seorang khalifah di antara mereka. Sesudah berkumpul mereka meminta Abu Talhah al-Ansari menjaga mereka, dan mereka tidak ingin dijaga oleh Mugirah bin Syu'bah dan Amr bin As.

1

Suhaib adalah seorang budak asal Rumawi yang oleh Rasulullah ditebus dengan uangnya sendiri.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

7

Malah oleh Sa'd bin Abi Waqqas mereka dilempari kerikil dan disuruh pergi sambil mengatakan: "Kalian akan mengaku: 'Kami telah ikut hadir dan termasuk anggota Majelis Syura!"' Begitu musyawarah sudah dimulai, terjadi perdebatan sengit di antara mereka, dan ada yang dengan suara keras demikian rupa, sehingga terkesan oleh Abu Talhah al-Ansari bahwa perselisihan mereka sudah makin memuncak. la masuk dan berkata: "Saya lebih ngeri melihat kalian saling dorong daripada saling bersaing. Saya tidak akan memperpanjang lebih dari tiga hari yang sudah diperintahkan kepada kalian. Setelah itu saya akan tinggal di rumah dan akan melihat apa yang kalian kerjakan!" Bagaimana mereka sampai berselisih begitu sengit padahal mereka sahabat-sahabat besar Rasulullah dan dari kalangan Muslimin yang sudah beriman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya begitu baik? Kita sudah pernah menyaksikan perselisihan sengit antara kaum Muhajirin dan Ansar di Saqifah Banu Sa'idah dan kaum Ansar pun segera mengakui hak Kuraisy untuk memangku kekhalifahan. Ketika Abu Bakr duduk di antara Umar dengan Abu Ubaidah, ia memegang tangan keduanya dan berkata kepada orang-orang di sekitarnya: "Ini Umar dan ini Abu Ubaidah, baiatlah siapa di antara keduanya yang kalian kehendaki." Mendengar ucapan itu Umar berkata: "Abu Bakr, bentangkan tangan Anda!" Abu Bakr membentangkan tangannya lalu dibaiat oleh Umar, dibaiat oleh Abu Ubaidah dan yang hadir juga semua membaiatnya, selain Sa'd bin Ubadah pemuka Ansar. Dengan demikian Abu Bakr telah menjadi pengganti Rasulullah dalam pemerintahan Islam. Sampai ajal tiba ia tidak menemui kesulitan yang berarti untuk memperoleh kesepakatan Muslimin dengan pergantian Umar. Bukankah kedudukan Majelis Syura dalam kedua peristiwa ini merupakan contoh yang akan melepaskan mereka dari perselisihan dan mengajak bersepakat atas orang yang akan dibaiat oleh Muslimin menjadi khalifah? Sebenarnya situasi yang dialami Majelis Syura berbeda sekali dengan situasi yang dialami oleh Muhajirin dan Ansar di Saqifah, dan yang dialami oleh Muslimin ketika Abu Bakr menunjuk Umar menjadi penggantinya. Ketika Rasulullah wafat persatuan di Semenanjung Arab belum lagi terpadu. Berita-berita mereka yang mendakwakan diri nabi dari Banu Asad, Banu Hanifah, begitu juga di Yaman sudah meluas dan sudah diketahui oleh pihak Muhajirin dan Ansar. Kekhawatiran bahwa kabilah-kabilah itu akan memberontak terhadap agama baru ini dan terhadap kekuasaan Medinah sangat mengganggu pikiran.

8

USMAN BIN AFFAN

Semua ini jelas sekali pengaruhnya dalam mempersatukan mereka yang sedang berkumpul di Saqifah. Mereka lebih cepat lagi melangkah mempersatukan diri mengingat Rasulullah sudah memerintahkan Usamah bin Zaid memimpin sebuah pasukan untuk menghadapi Rumawi. Lebihlebih mereka memahami situasi genting itu serta beratnya tanggung jawab yang mesti dipikul oleh orang yang harus menggantikan Rasulullah. Waktu itu, baik Muhajirin maupun Ansar belum mengenal adanya daya tarik rampasan perang yang melimpah di Medinah dan yang akan membuat mereka melihat kekhalifahan itu sebagai hal yang menguntungkan. Oleh karenanya perdebatan mereka berkisar sekitar agama dan pembelaannya dan siapa yang harus menggantikan Rasulullah. Di luar itu, yang berhubungan dengan pemerintahan dan kekuasaannya hanya sepintas lalu saja terlintas dalam pikiran mereka. Pada mulanya pihak Ansar hanya berpegang pada hak mereka sendiri dalam kekhalifahan atau bersama-sama karena Medinah adalah kota mereka dan kaum Muhajirin pendatang baru di tempat itu. Jadi merekalah yang paling berhak memegang dan mengurus kepentingan umat. Sesudah dalam diskusi Saqifah itu tampak bahwa soalnya bukan lagi soal Medinah saja melainkan sudah soal agama yang baru tumbuh ini, barulah mereka mengakui hak Muhajirin dalam kekhalifahan, mengingat mereka adalah pelopor-pelopor yang pertama dalam agama dan dalam persahabatan mereka dengan Rasulullah. Ketika Abu Bakr menunjuk Umar sebagai penggantinya, dalam menghadapi Persia dan Rumawi pasukan Muslimin di Irak dan di Syam dalam posisi bertahan. Tak ada yang tahu bagaimana takdir kelak menentukan. Malah pihak Muslimin masih berat hati akan berangkat ke Irak membantu Musanna bin Harisah. Sampai selama tiga hari itu tak ada orang yang memenuhi seruan Umar, sebab mereka masih takut menghadapi Persia dan kehebatannya. Memikul tanggung jawab dalam situasi yang begitu genting bukan hal yang layak diperselisihkan, satu sama lain ingin memonopoli. Perhitungan Abu Bakr melihat situasi yang begitu genting, itulah yang membuatnya menunjuk Umar, sebab di antara sahabat-sahabatnya, dialah yang benar-benar tangguh dan paling mampu mengikuti suatu politik yang harus sukses dengan ketangguhan dan keteguhan hati, seperti yang ada pada Umar. Umat Muslimin dapat menerima kekhalifahan Umar kendati mereka sudah tahu wataknya yang begitu keras dan tegar, dan dalam hal ini tak ada orang yang mau menyainginya. Cemas sekali mereka melihat perang Persia dan Rumawi itu, mereka diliputi rasa khawatir jika pasukan Muslimin kalah dengan segala akibat yang timbul karenanya.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

9

Sesudah kemudian Umar memegang pimpinan temyata sukses mengadakan penyebaran dan pembebasan serta berhasil membangun sebuah kedaulatan Islam dengan Medinah sebagai ibu kota yang disegani dunia. Di sisi itu, juga sebagai negeri Arab dengan kedaulatannya yang besar dan menjadi pusat perhatian semua bangsa dari segenap penjuru. Karena harta kekayaan yang melimpah berdatangan dari segenap penjuru kedaulatannya itu, Umar sudah tidak tahu lagi jumlah harta itu harus dengan dihitungkah atau dengan ditimbang? Keadaan sudah berubah dari yang semula. Bukan hal yang mengherankan jika anggota-anggota Majelis Syura kemudian terlibat ke dalam perselisihan yang makin memuncak, masing-masing menginginkan pihaknya yang memegang kekhalifahan. Di samping itu ada faktor lain yang memicu perselisihan, yang dampaknya kemudian begitu kuat dalam kehidupan negara, yaitu persaingan keras antara kabilah-kabilah Kuraisy sendiri dengan pengaruh jahiliah yang begitu jelas. Setelah Nabi diutus dan menyerukan persamaan, kebenaran dan keadilan, lepas dari segala hawa nafsu, persaingan demikian ini di masa Rasulullah sudah tak terlihat lagi. Kemudian setelah Rasulullah wafat mulai timbul lagi, tetapi masih malu-malu. Sesudah kekhalifahan Abu Bakr dan Umar berlalu dan melihat Arab lebih unggul dari Persia dan Rumawi, fanatisme kekabilahan mulai timbul lagi. Orang mulai mengingat-ingat kembali persaingan dahulu antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah, begitu juga dengan yang Iain-lain di Mekah. Semua mereka terdorong untuk saling berseteru dan bermusuhan. Persaingan antara Banu Hasyim' dengan Banu Umayyah; sikap orang-orang Arab terhadap kekhalifahan Persaingan antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah itu sudah berjalan lebih dari seratus tahun sebelum Nabi lahir. Jabatan-jabatan di Rumah Suci semua bertumpu di tangan Qusai bin Kilab. Pada paruh pertama abad kelima Masehi penduduk Mekah sudah mengakui kepemimpinannya atas mereka. Ada tiga anak laki-laki Qusai, yakni AbdudDar, Abdu-Manaf dan Abdul-Uzza. Sesudah Qusai berusia lanjut dan sudah tidak kuat memikul tugas itu, semua urusan yang menyangkut pimpinan Mekah dan jabatan-jabatan di Rumah Suci diserahkan kepada anak sulungnya, Abdud-Dar. Sementara Banu (keluarga besar) AbduManaf di tengah-tengah masyarakatnya itu paling terpandang dan punya kedudukan paling penting. Anak-anak mereka adalah Abdu-Syams, Naufal, Hasyim dan Muttalib. Kekuatan ini telah menggoda kesepakatan mereka untuk merebut segala yang ada di tangan sepupu-sepupunya itu.

10

USMAN BIN AFFAN

Sekarang Kuraisy terbagi menjadi dua persekutuan: Persekutuan al-Mutayyabun yang mendukung Banu Abdu-Manaf, dan Persekutuan al-Ahlaf yang mendukung Banu Abdud-Dar. Kemudian mereka mengadakan kesepakatan bersama dalam soal logistik: Banu Abdu-Manaf mendapat bagian siqayah dan rifadah,1 sedang bagian Banu Abdud-Dar adalah hijabah, liwa' dan nadwah.2 Hasyim adalah saudara yang tertua dan dia yang memegang urusan siqayah dan rifadah. Sesudah ia berusia lanjut, terbayang oleh kemenakannya, Umayyah bin Abdu-Syams, bahwa dia mampu menyainginya untuk memberi makan Kuraisy di musim ziarah seperti yang dilakukan oleh Hasyim. Tetapi ternyata kemudian ia tidak mampu, dan karenanya ia dikutuk orang. Ia pergi ke Syam dan tinggal di sana selama 10 tahun. Al-Maqrizi berkata: "Inilah permusuhan pertama antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah."3 Permusuhan ini berlanjut terus turun-temurun. Orang Arab sangat menghormati persuakaan. Jika seorang orang Arab sudah memberi suaka kepada seseorang, maka orang itu berada di bawah perlindungannya, aman dari segala serangan pihak lain. Di kalangan mereka adat ini sangat dihormati. Sungguhpun begitu, Harb bin Umayyah pernah mengganggu Abdul-Muttalib bin Hasyim — kakek Nabi — karena orang Yahudi berada di bawah suaka Abdul-Muttalib. Harb bin Umayyah masih juga terus mengganggunya sampai akhirnya Yahudi itu dibunuhnya dan hartanya diambil. Persaingan antara Banu Umayyah dengan Banu Hasyim ini tetap berlanjut. Sesudah Nabi diutus, Banu Umayyah menjadi golongan yang paling keras memusuhinya. Persaingan mereka terhadap Banu Hasyim itu merupakan pendorong terbesar dalam hal ini. Abu Sufyan bin Harb, Akhnas bin Syariq dan Abu al-Hakam bin Hisyam mengintai Rasulullah selama tiga malam. Mereka mendengar dari balik tabir Rasulullah sedang membaca Qur'an. Akhnas pergi mengunjungi Abu Jahl di rumahnya dan menanyakan: "Abu al-Hakam, bagaimana pendapat Anda tentang yang kita dengar dari Muhammad?"

1

Siqayah, persediaan air, dan rifadah persediaan makanan untuk para peziarah di Ka'bah. 2 Masing-masing berarti: 'juru kunci,' 'pemegang panji (komandan)' dan 'pimpinan rapat setiap tahun musim.' — Pnj. 3 Lihat al-Maqrizi, an-Niza' wat-Takhasum baina Bani Umayyah wa Bani Hasyim, h. 22-23.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

11

"Yang saya dengar?!" jawab Abu Jahl. "Kami sudah saling memperebutkan kehormatan dengan Banu Abdu-Manaf. Mereka memberi makan, kami pun memberi makan, mereka menanggung, kami pun begitu, mereka memberi, kami juga memberi, sehingga kami dapat sejajar dan sama tangkas dalam perlombaan itu dan kami seperti dua ekor kuda pacuan." Tetapi tiba-tiba kata mereka: "Di kalangan kami ada seorang nabi yang menerima wahyu dari langit. Kapan kita akan mengalami yang semacam itu? Tidak! Kami samasekali tidak akan beriman kepadanya dan tidak akan mempercayainya!" Abu Sufyan Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah adalah pemuka mereka yang memusuhi Muhammad. Sejak Muhammad masih di Mekah sampai kemudian hijrah ke Medinah ia tetap selalu memusuhinya. Cukup kita ingat bahwa dialah yang memimpin Kuraisy dalam Perang Uhud. Setelah Kuraisy mendapat kemenangan dia yang berteriak: "Hari ini sebagai pembalasan Perang Badr. Sampai jumpa lagi tahun depan!" Dia juga lagi yang memimpin Ahzab dalam Perang Khandaq. Sebelum Uhud dan sesudah Khandaq dia yang menghasut orang untuk memusuhi Muhammad dan berusaha membunuhnya. Sesudah Nabi berangkat hendak membebaskan Mekah dan Abu Sufyan juga keluar dan melihat bahwa tak mungkin pihak Mekah dapat melawan Muslimin, dia meminta perlindungan kepada Abbas bin Abdul-Muttalib, dan sesudah Abbas memberi perlindungan dibawanya ia kepada kemenakannya itu. Ketika itu Rasulullah menanya kepada Abu Sufyan: "Belum waktunyakah Anda mengetahui bahwa saya Rasulullah?" Abu Sufyan menjawab: "Demi ibubapaku! Sungguh bijaksana Anda, sungguh pemurah. Tetapi mengenai soal ini, masih ada sesuatu dalam hati saya."1 Sesudah jawaban itu ia melihat bahwa ia akan mati kalau tidak masuk Islam. Karenanya ia masuk Islam untuk menyelamatkan diri dari maut, bukan karena beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesudah pembebasan itu penduduk Mekah semua menerima Islam, termasuk Banu Umayyah, yang jumlah kabilah dan anggotanya terbanyak. Memperebutkan pengaruh Setelah Abu Sufyan dan Banu Umayyah masuk Islam fanatisme kesukuan masih tetap merasuk dalam hatinya walaupun untuk mengungkap isi hatinya itu kekuatan Rasulullah dan kekuatan Islam sudah 1

At-Tabari, Tarikh, 2/221 (cetakan at-Tijariyah, 1939).

12

USMAN BIN AFFAN

membuatnya lumpuh. Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakr dibaiat, ia menggunakan kesempatan untuk menyebarkan bibit-bibit fitnah. Disebutkan bahwa setelah ada kesepakatan bersama mengenai pelantikan Abu Bakr ia datang dan mengatakan: "Sungguh, hanya darah yang akan dapat memadamkan sampah ini." Kemudian ia memanggil-manggil Keluarga Abdu-Manaf, mengapa mesti Abu Bakr yang memerintah kamu... Mana kedua orang yang ditindas itu, mana orang yang dihina, Ali dan Abbas...?" Tak seorang pun akan sudi di bawah kezaliman Yang terus-menerus disengajakan Hanyalah yang dihina menjadi pasak kampung halaman. Sumber-sumber yang mengutip cerita ini sependapat, bahwa Ali menolak ajakan Abu Sufyan itu, dan ia berkata kepadanya: Anda memang mau membuat fitnah dengan cara itu. Anda selalu mau membawa Islam ke dalam malapetaka. Dan katanya lagi: "Anda selalu memusuhi Islam dan pemeluknya, tetapi Anda tak akan berhasil. Saya berpendapat Abu Bakr memang pantas untuk itu." Mengenai sikap Abu Sufyan terhadap kaum Muslimin sesudah pelantikan Abu Bakr, sumber-sumber itu masih saling berbeda. Ada yang berpendapat bahwa dia menjadi seorang Muslim yang baik, dan dia yang mengerahkan Muslimin di Syam untuk menghadapi Rumawi. Cerita ini diperkuat karena kedua anaknya, Yazid dan Mu'awiyah, yang memimpin pasukan di Syam itu. Setelah Yazid meninggal, pimpinan Syam oleh Umar bin Khattab diserahkan kepada Mu'awiyah. Yang lain berpendapat bahwa Abu Sufyan berbeda kulit dari isi, dan bahwa dia merupakan tempat perlindungan kaum munafik. Kalau dia melihat pihak Rumawi muncul ia berkata: Ya Banu al-asfar!1 Kalau mereka dipergoki kaum Muslimin ia membaca sajak Nu'man bin Imru'ul Qais bin Aus — salah seorang raja Hirah: Banu al-asfar, raja-raja, para raja Rumawi Tiada lagi mereka yang dapat diingat Setelah Allah memberikan kemenangan kepada Muslimin dan Zubair bin Awwam diajak bicara tentang Abu Sufyan ia berkata: Terkutuk orang itu. Yang datang hanya orang munafik? Bukankah kita lebih baik dari bangsa Banu al-asfar? 1

Sebutan untuk orang-orang Rumawi di Asia Kecil, Konstantinopel dan sekitarnya, kemudian menjadi sebutan bagi semua ras kulit putih. — Pnj.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

13

Jelas, sumber terakhir ini dibuat-buat kemudian oleh pendukungpendukung Banu Abbas. Sangat tidak wajar Abu Sufyan akan lebih bersikap fanatik terhadap pihak Rumawi daripada terhadap golongannya sendiri sementara anak-anaknya memimpin pasukan berperang melawan Rumawi. Juga sumber yang dikatakan dari Hasan bahwa Abu Sufyan menemui Usman bin Affan sesudah ia menjadi Khalifah dengan mengatakan: "Sekarang sudah menjadi giliran Anda sesudah Banu Taim dan Banu Adi. Gulirkanlah bola itu dan jadikanlah Banu Umayyah tali busumya. Dijawab oleh Usman dengan suara keras: "Pergilah kau dari sini!" Persaingan Banu Hasyim dan Banu Umayyah Tetapi kalaupun kita dapat menerima bahwa sumber pertama itu palsu karena berlawanan dengan logika peristiwa, namun kita tak dapat menerima kepalsuan sumber yang kedua karena memang, Abu Sufyan orang yang sangat fanatik terhadap golongannya, Banu Umayyah. Sungguhpun begitu persaingan antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah ini tidak merintangi segolongan kerabat dekat Rasulullah untuk menyatakan permusuhan secara terbuka, sebab dia mengecam agama mereka dan mencela segala yang disembah nenek moyang mereka. Abu Lahab, pamannya, dan istrinya tukang fitnah1 selalu mengganggu Nabi melebihi Banu Umayyah dan orang-orang Kuraisy lainnya. Pamannya Abu Talib, kendati ia tetap bertahan dengan agamanya, ia melindungi Nabi dengan segala kedudukan dan kemampuannya itu di Mekah. Sebaliknya pamannya Hamzah, ia masuk Islam karena solider kepada kemenakannya itu ketika dilihatnya Abu Jahl memaki dan mengganggu Muhammad, sementara pamannya Abbas baru masuk Islam setelah pasukan Muslimin berangkat akan membebaskan Mekah. Hak dan batil Tidak heran jika paman-paman Rasulullah bersikap demikian kepadanya. Kekuasaan dan pengaruh kepercayaan itu memang besar sekali dalam hati orang. Sebagian besar orang tidak mau memperdebatkan apa yang sudah diwarisinya dari nenek moyangnya untuk mengetahui mana yang hak dan mana yang batil, mana yang benar dan mana yang tidak. Dan yang sebagian kecil adalah mereka yang dengan hati nurani sudah

1

Harfiah, 'pembawa kayu bakar,' arti kiasan dalam Qur'an, yakni sering membawa kayukayu berduri yang diikat lalu diletakkan di jalan yang biasa dilalui Nabi; atau tukang memanas-manasi hati orang untuk memusuhi Nabi. — Pnj.

14

USMAN BIN AFFAN

mendapat cahaya ilahi, mereka yang oleh Allah sudah diberi hidayah, diberi petunjuk kepada kebenaran dengan bukti yang nyata. Mereka tidak akan bersikap fanatik terhadap kebatilan bilamana kebenaran itu sudah jelas dan sudah menerangi cita-citanya dengan cahaya-Nya. Mereka ini tidak akan terpengaruh oleh fanatisme pada suatu kabilah, ras atau kepercayaan untuk menerima kebenaran yang telah disampaikan kepada mereka. Kalau mereka yakin, mereka akan mempercayainya dan akan menjadi orang-orang beriman dan akan menjadi penganjurnya yang tangguh. Itulah yang telah terjadi dengan Usman bin Affan, Abdur-Rahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Sa'd bin Abi Waqqas dan Zubair bin Awwam. Tak seorang pun dari sahabat-sahabat itu yang termasuk Banu Hasyim. Usman dari Banu Umayyah, yakni Usman bin Affan bin Abi al-As bin Umayyah bin Abdu-Syams. Abu Bakr laki-laki pertama yang masuk Islam ketika diajak oleh Rasulullah setelah diutus membawa risalah Islam. Secara terbuka dakwah kebenaran itu disampaikan oleh Abu Bakr kepada sahabat-sahabatnya, lalu diikuti oleh kelima orang itu, dengan dipelopori oleh Usman. Mereka masuk ke dalam agama Allah serta beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kelima orang itulah yang mula-mula masuk Islam dan berpegang teguh, dan demi agama itu pula mereka berjuang mati-matian. Rasulullah wafat pun sudah merasa lega terhadap mereka. Mereka itulah yang didudukkan dalam Majelis Syura oleh Umar bin Khattab, termasuk Ali bin Abi Talib, sepupu dan menantu Rasulullah dari pernikahannya dengan putrinya Fatimah. Soalnya Ali adalah Muslim pertama dari Banu Hasyim dan dalam semua pertempuran ia bersama Rasulullah. Ali bin Abi Talib Karena kesertaan mereka yang mula-mula dalam Islam dan persahabatan mereka dengan Rasulullah, mereka mendapat tempat di hati kaum Muslimin. Di antara mereka ada yang masih dalam hubungan kerabat dengan Rasulullah. Ini juga yang menambah kedekatan mereka di hati orang, dan sudah tentu Ali bin Abi Talib adalah kerabat dan hubungan keluarga terdekat dengan Rasulullah. Dia anak pamannya Abu Talib bin Abdul-Muttalib, dan Abu Talib inilah yang mengasuh Muhammad sejak mudanya setelah kakeknya Abdul-Muttalib meninggal, dan dia pula yang melindunginya dari gangguan Kuraisy setelah kerasulannya, ketika Kuraisy selalu mengganggunya sampai berlebihan. Dalam pada itu Rasulullah juga mengasuh Ali di masa mudanya. Dengan demikian ia telah membalas budi pamannya Abu Talib dengan sebaik-

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

Silsilah

15

16

USMAN BIN AFFAN

baiknya. Kedudukan Ali dengan sepupunya itu, itu pula yang membuatnya orang pertama masuk Islam dari kalangan anak muda, yang ketika itu umurnya belum mencapai akil balig. Sesudah memasuki usia muda remaja oleh Rasulullah ia dinikahkan dengan putrinya Fatimah, yang terus bersamanya sampai ia meninggal enam bulan sesudah kematian ayahnya. Fatimah ini ibunda Hasan dan Husain putra-putra Ali. Zubair bin Awwam Dalam kekerabatannya dengan Rasulullah sesudah Ali, adalah Zubair bin Awwam. Ibundanya Safiyah adalah putri Abdul-Muttalib, bibi Muhammad. Jadi dia anak Awwam bin Khuwailid, saudara Khadijah Ummulmukminin. Kekerabatan ini juga yang mendorongnya masuk Islam ketika umurnya baru enam belas tahun. Di samping itu, dia juga tak pernah ketinggalan dalam setiap pertempuran yang dialami oleh Rasulullah. Kejadian itu sesudah ia mengalami dua kali hijrah1 ke Abisinia, berlindung kepada Allah dengan agamanya, dari gangguan Kuraisy. Ketika dalam Perang Uhud, ia pun telah berikrar setia kepada Rasulullah dalam menghadapi kabilah-kabilah Arab. Dalam Perang Khandaq Rasulullah menugaskan orang yang dapat membawa berita tentang pasukan Ahzab yang mengepung Medinah, maka tugas itu dipercayakannya kepada Zubair. Seperti dikatakan oleh Rasulullah: "Setiap nabi punya seorang pembantu dekat,2 maka pembantu dekatku adalah Zubair bin Awwam." Ketika pembebasan Mekah, salah satu bendera dari tiga bendera Muhajirin dipegang oleh Zubair.3 Zubair dengan kekuatan fisik dan keberaniannya, juga sangat murah hati dan penuh rasa kasih sayang kepada orang. Oleh karena itu Nabi sangat dekat kepadanya dan saling mencintai. Tatkala di Medinah diadakan pembagian tanah ia mendapat sebidang yang cukup luas dan sebuah kebun kurma. Seperti Rasulullah,

1 Hijrah pertama terdiri dari 11 orang laki-laki dan 4 orang perempuan ke Abisinia ketika gangguan Kuraisy makin meningkat terhadap Muslimin. Setelah terbetik berita bahwa Kuraisy Mekah sudah tidak lagi mengganggu, mereka kembali. Tetapi ternyata sikap Kuraisy terhadap Muslimin tidak berubah. Terpaksa mereka kembali lagi ke Abisinia dengan 80 orang bersama istri dan anak-anak mereka. Ini yang disebut hijrah kedua. Mereka tinggal di sana sampai kemudian Nabi hijrah ke Medinah dan mereka pun kembali langsung ke Medinah. — Pnj. 2 Hawari (jamak hawariyun), 'yang murni, tersaring dari segalanya, banyak dipakai untuk pengikut-pengikut para nabi' (MAQ). —Pnj. 3 Ketiga orang Muhajirin itu ialah Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Zubair bin Awwam. — Pnj.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

17

Abu Bakr dan Umar juga sangat mencintainya. Abu Bakr memberinya sebidang tanah di Jauf dan Umar memberinya di Aqiq. Usman bin Affan Kekerabatan Usman bin Affan dengan Rasulullah tidak sedekat mereka itu. Kakeknya, Abu al-As bin Umayyah bin Abdu-Syams bin Abdu-Manaf bin Qusai kakek Rasulullah yang kelima. Tetapi dia juga menantu Nabi yang menikah dengan putrinya Ruqayyah dan kemudian dengan Um Kulsum. Sebelum kerasulannya Rasulullah sudah menikahkan kedua putrinya dengan kedua anak pamannya, Abu Lahab. Sesudah ia menjadi Rasul permusuhan Abu Lahab begitu sengit kepadanya dan menyuruh kedua anaknya itu menceraikan kedua putri Nabi. Lalu Usman menikah dengan Ruqayyah dan ikut bersama-sama dalam dua kali hijrah ke Abisinia, dan tetap bersamanya sampai sesudah hijrah ke Medinah. Sebelum terjadi Perang Badr Ruqayyah jatuh sakit. Usman tidak ikut dalam perang itu dengan izin Rasulullah karena akan merawat istrinya. Tetapi Ruqayyah menemui ajalnya juga. Oleh Rasulullah ia dinikahkan kepada Um Kulsum, adik Ruqayyah, yang tetap bersamanya sampai ia meninggal sebelum ayahnya. Rasulullah berkata menghibur Usman: "Kalau kami punya tiga anak putri juga akan kami nikahkan kepada Anda." Terjadi demikian ini karena Usman seorang laki-laki yang saleh, lemah-lembut, mudah bergaul dan murah hati. Rasulullah sangat mencintainya, mengenal jasanya, otaknya yang tajam dengan imannya yang sungguh-sungguh. Bukan karena semenda Usman kepada Nabi itu saja yang membuat Muhammad dekat kepadanya dan menanamkah rasa cinta dalam hatinya, tetapi karena dia juga termasuk orang yang sudah lebih dulu dalam Islam. Ia tidak terpengaruh oleh persaingan golongannya Banu Umayyah terhadap Banu Hasyim. Bergabungnya ia ke dalam Islam telah menimbulkan kemarahan kabilahnya. Oleh pamannya, Hakam bin Abi al-As bin Umayyah ia diikat dan katanya: "Kau meninggalkan agama nenek moyangmu dan menganut agama baru? Tidak, aku samasekali tidak akan melepaskanmu sebelum kau meninggalkan apa yang kaulakukan sekarang!" Tetapi Usman menjawab: "Tidak, sekali-kali saya tidak akan melepaskan Islam dan tidak akan meninggalkannya." Melihat kegigihannya mempertahankan kebenaran dan tetap berpegang teguh, tak ada jalan lain oleh pamannya ia dilepaskan. Sesudah itu gangguan golongannya itu makin menjadi-jadi. Ia ikut dua kali hijrah ke Abisinia. Sesudah kemudian hijrah ke Medinah, tidak segan-segan ia mengeluarkan hartanya yang tidak sedikit untuk mem-

18

USMAN BIN AFFAN

bantu Muslimin. Bahkan ia telah memberikan saham terbesar dalam menyiapkan pasukan Usrah ke Tabuk. Dia yang membeli Bi'ir Rumah dari orang Yahudi untuk tempat minum pasukan Muslimin dan orang dapat menimbanya seperti yang lain. Dalam peristiwa Hudaibiyah Rasulullah menugaskannya sebagai utusan kepada Kuraisy. Sesudah lama belum kembali juga pihak Muslimin mengira ia sudah dibunuh. Rasulullah dan sahabat-sahabat mengadakan Ikrar Ridwan sebagai Ikrar setia, yang berarti siap memerangi Kuraisy.1 Kemudian Nabi menepukkan sebelah tangannya pada yang sebelah lagi sebagai tanda ikrar kepada Usman seolah ia hadir dalam peristiwa itu.2 Usman adalah juga salah seorang penulis wahyu. Sudah tentu, dengan begitu dekatnya kepada Rasulullah ia telah mendapat kehormatan dan kedudukan yang sangat mulia dalam hati kaum Muslimin. Sa 'd bin Abi Waqqas Sa'd bin Abi Waqqas termasuk kabilah Banu Zuhrah — masih pernah paman Nabi dari pihak ibu — Sa'd bin Malik bin Wuhaib bin Abdu-Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Jadi dia orang Kuraisy dari Banu Zuhrah. Ibunya putri Sufyan bin Umayyah, ada juga yang mengatakan dia putri Abu Sufyan bin Umayyah. Sa'd termasuk orang yang mula-mula dalam Islam, masuk Islam ketika baru berumur 17 tahun, kaya dan hidup senang, berpakaian bahan tenun sutera dan bercincin emas. Ia mengalami semua peristiwa bersama Rasulullah, ia terus mendampinginya dan melindunginya dalam Perang Uhud saat banyak orang yang melarikan diri. Ia memperlihatkan kepahlawanannya dan begitu berani dalam berbagai pertempuran sehingga kaum Muslimin sepakat memilihnya sebagai pimpinan untuk menghadapi Persia di Kadisiah setelah kehancuran Abu Ubaid bin Mas'ud as-Saqafi di Qirqis.3 Karena termasuk orang yang mula-mula dalam Islam, kecintaannya kepada Nabi serta kepahlawanan dan keberaniannya, ia sangat dicintai oleh Rasulullah dan dekat sekali dalam hatinya. Itu sebabnya ketika Umar bin Khattab menyerahkan kepadanya pimpinan pasukan yang berangkat ke Kadisiah ia berkata: "Sa'd, Sa'd Banu Wuhaib! Janganlah Anda tertipu dalam menaati perintah Allah

1

Sehubungan dengan ikrar ini Allah berfirman: "Allah telah meridai orang-orang beriman ketika mereka memberikan ikrar setia kepadamu di bawah pohon..." (Qur'an 48:18). 2 Lihat Sejarah Hidup Muhammad, h. 398. — Pnj. 3 Lihat Umar bin Khattab, h. 213-9. — Pnj.

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

19

karena Anda dikatakan masih paman Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam dan sahabatnya. Allah Yang Mahakuasa tidak akan menghapus kejahatan dengan kejahatan, tetapi Ia menghapus kejahatan dengan kebaikan! Antara Allah dengan siapa pun tak ada hubungan nasab selain ketaatannya. Manusia yang tinggi dan yang rendah dalam pandangan Allah sama. Allah adalah Tuhan mereka dan mereka hamba-hambaNya, saling menghargai untuk keselamatan dan menjalankan kewajiban dengan ketaatan kepada-Nya. Perhatikanlah apa yang biasa dilakukan oleh Nabi sallallahu 'alaihi wasallam sejak diutus sampai ia meninggalkan kita. Teruslah kerjakan, sebab itu adalah perintah."1 Abdur-Rahman bin Auf Seperti Sa'd bin Abi Waqqas, Abdur-Rahman bin Auf juga orang Kuraisy dari Banu Zuhrah dan termasuk paman Rasulullah dari pihak ibu: Abdur-Rahman bin Auf bin Abdul-Haris bin Zuhrah bin Kilab. Ibunya Syifa' binti Auf bin Abdul-Haris bin Zuhrah bin Kilab. Jadi dia masih kerabat dekat dari pihak ayah. Selain Abdur-Rahman masih semenda Usman bin Affan juga ia sepupu Sa'd bin Abi Waqqas. Sejak semula ia memang seorang pedagang yang jujur, dan karena kejujurannya itu ia makin beruntung dalam perdagangan dan menjadi kepercayaan semua orang. Ia mendapat kepercayaan Rasulullah sejak masuk agama Allah ini bersama dengan mereka yang mula-mula dalam Islam, sehingga kata Rasulullah: "Dia jujur di bumi dan jujur di langit."2 Setelah hijrah ke Medinah ia tinggal di rumah Sa'd bin Rabi' alKhazraji. "Ini harta saya," kata Sa'd, "dan akan saya bagi dua; saya punya dua orang istri, salah seorang untuk Anda." Tetapi Abdur-Rahman menjawab: "Terima kasih, semoga harta Anda dan istri Anda memberi berkah kepada Anda. Tetapi tolong besok pagi tunjukkan kepada saya di mana letak pasar." Setelah ditunjukkan letak pasar dan kemudian ia berdagang di tempat itu ia memperoleh keuntungan yang makin lama makin besar sehingga waktu meninggal dia terbilang orang terkaya. Rasulullah senang bersahabat dengan dia seperti yang diperlihatkan kepada Abu Bakr dan Umar. Karena kejujurannya dan mudah bergaul ia mendapat kepercayaan kalangan pemikir terkemuka, sehingga banyak yang mengusulkan untuk dicalonkan sebagai khalifah sesudah Umar.

1 At-Tabari, 2/4. 2 Op. cit 2/29.

20

USMAN BIN AFFAN

Talhah bin Ubaidillah Orang ini dari Banu Taim bin Murrah, satu kabilah dengan Abu Bakr as-Siddiq. Dia anak Usman bin Umar bin Ka'b bin Taim bin Murrah. Ibunya Sa'abah binti Ubaidillah al-Hadrami, dan ibunda Sa'abah ini Aisyah binti Wahab bin Abdud-Dar bin Qusai bin Kilab. Talhah seorang pedagang yang pada musim dingin dan musim panas pergi ke Yaman dan ke Syam. Selain sebagai salah seorang pemikir Kuraisy, dia juga pemberani dan di Mekah dikenal sangat pemurah. Sesudah Nabi diutus dan Abu Bakr masuk Islam, Talhah orang yang pertama pula datang kepada Abu Bakr dan ia diantarkan kepada Nabi menyatakan keislamannya. Suatu hari sekembalinya dari perjalanan ke Syam ia mengatakan kepada Nabi bahwa penduduk Medinah sedang menanti-nantikan hijrahnya ke kota mereka. Sesudah keadaan kaum Muslimin stabil di Medinah, dan ekspedisi kemudian dimulai, Talhah berada di barisan depan bersama-sama yang lain. Sebelum pecah Perang Badr Rasulullah pernah mengutusnya untuk mengumpulkan berita-berita tentang Abu Sufyan. Ketika Nabi mendapat musibah dalam Perang Uhud Talhah berada di sampingnya dan termasuk orang yang mati-matian membelanya sehingga dia sendiri mengalami luka-luka yang hampir saja merenggut nyawanya. Selepas Perang Tabuk dengan perintah Rasulullah ia membakar rumah Suwailim, orang Yahudi yang oleh orang-orang munafik dipakai markas untuk menjerumuskan Muslimin. Setelah Rasulullah wafat ia bersamasama dengan Ali bin Abi Talib dan Zubair bin Awwam tinggal menyendiri di rumah Fatimah dan tidak menghadiri pertemuan Abu Bakr, Umar, Abu Ubaidah di Saqifah Banu Sa'idah. Setelah Abu Bakr dibaiat sebagai Khalifah dan sedang menghadapi kaum murtad dan mereka yang enggan membayar zakat, Talhah bersama Ali dan Zubair yang menjaga Medinah. Di samping itu, oleh Khalifah ia dipertahankan untuk mendampinginya bersama-sama dengan para penasihatnya yang lain, seperti Umar, Usman, Ali, Abdur-Rahman bin Auf dan sahabat-sahabat besar lainnya yang sudah mula-mula dalam Islam. Talhah termasuk orang yang menentang Abu Bakr ketika dalam sakitnya yang terakhir ia menunjuk Umar untuk menggantikannya. Bersama sekelompok Muslimin yang lain ia datang menemuinya dan berkata: "Anda menunjuk Umar sebagai pengganti yang akan memimpin kami. Sudah Anda lihat bagaimana ia menghadapi orang padahal Anda masih ada di sampingnya, bagaimana pula kalau dia hanya dengan mereka dan Anda sudah bertemu Tuhan!?" Abu Bakr marah dan berteriak kepada Talhah: "Untuk urusan Allah Anda mengancam

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

21

saya!? Kalau saya bertemu Tuhan dan saya ditanya akan saya katakan, bahwa untuk memimpin hamba-hamba-Mu aku telah menunjuk seorang hamba-Mu yang terbaik."1 Pandangan Talhah tentang Umar tidak berubah dalam kedudukannya mendampingi Umar sesudah ia menjadi Khalifah. la tetap tinggal di Medinah dan sebagai penasihat Umar seperti terhadap Abu Bakr sebelum itu. Sesudah Umar terkena tikam ia menunjuk Talhah menjadi salah seorang anggota Majelis Syura kendati ia sedang tak ada di Medinah. Kepada anggota-anggota Majelis ia berpesan: "Tunggulah Saudaramu Talhah selama tiga hari sampai dia datang. Kalau belum datang juga ambillah keputusan oleh kalian." Pertimbangan Umar memilih anggota-anggota Majelis Syura Orang-orang yang oleh Umar dipilih menjadi anggota Majelis Syura mengingat hubungan mereka dan kedudukan mereka bersama Rasulullah. Bagaimana sengitnya perselisihan mereka itu ketika mengadakan pertemuan untuk memilih khalifah di antara mereka, sampai-sampai Abu Talhah al-Ansari berkata: "Saya lebih ngeri melihat kalian saling mendorong daripada saling bersaing." Saya kemukakan pandangan ini untuk menunjukkan bahwa setelah Kedaulatan Islam makin luas kekhalifahan itu telah menjadi ajang persaingan yang mau diperebutkan. Masih ada satu pandangan lagi yang menjurus pada perselisihan yang begitu tajam, dan wajar saja kalau hal ini sampai begitu keras. Ketika itu orang mau mencegah pencalonan khalifah dari pihak Banu Hasyim karena dikhawatirkan kenabian dan kekhalifahan hanya berada dalam keluarga mereka, yang dengan demikian berarti juga kekuasaan rohani dan kekuasaan duniawi. Sesudah itu, tak boleh lagi ada kabilah yang berharap menempati kedudukan khalifah, selain mereka. Kabilah-kabilah Arab itu juga khawatir kekhalifahan akan berada di tangan Banu Umayyah, sebab mereka adalah suku Kuraisy yang terbanyak.jumlahnya dan yang terkuat. Kalau kekhalifahan sudah di tangan mereka tak akan mudah dilepaskan. Banu Hasyim dan Banu Umayyah berpendapat, dari pihak mereka posisi kabilah-kabilah Arab telah dirugikan tidak pada tempatnya. Kedua Keluarga itu masing-masing berupaya menyingkirkan bahaya yang tidak adil itu dengan cara menempati kekhalifahan dan mencari jalan supaya khalifah berada di antara para keturunannya. Keberadaan Usman dan Ali di Majelis Syura merupakan suatu kesempatan untuk itu dan adalah suatu keteledoran jika kesempatan ini sampai hilang. 1 Op.cit. 2/621. Ibn al-Asir, al-Kamil fit-Tarikh, 2/162.

22

USMAN BIN AFFAN

Tetapi persaingan lama Banu Hasyim dengan Banu Umayyah itu sangat menghambat pengumuman secara terbuka apa yang tersimpan dalam pikiran pemimpin-pemimpin mereka. Ikhtiar Umar membentuk Majelis Syura ini membantu juga segala yang masih tersimpan dalam hati mereka itu, kendati telah banyak juga perbedaan pendapat dalam Majelis Syura yang terungkap dan apa yang akhirnya terjadi. Abbas bersemangat, Ali tenang dan berpandangan jauh Abbas bin Abdul-Muttalib, paman Nabi, memang tidak berhasrat menduduki kekhalifahan untuk dirinya, sebab dia bukanlah dari kalangan Islam yang mula-mula. Malah cenderung ia sebagai orang yang masuk Islam karena Mekah sudah dikalahkan. Ia masuk Islam saat angkatan bersenjata Rasulullah sudah siap membebaskan Mekah. Tetapi di kalangan Banu Hasyim dia yang paling bijak dan menginginkan sekali kekhalifahan berada di kalangan keluarga Nabi. Ada disebutkan bahwa dia berkata kepada Ali bin Abi Talib ketika Umar membentuk Majelis Syura: "Jangan ikut mereka!" Tetapi Ali menjawab: "Saya tidak menghendaki ada perselisihan." Dijawab lagi oleh Abbas: "Jadi Anda berpendapat apa yang tidak Anda sukai." Ketika itu Umar sudah berkata kepada Majelis Syura: "Jika yang setuju tiga orang dan (yang tidak setuju) tiga orang, pilihlah Abdullah bin Umar menjadi penengah. Dari pihak mana pun dari kedua pihak itu yang diputuskan pilihlah seorang dari mereka. Kalau mereka tidak menyetujui keputusan Abdullah bin Umar, maka ikutlah kalian bersama mereka yang di dalamnya ada Abdur-Rahman bin Auf." Sesudah mendengar suara' kedua pihak itu Ali keluar dan menemui pamannya Abbas dan kata Ali: "Sudah meninggalkan kita." Ditanya oleh Abbas: "Dari mana Anda tahu?" Kata Ali: "Usman mengajak saya dengan mengatakan, ikutlah suara terbanyak. Kalau dua orang menyetujui satu orang dan dua orang lagi menyetujui satu orang, ikutlah mereka yang di dalamnya ada Abdur-Rahman bin Auf. Sa'd tidak akan menentang sepupunya, dan Abdur-Rahman adalah semenda Usman, mereka tidak akan berbeda pendapat. Maka Abdur-Rahman akan mengangkat Usman, atau Usman akan mengangkat Abdur-Rahman. Kalau yang dua lainnya di pihak saya tak ada gunanya, lepas bahwa yang saya harapkan itu salah seorang dari mereka." Mendengar kata-kata Ali itu Abbas menjawab dengan nada agak keras: "Setiap saya mendorong Anda, Anda kembalikan kepada saya sudah terlambat dengan membawa hal yang tidak saya kehendaki. Ketika Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam wafat saya katakan kepada

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

23

Anda supaya menanyakan siapa yang akan memegang pimpinan ini, Anda menolak. Saya katakan kepada Anda setelah ia wafat agar cepatcepat bertindak, Anda menolak. Saya katakan kepada Anda ketika Umar menunjuk Anda untuk Majelis Syura agar jangan ikut mereka, Anda menolak. Berpeganglah pada yang satu ini: Setiap mereka menawarkan apa pun kepada Anda jawablah: Tidak, kecuali kalau Anda yang akan diangkat. Berhati-hatilah terhadap jemaah itu, mereka akah selalu menjauhkan kita dari persoalan ini sebelum ada yang lain tampil di luar kita. Ya, memang, kita tidak akan mendapat apa pun selain bencana!" Ambisi untuk kedudukan khalifah Pihak Banu Umayyah tidak kurang ambisinya ingin agar kekhalifahan berada di tangan mereka. Setelah tiba saatnya Umar akan dikebumikan dan jenazahnya dibawa ke Masjid1 Nabi untuk disalatkan, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Talib tampil masing-masing ingin ke depan memimpin salat itu. Melihat yang demikian Abdur-Rahman bin Auf berkata: "Inilah ambisi orang yang ingin memegang pimpinan. Kalian tentu tahu bahwa dia sudah meminta yang lain di luar kalian. Suhaib, majulah dan salatkan!"2 Mendengar suara anggota-anggota Majelis Syura yang saling berselisih pendapat dengan suara lantang itu Abu Talhah al-Ansari masuk dan berkata: "Saya lebih ngeri melihat kalian saling dorong daripada saling bersaing. Saya tidak akan memperpanjang lebih dari tiga hari yang sudah diperintahkan kepada kalian. Setelah itu saya akan tinggal di rumah dan akan melihat apa yang kalian lakukan!" Sungguhpun begitu, perselisihan pendapat itu terus berlanjut sehari penuh menurut satu sumber, sumber yang lain mengatakan dua hari. Abdur-Rahman bin Auf khawatir perselisihan itu akan makin memuncak dengan segala akibatnya yang tidak diharapkan, maka katanya kepada kedua kelompok itu: "Siapa di antara kalian yang paling utama akan ditampilkan untuk dikukuhkan memegang pimpinan?" Mereka yang hadir terkejut keheranan sambil melihat kepadanya. Kata-kata apa itu?! Mereka bertengkar begitu sengit mau memperebutkan kekhalifahan.

1

Semua kata 'Masjid' berarti Masjid Nabawi di Medinah. —Pnj. Ini menurut sumber Ibn Sa'd dalam at-Tabaqat. Menurut sumber at-Tabari, AbdurRahman bin Auf berkata: Besar sekali ambisi kalian untuk memegang pimpinan. Tidakkah kalian tahu bahwa Amirulmukminin berkata: Suruh Suhaib memimpin salat. Maka Suhaib maju dan memimpin salat dengan empat kali takbir (at-Tabari 3/295). 2

24

USMAN BIN AFFAN

Bagaimana Abdur-Rahman mengharapkan ada dari mereka yang mau mundur dari ambisinya supaya dapat diambil keputusan dalam satu atau dua hari ini, dan dia sendiri tidak akan ikut mengambil bagian dalam pencalonan itu?! Tetapi keheranan mereka tidak berlangsung lama. Cepat-cepat AbdurRahman menyambungnya: "Saya menarik diri dari pencalonan." Cepatcepat pula Usman mengatakan: "Saya yang pertama setuju." Sa'd dan Zubair juga berkata: "Kami setuju." Karena Talhah tak ada di tempat, tinggal lagi Ali bin Abi Talib yang harus memberikan pendapatnya. Tetapi Ali tetap diam, tidak menyatakan setuju atau menolak. Barangkali ia masih mengira tindakan Abdur-Rahman ini suatu muslihat ingin memberikan jalan untuk pengangkatan semendanya, Usman. Ia diam sambil berpikir-pikir muslihat apa yang akan digunakan. Tetapi AbdurRahman tidak memberi waktu lama-lama untuk memberikan pendapatnya, malah ia bertanya: "Abu al-Hasan, bagaimana pendapat Anda?" Ali menyatakan kesangsiannya atas tindakan Ibn Auf itu. "Berjanjilah Anda," kata Ali, "bahwa Anda akan mendahulukan kebenaran, tidak memperturutkan hawa nafsu, tidak mengutamakan kerabat dan tidak mengabaikan bimbingan bagi umat." Cepat-cepat Abdur-Rahman tanpa ragu: "Berjanjilah kalian bahwa kalian akan mendukung saya dalam mengadakan perubahan dan menyetujui orang yang saya pilihkan. Saya berjanji kepada Allah tidak akan mengutamakan kerabat dan tidak akan mengabaikan bimbingan kepada umat Muslimin." Usaha Abdur-Rahman bin Auf Gerangan apa yang mendorong Abdur-Rahman menempuh cara ini!? Dia sudah tahu, banyak kalangan Muslimin yang mencalonkannya untuk kekhalifahan, dan orang-orang Arab merasa puas dan senang sekali karena dia juga termasuk yang mula-mula dalam Islam, dan kekhalifahan tidak lagi pada Banu Hasyim dan Banu Umayyah. Benarkah ia tidak ingin menduduki kekhalifahan sejak Umar menyatakan keinginannya untuk memberikan kepercayaan kepadanya? Kalau begitu, mengapa sebelum ia duduk dalam Majelis Syura, dan mengapa tidak dari semula ia menghindari ikut serta dalam Majelis itu? Para sejarawan Muslimin berpendapat bahwa dia tidak akan menolak ikut bersamasama dengan mereka, yang ketika Rasulullah wafat ia senang hati kepada mereka, dan bahwa dia menampik kekhalifahan itu tidak sulit untuk diidentifikasi sementara ia berada di antara mereka yang dipilih oleh Umar. Ini memang benar. Beberapa orientalis berpendapat bahwa ia melepaskan diri dari pencalonan dan pengangkatan sebagai khalifah

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

25

untuk kemudian akan diberikan kepada semendanya, Usman. Untuk itu mereka berargumen kepada kata-kata Ali kepada pamannya, Abbas: "Abdur-Rahman adalah semenda Usman, mereka tidak akan berbeda pendapat. Mereka akan saling mengangkat satu sama lain." Malah ada sekelompok orang yang berlebihan dalam menduga-duga. Mereka beranggapan bahwa Abdur-Rahman memperkirakan Usman tidak akan hidup lebih lama lagi, yang ketika itu umurnya sudah 70 tahun, dan bebannya sebagai khalifah pasti akan sangat memberatkan. Maka sudah dapat dipastikan Abdur-Rahman-lah saat itu yang akan menggantikannya. Dugaan yang berlebihan ini samasekali sudah tak masuk akal. Abdur-Rahman bin Auf orang yang teguh imannya, dia tahu bahwa setiap ajal sudah ditentukan. Kalau ajal sudah sampai tak akan dapat dimajukan atau diundurkan sesaat pun. Tentang semendanya, Usman, mungkin saja ia cenderung lebih menyukai Usman daripada Ali. Kesimpulan ini mungkin saja dapat dipercaya, karena dalam kenyataannya memang sudah terjadi, Usman diangkat oleh Abdur-Rahman. Tetapi ini tidak lebih dari suatu kesimpulan, yang adakalanya juga salah. Hanya saja kesimpulan ini bukan mustahil, melihat cara yang ditempuh oleh Abdur-Rahman dalam memilih khalifah. Agaknya Abdur-Rahman sudah tahu bahwa Usman dan Ali adalah calon utama yang harus bersaing. Karenanya ia berusaha untuk membatasi pencalonan itu. Langkah pertama yang dilakukannya dalam hal ini ia mengajak Ali berbicara empat mata. "Anda akan berkata," kata Abdur-Rahman, "bahwa dalam hal ini Anda lebih berhak dimasukkan dalam pencalonan daripada mereka karena kekerabatan Anda, karena Anda sudah lebih dulu dalam Islam serta jasa Anda dalam agama. Memang. Tetapi bagaimana seandainya Anda terlewatkan dan dalam hal ini Anda tidak terpilih, siapa di antara mereka menurut hemat Anda yang lebih berhak?" Dijawab oleh Ali: "Usman!" Kemudian ia mengajak Usman berbicara empat mata, dan katanya: "Anda akan mengatakan 'Saya tetua Banu Abdu-Manaf, menantu Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, bersepupu pula, yang mula-mula dalam Islam dan sudah berjasa, mengapa akan dijauhkan, mengapa dalam hal ini saya akan dilewatkan?' Tetapi bagaimana seandainya Anda terlewatkan juga dan Anda tidak terpilih, siapa di antara mereka menurut hemat Anda yang lebih berhak?" Dijawab oleh Usman: "Ali!" Sebelum itu ia sudah berbicara dengan semua anggota Majelis Syura dan dimintanya mereka memberi kuasa kepada tiga orang di antara mereka yang berhak memegang pimpinan. Maka Zubair memberikan haknya kepada Ali, Sa'd memberi kuasa kepada Abdur-Rahman dan

26

USMAN BIN AFFAN

hak Talhah diberikan kepada Usman. Tetapi karena Abdur-Rahman sudah mengundurkan diri, maka pencalonan itu dibatasinya hanya pada Ali dan Usman. Hak memilih salah seorang dari keduanya itu kini berada di tangan Abdur-Rahman. Adakah dia melakukan istikharah dan mengambil keputusan siapa di antara dua calon itu yang lebih layak diangkat? Dia bebas bertindak untuk menentukan ikrarnya sendiri dan meminta ikrar mereka. Tetapi dia khawatir tidak disetujui oleh mayoritas Muslimin yang sedang berkumpul di Medinah dari berbagai kawasan Kedaulatan Islam seusai mereka menunaikan ibadah haji dan tertahan oleh terbunuhnya Umar dalam menunggu apa yang akan disampaikan oleh Majelis Syura. Oleh karena itu ia berusaha menemui sahabat-sahabat Rasulullah dan para perwira militer serta pemuka-pemuka masyarakat yang baru kembali ke Medinah setelah menunaikan ibadah haji. Mereka semua ditanyai, baik bersama-sama atau satu per satu, yang berkelompok atau yang terpencar, dengan diam-diam dan dengan terbuka — sampai dapat menghasilkan dua orang terbaik yang kemudian akan dilantik. Kalangan sejarawan sependapat bahwa konsultasi-konsultasi AbdurRahman telah memperlihatkan banyaknya semacam kesepakatan di barisan Usman, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai alasan-alasan yang menyebabkan banyaknya kesepakatan itu. Sebagian mereka mengatakan bahwa orang cenderung kepada tokoh yang tidak sekeras Umar, yang dalam hidupnya telah menjauhi kehidupan duniawi dan menjauhkan orang dari yang demikian. Dalam hal ini Usmanlah orangnya, bukan Ali. Karenanya mereka tidak menghendaki Ali, karena khawatir Ali' akan membuat beban kepada mereka seperti yang dilakukan Umar. Sebagian lagi mereka berpendapat bahwa sudah dua hari dua malam Abdur-Rahman berkonsultasi. Sementara itu Banu Hasyim dan Banu Umayyah berkampanye untuk pihaknya masing-masing. Karena Banu Umayyah lebih banyak jumlah orangnya, lebih kaya dan lebih dermawan, propaganda mereka dapat menekan propaganda Banu Hasyim, dan sebagian besar mereka condong kepada Usman. Kalau ini benar, barangkali propaganda Banu Umayyah itu dasarnya adalah bahwa jika kekuasaan di tangan mereka, orang akan lebih terbuka dan lebih bebas menikmati segala harta dan kekayaan hasil rampasan perang, tidak akan merasakan tekanan seperti pada masa Umar. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa orang melihat usia Usman sudah mendekati tujuh puluh enam tahun atau lebih sementara Ali belum mencapai usia enam puluh tahun. Juga mereka mengatakan tentang persahabatan Usman dengan Rasulullah serta posisinya. Selain

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

27

itu mereka berpendapat kekhalifahannya tidak tertutup buat Ali untuk menggantikannya sebagai khalifah sesudahnya. Rasa kasihan mereka melihat umurnya yang sudah lanjut, penghargaan mereka pada masa lalunya, membuat mereka lebih cenderung kepada Usman dan mau memilihnya. Mana pun yang benar dari semua alasan itu suara mayoritas yang menyerupai konsensus itu jelas ada di pihak Usman. Kendatipun begitu, Abdur-Rahman bin Auf masih khawatir pembela-pembela Ali akan mencurigainya jika hasil ini sudah diumumkan. la pergi ke rumah kemenakannya, Miswar bin Makhramah dan dibangunkannya ia dari tidurnya — yang ketika itu sudah larut malam — pada malam terakhir batas waktu yang sudah ditentukan oleh Umar untuk memilih seorang amirulmukminin. Dimintanya ia memanggil Ali dan Usman. Setelah kemudian keduanya datang ia berkata kepada mereka: "Saya sudah menanyakan orang banyak, tetapi saya tidak melihat ada orang yang membedabedakan kalian berdua." Kemudian ia meminta janji mereka masingmasing: Yang terpilih agar berlaku adil, dan yang tidak terpilih supaya tetap taat dan patuh. Subuh itu ia mengajak kedua mereka setelah terdengar suara azan untuk salat. Ketika Masjid sudah penuh sesak, ia naik ke mimbar dan berdoa panjang sekali. Setelah itu katanya: "Saudara-saudara, orangorang dari daerah-daerah perbatasan menginginkan, begitu mereka pulang ke daerah masing-masing sudah tahu siapa pemimpin mereka." Sa'id bin Zaid menyela: "Kami lihat Andalah yang pantas untuk itu." Tetapi dijawab oleh Abdur-Rahman: "Kalian sebutkan nama yang lain!" Ammar bin Yasir dan Miqdad bin Amr menyebut nama Ali sementara Abdullah bin Abi Sarh dan Abdullah bin Abi Rabi'ah menyebut nama Usman. Perbedaan pendapat antara kedua golongan ini berlanjut dengan saling mencerca antara Ammar dengan Ibn Abi Sarh. Khawatir perselisihan itu akan berlarut-larut Sa'd bin Abi Waqqas berteriak marah: Abdur-Rahman! Coba atasi ini sebelum orang banyak terpancing dalam keributan!" Abdur-Rahman menjawab: "Sudah saya pertimbangkan dan saya musyawarahkan. Janganlah kalian menjerumuskan diri!" Abdur-Rahman masih di tempat duduknya di mimbar dengan tandatanda kesungguhan tampak di wajahnya, dan Muslimin yang mengelilinginya sudah memenuhi Masjid. Ia sudah bertekad agar Usman yang menjadi khalifah dan akan mengajak orang membaiatnya. Tetapi adakah hadirin mau segera memenuhi seruannya itu? Ataukah mereka masih terpecah dan masih beradu argumen seperti yang terjadi tadi antara

28

USMAN BIN AFFAN

Ammar bin Yasir dengan Abdullah bin Abi Sarh? Kalau ini juga yang terjadi dan mereka terpancing, maka akibatnya adalah bencana besar. Kota Medinah akan menjadi ajang kerusuhan dengan bahaya yang lebih meluas. Kebanyakan orang hanya menjadi budak nafsu dan mengejar kepentingannya sendiri. Demi memperjuangkan semua itu mereka mau mengorbankan keamanan dan keselamatan negara. Tetapi sikap ragu dalam pengangkatan khalifah itu tidak akan dapat mencegah bahaya dan tidak akan menghindarkan kaum Muslimin dari kekacauan, malah akan makin memperkuat timbulnya fitnah itu. Oleh karena itu AbdurRahman memanggil Ali dan memegang tangannya seraya berkata: "Bersediakah Anda saya baiat untuk tetap berpegang pada Kitabullah dan sunah Rasulullah serta teladan kedua orang penggantinya?" Ali menjawab: "Saya berharap dapat berbuat dan bekerja apa yang saya ketahui dan menurut kemampuan saya." Tangan Ali dilepaskan lalu ia memanggil Usman dan memegang tangannya seraya berkata: "Bersediakah Anda saya baiat untuk tetap berpegang pada Kitabullah dan sunah Rasulullah serta teladan kedua orang penggantinya?" Usman menjawab: Ya, demi Allah! Abdur-Rahman mengangkat mukanya ke langit-langit Masjid dan sambil memegang tangan Usman ia berkata tiga kali: "Dengarkanlah dan saksikanlah!" dilanjutkan dengan katanya: "Saya sudah melepaskan beban yang dipikulkan di bahu saya dan saya letakkan di bahu Usman!" Setelah itu ia membaiat Usman, orang-orang di dalam Masjid pun beramai-ramai membaiat Usman. Sumber-sumber itu tidak sama mengenai sikap Ali dan pelantikan Usman ini. Tetapi semua sepakat bahwa orang beramai-ramai membaiat khalifah tua itu, tak ada yang ketinggalan dan tak ada' yang menentang. Adakah itu berarti karena kecintaan mereka kepada Usman, ataukah karena gembira sudah lepas dari suatu bahaya yang mengancam kehidupan negara yang harus segera diselesaikan? Keenam tokoh tersebut adalah orang-orang yang sangat mereka hormati. Malah sesudah pelantikan Usman, ada sumber yang dikaitkan kepada Ali bahwa dia berkata: "Orang melihat Kuraisy dan Kuraisy melihat Keluarganya dengan mengatakan: Kalau Banu Hasyim sudah diangkat untuk kalian, kalian tidak akan pernah lepas dari mereka, juga Kuraisy yang lain tidak akan dapat saling bergantian di antara kalian." Itu sebabnya, ketika AbdurRahman bin Auf meninggalkan Ali bin Abi Talib, tak ada orang yang marah, malah orang menerima Usman sebagai Khalifah dengan senang hati dan rasa puas. Sumber-sumber mengenai sikap Ali bin Abi Talib terhadap Usman ini masih saling berbeda, yang sukar sekali untuk dapat mengukuhkan

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

29

salah satunya. Ibn Sa'd dengan sanadnya menyebutkan, bahwa orang pertama yang membaiat Usman adalah Abdur-Rahman bin Auf, kemudian Ali bin Abi Talib. Dengan sanad lain ia menuturkan, bahwa Ali adalah orang yang pertama membaiat Usman, kemudian berturut-turut yang lain juga membaiatnya. Ibn Kasir menuturkan bahwa Abdur-Rahman bin Auf di mimbar duduk di tempat duduk Nabi, dan sesudah dibaiat Usman didudukkan di tingkat kedua. "Orang datang beramai-ramai membaiatnya. Yang pertama kali membaiat adalah Ali bin Abi Talib, malah ada yang mengatakan justru dia yang terakhir." Tetapi at-Tabari membawa dua sumber, salah satunya hampir sama dengan sumber-sumber tersebut dan yang kedua sangat berbeda. Keduanya menunjukkan bahwa pemilihan Usman ini meninggalkan dampak yang dalam sekali dalam hati Ali. Sumber pertama berpendapat bahwa sesudah orang berdatangan membaiat Usman — sesudah dibaiat oleh Abdur-Rahman — Ali masih maju-mundur. Maka kata Abdur-Rahman:

"Barang siapa melanggar janji, sebenarnya ia telah melanggar janjinya sendiri, dan barang siapa menepati janji yang dijanjikannya kepada Allah, maka Ia akan memberinya pahala yang besar." (Qur'an, 48:10). Kemudian Ali kembali dan setelah menyeruak di tengah orang banyak ia membaiat seraya berkata: "Suatu tipu muslihat yang luar biasa." Sumber kedua mengatakan bahwa setelah Abdur-Rahman membaiat Usman, Ali berkata kepadanya: "Anda merangkak untuk selamanya. Ini bukan yang pertama kali Anda memperlihatkan kekuatan Anda kepada kami. Tabahkan dan sabarlah, itulah yang terbaik, dan memohonkan pertolongan hanya kepada Allah atas segala yang kalian lukiskan itu! Sungguh, Anda mengangkat Usman itu hanya supaya kekuasaan kembali kepada Anda! Dan setiap hari Allah memperlihatkan kekuasaan baru." Dalam hal ini Abdur-Rahman berkata: "Ali, janganlah menjerumuskan diri! Sudah saya pertimbangkan dan sudah saya musyawarahkan dengan khalayak ramai, tetapi ternyata mereka tidak keberatan dengan Usman." Ali keluar sambil berkata: "Akan tiba waktunya."

30

USMAN BIN AFFAN

Dengan mengacu pada kedua sumber at-Tabari ini Ibn Kasir mengatakan: "Orang-orang yang sering disebutkan oleh para sejarawan seperti Ibn Jarir (Tabari) dan yang lain tidak tahu bahwa Ali berkata kepada Abdur-Rahman: 'Anda telah menipu saya, dan Anda mengangkatnya hanya karena dia semenda Anda, agar dapat berunding dengan Anda setiap hari.' Tetapi karena dia masih maju mundur AbdurRahman berkata kepadanya: Barang siapa melanggar janji, sebenarnya ia telah melanggar janjinya sendiri.... sampai akhir ayat, dan beritaberita lain yang bertentangan dengan yang terdapat dalam kitab-kitab yang sahih, tertolak kembali kepada yang mengatakannya dan yang melakukannya. Wallahualam." Untuk memastikan mana salah satu sumber ini yang lebih kuat memang tidak mudah. Besar sekali dugaan kita bahwa semua ini direkayasa sesudah adanya propaganda untuk tujuan-tujuan politik, di antaranya apa yang ditafsirkan oleh Tabari kata-kata Ali bin Abi Talib: Suatu tipu muslihat yang luar biasa, yakni ketika ia dipanggil oleh Abdur-Rahman bin Auf untuk membaiat Usman supaya ia tidak melanggar janjinya sendiri. Ibn Jarir juga menyebutkan bahwa Amr bin As bertemu dengan Ali pada malam-malam selama berlangsung Majelis Syura dan mengatakan kepadanya: "Abdur-Rahman orang yang mau berusaha dan suka bekerja keras dan bila dihadapkan pada tanggung jawab, ia akan sangat berhati-hati. Tapi dia mampu dan lebih berhasrat daripada Anda." Setelah itu ia menemui Usman dan berkata kepadanya: "Abdur-Rahman orang yang mau berusaha dan suka bekerja keras, dan akan membaiat Anda dengan penuh kepastian dan tanggung jawab, maka terimalah." Saya yakin ini adalah cerita yang dikarang-karang setelah terjadi perselisihan antara Ali dengan Amr mengenai Mu'awiyah. Sebenarnya Amr bin As tidak menyimpan dendam kepada Usman ketika Umar terbunuh. Beberapa sumber melangsir bahwa Usman memecat Amr dari Mesir tak lama setelah pengangkatannya itu. Suara mayoritas menyebutkan bahwa Usman meminta bantuan Amr saat Rumawi menyerang Iskandariah. Sesudah Amr memperoleh kemenangan Usman bermaksud akan mengangkat Amr sebagai komandan angkatan bersenjata Mesir dengan membiarkan Abdullah bin Abi Sarh tetap sebagai wakilnya di Mesir dan kepala urusan pajak. Tetapi Amr menolak dengan mengatakan: "Jadi saya seperti orang yang memegang kedua tanduk sapi betina, orang lain yang memerah susunya!" Setelah itu ia kembali ke Mekah dan bergabung dengan Mu'awiyah dalam perselisihannya dengan Ali. Semua ini membuktikan bahwa ketika dalam Majelis Syura itu Amr dan Usman sudah sepakat mendorong

1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN

31

Amr untuk menipu Ali. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa sumber yang dikutip oleh Tabari sebagai pembenaran atas kata-kata Ali: "Suatu tipu muslihat yang luar biasa" itu samasekali tak punya dasar. Juga saya yakin bahwa kata-kata yang dikutip dari Ali atau dari Abdur-Rahman bin Auf ataupun dari yang lain lebih menyerupai pemalsuan yang dibuat untuk memuaskan sebagian orang bahwa seolaholah hal itu memang terjadi, dan yang sebagian lagi tujuannya propaganda politik semata. Saya tidak ingin menjelaskan secara panjang lebar mengenai alasan saya berkeyakinan demikian. Cukup kalau saya menunjuk saja pada para penghimpun hadis Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, bahwa menurut mereka, sepersepuluh dari yang diriwayatkan itu tidak sahih. Penyampaian beberapa ungkapan dengan kata-katanya dari Ali bin Abi Talib atau dari Abdur-Rahman bin Auf, ataupun dari yang lain masih perlu disaring. Para sejarawan itu mencatatnya sesudah berlalu puluhan tahun dari peristiwa-peristiwa yang diceritakan itu dan sesudah berbagai propaganda politik memegang peranan amat penting dalam sejarah Kedaulatan Islam. Dalam keadaan semacam itu tidak heran jika mereka mencatat kata-kata yang mengungkapkan perasaan pihak-pihak yang bersangkutan, kendati kata-kata itu tidak bersumber dari mereka sendiri. Tetapi masih ada dua masalah yang menurut hemat saya tidak diragukan kebenarannya. Pertama, Ali dan Banu Hasyim tidak puas atas pembaiatan Usman dengan alasan karena mereka masih keluarga Nabi. Kalau sekali pimpinan kekhalifahan diserahkan kepada Banu Umayyah, maka tidak akan pernah keluar lagi dari mereka. Kedua, mayoritas Muslimin sudah merasa lega dengan pembaiatan Usman dan mereka menerima dengan senang hati dan puas. Ketika dibaiat, tak ada dari mereka yang menyebutkan bahwa Usman dari Banu Umayyah, atau menyebut-nyebut adanya permusuhan Banu Umayyah kepada Rasulullah atau adanya persaingan lama terhadap Banu Hasyim dan mereka masuk Islam sudah ketinggalan, baru sesudah Mekah membuka pintu karena sudah tidak mampu lagi mengadakan perlawanan terhadap Muslimin. Tetapi semua mereka mengatakan, bahwa Khalifah tua itu sudah lebih dulu masuk Islam, serta pembelaannya di samping Rasulullah dan hubungannya yang baik dengan kedua istrinya, Ruqayyah dan Um Kulsum. Kemudian hijrahnya ke Abisinia dan ke Medinah dengan mengorbankan harta kekayaannya demi membela agama Allah dan kaum Muslimin. Sejarah menyebutkan bahwa Talhah bin Ubaidillah sampai di Medinah pagi hari saat pelantikan Usman itu. Ketika dia diundang untuk

32

USMAN BIN AFFAN

juga membaiatnya ia bertanya: Sudah semua Kuraisy menerima dengan senang hati? Dijawab: Ya. Ia pergi menemui Usman dan menanyanya: Semua orang sudah membaiat Anda? Dijawab oleh Usman: Ya. Kata Talhah selanjutnya: Saya sudah puas. Saya juga bersama mereka. Lalu ia pun membaiat. Usman selesai dibaiat dalam suasana optimistis dan penuh harapan untuk masa depan. Sesudah semua acara itu usai, mereka yang datang ke Medinah selesai menunaikan ibadah haji mulai bubar, pulang kembali ke daerah mereka masing-masing — ke Irak, Persia, Syam dan Mesir. Dan semua mereka mengharapkan, semoga Allah dengan karunia-Nya melimpahkan segala kemudahan kepadanya. Dengan demikian segalanya kembali seperti semula, dan orang pun sudah dalam suasana kehidupan seperti biasa. Tiba saatnya sekarang Usman untuk mulai memikul tanggung jawab pemerintahan, mengemudikannya sesuai dengan bawaannya yang lemah-lembut, budi bahasanya yang halus dengan keimanan yang sungguh-sungguh dan pengabdian yang semata-mata untuk kebaikan. Ia akan menghadapi situasi yang berbeda dengan situasi di masa Umar dan di masa Abu Bakr, saat mereka masing-masing memikul tanggung jawab kekhalifahan. Dalam menghadapi semua ini ia memerlukan warna kebijakan baru. Pada mulanya Usman memang jelas sekali berhasil baik. Kemudian ia terhambat oleh usianya yang sudah lanjut serta peristiwa-peristiwa yang sudah tak mampu lagi ia kendalikan.

a eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. [email protected]

MR. Collection's

Usman, Dulu dan Sekarang

Perawakannya etika dibaiat umur Usman hampir mencapai 70 tahun, berperawakan sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, wajahnya tampan, berkulit cerah dengan warna sawo matang dan terdapat sedikit bekas cacar. Janggutnya lebat dengan tulang-tulang persendian yang besar dan kedua bahunya yang bidang, kepala botak setelah sebelumnya berambut lebat. Giginya dilapisi emas dan cincin di jari kirinya. la selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus dan baju bermutu tinggi, karena dia memang orang kaya, hidupnya serba nyaman.

K

Sifat dan perangainya Dia sangat pemalu. Dalam sebuah hadis disebutkan, bahwa Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam berkata:

"Umatku yang benar-benar pemalu adalah Usman." Rasa malunya bertambah pada waktu ia dilihat orang. Salah seorang pembantu istrinya bernama Bananah, kalau ia datang membawakan bajunya, ketika ia sedang mandi, ia berkata: "Jangan melihat kepada saya, tidak boleh." Sifat pemalunya itu membuat orang lain juga jadi malu kepadanya. Bersumber dari Aisyah Ummulmukminin disebutkan, bahwa ketika Rasulullah sedang duduk-duduk dan pahanya terbuka, Abu Bakr meminta izin akan masuk diizinkan tanpa mengubah posisinya, ketika Umar datang meminta izin ia juga diizinkan tanpa mengubah posisinya. Tetapi ketika Usman meminta izin ia menurunkan pakaiannya. Sesudah mereka pergi Aisyah berkata: "Rasulullah, Anda mengizinkan 33

34

USMAN BIN AFFAN

Abu Bakr dan Umar masuk dengan keadaan Anda tetap begitu, tetapi sesudah Usman yang meminta izin Anda menurunkan pakaian Anda." Kata Rasulullah kepada Aisyah:

"Aisyah, kita malu bukan kepada seseorang, yang malaikat sendiri pun malu kepadanya," atau ia berkata: "Tidakkah saya malu kepada orang, yang juga malaikat pun malu kepadanya." Dalam sebuah sumber disebutkan bahwa Aisyah berkata: "Rasulullah, mengapa saya tidak melihat kepedulian Anda kepada Abu Bakr dan Umar seperti kepada Usman?" Dijawab oleh Rasulullah: "Usman orang yang sangat pemalu. Saya khawatir kalau saya mengizinkannya dalam keadaan begitu ia tidak dapat mengutarakan maksudnya." Karena perasaan malu itu Usman takut berbicara. Ibn Sa'd dalam atTabaqat mengutip kata-kata salah seorang dari mereka: Dari antara sahabat Rasulullah tak seorang pun yang pernah saya lihat bicaranya lebih sempurna dan lebih baik daripada Usman. Hanya saja ia takut berbicara, dan karena takutnya berbicara ia segan berdialog dan berdebat berpanjang-panjang. Kalau dia sudah mengambil keputusan ia gigih dan tidak mudah menyerah. Karena kemurahan rezeki yang melimpah yang dikaruniakan Allah kepadanya itulah maka ia makin gigih dengan pendapatnya. Dia dari keluarga Banu Umayyah, kalangan suku Kuraisy yang terbanyak jumlah orangnya dan yang terkuat. Tetapi keengganannya berbicara yang terbawa oleh perasaan malu itu membuatnya jadi sangat lemah-lembut. Juga kekayaan dan kedudukannya yang tinggi membuatnya jadi sangat dermawan dan murah hati. Kedermawanan dan kelembutannya membuat dia disenangi orang. Di samping itu karena percaya diri dan rasa bangga kepada kerabat, oleh mereka ia sangat dihormati dan dihargai. Di zaman jahiliah dan di masa Islam ia adalah saudagar pakaian. Karena kejujuran dan sifat-sifatnya yang sudah disebutkan tadi menyebabkan perdagangannya maju dan banyak mendatangkan keuntungan. Di samping itu, sifat-sifat pemalu yang sudah dibawanya sejak kecil dan di masa remajanya ia selamat tak sampai tergelincir bersama gejolak anakanak muda. Tak pernah terdengar bahwa dia suka berbangga-bangga atau suka mencumbu perempuan. Secara keseluruhan sumber-sumber menunjukkan bahwa dia berhati lembut, sangat dipengaruhi oleh perasaannya yang halus. Karena sifat lemah-lembut dan perasaannya yang halus itu ia selalu berusaha tidak menyakiti hati orang atau melakukan kekerasan.

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

35

Tahun lahir dan sebabnya ia masuk Islam Usman dilahirkan pada tahun keenam tahun Gajah. Ia lebih muda dari Nabi enam tahun. Di masa anak-anak dan masa remajanya, ia hidup boros, seperti orang-orang Kuraisy umumnya, terutama Banu Umayyah. Sesudah Rasulullah diutus Allah ia termasuk yang mula-mula dalam Islam. Sebab-sebabnya ia masuk Islam para sejarawan menyebutkan beberapa sumber, yang sebagian dapat kita catat di sini. Dalam Sirat Sayyidina Muhammad Rasulillah Ibn Hisyam menyebutkan: "Sesudah Abu Bakr masuk Islam orang-orang dari masyarakatnya sendiri yang dipercayainya dan yang suka mengunjunginya dan dudukduduk dengan dia, diajaknya beriman kepada Allah dan kepada Islam. Maka yang sudah masuk Islam karena ajakannya itu adalah Usman bin Affan dan tujuh orang lagi yang lain, yang sudah kami sebutkan. Oleh Abu Bakr mereka yang sudah memenuhi seruannya itu diajaknya menemui Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam lalu mereka menyatakan masuk Islam dan melakukan salat." Ibn Sa'd mengatakan dalam atTabaqat: "Usman bin Affan dan Talhah bin Ubaidillah pergi mengikuti Zubair bin Awwam, dan masuk menemui Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam. Ia menawarkan Islam kepada kedua mereka dan membacakan beberapa ayat Qur'an serta memberitahukan kepada mereka tentang ketentuan-ketentuan Islam dengan menjanjikan kemuliaan Allah bagi mereka. Keduanya kemudian beriman dan percaya. Kata Usman: "Rasulullah, saya baru kembali dari Syam. Sesudah kami sampai di Mu'an dan Zarqa' kami seperti orang yang sedang tidur, terdengar ada suara memanggilmanggil kami: Hai orang-orang yang sedang tidur, bergegaslah bangun, Ahmad sudah di Mekah. Maka kami datang dan kami mendengar tentang dia. Usman masuk Islam sudah sejak lama, sebelum Rasulullah (saw) datang ke Darul Arqam." Dalam al-Bidayah wan Nihayah Ibn Kasir mengatakan: "Usman radiallahu 'anhu. sudah sejak lama masuk Islam melalui Abu Bakr as-Siddiq." Cerita Ibn Asakir Masuk Islamnya itu aneh, seperti disebutkan oleh al-Hafiz bin Asakir. Ringkasnya, bahwa sesudah dia mendapat berita bahwa Rasulullah (saw) menikahkan putrinya Ruqayyah yang cantik dengan sepupunya, Utbah bin Abi Lahab, ia menyesal mengapa bukan dia yang mengawininya. Dengan perasaan sedih ia menemui keluarganya, dan di tempat itu ia bertemu dengan bibinya Sa'diyah binti Kuraiz, seorang dukun. Ia memberikan berita gembira bahwa dia akan menikah dengan Ruqayyah. "Saya heran dia membawa berita gembira mengenai perempuan yang sudah

36

USMAN BIN AFFAN

bersuamikan laki-laki lain," kata Usman. "Lalu kata saya, 'Apa kata Bibi?" Dia menjawab: "Usman, Anda akan mendapat kehormatan, akan menjadi orang penting. Dia seorang nabi yang membawa bukti, diutus dengan sebenarnya sebagai orang yang saleh, ia akan mendapat wahyu, yang dapat membedakan yang hak dengan yang batil. Ikutlah dia, Anda tak akan tertipu oleh berhala." Kata Usman: "Anda mengatakan suatu masalah yang tak pernah terjadi di negeri kita." Perempuan itu berkata lagi: "Muhammad bin Abdullah, utusan Allah, dengan membawa wahyu dari Allah, mengajak orang beribadah hanya kepada Allah." Seterusnya kata perempuan itu lagi: "Pelitanya adalah pelita, agama kemenangan, perkaranya berjaya, sasarannya jitu, seluruh negeri ini tunduk kepadanya, tak ada gunanya berteriak, jika terjadi pembantaian dan panah sudah direntang."1 Kata Usman: "Aku pergi sambil berpikir-pikir dan ketika bertemu dengan Abu Bakr kuberitahukan. "Celaka Anda ini, Usman. Anda adalah orang yang tegas. Anda sudah tahu benar mana yang hak dan mana yang batil. Apa gunanya berhala-berhala yang disembah kaummu itu. Bukankah itu hanya batu, tidak mendengar, tidak melihat, tidak mengganggu, juga tidak bermanfaat." "Memang, memang begitu," kata Usman. Kemudian kata Abu Bakr: "Bibimu sudah meyakinkan Anda. Rasulullah itu Muhammad bin Abdullah, diutus oleh Allah kepada hamba-Nya dengan membawa sebuah ajaran. Bersediakah Anda mendatanginya?" Kemudian kami bertemu dengan Rasulullah, dan dia berkata: "Usman, penuhilah seruan Allah, saya utusan Allah kepada Anda dan kepada segenap hamba-Nya." Ia berkata: "Setelah saya mendengar kata-kata Rasulullah (saw), itu, saya tak dapat menguasai diri. Saya menerima Islam dan saya membaca kalimat syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Mahatunggal, tiada bersekutu. Tak lama sesudah itu saya menikah dengan Ruqayyah putri Rasulullah (saw). Sementara itu ia berkata: Pasangan terbaik yang pernah dilihat orang Ruqayyah dan suaminya, Usman Menikah dengan Ruqayyah Beginilah cerita-cerita tentang Usman masuk Islam. Terserah kepada kita percaya atau tidak. Boleh saja kita mengatakan sumber Ibn Kasir itu kebanyakan dibuat-buat. Waktu itu berita tentang Muhammad belum ter1

Kata-kata perempuan itu bersajak dan nadanya seperti membacakan mantra. — Pnj.

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

37

sebar luas di kalangan Kuraisy, dan ajakannya itu dibicarakan orang masih dengan malu-malu. Saya tidak tahu, adakah tertariknya Usman kepada Ruqayyah itu ada pengaruhnya dalam keislamannya. Ketika itu umur Ruqayyah belum mencapai 20 tahun kendati ia bukan putri Rasulullah yang tertua, sementara umur Usman ketika itu sudah hampir 40 tahun, dan di zaman jahiliah ia sudah pernah menikah dan mendapat julukan Abu Umar. Dari Ruqayyah ia mendapat seorang anak laki-laki dan diberi nama Abdullah dan dia pun mendapat julukan demikian. Julukan ini terus melekat kendati anak itu sudah meninggal dalam usia enam tahun. Barangkali Ibn Kasir mendasarkan sumber itu dari al-Hafiz bin Asakir yang dikutip oleh Ibn Asakir dari orang lain, sebab sesuai dengan yang sudah diketahuinya tentang sifat Usman yang sangat perasa itu. Atas pengertian inilah di sini kita memperkuatnya kendati masih kita ragukan sebelum kita memastikan bahwa karena sebab-sebab tertentu cerita itu dibuat orang kemudian. Mengapa Usman cepat-cepat hijrah ke Abisinia? Usman masuk Islam dan menikah dengan Ruqayyah putri Rasulullah. Ia tinggal di Mekah bersama istrinya itu sambil meneruskan usaha perdagangannya dan mengikuti turunnya wahyu serta ajaran-ajaran yang diberikan Muhammad bersama-sama saudara-saudaranya kaum Muslimin yang sudah lebih dulu dalam Islam. Islam mulai tersebar dan pihak Kuraisy pun tetap menentang dan mengganggu Muslimin. Yang demikian ini berlangsung selama bertahun-tahun terus-menerus. Sesudah mereka tak mampu melawannya, Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabat supaya perg'i terpencar-pencar, berlindung kepada Allah dengan agama mereka itu. Ia menyarankan agar mereka pergi ke Abisinia. Mereka yang berangkat mula-mula terdiri atas sebelas orang laki-laki dan perempuan. Usman dan istrinya Ruqayyah yang paling lebih dulu hijrah. Apa sebab Usman cepat-cepat hijrah dan membawa istrinya? Mengapa ia tidak tetap tinggal di Mekah seperti Muslimin yang mula-mula dalam Islam dan memilih tinggal di dekat Rasulullah, melindunginya dan sanggup menghadapi gangguan demi perjuangan di jalan Allah? Adakah karena ia mencari selamat dan merasa lebih aman? Atau, karena ia memang tidak menyukai kekerasan, tidak tahan melihat Muslimin yang lain mengalami berbagai macam penganiayaan? Ataukah karena melihat Banu Umayyah adalah yang paling keras memusuhi orang-orang sekabilahnya yang masuk Islam, dan Usman sendiri dari Banu Umayyah dan menantu Rasulullah pula, yang terutama sekali akan menjadi sasaran penganiayaan? Mungkin saja ini salah satunya atau semua itu yang

38

USMAN BIN AFFAN

menjadi penyebab maka cepat-cepat ia berangkat hijrah. Mungkin dia khawatir Ruqayyah istrinya akan mendapat musibah sedang dia tak mampu melindunginya dari gangguan kaumnya sendiri dan yang demikian ini akan menjadi suatu aib seumur hidupnya. Yang terakhir inilah yang sangat mempengaruhi jiwa Usman. Sebuah sumber menyebutkan bahwa ada seorang Muslimah yang baru pulang dari Abisinia ditanya oleh Rasulullah tentang Ruqayyah dan bagaimana ia melihat keadaannya, dijawab: "Saya melihatnya ketika ia sedang dinaikkan ke atas seekor keledai." Mendengar itu Rasulullah sangat terharu. "Semoga Allah menyertainya, sebab Usman orang yang pertama hijrah mencari perlindungan Allah sesudah turun wahyu," katanya. Apa pun yang mendorong Usman cepat-cepat hijrah, yang jelas ia berangkat dengan putri Rasulullah itu ke Abisinia, dan selama dua kali hijrah ia tetap tinggal di sana. Sesudah itu kemudian hijrah lagi dari Mekah ke Medinah. Setelah Rasulullah merencanakan perumahan kaum Muhajirin Kuraisy ke Yasrib, letak rumah Usman berhadapan dengan rumah Rasulullah, dan pintu rumahnya berhadapan dengan pintu rumah Rasulullah. Ruqayyah wafat Usman tinggal di Medinah dengan merasakan kasih sayang Nabi dan menikmati kemudahan hidup dari kekayaannya. Oleh Rasulullah ia dijadikan sekretarisnya dan kadang sebagai penulis wahyu. Tetapi Rasulullah tidak melibatkannya dalam ekspedisinya yang terjadi sebelum Perang Badr. Tatkala Rasulullah berangkat memimpin Muslimin menghadapi Kuraisy dalam Perang Badr, Ruqayyah sedang dalam sakit berat. Rasulullah mengizinkan Usman tinggal di rumah untuk merawat istrinya. Tetapi ia tak dapat juga menolongnya; Ruqayyah meninggal dan dimakamkan ketika datang berita tentang kemenangan Muslimin. Rasulullah membagikan hasil rampasan Perang Badr itu dan Usman mendapat bagian seperti bagian mereka yang ikut berperang. Oleh karena itu Usman dipandang sebagai salah seorang veteran Badr. Mendapat julukan Usman merasa sedih sekali dengan kematian Ruqayyah itu. Mengetahui hubungan baik Usman dengan keluarganya, Rasulullah mengawinkannya dengan Um Kulsum, adik Ruqayyah. Tetapi Um Kulsum juga meninggal ketika ayahnya masih hidup dan alangkah beratnya kesedihan yang harus diderita oleh Usman. Rasulullah menghiburnya dengan mengatakan, antaranya: "Andaikata ada putri kami yang ketiga, niscaya

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

39

kami kawinkan kepada Anda." Karena pernikahan Usman dengan Ruqayyah dan kemudian dengan Um Kulsum itulah, maka kaum Muslimin kemudian memberinya gelar dengan Zun-Nurain.1 Adakah Usman beristri lain selain Ruqayyah dan kemudian selain Um Kulsum? Ataukah ia tak beristrikan yang lain di luar mereka? Dalam hal ini tidak mudah kita dapat memastikan, walaupun dapat dikatakan, bahwa sebelum dengan Ruqayyah ia sudah pernah beristri satu atau lebih, dan beristri lagi sesudah Um Kulsum. Di masa jahiliah dan di masa Islam selain dengan Ruqayyah dan Um Kulsum ia pernah menikah dengan Fakhitah binti Gazwan bin Jabir, dengan Um Amr binti Jundub bin Amr dari Banu Azd, dengan Fatimah binti al-Walid bin Abdu-Syams bin al-Mugirah, dengan Um al-Banin binti Uyainah bin Hisn al-Fuzari, dengan Ramlah binti Syaibah bin Rabi'ah bin Abdu-Syams bin AbduManaf dan dengan Na'ilah binti al-Farafisah bin al-Ahwas dan dia inilah yang sempat menghadiri kematiannya. Dari istri-istrinya itu semua ia mendapat anak lebih dari 15 orang —laki-laki dan perempuan. Usman tidak ikut dalam Perang Badr karena sedang merawat Ruqayyah. Tetapi sesudah tahun berikutnya dan terjadi Perang Uhud ia juga terjun bersama-sama dengan Muslimin yang lain. Kemudian peranannya dan peranan yang Iain-lain waktu itu, tetapi Allah telah memaafkan mereka. Sebenarnya pihak Muslimin pagi itu sudah mendapat kemenangan, tetapi kejadiannya kemudian berbalik menimpa mereka. Pihak Kuraisy lalu mengumumkan bahwa Muhammad sudah terbunuh. Berita ini membuat pihak Muslimin jadi porak-poranda dan sebagian mereka ada yang lari — Usman salah seorang di antara mereka. Tetapi tak lama kerriudian pihak Muslimin tahu bahwa Nabi masih hidup. Mereka segera kembali ke tempat Nabi dan berusaha melindunginya dari serangan Kuraisy. Karena Usman tidak termasuk di antara mereka, ada beberapa orang yang telah mengecamnya dalam kekhalifahannya. Tetapi ia menjawab: Bagaimana orang mengecam saya padahal Allah sudah memaafkan saya. Lalu katanya:

1

Harfiah, 'orang yang memiliki dua cahaya.' —Pnj.

40

USMAN BIN AFFAN

"Mereka yang telah berpaling di antara kamu ketika dua pasukan bertemu, setanlah yang membuat mereka tergelincir karena beberapa (kejahatan) yang mereka lakukan. Tetapi Allah telah memaafkan mereka. Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun." [Qur'an 3:155]. Sesudah Perang Uhud Usman juga ikut dalam perang Khandaq, perang Khaibar dan dalam pembebasan Mekah. Kemudian dalam ekspedisi Hunain, Ta'if dan Tabuk. Dalam semua tugasnya itu ia tidak berbeda dengan Muslimin yang lain, tidak harus di depan atau di belakang, sebab dia memang bukan pahlawan perang seperti Hamzah bin Abdul-Muttalib, Ali bin Abi Talib, Zubair bin Awwam, Sa'd bin Abi Waqqas dan Khalid bin Walid yang telah dapat menggerakkan semangat perang dalam hati mereka dan mendorong mereka terjun ke dalam barisan di medan laga menghadapi maut tanpa ada rasa gentar. Malah orang yang berhati cabar pun akan berangkat di waktu perang, yang dalam barisan demikian ia bukan berada di depan, juga bukan di belakang. Dapat saja kita mengatakan bahwa Usman orang yang memang suka damai sedapat mungkin. Tetapi imannya itu yang mendorongnya berangkat bersama Rasulullah dalam berbagai peperangan. Hal ini dibuktikan oleh sikapnya terhadap Kuraisy dalam kejadian di Hudaibiyah. Dalam tahun ke-6 Rasulullah berangkat memimpin 300 orang Muslimin dengan tujuan melakukan Umrah di Mekah dengan cara damai tanpa bermaksud menyerang. Mengetahui perjalanan mereka ini Kuraisy bersumpah, bahwa Muhammad dan sahabat-sahabatnya tidak boleh memasuki Mekah dengan paksa. Muhammad melihat pasukan berkuda Mekah sudah tampak di luar kota itu. Ia dan sahabat-sahabatnya turun dari kudanya di Hudaibiyah hendak secara damai berziarah ke Baitullah dan mengagungkan kesuciannya. Rasulullah hendak mengutus Umar bin Khattab sebagai delegasi kepada Kuraisy. Tetapi Umar keberatan mengingat Kuraisy sudah tahu betapa kerasnya permusuhan dan ketegasannya kepada mereka. Dia khawatir mereka akan melakukan sesuatu terhadap dirinya. Maka ia mengusulkan supaya Usman bin Affan yang bertindak sebagai utusan. Di Mekah Usman lebih disukai daripada Umar. Usman berangkat dan ia mendapat perlindungan (jaminan) dari Usman bin Sa'id. Ia berusaha hendak meyakinkan Kuraisy agar membolehkan Muhammad memasuki Baitulharam. Tetapi pihak Kuraisy tidak setuju kaum Muslimin memasuki Mekah tahun ini dengan cara paksa. Lama juga Usman di Mekah mencari jalan agar antara Kuraisy dengan pihak Muslimin dapat menempuh jalan damai. Tetapi pihak Muslimin mengira bahwa Kuraisy telah melakukan pengkhianatan dan pelanggaran

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

41

dengan membunuh utusan mereka di bulan suci itu. Mereka gelisah, terutama Rasulullah lebih gelisah dari sahabat-sahabatnya yang lain. "Kita tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum kita menghadapi mereka," katanya. la memanggil sahabat-sahabatnya dan mereka segera menyatakan ikrar kepadanya dengan Ikrar Ridwan (Bai'atur-Ridwan) bahwa mereka akan menghadapi Kuraisy dan tidak akan lari biar sampai mereka mati. Sesudah ikrar selesai, Rasulullah menepukkan sebelah tangannya ke tangan yang sebelah lagi untuk ikrar Usman seolah ia ikut hadir bersama-sama mereka. Sementara mereka sedang bersiap-siap menghadapi perang itu terbetik berita bahwa Usman tidak dibunuh. Usman pun kemudian muncul dan melaporkan kepada Rasulullah hasil pembicaraannya dengan pihak Kuraisy. Sudah jelas buat Rasulullah, Kuraisy sekarang yakin bahwa kedatangannya itu untuk melakukan umrah, dan tak ada maksud hendak berperang. Tetapi mereka khawatir akan kehilangan wibawa di kalangan orang-orang Arab kalau pihak Muslimin memasuki Mekah tahun ini juga dengan cara paksa. Lalu perdamaian diadakan atas hasil perundingan Usman dengan utusan Kuraisy yang berakhir dengan Perjanjian Hudaibiyah. Dengan demikian tercapai persetujuan antara kedua pihak. Tahun ini Muhammad dan sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah dan akan kembali pada tahun berikutnya, dapat tinggal di sana selama tiga hari berziarah ke Baitullah dan memuliakan kesuciannya. Usman orang yang begitu cinta damai, juga sangat pemurah, mengeluarkan hartanya demi kebaikan kaum Muslimin. Sesudah Rasulullah mengambil keputusan akan menghadapi Rumawi di Tabuk dan sudah menyiapkan 'Pasukan 'Usrah,' Usman menyediakan 300 ekor unta lengkap dengan isinya dan 1000 dinar1 di tangan Rasulullah untuk dipergunakan dalam persiapan perang itu. Melihat segala yang dilakukan Usman itu Rasulullah berkata:

"Usman tidak akan dirugikan apa yang dilakukannya sesudah hari ini," dan diulanginya dua kali. Di Medinah ada sebuah sumur milik orang Yahudi, airnya dijual kepada Muslimin dengan harga yang cukup memberatkan mereka. Suatu 1

Mata uang Rumawi-Yunani, denarius, yang juga berlaku di beberapa kawasan Arab sejak sebelum Islam. Satu dinar = 4,25 gram emas (Da'iratul Ma 'arif al-Islamiyyah). — Pnj.

42

USMAN BIN AFFAN

hari Rasulullah berkata kepada sahabat-sahabatnya: "Barang siapa membeli sumur Rumah ini dan diserahkan untuk Muslimin, menurunkan timbanya di timba-timba mereka, ia akan mendapat minuman sebanyak itu di surga." Usman mendatangi orang Yahudi itu dan tawar-menawar harga. Tetapi karena orang Yahudi itu tidak mau menjualnya semua, maka yang dibeli oleh Usman separuhnya dengan seharga 12.000 dirham1 dengan ketentuan yang sama-sama disepakati: Sehari untuk Yahudi itu dan sehari untuk Usman. Jadi kaum Muslimin menimba air pada hari bagian Usman untuk dua hari. Yahudi itu mendatangi Usman berkata: "Anda telah merusak sumur saya, maka beli sajalah yang separuh lagi." Dan untuk keperluan Muslimin itu Usman pun membelinya dengan harga 8.000 dirham. Tali timbanya yang digunakan seperti tali timba yang dimiliki salah orang dari Muslimin. Usman sangat bersimpati kepada kerabatnya. Simpatinya itu sudah amat berlebihan sehingga mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan negara di kemudian hari. Simpati ini bukanlah karena kelemahan pada hari tuanya sesudah ia memegang kedudukan sebagai amirulmukminin — seperti diduga sebagian orang — tetapi memang sudah menjadi perangainya. Sesudah Mekah dibebaskan, Kuraisy secara keseluruhan dimaafkan oleh Rasulullah, kecuali ada sekelompok orang yang nama-namanya sudah disebutkan, karena mereka telah melakukan kejahatan besar. Mereka sudah termasuk yang akan dijatuhi hukuman mati, sekalipun mereka berada di bawah tabir Ka'bah. Di antara mereka itu terdapat Abdullah bin Sa'd bin Abi Sarh, saudara susuan Usman sendiri. Dia sudah masuk Islam dan yang pernah menuliskan wahyu untuk Rasulullah, tetapi kemudian ia murtad, kembali kepada Kuraisy menjadi musyrik dan konon ia memalsukan wahyu yang ditulisnya. Setelah Abdullah bin Abi Sarh tahu dirinya akan dijatuhi hukuman mati atas perintah Rasulullah ia lari kepada Usman. Ia disingkirkan, sambil menunggu sampai orang di Mekah menjadi tenang kembali. Sesudah itu ia dibawa kepada Rasulullah dan dimintai perlindungan. Kata Ibn Hisyam dalam Sirat Sayyidina Muhammad Rasulillah: "Kata mereka bahwa Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam lama sekali diam kemudian berkata: Ya. Sesudah Usman pergi ia berkata kepada sahabat-sahabatnya di sekitarnya: Saya diam supaya ada dari kalian yang tampil memenggal

1

Mata uang yang lebih kecil nilainya dari dinar. — Pnj.

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

43

lehernya. Salah seorang dari Ansar berkata: Rasulullah, mengapa tidak memberi isyarat kepada saya? Kata Rasulullah: "Nabi itu tidak membunuh dengan isyarat." Tindakan Usman menengahi dengan memintakan ampunan bagi Abdullah bin Abi Sarh itu membuktikan betapa besar simpatinya kepada para kerabatnya. Juga hal itu membuktikan tentang posisi Usman dalam pandangan Nabi. Ia mengharapkan sekiranya ada dari sahabatnya yang mau bertindak membunuh Ibn Abi Sarh. Namun itu disudahi dengan pengampunan untuk memenuhi keinginan Usman. Atau barangkali ia berpendapat — dia yang sudah mengenal betul Usman yang sangat pemalu itu — bahwa Usman tidaklah semestinya akan membicarakan hal itu kepada Rasulullah di depan orang-orang yang hadir di sekelilingnya dengan meninggalkan rasa malunya, kalau tidak karena cintanya ingin mempertahankan Ibn Abi Sarh. Karenanya, ia tak sampai hati menolak harapan Usman, yang berarti akan melukai hatinya, atau memberi jalan kepada Banu Umayyah untuk terus mengecamnya. Posisinya itulah pula yang telah mendorong Rasulullah meminta Usman menggantikannya di Medinah ketika ia pergi dalam suatu ekspedisi ke Zat ar-Riqa'. Juga kemudian ketika ia mengadakan ekspedisi ke Gatafan, Usman diminta menggantikannya di Medinah. Kendati posisinya memang sedemikian rupa itu dalam hati Rasulullah, namun ia tak punya konsep seperti Abu Bakr dan Umar dalam hal politik organisasi yang baru tumbuh itu. Abu Bakr dan Umar adalah wazir, pendamping Rasulullah dan teman bermusyawarah. Bila ada masalah yang sudah disepakati oleh kedua mereka, Rasulullah tak pernah melanggar kesepakatan itu. Juga Usman tak punya konsep dalam soal perang seperti yang ada pada Sa'd bin Abi Waqqas atau pada Zubair bin Awwam. Tetapi Usman orang yang sangat saleh dan kuat imannya. Ia menekuni ibadahnya dan banyak membaca Qur'an, di samping sangat murah tangan. Dengan semua itu ia mendapat tempat tersendiri dalam hati Rasulullah, ditambah lagi begitu baiknya dalam pergaulannya dengan Ruqayyah dan Um Kulsum. Di masa Abu Bakr pun perangai Usman sama seperti di masa Rasulullah. Ia meneruskan perdagangannya seperti biasa, dan membiarkan pengganti Rasulullah itu bebas menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya di hadapan Allah dan di hadapan kaum Muslimin. Tatkala Abu Bakr bermaksud penyerang Syam sesudah menyerang Irak, ia mengundang dan meminta pendapat pemuka-pemuka Muhajirin dan Ansar. Umar memberi semangat kepadanya agar meneruskan niatnya itu dengan mengatakan antara lain:

44

USMAN BIN AFFAN

"Kirimkanlah pasukan demi pasukan berturut-turut, pasukan berkuda dan para perwira." Abdur-Rahman bin Auf menyarankan agar berhati-hati, dengan antara lain mengatakan: "Saya berpendapat jangan sekaligus menyerang mereka dengan pasukan berkuda, tetapi kerahkanlah pasukan berkuda untuk melakukan serang dan kembali. Menyerang daerah-daerah yang jauh, kemudian serang lalu kembali kepada kita, serang lagi dan kembali lagi kepada kita. Jika yang demikian diulang-ulang, buat musuh akan lebih berbahaya, hingga dapat mencapai daerah-daerah yang jauh. Dengan demikian kita akan mendapat rampasan perang untuk memperkuat diri dalam memerangi mereka." Setelah mendengar saran yang disampaikan Abdur-Rahman bin Auf semua yang hadir diam. Abu Bakr menanyakan kepada yang hadir: "Bagaimana pendapat kalian. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian." Tak lama kemudian Usman berkata: "Saya berpendapat Anda adalah pembela dan penasihat umat agama ini serta sangat prihatin terhadap mereka. Kalau Anda berpendapat ada jalan yang lebih baik dan bermanfaat buat mereka, teruskanlah apa yang sudah Anda tentukan. Bagi mereka Anda bukan orang kikir atau yang diragukan." Mendengar kata-kata Usman itu mereka yang hadir cepat-cepat menyetujui pendapatnya, dan meletakkan tanggung jawab itu semua kepada Khalifah. Usman juga termasuk orang yang memberikan kesaksian yang baik terhadap Umar ketika Abu Bakr mencalonkannya sebagai pengganti dan untuk menyatukan suara kaum Muslimin kepadanya. Banyak mereka yang dimintai pendapat oleh Abu Bakr merasa prihatin mengingat watak Umar yang begitu tegar dan keras. Tetapi ketika Usman yang ditanya oleh Abu Bakr tentang Umar ia menjawab: "Semoga Allah telah memberi pengetahuan kepada saya tentang dia. Dia adalah orang yang batinnya lebih baik daripada lahirnya. Tak ada orang yang seperti dia di antara kita." Sesudah Umar dilantik Usman tetap tinggal di Medinah meneruskan perdagangannya di samping sebagai penasihat Amirulmukminin bersamasama dengan penasihat-penasihatnya yang lain. Tetapi ia sering bertentangan pendapat dengan Umar. Ketika pihak Baitulmukadas menawarkan perdamaian asal Umar sendiri yang datang ke kota itu, yang pertama sekali menentang adalah Usman. Dan katanya ditujukan kepada Amirulmukminin: "Kalau Anda tinggal di sini dan tidak harus pergi ke sana, mereka akan berpendapat Anda menganggap mereka enteng dan Anda siap memerangi mereka. Tak lama lagi mereka akan tunduk dan

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

45

akan membayar jizyah." Tetapi Ali bin Abi Talib tidak sependapat dengan Usman. la menyarankan lebih baik Umar berangkat ke Baitulmukadas. Pasukan Muslimin sudah bersusah payah menghadapi udara dingin dan perang serta sudah lama meninggalkan kampung halaman... Umar lebih cenderung pada pendapat Ali, dan itu yang diterimanya, dan ia menyerahkan urusan Medinah kepada Ali. Ia berangkat bersama rombongannya dan mengadakan perjanjian damai di Baitulmukadas. Dalam soal pembebasan Mesir Usman juga menjadi pemimpin kaum oposisi dan berbeda pendapat dengan Amr bin As dan menentang pikiran itu bersama-sama yang lain. Begitu keras oposisi Usman itu sehingga ia berkata kepada Umar: "Dengan semangat tinggi didorong oleh keberanian dan ingin memegang pimpinan, saya khawatir Amr yang berangkat tanpa didukung staf ahli dan dukungan bersama, akan menjerumuskan pasukan Muslimin ke dalam bencana, dengan mengharapkan kesempatan yang tidak diketahuinya ada atau tidak!" Untuk menentang Amr bin As membebaskan Mesir itu Usman sudah mengumpulkan suatu kekuatan untuk mempengaruhi pendapat umum di Medinah. Kendati Umar sudah yakin dan puas dengan pendapat Amr bin As dan ikut mendukungnya, tetapi segala yang dikemukakan Usman dan mereka yang sama-sama menentangnya, juga diperhitungkannya matangmatang. Malah dalam menghadapi oposisi mereka itu ia masih berdalih supaya diberikan kesempatan Amr memasuki Mesir dan memerangi Rumawi di sana untuk menolong Mesir lepas dari tangan mereka demi kepentingan Muslimin semata. Inilah dua masalah besar yang dihadapi sejarah Islam, dan yang berlawanan dengan pendapat Usman. Tetapi dalam banyak hal, Umar dan Usman sering sependapat. Juga tidak kurang dari sahabat-sahabat besar lainnya ia sering menentang atau sejalan dengan pendapat Umar. Kita sudah melihat banyak orang yang menentang pembebasan Mesir, seperti yang dilakukan oleh Usman itu. Mereka yang mendukung Usman dalam oposisinya itu, dalam hal-hal lain mereka menentangnya, sebab mereka yang pernah mendampingi Rasulullah semua sama-sama menginginkan kejayaan Islam dan umatnya. Tujuan mereka ikhlas demi Allah, mereka hanya mengharapkan rida Allah dan menjauhi kemurkaan-Nya. Keimanan mereka sudah meyakinkan, bahwa mereka berpegang pada kebenaran yang sudah diyakininya itu adalah kewajiban pertama sebagai Muslim yang baik. Kembali kepada kebenaran yang memang sudah diketahuinya, tidak seharusnya dirintangi oleh fanatisme atau rasa sombong. Kalau orang bersikeras dengan kebatilannya sesudah diyakinkan bahwa itu batil, dia sudah melakukan perbuatan mungkar yang akan mendapat

46

USMAN BIN AFFAN

kutukan dan kemurkaan Tuhan. Bagaimana orang yang beriman dan percaya kepada kebenaran akan menyimpang dan menyembunyikan kebenaran. Orang yang menyembunyikan atau menutup mata dari kebenaran adalah setan bisu. Umar sepanjang kekhalifahannya sangat menghargai dan mencintai Usman. Sesudah Umar terkena tikam, Majelis Syura telah memilih Usman, kemudian orang banyak membaiatnya. Selesai dibaiat konon ia naik ke mimbar menyampaikan khutbahnya dan dia mencak-mencak marah sekali. "Saudara-saudara," katanya, "perjalanan pertama ini sulit, dan sesudah hari ini masih akan ada hari-hari panjang. Kalau saya masih akan hidup khutbah ini akan kalian terima seperti apa adanya. Kita memang bukan ahli khutbah, tetapi Allah akan memberikan pelajaran kepada kita." Bahkan, selesai dilantik konon ia berkhutbah di depan orang banyak dengan mengatakan: "Saudara-saudara, kalian di suatu negeri yang gelisah dan berada dalam sisa-sisa umur. Maka pergunakanlah segera dalam waktu yang masih ada pada kalian ini dengan perbuatan yang baik. Kalian sudah datang, waktu pagi atau sore. Ya, dunia ini penuh tipu muslihat, maka tentang Allah, janganlah kalian tertipu oleh kekuatan setan. Bercerminlah kepada mereka yang sudah lalu. Kemudian bersungguhsungguhlah dan jangan lalai. Di manakah penduduk dunia ini dan saudara-saudaranya yang telah mengolahnya, lalu memakmurkannya dan yang telah lama menikmatinya? Tidakkah kalian lemparkan mereka? Jauhilah dunia yang sudah dijauhkan oleh Allah, dan tuntutlah akhirat yang lebih baik, sebab Allah sudah memberikan perumpamaan mengenai itu. Allah Yang Mahaagung berfirman:

"Harta kekayaan dan anak-anak keturunan adalah daya tarik kehidupan dunia. Tetapi amal kebaikan yang kekal, dalam pandangan Tuhanmu itulah yang terbaik sebagai pahala, dan yang terbaik sebagai harapan." [Qur'an, 18:46]. Ibn Kasir mengutip khutbah ini dan menyanggah pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa Usman marah-marah. Dia mengatakan bahwa yang mereka sebutkan itu tak ada dasarnya. Ibn Kasir sudah berlebihan dengan pendapatnya itu. Dalam at-Tabaqat Ibn Sa'd mencatat isi khutbah Usman ketika dia marah-marah itu dan menyebutkan pula sanadnya.

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

47

Saya cenderung untuk memperkuat sumber Ibn Sa'd ini dan meragukan khutbah mimbar yang dikutip Ibn Kasir, at-Tabari dan yang lain. Wajar sekali tentunya selama hari-hari Majelis Syura itu Usman menjadi sibuk sekali untuk menyiapkan pidato yang akan disampaikan menyusul hari pelantikannya. Juga wajar sekali jika dia mengatakan kepada mereka bahwa setelah itu hari-hari masih panjang, dan bahwa khutbahnya itu akan mereka terima seperti apa adanya. At-Tabari dan Ibn Kasir mencatat bahwa langkah pertama yang diambil Usman sesudah pelantikannya itu menambah dana bantuan yang diberikan kepada umat melebihi pemberian di masa Umar. Menambah pemberian dana bantuan demikian tentu tidak sesuai dengan khutbahnya yang kesemuanya berisi zuhud, mengingkari kesenangan hidup di dunia! Apa pun yang terjadi, kedua khutbah itu tidak menggambarkan politik yang terpikir akan dijalankan oleh Usman di kemudian hari. Besar sekali dugaan bahwa ia belum lagi merencanakan suatu kebijakan yang batasbatasnya sudah jelas, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakr ketika hendak memerangi kaum murtad, dan seperti yang dilakukan Umar ketika memerintahkan pengembalian para tawanan perang orang-orang Arab kepada keluarga masing-masing, dan ketika memerintahkan pengosongan orang-orang Nasrani Najran dari perkampungan mereka, atau ketika mengadakan mobilisasi untuk diberangkatkan ke Irak sebagai bala bantuan kepada Musanna. Mungkin juga perbedaan watak antara Umar dengan Usman, antara yang keras dengan yang lemah-lembut, yang telah memaksa Usman tidak segera membuat rencana kebijakannya itu. Hanya saja, begitu ia dilantik, ada satu hal yang dihadapi oleh Usman yang perlu diuraikah lebih terinci, yaitu soal Ubaidillah bin Umar bin Khattab. Ubaidillah yakin bahwa pembunuhan terhadap ayahnya bukanlah suatu kejahatan perorangan yang dilakukan oleh Abu Lu'lu'ah Fairuz, budak Mugirah bin Syu'bah atas kemauannya sendiri, melainkan sudah merupakan hasil sebuah komplotan yang melibatkan juga Hormuzan, orang Persia dan Jufainah, orang Nasrani dari Hirah. Keyakinannya itu setelah didukung oleh adanya bukti. Abdur-Rahman bin Auf dapat menjadi saksi, bahwa ketika terjadi peristiwa yang telah menggemparkan kaum Muslimin itu, sorenya ia melihat pisau yang dipakai menikam Umar itu di tangan Hormuzan dan Jufainah. Abdur-Rahman bin Abu Bakr juga bersaksi dengan mengatakan: "Waktu saya lewat saya melihat Abu Lu'lu'ah pembunuh Umar itu bersama-sama dengan Jufainah dan Hormuzan; rupanya mereka sedang mengadakan pertemuan rahasia. Setelah merasakan kedatangan saya, tiba-tiba mereka berdiri, dan sebilah pisau berkepala dua dengan gagang

48

USMAN BIN AFFAN

di tengah jatuh. Periksalah itukah khanjar yang digunakan membunuh Umar?" Mereka melihat pisau itu memang seperti yang dilukiskan AbdurRahman bin Abu Bakr. Ketika itu Ubaidillah memberontak dan bangkit membawa pedang dengan tujuan mula-mula Hormuzan dan Jufainah yang dibunuhnya. Kemudian ia pergi ke rumah Fairuz dan membunuh anak perempuannya yang masih kecil dan mengaku Islam. Peristiwa ini terjadi sebelum Usman dilantik. Orang ramai marah dan mengancam. Mereka memasukkan Ubaidillah ke dalam penjara. Sesudah kemudian ia dibaiat mau tak mau ia harus mengadili Ubaidillah. At-Tabari mengutip sebuah sumber dari Syua'ib dan dari Saif dan Abu Mansur yang mengatakan: "Saya mendengar Kumazian bercerita tentang ayahnya — Hormuzan — yang terbunuh, dengan mengatakan: Orang-orang Persia di Medinah saat itu sedang rihat. Ketika itulah Fairuz singgah kepada ayah dengan membawa sebilah khanjar berkepala dua, dan diterima oleh ayah yang lalu menanyakan: Akan Anda gunakan untuk di kota ini? Untuk koleksi, jawabnya, dan ada orang yang melihatnya. Sesudah musibah menimpa Umar ia berkata, saya melihat khanjar itu di tangan Hormuzan yang kemudian diberikan kepada Fairuz. Lalu Ubaidillah datang dan ia dibunuhnya. Sesudah Usman berkuasa ia memanggil saya dan ia memberi hak kepada saya terhadap dia — yakni Ubaidillah bin Umar — dengan mengatakan: Anakku, orang itu pembunuh ayahmu dan Anda lebih berhak daripada kami, maka bunuhlah dia. Setelah itu saya ajak dia keluar. Ketika itu tak ada siapa pun selain kami berdua. Mereka meminta saya yang bertindak. Sayakah yang akan membunuhnya? Mereka menjawab: Ya. Lalu mereka memaki Ubaidillah. Kata saya: Adakah kalian akan mencegahnya? Mereka menjawab: Tidak, dan mereka memakinya. Saya serahkan kepada Allah dan kepada mereka. Mereka membawa saya, begitu saya sampai di rumah saya berhadapan dengan orang-orang terkemuka."1 Demikian sumber at-Tabari. Pengampunan atas Ubaidillah itu atas usaha Kumazian, anak Hormuzan. Pendapat ini bertentangan dengan pendapat lain yang sudah umum. Kebanyakan para narasumber menyebutkan bahwa sesudah pelantikan Usman di samping Masjid, Ubaidillah dibawa dari penjara untuk diadili. Sesudah tampil di depannya Usman berkata kepada orang-orang yang hadir itu: "Berikanlah pendapat kalian

1

Paragraf yang dikutip tanpa komentar dari Tabari ini terasa rancu. — Pnj.

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

49

mengenai orang yang telah melakukan pembunuhan dalam Islam ini! Dalam hal ini Ali berkata: Tidak adil membiarkan dia, dan saya berpendapat dia juga harus dibunuh. Tetapi salah seorang dari yang hadir menentang pendapat Ali dengan mengatakan: Umar baru kemarin terbunuh, sekarang anaknya akan dibunuh pula! Mendengar penolakan ini semua yang hadir terdiam, Ali juga tidak meneraskan kata-katanya. Dia diam barangkali khawatir akan dituduh mau menolak Usman pada waktu pembaiatannya. Usman melihat ke sekeliling, kepada mereka yang hadir, mengharapkan pendapat mereka. la ingin sekiranya ada di antara mereka yang mau membunuh Ubaidillah sebagai jalan keluarnya. Amr bin As yang ketika itu ikut hadir berkata: "Allah telah membebaskan Anda dari kejadian ini. Waktu itu Anda tidak punya kekuasaan atas kaum Muslimin. Peristiwa semacam itu belum ada pada zaman Anda. Tinggalkan sajalah!" Pendapat ini tidak memuaskan Usman maka ia berkata: "Sayalah yang akan menjadi wali mereka — maksudnya wali mereka yang terbunuh — sudah saya jadikan diat dan saya yang akan menanggungnya dari harta saya sendiri." Pendapat Usman ini sungguh sangat bijaksana. Ia tidak memaafkan Ubaidillah karena tindakan kejahatannya. Dia pun tidak memeriwahkan diadakan penyelidikan, sebab kalau persekongkolan Hormuzan, Jufainah dan Fairuz terbukti, akan membangkitkan kemarahan pihak Persia dan orang-orang Nasrani, sementara Ubaidillah juga tidak akan bebas dari tindakannya yang sengaja membunuh anak perempuan Fairuz yang tidak berdosa dan tanpa alasan itu. Semua orang merasa lega dengari kebijakan Usman itu. Hanya ada sekelompok orang yang karena didorong oleh rasa fanatik menentang dan mengecamnya. Di antara mereka itu terdapat Ziyad bin Ubaid al-Bayad yang lalu membaca sajak menjelek-jelekkan Ubaidillah dan mengecam keputusan Usman. Tetapi Usman kemudian memanggilnya dan memintanya untuk menghentikan kecamannya itu, dan dia pun memang berhenti tidak mengecam lagi. Dengan demikian fitnah yang sudah dapat diredam itu tak perlu diungkit-ungkit lagi, dan kaum Muslimin di segenap Kedaulatan itu pun kembali ke dalam kehidupan sehari-hari yang biasa seperti sebelum terbunuhnya Umar. Selesai menangani persoalan Ubaidillah bin Umar, Usman kembali memikirkan kebijakannya yang akan ditempuh. Dia tahu bahwa Banu Hasyim tidak puas dengan pelantikannya itu, dan rakyat umumnya mengharapkan adanya suatu garis kebijakan yang tidak sama dengan kebijak-

50

USMAN BIN AFFAN

an Umar yang begitu tegas dan keras. Mereka menginginkan terciptanya kehidupan yang lebih lunak dari yang biasa selama itu. Dia tahu bahwa milker adalah tonggak ketertiban dan pelindung Islam dan yang membela Kedaulatan itu. Kalau ia mampu merangkul rakyat dan angkatan bersenjata, orang akan merasa puas dan menyambut baik pemerintahannya. Hal ini akan dilakukan sampai mereka merasa yakin bahwa dia tidak kurang dari Umar keinginannya hendak mempertahankan Kedaulatan itu dan semua kawasan yang sudah dibebaskan, dan untuk menegakkan keadilan di kalangan rakyat sedemikian rupa sehingga mereka dan harta terasa lebih aman, di samping juga akan keyakinan masa depan mereka. Dia tahu bahwa pejabat-pejabat di daerah-daerah yang sudah dibebaskan itu adalah pembantu-pembantunya yang pertama. Kalau mereka sudah menyambut baik, mereka akan menjaga ketertiban dan akan menanamkan rasa aman dalam hati penduduk di seluruh kawasan itu. Tetapi bagaimana semua itu bisa dicapai dengan cara lemah-lembut sesuai dengan wataknya, tanpa membawa dampak kelemahan yang akan merusak watak lemah-lembutnya yang begitu indah itu, atau akan membuat mereka yang membaiatnya tidak puas lalu memberontak atau membangkang? Sumber-sumber itu semua memang sepakat bahwa langkah pertama yang dilakukan oleh Usman ialah lebih memperbesar bantuan kepada rakyat daripada masa Umar dulu. Tambahan bantuan yang diberikan kepada prajurit untuk setiap orang 100 dirham dari yang sudah ditetapkan oleh Umar. Selama dalam bulan Ramadan setiap malam untuk keperluan iftar (berbuka puasa) Umar mengeluarkan satu dirham dari Baitulmal untuk setiap orang dan untuk para Ummulmukminin dua dirham. Hal ini diperkuat oleh Usman dan ia memberi tambahan pula. Di samping itu ia memberi jamuan untuk mereka yang mengkhususkan ibadahnya dan beriktikaf (di masjid), untuk orang-orang yang dalam perjalanan serta untuk fakir miskin. Dengan demikian prajurit-prajurit dan rakyat merasa puas. Mereka melihat Usman memberi harapan hidup yang lebih baik untuk masa depan mereka. Tak ada orang yang akan mempersalahkan Usman sementara kekayaan terus mengalir dari segenap penjuru Kedaulatan itu. Kemudahan yang sudah dibukakan lebar-lebar oleh Amirulmukminin kepada kaum Muslimin jangan pula dipersempit. Surat-surat Usman kepada para pejabat Semua orang sudah merasa puas bahwa keadilan yang sudah mereka rasakan di masa Umar tidak akan disia-siakan. Usman menulis kepada para pejabatnya:

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

51

"Amma ba'du. Allah telah memerintahkan para pemimpin supaya menjadi gembala, bukan datang untuk menjadi pemungut pajak. Pemimpin umat ini diciptakan sebagai gembala, bukan sebagai pemungut pajak. Tetapi pemimpin-pemimpin kalian sudah hampir menjadi pemungut-pemungut pajak, bukan menjadi gembala-gembala. Jika mereka kembali lagi demikian, maka habislah segala rasa malu, amanat dan kesetiaan itu. Cara yang paling adil ialah kalian harus melihat keadaan kaum Muslimin dan apa yang menjadi kewajiban mereka. Berikanlah segala hak mereka dan ambillah apa yang menjadi kewajiban mereka. Di samping itu ikutilah para pendahulu mengenai kaum zimmi, memberikan hak mereka dan memungut segala yang menjadi kewajiban mereka. Kemudian terhadap musuh yang selalu mengancam kalian, hendaklah kalian memohonkan kemenangan dengan tetap menaati segala perjanjian dengan mereka." Dengan surat itu Usman telah menggambarkan kebijakannya terhadap rakyatnya dan apa yang harus dilakukan oleh para pejabatnya. Semua itu merupakan kebijakan yang sungguh tepat dan bijaksana sekali. la memerintahkan pejabat-pejabat supaya melayani rakyat dengan ramah dan sopan santun dan jangan membebankan pajak kepada mereka dengan cara memeras, menuntut kewajiban dan memberikan hak kepada si Muslim dan si zimmi dengan cara yang adil tanpa ada yang dirugikan; menepati janji yang sudah diadakan dengan pihak musuh untuk menghilangkan keangkuhannya supaya tidak membangkitkan kemarahan orang kepada pihak Muslimin. Itulah tindakan yang paling adil dalam pandangan Usman. Dengan itu semua pihak merasa puas, keamanan dan ketertiban jadi merata, segalanya berjalan sebagaimana mestinya dan tidak membiarkan ada keluhan orang karena kezaliman atau kesewenang-wenangan. Petugas-petugas pajak dipisahkan dari para penguasa karena Usman khawatir perbuatan mereka akan merugikan rakyat dengan menekan mereka tidak pada tempatnya, atau memanfaatkan kedudukan mereka guna mencari keuntungan pribadi atau untuk keluarga-keluarga dekatnya. Semua ini akan menimbulkan kegelisahan rakyat dan mereka akan berprasangka yang tidak baik terhadap pemerintah. Kepada para petugas pajak itu ia menulis: "Amma ba'du. Allah telah menciptakan manusia atas dasar kebenaran dan yang akan diterima hanyalah yang benar. Maka ambillah kebenaran itu dan dengan itu berikanlah juga kebenaran. Amanat adalah tetap amanat. Berpegang teguhlah pada amanat itu, dan janganlah kalian menjadi orang yang pertama melanggarnya, karena apa yang kalian lakukan itu akan dicontoh oleh orang-orang yang sesudah kalian. Tepatilah perjanjian, sekali lagi tepatilah. Janganlah merugikan anak yatim dan pihak yang

52

USMAN BIN AFFAN

sudah dalam perjanjian. Allah menjadi musuh mereka yang melakukan kezaliman." Dengan surat-suratnya kepada para pejabat dan para petugas pajak itu Usman tidak ingin orang mengartikannya bahwa dia sudah membebaskan rakyat jelata dari segala kewajiban yang dibebankan kepada mereka, atau ketika ia memberi tambahan dana bantuan kepada mereka itu akan menyuruh mereka bergelimang dalam kesenangan dan kemewahan hidup duniawi. Karena itu ia mengumumkan sebuah surat yang isinya: "Amma ba'du. Kalian sudah bersungguh-sungguh dalam mengambil contoh dan teladan, maka janganlah pesona dunia ini membuat kalian lupa dari keadaanmu ini. Keadaan umat sekarang cenderung mengarah untuk mengada-ada sesudah tiga hal ini: Kenikmatan hidup yang sempurna, anak-anak kalian yang sudah memiliki tawanan-tawanan perang, dan pembacaan Qur'an oleh orang-orang Arab pedalaman serta orangorang asing. Rasulullah sudah berkata:

"Kekufuran adalah ketidakfasihan mengucapkan, dan jika sudah menemui kesulitan dalam mengucapkan (bacaan) lalu memaksakan diri dan mengada-ada." Ketiga surat kepada para pejabat, para petugas pajak dan kepada masyarakat umum itu melukiskan secara ringkas kebijakan Usman dalam menjalankan politik dalam negeri di seluruh Kedaulatan. Tetapi Usman tidak pula lupa bahwa Kedaulatan yang baru tumbuh itu belum lagi stabil dalam arti yang sudah dapat meyakinkan Khalifah. Pihak Persia dan Rumawi pasti tidak akan tinggal diam sesudah segala pengalaman mereka di masa Umar. Mereka pasti masih menunggu kesempatan pertama untuk mengadakan perlawanan terhadap pihak Muslimin begitu terlihat ada kelemahan dalam pemerintahan Arab itu untuk menghadapi mereka. Orang yang kecerdasan dan kepekaannya menghadapi masalah ini masih di bawah Usman pun tidak akan lalai. Mereka akan cukup waspada terhadap adanya kemungkinan itu. Kepada para komandan pasukan di berbagai tempat dalam Kedaulatan itu, dari barat Mesir sampai ke sebelah timur Persia, Usman menulis: "Amma ba'du. Kamu adalah pengawal dan perisai Muslimin. Umar sudah membuat ketentuan bagi kalian yang sudah sama-sama kita ketahui, bahkan oleh semua orang. Kami tidak mendengar ada yang mengatakan kalian pernah mengubah-ubah dan mengganti-ganti sesuatu, sebelum

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

53

Allah mengubah dan mengganti dengan yang lain. Perhatikanlah bagairaana keadaan kalian. Saya akan memperhatikan apa yang sudah diwajibkan Allah kepada saya untuk diperhatikan dan dikerjakan." Meneruskan kebijakan pendahulunya Inilah kebijakan yang telah direncanakan oleh Usman dan diumumkan ke semua daerah pertama kali ia dilantik. Kita dapat menambahkan bahwa dia tetap mengukuhkan semua pejabat di kawasan mereka itu, tak seorang pun ada yang dipecat atau dipindahkan ke tempat lain dari daerah mereka saat Umar mati syahid. Dibiarkannya Nafi' bin AbdulHaris al-Khuza'i untuk Mekah, Sufyan bin Abdullah as-Saqafi untuk Ta'if, Ya'la bin Mun-yah untuk San'a, Usman bin Abi al-As as-Saqafi untuk Bahrain dan sekitarnya, Mugirah bin Syu'bah untuk Kufah, Abu Musa al-Asy'ari untuk Basrah, Mu'awiyah bin Abi Sufyan untuk Damsyik, Umair bin Sa'd untuk Hims, Amr bin al-As untuk Mesir dan Abdullah bin Abi Rabi'ah untuk Janad.1 Seperti yang sudah kita lihat, dalam kebijakan ini tak ada yang baru yang perlu kita perhatikan atau perlu kita pikirkan. Begitu juga halnya dengan Umar ketika menghapuskan larangan terhadap kaum Riddah dan ketika memerintahkan orang-orang Arab tawanan perang supaya dikembalikan kepada kelurganya masing-masing atau ketika orang-orang Nasrani Najran dikeluarkan dari perkampungan mereka. Barangkali alasan Usman menempuh kebijakan ini karena ia sudah berjanji kepada Abdur-Rahman bin Auf menjelang pelantikannya, bahwa dia akan bekerja atas dasar Kitabullah dan Sunah Rasulullah serta meneladani kedua Khalifah sebelumnya. Ia tidak akan berkata seperti yang dikatakan oleh Ali bin Abi Talib bahwa dia akan bekerja menurut pengetahuan dan kemampuannya. Karenanya tak ada yang baru perlu ditambahkan pada kebijakan kedua Khalifah Abu Bakr dan Umar itu, khawatir dituduh dia telah mengadaada dan bekerja atas pengetahuannya sendiri, yang bertentangan dengan janji yang dibuatnya dan dengan baiat yang diberikan umat kepadanya. Atau karena Usman terlalu pemalu maka ia banyak memberi untuk meng-

1

Dalam sebuah sumber disebutkan bahwa Usman memecat Mugirah bin Syu'bah begitu ia dibaiat, dan menggantikannya dengan Sa'd bin Abi Waqqas. Sumber lain menyebutkan bahwa Umar bin Khattab berpesan kepada khalifah yang sesudahnya supaya pejabat-pejabat itu dibiarkan selama setahun. Oleh karena itu Usman membiarkan Mugirah itu selama setahun, kemudian menggantikannya dengan Sa'd bin Abi Waqqas. Sumber ini lebih cermat daripada yang pertama dan lebih cocok dengan bawaan dan politik Usman pada permulaan pemerintahannya.

54

USMAN BIN AFFAN

ambil hati orang. Di samping itu dalam surat-suratnya yang mula-mula ia tidak menyinggung soal rencana kebijakan baru yang mungkin akan terpaksa ditinggalkannya. Ini akan menjadi alasan yang mungkin digunakan oleh lawan-lawannya dan dijadikan dasar propaganda yang cukup membantu. Apa pun yang terjadi, tidak mudah bagi Usman dan bagi siapa pun dalam situasi yang begitu gawat ketika Umar terbunuh, untuk mengambil langkah lain daripada harus menunggu dan mengikuti situasi serta apa yang mungkin terjadi terhadap dirinya. Perselisihan orang-orang Arab yang tinggal di Basrah dan Kufah masih berkepanjangan. Dari kedua kota itu masing-masing mau cepat-cepat mendukung pejabat Khalifah di kota itu, sehingga dalam mengangkat pejabat-pejabatnya Umar sering mengatakan: "Cobalah kemukakan suatu cara yang dapat saya gunakan untuk memperbaiki masyarakat dalam menggantikan seorang pejabat." Ketika itu Yazdigird raja Persia masih tinggal di Fergana, ibu kota Turki di Samarkand1 sedang menunggu-nunggu kesempatan untuk kembali ke negerinya dan memerangi Muslimin. Rumawi pun yang keadaannya sudah agak tenang di ibu kota Konstantinopel, juga sedang menunggu kesempatan untuk mengadakan balas dendam dan serangan baru ke Syam dan Mesir. Pihak Arab baik di Semenanjung ataupun di luar Semenanjung sudah merasa puas dengan berbagai macam kesenangan. Tidak heran bila mereka sudah tergiur oleh yang demikian dengan meminta tambahan lagi, dan akan menggerutu jika keinginannya tak terpenuhi. Sudah tentu orang yang mengemudikan pemerintahan akan lama berpikir-pikir sebelum membuat garis kebijakannya. Kalau yang memegang pemerintahan itu orang yang pemalu dan lemah-lembut seperti Usman, lebih-lebih lagi memerlukan kesabaran dan akan lama berpikir. Keadaan ini menjadi demikian terutama karena sampai pada waktu Umar terbunuh, orang masih yakin bahwa dia masih akan berumur panjang. Tak terbayangkan oleh siapa pun akan terjadi suatu kebijakan yang berbeda dengan kebijakannya itu. Rumawi dan Persia selalu mengancam Di samping semua itu belum hilang dari ingatan bahwa pasukan Muslimin di berbagai daerah di kawasan Persia, di Barqah (Cyrenaica) dan di selatan Mesir selalu siap siaga untuk menghadapi musuh dalam

1

Daerah Rusia sekarang. — Pnj.

2. USMAN, DULU DAN SEKARANG

55

perang reguler atau yang semacam perang urat saraf. Usman sendiri tidak akan lalai mengenai hal ini. Sebagian besar perhatiannya harus ditujukan ke sana. Soalnya, peristiwa-peristiwa itu tidak mengharuskan Umar dengan politik pembebasannya di perbatasan-perbatasan yang sudah berada dalam perjanjian perdamaian dengan musuh-musuhnya itu — Persia dan Rumawi — untuk menghormatinya. Maka terpaksa ia meneruskan politik itu, yang sampai pada waktu ia terbunuh, pasukannya masih bertahan di ujung perbatasan-perbatasan Persia dan Mesir. Dan Khalifah tidak seharusnya akan merombak itu, kalau tidak, seluruh Kedaulatan akan terancam runtuh. Berjaga-jaga terhadap keadaan demikian merupakan beban yang luar biasa beratnya yang harus dihadapi oleh Khalifah ketiga, begitu ia dibaiat. Pihak Persia dan Rumawi tahu keadaan pihak Arab yang akan membuat beban itu terasa makin berat. Begitu terdengar berita-berita tentang terbunuhnya Umar dan dilantiknya Usman, sudah terpikir oleh mereka hendak mengadakan pemberontakan. Beberapa daerah yang sudah di bawah kekuasaan Arab dan sudah terikat perjanjian, perjanjian itu mereka langgar dan mereka menolak membayar jizyah yang sudah sama-sama disetujui. Maka tak ada jalan lain buat Khalifah, daerahdaerah itu harus tunduk kembali. Mereka harus mendapat sanksi, sekurang-kurangnya apa yang sudah disetujui di masa Umar, sebab dikhawatirkan daerah-daerah yang lain juga akan ikut membatalkan perjanjian demikian dan akan menyatakan pembangkangannya. Jika terjadi demikian, maka keadaan sudah akan sangat berbahaya dan tidak mudah akan dapat diperbaiki lagi. ***

Pemberontakan demikian ini memang terjadi. Pertama di Azerbaijan dan Armenia, kemudian Rumawi menyerang Syam, disusul oleh Iskandariah membatalkan perjanjian dan meminta bantuan Rumawi yang juga segera membantunya. Karena yang demikian ini dan yang semacamnya sudah terjadi berturut-turut, maka harus segera diambil tindakan untuk menumpas dan mengikisnya dari sarangnya. Inilah yang dilakukan oleh Usman. Sebagai akibatnya, tindakan ini sekarang menjurus pada perluasan pembebasan, dan ia harus menganut taktik perang untuk melindungi Kedaulatan dan segera membentuk angkatan laut di samping angkatan darat. Dalam bab-bab berikut, semua kejadian ini akan diuraikan secara ringkas, dan bagaimana ia menjalankan politik luar negerinya, untuk kemudian kembali menguraikan politik

56

USMAN BIN AFFAN

pemerintahan dalam negeri pada masa Usman itu, serta berakhirnya kebijakan ini dengan timbulnya pemberontakan terhadap Khalifah. Selanjutnya kekhalifahan sesudah Ali berubah menjadi kerajaan yang sewenang-wenang di masa Banu Umayyah.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF