Shell and Tube Heat Exchanger
March 16, 2018 | Author: yu won ho | Category: N/A
Short Description
Download Shell and Tube Heat Exchanger...
Description
Laporan Resmi Pratikum Teknik Kimia 1
SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Laksmi Dewi K., Ach. Farid Wadjdi, Muhammad Fauzi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya INTISARI Variabel yang digunakan dalam percobaan ini adalah flow rate air dingin 1,4 L/min, 1,8 L/min, dan 2,2 L/min, serta temperatur air panas 52ºC dan 62ºC. Percobaan ini dilaksanakan dengan dua jenis aliran yaitu aliran countercurrent dan cocurrent. Langkah awal yaitu menyalakan komputer dan instrument EDIBON-TCIC. Mengatur konfigurasi arah aliran fluida sesuai variable dan membuka kran air dingin utama. Menstart software TCIC. Mengklik link data capture lalu configuration. Mengatur waktu display data dan data capture. Membuat file untuk penyimpanan data praktikum dan disimpan di drive D. Memulai program. Mengatur set point suhu hot water/heater sesuai variable. Mengatur flow rate hot water. Mengatur flow rate cold water. Menunggu sampai suhu hot water yang diinginkan tercapai. Mencatat suhu inlet hot water, outlet hot water, inlet cold water, outlet cold water dan setiap bagian/seksi dari heat exchanger, serta serta menghitung suhu pada bagian baffle (ST4: baffle 2, ST6: baffle 3, ST8: baffle 4). Menghentikan program dan mematikan instrument EDIBON-TCIC. Menutup kran air dingin utama dan pada kran air dingin pada alat. Besarnya koefisien perpindahan panas dipengaruhi oleh arah aliran fluida. Untuk arah aliran counter current, proses perpindahan panas yang terjadi lebih efektif daripada proses perpindahan panas dengan arah aliran co-current, karena nilai koefisien perpindahan panas counter current lebih besar dari pada co current. PENDAHULUAN Dalam proses industri, transfer panas dari dua liquida adalah umumnya terjadi pada heat exchanger. Transfer panas terjadi dari liquida yang lebih panas ke dinding atau permukaan tube dengan cara konveksi, melewati dinding tube ke dalam dengan cara konduksi dan kemudian konveksi ke liquida yang lebih dingin. (Geankoplis, hal 263) Shell and Tube Heat Exchanger merupakan salah satu jenis heat exchanger. Jika aliran yang terjadi sangat besar, maka digunakan shell and tube heat exchanger, dimana exchanger ini adalah yang biasa digunakan dalam proses industri. Exchanger ini memiliki aliran yang kontinyu. banyak tube yang dipasang secara paralel dan di dalam tube-tube ini fluida mengalir. Tube-tube ini disusun secara paralel berdekatan satu sama lain di dalam sebuah shell dan fluida yang lain mengalir di luar tube-tube, tetapi masih dalam shell. Tujuan dari percobaan Shell and Tube Heat Exchanger ini antara lain mempelajari mekanisme transfer panas pada Shell and Tube Heat Exchanger,
menghitung koefisien perpindahan panas secara overall berdasarkan laju alir massa, dan mengetahui pengaruh arah aliran fluida terhadap koefisien perpindahan panas TINJAUAN PUSTAKA Untuk 1-1 counterflow exchanger (gambar 1), atau 1 shell pass dan 1 tube pass, fluida dingin masuk dan mengalir di dalam tube-tube. Fluida dingin masuk pada ujung yang lain dan mengalir secara counterflow di bagian luar tube tetapi masih di dalam shell. Bafflebaffle digunakan agar fluida dapat mengalir secara bertahap melewati tube dan tidak mengalir secara paralel dengan tube.
Gambar 1. Shell & tube heat exchanger: 1 shell pass and 1 tube pass (1-1 exchanger) (Geankoplis, hal 264) Keuntungan shell and tube heat exchanger adalah range luas perpindahan panas besar. Sehingga memungkinkan untuk perpindahan panas yang lebih besar. Kerugiannya yaitu harganya lebih mahal dari double pipe heat exchanger dan kadang-kadang tidak cocok untuk aliran gas. Overall heat transfer (perpindahan panas overall) biasanya diekspresikan dalam koefisien perpindahan panas, U, yakni: q = U A ΔToverall dimana ΔToverall = Thot – Tcold dimana: q = kalor (J/s) U = koefisien perpindahan panas overall (W/m2K) A = luas permukaan (m2) T = temperatur (oK) Untuk melengkapi definisi U, dibutuhkan pesifikasi area luas permukaan heat transfer. Jika A terjadi di area luar tube, A0 , U menjadi U0. Jika heat transfer terjadi di bagian dalam tube, Ai, maka U menjadi Ui. Karena ΔT dan q independen dari area yang dipilih, maka perbandingan antara Ui dan Uo dapat ditulis sebagai berikut.
(McCabe, hal 281) Ketika dua fluida memasuki exchanger pada dua ujung yang berbeda dan melewati exchanger unit
Laporan Resmi Pratikum Teknik Kimia 1
dengan arah yang berlawanan, aliran tipe ini biasa disebut counterflow atau countercurrent flow. Kurva temperatur pada jenis aliran ini ditunjukkan pada gambar 2. Empat temperatur yang dinotasikan adalah: T1 = temperatur fluida panas yang masuk T2 = temperatur fluida panas yang keluar t1 = temperatur fluida dingin yang masuk t2 = temperatur fluida panas yang keluar Untuk aliran countercurrent, ΔT2 = T1 – t2 dan ΔT1 = T2 – t 1 Jika dua fluida memasuki exchanger pada dua ujung yang sama dan mengalir dengan arah yang sama, alirannya disebut parallel atau cocurrent flow. Kurva temperatur pada aliran jenis ini ditunjukkan pada gambar 3. Untuk aliran parallel, ΔT2 = T1 – t1 dan ΔT1 = T2 – t2
Gambar 3. Jenis-jenis layout tube pada exchanger (Kern, hal 128) Gambar 3. Profil tube Jumlah perbedaan ketebalan dinding didefinisikan sebagai Birminghan wire gage (BWG). Tube pitch Pt adalah jarak dari pusat ke pusat tube yang paling pendek.
Gambar 2 Profil temperatur pada aliran countercurrent
Gambar 3. Baffle
Gambar 3 Profil temperatur pada aliran cocurrent (Kern, hal 86) Ketika fluida panas dan dingin dalam heat exchanger mengalir secara countercurrent atau concurrent, log mean temperature difference (LMTD) akan digunakan
dimana ∆ T2 adalah perbedaan suhu pada ujung exchanger dan ∆ T1 adalah ujung yang lain. ∆ Tlm ini digunakan untuk douple pipe heat exchanger dan 11exchanger dengan 1 shell pass dan 1 tube pass dalam aliran counter maupun concurrent. (Geankoplis, hal 265) Di bawah ini adalah beberapa jenis layout tube pada umumnya,
(Kern, hal 130) Fouling Factor Koefiesien overall dari perpindahan panas diperlukan untuk memperoleh kondisi proses dapat diperoleh dari persamaan Fourier bila luas permukaan A diketahui dan Q dan Δt dihitung dari proses. Lalu U = Q/A Δt. Abaikan resistensi dinding pipa:
Timbulnya kerak atau kotoran yang menempel pada pipa sehingga perpindahan panas tidak lagi efektif adalah sebagai masalah dalam pengoperasian dalam double pipe heat exchanger. Makin tebal kerak tersebut maka tahanan terhadap proses perpindahan panas makin besar sehingga koefisien perpindahan panas menjadi kecil. Untuk menyatakan hal tersebut Gambar 3. Lokasi fouling factor dan koefisien transfer panas maka secara matematis dapat ditulis:
Laporan Resmi Pratikum Teknik Kimia 1
Gambar 4. Lokasi fouling factor dan koefisien perpindahan panas
dimana: Uc = clean coefficient (kJ/h.m2K) Ud = design coefficient (kJ/h.m2K) Rd = faktor kekotoran gabungan ( h.m2K/kJ) (Kern, hal 106) Mekanisme Perpindahan Panas Ada 2 jenis mekanisme perpindahan panas yang terjadi dalam Heat Exchanger, yaitu: 1. Konduksi Mekanisme perpindahan panas ini adalah mekanisme yang berhubungan dengan interakasi molekuler. Transfer energi konduksi ini terjadi melalui 2 cara, yaitu mekanisme interaksi molekuler dimana dalam mekanisme ini gerakan lebih besar yng dilakukan oleh suatu molekul yang berada pada tingkat yang lebih rendah. Serta mekanisme melalui elektron-elektron “bebas”. Karena konduksi panas pada initnya merupakan fenomena molekuler, dapat diperkirakan bahwa persamaan dasar yang digunakan untuk menggambarkan proses ini akan serupa dengan persamaan yang digunakan dalam transfer momentum molekuler. Persamaan Fourier : qx /A = -k dT/dt (James R.W, 1-2) 2. Konveksi molekuler Tranfer panas yang disebabkan konveksi melibatkan pertukaran energi antara suatu permukaan dengan fluida di dekatnya. Persamaan laju untuk transfer panas ini pertama kali dinyatakan oleh newton pada tahun 1701, q /A = h ΔT
. (James R.W, 8) perhitungan pada Heat
Langkah-langkah Exchanger. Kondisi proses yang dibutuhkan : Fluida panas : T1, T2, W, Cp, µ , k, ρ Fluida dingin : t1, t2, W, Cp, µ , k, ρ Dari exchanger data yang harus diketahui : Shell Tube ID Number and length Baffle space OD, BWG, pitch Passes Passes (1) Neraca panas, Q = WC(T1-T2) = wc(t2-t1) (2) Perbedaan suhu, ∆ T = ∆ Tlm
(3) Luas shell = IDxC’B/Pt Luas tube = Σ tube x a’/pass (4) Mass vol, G = W/luas (5) Nre = ID.G/μ (6) Npr = cp.μ/k (7) h = 1,86(k/D)(Nre .Npr.D/L)1/3 (8) hio = hi.ID/OD (9) Uc = hio.ho/(hio + ho) (10) Ud = Qav/a’’.∆T (11) Efisiensi aliran counter η = (T1T2)/(T1-t1) Efisiensi aliran cocurrent η = (T1-T2)/(T1-t2) Metodologi Percobaan Percobaan ini dilaksanakan dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Menyalakan komputer dan instrument EDIBON-TCIC. 2. Mengatur konfigurasi arah aliran fluida sesuai variable dan membuka kran air dingin utama. 3. Menstart software TCIC. 4. Mengklik link data capture lalu configuration. 5. Mengatur waktu display data dan data capture. 6. Membuat file untuk penyimpanan data praktikum dan disimpan di drive D. 7. Memulai program. 8. Mengatur set point suhu hot water/heater sesuai variable. 9. Mengatur flow rate hot water. 10. Mengatur flow rate cold water. 11. Menunggu sampai suhu hot water yang diinginkan tercapai. 12. Mencatat suhu inlet hot water, outlet hot water, inlet cold water, outlet cold water dan setiap bagian/seksi dari heat exchanger, serta menghitung suhu pada bagian baffle (ST4: baffle 2, ST6: baffle 3, ST8: baffle 4). 13. Menghentikan program dan mematikan instrument EDIBON-TCIC. 14. Menutup kran air dingin utama dan pada kran air dingin pada alat. Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: 1. Shell & Tube Heat Exchanger 2. Komputer 3. Gelas ukur 1000 mL 4. Stopwatch Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air Hasil Percobaan Dari percobaan yang diperoleh hasil sebagai berikut:
telah
dilakukan
Laporan Resmi Pratikum Teknik Kimia 1
Tekanan udara Temperatur udara Temperatur air
: 756 mmHg : 30ºC : 28ºC
52,8
48
37
46,4
61,6
56,4
36,9
56,7
61,8
56,9
36,6
57,2
Tho (ST 5) (°C) 47,9 48,4 55 55,5 46,9 46,7 55,1 54,7 46,1 46,3 59,9 60,8
tci (ST 9) (°C) 37,3 35,9 36,7 36,4 36,8 37,5 36,1 36,1 37,6 37,1 37,2 38,1
tco (ST 2) (°C) 47,7 47 54,5 54,8 45,1 45,5 52,4 50,6 45,5 45,1 59,7 60,3
Aliran concurrent Thi (ST 1) (°C) 54,1 52,7 61,1 61,5 50,9 51,8 62 61,9 52,3 52,2 63,6 63,6
Gambar Sketsa Alat
PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan maka didapatkan hasil hi, ho, hio, Uc, dan Ud untuk aliran counter sebagai berikut
Gambar 5. Sketsa alat percobaan Shell & Tube Heat Exchanger Keterangan gambar: 1. Panjang shell (l) = 0,8 m 2. Pitch tube (Pt) = 0,02 m 3. Diameter Tube (ID) = 0,010211 m 4. Diameter Shell (OD) = 0,15642 m 5. C’ (Clearance) = 0,015 m 6. Buffle Space = 0,09 m 7. Number of Tube = 21 buah 8. Panjang Tube = 0,49 m 9. BWG = 18 HASIL PERCOBAAN Aliran counter current
hi
ho
hio
Uc
Ud
J/m2Ks
J/m2Ks
J/m2Ks
J/m2Ks
J/m2Ks
24,604
23,377
19,782
10,715
5,253
28,631
23,423
23,020
11,610
3,756
24,799
23,411
19,939
10,768
8,871
28,758
23,402
23,122
11,631
9,068
24,604
25,095
19,782
11,062
7,626
28,553
24,753
22,957
11,911
8,417
24,760
24,824
19,907
11,048
7,431
28,807
25,113
23,161
12,049
9,390
24,582
26,749
19,764
11,366
6,940
28,579
26,749
22,978
12,360
10,084
24,757
26,682
19,905
11,400
10,013
28,782
26,623
23,141
12,380
11,908
hio
Uc
Ud
Untuk aliran cocurrent
Thi
Tho
tci
tco
(ST 1)
(ST 5)
(ST 2)
(ST 9)
(°C)
(°C)
(°C)
(°C)
53,6
50
38,3
47,4
54,9
53,8
38,6
49,3
63,9
51,6
40,1
60,2
52,5
53,6
50,8
52 61
hi
ho
2
2
2
J/m Ks
J/m Ks
J/m2Ks
J/m Ks
J/m2Ks
24,604
23,377
19,782
10,715
17,738
28,580
23,381
22,979
11,589
11,607
24,759
23,522
19,907
10,782
13,372
50,8
28,783
23,521
23,142
11,665
15,631
40,3
49,4
24,536
26,719
19,728
11,348
8,681
37,4
50,1
28,554
26,793
22,958
12,364
14,914
49,1
35,8
47,8
24,781
28,130
19,924
11,663
9,238
54,6
36,3
53
28,811
27,775
23,164
12,631
10,180
62,7
55,3
37,7
53
52,8
48
37,1
45,4
24,584
28,645
19,766
11,696
16,118
28,552
28,561
22,956
12,727
16,891
Laporan Resmi Pratikum Teknik Kimia 1
24,801
31,617
19,940
12,228
19,566
28,834
31,748
23,183
13,399
17,105
Pada percobaan Shell and Tube Heat Exchanger ini bertujuan untuk mempelajari mekanisme transfer panas dengan menghitung koefisien perpindahan panas serta bagaimana pengaruh arah aliran fluida terhadap koefisien perpindahan panas. Dimana fluida panas mengalir melalui tube (pipa) dan fluida dingin melalui shell. Dalam percobaan ini, variabel yang digunakan adalah rate air dingin yaitu 1,4 L/min, 1,8 L/min, dan 2,2 L/min serta rate air panas 0,7 L/min dan 1,1 L/min, serta arah aliran perpindahan panas yaitu co-current dan counter current. Dari data variable-variabel di atas didapatkan data-data suhu masuk dan keluar yang digunakan untuk menghitung LMTD nya. Kemudian dengan mencari properties masing-masing fluida, dapat dihitung mass flow rate (W), laju alir per satuan luas (G), NRe, Npr, Fouling koefisien (hi, ho hio), dan kemudian diperoleh kalor (Q), dan didapatkan nilai koefisien perpindahan panas dan dingin pada keadaan clean (Uc) dan kotor (Ud) serta efisiensi Mekanisme perpindahan panas yang terjadi pada percobaan ini adalah konduksi dan konveksi. Dimana terdapat perpindahan panas antara suatu permukaan dengan fluida didekatnya (konveksi) serta konduksi, dengan perpindahan molekuler pada fluidanya. Panas sensibel dari fluida panas akan menaikkan suhu dari fluida dingin tanpa merubah fasenya. (Mc.Cabe, 275) Selain suhu masuk dan suhu keluar, tercatat juga suhu tiap baffle. Setiap suhu yang tercatat memiliki nilai yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa selama proses aliran terdapat perpindahan panas. Baffle ini juga berguna untuk lebih mengontrol laju aliran agar tetap laminar. Selanjutnya untuk perlakuan dengan arah aliran co-curren dan counter current agar lebih mudah dibandingkan, disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini. Untuk aliran counter current,
Gambar 7. Grafik hubungan Vh vs Uc Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa untuk hasil perhitungan nilai Uc bagian terakhir cenderung sama, sedangkan pada perhitungan awal didapatkan nilai Uc yang sangat mencolok, dimana nilai Uc pada aliran counter-current jauh lebih kecil dibandingkan nilai Uc lainnya,. Hal ini, bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu adanya proses pemanasan dari fluida panas masih belum sempurna (belum konstan) yang mengakibatkan kenaikan suhu masuk dan keluar fluida panas, dan kemudian secara tiba-tiba mulai konstan yang menyebabkan suhu yang mula-mula naik menjadi turun. (Kern, 104) Dari hasil terlihat bahwa pada aliran searah atau counter-current lebih besar. Fouling factor ini mengganggu kinerja alat penukar panas yang bisa diakibatkan karena pembentukan scale (kerak) dan mempengaruhi nilai koefisien transfer panas yang dihasilkan, sehingga sebisa mungkin nilainya harus kecil.
Gambar 8. Grafik hubungan Vh vs Ud sedangkan aliran cocurrent,
Gambar 9. Grafik hubungan Vh vs Ud Gambar 6. Grafik hubungan Vh vs Uc sedangkan aliran cocurrent,
Untuk aliran co-current dari grafik dapat dilihat bahwa nilai Ud cenderung semakin besar / berbanding lurus dengan rate aliran.
Laporan Resmi Pratikum Teknik Kimia 1
Kemudian dengan melihat hasil LMTD pada perhitungan didapatkan nilai yang lebih besar terdapat pada aliran counter current. Semakin besar nilai LMTD ini mengindikasikan bahwa perpindahan panas semakin baik / efektif. Nilai LMTD juga mempengaruhi nilai Ud, dimana semakin besar nilai LMTD akan memperkecil besar Ud. Sesuai dengan literatur semakin besar LMTD maka nilai Q semakin besar. q= U A ΔTlm. (James R.W, 183) Sehingga dari hasil di atas, dapat disimpulkan sesuai dengan literatur arah aliran counter current lebih efisien karena menghasilkan koefisien transfer panas yang lebih besar. (Geankoplis, 219) Dari perhitungan efisiensi didapatkan pada aliran counter current sebesar 58,065% dan pada aliran concurrent sebesar 36,904%. Hal sesuai dengan literature bahwa aliran counter lebih efektif disbanding aliran cocurent.
G Gc Gh hi ho IDs IDt kc kh LMTD Lt Nprc Nprh NRec NReh
KESIMPULAN Dari data dan hasil perhitungan dalam percobaan “Shell and Tube Heat Exchanger” dapat disimpulkan, antara lain: 1. Mekanisme transfer panas pada Shell and Tube Heat Exchanger terjadi secara konduksi dan konveksi 2. Koefisien perpindahan panas secara overall berdasarkan laju alir massa aliran counter current Uc = 12,380 (J/s.m2.K) dan aliran cocurrent Uc= 13,399 (J/s.m2.K). Perbedaan nilai ini disebabkan karena nilai hi dan hio pada aliran counter current lebih besar dibandingkan nilai hi dan hio pada aliran co current. 3. Terdapat pengaruh arah aliran fluida terhadap koefisien perpindahan panas. Aliran counter current lebih efisien dalam proses transfer panas dibandingkan aliran co-current. DAFTAR PUSTAKA Geankoplis, C.J. 1993. Transport Processes and Unit Operation, 3rd ed. India: Prentice Hall, Inc. Kern, Donald Q. 1965. Process Heat Transfer. Singapore: McGraw Hill Book Company. Lienhard, John.1961.A Heat Transfer Textbook. 3rd ed.Cambridge McCabe, W.L., Julian Smith, Peter Harriot. 1993. Unit Operation of Chemical Engineering, 5th ed. Singapore: McGraw Hill Book Company. Robert, H.P. and D.W. Green, 1997. Perry’s Chemical Engineering Hand Book, 7th Edn., McGraw-Hill Company, New York DAFTAR NOTASI Notasi Keterangan Cpc Kapasitas panas fluida dingin Cph Kapasitas panas fluida panas
Satuan kJ/kg.K kJ/kg.K
Ŋ ODs ODt Pt Qc Qh Qav Rd Tc Th Uc Ud Vc Vh Wc Wh μc μh ρc ρh
Konstanta gravitasi Laju alir fluida dingin Laju alir fluida panas Individual heat transfer dalam Individual heat transfer luar Inlet Diameter shell Inlet Diameter tube Thermal konduktivitas fluida dingin Thermal konduktivitas fluida panas Log Mean Temperature Difference Panjang tube Bilangan Prandtl fluida dingin Bilangan Prandtl fluida panas Bilangan Reynold fluida dingin Bilangan Reynold fluida panas Efisiensi heat exchanger Outlet Diameter shell Outlet Diameter tube Pitch tube Panas yang dilepas oleh fluida dingin Panas yang dilepas oleh fluida panas Panas rata-rata antara fluida panas dan fluida dingin Faktor kekotoran gabungan (fouling factor) Suhu fluida dingin Suhu fluida panas Clean overall heat transfer coeffisient Design overall heat transfer coeffisient Kecepatan volumetrik fluida dingin Kecepatan volumetrik fluida panas Laju alir fluida dingin Laju alir fluida panas Viskositas fluida dingin Viskositas fluida panas Densitas fluida dingin Densitas fluida panas
m/s2 kg/m2.s kg/m2.s W/m2.K W/m2.K m m W/m.K W/m.K K m % m m m J/s J/s J/s s.m2.K/kJ o
C C J/s.m2.K o
J/s.m2.K L/s L/s kg/s kg/s kg/m.s kg/m.s kg/m3 kg/m3
View more...
Comments