Sifat Amalgam
May 2, 2019 | Author: Majid Marco | Category: N/A
Short Description
yeah...
Description
Sifat Amalgam A. 1.
Sifat Fisik Amalgam Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI-ADA specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. 2.
Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa perubahan pada dimensinya dan kemudian tetap stabil. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi awal pada saat pengerasan dan stabilitas dimensional jangka panjang. 1)
Perubahan dimensional
Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara manipulasinya, idealnya perubahan dimensi kecil saja. Kontraksinya yang hebat dapat menyebabkan terbentuknya kebocoran mikro dan karies sekunder. Perubahan dimensional dari amalgam tergantung pada seberapa banyak amalgam tertekan pada saat pengerasan dan kapan pengukuran dimulai. Spesifikasi ADA no.1 menyebutkan bahwa amalgam dapat berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20 μm/cm, diukur pada 300C, 5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya triturasi dengan alat yang keakuratannya tidak sampai 0,5 μm. Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah : a. Komposisi Alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar pula expansi yang terjadi. b. Rasio mercury:alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat expansinya. c. Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka total area permukaan alloy akan meningkat.
d. Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu triturasi, maka ekspansi akan lebih kecil. e. Tekanan kondensasi : Jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke alloy. 3.
Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies. 4.
Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam. B. 1.
Sifat Mekanik Amalgam Kekuatan
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang lainnya. Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. Kekuatan tensile amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. Kekuatan kompresif ini cukup baik untuk mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar kemungkinan terjadinya fraktur/retakan.
Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam : a. Rasio mercury:alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh. b. Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional. c. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles. d. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah teknik triturasi yang baik. Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang tidak kuat: 1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration) 2. Kandungan mercury yang terlalu besar 3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi 4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban 5. Korosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan diantaranya. 1. Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. 2. Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontril kekuatan adalah kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup haris dicampur dengan logam camput untuk menutupi partikel-partikel logam campur dan memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing partikel logam campur harus dibasahi oleh merkuri. Bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan berbutir-butir. Adonan semacam itu menghasilkan permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan korosi. Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar. 3. Efek Kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel campur, semuanya mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam campur lathe-cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam).Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe-cut. Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan rignan akan mempunyai kekuatan yang baik. 4. Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras. 5. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan kompresi minimal adalam 80 Mpa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar. C. 1.
Sifat Kimia Amalgam Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah saliva . Besarnya arus galvanis
dipengaruhi oleh lama/usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan. Jarak yang cukup lebar/besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi secara in vivo . Untuk restorasi amalgam–amalgam , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic yang dihasilkan. 2.
Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan. 3.
Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman. D.
Sifat Biologi Amalgam
1.
Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain. Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1 % dari populasi yang di rawat. 2.
Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai dipertanyakan. Kadang-kadang masih ada dugaan bahwa keracunan air raksa dari tambalan gigi adalah penyebab dari penyakit-penyakit tertentu yang diagnosisnya tidak jelas dan ada bahaya bagi dokter gigi atau asistennya. Ketika uap air raksa terhirup selama pengadukan penempatan dan pembuangan. Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi. Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang paling menonjol bagi asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya. Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi atau
pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam proses pembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang .
Sumber : Schmalz, Gottfried and Bindslev, Dorthe Arenholt. 2009. Biocompatibility of DentalMaterial . Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
View more...
Comments