November 24, 2017 | Author: Febriana Rahayu | Category: N/A
Download SIKLUS ESTRUS PADA MENCIT.docx...
1
SIKLUS ESTRUS PADA MENCIT (Mus musculus) Febriana Puji Rahayu, Nova Maulidina Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak—Siklus estrus merupakan siklus reproduksi pada hewan mamalia dewasa betina bukan primata. Di dalam Siklus estrus terdapat 4 hormon yang bekerja yaitu, FSH, LH, Progresteron, dan Estrogen. Perubahan kandungan hormon reproduksi selanjutnya menyebabkan perubahan struktur pada jaringan penyusun saluran reproduksi. Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, 7 Oktober 2014 pukul 07.00-08.30 WIB di Laboratorium Zoologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Pada pengamatan yang di lakukan terhadap ketiga specimen mencit tersebut diperoleh hasil, Mus musculus sedang ada dalam fase Diestrus dan Metestrus. Jadi dikarenakan Mus musculus pada percobaan ini belum memasuki fase Estrus (fase birahi siap dikawini) maka specimen harus di rawat kembali dan di tunggu hingga masuk fase Estrus kemudian di kawinkan dengan pejantan yang diperkirakan akan siap dilakukan sekitar ±2-3 hari.
Kata Kunci—Diestrus, Metestrus, Mus musculus, Siklus Estrus
I. PENDAHULUAN IKLUS reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya[1]. Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunyai siklus estrus (estrus cycle). Pada kedua kasus ini,ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus itu setelah endometrium mulai menebal teraliri banyak darah,karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implamintasi embrio. Satu perbedaan antara kedua jenis siklus itu melibatkan nasib lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam peredaran yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak [3]. Siklus Estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan keadaan tikus tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat [6] Pada saat estrus, hewan betina akan reseftif sebab di
S
dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan pada marmut 15hari. Siklus estrus terdiri dari diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Periode periode tersebut terjadi dalam satu siklus dan serangkaian . Tahapan/fase estrus yang dialami hewan dapat dikenali dari gambaran sel yang diperoleh melalui apusan vagina. II. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Praktikum Siklus Estrus dilakukan pada hari Selasa, tanggal 7 Oktober 2014 pada pukul 07.00 WIB. Praktikum dilakukan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA, ITS. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cotton bud, kaca objek, kaca penutup, dan mikroskop. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metylen blue 1%, aquades, NaCl 0.9%, dan 3 ekor mencit betina albino (Mus musculus). B. Cara Kerja Praktikum ini hal yang dilakukan pertama kali menyiapkan alat dan bahan, yang kedua membasahi cutton bud dengan NaCl 0.9%, yang ketiga mengusapkan cutton bud tersebut ke vagina mencit dengan cara mengusap lubang vagina, yang keempat mengoleskan cutton bud tersebut pada gelas objek, yang kelima menetesi kaca objek yang telah berisi apusan vagina tersebut dengan metylen blue 1% sampai kira kira bagian yang terdap apusan terkena dan menunggu kurang lebih 3-5 menit, yang enam membuang kelebihan metylen blue yang berada di kaca objek dengan cara membilasnya dengan air aquades, yang ketujuh mengeringkan preparat sampai benar benar kering dan tidak ada sisa air dari aquades,kemudian tutup preparat dengan kaca penutup, yang kedelapan mengamati preparat tersebut di bawah mikroskop, yang kesembilan menentukan gambaran apusan vagina dan tahap siklus reproduksinya dengan melihat tanda-tanda berupa
2 epitel berinti,leukosit, dan sel epitel menanduk, yang kesepuluh mencocokan hasil pengamatan dengan salah satu fase siklus estrus sesuai ciri-ciri yang teramati, yang kesebelas apabila belum mengalami fase estrus tentukan hari dimana Mus-musculus mengalami fase estrus, lalu yang terakhir kawinkan betina dengan jantan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Fungsi Perlakuan Fungsi perlakuan membasahi cutton bud dengan NaCl 0.9% bertujuan agar saat cutton bud dioleskan di vagina mencit tidak merusak jaringannya. Sebab, larutan NaCl 0,9% merupakan larutan fisiologis yang terdapat pada tubuh mamalia termasuk mencit (Mus musculus) dan pHnya juga sudah disesuaikan sehingga sesuai dengan kondisi tubuh dan tidak merusak, fungsi perlakuan mengusapkan cotton bud ke vagina mencit dengan cara memutar bertujuan agar sampel yang terambil menghasilakan data atau hasil pengamatan yang valid karena semua bagian pada lingkar lubang vagina telah terambil sampelnya, selanjutnya fungsi dari mengoleskan cotton bud ke gelas obyek adalah untuk mempermudah pengamatan di mikroskop, selanjutnya menetesi kaca objek yang telah berisi apusan vagina tersebut dengan metylen blue 1% hingga bagian yang terdapat apusan terkena dan menunggu kurang lebih 3-5 menit berfungsi untuk memberikan pewarnaan pada apusan vagina yang telah dibuat di kaca objek. Sebab, metylen blue 1% merupakan larutan basa yang akan berikatan dengan apusan vagina yang bersifat asam. Perlakuan membuang kelebihan metylen blue yang berada di kaca objek dengan cara membilasnya dengan air aquades tujuannya adalah agar tidak mengganggu pada saat pengamatan di mikroskop. Perlakuan selanjutnya adalah mengamati preparat tersebut di bwah mikroskop, bertujuan untuk melihat bentuk sel dan komposisi sel yang berada pada apusan vagina. Fungsi dari menentukan gambaran sitologis apusan vagina dan tahap siklus reproduksinya dan menganalisis ciri-cirinya disesuaikan dengan tahapan yang paling tepat. Bertujuan untuk mengetahui tahapan siklus estrus yang sedang terjadi pada mencit. dan perlakuan terakhir mencatat hasil pengamatan pada lembar hasil pengamatan. Hal tersebut bertujuan untuk terus mengetahui perkembangan mencit B. Siklus Estrus Yang Teramati Hasil praktikum adalah pada praktikum pada mencit no.1 mengalami fase diestrus yaitu terdapat epitel berinti dan banyak leukosit , pada mencit no.2 mengalami fase metestrus yaitu terdapat epitel berinti,leukosit, dan sel epitel menanduk, dan pada mencit no.3 mengalami fase diestrus yaitu terdapat epitel berinti dan banyak leukosit. Menurut Yatim (1994) ciri-
ciri dari fase siklus estrus adalah sebagai berikut, yaitu : fase proestrus terdapat sel epitel biasa, fase estrus terdapat sel menanduk ( corninfied), fase diestrus terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit, dan fase metestrus terdapat banyak sel epitel menunduk dan leukosit, kemudian juga sel epitel biasa. C. Hormon yang Berperan Pada siklus estrus hormon yang berperan adalah hormone estrogen, hormon progesteron, hormon FSH, hormon LH, hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium sedangkan hormone FSH ( follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Hormon estrogen menyebabkan peningkatan mitosis dan proliferasi sel-sel epitel dan proses pertandukan pada selsel epitel permukaan. Konsentrasi estrogen yang tinggi pada saat estrus mengakibatkan penebalan dinding vagina dan mengakibatkan sel- sel epitel mengalami pertandukan dan terlepas dari dinding epitel vagina. Sel- sel pertandukan terlihat dominan pada hasil ulas vagina. Hormon FSH merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan folikel yang sedang tumbuh ini mensekresikan hormone estrogen, dimana saat terjadinya lonjakan dari hormone estrogen, hipofisis anterior akan meningkatkan sekresi hormon LH sehingga akan terjadi ovulasi. Setelah ovulasi LH akan merangsang jaringan folikel yang tertinggal di ovarium, untuk membentuk korpus luteum yang akan mensekresikan hormon progesteron. Hormon progesteron ini akan merangsang penebalan dinding endometrium untuk mempersiapkan kehamilan jika terjadi pembuahan[3] D. Siklus Estrus (Estrus Cycle) Siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, ovidak, uterus, dan vagina)hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya [1]. Sistem reproduksi memilik 4 dasar yaitu untuk menghasilkan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetiknya[retno]. Pada fase estrus yang dalam bahasa lain disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “kegirahan”, hipotalamus tertismulasi untuk melepaskan GonadotroptinReleshing Hormone (GRH)[3]. Siklus reproduksi pada mamalia primate disebut siklus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut siklus estrus. Dari satu estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit 4-5 hari, pada babi,sapi, dan kuda 21 hari, pada marmut 15 hari [1]. Siklus estrus terdiri dari fase diestrus,proestrus,estrus, dan metetrus. Fase diestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan folikel dari FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat. Proestrus berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami fase hipertrofi[6]. Fase proestrus ditandai dengan sel epitel yang berbentuk oval,berwarna biru dengan inti sel berwarna merah muda pada ahsil apusen vagina. Hasil apusen vagina pada estrus ditandai dengan sel-sel epitel yang mengalami pendudukan 9kornifikasi0,tanpa inti dan tak berwarna pucat[2].Fase estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan keadaan tikus tidak tenang,keluar lendir dari
3 dalam vulva,pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat,uterus mengalami versikurisasi dengan maksimal,ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir peekembangan/dengan cepat[6]. Fase metestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel, rongga folikel berangsur-angsur mengecil, dan pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan vaskularitas. [6]. Pada fase estrus,terlihat pengaruh eksterogen dan dikarakteristikan oleh sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi tampak invasi leukosit. Fase metestrus,selama fase ini dimana sinyal stimulasi ekstrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progresteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas berakhir 1-5 hari[5]. E. Perbedaan Siklus Mestruasi dan Siklus Estrus Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunyai siklus estrus (estrus cycle). Pada kedua kasus ini,ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus itu setelah endometrium mulai menebal teraliri banyak darah,karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implamintasi embrio. Satu perbedaan antara kedua jenis siklus itu melibatkan nasib lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam peredaran yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak [3].Perbedaan utama lainnya meliputi perubahan perilaku yang lebih jelas terlihat selama siklus estrus dibandingkan dengan siklus menstruasi, dan pengaruh musim dan iklim yang lebih kuat pada siklus estrus. Sementara seseorang perempuan bisa resptif terhadap aktivitas seksual sepanjang siklus, sebagian besar mamalia hanya akan berkopulasi selama periode di sekitar ovulasi. Frekuensi siklus reproduksi sangat bervariasi di antara mamalia. Lama siklus menstruasi pada mamalia ratarata 28 hari,siklus estrus hanya 5 hari [3]. F. Organ Reproduksi pada mencit Sistem reproduksi betina pada mamalia terdiri atas : ovarium, oviduk, uterus, vagina, alat kelamin luar. Sistem ini mengalami perubahan siklis dalam struktual dan aktivitas fungsional yang mekanismenya diatur secara hormonal. Pertama terdapat ovarium yang terdiri atas medula dan korteks, ada dua tipe ovarium yaitu padat (kompakta) dan berongga. Tipe kompakta terdapat pada Teleosteoi,Reptilia, Aves, dan Mamalia. Pada tipe berongga terdapat pada Amphibi [5]. Kedua ada oviduk yang merupakan bagian anterior dari saluran reproduksi betina terdiri atas infudibulum yang dilengkapi oleh corong yang disebut ostistum tuba abdominale. Dinding saluran terdiri atas jaringan otot dapat berfungsi untuk memindahkan sel telur menuju tempat pembuahan dengan gerakan peristastik [5]. Ketiga ada uterus yang merupakan tempat saluran kelanjutan dari ovidak. Terdiri atas 3 bagian yaitu, tanduk, badan, dan leher. Dinding terdiri atas 3 lapisan yaitu endometrium, miometrium, dan perimetrium. Pada waktu menstruasi bagian endometrium mengalami peluruhan[4]. Keempat terdapat vagina, terdiri atas
3 lapisan yaitu mukosa,muskularis dan fibrosa. Mukus yang terdapat dalam lumen vagina berasal dari kelenjar leher vagina [4].
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Kesimpulan dari praktikum ini bahwa Pada siklus estrus terdapat empat fase yaitu diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Pada mencit No.1 dan No.3 pada fase diestrus, sedangkan mencit no.3 Fase metestrus. Pada fase estrus mencit akan siap kawin. LAMPIRAN Diskusi terdapat pada lampiran 1, sedangkan tabel perbedaan hasil pengamatan apusen vagina dengan literatur pada lampiran 2. DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3] [4] [5] [6] [7]
Adnan. 2012. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar : Jurusan Biologi Fmipa UNM. Ahmad, J.2009. Effects of Gonadotropin Relesing Hormone Conjugate Immunization and Bioenchancing Role of Kamandhenu Ark Of Kamdhenu Ark On Estrous Cycle, Serum Estradiol and Progresterone Levels in Female Mus musculus. Journal of reproduktive Medicine Vol.8. No.2 pp:70-75 Campbell,N.A. 2004. Bioogi Jilid 3. Jakarta : Erlangga Nurhayati, A.P.D. 2004. Diktat Struktur Hewan. Surabaya : ITS. Pujdi, A. 2004. Perkembangan Hewan. Surabaya : ITS press. Retno,D. 2011. Biologi Universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.