Sharifuddin Bin .pdf

April 6, 2017 | Author: samuelseptian0709 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Sharifuddin Bin .pdf...

Description

Iktiologi

SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

KATA PENGANTAR

Bahan ajar ini disusun untuk menambah wawasan mahasiswa Fakultas Ilmu

Kelautan

dan

Perikanan,

Universitas

Hasanuddin,

Makassar,

yang

mengambil mata kuliah Iktiologi. Penulis mengakui bahwa bahan ajar ini belum mampu menjawab seluruh permasalahan yang berkaitan dengan Iktiologi. Namun demikian,

bahan

ajar

ini

diharapkan

dapat

membantu

mahasiswa

untuk

mengetahui dasar-dasar pengetahuan yang berkenaan dengan ikan, sebagai bahan kajian pokok dari Iktiologi, untuk selanjutnya digunakan dalam kegiatan pembelajaran di dalam ruang kuliah maupun di laboratorium. Penulis

mengucapkan

terima

kasih

yang

sebesar-sebesarnya

kepada

Universitas Hasanuddin, khususnya para staf Pusat Kajian dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (PKPAI – LKPP),

karena

terbitnya

buku

ajar

ini

merupakan

bantuan

yang

diberikan

olehUniversitas Hasanuddin melalui Hibah Penulisan Buku Ajar Bagi Tenaga Akademik Universitas Hasanuddin tahun 2011, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan No. 61/H4.21.2.4/UM.16/2011. Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon kritikan yang dapat penulis gunakan untuk perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, semoga bahan

ajar yang sederhana

ini dapat memberikan

manfaat bagi pemakainya.

Makassar, 25 Nopember 2011. Penulis

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

halaman vii viii

I.

PENDAHULUAN

1

II.

IKAN

9

A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. III.

IV.

V.

Sasaran Pembelajaran Pengertian Iktiologi Nomenklatur / Tata Nama Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan Jumlah Spesies Ikan Distribusi Ikan Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia Sistem Klasifikasi Ikan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

9 9 10 14 15 19 23 26 29 30

MORFOLOGI IKAN

32

A. B. C. D. E. F. G. H. I.

32 32 34 38 43 48 50 55 55

Sasaran Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Ikan Bentuk-bentuk Tubuh Ikan Kepala Ikan Badan Ikan Anggota Gerak Ekor Ikan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

MORFOMETRIK DAN MERISTIK

57

A. B. C. D. E.

57 57 64 71 72

Sasaran Pembelajaran Morfometrik Meristik Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

IDENTIFIKASI

74

V

A. B. C. D. E. VI.

VII.

IX.

X.

halaman 74 74 79 79

ANATOMI IKAN

82

A. B. C. D. E. F. G.

82 82 85 85 87 89

Sasaran Pembelajaran Pengertian Anatomi Prosedur Pembedahan Istilah-istilah Anatomi Gelembung Berenang Soal-soal Latihan Daftar Pustaka89

SISTEM INTEGUMEN A. B. C. D. E.

VIII.

Sasaran Pembelajaran Identifikasi Catatan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka79

Sasaran Pembelajaran Kulit dan Derivat Kulit Ikan Beracun Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

90 90 90 96 99 100

SISTEM ALAT GERAK

101

A. B. C. D. E.

101 101 109 111 111

Sasaran Pembelajaran Otot atau Urat Daging Ikan Sistem Rangka Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

SISTEM PENCERNAAN

116

A. B. C. D. E.

116 116 121 122 122

Sasaran Pembelajaran Alat Pencernaan Sistem Pencernaan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

SISTEM PERNAPASAN

124

A. B. C. D. E.

124 124 126 128 128

Sasaran Pembelajaran Organ Pernapasan Organ Pernapasan Tambahan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

vi

XI.

SISTEM PEREDARAN DARAH A. B. C. D. E. F. G.

XII.

XIII.

Sasaran Pembelajaran Jantung Darah Saluran Pembuluh Darah Limfa (Lien) Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

halaman 132 132 132 134 134 141 141 141

SISTEM UROGENITAL

143

A. B. C. D. E.

143 143 144 150 150

Sasaran Pembelajaran Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi) Sistem Genitalia (Sistem Kelamin) Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

SISTEM SARAF

151

A. B. C. D. E. F. G.

151 151 151 152 157 158 158

Sasaran Pembelajaran Sistem Saraf Jenis-jenis Saraf Otak Saraf Cranial Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

LAMPIRAN (Glosarium)

160

vi

DAFTAR TABEL Nomor 1.

2.

3.

halaman Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal tahun akademik 2010/2011 dan 2011/2012

2

Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi

3

Distribusi jumlah spesies ikan berdasarkan ordo, famili dan Genera

17

4.

Periode zaman dan umur bumi

23

5.

Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran pada tubuh ikan

63

Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan

99

6.

Vii

DAFTAR GAMBAR Nomor

halaman

1.

Persentase komposisi spesies Vertebrata

16

2.

Ikan Schindleria brevipinguis, kerabat ikan gobi berukuran kecil yang ditemukan di Great Barrier Reef, Australia

20

3.

Daerah distribusi ikan secara geografis

22

4.

Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis Wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)

24

5.

Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi

33

6.

Bentuk-bentuk tubuh ikan

35

7.

Bentuk-bentuk tubuh kombinasi

37

8.

Tulang-tulang tambahan tutup insang

39

9.

Bentuk-bentuk mulut

40

10.

Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan

40

11.

Letak mulut ikan

42

12.

Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan

42

13.

Bentuk-bentuk sisik ikan

44

14.

Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan

46

15.

Beberapa ciri khusus pada badan ikan

47

16.

Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan

49

17.

Modifikasi sirip pada ikan

51

18.

Letak sirip perut pada tubuh ikan

52

19.

Tipe-tipe sirip ekor

52

20.

Bentuk morfologi ekor ikan

54

21.

Berbagai ukuran pada tubuh ikan

60

Ix

Nomor

halaman

22.

Berbagai ukuran pada kepala ikan

61

23.

Jari-jari sirip

65

24.

Jari-jari pokok dan jari-jari cabang

67

25.

Jumlah jari-jari pokok

67

26.

Perbedaan jari-jari pada sirip ikan

67

27.

Sisik di atas dan di bawah garis rusuk

70

28.

Sisik pada pipi

70

29.

Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes

83

30.

Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes

84

31.

Prosedur pembedahan tubuh ikan

86

32.

Berbagai posisi tubuh ikan

88

33.

Gelembung berenang

88

34.

Bagian-bagian sisik ikan

92

35.

Jenis-jenis sisik ikan

93

36.

Jari-jari sirip

95

37.

Penampang melintang otot ikan

103

38.

Tipe otot pada ikan

104

39.

Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes

105

40.

Otot-otot pada bagian di bawah kepala ikan Osteichthyes

105

41.

Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes

106

42.

Otot-otot pada sirip dada ikan Osteichthyes

106

43.

Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes

107

44.

Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes

107

45.

Otot-otot appendicular dan branchiomeric pada ikan Chondrichthyes

108 x

Nomor

halaman

46.

Otot-otot hypobranchial pada ikan Chondrichthyes

108

47.

Rangka ikan Teleostei tampak lateral

112

48.

Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral

112

49.

Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal

113

50

Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral

113

51

Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal

114

52.

Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan

114

53.

Letak gigi pada ikan Osteichthyes

118

54.

Bentuk-bentuk gigi ikan

118

55.

Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard

119

56.

Alat pencernaan ikan omnivora

119

57.

Alat pencernaan ikan cucut

120

58.

Alat pernapasan pada larva

125

59.

Bagian-bagian insang ikan Teleostei

125

60.

Insang pada ikan herbivora dan carnivora

125

61.

Tulang penutup insang pada ikan Teleostei

127

62.

Celah insang pada ikan cucut

127

63.

Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus)

129

64.

Organ arborescent pada ikan lele (Clarias batrachus)

129

65.

Diverticula pada ikan gabus (Ophiocephalus striatus)

130

66.

Struktur jantung Osteichthyes

133

67.

Struktur jantung Chondrichthyes

133

68.

Sistem peredaran darah di bagian kepala ikan Osteichthyes

135

69.

Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kanan ikan Osteichthyes

135 xi

Nomor 70.

halaman Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kiri ikan Osteichthyes

136

Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan Osteichthyes

136

72.

Sistem peredaran darah pada ginjal ikan Osteichthyes

137

73.

Sistem peredaran darah pada insang ikan Chondrichthyes

137

74.

Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan Chondrichthyes

138

Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan Chondrichthyes

139

Sistem peredaran darah pada daerah ginjal ikan Chondrichthyes

140

77.

Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes

146

78.

Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina

147

79.

Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan

149

80.

Cara pembedahan untuk melihat otak ikan

153

81.

Otak ikan Osteichthyes tampak samping

155

82.

Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral

83.

Otak ikan Chondrichthyes tampak dorsal

71.

75.

76.

155 156

xii

I. PENDAHULUAN

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (Prodi MSP) merupakan salah satu di antara lima program studi yang terdapat di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin, Makassar. Program Studi MSP telah memperoleh status akreditasi B sesuai hasil pemeriksaan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Status akreditasi BAN tersebut terlampir dalam Sertifikat No. 0239/Ak-II.1/UHCMZS/XII/1998 tertanggal 22 Desember 1998. Pada tanggal 17 April 2003, BAN-PT mengeluarkan Sertifikat Akreditasi No. 05374/Ak-VI-S1-007/UHCMZS/IV/2003 untuk Prodi MSP dengan status akreditasi B. Selanjutnya, melalui Keputusan BAN-PT No. 015/BAN-PT/Ak-XII/S1/VI/2009, Prodi MSP kembali memperoleh akreditasi B, yang berlaku hingga 19 Juni 2014. Jumlah peminat Prodi MSP selama enam tahun terakhir cenderung mengalami penurunan, yang menunjukkan keketatan persaingan melemah. Namun demikian, jumlah yang diterima mengalami fluktuasi dalam kisaran yang cukup sempit, yaitu 46 – 57 orang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, keketatan persaingan peminat Prodi MSP tidak menjamin kualitas indeksprestasi kumulatif (IPK) dan masa studi lulusan, tetapi keragaman daerah sekolah menengah asal yang tinggi berpengaruh terhadap perbaikan IPK dan masa studi lulusan. Untuk menjadi seorang sarjana Prodi MSP, total sks sesuai kurikulum yang harus dilulusi oleh mahasiswa adalah 144 sks. Jumlah sks tersebut dapat diselesaikan dalam watu empat tahun (delapan semester) jika seorang mahasiswa Prodi MSP memiliki indeks prestasi semester rata-rata 2,00 – 3,00, dan mengambil 20 sks matakuliah setiap semester. Selama lima tahun terakhir, total mahasiswa baru yang diterima sebanyak 310 orang dan telah diluluskan 209 orang. Perincian masa studi lulusan tersebut adalah: 1.8% lulus dengan masa studi dibawah 4 tahun, 43.1% dengan masa studi sekitar 5 tahun, dan 58.9% dengan masa studi diatas 5 tahun. Namun demikian, masih terdapat sejumlah mahasiswa yang terdaftar secara aktif dan telah melampaui target kurikulum Prodi MSP. Iktiologi merupakan salah satu mata kuliah di FIKP Universitas Hasanuddin, bernilai 3 sks, dan diberikan pada Semester Ketiga. Sebelumnya, mata kuliah ini terbagi atas dua, yaitu mata kuliah Iktiologi Sistematik (3 sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi Ilmu Kelautan, MSP, Pemanfaatan Sumberdaya

1

Perikanan, dan Sosial Ekonomi Perikanan; dan mata kuliah Iktiologi Fungsional (3 sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi MSP dan Budidaya Perairan. Sejak Semester Awal Tahun Akademik 2010/2011, mata kuliah ini wajib diberikan kepada seluruh mahasiswa di FIKP. Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel

1.

Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada akademik 2010/2011 dan 2011/2012 Program studi studi Awal 2010/2011 Ilmu Kelautan 33 Manajemen Sumberdaya Perairan 31 Budidaya Perairan 42 Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 50 Sosial Ekonomi Perikanan 22 Jumlah 178

Semester

Awal

tahun

Awal 2011/2012 50 35 56 34 28 203

Pada Semester Awal 2010/2011, mahasiswa didistribusikan ke dalam empat kelas paralel, dan masing-masing kelas diampu oleh dua orang dosen. Oleh karena keterbatasan ruang perkuliahan akibat banyaknya jumlah mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa FIKP pada Semester Awal 2011/2012, maka jumlah kelas dikurangi menjadi tiga kelas paralel dan masing-masing kelas diampu oleh tiga orang dosen. Setiap kelas berisi gabungan mahasiswa yang berasal dari kelima program studi di FIKP. Untuk menambah wawasan mahasiswa maka selain proses pembelajaran di dalam kelas, juga diberikan kegiatan praktikum di Laboratorium Biologi Perikanan, Jurusan Perikanan, FIKP. Berdasarkan nilai akhir mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal 2010/2011, maka mahasiswa yang lulus di kelas A sebanyak 71.43%, di kelas B 89.19%, di kelas C 87.76%, dan di kelas D 68.59%. Distribusi nilai mahasiswa yang memperoleh nilai A berkisar 4.08 – 10.81%, A– berkisar 2.70 – 26.53%, B+ berkisar 2.13 – 22.45%, B berkisar 6.12 – 45.95%, B– berkisar 4.08 – 20.41%, C+ berkisar 5.41 – 10.64%, C berkisar 2.70 – 25.53%, D berkisar 2.04 – 2.13%, dan E berkisar 10.81 – 31.91%. Sistem pembelajaran yang diterapkan di FIKP adalah sistem yang berbasis student-centered learning atau SCL. Sistem ini telah berlangsung dengan baik di FIKP berkat ketersediaan sarana pendukung yang cukup memadai. Namun,

2

akibat jumlah peserta yang cukup banyak pada setiap kelas (lebih dari 40 orang) maka efektivitas proses pembelajaran menjadi berkurang. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif diperlukan sarana penunjang, satu di antaranya adalah buku ajar. Buku ajar yang diberikan dapat menjadi salah satu bahan acuan mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata kuliah Iktiologi. Adanya buku ajar Iktiologi dapat membantu mahasiswa untuk memahami proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan menambah wawasannya terhadap Iktiologi. Keberadaan buku ajar Iktiologi juga dapat menciptakan interaksi yang lebih intens antara mahasiswa dan dosen sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih efektif. Materi yang tercantum di dalam buku ajar disesuaikan dengan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah tersebut (Tabel 2). Tabel 2.

Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Iktiologi

Pembelajaran mata kuliah

a. Identitas mata kuliah Iktiologi 1. Unit Kerja

:

2. Program Studi 3. Nama Mata kuliah 4. Kode Mata kuliah 5. Semester 6. Prasyarat dari Mata kuliah 7. Nama Dosen

: : : : : :

8. Kategori Kompetensi

:

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Manajemen Sumberdaya Perairan Iktiologi 202 L003 Ganjil (III) Biologi Dasar Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Farida G. Sitepu, MS Prof. Dr. A. Iqbal Burhanuddin, ST, M.Fish.Sc. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si. Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si. Ir. Muh. Arifin Dahlan, MS Ir. Suwarni, M.Si. A. Aliah Hidayani, S.Si., M.Si. Utama

3

b. Format Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi 1. Kompetensi utama: a. menguasai ilmu-ilmu dasar mengenai bioekologi perikanan b. menguasai prinsip-prinsip dasar, potensi, nilai ekonomi, dan masalahan sumberdaya perairan 2. Kompetensi pendukung: a. mampu membuat evaluasi efek aktivitas manusia dan alam terhadap sumberdaya perairan b. mampu mengembangkan strategi dan teknologi pengelolaan sumberdaya perairan 3. Kompetensi lainnya: a. mampu membuat dasar-dasar perencanaan program pengelolaan sumberdaya perairan b. mampu menerapkan konsep dasar pelestarian dan restorasi fungsi perairan untuk mendukung peningkatan produksi perikanan secara berkelanjutan (penekanan pada sea ranching). 4. Sasaran Belajar: Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa memiliki wawasan tentang ikan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan sistematika dan organ ikan

4

Minggu Ke 1, 2, dan 3

Sasaran Pembelajaran Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi, ikan, sistematika, nomenklatur / tata nama, kedudukan ikan di dalam dunia hewan, jumlah spesies ikan, distribusi ikan, dan sistematika ikan

-

4

Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian tubuh ikan, bentuk-bentuk tubuh ikan, bagian-bagian kepala ikan, bagian-bagan badan ikan, anggota gerak pada ikan, dan bagian-bagian ekor ikan

5

Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian morfometrik meristik Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik, cara-cara menyusun kunci identifikasi serta cara-cara

6

Strategi Kriteria Penilaian Pembelajaran Pengertian iktiologi Ceramah dan Ketepatan dalam menyebutkan diskusi ruang lingkup iktiologi, Nomenklatur / nomenklatur, kedudukan ikan Tatanama dalam dunia hewan, jumlah Kedudukan ikan spesies ikan di dunia, dalam dunia hewan pengertian dan teori distribusi, Jumlah spesies ikan faktor-faktor penghalang Distribusi ikan distribusi, dan distribusi ikan di Daerah distribusi ikanIndonesia ikan di Indonesia Sistem klasifikasi ikan

Materi Pembelajaran

Bobot Nilai (%) 20

- Bagian-bagian tubuh ikan - Bentuk-bentuk tubuh ikan - Kepala ikan - Badan ikan - Anggota gerak - Ekor ikan - Morfometrik - Meristik

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menyebutkan bagian-bagian tubuh ikan, bentuk-bentuk tubuh ikan, bagian-bagian kepala ikan, bagian-bagan badan ikan, anggota gerak pada ikan, dan bagian-bagian ekor ikan

10

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan pengertian morfometrik meristik

10

- Identifikasi - Kunci identifikasi - Hirarki taksonomi

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan cara-cara melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik, cara-cara menyusun kunci identifikasi serta cara-cara menyusun hirarki taksonomi

10

5

Minggu Ke

Sasaran Pembelajaran

Materi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran

Kriteria Penilaian

Bobot Nilai (%)

menyusun hirarki dari kategorikategori taksonomi.

7 8

9

10

11

UJIAN TENGAH SEMESTER Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan anatomi dan cara-cara melakukan pengamatan organ dalam ikan (anatomi ikan) Agar mahasiswa mampu mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian integumen, bagian-bagian dan jenis-jenis sisik pada ikan, serta menunjukkan posisi derivat-derivat kulit lainnya pada tubuh ikan.

- Istilah-istilah anatomi - Gelembung berenang

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan pengertian beberapa istilah yang berkaitan dengan anatomi dan cara-cara melakukan pengamatan organ dalam ikan

10

- Kulit - Derivat-derivat kulit - Ikan beracun

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian integumen, bagianbagian dan jenis-jenis sisik pada ikan, serta menunjukkan posisi derivat-derivat kulit lainnya pada tubuh ikan.

5

Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari sebuah urat daging atau otot ikan, letak urat daging, bagian-bagian dari rangka ikan, serta letak dan nama-nama tulang ikan Agar mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui posisi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya, fungsi

- Otot - Sistem rangka

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan bagian-bagian dari sebuah urat daging atau otot ikan, letak urat daging, bagian-bagian dari rangka ikan, serta letak dan nama-nama tulang ikan

10

- Alat pencernaan - Sistem pencernaan

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya serta fungsi kelenjar pencernaan

5

6

Minggu Ke

Sasaran Pembelajaran

Materi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran

Kriteria Penilaian

Bobot Nilai (%)

organ-organ pencernaan beserta modifikasinya, serta fungsi kelenjar pencernaan

12

13

14

15

16

Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem pernapasan,serta mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan dan alat pernapasan tambahan. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem peredaran darah serta fungsi-fungsi bagian dari jantung ikan Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem urogenital, mengenali organ yang berperan dalam ekskresi (ginjal) dan reproduksi (gonad), serta menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan betina Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem saraf atau systema nervorum serta mengenali otak dan bagian-bagiannya

- Sistem pencernaan - Organ pernapasan - Alat pernapasan tambahan

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan sistem pernapasan,serta mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan dan alat pernapasan tambahan.

5

- Sistem peredaran - darah - Jantung

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan sistem peredaran darah serta fungsi-fungsi bagian dari jantung ikan

5

- Sistem urogenital - Ginjal - Gonad

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan sistem urogenital, mengenali organ yang berperan dalam ekskresi (ginjal) dan reproduksi (gonad), serta menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan betina

5

- Sistem saraf - Otak

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan sistem saraf atau systema nervorum serta mengenali otak dan bagian-bagiannya

5

UJIAN AKHIR SEMESTER

7

DAFTAR PUSTAKA Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Dasar. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

8

II. IKAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

pengertian

iktiologi,

dan

menjelaskan

kedudukan

ikan

ikan, sistematika, dan nomenklatur/tata nama 2. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

di

dalam dunia hewan 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jumlah spesies ikan 4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan distribusi ikan

B. Pengertian Iktiologi Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya merupakan

cabang dari

Ilmu

Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam

arti

singkat berarti

yaitu

ichthyologia.

suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan. Perkataan

“iktiologi”

berasal

dari

bahasa

Yunani,

Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian, ichthyologi

(iktiologi)

adalah

suatu

ilmu

pengetahuan

yang

khusus

mempelajari

ikan dan dengan segala aspek kehidupannya. Pada Bab I Ketentuan Umum ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor

9

tahun

1985

tentang

Perikanan

yang

ditetapkan

pada

tanggal

19

Juni

1985 tercantum pengertian ikan, yaitu: sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk

biota

perairan

lainnya.

Tanggal

6

Oktober

2004

ditetapkan

Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Pada Bab I Ketentuan

Umum,

Bagian

Kesatu,

Pasal

1

ayat

4

undang-undang

ini

tercantum

pengertian bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Pengertian yang sama seperti di atas tercantum kembali pada Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Republik Indonesia

Nomor

Republik

Indonesia

45

tahun

Nomor

31

2009

tentang

tahun

2004

Perubahan tentang

atas

Undang-undang

Perikanan

yang

ditetapkan

pada tanggal 29 Oktober 2009. Berdasarkan pengertian yang tercantum di dalam undang-undang di atas, yang dimaksud dengan ikan termasuk spons (filum Porifera), ubur-ubur dan bunga karang

(filum

Coelenterata),

bulubabi, bintang laut,

dan

siput,

teripang

kerang, (filum

dan

cumi-cumi

Echinodermata),

(filum

udang,

Moluska),

kepiting,

dan

9

rajungan (kelas

(filum

Crustacea),

Mamalia).

Istilah

ini

bahkan sering

penyu

dikenal

(kelas sebagai

Reptilia), “ikan

duyung

menurut

dan

paus

undang-undang”.

Arti yang kedua adalah ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikilotherm), badannya

hidup

dalam

terutama

menggunakan

lingkungan

menggunakan

insang.

Istilah

air,

sirip,

untuk

arti

pergerakan

dan

yang

dan

umumnya

kedua

ini

kesetimbangan

bernapas

dikenal

dengan

sebagai

“ikan

secara taksonomi”. Kata biasa

“sistematika”

digunakan

berasal

sebagai

dari

bahasa

suatu

cara

Latin,

atau

yaitu

systema.

sistem

untuk

Kata

systema

mengelompokkan

tumbuhan dan binatang. Istilah ini digunakan pertama kali oleh Carolus Linnaeus pada saat menulis bukunya Systema Naturae pada tahun 1773. Selain

istilah

sistematika,

bahasa Yunani, yaitu Istilah

ini

diusulkan

juga

dikenal

istilah

“taksonomi”

yang

berasal

dari

taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hukum. oleh

Candolle

pada

tahun

1813

yang

dimaksudkan

sebagai

teori mengklasifikasikan tumbuhan. Berdasarkan atau ini,

taksonomi baik

dalam

adalah

istilah

bidang

pengertian

yang

ilmu

yang

sistematika klasifikasi

telah

disebutkan

digunakan

maupun

tumbuhan

istilah dan

untuk

di

maka

sistematika

mengklasifikasikan

taksonomi,

hewan.

atas,

dipakai

Selanjutnya,

biota.

Saat

saling

bergantian

iktiologi

sistematika

dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman ikan serta segala hubungan di antara mereka. C. Nomenklatur / Tata-nama Istilah

“nomenklatur”

berarti

pemberian

berasal

dari

bahasa

Latin,

yaitu

nomenklatural,

nama/tata-nama/penamaan.

Pada

umumnya

ada

tiga

yang macam

sistim penamaan yang sering digunakan, yaitu: 1.

Valid scientific name atau Scientific name: adalah

nama

ilmiah

dari

suatu

binatang

dan

nama

ilmiah

ini

merupakan

nama yang sah atau diakui. Selain itu, adapula nama ilmiah lainnya yang tidak sah atau tidak diakui dan disebut nama synonym atau nama persamaan untuk suatu jenis ikan. Contoh: Scientific name

:

Carassius auratus auratus (Linnaeus, 1758)

Synonym

:

Carassius auratus cantonensis Tchang, 1933 10

Carassius chinensis Gronow, 1854 Carassius discolor Basilewsky, 1855 Scientific name

:

Sarda sarda (Bloch, 1793)

Synonym

:

Thynnus brachipterus Cuvier, 1829 Sarda pelamis (Brünnich, 1768) Scomber palamitus Rafinesque, 1810

2.

Standard common name atau Common name: adalah atau

nama

ikan.

umum

Pada

yang

setiap

lazim

negara

digunakan biasanya

untuk

memiliki

nama

sesuatu

nama-nama

binatang

umum

untuk

sesuatu ikan dan hal ini tergantung kepada bahasa nasional negara tersebut. Namun

demikian,

seluruh

dunia,

nama-nama terutama

jika

umum

tersebut

sering

mempergunakan

pula

bahasa

berlaku

Inggris,

untuk

Perancis,

Jerman, Jepang, atau Hawaii. Contoh: Scientific name

:

Thunnus alalunga (Bonnaterre, 1788)

Common name

:

Albacora (di Argentina, Brasil, Colombia, Cuba, Dominica, Meksiko, Panama, Peru, Portugal, Puerto Rico, Spanyol, Swedia, Uruguay, Venezuela). Albacore (di Afrika Selatan, Alaska, Amerika Serikat, Barbados, Denmark, Filipina, India, Inggris, Kanada, Selandia Baru). Tuna (di Fiji, Malaysia, Namibia, Serbia).

Scientific name

:

Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758

Common name

:

Common carp (di Australia, Amerika Serikat, Bangladesh, Filipina, Hong Kong, India, Kenya, Malaysia, Meksiko, Namibia, Rwanda, Sri Lanka, Taiwan, Uruguay, Uzbekistan). Carpe (di Belgia, Perancis, Quebec, Swiss). Carpa (di Argentina, Brasil, Cili, Portugal, Uruguay).

3. Vernacular name atau Local common name: adalah

nama

daerah

atau

nama

lokal

untuk

sesuatu

binatang

atau

ikan.

Biasanya nama lokal sesuatu binatang di dalam suatu negara sangat

11

bervariasi.

Keanekaragaman

nama

lokal

ini

tergantung

kepada

banyak

tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut. Contoh: Nama umum (Indonesia) :

ikan mas, karper

Nama local

masmasan, tombro, wangkang (Jawa); kumpai

:

lauk mas, cingkeuk (Bandung); rayo, ameh (Padang). Nama umum (Indonesia) :

betok

Nama local

betik, krucilan (Jawa); pepeuyeuh, pupuyu

:

(Kalimantan); betrik, boreg (Bandung); puyupuyu ( Padang); bale balang (Makassar), bale oseng (Bugis). Sistim dalam

penamaan

karyanya

modern

Systema

telah

dirintis

Naturae

(edisi

oleh

Carolus

sepuluh,

Linnaeus

1758).

(1707-1778),

Penamaan

ini

menggunakan sistim binomial atau sistim nama dengan memakai dua kata. Kata pertama

ditujukan

menunjukkan

untuk

sifat

umum

nama

genus

(jamaknya:

dari

binatang

tersebut.

huruf kapital atau huruf besar. Misalnya: kedua

ditujukan untuk

nama

spesies

genera) Kata

Atropus,

(jamaknya:

yang

ini

maksudnya

selalu

diawali

Barbonymus,

spesies)

untuk dengan

Channa. Kata

yang menunjukkan sifat

khusus dari binatang tersebut. Kata kedua ini biasanya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: Atropus atropos, Barbonymus gonionotus, Channa striata. Dalam saja

perkembangan

berkembang

menjadi

nomenklatur

sistim

trinial

selanjutnya,

atau

sistim

sistim

binomial

mungkin

dengan

memakai

penamaan

tiga kata. Kata ketiga di sini menunjukkan nama subspesies atau varietas, karena dalam hal ini didapatkan sifat-sifat yang lebih khusus lagi daripada sifat spesies. Misalnya:

Cyprinus

carpio

carpio

belakang

nama

Linnaeus,

1758

dan

Auxis

thazard

thazard

(Lacepede, 1800). Biasanya

di

nama

penemunya.

name.

Nama

yang

Nama

tersebut

author bukanlah

bertanggung

jawab

atau

ilmiah dikenal

dari

sesuatu

sebagai

ikan,

authority name

tetapi

ditulis

secara

atau

merupakan suatu hadiah, melainkan merupakan

keterangan

tambahan

deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya. Biasanya nama disingkat,

dicantumkan

lengkap, kecuali

bagi

pula

descriptor

nama orang untuk

tempat

author tersebut tidak

nama author

yang

sudah

12

terkenal

atau

mempunyai

ketentuan

lain

untuk

mempermudah

penulisan

saja.

Misalnya: Cyprinus carpio carpio L. atau Cyprinus carpio carpio Linn. yang berasal dari

nama

Linnaeus;

serta

Ctenopharyngodon

idellus

(C.V.)

yang

merupakan

singkatan dari Cuvier dan Valenciennes. Apabila

suatu

spesies

dipindahkan

ke

dalam

suatu

genus

yang

berbeda

dengan genus tempat dia pertama kali ditempatkan, maka nama author yang asli ditulis

dalam

kurung.

Misalnya:

Cheilopogon

katoptron

(Bleeker),

Clarias

batrachus (L.). Penggunaan kurung juga dipakai bila terdapat seorang author yang menerangkan

satu

spesies

baru,

kemudian

menghubungkan

pada

genus

yang

salah atau apabila genus yang dimaksud telah dipecah menjadi beberapa genera, sehingga suatu spesies berada dalam genus baru, maka nama author spesies tadi diberi tanda kurung (

).

Penulisan nama ilmiah ikan yang paling baik adalah jika selain nama ilmiah itu sendiri juga terdapat nama author dan tahun ketika ikan tersebut pertama kali dideskripsi. Misalnya nama ilmiah untuk salah satu

spesies ikan terbang adalah

Cypselurus

sebuah

ilmiah

poecilopterus

yang

sama

mendeskripsikan name)

tetapi

lebih

sedangkan

(Valenciennes, berbeda

awal

persamaan).

Sebagai

Scatophagus

multifasciatus

nama

dinyatakan

deskripsi

yang

contoh,

1846).

author,

sebagai

belakangan

nama

ilmiah

Richardson,

Jika

1844,

ikan

maka

nama

dianggap

memiliki

nama

author

ilmiah sebagai

ikan

kiper

dan

nama

nama

(valid

scientific

synonym

yang

yang

(nama

sah

adalah

persamaannya

adalah

Scatophagus multifasciatus Bleeker, 1855. Pada bagian belakang dari nama genus atau genera,

sering pula ditrulis

suatu singkatan: sp., spp., atau n.sp. Singkatan “sp.” artinya jika satu jenis ikan belum

diketahui

spesiesnya

dengan

tepat

atau

analisanya

belum

lengkap.

Arti

“spp.” adalah jika ada beberapa jenis ikan yang termasuk dalam satu genus tetapi nama spesiesnya belum diketahui secara lengkap atau analisanya belum lengkap. Seringkali

ditemukan

pustaka

yang

mencantumkan

nama

ikan

dan

diikuti

dengan

tulisan “n.gen.” dan “n.sp.”, yang merupakan singkatan dari “new genus” dan “new species”. Hal ini menunjukkan yang

baru.

Sebagai

contoh

bahwa ikan tersebut

misalnya ikan

termasuk spesies dan genus

Celestichthys

margaritatus

n.gen.,

n.sp.

yang ditemukan di Myanmar (Roberts, 2007).

13

D. Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan Dalam dunia hewan (kingdom Animalia) terdapat kira-kira 22 fila, 68 kelas, dan 350 ordo. Menurut Storer dan Usinger (1957), dunia hewan dapat dibedakan atas

dua

subkingdom,

yaitu

Protozoa

(unicellulair

animals)

dan

Metazoa

(multicellulair animals atau tissue animals). Subkingdom Chordata.

Ciri

Metazoa

khas

filum

terdiri

atas

Chordata

21

fila,

satu

di

antaranya

antara

lain

mempunyai

chorda

adalah

filum

dorsalis

atau

batang penguat tubuh. Filum Chordata dapat dibagi atas dua grup yang meliputi lima subfila, yaitu: Grup A. Acrania Subfilum:

Hemichordata

Subfilum:

Urochordata (Tunicata)

Kelas:

Larvacea / Appendicularia

Kelas:

Ascidiacea

Kelas:

Thaliacea

Subfilum:

Cephalochordata

Grup B. Craniata atau Vertebrata Subfilum:

Agnatha (vertebrata tanpa rahang)

Kelas:

Ostracodermi (sudah punah)

Kelas:

Cyclostomata / Marsipobranchii / Monorhina (Lamprey dan hagfishes)

Subfilum: Superkelas:

Gnathostomata (vertebrata yang berahang) Pisces

Kelas:

Placodermi (sudah punah)

Kelas:

Chondrichthyes (ikan bertulang rawan)

Kelas:

Osteichthyes (ikan bertulang sejati)

Superkelas:

Tetrapoda

Kelas:

Amphibia

Kelas:

Reptilia

Kelas:

Aves

Kelas:

Mammalia

Recce et al. (2011) menyatakan bahwa saat ini telah diketahui sekitar 1,3 juta spesies yang termasuk ke dalam 23 fila. Fila tersebut adalah: Porifera (5500

14

spesies),

Placozoa

spesies),

Acoela

spesies),

Ectoprocta

(1100 500

spesies), 000

(4500

Moluska

berdasarkan

spesies),

data

molekuler,

Cephalochordata

Petromyzontida (ikan

sejati),

spesies),

Chordata

Recce

et

al.

(2011),

spesies),

Priapula

(16

Nematoda

(25

filogeni

filum

Myxini

Chordata

(hagfishes),

rawan),

(lungfishes),

spesies),

Secara

membedakan

bertulang

Dipnoi

(16

(7000

spesies),

(1800

Annelida

spesies),

(tunicata),

(ikan

(coelacanth),

Acanthocephala

spesies),

000

Urochordata

Chondrichthyes

spesies),

Echinodermata

(52

(100

Rotifera

(10 (800

Ctenophora

spesies),

(900

Loricifera

dan

Actinistia

000 (335

Tardigrada

000

(lancelets),

(lamprey),

bersirip

000

(20

spesies),

Nemertea

spesies),

spesies),

(1

000

Brachiopoda

spesies),

000

Arthropoda (85

(1

(110

(10

Platyhelminthes

spesies),

(93

Onychophora

Hemichordata

Cnidaria

spesies),

Cycliophora

spesies),

atas:

spesies),

(400

spesies), spesies),

(1

Actinopterygii

Amphibia,

Reptilia

(termasuk burung), dan Mammalia. Klasifikasi dunia hewan yang lain dikemukakan oleh Raven dan

membagi

Cnidaria,

dunia

hewan

Ctenophora,

Platyhelminthes, Nemertea,

Brachiopoda,

Chaetognatha,

ini,

Chordata

Cephalochordata,

dan

(hagfishes,

Chondrichthyes fishes,

30

Bryozoa

dibedakan Vertebrata.

30

spesies),

spesies),

fila.

Fila

tersebut

Micrognathozoa,

Nematoda,

atas

dan

Selanjutnya,

Sarcopterygii

spesies),

(lobe-finned

Di

subfila,

subfilum

750

Cycliophora, Moluska,

Tardigrada,

Arthropoda,

dalam

yaitu

terdiri

(lamprey,

35

Actinopterygii

fishes,

8

klasifikasi

Urochordata,

Vertebrata

Cephalaspidomorphy

fishes,

Porifera,

Annelida,

Chordata,

tiga

adalah:

Rotifera,

(Ectoprocta),

Echinodermata,

(cartilaginous

000

22

Kinorhyncha,

Onychophora,

Myxini

dalam

Acoela,

Loricifera,

filum

ke

et al. (2011)

atas:

spesies), (ray-finned

spesies),

Amphibia,

Mammalia, Testudines, Lepidosauria, Crocodilia, dan Aves.

E. Jumlah Spesies Ikan Jumlah jumlah

spesies/jenis

spesies hewan

ikan

adalah

yang

vertebrata lainnya.

terbanyak

Menurut

Lagler

spesies ikan yang telah diberi nama diperkirakan sekitar

jika

dibandingkan et

al.

dengan

(1977), jumlah

15 000 – 17 000 jenis,

dari sekitar 40 000 jenis ikan yang ada. Persentase spesies hewan menurut Lagler et al. (1977) dari lima kelas Vertebrata adalah sebagai berikut (Gambar 1): Pisces 20

000

spesies

(48,1%),

Aves

8600

spesies

(20,7%),

Reptilia

6000

spesies

(14,4%), Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies (6,0%). 15

Gambar 1. Persentase komposisi spesies Vertebrata (Lagler et al., 1977)

16

Menurut

taksiran

Nelson

4032 genera, dan 18 818 tawar).

Ordo-ordo

Ceratodiformes, formes,

yang

seluruhnya

Cypriniformes,

Jumlah

pertambahan

yaitu

hidup

terbagi

di

air

menjadi

723

ordo,

antara

lain:

Semionotiformes, Polypteryformes,

tersebut 21

46

merupakan

tawar,

Indostomiformes,

ikan

atas

di antaranya

Percopsiformes,

spesies

waktu,

Pisces

spesies (6851

Osteoglossiformes,

formes.

(1976),

meningkat spesies

445

famili,

spesies air Amiiformes, Lepidosireni-

dan

terus

dalam

450

Mormyri-

seiring

dengan

famili

(Nelson,

1984), 24 618 spesies dalam 482 famili (Nelson, 1994). Klasifikasi yang terakhir (Nelson,

2006)

menunjukkan

saat

ini

terdapat

27

977

spesies

yang

termasuk

dalam 62 ordo dan 515 famili (Tabel 3). Jumlah spesies Vertebrata yang telah diketahui

saat

dikemukakan gabungan

ini

oleh

adalah Nelson

Vertebrata

54 (2006)

lainnya

771 jauh

spesies lebih

(Tetrapoda),

dan banyak

yaitu

27

jumlah

spesies

ikan

yang

dibandingkan

jumlah

977

berbanding

spesies

spesies 26

734 spesies.

Tabel

3.

Distribusi

jumlah

spesies

ikan

berdasarkan

ordo,

famili

dan

genera

(Nelson, 2006)

17

Tabel 3. Lanjutan

18

Di antara 515 famili tersebut di atas, terdapat 9 famili yang memiliki jumlah spesies atau

lebih

sekitar

(6106

dari 33%

spesies)

Cyprinidae, Labridae,

400,

dengan

dari

seluruh

merupakan

Gobiidae, dan

jumlah

total

seluruhnya

spesies

ikan.

Sekitar

spesies

Cichlidae,

Scorpaenidae.

air

tawar.

Characidae,

Lebih

lanjut

mencapai

66%

Kesembilan Loricariidae,

pada

dari famili

9302

spesies

spesies

tersebut

tersebut

Balitoridae,

klasifikasi

yang

adalah

Serranidae,

terakhir

terdapat

64 famili yang hanya memiliki satu spesies, 33 famili yang memiliki dua spesies, dan 67 famili yang memiliki 100 spesies atau lebih, bahkan tiga famili di antaranya memiliki lebih dari 1000 spesies. Ikan

terkecil

yang

pernah

diketemukan

adalah

Paedocypris

progenetica

Kottelat, Britz, Tan & Witte, 2006. Ikan ini termasuk kerabat ikan mas, hidup di perairan rawa gambut Sumatera. Panjang maksimum ikan jantan 9,8 mm dan ikan betina 10,3 mm. Ikan betina pertama kali matang gonad pada ukuran 7,9 mm (Kottelat

et

al.,

2006).

Ikan

Photocorynus

spiniceps

anggota dari subordo Ceratoidei yang hidup di laut

Regan,

1925

merupakan

dalam. Ikan jantan matang

kelamin memiliki panjang tubuh 6,2 mm dan hidup parasit pada ikan betina yang memiliki

panjang

tubuh

46

mm

(Pietsch,

2005).

Ikan

Schindleria

brevipinguis

Watson & Walker, 2004 merupakan kerabat ikan gobi yang hanya ditemukan di Great

Barrier

Reef,

Australia

(Gambar

2).

Ikan

betina

matang

kelamin

pada

ukuran panjang 7 – 8 mm, sedangkan yang jantan pada ukuran 6,5 – 7 mm. Spesimen

terbesar

(Watson

dan

cucut

Rhincodon

yang

Walker,

pernah

2004).

typus

ditemukan

Ikan Simth,

terbesar 1828

memiliki yang

(whale

panjang

pernah shark)

tubuh

didapatkan yang

8,4

mm

adalah

ikan

mempunyai

ukuran

panjang tubuh sampai mencapai 20 m dan bobot tubuh 34 000 kg (Rohner et al., 2011).

Ikan

ocean

sunfish

bertulang yang

sejati

terbesar

adalah

Mola

memiliki

panjang

tubuh

suatu

peristiwa

penyebaran

3,3

mola

m

dan

(Linnaeus, bobot

1758)

tubuh

atau

2300

kg

(Summers, 2007).

F. Distribusi Ikan Distribusi

adalah

organisme

pada

suatu

tempat

dan pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan unsur tempat dan waktu, Storer dan Usinger

(1957)

membedakan

distribusi

binatang

sebagai

berikut:

distribusi

geografis, distribusi ekologis, dan distribusi geologis.

19

Gambar

2.

Ikan

Schindleria

brevipinguis, kerabat

ikan

gobi berukuran

kecil yang

ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Watson & Walker, 2004)

20

1.

Distribusi geografis: adalah distribusi spesies hewan berdasarkan daerah di mana hewan tersebut diketemukan.

Berdasarkan

distribusi

geografis,

Bond

(1979)

menyatakan

ada

enam daerah distribusi hewan atau zoogeographic realms (Gambar 3), yaitu: a.

Australian:

meliputi

Australia,

Selandia

Baru,

Papua

Nugini,

dan

beberapa pulau di Samudera Atlantik. b.

Oriental:

meliputi

Srilanka,

Asia

Malaysia,

Selatan

dari

Sumatera,

Himalaya,

Kalimantan,

antara

Jawa,

lain

India,

Sulawesi,

dan

Filipina. c.

Neotropical:

meliputi

daerah

Amerika

Selatan

dan

Amerika

Tengah,

Pasir

Sahara,

Dataran Mexico, dan Hindia Barat. d.

Ethiopian:

meliputi

Afrika,

termasuk

Gurun

Madagaskar, dan pulau-pulau di sekitarnya. e.

Nearctic:

meliputi

daerah

Amerika

daerah

Eurasia

Utara,

Dataran

Tinggi

Mexico

sampai ke Greenland. f.

Palearctic:

meliputi

Himalaya,

Afghanistan,

Persia,

menuju

dan

ke

Afrika

Selatan bagian

sampai Utara

ke Gurun

Sahara.

2.

Distribusi ekologis: adalah

persebaran

lingkungan

(habitat)

hewan

tersebut

hutan,

padang

termasuk

hewan

spesies di

dapat

mana

yang

mereka

berada.

digolongkan

rumput, air,

hewan

dan

antara

padang

sehingga

Secara

lain:

pasir.

distribusi

berhubungan

habitat

Berkaitan

ekologisnya

dengan

keadan

ekologis,

distribusi

air

laut,

dengan terbatas

air

tawar,

hal

ini,

ikan

pada

air,

baik

air tawar maupun air laut.

3.

Distribusi geologis: merupakan waktu

atau

diketemukan.

distribusi zaman

suatu dan

Pembagian

spesies periode

zaman

organisme

umur dan

bumi

periode

yang di umur

berhubungan

mana bumi

spesies

dengan

hewan

secara

itu

geologis

dapat dilihat pada Tabel 4.

21

Gambar 3. Daerah distribusi ikan secara geografis (Bond, 1979)

22

Tabel 4. Periode zaman dan umur bumi (Storer dan Usinger, 1957)

Ikan hidup

pada

lalu)

adalah

yang

pertama

zaman ikan

kali

Paleozoic

hadir

di

periode

Ostracodermis.

atas

permukaan

Ordovician

Spesies

ikan

bumi

dan

diperkirakan

400

juta

tahun

(kira-kira

yang

ada

yang

sekarang

ini

terdapat

Indonesia

diperkirakan

sekitar 50 juta tahun yang lalu sampai sekarang (Lagler et al. 1977).

G. Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia Jumlah

spesies

ikan

yang

mendiami

perairan

di

kurang lebih 6000 spesies. Menurut Alamsjah (1974), berdasarkan hasil penelitian Wallace (dalam karya taksonomi Pieter Bleeker) yang dibukukan oleh Weber dan de

Beaufort,

serta

hasil

penelitian

zoogeografi

Molengraff

dan

Weber

(1919),

pada

zaman

dahulu

daerah distribusi ikan-ikan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut: 1.

Ikan-ikan daerah Paparan Sunda (Sundaplat) Paparan (Gambar Sumatera,

Sunda 4).

merupakan Hal

Jawa,

ini

dan

bagian

dari

menyebabkan Kalimantan,

benua ikan-ikan

sangat

mirip

Asia yang dengan

terdapat ikan

di

yang

Pulau berasal

dari daerah-daerah di daratan Asia bagian tenggara.

23

Gambar 4. Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)

24

Ikan di

air

tawar

ketiga

perairan

yang

pulau di

terdapat

tersebut,

ketiga

di

rawa-rawa,

kira-kira

pulau

tersebut

sungai-sungai,

sebanyak dihuni

500

oleh

dan

spesies.

jenis-jenis

danau-danau,

Pada

ikan

umumnya

karnivor

dan

omnivor, serta hanya sedikit sekali ikan herbivor. Contoh ikan-ikan yang menghuni daerah perairan dataran rendah adalah: lais (Kryptopterus (Pangasius rendah

spp.), spp.),

dan

antara

(Leptobarbus penghuni

gabus

belida

lain

dihuni

spp.),

daerah

(Channa

dan

jambal

(Notopterus oleh:

hampal

rawa-rawa

spp.),

antara

spp.).

nilem (Hampala

lain:

(Wallago

patin

Perairan

sungai

dataran

(Osteochillus

spp.),

jelawat

spp.).

sepat

spp.),

Sebaliknya,

(Trichogaster

ikan-ikan

spp.),

tambakan

(Helostoma spp.), dan betok (Anabas spp.). Ikan-ikan yang mendiami sungaisungai dan danau-danau di daerah dataran tinggi (ketinggian di atas 500 m) antara

lain

adalah

(Labeobarbus

spp.),

ikan

arengan

namun

ikan-ikan

(Labeo ini

tidak

spp.)

dan

ikan

suka

hidup

sengkaring

bersama

dengan

jenis-jenis ikan lainnya.

2.

Ikan-ikan daerah Wallacea Daerah

Wallacea

meliputi

daerah

Nusa

Tenggara

ikan air tawar tidak terlalu banyak dan juga tidak dan

ikan-ikan

pemakan

epifit

(famili

dan

Sulawesi.

Spesies

terdapat ikan-ikan herbivor

Cyprinidae),

demikian

juga

ikan-ikan

karnivor dari famili Siluridae. Daerah ini didominasi oleh jenis sidat (Anguilla spp.), jenis betok (Anabas spp.), dan dua jenis beloso (famili Eleotridae).

3.

Ikan-ikan daerah Paparan Sahul (Sahulplat) Spesies yang

ikan belum

dilakukan

berdasarkan terbatas

di

hasil

pada

banyak daerah

diketahui karena ini.

penelitian

daerah

Spesies

ikan

Hardenberg

pesisir

Irian

belum

Jaya,

pada

yang

begitu

diketahui

tahun

sebagian

banyak di

1950, besar

penelitian daerah

ini

dan

hanya

termasuk

dalam

famili Gobiidae dan Siluridae

Walaupun bahwa

ketiga

berdasarkan daerah

tersebut

hasil-hasil

penelitian

masing-masing

tersebut

mempunyai

di

atas

penghuni

diketahui

yang

khas,

akan tetapi pemasukan ikan dari satu daerah ke daerah yang lain dapat saja

25

terjadi.

Hal

ini

terjadi

karena

adanya

campur

tangan

manusia

atau

oleh

faktor

distribusi lainnya.

H. Sistem Klasifikasi Ikan Saat klasifikasi

ini

telah

tersebut

banyak

memiliki

dipublikasikan perbedaan

sistem

dan

klasifikasi

persamaan

ikan.

antara

Sistem-sistem

satu

dan

yang

lainnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan kedudukan hirarki berbagai kategori, dalam

perbedaan penentuan

perincian dasar

di

dalam

penamaan,

kategori

dan

yang

sama,

perbedaan

perbedaan

penggolongan

di

ciri-ciri dalam

kategori (Sjafei et al., 1989). Setiap sistematika berasal

dari

sistem

klasifikasi

biasanya

ikan

memiliki

kawasan

yang

yang

telah

pengikut.

sama

dikemukakan

Pengikut-pengikut

dengan

ahli

oleh

seorang

ahli

tersebut

tidak

saja

berasal

dari

tersebut, tetapi

juga

kawasan lain. Di Indonesia dan wilayah-wilayah lainnya di kawasan Indo Pasifik, sistem

klasifikasi

direvisi

oleh

ikan

Sunier,

yang

sering

Weeber

dan

digunakan de

adalah

Beaufort.

sistem

Beberapa

Bleeker

sistem

yang

klasifikasi

telah ikan

yang pernah digunakan antara lain yaitu: 1. Sistem

Boulenger,

digunakan

di

Inggris

dan

bekas

jajahannya,

selain

bekas

jajahannya,

selain

penggunaan sistem J. R. Norman. 2. Sistem

Schultz,

digunakan

di

Jerman

dan

penggunaan sistem Bleeker. 3. Sistem H. H. Newman, digunakan di Amerika, selain penggunaan sistem D. S. Berg dan sistem Jordan. 4. Sistem

Bleeker,

digunakan

di

Belanda,

Belgia,

Perancis,

dan

bekas

jajahannya. 5. Sistem

Ian

S.

R. Munro,

digunakan

di

Sri

Lanka,

merupakan

modifikasi

sistem L. S. Berg. 6. Sistem Chote Suvatti, digunakan di Thailand. 7. Sistem Nikolsky, digunakan di Rusia. Perbedaan

jumlah

hirarki

kategori

pada

beberapa

sistem

klasifikasi

ikan

yang pernah digunakan dapat dilihat dalam publikasi Berg (1965), Lagler

et al.

(1977),

sistem

Saanin

(1984),

dan

Sjafei

et

al.

(1989).

Berikut

ini

diberikan

klasifikasi Bleeker yang telah direvisi oleh Sunier, Weber dan de Beuafort seperti

26

tercantum dalam Saanin (1986) dan sistem

klasifikasi Lagler

et al. (1977). Di

dalam penulisan berikut ini, nama ordo diurut berdasarkan abjad.

1. Sistem klasifikasi Bleeker yang telah direvisi Kelas

Pisces Subkelas

Elasmobranchii

Ordo

Hatoidei

Ordo

Selachii

Subkelas

Chondrostei

Subkelas

Dipnoi

Subkelas

Teleostei

Ordo

Allotriognathi

Ordo

Anacanthini

Ordo

Apodes

Ordo

Berycomorphi

Ordo

Blennoidea

Ordo

Discocephali

Ordo

Gobioidea

Ordo

Heteromi

Ordo

Heterosomata

Ordo

Hypostomides

Ordo

Labyrinthici

Ordo

Malacopterygii

Ordo

Microcyprini

Ordo

Myctophoidea

Ordo

Ophistomi

Ordo

Ostariophysi

Ordo

Pediculati

Ordo

Percesoces

Ordo

Percomorphi

Ordo

Plectognathi

Ordo

Scleroparei

Ordo

Solenichthys

Ordo

Synbranchoidea

27

Ordo

Sypnentognathi

Ordo

Xenopterygii

2. Sistem klasifikasi Lagler et al. Golongan

Agnatha (tidak memiliki rahang bawah)

Kelas

Cephalaspidomorphi Subkelas

Cyclostomata

Ordo

Myxiniformes

Ordo

Petromyzontiformes

Golongan

Gnathostomata (memiliki rahang bawah)

Kelas

Chondrichthyes Subkelas Ordo Subkelas

Holocephali Chimaeriformes Elasmobranchii (Selachii)

Ordo

Heterodontiformes

Ordo

Hexanchiformes

Ordo

Pristiophoriformes

Ordo

Rajiformes (Batoidei)

Ordo

Squaliformes

Kelas

Osteichthyes Subkelas Ordo Subkelas Ordo Subkelas

Crossopterygii Coelacanthiformes Dipnoi Dipteriformes Actinopterygii

Ordo

Acipenceriformes

Ordo

Amiiformes

Ordo

Anguilliformes

Ordo

Beloniformes

Ordo

Beryciformes

Ordo

Cetomiformes

Ordo

Clupeiformes

Ordo

Cypriniformes (Ostariophysi)

Ordo

Cyprinodontiformes 28

Ordo

Dactylopteryformes

Ordo

Elopiformes

Ordo

Gadiformes (Anacanthini)

Ordo

Gasterosteiformes

Ordo

Gobiesociformes

Ordo

Gonarynchiformes

Ordo

Lampridiformes

Ordo

Lepisosteiformes

Ordo

Lophiiformes

Ordo

Mastacembeliformes

Ordo

Mugiliformes

Ordo

Myctophiformes

Ordo

Notacanthiformes (Heteromi)

Ordo

Osteoglossiformes

Ordo

Pegasiformes

Ordo

Perciformes

Ordo

Percopsiformes (Salmopercae)

Ordo

Pleuronectiformes

Ordo

Polypteriformes

Ordo

Salmoniformes

Ordo

Scorpaeniformes

Ordo

Synbranchiformes

Ordo

Tetraodontiformes

Ordo

Zeiformes

I. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok),

kemudian

masing-masing

kelompok

mempresentasikan

selama

10

menit tugas berikut ini. 1. Carilah

deskripsi

ikan-ikan

yang

berasal

dari

perairan

Indonesia

sepuluh

tahun terakhir ini. 2. Apa

sebabnya

ikan-ikan

yang

berada

di

perairan

sebelah

timur

Indonesia

agak mirip dengan ikan-ikan yang berada di wilayah Australia?

29

J. Daftar Pustaka Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Identifikasi Ikan. Institut Pertanian

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Kottelat, M., Britz, R., Hui, T.H., and Witte, K.-E., 2006, Paedocypris, a new genus of Southeast Asian cyprinid fish with a remarkable sexual dimorphism, comprises the world’s smallest vertebrate, Proceedings of the Royal Society of London B 273, 895-899; Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

1977.

Ichthyology.

Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. Wiley-Interscience, New York. 416 p. Nelson, J.S. 1984. Fishes of the World. Second edition. John Wiley and Sons, New York. 523 p. Nelson, J.S. 1994. Fishes of the World. Third edition. John Wiley and Sons, New York. 600 p. Nelson, J.S. 2006. Fishes of the World. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc. New York. 601 p. Pietsch,

T.W., 2005, Dimorphism, parasitism, and sex revisited: reproduction among deep-sea ceratioid anglerfishes Lophiiformes), Ichthyological Research 52, 207-236;

Rahardjo,

M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Raven,

Biologi

Perairan.

modes of (Teleostei:

Fakultas

P.H., G.B. Johnson, K.A. Mason, J.B. Losos, and S.R. Singer. Biology. Ninth edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York. 1406 p.

2011.

30

Recce,

J.A., L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, and R.B. Jackson. 2011. Campbell Biology. Ninth edition. Benjamin Cummings, Boston. 1472 p.

Roberts, T.R. 2007. The “celestial pearl danio”, a new genus and species of colorful minute cyprinid fish from Myanmar (Pisces: Cypriniformes). The Raffles Bulletin of Zoology 55(1): 131-140. Rohner,

C.A., Richardson, A.J., Marshall, A.D., Weeks, S.J., and Pierce, S.J., 2011, How large is the world’s largest fish? Measuring whale sharks, Rhyncodon typus, with laser photogrammetry, Journal of Fish Biology 78: 378-385.

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Storer,

T.J. and R.L. Usinger. Company, Inc., New York.

1957.

General

Zoology.

McGraw

Hill

Book

Summers, A., March 2007, No bones about ‘em. Natural History 116(2): 36-37.

Watson,

W., and Walker, H.J. Jr., 2004, The world’s smallest vertebrate, Schindleria brevipinguis, a new paedomorphic species in the family Schindleriidae (Perciformes: Gobioidei), Records of the Australian Museum 56: 139-142

31

III. MORFOLOGI IKAN

A. Sasaran Pembelajaran 1.

Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagian

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bentuk-bentuk

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagian

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagan

tubuh ikan 2.

Agar

mahasiswa

tubuh ikan 3.

Agar

mahasiswa

kepala ikan 4.

Agar

mahasiswa

badan ikan 5.

Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

anggota

gerak

pada ikan 6.

Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagian

ekor ikan B. Bagian-bagian Tubuh Ikan Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian (Gambar 5), yaitu: 1.

Caput:

bagian

kepala,

yaitu

mulai

dari

ujung

moncong

terdepan

sampai

dengan ujung tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya. 2.

Truncus:

bagian badan,

yaitu mulai

dari ujung

tutup

insang bagian

belakang

sampai dengan permulaan sirip dubur. Pada

bagian

organ-organ

badan dalam

terdapat seperti

sirip

hati,

punggung,

empedu,

sirip

dada,

sirip

perut,

lambung,

usus,

gonad,

serta

gelembung

renang, ginjal, limpa, dan sebagainya. 3.

Cauda:

bagian

ekor,

yaitu

mulai

dari

permulaan

sirip

dubur

sampai

dengan

ujung sirip ekor bagian paling belakang. Pada

bagian

ekor

terdapat

anus,

sirip

dubur,

sirip

ekor,

dan

kadang-kadang

juga terdapat scute dan finlet. Bagian

tubuh

ikan

mempunyai

ukuran

yang

sangat

bervariasi.

Ukuran

bagian badan pada ikan tambakan (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) sangat

32

Gambar 5. Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi (Bond, 1979)

33

pendek,

sirip

dubur

sangat

panjang,

dan

permulaan

sirip

dubur

tidak

jauh

dari

bagian kepala. Sebaliknya, ukuran bagian badan pada ikan belut sangat panjang. C. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah

pada bagian tengah-tengah tubuhnya

(potongan

sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri.

Selain

bilateral,

itu,

yang

ada

beberapa

mana

jika

jenis

tubuh

ikan

ikan

yang

tersebut

mempunyai dibelah

bentuk

secara

non-simetris

melintang

(cross

section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801)) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus (Lacepède, 1802)). Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan atas (Gambar 6): 1.

Fusiform

atau

sangat

stream-line

banyak

bentuk

hambatan.

sedangkan

panjang

torpedo

(bentuk

cerutu),

untuk

bergerak

dalam

Tinggi

tubuh

hampir

tubuh

beberapa

kali

yaitu

suatu

medium

sama

tinggi

suatu

bentuk

tanpa

dengan

tubuh.

Bentuk

yang

mengalami

lebar

tubuh,

tubuh

hampir

meruncing pada kedua bagian ujung. Contoh: Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816)

2.

kembung lelaki

Euthynnus affinis (Cantor, 1849)

tongkol

Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758)

cakalang

Compressed atau pipih, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi badan

jauh

lebih

besar

bila

dibandingkan

dengan

tebal

ke

samping

(lebar

tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada panjang tubuh. Contoh: Gerres filamentous Cuvier, 1829

3.

Gazza minuta (Bloch, 1795)

peperek bondolan

Parastromateus niger (Bloch, 1795)

bawal hitam

Depressed badan

kapas-kapas

jauh

atau

picak,

lebih

kecil

yaitu bila

bentuk

tubuh

dibandingkan

yang dengan

gepeng

ke

bawah.

tebal

ke

arah

Tinggi samping

badan (lebar tubuh). Contoh: Rhynchobatus djiddensis (Forsskål, 1775)

pare kekeh

Himantura uarnak (Gmelin, 1789)

pare totol

Pastinachus sephen (Forsskål, 1775)

pare kelapa 34

Gambar

6.

Bentuk-bentuk tubuh ikan. A. Fusiform; B. Compressed; C. Depressed; D. Anguilliform; E. Filiform; F. Taeniform; G. Sagittiform; H. Globiform (Bond, 1979)

35

4.

Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang

memanjang

dengan

penampang

lintang

yang

agak

silindris

dan

kecil

tubuh

yang

menyerupai

anak

yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai

bola.

serta pada bagian ujung meruncing/tipis. Contoh: Anguilla celebesensis Kaup, 1856

5.

sidat

Monopterus albus (Zuiew, 1793)

belut

Plotosus canius Hamilton, 1822

sembilang

Filiform atau bentuk tali, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali. Contoh: Pseudophallus straksii (Jordan & Cuvier, 1895) pipefish Nemichthys scolopaceus Richardson, 1848

6.

Taeniform

atau

flatted-form

atau

bentuk

snipe eel pita,

yaitu

bentuk

memanjang dan tipis menyerupai pita. Contoh: Trichiurus brevis Wang & You, 1992

ikan layur

Pholis laeta (Cope, 1873) 7.

Sagittiform

atau

bentuk

panah,

yaitu

bentuk

tubuh

yang

panah. Contoh: Esox lucius Linnaeus, 1758 8.

Globiform atau

bentuk bola,

pike

Contoh: Diodon histrix Linnaeus, 1758

buntal landak

Cyclopterus lumpus Linnaeus, 1758 9.

Ostraciform

atau

bentuk

kotak,

yaitu

lumpfish bentuk

tubuh

ikan

yang

menyerupai

kotak. Contoh: Tetraodon baileyi Sontirat, 1989

hairy puffer

Lagocephalus sceleratus (Gmelin, 1789) Tidak

semua

ikan

mempunyai

bentuk

toadfish tubuh

sebagaimana

yang

telah

disebutkan di atas. Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, misalnya pada ikan Eurypegasus draconis (Linnaeus, 1766) dari famili Pegasidae, ikan

sapi

Acanthostracion

tangkur

kuda

Hippocampus

Bentuk

tubuh

ikan

golongan

lele

dan

beberapa

bentuk

quadriformis kuda

Ictalurus Clarias tubuh,

Bleeker,

punctatus

batrachus yaitu

(Linnaeus, 1852

(famili

(Rafinesque,

(Linnaeus,

bagian

1758)(famili

kepala

ikan

Syngnathidae)(Gambar

1818)

1758)

Ostraciidae),

dari

merupakan

berbentuk

picak,

famili

7).

Ictaluridae

kombinasi bagian

dari

badan

berbentuk cerutu, dan bagian ekor berbentuk pipih (Gambar 7-C). 36

Gambar

7.

Bentuk-bentuk tubuh kombinasi. A. Famili Pegasidae; B. Famili Ostraciidae; C. Famili Ictaluridae; D. Famili Syngnathidae (ikan Tangkur kuda)(Bond, 1979)

37

D. Kepala Ikan Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik. Bagianbagian pada kepala ikan yang penting adalah: 1.

Tulang-tulang tambahan tutup insang. Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup insang (apparatus opercularis). Tulang-tulang tutup insang (Gambar 8) terdiri dari: -

Os

operculare,

berupa

tulang

yang

paling

besar

dan

letaknya

paling

dorsal. -

Os

preoperculare,

berupa

tulang

sempit

yang

melengkung

seperti

sabit

dan terletak di depan sekali. -

Os

interoperculare,

juga

merupakan

tulang

yang

sempit

dan

terletak

di

antara os operculare dan os preoperculare. -

Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di bawah sekali.

Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis yang

menutupi

Membrana

ini

tulang-tulang diperkuat

di

oleh

atasnya,

radii

disebut

branchiostega

membrana yaitu

branchiostega.

berupa

tulang-tulang

kecil yang terletak pada bagian ventral dari pharynx. 2.

Bentuk mulut. Ada

berbagai

macam

bentuk

mulut

ikan

dan

hal

tersebut

berkaitan

erat

dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 9): -

Bentuk

tabung

(tube

like),

misalnya

pada

ikan

tangkur

kuda

(Hippocampus histrix Kaup, 1856) -

Bentuk

paruh

(beak

like),

misalnya

pada

ikan

julung-julung

(Hemirhamphus far (Forsskål, 1775)) -

Bentuk

gergaji

(saw

like)

misalnya

pada

ikan

cucut

gergaji

(Pristis

microdon Latham, 1794) -

Bentuk

terompet,

misalnya

pada

Campylomormyrus

elephas

(Boulenger,

1898) Berdasarkan

dapat

tidaknya

mulut

ikan

tersebut

disembulkan,

maka

bentuk

mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 10):

38

Gambar 8. Tulang-tulang tambahan tutup insang (Andy Omar, 1987)

Gambar 9. Bentuk-bentuk mulut (Afandi et al., 1992)

39

Gambar 10. Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan (Affandi et al., 1992)

40

-

Mulut yang dapat disembulkan, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758)

-

Mulut

yang

tidak

dapat

disembulkan,

misalnya

pada

ikan

lele

(Clarias

batrachus (Linnaeus, 1758)) 3.

Letak mulut. Letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 11): -

Inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung, misalnya pada ikan pare kembang (Neotrygon kuhlii (Müller & Henle, 1841)) dan ikan cucut (Chaenogaleus macrostoma (Bleeker, 1852)).

-

Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah, misalnya

pada

ikan

kuro/senangin

(Eleutheronema

tetradactylum

(Shaw,

1804)) dan ikan setuhuk putih (Makaira indica (Cuvier, 1832)). -

Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)) dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758).

-

Superior,

yaitu

julung-julung

mulut

yang

terletak

(Hemirhamphus

far

di

atas

hidung,

misalnya

(Forsskål,

1775))

dan

ikan

peraba

dalam

mencari

pada kasih

ikan madu

(Kurtus indicus Bloch, 1786). 4.

Letak sungut. Sungut

ikan

umumnya hari

berfungsi

terdapat

(nokturnal)

Ikan-ikan canius

pada

atau

yang

sebagai

Hamilton,

ikan-ikan

ikan-ikan

memiliki 1822),

alat yang

sungut ikan

yang aktif

antara lele

aktif

mencari

mencari

lain

(Clarias

makan

makan

adalah

ikan

batrachus

makanan

di

pada

dan

malam

dasar

perairan.

sembilang

(Plotosus

(Linnaeus,

1758)),

dan

ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758). Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah sudut

sungut mulut,

berbeda-beda. dan

Ada

yang

sebagainya.

terletak

Bentuk

pada

hidung,

sungut

dapat

bibir,

berupa

dagu, rambut,

pecut/cambuk, sembulan kulit, bulu, dan sebagainya. Ada ikan yang memiliki satu

lembar

sungut,

satu

pasang,

dua

pasang,

atau

beberapa

pasang

(Gambar 12).

41

Gambar 11. Letak mulut ikan (Bond, 1979)

Gambar 12. Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan (Affandi et al. 1992)

42

E. Badan Ikan Seluruh

badan

ikan

umumnya

mempunyai

sisik

(squama).

juga rangka dermal, yang berhubungan dengan rangka atau

squama

membentuk

pada ikan tangkur kuda

rangka

luar

terutama

(Hippocampus

pada

Sisik

disebut

luar (exoskeleton). Sisik ikan-ikan

primitif,

misalnya

histrix Kaup, 1856.) yang memiliki sisik

sangat keras. Sisik

yang

sangat

fleksibel

ditemukan

pada

ikan-ikan

moderen.

Ikan-ikan

yang tidak mempunyai sisik antara lain Ameiurus nebulosus (Lesueur, 1819) dari famili

Ictaluridae,

Petromyzontidae,

Lampetra

dan

ikan

Synbranchidae.

Beberapa

tubuh

saja,

tertentu

tridentata

belut

ikan

Monopterus

hanya

misalnya

(Richardson, albus

mempunyai

Polyodon

(Zuiew,

sisik

spathula

1836)

hanya

dari

1793) pada

(Walbaum,

famili

dari

famili

bagian-bagian

1792)

dan

ikan

beberapa

tipe

cakalang Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758). Menurut

bentuknya,

sisik

ikan

dapat

dibedakan

atas

(Gambar 13), yaitu: -

Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah

-

Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes.

-

Ganoid,

merupakan

sisik

yang

terdiri

atas

garam-garam

ganoin,

banyak

terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii. -

Cycloid,

berbentuk

seperti

lingkaran,

umumnya

terdapat

pada

ikan

yang

berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii). -

Ctenoid,

berbentuk

seperti

sisir,

ditemukan

pada

ikan

yang

berjari-jari

sirip keras (Acanthopterygii) Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis). Garis rusuk dapat

ditemukan

baik

pada

ikan

yang

mempunyai

sisik

maupun

tidak

bersisik.

Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini dibentuk oleh sisik yang memiliki pori-pori. Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam pada ikan, yaitu untuk mengetahui perubahan

tekanan

air

yang

terjadi

sehubungan

dengan

aliran

arus

air,

untuk

mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi. 43

Gambar 13.

Bentuk-bentuk sisik ikan (Bond, 1979) 44

Garis

rusuk

yang

biasa

disingkat

dengan

“L.l.”

berbeda

dengan

garis

sisi

(linea transversalis) yang biasa disingkat dengan “L.tr.” atau “l.l.”. Sisik-sisik yang dilalui

oleh

garis

rusuk

mempunyai

lubang

di

tengah-tengahnya

sedangkan

sisik-

sisik yang dilalui oleh garis sisi tidak mempunyai lubang atau pori Setiap

jenis

memperlihatkan

ikan

mempunyai

beberapa

contoh

garis

rusuk

yang

berbeda-beda.

garis

rusuk

yang

ditemukan

Gambar

pada

14

berbagai

jenis ikan. Ada yang hanya memiliki satu dan ada yang lebih, ada yang lengkap tetapi ada pula yang terputus-putus, ada yang berbentuk garis lurus dan ada pula yang bengkok, ada yang menyerupai garis melengkung ke atas dan ada pula yang seperti garis melengkung ke bawah. Selain

beberapa

bagian-bagian

yang

telah

disebutkan

di

atas,

pada

badan

ikan juga sering ditemukan (Gambar 15): -

Finlet yang

(jari-jari tipis

mempunyai

sirip

dan

tambahan),

pendek,

satu

merupakan

umumnya

jari-jari. Finlet

berbentuk

terletak

di

sembulan-sembulan segitiga,

antara

kulit

kadang-kadang

sirip

punggung

dan

sirip ekor, dan di antara sirip dubur dan sirip ekor. Finlet ditemukan misalnya

pada

(Bleeker,

1851))

ikan

kembung

dan

ikan

perempuan tenggiri

(Rastrelliger

brachysoma

(Scomberomorus

commerson

(Lacepède, 1800)) -

Scute (skut, sisik duri), merupakan kelopak tebal yang mengeras dan tersusun

seperti

genting.

disebut

abdominal

Bleeker,

1866),

scute

sedangkan

Skut

yang

(misalnya skut

ditemukan pada

yang

pada

daerah

Clupeoides

terdapat

pada

ekor disebut caudal scute (misalnya pada ikan selar,

perut

hypselosoma

daerah

pangkal

Caranx

heberi

(Bennet, 1830)). -

Keel

(kil,

lunas),

merupakan

rigi-rigi

yang

pada

bagian

tengahnya

terdapat puncak yang meruncing, ditemukan pada bagian batang ekor ikan.

Kil

misalnya

terdapat

pada

ikan

tongkol

(Thunnus

tonggol

(Bleeker, 1851)), ikan slengseng (Scomber australasicus Cuvier, 1832), dan ikan-ikan lain dari famili Scomberidae. -

Adipose fin (sirip lemak), merupakan sembulan kulit di belakang sirip punggung dan sirip dubur, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak. 45

Gambar 14. Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan (Affandi et al., 1992)

46

Gambar 15. Beberapa ciri khusus pada badan ikan (Affandi et al., 1992)

47

Sirip lemak ini misalnya terdapat pada ikan keting Bleeker,

1847)

dan

ikan

jambal

(Pangasius

(Ketengus pangasius

typus

(Hamilton,

1822)). -

Interpelvic

process

(cuping),

merupakan

pertumbuhan

kulit

yang

menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut. Cuping ini

ditemukan

(Lacepède,

misalnya

1800))

pada

dan

ikan

ikan

tongkol

cakalang

(Auxis

(Katsuwonus

thazard pelamis

thazard

(Linnaeus,

1758). F. Anggota Gerak Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada pada

posisi

yang

diinginkannya

karena

adanya

sirip-sirip

tersebut.

Sirip

ini

ada

yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal. Sirip yang berpasangan adalah: -

Sirip

dada

(pinnae

pectoralis

=

pinnae

thoracicae

=

pectoral

fins),

disingkat dengan P atau P1 -

Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis = pelvic fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2

Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal adalah: -

Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian

depan) disingkat

D1,

dengan

sedangkan sirip punggung kedua

(yang di belakang) disingkat dengan D2 -

Sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A.

-

Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C.

Ikan-ikan sirip juga

tunggal

yang disebut

ikan-ikan

Lesson,

1831)

yang

mempunyai ikan tidak

tidak

bersirip

baik

sirip-sirip

lengkap

bersirip

(Gambar

lengkap.

mempunyai

yang

sirip

Ikan perut,

(Parastromateus niger (Bloch, 1795)) juvenil memiliki

berpasangan 16). buntal

maupun

Namun

demikian

(Triodon

sedangkan sirip perut

siripada

macropterus ikan

bawal

tetapi pada saat

dewasa sirip ini tidak berkembang dan bahkan tereduksi. Pada

beberapa

jenis

ikan,

ada

sirip

yang

mengalami

modifikasi

menjadi

semacam alat peraba, penyalur sperma, penyalur cairan beracun, dan lain-lain.

48

Gambar 16. Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan (Lagler et al., 1977)

49

Ikan

gurami

yang

(Osphronemus

bermodifikasi

remora

gouramy

menjadi

alat

Lacepède,

peraba.

Sirip

(Remora remora (Linnaeus, 1758))

penempel. sebagai

Jari-jari

alat

mengeras

penyalur

cairan

sirip

dada

beracun.

1801) punggung

berubah

ikan

Ikan

mempunyai

lele

pertama

fungsinya

(Clarias

terbang

sirip

perut

pada

ikan

menjadi alat

batrachus)

(Hyrundichthys

berfungsi

oxycephalus

(Bleeker, 1852)) memiliki sirip dada yang sangat panjang sehingga ikan ini dapat terbang di atas permukaan air (Gambar 17). Setiap sirip disusun oleh “membrana”, yaitu suatu selaput yang terdiri dari jaringan lunak, dan “radialia” atau “jari-jari sirip” yang terdiri dari jaringan tulang atau tulang rawan. Radialia ini ada yang bercabang

dan ada pula yang tidak,

tergantung pada jenisnya. Berdasarkan

letak

sirip

perut

terhadap

sirip

dada,

dapat

dibedakan

empat

macam letak sirip perut (Gambar 18), yaitu: -

Abdominal, yaitu jika letak sirip perut agak jauh ke belakang dari sirip dada,

misalnya

(Broussonet,

pada

1782)

dan

ikan

bulan-bulan

ikan

japuh

(Megalops

(Dussumieria

cyprinoides

acuta

Valenciennes,

1847). -

Subabdominal, yaitu jika letak sirip perut agak dekat dengan sirip dada,

misalnya

pada

ikan

kerong-kerong

(Therapon

theraps

Cuvier,

1829)

dan

ikan karper perak (Hypophthalmichthys molitrix (Valenciennes, 1844)) -

Thoracic,

yaitu

jika

sirip

perut

misalnya

pada

ikan

layang

terletak

(Decapterus

tepat

di

russelli

bawah

(Rüppell,

sirip 1830))

dada, dan

ikan bambangan (Lutjanus sanguineus (Cuvier, 1828)). -

Jugular, yaitu jika sirip perut terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada, misalnya pada ikan kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786) dan ikan tumenggung (Priacanthus tayenus Richardson, 1846).

G. Ekor Ikan Kent

(1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam

seperti terlihat

pada Gambar 19. Pembagian ini berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, yaitu: -

Protocercal, pada

ujung

ujung ekor,

belakang umumnya

notochord ditemukan

atau pada

vertebrae ikan-ikan

berakhir

lurus

yang

masih

embrio dan ikan Cyclostomata.

50

Gambar 17. Modifikasi berbagai sirip pada ikan (Affandi et al., 1992)

51

Gambar 18.

Letak sirip perut pada tubuh ikan. A. Abdominal; B. Subabdominal; C. Thoracic; D. Jugular (Bond, 1979)

Gambar 19. Tipe-tipe sirip ekor. A. Heterocercal; B. Heterocercal (abbreviate); C. Homocercal; D. Isocercal (Bond, 1979)

52

-

Heterocercal,

ujung

belakang

notochord

pada

bagian

ekor

agak

membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, misalnya pada ikan cucut. -

Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat pada Teleostei.

-

Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda terbagi

secara

terdapat

pada

simetris ikan

baik

dari

Dipnoi

dan

arah

dalam

Latimeria

sehingga sirip ekor

maupun

dari

arah

menadoensis

luar,

Pouyaud,

Wirjoatmodjo, Rachmatika, Tjakrawidjaja, Hadiaty & Hadie, 1999.. Jika

ditinjau

dari

bentuk

luar

sirip

ekor,

maka

secara

morfologis

dapat

dibedakan beberapa bentuk sirip ekor (Gambar 20), yaitu: -

Rounded

(membundar),

misalnya

pada

ikan

kerapu

pada

ikan

bebek

(Cromileptes

altivelis (Valenciennes, 1828)). -

Truncate

(berpinggiran

tegak),

misalnya

misalnya

pada

tambangan

(Lutjanus

johni (Bloch, 1792)). -

Pointed

(meruncing),

ikan

sembilang

(Plotosus

canius

Hamilton, 1822). -

Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada

ikan gulamah (Argyrosomus

amoyensis (Bleeker, 1863)). -

Emarginate

(berpinggiran

berlekuk

tunggal),

misalnya

pada

ikan

lencam

merah (Lethrinus obsoletus (Forsskål, 1775)). -

Double

emarginate

(berpinggiran

berlekuk

ganda),

misalnya

pada

ikan

ketang-ketang (Drepane punctata (Linnaeus, 1758)). -

Forked

/

Furcate

(bercagak),

misalnya

pada

ikan

cipa-cipa

(Atropus

atropos (Bloch & Schneider, 1801)). -

Lunate

(bentuk

sabit),

misalnya

pada

ikan

tuna

mata

besar

(Thunnus

obesus (Lowe, 1839)). -

Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil (Eusphyra blochii (Cuvier, 1816)).

-

Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang (Exocoetus volitans Linnaeus, 1758).

53

Gambar 20. Bentuk morfologi ekor ikan. 1. Rounded; 2. Truncate; 3. Pointed; 4. Wedge shape; 5. Emarginate; 6. Double emarginate; 7. Forked; 8. Lunate; 9. Epicercal; 10. Hypocercal (Affandi et al., 1992)

54

H. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok),

kemudian

masing-masing

kelompok

mempresentasikan

selama

10

menit tentang modifikasi bentuk dan fungsi masing-masing sirip ikan. Di yang

dalam

dilalui

oleh

laboratorium, gurat

sisi

masing-masing (linea

lateralis)

kelompok dan

yang

diskusi tidak

memeriksa dilalui

oleh

sisik garis

tersebut. Sebutkan kesimpulannya. I. Daftar Pustaka Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Identifikasi Ikan. Institut Pertanian

Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Dasar.

Jurusan

Vertebrata.

Armico,

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung. Djuhanda,

T. 1982. Bandung.

Anatomi

dari

Empat

Species

Hewan

Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Kent,

G.G. 1954. Comparative Anatomy Company, Inc., New York.

of

the

Vertebrates.

McGraw

Hill

Book

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong.

55

Lagler,

Mayr,

Moyle,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. E.

1977.

and P.D. Ashlock. 1991. Principles of Systematic edition.McGraw Hill International Edition, New York.

Ichthyology.

Zoology.

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Second

Ichthyology.

Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Rahardjo,

M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott,

J.S. 1959. An Introduction to Agriculture, Federation of Malaya.

the

Sea

Fishes

of

Malaya.

Ministry

of

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

56

IV. MORFOMETRIK DAN MERISTIK A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

pengertian

morfometrik 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian meristik

B. Morfometrik Setiap jenis

ikan

kelamin,

dapat

mempunyai

dan

keadaan

mempengaruhi

ukuran

yang

lingkungan

kehidupan

ikan

berbeda-beda,

hidupnya. di

tergantung

Faktor-faktor

antaranya

adalah

pada

umur,

lingkungan

yang

makanan,

derajat

keasaman (pH) air, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendirisendiri maupun

secara

terhadap

pertumbuhan

mempunyai

umur

bersama-sama, ikan.

yang

mempunyai

Dengan

sama

namun

pengaruh

demikian, ukuran

yang

walaupun

mutlak

di

sangat dua

antara

besar

ekor

ikan

keduanya

dapat

saling berbeda. Morfometrik (measuring

adalah

methods).

ukuran

Ukuran

bagian-bagian

ikan

adalah

tertentu

jarak

dari

antara

struktur

satu

tubuh

bagian

ikan

tubuh

ke

bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi

dan

panjang

sirip,

dan

diameter

mata

(Hubbs

dan

Lagler,

1958;

Parin,

1999). Satuan Indonesia, milimeter ukuran

ukuran

satuan (mm),

mutlak.

menggunakan

yang

ukuran

digunakan yang

tergantung Untuk

jangka

di

umum

kepada

morfometrik

digunakan

keinginan

memperoleh

sorong

dalam

peneliti.

pengukuran

(calipper).

adalah

Adalah

bervariasi.

sentimeter

Ukuran-ukuran

yang suatu

sangat

lebih hal

(cm) ini

teliti,

yang

tidak

Di atau

disebut

sebaiknya mungkin

untuk memberikan ukuran bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm) pada

saat

hanyalah

melakukan

merupakan

identifikasi.

ukuran

Ukuran

perbandingan.

yang Seekor

digunakan

untuk

ikan

memiliki

yang

identifikasi panjang

total 25 cm dan panjang kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan di dalam

buku-buku

identifikasi

adalah

panjang

kepala

sama

dengan

seperlima

panjang total tubuhnya.

57

Berbagai

ukuran

bagian

tubuh

ikan

yang

sering

digunakan

di

dalam

ujung

bagian

identifikasi ikan adalah (Gambar 21 dan 22): a. Panjang kepala

baku

(panjang

yang

paling

biasa),

depan

yaitu

jarak

(biasanya

garis

ujung

lurus

antara

salah

satu

dari

ikan

yang

diukur

rahang

yang

dari

ujung

terdepan) sampai ke pelipatan pangkal sirip ekor. b. Panjang

cagak

(fork

length),

adalah

panjang

kepala yang terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor. c. Panjang

total,

adalah

jarak

garis

lurus

antara

ujung

kepala

yang

terdepan

antara

bagian

dorsal

yang

melewati

garis

dengan ujung sirip ekor yang paling belakang. d. Tinggi

badan,

dengan

diukur

ventral,

pada

dimana

tempat

bagian

yang

dari

tertinggi

dasar

sirip

punggung tidak ikut diukur. e. Tinggi

batang

ekor,

diukur

pada

batang

ekor

di

tempat

yang

mempunyai

tinggi terkecil. f.

Panjang

batang

ekor,

merupakan

jarak

miring

antara

ujung

dasar

sirip

dubur dengan pangkal jari-jari tengah sirip ekor. g. Panjang

dasar

sirip

punggung

pangkal

jari-jari

pertama

dan

dengan

sirip

tempat

dubur,

merupakan

selaput

sirip

di

jarak

antara

belakang

jari-jari

terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip. h. Panjang

di

bagian

depan

sirip

punggung,

merupakan

jarak

antara

ujung

kepala terdepan sampai ke pangkal jari-jari pertama sirip punggung. i.

Tinggi

sirip

punggung

dan

sirip

dubur,

diukur

dari

pangkal

keping

pertama

sirip sampai ke bagian puncaknya. j.

Panjang jari-jari dari

sirip dan

dada diukur

puncak

rambut harus

dari

sirip

atau lebih

dan

sirip bagian

sampai

benang

halus,

waspada.

perut,

adalah

dasar

ke

puncak

oleh

Pengukuran

panjang

sirip

yang

sirip

beberapa panjang

terbesar

paling

ini.

depan

Sambungan

ahli

juga

ikut

sirip

dada

hanya

menurut

arah

atau

terjauh

sirip

berupa

diukur,

sehingga

dilakukan

jika

bentuk sirip dada itu tidak simetris. k. Panjang dilakukan bagian sirip

jari-jari jika

jari-jari

tengah

sampai

sirip

ke

sirip. ujung

dada yang

yang

terpanjang,

terpanjang

terletak

Pengukuran jari-jari

dilakukan

tersebut.

pengukuran di

mulai

Jika

jari-jari

ini

tengah-tengah dari lain

hanya atau

pertengahan yang

di

dasar

dimaksudkan

dan bukan jari-jari tengah maka hal ini harus dinyatakan.

58

l.

Panjang

jari-jari

keras

panjang

pangkal

yang

walaupun

ujung

sambungan

dan

jari-jari

sebenarnya

ini

masih

seperti

lemah. sampai

disambung

rambut.

Panjang

Panjang

ke oleh

jari-jari

keras

adalah keras,

ujung

bagian

yang

bagian

yang

lemah

atau

jari-jari

lemah

diukur

dari

pangkal

termuka

dari

kepala

hingga

sampai ke ujungnya. m. Panjang

kepala,

adalah

jarak

antara

ujung

ujung

terbelakang

dari

keping

tutup

insang.

pengukuran tutup

sampai

insang

ke

pinggiran

(membrana

Beberapa

terbelakang

branchiostega)

selaput

sehingga

peneliti yang

melakukan

melekat

diperoleh

pada

panjang

kepala

yang lebih besar. n. Tinggi

kepala,

merupkan

panjang

garis

tegak

antara

pertengahan

terbesar

antara

kedua

pangkal

kepala dan pertengahan kepala di sebelah bawah. o. Lebar

kepala,

merupakan

jarak

lurus

keping

tutup

insang pada kedua sisi kepala. p. Lebar / tebal badan, adalah jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan. q. Panjang

hidung,

merupakan

jarak

antara

pinggiran

terdepan

dari

hidung

atau bibir dan pinggiran rongga mata sebelah ke depan. r. Panjang

ruang

antar

mata,

merupakan

jarak

antara

pinggiran

atas

dari

kedua rongga mata (orbita). s. Panjang

bagian

belakang

kepala

dari

orbita

di

belakang

sampai

pinggir

mata,

adalah

belakang

jarak

selaput

antara

keping

pinggiran

tutup

insang

bawah

orbita

(membrana branchiostega). t.

Tinggi

bawah

mata,

merupakan

jarak

kecil

antara

pinggiran

dan rahang atas. u.

Tinggi

pipi,

merupakan

jarak

tegak

antara

orbita

dan

pinggiran

bagian

depan keping tutup insang depan (os preoperculare). v. Panjang

antara

preoperculare), preoperculare.

mata

adalah Pada

dan

sudut

panjang

antara

saat

pengukuran,

keping sisi

tutup

rongga

senantiasa

insang

mata juga

depan

dengan

(os

sudut

os

turut

diukur

panjang

menengah

orbita

(rongga

duri yang mungkin ada pada sudut os preoperculare tersebut. w. Panjang

atau

lebar

mata,

adalah

panjang

garis

mata). x.

Panjang

rahang

atas,

adalah

panjang

tulang

rahang

atas

yang

diukur

mulai

dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang rahang atas.

59

Gambar

21.

Berbagai ukuran pada tubuh ikan. PT. Panjang total; PB. Panjang baku; PC. Panjang cagak; PK. Panjang kepala; A. Sirip dubur; C. Sirip ekor; D1. Sirip punggung depan; D2. Sirip punggung belakang; P. Sirip dada; V. Sirip perut; 1. Moncong; 2. Sungut; 3. Tutup insang; 4. Sisik pada linea lateralis; 5. Scute batang ekor; 6. Sisik di atas linea lateralis; 7. Sisik di bawah linea lateralis; 8. Sisik tambahan (auxillary scales); 9. Scute pada bagian perut; 10. Filamen (rambut) yang dapat bergerak sendiri; 11. Kell; 12. Sirip lemak; 13. Filamen (Affandi et al., 1992)

60

Gambar 22. Berbagai ukuran pada kepala ikan. a. Panjang hidung; b. Panjang kepala di belakang mata; c. Panjang antara mata dengan sudut os preoperculare; d. Tinggi pipi; e. Tinggi di bawah mata; f. Lebar mata; g. Panjang rahang atas; h. Panjang rahang bawah; i. Panjang di depan mata; j. Tinggi kepala; 1. Maxilla; 2. Premaxilla; 3. Dentary; 4. Hidung; 5. Os interoperculare; 6. Os preoperculare; 7. Os operculare; 8. Os suboperculare; 9. Membrana branchiostega (Affandi et al., 1992)

61

y. Panjang

rahang

bawah,

adalah

panjang

tulang

rahang

bawah

yang

diukur

mulai dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang pelipatan rahang. z. Lebar bukaan mulut, merupakan jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar-lebarnya.

Selain

pengukuran

secara

langsung,

juga

dilakukan

nisbah

atau

pembandingan beberapa ukuran tubuh seperti tersebut di bawah ini dan hasilnya ditabulasikan seperti terlihat pada Tabel 5. (a)

Indeks

panjang

kepala,

yaitu

perbandingan

antara

panjang

total

dan

panjang kepala (b)

Indeks panjang bahu, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang bahu

(c)

Indeks

tinggi

badan,

yaitu

sirip

punggung,

perbandingan

antara

panjang

total

dan

tinggi

badan (d)

Indeks

yaitu

perbandingan

antara

panjang

total

dan

panjang dasar sirip punggung (e)

Indeks

sirip

dubur,

yaitu

perbandingan

antara

panjang

total

dan

panjang

dasar sirip dubur (f)

Indeks

batang

ekor

(1),

yaitu

perbandingan

antara

panjang

total

dan

panjang batang ekor (g)

Indeks batang ekor (2), yaitu perbandingan antara panjang batang ekor dan tinggi batang ekor

(h)

Indeks tinggi kepala, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan tinggi kepala

(i)

Indeks

lebar

mata,

yaitu

perbandingan

antara

panjang

kepala

dan

lebar

mata (j)

Indeks rahang atas, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan panjang rahang atas

62

Tabel 5. Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran pada tubuh ikan

63

C. Meristik Berbeda

dengan

bagian-bagian penghitungan termasuk jumlah

tertentu jumlah

dalam

gigi,

karakter

morfometrik

tubuh

ikan,

bagian-bagian

karakter

jumlah

meristik

tapis

yang

menekankan

karakter

meristik

tubuh

ikan

(counting

antara

lain

jumlah

insang,

jumlah

kelenjar

pada berkaitan

methods).

jari-jari

buntu

pengukuran

Variabel

yang

jumlah

sisik,

sirip,

(pyloric

dengan

caeca),

jumlah

dahulu

harus

vertebra, dan jumlah gelembung renang (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999). 1. Menghitung jari-jari sirip Untuk

menentukan

dicantumkan

huruf

rumus

kapital

yang

suatu

sirip

menentukan

tertentu,

sirip

yang

terlebih dimaksud.

Sirip

punggung

disingkat dengan D, sirip ekor dengan C, sirip dubur dengan A, sirip perut dengan V, dan sirip dada dengan P. Menghitung terletak

pada

melakukan

jari-jari

sisi

sirip

sebelah

pemeriksaan,

yang

kiri,

harus

berpasangan

kecuali

jika

diingat

bahwa

dilakukan

ada

pada

ketentuan

ikan

khusus.

diletakkan

sirip

yang

Pada

saat

dengan

kepala

menghadap ke sebelah kiri dan perut mengarah ke bawah. Jari-jari sirip dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jarijari lemah. tidak

Jari-jari dapat

keras

tidak

dibengkokkan.

berbuku-buku,

Jari-jari

keras

pejal

ini

(tidak

biasanya

berlubang), berupa

duri,

keras,

dan

cucuk,

atau

patil, dan berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Jari-jari

lemah

dibengkokkan,

dan

bersifat

agak

berbuku-buku

tergantung

pada

jenis

ikannya.

mengeras,

pada

salah

satu

cerah,

atau

Jari-jari

sisinya

seperti

beruas-ruas. lemah

ini

bergigi-gigi,

tulang

rawan,

Bentuknya

mungkin

bercabang,

berbeda-beda

sebagian atau

mudah

keras

satu

atau

sama

lain

saling berlekatan. Perumusan

jari-jari

keras

digambarkan

dengan

angka

Romawi,

walaupun

jari-jari itu pendek sekali atau rudimenter. Sirip punggung ikan yang terdiri dari 10 jari-jari keras maka rumusnya ditulis D.X. Untuk

jari-jari

lemah,

Arab

(angka

biasa).

Jari-jari

ikan

mas

(Cyprinus

carpio

perumusan lemah carpio

yang

digambarkan mengeras,

Linnaeus,

1758),

dengan seperti

harus

memakai

yang

angka

terdapat

digambarkan

pada

tersendiri

(Gambar 23-A). Jika pada ikan mas terdapat 4 jari-jari lemah yang mengeras dan sekitar 16 – 22 jari-jari lemah, maka rumusnya harus ditulis D. 4.16 – 22.

64

65

Cara

perumusan

semacam

ini

juga

dipergunakan

untuk

menggambarkan

jumlah cabang jari-jari yang bersatu menjadi satu “jari-jari keras”. Jari-jari seperti ini

misalnya

ditemukan

pada

ikan

baung

(Hemibagrus

nemurus

(Valenciennes,

1840)), ikan lundu (Mystus gulio (Hamilton, 1822)), dan sebagainya. Jika pada satu sirip terdapat jari-jari keras dan jari-jari lemah maka jumlah tiap-tiap

jenis

jari-jari

harus

digambarkan

berdampingan.

Pada

Gambar

23-B

terlihat sirip punggung yang disusun oleh 10 – 12 jari-jari keras dan 12 – 15 jarijari lemah, maka rumusnya adalah D.X-XII.12-15. Seandainya sekali

terpisah

bagian dari

sirip

bagian

punggung

sirip

pertama

yang

berjari-jari

keras

jelas

kedua

yang

berjari-jari

lemah,

atau

punggung

dengan kata lain terdapat dua buah sirip punggung, maka untuk ikan tersebut di atas mempunyai rumus D1.X-XII. D2.12-15. Pada cabang.

Gambar

Biasanya

24

yang

terlihat umum

perbedaan

digambarkan

antara adalah

jari-jari hanya

pokok

jumlah

dan

jari-jari

pangkal

jari-jari

yang nyata terlihat. Hal ini penting dilakukan karena cabang jari-jari tidak mudah ditentukan dan jumlahnya pun berbeda-beda. Untuk sama

ikan-ikan

dengan

bercabang, sehingga

jumlah

karena

famili

jari-jari

hanya

mencapai

dimaksudkan

dari

hanya

bercabang

satu

pinggiran jumlah

Cyprinidae,

jari-jari atas

jari-jari

ditambah

tidak

dari

jumlah

dengan

bercabang

keping

yang

jari-jari

satu

yang

sirip

bercabang

pokok

jari-jari

begitu

(Gambar saja,

senantiasa tidak

panjangnya

25).

Jika

yang

ini

harus

harus

selalu

morfologi

agak

maka

hal

dinyatakan pula. Pada diingat

saat

untuk

mengeras.

menghitung

jumlah

menganggap

Jari-jari

satu

bercabang

jari-jari

jari-jari

adalah

yang lemah

semua

tidak

bercabang,

yang

secara

jari-jari

yang

punggung

dan

mempunyai

cabang,

sirip

dihitung

walaupun terlihat kurang begitu jelas (Gambar 26). Dua

jari-jari

yang

terakhir

pada

sirip

dubur

sebagai satu jari-jari pokok. Jari-jari pokok yang terakhir ini sering tampak sebagai dua

duri

yang

penghitungan

berdekatan.

jari-jari

yang

Cara

menghitung

seperti

ini

nyata

bercabang.

Sebaliknya

biasa cara

dilakukan ini

pada

tidak

dapat

pokok.

Pada

dipakai pada ikan yang berjari-jari tidak bercabang. Rumus

sirip

ekor

biasanya

menggambarkan

jumlah

jari-jari

ikan yang sirip ekornya berjari-jari yang bercabang maka jumlah jari-jari sirip ini ditetapkan sebanyak jumlah jari-jari yang bercabang ditambah dua.

66

Gambar 24. Jari-jari pokok dan jari-jari cabang (Andy Omar, 1987)

Gambar 25. Jumlah jari-jari pokok (Andy Omar, 1987)

Gambar 26. Perbedaan jari-jari pada sirip ikan (Andy Omar, 1987)

67

Pada terkecil

dan

pangkal

berpasangan,

pada

sisi

Seringkali

untuk

jari-jari

sehingga

semua

paling

Kadang-kadang

besar,

jumlah

yang

terletak

sirip.

pembesar. yang

sirip

yang

harus

jari-jari

bawah

atau

keperluan

kecil

dihitung, paling

ini

terlebih

sebelah

digunakan

kadang-kadang

dipisahkan

termasuk dalam

sebuah

merapat

dahulu

yang kaca

pada

sebelum

dari

jari-jari

menghitung

jari-jari. Jari-jari kecil ini ikut dihitung jika kita menghitung jumlah jari-jari

sirip dada, tetapi untuk sirip perut tidak perlu. Jika kedua sirip perut bertaut menjadi satu sirip perut maka biasanya hal ini dapat

diketahui.

lengkap

atau

Kedua

sirip

kelihatan

asal

simetri

masih

pada

terlihat

kedua

jelas

bagian

karena

yang

bersatu

kurang

membentuknya.

Pada

keadaan tersebut di atas ini, jumlah jari-jari sirip hanya dihitung pada salah satu bagian saja. Pada jari-jari

ikan-ikan

mengeras

selaput

yang

hanya

pembungkus

bersirip

ada

dari

perut

sebagai

jari-jari

kurang

suatu

lemah

sempurna,

penunjang

pertama.

kadang-kadang

yang

terletak

Dengan

di

satu bawah

menggunakan

kaca

pembesar, hal ini dapat diketahui karena adanya buku-buku pada jari-jari tersebut dan struktur kembar secara keseluruhan. 2. Menghitung jumlah sisik Garis rusuk dibentuk oleh sisik-sisik yang berlubang atau berpori. Di bawah sisik ini terletak seutas urat syaraf yang disebut neuromast. Jika garis rusuk tidak ada

maka

dihitung

Penghitungan belakang

jumlah

berakhir

bagian

pada

sisik

pada

garis

permulaan

ekor yang terakhir.

dimana

pangkal

Tempat

biasa

ekor,

garis

atau

ini dengan

rusuk

pada

mudah

berada.

ruas

tulang

dapat ditetapkan

yaitu dengan cara menggoyang-goyangkan sirip ekor, dan pada pelipatan pangkal sirip ekor itu terletak ruas tulang belakang yang dimaksud. Sisik yang berada di atas pelipatan ini tidak ikut dihitung, demikian juga sisik pada pangkal sirip ekor, walaupun sisik-sisik ini berlubang. Sisik garis rusuk yang paling depan ialah sisik di belakang lengkung bahu yang sama sekali tidak menyentuh lagi lengkung bahu ini. Ada

tiga

cara

yang

dapat

digunakan

untuk

menghitung

sisik-sisik

di

atas

dan di bawah garis rusuk, yaitu: -

dengan

cara

menjatuhkan

garis

tegak

dari

permulaan

sirip

punggung

pertama (D1) sampai ke pertengahan dasar sirip perut, kemudian

68

menghitung

jumlah

sisik-sisik

yang

dilalui

oleh

garis

tersebut

(lihat

Gambar 27-A). -

jika cara di atas tidak mungkin dilakukan

karena garis tersebut melalui

dasar sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip perut

sampai

ke

punggung

dan

kemudian

menghitung

jumlah

sisik-sisik

yang dilalui oleh garis ini (lihat Gambar 27-B). -

cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari permulaan

sirip

sedangkan permulaan

punggung

untuk sirip

pertama

jumlah

dubur

sisik

dan

terus

di

ke

bawah

dihitung

bawah garis

miring

naik

dan

rusuk

ke

atas

ke

belakang,

dimulai dan

pada

ke

muka

(Gambar 27-C). Pada

penghitungan

jumlah

sisik-sisik

seperti

tersebut

di

atas

ini,

jumlah

sisik pada garis rusuk sendiri tidak ikut dihitung. Jumlah

sisik

di

muka

sirip

punggung

adalah

jumlah

semua

sisik

yang

dikenai oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip punggung sampai ke belakang kepala.

Biasanya

merupakan

garis

sisik

ini

dihitung

perbatasan

antara

pada kuduk

ikan yang

yang

garis

bersisik

dan

pangkal kepala

kepalanya yang

tidak

bersisik. Jumlah baris sisik di muka sirip punggung (biasanya lebih kecil daripada jumlah sisik di muka sirip punggung) adalah jumlah baris sisik pada suatu sisi dari garis antara permulaan sirip punggung dengan kuduk. Untuk

mengetahui

jumlah

sisik

pipi,

terlebih

dahulu

dibuat

sayatan

garis

yang ditarik dari mata ke sudut keping tulang insang depan atau os preoperculare. Selanjutnya,

jumlah

sisik

pipi

adalah

jumlah

badan

dapat

baris

sisik

yang

melewati

garis

sayatan tersebut (Gambar 28). Jumlah jumlah

sisik

di

sekeliling

semua sisik yang

dikenai

oleh suatu

diketahui

dengan

cara

garis yang mengelilingi

menghitung badan

dan

terletak di muka sirip punggung. Jumlah sisik ini sangat penting untuk digunakan dalam mengidentifikasi famili Cyprinidae. Jumlah sisik batang ekor adalah jumlah sisik yang dikenai oleh suatu garis yang mengelilingi batang ekor.

69

Gambar 27. Sisik di atas dan di bawah garis rusuk (Andy Omar, 1987)

Gambar 28. Sisik pada pipi (Andy Omar, 1987)

70

3. Jumlah finlet Finlet

merupakan

sirip-sirip

tambahan

rudimenter

yang

terpisah-pisah

dan

terletak di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Contoh ikan yang mempunyai finlet 1800))

di

antaranya

dan

ikan

adalah

layang

ikan

tenggiri

(Decapterus

(Scomberomorus

russeli

(Rüppel,

commerson

1830)).

(Lacepède,

Jumlah

finlet

perlu

diketahui karena sangat penting untuk identifikasi.

4. Insang Insang terdiri dari tapis insang, tulang lengkung insang, dan lembaran atau daun Untuk

insang.

Lengkung

identifikasi

insang

biasanya

terdiri

digunakan

dari

lengkung

jumlah

tapis

atas

insang

dan

lengkung

bawah.

pada

lengkung

insang

yang pertama pada satu sisi badan, kecuali jika ada ketentuan lain. Jumlah tapis insang ialah jumlah seluruh tapis insang pada lengkung insang pertama pada satu sisi badan, termasuk yang rudimenter.

5. Organ-organ Dalam Beberapa untuk jumlah

organ

kepentingan vertebra,

dalam

identifikasi. jumlah

pilorik

sebagai

ciri

Organ-organ kaeka

taksonomis dalam

(pyloric

dapat

tersebut

caeca),

dijadikan di

bentuk

pegangan

antaranya

adalah

gelembung

renang

(vesica natatoria), dan posisi gelembung renang.

D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok),

kemudian

masing-masing

kelompok

mempresentasikan

selama

10

menit tugas di bawah ini. 1. Deskripsi ikan betok (Anabas testudineus (Bloch, 1792)) adalah sebagai berikut: jari-jari keras sirip punggung: 16 - 20; jari-jari lemah sirip punggung: 7-10; jari-jari keras sirip dubur 9 - 11; dan jari-jari lemah sirip dubur: 8 - 11. Setiap kelompok membuat rumus jari-jari sirip ikan tersebut. 2. Rumus jari-jari sirip ikan Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804) berikut ini: D. VIII; I-II, 13-15 A. I-II, 15-17 TL 2000. Jelaskan kesimpulan kelompok masing-masing

71

E. Daftar Pustaka Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Identifikasi Ikan. Institut Pertanian

Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Dasar.

Jurusan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Carpenter,

K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Carpenter,

K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Carpenter,

K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Carpenter,

K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Carpenter,

K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. 72

Direktorat

Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Hubbs, C.L. and K.F. Lagler. 1958. Fishes of the Great Lakes Region. Universityof Michigan Press, Ann Arbor, Michigan. Kent,

G.G. 1954. Comparative Anatomy Company, Inc., New York.

of

the

Vertebrates.

McGraw

Hill

Book

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

1977.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Ichthyology.

Ichthyology.

Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Rahardjo,

M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott,

J.S. 1959. An Introduction to Agriculture, Federation of Malaya.

the

Sea

Fishes

of

Malaya.

Ministry

of

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

73

V. IDENTIFIKASI A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

cara-cara

melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik. 2. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

cara-cara

menyusun

mampu

memahami

dan

menjelaskan

cara-cara

menyusun

ciri-ciri

taksonomik

kunci identifikasi. 3. Agar

mahasiswa

hirarki dari kategori-kategori taksonomi.

B. Identifikasi Identifikasi individu

yang

Pengertian

adalah

tugas

beraneka

identifikasi

untuk

ragam

berbeda

mencari

dan

dan

mengenal

memasukkannya

sekali

dengan

ke

dalam

pengertian

suatu

klasifikasi.

takson.

Identifikasi

berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke dalam

suatu

upaya

mengevaluasi

klasifikasi

urutan

kunci

identifikasi,

sejumlah

merupakan

besar

penataan

sedangkan ciri-ciri.

klasifikasi

Menurut

hewan-hewan

Mayr

ke

berhubungan

dengan

dan

(1991),

dalam

Ashlock

kelompok-kelompok

berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka. Ditinjau dari segi ilmiah, identifikasi

sangat

penting

tergantung

kepada

hasil

artinya

identifikasi

karena yang

seluruh benar

urutan

dari

pekerjaan

suatu

sampel

selanjutnya

yang

sedang

diteliti. Pada Indonesia,

saat

melakukan

diperlukan

identifikasi

bantuan

ikan-ikan

buku-buku

yang

berasal

identifikasi.

dari

Beberapa

perairan buku

di

kunci

identifikasi yang dapat digunakan antara lain adalah: -

Weber,

M. and

L.

F.

de

Beaufort.

1911.

The

Fishes

of

the

Indo



The

Fishes

of

the

Indo



The

Fishes

of

the

Indo



The

Fishes

of

the

Indo



Australian Archipelago. Volume I. E. J. Brill, Leiden. -

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1913.

Australian Archipelago. Volume II. E. J. Brill, Leiden. -

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1916.

Australian Archipelago. Volume III. E. J. Brill, Leiden. -

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1922.

Australian Archipelago. Volume IV. E. J. Brill, Leiden.

74

-

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1929.

The

Fishes

of

the

Indo



The

Fishes

of

the

Indo



The

Fishes

of

the

Indo



Australian Archipelago. Volume V. E. J. Brill, Leiden. -

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1931.

Australian Archipelago. Volume VI. E. J. Brill, Leiden. -

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1936.

Australian Archipelago. Volume VII. E. J. Brill, Leiden. -

de

Beaufort,

L.

F.

1940.

The

Fishes

of

the

Indo



Australian

Archipelago. Volume VIII. E. J. Brill, Leiden. -

de Beaufort, L. F. and W. M. Chapman. 1951. The Fishes of the Indo – Australian Archipelago. Volume IX. E. J. Brill, Leiden.

-

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1953.

The

Fishes

of

the

Indo



Australian Archipelago. Volume X. E. J. Brill, Leiden. -

de Beaufort, L. F. and J. C. Brigss. 1962. The Fishes of the Indo – Australian Archipelago. Volume XI. E. J. Brill, Leiden.

-

Munro,

I.

S.

R.

1955.

The

Marine

and

Freshwater

Fishes

of

Ceylon.

Department of External Affairs, Canberra. -

Scott, J. S. 1959. An Introduction to the Sea Fishes of Malaya. Ministry of Agriculture, Federation of Malaya.

-

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta.

-

Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater

Fishes

of

Western

Indonesia

and

Sulawesi.

Periplus

Editions Limited, Hong Kong. -

Carpenter, K. E. and V. H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery

Purposes.

The

Living Marine

Pacific.

Volume

2.

Cephalopods,

Resources

of

Crustaceans,

the Western Central Holothurians

and

Sharks. FAO, Rome -

Carpenter, K. E. and V. H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery

Purposes.

Pacific.

Volume

3.

The

Living Marine

Batoid

Fishes,

Resources

Chimaeras

of

and

the Western Central Bony

Fishes

Part

1

(Elopidae to Linophrynidae). FAO, Rome -

Carpenter, K. E. and V. H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery

Purposes.

The

Living

Marine

Resources

of the Western Central

75

Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). FAO, Rome. -

Carpenter, K. E. and V. H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery

Purposes.

Pacific.

Volume

The 5.

Living Marine

Bony

Fishes

Resources

Part

3

of

the Western Central

(Menidae

to

Pomacentridae).

FAO, Rome -

Carpenter, K. E. and V. H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery

Purposes.

The

Living Marine

Resources

of

the Western Central

Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). FAO, Rome. Pada buku-buku identifikasi tampak bahwa pada setiap nomor terdapat dua sampai empat pilihan yang berbeda. Kita harus memilih salah satu pilihan sesuai dengan

ciri-ciri

pertama dapat

yang

sesuai

terdapat

dengan

meneruskan

pada

ciri-ciri

sesuai

yang

dengan

sampel

ikan

terdapat

nomor

yang

yang

pada

kita

sampel

berada

di

amati.

Jika

tersebut

sebelah

pilihan

maka

kanan

kita

pilihan

tersebut. Sebaliknya, jika pilihan pertama tidak sesuai maka kita harus mengambil pilihan kedua, ketiga, atau keempat. Pada nomor ini kita juga dapat meneruskan sesuai dengan nomor yang berada di sebelah kanan. Salah bawah ikan

ini

contoh

diberikan

opudi,

Selatan.

satu

salah

dalam

menggunakan

langkah-langkah

satu

Langkah-langkah

ikan

yang

endemik yang

identifikasi

ini

buku

harus

kunci

dilakukan

terdapat

identifikasi, untuk

di Danau

berdasarkan

buku

berikut

di

mengidentifikasi

Matano, Sulawesi identifikasi

Saanin

(1984).

1.

d

Rangka terdiri dari tulang benar; bertutup insang. sub classis TELEOSTEI.

3

3.

b

Kepala simetris.

4

4.

c

Badan tidak seperti ular.

6

6.

c

7 9

7.

d

Badan bersisik atau tidak, kadang-kadang seluruhnya atau sebagian tertutup oleh kelopak-kelopak tebal. Garis rusuk jika ada, di atas sirip dada.

9.

c

Tidak demikian.

10

76

10.

c

Lebih dari dua jari-jari sirip punggung keras.

12

12.

a

Dua sirip punggung yang nyata berpisahan. ordo PERCESOCES.

57

Ordo PERCESOCES Sirip dada biasa tidak memakai rambut-rambut di bawahnya

58

Garis rusuk tidak ada atau tak sempurna, tulang rahang atas tidak bertulang tambahan; mulut sedang atau kecil; sirip dada pertengahan tinggi atau di atasnya.

59

57.

58.

59.

b

b

b

622.

b

625.

a

626.

a

Sirip punggung pertama berlainan, sirip dubur dengan satu jari-jari yang mengeras; tulang punggung lebih dari 30. familia ATHERINIDAE.

622

Familia ATHERINIDAE Permulaan sirip dubur sedikit di belakang sirip punggung pertama. Perut terletak pada setengah yang di belakang dari jarak antara hidung dan sirip ekor. Permulaan sirip punggung pertama di muka perut. Batang ekor lebih pendek daripada sirip dubur; 15 – 20 buah tulang saringan insang yang panjang. A. I. 11 – 13. genus THELMATHERINA. Hidung sama panjang dengan atau lebih pendek dari lebar mata. Kurang panjang

625 626

A. I. 13 – 15. Sisik antara D. dan V 71/2 – 8 baris. Sirip dada sepanjang kepala tidak dengan hidung. Telmatherina celebensis Blgr.

Huruf-huruf yang tercantum sesudah nomor-nomor di sebelah kiri masingmasing menunjukkan

pilihan

yang

tercantum

pada

nomor-nomor

tersebut.

Huruf

a

menunjukkan pilihan pertama, huruf b untuk pilihan kedua, huruf c untuk pilihan ketiga, dan huruf d untuk pilihan keempat. Berdasarkan

langkah-langkah

yang

telah

dilakukan

di

atas,

maka

kunci

identifikasi ikan opudi berdasarkan buku identifikasi Saanin (1984) adalah: Kelas PISCES – 1d – sub classis TELEOSTEI – 3b – 4c – 6c – 7d – 9c – 10c – 12a – ordo PERCESOCES – 57b – 58b – 59b – famili ATHERINIDAE –

622b



genus

THELMATHERINA



625a



626a



Thelmatherina

celebensis Blgr.

77

Setelah

memperoleh

dari

kategori-kategori

hirarki Carolus kelas,

Linnaeus ordo,

identifikasi

taksonomi.

maka

Hirarki

hanya

meliputi

lima

genus,

spesies,

dan

varietas

kunci

identifikasi

menggunakan

dan

kunci

ini

selanjutnya pertama

kategori

sebagaimana

kali

dapat

dicetuskan

dalam

dunia

dan

Ashlock

(Mayr tersebut

di

atas,

disusun

hewan, 1991).

maka

oleh yaitu: Jika

kategori

taksonomi ikan opudi adalah sebagai berikut: Kelas PISCES Subkelas TELEOSTEI Ordo PERCESOCES Famili ATHERINIDAE Genus THELMATHERINA Spesies Thelmatherina celebensis Blgr. Menurut

Mayr dan Ashlock (1991), kategori yang umum digunakan dewasa

ini adalah sebagai berikut: Dunia (kingdom) Filum (phylum) Subfilum Superkelas Kelas Subkelas Cohort Superordo Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamili Suku (tribe) Genus Subgenus [Superspesies] Spesies Subspesies 78

Pada bidang iktiologi, nama ordo mempunyai akhiran –formes, subordo dengan –idei, superfamili dengan –oidea, famili dengan –idea, subfamili dengan kata – inae, dan suku atau tribe dengan kata –ini. Pengertian varietas, subspecies (anak jenis), dan spesies (jenis) dapat dilihat pada Glosarium. C. Catatan Untuk melakukan identifikasi, terlebih dahulu harus disiapkan buku-buku kunci identifikasi. Buku kunci identifikasi yang sering digunakan di Indonesia adalah buku-buku identifikasi yang disusun oleh Saanin dan buku-buku yang disusun oleh Weber dan de Beaufort sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, saat ini sangat banyak buku-buku identifikasi yang dikeluarkan oleh FAO berdasarkan kelompok ikan-ikan tertentu. Salah satu contoh buku tersebut adalah tentang ikan merah yang tertulis dalam buku FAO Species Catalogue Volume 6 (Allen, 1985). D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Di dalam laboratorium, setiap kelompok menentukan kunci identifikasi dan kategori taksonomi ikan lundu (Arius maculatus Thunberg, 1792) dengan menggunakan buku Saanin (1968). Presentasikan hasil masing-masing kelompok. E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Departemen Biologi Bogor, Bogor.

Rahardjo. Perairan.

Biologi

Perairan.

Fakultas

1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian

Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.

79

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Sistematika

Dasar.

Jurusan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Carpenter, K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. de Beaufort, L.F. 1940. The Fishes of the Indo – Australian Archipelago. Volume VIII. E. J. Brill, Leiden. de Beaufort, L.F. and J.C. Brigss. 1962. The Archipelago. Volume XI. E. J. Brill, Leiden.

Fishes of the Indo – Australian

de Beaufort, L.F. and W.M. Chapman. 1951. The Fishes of the Indo – Australian Archipelago. Volume IX. E. J. Brill, Leiden. Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

80

Mayr,

E. and P.D. Ashlock. 1991. Principles of edition.McGraw Hill International Edition, New York.

Systematic

Zoology.

Second

Munro, I.S.R. 1955. The Marine and Freshwater Fishes of Ceylon. Department of External Affairs, Canberra. Munro, I.S.R. 1967. The Fishes of New Guinea. Department of Agriculture, Stock and Fisheries, Port Moresby, New Guinea. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Rifai, M.A. 1999. Kamus Biologi. Balai Pustaka, Jakarta. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott,

J.S. 1959. An Introduction Agriculture, Federation of Malaya.

to

the

Sea

Fishes

of

Malaya.

Ministry

of

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1911. Archipelago. Volume I. E. J. Brill, Leiden.

The

Fishes

of

the

Indo



Australian

Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1913. Archipelago. Volume II. E. J. Brill, Leiden.

The

Fishes

of

the

Indo



Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1916. The Archipelago. Volume III. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo



Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1922. The Archipelago. Volume IV. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo



Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1929. The Archipelago. Volume V. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo



Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1931. The Archipelago. Volume VI. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo



Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1936. The Archipelago. Volume VII. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo



Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1953. The Archipelago. Volume X. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo



Australian

81

VI. ANATOMI IKAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

beberapa

istilah

yang berkaitan dengan anatomi 2. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

cara-cara

melakukan pengamatan organ dalam ikan (anatomi ikan).

B. Pengertian Anatomi Anatomi mempelajari sangat

merupakan organ-organ

penting

salah dalam

untuk

satu

cabang

suatu

diketahui

dari

organisme.

karena

Ilmu

Hayat

Anatomi

merupakan

(Biologi)

suatu

dasar

yang

spesies

dalam

ikan

mempelajari

jaringan tubuh, penyakit dan parasit, sistematika, dan sebagainya. Bentuk dan letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan dapat saja berbeda

dengan

bentuk

tubuh,

spesies

pola

ikan

adaptasi

lainnya. spesies

Hal

ini

ikan

disebabkan

tersebut

adanya

perbedaan

terhadap

lingkungan

anatomis

pada

tempat

mereka hidup, atau stadia dalam hidup spesies tersebut. Beberapa antara

lain:

makanan,

organ

otak,

limpa,

yang

rongga

dapat

mulut,

kelenjar

diamati

insang,

kelamin,

secara

jantung,

gelembung

hati,

renang,

empedu, dan

tubuh

alat

lain-lain

ikan

pencernaan (Gambar

29

dan 30). Ada

dua

tindakan

pengamatan

yang

dilakukan

untuk

mengamati

anatomis

ikan yaitu: a. Inspectio = mengamati dengan tidak mempergunakan alat bantu. b. Sectio = membuka dinding badan untuk mengamati bagian dalam tubuh ikan. Agar berada ikan-ikan

organ-organ

pada yang

posisi

yang

diamati

masing-masing,

telah

diawetkan

berada maka

pada

kondisi

sebaiknya

sebelumnya.

Jika

yang

ikan

yang

sampel

ikan

baik

dan

diamati telah

tetap adalah

diawetkan

maka organ-organ yang lunak dan mudah rusak seperti otak, jantung, hati, dan lain-lain, dilakukan

telah

menggumpal

pembedahan.

atau

Bahan

mengeras

pengawet

dan

yang

tidak

akan

digunakan

terganggu pada

adalah

larutan

saat

formalin

10%.

82

Gambar 29. Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)

83

Gambar 30. Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes (Affandi et al., 1992)

84

C. Prosedur Pembedahan Untuk melakukan pembedahan yang baik haruslah dilakukan dengan urutan sebagai berikut (Gambar 31): 1. Ikan yang akan diamati, diletakkan di atas papan bedah atau baki bedah dengan kepala menghadap ke sebelah kiri dan bagian punggung terletak di bagian atas. 2. Dengan menggunakan pisau atau gunting yang tajam dibuat sayatan membujur, dimulai dari pertengahan mulut kemudian terus ke arah bagian atas kepala sehingga otak akan tampak. 3. Jika sayatan telah melewati daerah tengkuk (kuduk) maka penyayatan

4.

5.

6.

7.

harus dilakukan dengan hati-hati agar ujung pisau tidak melewati dasar tulang punggung. Hal ini dimaksudkan agar organ yang berada di bawah tulang punggung tidak terganggu. Penyayatan atau pembedahan harus diarahkan ke bagian bawah pada saat pisau bedah telah mendekati bagian ekor. Ujung sayatan kemudian berakhir di daerah belakang anus. Dengan menggunakan gunting bedah, bagian dasar tubuh (dasar perut) kemudian digunting mengarah ke bagian depan sehingga otot-otot yang membungkus organ-organ dalam dapat dibuka secara keseluruhan. Bagian yang dikelupas (telah dibuka) hanya bagian sebelah depan saja sehingga dengan demikian letak organ dalam, mulai dari organ-organ yang terletak di bagian kepala sampai ke organ-organ yang terletak di bagian belakang, akan nampak jelas terlihat. Organ-organ yang tidak nampak dalam preparat dapat dicari dengan cara menelusuri dan membandingkannya dengan pustaka.

D. Istilah-istilah Anatomi Beberapa istilah anatomi yang sering ditemukan adalah: - cranial = ke arah kepala - caudal = ke arah ekor - superior = ke arah atas (atas) - inferior = ke arah bawah (bawah) - dorsal = ke arah punggung - ventral = ke arah perut

85

Gambar 31. Prosedur pembedahan tubuh ikan (Andy Omar, 1987)

86

-

abdominal

= ke arah dalam perut

-

thoracal

= ke arah dada

-

anterior

= ke arah muka

-

posterior

= ke arah belakang

-

dexter

= sebelah kanan

-

sinister

= sebelah kiri

-

lateral

= ke arah sisi/samping

-

medial

= ke arah tengah

-

proximal

= lebih mendekati ke arah batang tubuh

-

distal

= lebih menjauhi ke arah batang tubuh

Untuk

menentukan

kedudukan

atau

posisi

organ-organ,

maka

badan

ikan

garis

tengah

dan

dapat dibagi atas bidang-bidang (Gambar 32) sebagai berikut: -

Bidang

medial,

yaitu

bidang

yang

jalannya

memotong

berjalan dari bagian dorsal ke ventral -

Bidang

sagittal,

yaitu

bidang

yang

jalannya

sejajar

dengan

bidang

median,

di sebelah kanan dan kiri garis tengah -

Bidang frontal,

yaitu bidang yang jalannya tegak lurus bidang median dan

memotong bidang median dengan sudut 90º dari cranial ke caudal. -

Bidang transversal, yaitu bidang yang jalannya tegak lurus bidang frontal.

E. Gelembung Berenang Pada

beberapa

natatoria

=

hidrostatik,

ikan

tertentu

pneumatocyst). untuk

ditemukan

Gelembung

menentukan

gelembung

berenang

tekanan

air

berenang

berfungsi

sehubungan

(vesica

sebagai

dengan

alat

kedalaman

perairan. Pneumatocyst ventral dari oval

ren,

dengan

terdapat aorta

warna

di

bagian

abdominalis,

keputih-putihan,

dorsal

dan

rongga

columna

terdiri

atas

badan,

yaitu

di

vertebralis. Umumnya dua

bagian

yang

sebelah berbentuk

tidak

sama

besar. Dari bagian anterior, tepat di perbatasan antara bagian anterior dan bagian posterior, esophagus.

keluar Saluran

sebuah ini

saluran

disebut

yang

ductus

menghubungkan

pneumaticus

dan

pneumatocyst berfungsi

dengan

sebagai

jalan

keluar masuknya udara ke dalam pneumatocyst (Gambar 33).

87

Gambar 32. Berbagai posisi tubuh ikan (Andy Omar 1987)

Gambar 33. Gelembung berenang (Bond, 1979)

88

Berdasarkan

ada

tidaknya

ductus

pneumaticus,

ikan-ikan

dapat

dibedakan

atas dua golongan yaitu: -

Physostomi,

adalah

ikan-ikan

yang

memiliki

ductus

pneumaticus,

misalnya

ikan karper (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758) -

Physoclysti,

adalah

ikan-ikan

yang

tidak

memiliki

ductus

pneumaticus,

misalnya ikan mujair (Oreochromis mossambicus (Peters, 1852))

F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). carilah

Selanjutnya,

lima

jenis

ikan

setiap yang

kelompok

melakukan

termasuk

golongan

penelusuran physostomi

pustaka dan

dan

physoclisti.

Presentasikan tugas tersebut di dalam kelas.

G. Daftar Pustaka Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Biologi

Ichthyologi.

Perairan.

Jurusan

Fakultas

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer,

1977.

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

89

VII. SISTEM INTEGUMEN

A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar

mahasiswa

mampu

mengenali

beberapa

organ

kelengkapan

tubuh

yang terdapat pada bagian integumen 2. Agar mahasiswa mampu mengenali bagian-bagian dan membedakan jenisjenis sisik pada ikan. 3. Agar

mahasiswa

mampu

mengenali

dan

menunjukkan

posisi

derivat-derivat

ikan

yang

terletak

paling

luar.

dari

kulit

kulit lainnya pada tubuh ikan.

B. Kulit dan Derivat Kulit Integumen integumen

merupakan

atau

Derivat-derivat

systema

kulit

bagian

tubuh

integumentum

tersebut

adalah

terdiri

sisik,

jari-jari

sirip,

dan scute

Sistem

derivat-derivatnya. (skut),

keel

(kil),

kelenjar lendir, dan kelenjar racun.

1.

Kulit Kulit

merupakan

pembungkus

luar

dan

berfungsi

sebagai

alat

pertahanan

pertama terhadap serangan penyakit serta juga dapat mencegah pengaruh faktorfaktor luar

terhadap

tubuh

ikan.

Dalam

beberapa

hal,

kulit

juga

dapat

berfungsi

sebagai alat respirasi, alat ekskresi, dan alat osmoregulasi. 2.

Sisik (squama) Ada

ikan

yang

mempunyai

sisik,

tetapi

ada

juga

yang

tidak

memiliki.

Umumnya, ikan-ikan yang tidak bersisik mempunyai lapisan lendir yang lebih tebal pada bagian kulitnya dibandingkan ikan-ikan yang memiliki sisik. Sisik dimana

yang

satu

terdapat

sisik

di

menutupi

sebelah

bawah

sebagian

sisik

epidermis di

tersusun

belakangnya.

seperti

Bagian

genteng

sisik

yang

tampak dari luar yaitu yang tidak tertutup oleh sisik lain disebut ‘exposed part’ (bagian terbuka), sedangkan bagian yang tidak tampak karena tertutup oleh sisik di

depannya

disebut

‘embedded

part’

(bagian

tertutup).

Bagian

yang

terbuka

tersebut merupakan bagian posterior dari sisik dan pada bagian ini terdapat butirbutir zat

warna

(pigmen,

chromatophora),

sedangkan

pada

bagian

yang

menempel pada kulit (bagian anterior) tidak memiliki pigmen.

90

Sel-sel bintang,

pigmen

yang

mengandung

dijumpai

terdapat

pigmen

kristal-kristal

hitam

guanin

pada

sisik

yang

disebut

yang

ikan

tampak

umumnya

melanophora.

mengkilap,

pelangi, yang terdapat

di dalam guanophora (iridocyt), serta

dan

(Gambar

garis-garis

disebut

garis

garis-garis

radiair

pertumbuhan.

konsentris

ini

34).

Di

Garis-garis

daerah

digunakan

konsentris

ugahari

sebagai

alat

berbentuk

itu,

kebiru-biruan

juga

seperti

garis-garis konsentris pada

(temperate, untuk

Selain

seperti

sisik

ikan

bermusim

menduga

umur

juga

empat), ikan

dan

disebut annulus (jamaknya: annuli). Sisik ikan dapat dibedakan atas lima tipe, yaitu (Gambar 35): a.

Cosmoid,

umumnya

terdapat

pada

ikan-ikan

primitif,

misalnya

Latimeria

chalumnae. b.

Ganoid, lapisan

berbentuk basal

menyerupai

yang

homolog

kubus dengan

dan

terdiri

atas

dua

sentin

dan

dibuat

lapisan,

yaitu

corium

serta

oleh

lapisan luar yang homolog dengan email dan terdiri atas guanin dan dibuat oleh epidermis. Sisik ini ditemukan pada ikan sturgeon. c.

Placoid, berbentuk belah ketupat, pipih dengan bentuk seperti duri mencuat di

tengah-tengahnya

dijumpai

pada

dan

ikan-ikan

menghadap bertulang

ke

rawan

belakang

(caudal).

(Chondrichthyes),

Banyak

misalnya

ikan

cucut. d.

Cycloid

(sisik

lingkaran),

dan

garis-garis

konsentris pigmen

melanophora.

berbentuk radiair,

bulat

pipih

mengandung

Ditemukan

pada

dengan

kristal-kristal

ikan-ikan

garis-garis guanin

berjari-jari

dan lemah

(Malacopterygii), misalnya ikan mas, ikan hampal, dan sebagainya. e.

Ctenoid (sisik sisir), bentuknya agak mirip dengan sisik cycloid, tetapi pada bagian pada

posterior ikan-ikan

terdapat berjari-jari

‘ctenii’ keras

(duri

halus

berupa

(Acanthopterygii),

rigi-rigi).

misalnya

ikan

Ditemukan tambakan,

ikan tawes, ikan belanak, dan lain-lain. 3. Jari-jari Sirip (Radialia) Setiap

sirip

disusun

oleh

selaput

yang

terdiri

atas

jaringan

lunak

yang

disebut membrana dan rangka yang terdiri atas jaringan tulang atau tulang rawan (cartilago)

yang

dan

juga

ada

disebut yang

jari-jari

tidak,

sirip

tergantung

atau pada

radialia.

Ada

jenisnya.

radialia

Radialia

ini

yang

bercabang

bersendi

pada

suatu basalia. Pada sirip yang letaknya di median, basalia berhubungan langsung

91

Gambar 34. Bagian-bagian sisik ikan (Andy Omar, 1987)

92

Gambar 35. Jenis-jenis sisik ikan (Bond, 1979)

93

dengan ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), yaitu pada spina neuralis atau pada spina haemalis. Sebaliknya, pada sirip yang lain, basalia bersendi pada tulang lain yang disebut cingulum. Pada pinna caudalis, basalia berhubungan langsung dengan spina vertebra caudalis. Jari-jari sirip pada ikan dapat dibedakan atas (Gambar 36): a. Jari-jari keras, dengan ciri-ciri: sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbukubuku. Jari-jari keras ini dapat berupa cucuk, duri, atau patil. b. Jari-jari lemah, mempunyai ciri-ciri: mudah dibengkokkan, berbuku-buku, nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya. c. Jari-jari lemah mengeras, dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan. 4. Lendir Lendir pada ikan dihasilkan oleh kelenjar lendir yang terdapat pada bagian epidermis kulit. Kelenjar ini menghasilkan mucin (glikoprotein) yang jika bercampur dengan air akan membentuk lendir. Fungsi lendir pada ikan antara lain: a. untuk mengurangi gesekan b. untuk mencegah infeksi c. untuk mencegah kekeringan d. untuk mempertahankan diri e. untuk membantu dalam proses reproduksi f. untuk osmoregulasi 5.

Kelenjar Racun Pada beberapa jenis ikan terdapat kelenjar racun yang merupakan derivate dari kulit. Kelenjar ini akan mensekresikan zat yang bila disuntikkan kepada manusia akan menyebabkan rasa sakit, bahkan dapat menimbulkan kematian. Beberapa contoh ikan yang mempunyai kelenjar racun adalah: a. Cucut (Heterodontus francisci (Girard, 1855)), memiliki kelenjar racun pada duri sirip punggung. b. Pari (Pteroplatytrygon violacea (Bonaparte, 1832)), memiliki kelenjar racun pada duri yang terdapat di sirip ekor. c. Sembilang (Plotosus lineatus (Thunberg, 1787)), memiliki kelenjar racun pada duri di bagian kepala.

94

Gambar 36. Jari-jari sirip (Andy Omar, 1987)

95

C. Ikan Beracun Ikan beracun adalah ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau anggota tubuh ikan itu dimakan oleh manusia. Secara umum, ikan beracun (poisonous fishes) ditujukan kepada ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun secara keseluruhan, bersifat toksik (beracun). Ikan berbisa (venomous fishes) biasanya terbatas hanya pada ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan menyebarkan racun tersebut pada saat menggigit atau menusuk korbannya. Kenyataannya, semua ikan berbisa adalah beracun tetapi tidak semua ikan beracun adalah berbisa. Ikan-ikan yang secara nyata mempunyai organ berbisa (venom apparatus) disebut phanerotoxic, sedangkan ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung racun disebut cryptotoxic. Ikan-ikan beracun dapat dibedakan atas: a. Ichthyosarcotoxic fishes = ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot, viscera, atau kulit b. Ichthyootoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya pada gonad. Umumnya pada ikan-ikan air tawar. Termasuk ikan-ikan yang mempunyai telur-telur yang beracun. c. Ichthyohemotoxic fishes = ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam darahnya. Ditemukan pada belut air tawar dan beberapa ikan laut. d. Ichthyocrinotoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan

racun

melalui

sekresi kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa. Misalnya boxfishes, trunkfishes, hagfishes, dan lampreys, yang seluruhnya memproduksi substansi beracun pada kulitnya dan kadang-kadang melepaskan racun tersebut ke lingkungan perairan tempat mereka ditemukan. Ichthyosarcotoxism

adalah

peristiwa

keracunan

akibat

memakan

ikan

yang

mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran tubuhnya. Meliputi antara lain: ciguatera poisoning, tetraodon poisoning, scombroid poisoning, clupeoid poisoning, elasmobranch poisoning, hallucinatory poisoning, cyclostomes poisoning, chimaera poisoning, dan gempylid poisoning. Ichthyocrinotoxism adalah peristiwa pada kulitnya.

keracunan

akibat

terserang

oleh

ikan-ikan

yang

memiliki

racun

96

Ciguatera poisoning adalah peristiwa keracunan ikan yang menimbulkan gangguan pada alat pencernaan dan syaraf. Merupakan sebuah bentuk rasa mabuk yang menimbulkan rasa mual, muntah, sakit perut, panas dingin, dan mati rasa pada mulut. Gejala-gejala lainnya termasuk sakit kepala, kejang, pusing atau pening, dan kadang-kadang kulit tangan dan kaki melepuh. Istilah ini pertama kali dipakai pada peristiwa keracunan yang disebabkan oleh Livona picta, sejenis cacing laut, di Laut Karibia. Ciguatera poisoning

umumnya

disebabkan

oleh

ikan-ikan

yang

hidup

di

terumbu karang daerah tropis dan ikan-ikan laut yang semipelagis; hidup di dasar tetapi jarang ditemukan pada kedalaman 200 kaki; di antara 35°LU dan 34°LS; pemakan alga bentik, ikan bentik, atau organisme bentik lainnya, dan jarang yang bersifat plankton-feeder. Ada sekitar 440 spesies ikan laut yang bersifat ciguatoxic. Racun ini juga ditemukan pada beberapa Echinodermata, Moluska, dan Arthropoda, yang hidup di laut. Sebagian besar ikan laut di perairan tropis dapat menyebabkan ciguatera poisoning, walaupun beberapa spesies dapat bersifat toksik di lokasi geografis tertentu sedangkan di lokasi lainnya tidak. Ikan-ikan yang sering menyebabkan ciguatera poisoning antara lain adalah: morays (Muraenidae), barracuda (Sphyraenidae), snappers (Lutjanidae), groupers (Serranidae), jack (Carangidae), milkfish (Chanidae), tarpons (Elopidae), herrings (Clupeidae), anchovies (Engraulidae), lizardfishes (Synodontidae), conger eels (Congridae), flyingfishes (Exocoetidae), squirrelfishes (Holocentridae), surgeonfishes (Acanthuridae), butterflyfishes (Chaetodontidae), mackerels dan tuna (Scombridae), trunkfishes (Ostraciidae), puffer (Tetraodontidae), porcupinefishes (Diodontidae), goatfishes (Mullidae), porgies (Sparidae), wrasses (Labridae), parrotfishes (Scaridae). Tetrodotoxin adalah racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan kerabatnya (Tetraodontidae, Diodontidae, dan Molidae). Ovari dan hati merupakan organ yang paling toksik, sedangkan perut dan usus dapat menyebabkan kematian, demikian juga mata dan ginjal. Beberapa spesies ikan buntal mempunyai kulit, jaringan sub-cutaneous, dan testis yang beracun. Struktur kimia tetrodotoxin mirip dengan tarichatoxin, racun yang ditemukan pada kadal air Taricha torosa. Tetraodon poisoning merupakan peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan buntal (viscera, Tetrodotoxin (TTX) disebut juga

khususnya ovari dan puffer poison atau

liver) fugu

dan kerabatnya. poison ditemukan

pada

97

beberapa

puffers,

ocean

sunfishes,

porcupinefishes,

triggerfishes,

spikefishes,

trunkfishes, dan filefishes. Sekitar 75 spesies bersifat racun. Scombroid

poisoning

adalah

peristiwa

keracunan

disebabkan

oleh

makan

ikan tongkol dan cakalang (mackerel, tuna, skipjack, bonito, dan Japanese saury Cololabis dalam aksi

saira).

ototnya, enzim

Jika

ikan

dikenal

dan

scombroid

dengan

bakteri

diawetkan,

istilah

saurine.

pada

saat

ikan

oleh

makan

peristiwa

keracunan

disebabkan

tarpons,

bonefishes

dan

slickheads).

substansi Substansi

mati.

terbentuk

tersebut

Clupeoid

ikan

Toksisitas

beracun

dibentuk

di

oleh

poisoning

merupakan

(herrings,

anchovies,

tembang

racun

berasosiasi

dengan

rantai

yang

disebabkan

oleh

karena

makanan. Beberapa

peristiwa

keracunan

lainnya

memakan ikan antara lain adalah: -

Fish

poisoning

atau

ichthyotoxism

adalah

keracunan

karena

makan

ikan

(bersifat umum). -

Elasmobranch

poisoning

adalah

peristiwa

keracunan

disebabkan

oleh

makan daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan pari. Ikan cucut yang

beracun

sharks

di

antaranya

(Hexanchidae),

adalah

dogfish

requiem

sharks

sharks

(Squalidae),

(Carcharhinidae), dan

mackerel

cow sharks

(Lamnidae). -

Hallucinatory

poisoning

adalah

peristiwa

keracunan

disebabkan

oleh

makan ikan belanak dan kuro -

Cyclostome

poisoning

adalah

peristiwa

keracunan

disebabkan

oleh

makan

disebabkan

oleh

makan

ikan lamprey dan hagfishes. -

Gempylid daging

poisoning ikan

(semacam

lilin)

adalah

peristiwa

famili

Gempylidae.

dalam

konsentrasi

keracunan Daging

yang

tersebut

tinggi.

Wax

mengandung

terdiri

atas

cetyl

wax dan

ester oleyl berasal dari asam oleat dan asam hidroksi-oleat. Berdasarkan

asal

dari

racun

yang

terdapat

di

dalam

tubuh

ikan,

maka

daging

ikan,

tidak

terdapat beberapa istilah berkaitan dengan hal tersebut, antara lain yaitu: -

Ichthyotoxin adalah racun yang berasal dari ikan (secara umum)

-

Ichthyosarcotoxin

adalah

racun

yang

terdapat

pada

termasuk racun-racun yang disebabkan oleh aktivitas bakteri -

Ichthyohemotoxin adalah racun yang terdapat di dalam darah ikan

98

-

Ichthyootoxin adalah racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan

-

Ichthyoacanthotoxin

adalah

racun

yang

disekresikan

oleh

organ-organ

beracun (venom apparatus), seperti spina, alat penyengat, atau gigi ikan. -

Ichthyocrinotoxin dihasilkan

oleh

adalah ikan

racun

hagfishes,

yang

berasal

lampreys,

dari

morays

kelenjar

kulit

(Muraenidae),

yang

soapfishes

(Grammistidae), puffer (Tetraodontidae), dan porcupinefishes (Diodontidae). -

Ostracitoxin

adalah

substansi

racun

yang

berasal

dari

kulit

ikan

Ostracion

lentiginosus (ikan buntal, boxfish atau trunkfish) untuk membunuh ikan atau hewan laut lainnya. Racun ini disebut juga pahutoxin.

Kadar tergantung

racun kepada

yang jenis

terdapat ikan

dan

pada

organ

organnya.

Namun

dalam

ikan

demikian,

berbeda-beda, ovari

dan

hati

merupakan organ-organ yang sangat berbahaya (Tabel 6).

Tabel 6. Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan

D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Selanjutnya, setiap kelompok melakukan penelusuran pustaka dan

99

carilah lima jenis ikan ikan-ikan air tawar yang beracun yang terdapat di lokasi anda. Carilah pula lima jenis ikan-ikan air laut yang beracun. Presentasikan tugas tersebut di dalam kelas.

E. Daftar Pustaka Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Biologi

Ichthyologi.

Perairan.

Jurusan

Fakultas

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Djamali,

A., Burhanuddin, dan M. Hutomo. 1994. Fauna Ikan-ikan Laut Berbisa dan Beracun di Indonesia. Proyek Pemasyarakatan dan Pembudayaan IPTEK, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Halstead,

B.W. 1988. Poisonous and Venomous Marine Second edition. Darwin Press, Darwin. 1168 p.

Animals

Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

of

1977.

to

Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

the

World.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

100

VIII. SISTEM ALAT GERAK A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagian

dari

sebuah urat daging atau otot ikan. 2. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak urat daging atau otot-otot ikan. 3. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagian

dari

rangka ikan. 4. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak dan nama-nama tulang ikan

B. Otot atau Urat Daging Ikan Dibandingkan

dengan

vertebrata

lainnya,

ikan

mempunyai

susunan

otot

yang relatif jauh lebih sederhana. Berdasarkan histologisnya, otot pada tubuh ikan dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu: -

otot licin (smooth muscle)

-

otot bergaris melintang atau otot rangka (skeletal / striated muscle)

-

otot jantung (cardiac muscle)

Berdasarkan

cara

kerjanya,

otot-otot

yang

terdapat

pada

tubuh

ikan

dipengaruhi

oleh

dipengaruhi

oleh

sehingga

setiap

dibedakan atas dua golongan yaitu: -

voluntary

muscle,

yaitu

otot

yang

bekerja

karena

rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka -

involuntary

muscle,

yaitu

otot

yang

bekerja

tanpa

rangsang, misalnya otot licin dan otot jantung

Urat urat

daging

daging

tempat

sehingga

tersebut

dimana

mempunyai

pada

dia

fungsi secara

Untuk

ikan

mempunyai terdapat.

untuk

dengan

hampir

peranan Namun

menggerakkan

keseluruhan

melihat

tersebar

seluruh

atau

fungsi

demikian,

ikan

bagian-bagian

tubuh

tersendiri

secara

bagian-bagian

menyebabkan jelas

di

urat

daging,

dengan

urat

daging

umum

tertentu

mampu

sesuai

dari

bergerak maka

tubuh

ikan

(berenang). perlu

dibuat

sayatan melintang pada tubuh ikan agak ke caudal (potongan tegak lurus melalui tulang punggung). Setelah terpotong dua maka tampaklah otot-otot yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran konsentris. Potongan otot yang berupa lingkaran

101

lingkaran dari

cranial

disebut

ke

coni

myomer oleh

konsentris

disebabkan

caudal

musculi.

atau

suatu

ini

oleh

Coni

myotome.

otot-otot

lapisan-lapisan

musculi

Antara

pembungkus

karena

ini

satu

yang

otot

tersusun

myomer

disebut

tersebut

tersusun

secara

rapi dan

yang

berbentuk

kerucut

secara

segmental

dan

dengan

myomer

myocommata

atau

lainnya

disebut

dipisahkan

myoseptum.

Otot-otot

yang terletak di bagian sebelah kiri dan kanan tubuh dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut

septum

vertical. Oleh

suatu

sekat yang disebut

septum

horizontale

atau horizontale skeletogenous septum, otot-otot pada tubuh ikan terbagi atas dua daerah yaitu (Gambar 37): -

musculi

dorsalis

atau

musculi

epaxialis,

yaitu

kumpulan

otot-otot

yang

yaitu

kumpulan

otot-otot

yang

terdapat di sebelah dorsal septum horizontale -

musculi

ventralis

atau

musculi

hypaxialis,

terletak di sebelah ventral septum horizontale

Pada dan

daerah

banyak

septum

mengandung

horizontale lemak

terdapat

yang

jaringan

disebut

mud

otot

stripe

berwarna

(red

merah

muscle)

atau

musculus lateralis superficialis. Jika

dilihat

dari

arah

lateral

maka

bentuk

otot-otot

bergaris

melintang

(lateral skeletal musculature) dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu (Gambar 38): -

tipe cyclostomine, ditemukan pada ikan-ikan Agnatha

-

tipe piscine, didapatkan pada Chondrichthyes dan Osteichthyes Otot-otot

yang

terdapat (Gambar

pada

bagian

kepala

pada

bagian

punggung

pada 39),

(Gambar

tubuh pada

41),

ikan

bagian

pada

sirip

Osteichthyes di

bawah

dada

dapat

kepala

(Gambar

ditemukan

(Gambar

42),

pada

40), sirip

perut (Gambar 43), dan pada sirip ekor (Gambar 44). Pada ikan Chondrichthyes, otot-otot

tersebut

dapat

dibedakan

atas:

otot-otot

appendicular,

otot-otot

branchiomeric, dan otot-otot hypobranchial (Gambar 45 dan 46).

102

Gambar 37. Penampang melintang otot ikan (Andy Omar, 1987)

103

Gambar 38. Tipe otot pada ikan (Andy Omar, 1987)

104

Gambar 39. Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)

Gambar

40.

Otot-otot pada Omar, 1987)

bagian

di

bawah

kepala

ikan

Osteichthyes

(Andy

105

Gambar 41. Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)

106

Gambar 43. Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)

Gambar 44. Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)

107

Gambar

Gambar

45.

46.

Otot-otot appendicular (Wischnitzer, 1972)

Otot-otot

dan

hypobranchial

branchiomeric

pada

ikan

pada

ikan

Chondrichthyes

Chondrichthyes

(Wischnitzer,

1972) 108

C. Sistem Rangka Yang termasuk ke dalam sistem rangka antara lain tulang belakang, tulang sejati, tulang rawan, jaringan pengikat (connective tissue), sisik-sisik, komponenkomponen gigi,

jari-jari

sirip,

dan

penyokong

sel

pada

sistem

saraf.

Rangka

merupakan struktur yang berfungsi sebagai penyokong tegaknya tubuh dan dapat dibedakan atas: -

rangka luar (exoskeleton), berupa sisik (squama)

-

rangka

dalam

(endoskeleton),

berupa

tulang-tulang

yang

menyusun

rangka

tubuh ikan Tulang

banyak

mengandung

sebagainya.

Pada

ikan

sebenarnya

berasal

dari

garam

bertulang tulang

sejati

rawan.

kalsium,

fosfor,

(Osteichthyes),

Proses

magnesium,

tulang

dan

yang

keras

dari

tulang

pembentukan

tulang

seperti

jantung,

rawan menjadi tulang sejati disebut osifikasi. Rangka pada ikan mempunyai fungsi antara lain: -

memberi bentuk kepada tubuh

-

sebagai penunjang tubuh

-

melindungi

bagian

tubuh

sebelah

dalam,

otak,

hati,

alat

pencernaan, dan lain-lain -

menghasilkan garam kalsium

-

sebagai alat gerak pasif

-

sebagai salah satu tempat pembuatan darah

-

berfungsi sebagai alat penyalur sperma pada beberapa jenis ikan tertentu

Berdasarkan

jenisnya,

rangka

tulang

dapat

dibedakan

atas

dua

golongan,

yaitu: -

osteum (tulang sejati, tulang benar), yaitu tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Osteichthyes

-

cartilago

(tulang

rawan),

golongan

Chondrichthyes

yaitu dan

tulang-tulang

juga

ikan

yang

terdapat

Osteichthyes

yang

pada

ikan

masih

muda

dan

tulang

Berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dapat dibedakan atas: -

rangka

axial,

terdiri

dari

tulang

tengkorak,

tulang

punggung,

rusuk

109

-

rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya

-

rangka

appendicular,

yaitu

rangka

anggota

badan,

seperti

jari-jari

sirip

dan

tulang-tulang penyokongnya. Untuk preparat

mengamati

tulang.

rangka

Preparat

ikan

tulang

secara

dibuat

umum,

dari

terlebih

ikan

yang

dahulu

harus

dibuat

berukuran

cukup

besar

sehingga memudahkan dalam pembuatannya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk membuat preparat tulang, yaitu:

a. Cara fisik Ikan termasuk dengan tidak

Teleostei sisik-sisik

air

ikan

panas

rapuh.

yang

Otot-otot pinset

pada

tulang,

dibersihkan

tidak

mengalami

besar

tersebut

secara

menggunakan

agak

ada.

perlahan-lahan

yang

dan

jika

(misalnya

terdapat

pisau.

Jika

dengan

pembusukan

Setelah diperoleh

pada

tubuh

masih

ada

rangka

cakalang)

bersih,

agar

menggunakan

maka

ikan

tersebut

siramlah

rangka ikan

yang

yang

Agar

ikan

bagus

dibersihkan

otot-otot

sikat.

dibersihkan,

dicelupkan

ke

dan

dengan

tersisa

otot-otot

itu

melekat

yang

tersisa

dalam

larutan

formalin selama 5 – 7 jam. Diusahakan agar pada saat merendam rangka tersebut keadaan

preparat

dalam

keadaan

lurus

seperti

sebelum

diberikan

perlakuan.

Rangka hasil pengawetan tersebut dijemur di bawah sinar matahari selama 5 – 7 hari

sambil

dibersihkan

potongan-potongan maka

potongan

perekat.

jika

tulang tersebut

Preparat

yang

masih

ada

yang

terlepas

ditempel

pada

sudah

selesai

otot-otot

kecil

yang

selama

proses

tempatnya

semula

sebaiknya

disimpan

melekat.

Jika

ada

penyikatan/penjemuran dengan di

menggunakan

dalam

kotak

agar

tidak terganggu.

b. Cara kimiawi Ikan yang sudah bersih dan tidak bersisik lagi direbus selama 3 – 5 menit dalam

panci

yang

berukuran

besar

agar

posisi

ikan

tersebut

tidak

bengkok.

Setelah direbus, ikan tersebut direndam dalam larutan NaOH 4% selama 8 – 12 jam

sampai

daging

ikan

tersebut

mudah

dikelupas.

Jika

masih

sulit

terkelupas,

ikan tersebut direndam kembali ke dalam larutan NaOH yang lebih encer. Setelah otot-otot

ikan

tersebut

terkelupas,

rangka

preparat

disimpan

pada

wadah

yang

aman.

110

c. Cara biologis Pembuatan

rangka

ikan

secara

biologis

dilakukan

dengan

membiarkan

ikan

membusuk secara alami sehingga otot-ototnya habis dimakan oleh binatangbinatang kecil. Ikan sampel yang akan diambil rangkanya ditanam ke dalam tanah agar bau busuk tidak menyebar. Setelah satu minggu, preparat tersebut diamati apakah otot-ototnya telah mengalami pembusukan atau belum. Jika proses pembusukan berjalan sempurna maka yang tersisa hanyalah tulang-belulangnya. Untuk pembersihan selanjutnya digunakan sikat. Agar rangka tersebut aman, preparat tersebut disimpan di dalam kotak, diikat atau direkat supaya tidak bergerak-gerak. Secara umum untuk mengamati sistem rangka maka dapat dibedakan atas rangka secara umum (Gambar 47), tulang-tulang tengkorak (Gambar 48, 49, 50, dan 51), dan tulang belakang atau vertebra (Gambar 52). D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10 menit tentang mekanisme pergerakan otot ikan pada saat berenang dan mengapa otot disebut alat gerak pasif dan tulang disebut alat gerak aktif? E. Daftar Pustaka Affandi,

R.,

Alamsjah,

D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen

Andy

Biologi Bogor.

Perairan.

Fakultas

Perikanan.

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Institut

Ichthyologi.

Pertanian

Jurusan

Bogor,

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.

111

Gambar 47. Rangka ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)

Gambar 48. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)

112

Gambar 49. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal (Chiasson, 1980)

113

Gambar 50. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral (Chiasson, 1980)

Gambar 51. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal (Chiasson, 1980)

114

Gambar 52. Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan (Andy Omar, 1987) Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer,

1977.

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

115

IX. SISTEM PENCERNAAN

A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui posisi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya. 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi kelenjar pencernaan B. Alat Pencernaan Pencernaan pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Fungsi alat pencernaan adalah untuk menghancurkan zat makanan (molekul makro) menjadi zat terlarut (molekul mikro) sehingga zat makanan tersebut mudah diserap dan kemudian dapat digunakan pada proses metabolisme di dalam tubuh ikan. Proses pencernaan pada ikan terjadi dalam dua bentuk yaitu secara fisik yang terjadi di dalam rongga mulut dan lambung, dan secara kimiawi yang terjadi di dalam lambung dan usus. Alat pencernaan pada ikan sering berbeda antar satu spesies dengan spesies lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pola adaptasi terhadap makanannya. Alat pencernaan yang sering mengalami adaptasi adalah bibir, gigi, mulut, dan saluran pencernaan. Alat pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan yang meliputi mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, duodenum, intestinum, rectum, dan anus; serta kelenjar pencernaan yang terdiri dari hati, empedu, dan pancreas. Setiap alat pencernaan memiliki tugas masing-masing. Mulut berguna untuk menangkap atau mengambil makanan. Adaptasi mulut ikan terhadap makanannya menyebabkan ditemukannya beraneka macam bentuk mulut ikan. Ikan-ikan yang biasanya mencari makanan dengan memangsa jenis ikan lain, umumnya mempunyai mulut yang lebar, sedangkan ikan-ikan yang biasa mengambil makanan dengan jalan mengisap organisme yang menempel pada substrat (perifiton) biasanya mempunyai bentuk bibir yang tebal (misalnya ikan tambakan, Helostoma temmincki). Sebaliknya ikan belanak (Liza sp.) yang

116

mencari makanan di dasar perairan mempunyai bibir yang tebal dan kadangkadang mulutnya dapat disembulkan. Rongga makanan.

mulut

Di

berfungsi

untuk

tempat

rongga

mulut

terdapat

dalam

mencabik

atau

gigi-gigi.

memotong-motong

Berdasarkan

letaknya,

terdapat tiga macam gigi pada ikan bertulang sejati, yaitu gigi mulut, gigi rahang, dan gigi pharynx (Gambar 53). Sebaliknya berdasarkan bentuknya, gigi ikan dapat dibedakan

atas:

cardiform

(untuk

merobek),

villiform

(untuk

merobek),

canine

(untuk mencengkeram), incisor, dan molariform (untuk menggerus)(Gambar 54). Lambung terdapat

merupakan

kelenjar

cairan

ini

yang

tergantung

herbivora

berbeda

mempunyai palsu

beberapa untuk

dengan

merupakan

mempunyai

sedangkan sp.),

proses

yang

pada ikan

lambung

tertentu

lambung

ikan

yang

ikan ada

usus

bagian

berbentuk seperti

lambung

mengalami

modifikasi.

makanan

gizzard

55).

Gizzard

(Gambar

lambung

sangat

Lambung

merupakan

yang

lambung ikan

(Gambar

55),

(Gambar ikan

56).

Pada

belanak

(Liza

berfungsi

mempunyai

tidak

Umumnya

tabung

Pada

ikan

herbivora

depan.

kantung

menjadi

dimana

Ikan

seperti

dindingnya

lambung

tersebut. maka

berbentuk

modifikasi

asam

carnivora.

kalaupun

Pada

anatomi

omnivora

mengalami

menggiling

makanan

penggelembungan

dan

Bentuk

kebiasaan

sebenarnya,

makanan.

enzim

pencernaan.

lambung

ikan

penampungan

menghasilkan

kepada

lambung

yang

carnivora

dapat

membantu

bervariasi

tempat

sebagai

dinding

alat

(lapisan

otot) yang lebih tebal dibanding dengan dinding lambung biasa. Pada ikan cucut, usus

mengalami

(spiral

valve).

modifikasi Dengan

dimana

adanya

pada

spiral

bagian

valve

dalamnya

ini,

daerah

membentuk

spiral

penyerapan

zat-zat

makanan yang telah dicerna semakin luas (Gambar 57). Pylorus

terletak

setelah

lambung,

berperan

dalam

mengatur

keluarnya

makanan yang dicerna di lambung dan masuk ke dalam usus. Sedangkan usus merupakan

tempat

selanjutnya

sisa

mempunyai

lambung,

proses

makanan

penyerapan dibuang

pencernaan

zat

melalui

yang

makanan anus.

intensif

ikan-ikan

herbivora

memiliki

usus

yang

tubuhnya,

sedangkan

ikan-ikan

carnivora

Ikan-ikan

terjadi

panjangnya

memiliki

yang

usus

di

telah

tercerna,

herbivora

dalam

usus.

beberapa yang

yang

pendek

dan tidak

Umumnya

kali atau

panjang sangat

pendek bila dibandingkan dengan panjang tubuhnya.

117

Gambar 53. Letak gigi pada ikan Osteichthyes (Bond, 1979)

Gambar 54. Bentuk-bentuk gigi ikan (Lagler et al., 1977)

118

Gambar 55. Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard (Afandi et al., 1992)

Gambar 56. Alat pencernaan ikan omnivora (Affandi et al., 1992)

119

Gambar 57. Alat pencernaan ikan cucut (Wischnitzer, 1972)

120

C. Sistem Pencernaan Sistem pencernaan ikan umumnya terdiri dari: a. Saluran pencernaan (tractus digestivus), Walaupun hampir

bentuk

sama,

saluran

tetapi

pencernaan

masih

dapat

ikan

dari

dibedakan

depan

sampai

masing-masing

ke

belakang

bagian,

sebagai

berikut: -

rongga mulut (cavum oris), pada rahangnya terdapat gigi-gigi kecil.

-

lidah

(lingua),

banyak

melekat

mengandung

pada

dasar

kelenjar

lendir

mulut

dan

(glandula

tidak

dapat

mucosa)

tetapi

lanjutan

rongga

digerakkan,

tidak

memiliki

kelenjar ludah (glandula salivales). -

pangkal

tenggorokan

(pharynx),

merupakan

mulut

yang

lanjutan

dari

terdapat di daerah sekitar insang. -

kerongkongan

(esophagus),

sangat

pendek

dan

merupakan

pharynx, berbentuk seperti kerucut dan terdapat di belakang daerah insang. -

ventikulus saluran jelas.

(lambung),

merupakan

memanjang yang agak Pada

beberapa

tonjolan-tonjolan (appendices permukaan

pyloricae). dinding

dari

membesar.

spesies

berbentuk

lanjutan

tertentu,

kantong

Kantong

ventrikulus

agar

dan

Batas dengan usus

di

bagian

buntu

buntu

esophagus

akhir

yang

ini

berguna

pencernaan

dan

tidak terlalu

ventrikulus

disebut

berupa

terdapat

pyloric

untuk

caeca

memperluas

penyerapan

makanan

dapat berlangsung lebih sempurna. -

usus

(intestinum),

berbentuk

seperti

pipa

panjang

yang

berkelok-kelok

dan

sama besarnya, berakhir dan bermuara keluar pada lubang anus. Usus ini diikat

oleh

suatu

alat

penggantung

yang

disebut

mesenterium,

yang

merupakan derivat dari pembungkus rongga perut (peritonium). b. Kelenjar pencernaan (glandula digestoria) -

hati

(hepar),

bentuknya

besar,

berwarna

merah

kecoklat-coklatan,

letaknya

di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus. -

kantong

empedu

berwarna

kehijau-hijauan,

saluran empedu

yang

(vesica

disebut

berfungsi

fellea),

terletak

ductus

untuk

bentuknya

pada

cysticus

menampung

bagian yang dan

bulat depan

bermuara

bila dari pada

berisi hati,

penuh,

mempunyai

usus.

Kantong

menyimpan empedu (bilus) dan

121

mencurahkannya

ke

dalam

usus

bila

diperlukan.

lain

yang

Empedu

berguna

untuk

mencernakan lemak.

Suatu pada

kelenjar

ikan

melekat

karena

pada

pencernaan bersifat

mesenterium

mikroskopis. di

antara

disebut

Limpa

usus

atau

dan

pancreas lien

gonad,

tidak

berwarna tidak

ditemukan merah

masuk

ke

tua, dalam

sistem pencernaan melainkan termasuk dalam systema reticulo-endothelia. Secara

garis

besarnya,

perbedaan

antara

struktur

alat

pencernaan

ikan

herbivora dan ikan carnivora adalah: a. Untuk ikan herbivora: -

gigi tumpul dan kadang-kadang halus

-

tidak

memiliki

lambung

tetapi

usus

bagian

depan

membesar

membentuk

lambung palsu -

panjang usus beberapa kali panjang tubuhnya

-

tapis insang panjang dan rapat

b. Untuk ikan carnivora: -

gigi runcing (gigi taring)

-

lambung memanjang

-

panjang usus sama atau lebih pendek daripada panjang tubuhnya

-

tapis insang pendek dan tidak rapat

D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok),

kemudian

masing-masing

kelompok

mempresentasikan

selama

10

menit proses pencernaan pada ikan secara fisik dan kimiawi.

E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah,

Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

122

Alamsjah,

Andy

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Omar,

S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Ichthyologi.

Jurusan

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler,

K.F.,

J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B.

and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer,

1977.

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

123

X. SISTEM PERNAPASAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

apa

yang

dimaksud

dengan sistem pernapasan. 2. Agar

mahasiswa

mampu

mengenali

bagian-bagian

dari

organ

pernapasan

dan

pelepasan

dan alat pernapasan tambahan.

B. Organ Pernapasan Pernapasan karbon

merupakan

dioksida

diperlukan

oleh

organ

proses

suatu

pernapasan.

pengambilan

organisme Pada

ikan,

oksigen

hidup.

Untuk

dapat

proses

pernapasan

bernapas

umumnya

maka

dilakukan

dengan menggunakan insang (branchia). Insang lainnya.

ikan

Pada

juga

stadia

mengalami

larva,

insang

perkembangan

belum

sempurna

sebagaimana dan

belum

organ-organ

dapat

berfungsi.

Untuk dapat bernapas, larva ikan biasanya menggunakan kantung telur (yolk sac) atau pada beberapa ikan tertentu menggunakan insang luar (Gambar 58). Setiap insang ikan terdiri dari beberapa bagian, yaitu (Gambar 59): -

Filamen

insang

(hemibranchia

=

gill

filament),

berwarna

merah,

terdiri

dari

jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air. -

Tulang

lengkung

melekatnya darah

insang

filamen

(arteri

dan

afferent

(arcus tapis

dan

branchialis insang,

arteri

=

gill

berwarna

efferent)

arch),

putih,

yang

merupakan

dan

tempat

memiliki

memungkinkan

saluran

darah

dapat

keluar dan masuk ke dalam insang. -

Tapis insang (gill rakers), berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang pendek

dan

insang,

berfungsi untuk

pemakan sesuai

sedikit

plankton,

bergerigi,

tapis

melekat

menyaring air insangnya

dengan fungsinya sebagai

pada

bagian

pernapasan.

rapat

dan

depan

dari

lengkung

Pada ikan-ikan

herbivore

ukurannya

alat penyaring makanan.

panjang.

Hal

ini

Sedangkan pada

ikan-ikan carnivora, tapis insang tersebut jarang-jarang dan berukuran pendek (Gambar 60).

124

Gambar 58. Alat pernapasan pada larva ikan (Affandi et al., 1992)

Gambar 59. Bagian-bagian insang ikan Teleostei (Andy Omar, 1987)

Gambar 60. Insang pada ikan herbivora (A) dan karnivora (B)(Affandi et al., 1992)

125

Ikan-ikan bertulang sejati memiliki insang yang ditutup

oleh penutup insang

(apparatus opercularis). Tutup insang ini terdapat di sebelah kanan dan kiri bagian belakang

dari

kepala,

berbentuk

seperti

setengah

membundar.

Setiap

tutup

insang terdiri atas (Gambar 61): -

Operculum, yang tersusun atas empat potong tulang, yaitu: -

os operculare, merupakan tulang yang paling besar dan letaknya paling dorsal

-

os preoperculare, merupakan tulang kecil yang melengkung seperti sabit dan terletak paling cranial

-

os

interoperculare,

merupakan

tulang

kecil

yang

terletak

di

antara

os

operculare dan os preoperculare -

os suboperculare, merupakan bagian tulang yang terletak paling caudal

Membrana operculum

branchiostega, dan

berakhir

merupakan bebas

di

selaput

tepi

tipis

belakang

yang

dari

melekat

operculum.

pada

Berfungsi

sebagai klep untuk menahan agar supaya air tidak masuk ke dalam rongga insang dari arah belakang. -

Radii branchiostega, merupakan tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral pharynx, dan berfungsi untuk menyokong membrana branchiostega.

Ikan-ikan penutup

insang.

bertulang Insang

rawan ikan

(Chondrichthyes)

tersebut berada

di

tidak

dalam

memiliki

tulang-tulang

rongga dan

berhubungan

keluar melalui celah-celah insang yang berjumlah sekitar 5 – 7 buah (Gambar 62). C. Organ Pernapasan Tambahan Ada beberapa jenis ikan tertentu yang selain bernapas dengan insang juga menggunakan mempunyai forsteri

paru-paru organ

(Krefft,

annectens

paru-paru

1870)),

(Owen,

sebagai adalah

ikan

1839)),

organ

dan

ikan

paru-paru ikan

pernapasannya. paru-paru

Afrika paru-paru

Ikan-ikan

Australia

Timur Amerika

(Neoceratodus

(Protopterus Selatan

yang

annectens (Lepidosiren

paradoxa Fitzinger, 1837). Selain

insang

dan

paru-paru,

beberapa

jenis

ikan

tertentu

memiliki

alat

pernapasan tambahan yang berupa: a. Labyrinth, lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan

derivate

dari lengkung insang.

126

Gambar 61. Tulang penutup insang pada ikan Teleostei (Andy Omar, 1987)

Gambar 62. Celah insang pada ikan cucut (Wischnitzer, 1972)

127

Pada

ikan

betok

(Anabas

testudineus

(Bloch,

1792)),

organ

labyrinth

terletak di bagian atas insang dan terdapat saluran yang menghubungkan labyrinth dan insang (Gambar 63). b. Arborescent organ, berbentuk seperti bunga karang.,Pada ikan lele (Clarias batrachus

(Linnaeus,

1758))

alat

pernapasan

tambahan

ini

terletak

ruang

pharynx,

di

bagian atas depan insang (Gambar 64). c. Diverticula,

lipatan

kulit

pada

bagian

mulut

dan

misalnya

pada ikan gabus (Channa striata (Bloch, 1793))(Gambar 65). d. Alat

pernapasan

tambahan

berupa

tabung,

misalnya

pada

ikan

Heteropneustes microps (Günther, 1864) dan jenis catfish lainnya. e. Dinding bagian dalam dari operculum yang banyak mengandung pembuluh darah, misalnya pada ikan blodok (Periophthalmus kalalo Lesson, 1831).

D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), blodok

kemudian

(Periophthalmus

masing-masing argentilineatus

kelompok

menjelaskan

Valenciennes,

mengapa

1837)

dapat

ikan

bertengger

pada akar-akar pohon bakau. Presentasikan selama 10 menit.

E. Daftar Pustaka Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Biologi

Ichthyologi.

Perairan.

Jurusan

Fakultas

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. 128

Gambar 63. Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus)(Affandi et al., 1992)

Gambar

64.

Organ 1992)

arborescent

pada

ikan

lele

(Clarias

batrachus)(Affandi

et

al.,

129

Gambar

65.

Diverticula 1992)

pada

ikan

gabus

(Ophiocephalus

striatus)(Affandi

et

al.,

130

Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

1977.

Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Introduction

Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

for

to

Comparative

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

131

XI. SISTEM PEREDARAN DARAH

A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

sistem

peredaran

darah atau systema circulatoria. 2. Agar

mahasiswa

mampu

mengenali

dan

menjelaskan

fungsi-fungsi

bagian

dari jantung ikan. B. Jantung Sistim satu

jalur

peredaran sirkulasi

darah

pada

peredaran

ikan

darah.

bersifat

Pada

tunggal,

sistem

artinya

tersebut

hanya

darah

terdapat

mengalir

dari

jantung, menuju ke insang, kemudian ke seluruh tubuh, dan akhirnya kembali lagi ke jantung. Pada sejati

ikan,

jantung

(Osteichthyes)

umumnya

memiliki

terletak

letak

jantung

di

belakang

relatif

lebih

insang. ke

Ikan

depan

bertulang

dibandingkan

dengan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Jantung disusun oleh otot jantung yang

bekerja

terdapat 66)

dan

tidak

sedikit ikan

di

bawah

perbedaan bertulang

pengaruh

antara

rawan

rangsang

struktur

(Gambar

jantung 67).

(involuntary). ikan

Namun

Secara

bertulang demikian,

sejati

anatomis (Gamba

fungsinya

sama

yaitu memompakan darah yang kadar oksigennya rendah menuju ke insang untuk mengikat oksigen dan selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Jantung

terdapat

di

dalam

rongga

pericardium.

Jantung

ini

dibungkus

oleh

terdapat

pada

suatu selaput yang disebut pericardium dan terdiri atas: -

Sinus

venosus,

berdinding

tipis

dan

berwarna

merah

coklat,

bagian caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain. Menerima darah dari vena hepatica dan ductus Cuvier. -

Atrium

(serambi), berdinding tipis dan berwarna merah tua,

bersifat tunggal

dan menerima darah dari sinus venosus. -

Ventikel

(bilik),

berwarna

merah

muda

karena

dindingnya

tebal,

bersifat

tunggal, menerima darah dari atrium. -

Bulbus

arteriosus

(conus

arteriosus),

merupakan

lanjutan

dari

ventrikel,

berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta ventralis.

132

Gambar 66. Struktur jantung Osteichthyes (Chiasson, 1980)

Gambar 67. Struktur jantung Chondrichthyes (Wischnitzer, 1972)

133

C. Darah Darah dan

adalah

bahan-bahan

cairan

yang

tersuspensi.

di

dalamnya

Darah

tersusun

terkandung dari

dua

bahan-bahan

komponen

terlarut

yaitu

plasma

darah dan sel darah. Plasma darah antara lain tersusun atas air, mineral, nutrien, gas terlarut, bagian

enzim, hormon,

yaitu

(leucocyte). granula)

dan

butir

agranulocyte

atas

acidophil,

penyusun

darah

Selanjutnya,

dibedakan yaitu

butir-butir

dan antibodi.

tiga

putih

(yang

tidak

dan

butir-butir

(eryhtrocyte)

darah

komponen

neutrophil,

terbesar

merah

Sel darah dapat dibedakan atas dua

terdiri

darah

putih

atas

butir-butir

granulocyte

memiliki

berdasarkan basophil.

dan

granula).

kemampuannya

Sebaliknya, terdiri

(yang

putih

memiliki

Granulosit

dapat

menyerap

warna,

agranulosit

atas

darah

yang

lymphocyte,

merupakan

monocyte,

dan

thrombocyte (Affandi et al., 1992). Darah mengambil dan

zat

berfungsi sisa-sisa

imunitas

mengandung oksigen,

yang

ke

bagian

selanjutnya dan

beberapa

mengedarkan

metabolisme

haemoglobine

pembentukan Pada

untuk

tubuh

(Hb) akan

pembersihan jenis

untuk

ikan

zat

makanan

dibuang,

yang

memiliki

digunakan

untuk

tertentu,

dilakukan

seluruh

mengedarkan

memerlukannya.

yang

darah

ke

enzim,

Butir

kemampuan

organ

untuk

darah

dibuat

pada

sistem

pembuluh

limfa

bagian

hormon,

darah

proses metabolisme. pada

tubuh,

merah mengikat

Pada

ikan,

(spleen,

lien).

tubuh

lainnya,

misalnya pada dinding usus.

D. Saluran Pembuluh Darah Saluran

pembuluh

darah

atau

darah

dalam

tubuh

ikan

dapat dibedakan atas (Gambar 68 – 76): -

Pembuluh utama, yaitu arteri dan vena, yang terdapat di sepanjang tubuh. Arteri (pembuluh nadi) merupakan pembuluh darah yang mempunyai dinding yang

tebal

membawa

dan darah

kuat

tetapi

meninggalkan

tidak

mempunyai

jantung.

Vena

klep-klep, (pembuluh

berfungsi balik)

untuk

merupakan

pembuluh darah yang berdinding tipis dan mempunyai klep-klep pada setiap jarak tertentu, berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung. -

Pembuluh cabang, yaitu cabang-cabang dari pembuluh utama yang menuju ke kulit, rangka, otot, spina cord (sumsum tulang belakang), organ pencernaan, dan lain-lain.

134

Gambar

68.

Gambar

69.

Sistem peredaran (Chiasson, 1980)

darah

di

Sistem peredaran darah pada Osteichthyes (Chiasson, 1980)

bagian

organ

kepala

dalam

ikan

bagian

Osteichthyes

kanan

ikan

135

Gambar 70. Sistem peredaran (Chiasson, 1980)

Gambar

71.

darah pada organ dalam bagian kiri Osteichthyes

Sistem peredaran (Chiasson, 1980)

darah

pada

aorta

dorsalis

ikan

Osteichthyes

136

Gambar 1980)

Gambar

72.

73.

Sistem

peredaran

darah

Sistem peredaran (Wischnitzer, 1972)

pada

darah

ginjal

pada

ikan

insang

Osteichthyes

ikan

(Chiasson,

Chondrichthyes

137

Gambar

74.

Sistem peredaran (Wischnitzer, 1972)

darah

pada

aorta

dorsalis

ikan

Chondrichthyes

138

Gambar 75. Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan Chondrichthyes (Wischnitzer, 1972)

139

Gambar

76.

Sistem peredaran (Wischnitzer, 1972)

darah

pada

daerah

ginjal

ikan

Chondrichthyes

140

Cabang-cabang organ-organ

pembuluh

tubuh

adalah

darah

kapiler

yang

kontak

darah.

Pada

langsung kapiler

dengan darah

sel-sel inilah

dari terjadi

pertukaran zat, baik bahan nutisi maupun gas.

E. Limfa (Lien) Limfa

berfungsi

dalam

pembentukan

sel

darah

dan

untuk

mengembalikan

darah yang masuk jaringan ke sistim-sistim sirkulasi. Sistem limfatik adalah suatu bagian

penting

dalam

keluar

dari

saluran

selain

mengumpulkan

sirkulasi

darah

dan

limfa

sehubungan masuk

juga

ke

untuk

dengan

dalam

kembalinya

jaringan.

memurnikannya

Fungsi dan

plasma sistem

yang limfatik

mengembalikannya

kepada saluran darah.

F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). terhadap

Setiap ukuran

kelompok dan

jumlah

menjelaskan butir-butir

pengaruh darah

perbedaan

merah

ketinggian

pada

ikan

lokasi

pada

saat

dipresentasikan.

G. Daftar Pustaka Affandi,

R.,

D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.

Andy

Omar,

Biologi

Perairan.

Fakultas

dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Ichthyologi.

Jurusan

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa.

141

Lagler,

K.F.,

J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B.

and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer,

1977.

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

142

XII. SISTEM UROGENITAL A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

apa

yang

dimaksud

dengan sistem urogenital (uropoetica-genitalia) 2. Agar

mahasiswa

mampu

mengenali

organ

yang

berperan

dalam

ekskresi

(ginjal) dan reproduksi (gonad). 3. Agar

mahasiswa

mampu

menjelaskan

perbedaan

antara

gonad

jantan

dan

betina 4. B. Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi) Organ

utama

dari

sistem

pembuangan

sisa-sisa

hasil

metabolisme

adalah

ginjal (ren), tetapi ada juga pembuangan sisa-sisa metabolisme melalui usus dan kulit.

Pada

ikan, pembuangan

sisa-sisa metabolisme

terutama

melalui

insang dan

ginjal. Bahan dan

yang

penguraian dikurangi

yang

dibuang

lainnya

dalam

asam

amino

dengan

cara

tersebut bentuk

dan

sebagian urine.

bersifat

merubahnya

besar

berbentuk

Ammoniak

sangat

toksik.

menjadi

ammoniak

(NH3)

merupakan

hasil

sisa

Toksisitas

NH3

ini

dapat

seperti

urea,

persenyawaan

lain

dari

asam urat, atau trimetil oksida (TMO), atau dengan pengenceran dalam air yang cukup. Organ-organ yang termasuk ke dalam sistem uropoetica adalah: -

Ginjal (ren), terdapat sepasang, berwarna merah kehitaman, terletak di luar ruang

peritoneum,

menempel

di

bawah

tulang

punggung

memanjang

dari

dekat anus ke arah depan hingga ujung rongga perut, bentuknya tidak jelas. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan ammonia dan persenyawaanpersenyawaannya yang non-toksik. -

Ureter

(ductus

mengalirnya dorsal

mesonephridicus

urine

rongga

(air seni)

badan

dan

=

yang menuju

saluran berasal ke

Wolffian),

dari

belakang.

ginjal, Pada

merupakan

tempat

terdapat

di

pinggiran

ikan

jantan,

kedua

saluran ini terlihat merupakan tabung (tubulus) yang pendek, terentang dari ujung belakang ginjal sampai kantung urine, sedangkan pada ikan betina ia menuju ke sinus urogenitalia.

143

-

Kantong urine (vesica urinaria), merupakan lanjutan dari ureter kiri dan kanan, dan

merupakan

tempat

penampungan

urine

sebelum

dikeluarkan.

Pada

beberapa jenis ikan, kantong urine dapat dilihat dengan jelas terletak dekat anus dan bentuknya menyerupai kantung kecil. -

Urethra,

merupakan

saluran

yang

pendek,

berasal

dari

kantong

urine

dan

menuju ke porus urogenitalia, merupakan jalan keluar urine dari dalam tubuh. Pada

ikan

Chondrichthyes,

ginjal

berbentuk

sepasang

lembaran

(pita)

sangat panjang berwarna kecoklatan yang terletak pada tiap sisi garis tengah atap ruang

pleuroperitoneum

berbeda,

ketebalan

(posisi

ginjal

retroperitoneum).

berbeda.

Bagian

Pada

depan

beberapa

lebih

tipis,

bagian

sedangkan

yang bagian

belakang lebih tebal dan berfungsi sebagai alat ekskresi. Bagian ginjal depan ikan betina

berdegenerasi.

ligamen

yang

sederetan

Badan-badan

tersebut.

dorsal

coprodeum, bagian

kuat.

lembaran

ini

Papilla

sedangkan terpisah

Pada

bagian

oleh

pucat

urinaria

lubang rectum.

ginjal

tersebut

suprarenal

bercak-bercak berwarna

ginjal-ginjal sebelah

Kedua

(badan-badan

terletak berbentuk

bagian

setengah

lipatan-lipatan

dihubungkan

setengah

dan

dekat

runcing

dorsal

ventralnya

kecil

chromaffin)

memanjang di kecil

dari

disebut

membujur

di

oleh

sebuah berbentuk

sisi tengah terletak

di

cloaca

disebut

urodeum.

Kedua

sepanjang

tiap

dinding

sisi luar dari cloaca. Ductus Wolffian (mesonephridicus) terletak di antara oviduct dan

ginjal-ginjal.

Pada

ikan

betina

muda,

ductus-ductus

ini

susah

ditemukan.

Sebaliknya pada ikan betina yang matang gonad, ductus-ductus ini terletak pada garis

penempel

dari

mesotubaria

dan

merupakan

sebuah

tabung

yang

kecil

menuju ke cloaca.

C. Sistem Genitalia (Sistem Kelamin) Sistem kelamin pada ikan dapat dibedakan atas sistem kelamin betina dan sistem

kelamin jantan. Pada ikan bertulang sejati, sistem kelamin betina disusun

oleh (Gambar 77): -

Ovarium, pada ikan umumnya ada dua buah, tampak seperti agar-agar yang jernih,

terdapat

bintik-bintik

karena

berisi

sel

telur

(ova).

Alat

penggantung

ovarium disebut mesovarium.

144

-

Saluran

telur

pendek

dan

(oviduct), bersatu

merupakan

pada

bagian

saluran

tempat

belakangnya

lewatnya

untuk

ova,

selanjutnya

sangat

bermuara

pada porus genitalia. Sistem kelamin jantan ikan disusun oleh (Gambar 77): -

Testes, terletak di bawah gelembung renang dan di atas intestinum. Bentuk testes

agak

spermatozoa. Bentuk

kompak

dan

Proses

pembentukan

spermatozoa

bermacam-macam

tergantung

spermatozoa

berwarna

putih.

Di

dalam

testes

disebut kepada

dihasilkan

spermatogenesis. spesies

ikan.

Alat

penggantung testes disebut mesorchium. -

Vasa deferensia, merupakan dua buah saluran sperma yang bergabung pada bagian

belakangnya

membentuk

suatu

ruang

genital

yang

terbuka

ke

arah

luar, terletak di antara ureter atau papila urinaria dan anus. -

Lubang genital (porus genitalia), merupakan lubang yang terbuka ke arah luar dan tempat pelepasan sperma. Alat reproduksi ikan cucut betina (Gambar 78) adalah:

-

Ovari, merupakan dua buah kelenjar yang halus, memanjang berwarna coklat keputihan

(krem),

terletak

pada

tiap

sisi

dari

lembaran-lembaran

(lobi)

hati.

Pada ikan yang matang gonad, pada ovari ini terdapat tonjolan-tonjolan yang bulat pada sisi bagian atas. Tonjolan tersebut merupakan telur dari beberapa stadia

perkembangan.

Ovari

tergantung

pada

bagian

atas

ruang

pleuroperitonium dengan perantaraan mesovarium. -

Ostium (ostium tubae abdominale), merupakan sebuah celah yang tegak lurus di antara dua lapisan ligamen yang berbentuk bulan sabit (falciform). Pada ikan yang masih muda celah tertutup, sedangkan pada ikan dewasa ia terbuka dari ruang pleuroperitoneum ke dalam saluran telur (oviduct) untuk memindahkan telur dari ovari.

-

Saluran

telur

dimana

ova

(oviduct,

tabung

Fallopia,

biasanya

dibuahi

(karena

atau

ductus

pembuahan

Müller), terjadi

di

adalah

ruang

dalam

tubuh

induk). -

Kelenjar

pembungkus

(kelenjar

nidamental),

menghasilkan

suatu

lapisan

tipis

pada beberapa telur.

145

Gambar

77.

Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992). 1a. ovarium, 1b. testes, 2. ginjal, 3a. oviduct, 3b. vasa deferensia, 4. ductus Wolffian, 5. sinus urogenitalia, 6. Vesica urinaria, 7. porus urogenitalia

146

Gambar 78. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina (Affandi et al., 1992)

147

-

Mesotubarium,

jaringan

ikat

penggantung

oviduct,

kelenjar

pembungkus,

dan

uterus yang terletak di belakang. -

Uterus,

adalah

bagian

dari

oviduct

yang

membesar

tempat

telur-telur

yang

telah dibuahi dikandung. -

Cloaca, merupakan ruangan atau tempat bermuara ujung saluran pencernaan, ujung saluran urine, dan tempat keluarnya anak ikan. Alat reproduksi ikan Chondrichthyes jantan adalah (Gambar 79):

-

Testes, merupakan dua buah kelenjar yang halus, terletak di sebelah atas lobi hati, berisi banyak sekali saluran-saluran halus (microtubuli) yang merupakan suatu epitel yang disebut epitelium germinalis. Testes merupakan tempat selsel kelamin atap

jantan

ruang

(spermatozoa)

pleuroperitoneum

diproduksi. dengan

Testes

tersebut

perantaraan

tergantung

mesorchium

pada

(jamak

=

mesorchia). -

Saluran-saluran

efferen, merupakan

saluran-saluran yang halus,

terdapat

lima

atau enam buah melalui mesorchia dari testes ke ginjal. -

Epididymis, efferen

bagian

dari

saluran

testes

penghubung

bersambung

sperma

dengan

yang

saluran

halus. halus

Saluran-saluran epididymis

dan

selanjutnya bergabung dengan ductus Wolffian (ductus mesonephridicus) yang berfungsi sebagai saluran sperma. Pada ikan yang matang gonad, ductus ini sangat berlipat; sedangkan pada yang muda lurus saja (seperti pada ikan betina). -

Saluran deferens (ductus deferensia = ductus epididymis), merupakan tabung yang bertingkat. Bagian dari saluran deferens yang terletak tepat di belakang testes disebut kelenjar Leydig yang menghasilkan cairan yang diperlukan agar spermatozoa dapat berfungsi dengan normal.

-

Kantong ductus

seminalis deferensia

(vesicula yang

lurus

seminalis), dan

merupakan

berkembang,

bagian

tempat

belakang

dari

spermatozoa

dan

tempat penghasil sekresi yang dimasukkan ke dalam saluran tersebut. -

Kantong sperma, merupakan ujung pelebaran dari kantong seminalis.

-

Papilla urogenitalia, besar dan kadang-kadang pada ikan yang matang gonad tampak melengkung (bengkok), sedangkan pada ikan betina lebih kecil dan biasanya lurus.

148

Gambar 79. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan (Affandi et al., 1992)

149

-

Sinus

urogenitalia,

belakang

bertemu.

tempat Urine

kedua

dan

saluran

sperma

spermatozoa masuk

pada

bagian

ke

dalam

urine

dari

sebelah

cloaca melalui

lubang pada ujung papilla. -

Saluran-saluran

urine

pembantu

yang

menerima

tubuli

uriniferi.

Saluran-saluran ini terletak sejajar sisi tengah dari ginjal, memasuki kantong sperma seminalis

melalui

sebuah

(kantong

lubang

sperma).

kecil

Pada

yang

ikan

terdapat

betina

tidak

di

tengah

terdapat

dari

papilla

saluran-saluran

pembantu ini.

D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok).

Masing-masing

kelompok

menjelaskan

perbedaan

sistem

genital

ikan

Osteichthyes dan Chondrichthyes, baik jantan maupun betina, dan presentasikan.

E. Daftar Pustaka Affandi,

R.,

D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B.

Wischnitzer,

1977.

and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

150

XIII. SISTEM SARAF

A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

apa

yang

dimaksud

dengan sistem saraf atau systema nervorum.. 2. Agar mahasiswa mampu mengenali otak dan bagian-bagiannya. B. Sistem Saraf Ikan

menerima

rangsang

tersebut

selanjutnya

Rangsangan

dari

lingkungannya

diteruskan

dalam

melalui bentuk

organ impuls

perasa. ke

otak.

Respon yang diberikan oleh otak dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku. Sel-sel saraf mulai berkembang sejak permulaan stadia embrio dan berasal dari

lapisan

germinal

terluar

(ectoderm).

Unit

terkecil

dari

sistem

saraf

disebut

neuron (sel saraf). Setiap neuron terdiri atas inti dan jaringan (perpanjangan sel). Perpanjangan axon

sel

(berfungsi

terdiri sebagai

atas

dendrite

penerus

(berfungsi

impuls).

sebagai

Pertemuan

penerima

antara

axon

impuls) dan

dan

dendrite

dari sel saraf lainnya disebut synapse. Sistem saraf pada vertebrata dapat dibedakan atas: -

Sistem

saraf

pusat

(systema

nervorum

centrale),

disusun

oleh

otak

(encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). -

Sistem saraf tepi (systema nervorum periphericum), disusun oleh saraf otak (nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis).

-

Sistem

saraf otonom,

disusun oleh sistem

saraf parasymphatic dan

system

saraf symphatic. -

Organ perasa khusus (special sense organs), terdiri atas organ gurat sisi (linea lateralis), hidung, telinga, dan mata.

C. Jenis-jenis Saraf Berdasarkan

pada

fungsi

organ

yang

dirangsang,

saraf

dapat

digolongkan

atas: -

Saraf

cerebrospinalis,

yaitu

saraf

yang

merangsang

otot

bergaris

(striated

merangsang

jantung

(cardiac

muscle). -

Saraf

otonom

(vegetatif),

yaitu

saraf

yang

muscle), urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar-kelenjar.

151

Berdasarkan

atas

fungsi

dari

rangsang

itu

sendiri,

saraf

dapat

digolongkan

atas: -

Saraf sensibel (afferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari perifer (sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat).

-

Saraf motoris (efferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari pusat ke perifer.

-

Saraf penghubung, yaitu saraf yang menghubungkan antara jenis saraf yang satu

dengan

yang

lainnya,

misalnya

antara

saraf

sensibel

dengan

saraf

pembungkusnya

telah

motoris.

D. Otak Otak

ikan

hanya

dapat

dilihat

jika

tulang-tulang

dibuka. Untuk itu maka perlu terlebih dahulu dilakukan pembedahan secara hatihati terhadap

bagian

kepala

ikan

agar

otak

yang

akan

diamati

dapat

terlihat

dengan jelas. Pembuatan preparat otak akan lebih mudah jika menggunakan ikan yang sudah diawetkan karena otak tersebut telah mengeras. Kepala ikan dipotong tepat pada bagian tengkuk dengan pisau yang tajam sehingga tegak pada

kepala

dengan bagian

terlepas mulut

atas

dari

terletak

kepala

badan. di

tersebut

Potongan

sebelah

kepala

atas.

sampai

tersebut

Kemudian

pisau

diletakkan secara

pemotongan

mencapai

daerah

dilakukan

sekitar

mata.

Setelah itu, pisau diarahkan pada bagian pinggir saja untuk mencegah agar otak tidak

teriris.

Bagian

atas

kepala

tersebut

dikuakkan

sehingga

otak

ikan

akan

nampak dari bagian atas (tampak dorsal)(Gambar 80). Untuk melihat otak dari arah samping (tampak lateral), kepala digunting dari arah mulut ke belakang secara hati-hati sehingga kepala terbelah dua. Jika bagian kepala

tersebut

dikuakkan

maka

akan

terlihatlah

Untuk melihat otak dari arah bawah (tampak dikeluarkan harus optik

dari

rongganya.

menggunting (nervus

Pemotongan

beberapa

opticus),

saraf

urat

harus

saraf

olfaktori

ikan

dari

arah

samping.

ventral) maka otak tersebut harus dilakukan

(nervus

(nervus

otak

secara

cerebralis), olfactorius),

hati-hati

karena

di

antaranya

saraf

dan

beberapa

saraf

lainnya.

152

Gambar 80. Cara pembedahan untuk melihat otak ikan (Affandi et al., 1992)

153

Bagian-bagian otak dari muka ke belakang adalah sebagai berikut (Gambar 81 – 83): a. Telencephalon, adalah bagian otak yang paling depan, terdiri atas: -

Lobus olfactorius, merupakan bagian telencephalon yang paling anterior

-

Tractus

olfactorius,

merupakan

lanjutan

dari

lobus

olfactorius

merupakan

lanjutan

dari

tractus

‘bola’,

mempunyai

dan

berfungsi

sebagai nervus cerebralis I. -

Bulbus

olfactorius,

sebagai

sepasang

olfactorius

lanjutan

sebagai

dan

berakhir

benang-benang

halus yang menuju ke dinding lekuk hidung. -

Hemisphaerium Bagian

cerebri,

dasarnya

terdapat

disebut

di

corpus

bagian

striatum,

posterior sedangkan

lobus

olfactorius.

bagian

atap

dan

dinding samping disebut pallium. b. Diencephalon,

terletak

Bersama-sama

di

sebelah

dengan

(prosencephalon).

belakang

telencephalon

Pada

dari

telencephalon

termasuk

diencephalon

terdapat

bagian

bagian

ventral.

otak

muka

dari

thalamus,

hypothalamus,

lobus

organ

yang

inferior, dan saccus vasculosus. c. Mesencephalon, tampak

merupakan

menonjol

adalah

otak lobus

bagian

tengah

opticus.

Lobus

dengan opticus

utama

berbentuk

bulat

dan

besar, terletak di sebelah belakang bagian dorsal dari diencephalon. Di bagian sebelah

ventral

merupakan

terletak

tempat

lobi

melekat

hypophyse

hypophyse terdapat persilangan disebut

chiasma

nervi

optici.

inferior

(bagian

dari

(hypothalamus).

dari nervus opticus Selain

lobus

diencephalon) Pada

bagian

yang anterior

(nervus cerebralis II) yang

opticus,

pada

mesencephalon

juga

terdapat torus semicircularis. d. Metencephalon,disebutjugacerebellum,

relatif

besar

dan

terletak

di

belakang

mesencephalon. e. Myelencephalon,

disebut

sebagai

sumsum

tulang

canalis

vertebralis.

juga

medulla

belakang

Bersama-sama

oblongata,

(medulla

melanjutkan

spinalis)

dengan

yang

cerebellum,

diri

ke

caudal

berjalan

di

dalam

medulla

oblongata

termasuk bagian dari otak belakang (rhombexcephalon)

154

Gambar 81. Otak ikan Osteichthyes tampak samping (Chiasson, 1980)

Gambar 82. Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral (Chiasson, 1980).

155

Gambar 83. Otak ikan Chondrichthyes tampak dorsal (Wischnitzer, 1972)

156

E. Saraf Cranial Dari

otak,

organ-organ tersebut

terdapat

sensori

11

saraf

tertentu

berhubungan

dan

dengan

otak

(nervi

otot-otot

cerebralis)

tertentu.

bagian-bagian

yang

Sebagian

kepala,

menyebar

ke

besar

saraf

otak

ada

juga

yang

tetapi

berhubungan dengan bagian-bagian tubuh. 1. Nervus

terminalis

(NC

0),

saraf

kecil

yang

bergabung

dengan

NC

I,

berhubungan dengan otak depan, serabut-serabut sarafnya tersebar mengelilingi bulbus

olfactorius.

Fungsinya

mungkin

meliputi

sensori

somati

dan

olfactorius

dengan

pusat

sensori khusus. 2. Nervus

olfactorius

(NC

I),

menghubungkan

organ

olfactorius otak depan, berfungsi membawa impuls bau-bauan. 3. Nervus

opticus

(NC

II),

menghubungkan

retina

mata

dengan

tectum

opticum, berfungsi membawa impuls penglihatan. 4. Nervus

oculomotoris

mengatur

otot

musculus

(NC

mata

rectus

III),

merupakan

musculus

inferior,

obliquus

dan

saraf

inferior,

musculus

motor

somatik

muculus

rectus

rectus

internal.

yang

superior,

Berhubungan

dengan otak mesencephalon. 5. Nervus

trochlearis

merupakan

(NC

saraf

IV),

motor

berhubungan

somatik

yang

dengan

otak

menginervasi

otot

mesencephalon, mata

musculus

obliquus superior. 6. Nervus

trigeminalis

ophthalmicus serta

(NC

dan

nervus

nervus mandibularis

Nervus

ini

oblongata.

V),

maxillaris (saraf

menghubungkan Fungsinya

terbagi

tiga

(merupakan

sensori somatik

bagian

berkaitan

atas

kepala

dengan

saraf dan

dan

kepekaan

cabang

nervus

sensori

somatik)

saraf motor

somatik).

rahang kulit

yaitu

dengan

terhadap

medulla

panas

dan

sentuhan. 7. Nervus

abducens

menghubungkan musculus

(NC

bagian

rectus

VI),

merupakan

saraf

depan

medulla

oblongata

external.

Fungsinya

berhubungan

motor

somatik

dengan dengan

yang

otot

mata

penarikan

otot

penggerak biji mata. 8. Nervus

facialis

ophthalmicus Saraf

cabang

(NC

VII),

superficialis, ini

berkaitan

tersusun

nervus dengan

atas

tiga

buccalis,

dan

saluran

garis

cabang nervus rusuk

yaitu

nervus

hyomandibularis.

(linea

lateralis)

di

atas kepala, penerima rasa pada kepala dan tubuh, serta penerima

157

rangsangan medulla

sentuhan.

oblongata.

Berhubungan

Saraf

ini

dengan

punya

NC

V

komponen

dan

NC

yang

VIII

berkaitan

pada dengan

sensori somatik, sensori visceral, dan fungsi motor visceral. 9. Nervus

acousticus

acousticofacialis

(NC

pada

VIII),

sering

ikan,

dianggap

mempunyai

sebagai

fungsi

cabang

sensori

dari

nervus

somatik

yang

berkaitan dengan telinga bagian dalam. 10. Nervus

glossopharyngeal

motoris

yang

(NC

melayani

IX),

bagian

terdiri insang

dari

komponen

pertama.

sensori

Fungsinya

dan

berkaitan

dengan garis rusuk, organ pengecap pada pharynx dan otot-otot insang. 11. Nervus

vagus

supratemporal Cabang

(NC dan

branchial

visceral

melayani

X),

cabang menuju

memiliki garis ke

beberapa

rusuk bagian

organ-organ

percabangan.

melayani posterior

internal.

sistem celah

Cabang

Cabang

garis

rusuk.

insang.

Caban

dorsal

recurrent

menginervasi penerima rasa.

F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok).

Selanjutnya,

setiap

kelompok

melakukan

penelusuran

pustaka

dan

carilah urat saraf-urat saraf cranial yang menginervasi garis rusuk serta urat sarafurat saraf

cranial

yang

menginervasi

mata.

Presentasikan

tugas

tersebut

di

dalam

kelas.

G. Daftar Pustaka Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Biologi

Ichthyologi.

Perairan.

Jurusan

Fakultas

Perikanan

158

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer,

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Anatomy.

159

LAMPIRAN Glosarium abdominal

posisi sirip perut ikan yang agak jauh ke belakang dari sirip dada ke arah dalam perut

adipose fin

sembulan kulit di belakang sirip punggung dan sirip dubur ikan, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak (sirip lemak)

anak jenis

lihat: subspecies

anatomi

salah satu cabang dari Ilmu Hayat (Biologi) yang mempelajari organ-organ dalam suatu organisme

anguilliform

bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing/tipis (bentuk ular atau sidat atau belut)

anterior

ke arah muka

apparatus opercularis

penutup insang pada ikan bertulang sejati yang disusun oleh beberapa keping tulang

arborescent organ

organ pernapasan tambahan pada ikan yang berbentuk seperti bunga karang

arcus branchialis

tempat melekatnya filamen dan tapis insang, berwarna putih, dan memiliki saluran darah (arteri afferent dan arteri efferent) yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk ke dalam insang

arteri

pembuluh darah yang mempunyai dinding yang tebal dan kuat tetapi tidak mempunyai klep-klep, berfungsi untuk membawa darah meninggalkan jantung

atrium

bagian jantung yang berdinding tipis dan berwarna merah tua, bersifat tunggal, dan menerima darah dari sinus venosus

authority name

nama orang yang bertanggung jawab atau merupakan keterangan tambahan untuk tempat deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya

160

axon

perpanjangan sel saraf yang berfungsi sebagai penerus impuls

badan

lihat: truncus

bilik

lihat: ventrikel

bulbus arteriosus

bagian jantung yang merupakan lanjutan dari ventrikel, berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta ventralis

caput

bagian tubuh ikan mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang.

cartilago

ulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Chondrichthyes dan juga ikan Osteichthyes yang masih muda

cauda

bagian tubuh ikan mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang

caudal

ke arah ekor

clupeoid poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan tembang

ciguatera poisoning

peristiwa keracunan akibat memakan ikan laut yang menimbulkan gangguan pada alat pencernaan dan syaraf

common name

lihat: standard common name

compressed

bentuk tubuh yang gepeng ke samping (bentuk pipih)

coni musculi

susunan otot-otot ikan dari cranial ke caudal yang berbentuk kerucut

conus arteriosus

lihat: bulbus arteriosus

cranial

ke arah kepala

cryptotoxic

ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung racun

cyclostome poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan lamprey dan hagfishes 161

cyclostomine

tipe otot yang ditemukan pada ikan-ikan Agnatha

dendrite

perpanjangan sel saraf yang berfungsi sebagai penerima impuls

depressed

bentuk tubuh yang gepeng ke bawah (bentuk picak)

descriptor name

lihat: authority name

dexter

sebelah kanan

diencephalon

bagian otak yang terletak di sebelah belakang dari telencephalon bagian ventral

distal

lebih menjauhi ke arah batang tubuh

diverticula

organ pernapasan tambahan ikan yang berupa lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx

dorsal

ke arah punggung

double emarginate

bentuk ekor ikan yang berpinggiran berlekuk ganda

ductus pneumaticus

saluran yang menghubungkan pneumatocyst dengan esophagus dan berfungsi sebagai jalan keluar masuknya udara ke dalam pneumatocyst

ekor

lihat: cauda

elasmobranch poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan pari

emarginate

bentuk ekor ikan yang berpinggiran berlekuk tunggal

epicercal

bentuk ekor ikan dimana bagian daun sirip atas lebih besar daripada daun sirip bawah

erythrocyte

butir-butir darah merah

filamen insang

lihat: hemibranchia

filiform

bentuk tubuh yang menyerupai tali (bentuk tali)

finlet

sembulan-sembulan kulit yang tipis dan pendek, umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang mempunyai satu jari-jari terletak di antara sirip punggung dan sirip ekor dan di antara sirip dubur dan sirip ekor (jari-jari sirip tambahan) 162

flatted-form

lihat: taeniform

forked

bentuk ekor ikan yang bercagak

fork length

panjang ikan yang diukur dari ujung kepala yang terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor

fugu poison

lihat: tetrodotoxin

furcate

lihat: forked

fusiform

bentuk yang sangat stream-line untuk bergerak dalam suatu medium tanpa mengalami banyak hambatan, hampir meruncing pada kedua bagian ujung (bentuk torpedo atau cerutu)

garis rusuk

lihat: linea lateralis

gempylid poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan daging ikan famili Gempylidae

gill arch

lihat: arcus branchialis

gill filament

lihat: hemibranchia

gill rakers

berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung insang, berfungsi untuk menyaring air pernapasan

globiform

bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola (bentuk bola)

gurat sisi

lihat: linea lateralis

hallucinatory poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan belanak dan kuro

hemibranchia

bagian insang yang berwarna merah, terdiri dari jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air

horizontale skeletogenous septum

sekat yang memisahkan kelompok otot-otot pada tubuh ikan atas dua daerah, yaitu kelompok otot sebelah dorsal dan kelompok otot sebelah ventral

163

hypocercal

bentuk ekor ikan dimana bagian daun sirip bawah lebih besar daripada daun sirip atas

ichthyoacanthotoxin

racun yang disekresikan oleh organ-organ beracun

(venom apparatus),

seperti spina, alat penyengat, atau gigi ikan

ichthyocrinotoxic fishes

ikan-ikan yang menghasilkan racun melalui sekresi kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa

ichthyocrinotoxin

racun yang berasal dari kelenjar kulit yang dihasilkan oleh ikan hagfishes, lampreys, morays, soapfishes, puffer, dan porcupinefishes

ichthyocrinotoxism

peristiwa keracunan akibat terserang oleh ikan-ikan yang memiliki racun pada kulitnya

ichthyohemotoxic fishes

ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam darahnya

ichthyohemotoxin

racun yang terdapat di dalam darah ikan

ichthyootoxic fishes

ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya pada gonad (termasuk telurnya)

ichthyootoxin

racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan

ichthyosarcotoxic fishes

ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot, viscera, atau kulit

ichthyosarcotoxin

racun yang terdapat pada daging ikan, tidak termasuk racun-racun yang disebabkan oleh aktivitas bakteri

ichthyosarcotoxism

peristiwa keracunan akibat memakan ikan yang mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran tubuhnya

ichthyotoxin

racun yang berasal dari ikan (secara umum)

ichthyotoxism

keracunan karena makan ikan (bersifat umum)

identifikasi

tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson

ikan

sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya (UU RI no. 9 tahun 1985 tentang Perikanan) 164

segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (UU RI no. 31 tahun 2004 tentang Perikanan dan UU RI no. 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas UU RI no. 31 tahun 2004 tentang Perikanan) binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikilotherm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan badannya terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan menggunakan insang ikan beracun

lihat: poisonous fishes

ikan berbisa

lihat: venomous fishes

iktiologi

ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan dan dengan segala aspek kehidupannya

iktiologi sistematika

ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman ikan serta segala hubungan di antara mereka

inferior

posisi mulut ikan yang terletak di bawah hidung ke arah bawah (bawah)

inspectio

mengamati secara anatomis dengan tidak mempergunakan alat bantu

interpelvic process

pertumbuhan kulit yang menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut ikan (cuping)

involuntary muscle

otot yang bekerja tanpa dipengaruhi oleh rangsang, misalnya otot licin dan otot jantung

jari-jari keras

jari-jari sirip yang sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbuku-buku, dapat berupa cucuk, duri, atau patil.

jari-jari lemah

Jari-jari sirip yang mudah dibengkokkan, berbukubuku, nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya

jari-jari lemah mengeras

jari-jari sirip dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan

165

jenis

lihat: spesies

jugular

posisi sirip perut ikan yang terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada

keel

rigi-rigi yang ditemukan pada bagian batang ekor ikan dan pada bagian tengahnya terdapat puncak yang meruncing, (kil, lunas)

kepala klasifikasi

lihat: caput penataan ikan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka

labyrinth

lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan derivat dari tulang lengkung insang

lateral

ke arah sisi/samping

leucocyte

butir-butir sel darah putih

linea lateralis

suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, dan berfungsi untuk mengetahui perubahan tekanan air yang terjadi sehubungan dengan aliran arus air, untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi (garis rusuk)

local common name

lihat: vernacular name

lunate

bentuk ekor ikan yang menyerupai sabit

medial

ke arah tengah

membrana branchiostega

selaput keping tutup insang

meristik

penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan

mesencephalon

otak bagian tengah

metencephalon

bagian otak yang relatif besar dan terletak di belakang mesencephalon, disebut juga cerebellum.

myelencephalon

bagian otak di belakang metencephalon melanjutkan diri ke caudal sebagai sumsum tulang belakang (medulla spinalis) yang berjalan di dalam canalis vertebralis, disebut juga medulla oblongata 166

morfometrik

ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan

mud stripe

lihat: musculus lateralis superficialis

musculi dorsalis

kumpulan otot-otot yang terdapat di sebelah dorsal septum horizontale

musculi epaxialis

lihat: musculi dorsalis

musculi hypaxialis

lihat: musculi ventralis

musculi ventralis

kumpulan otot-otot yang terletak di sebelah ventral septum horizontale

musculus lateralis superficialis

jaringan otot berwarna merah dan banyak mengandung lemak yang terdapat pada daerah septum horizontale

myocommata s

elaput pembungkus otot yang memisahkan antara satu myomer dan myomer lainnya

myomer

satu bongkahan otot ikan

myoseptum

lihat: myocommata

myotome

lihat: myomer

neuron

sel saraf, unit terkecil dari sistem saraf

n.gen.

singkatan dari new genus, menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk genus yang baru

n.sp.

singkatan dari new species, menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk jenis yang baru

orbita

rongga mata ikan

osifikasi

proses pembentukan tulang dari tulang rawan menjadi tulang sejati

osteum

tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Osteichthyes

ostraciform

bentuk tubuh ikan yang menyerupai kotak (bentuk kotak)

167

ostracitoxin

substansi racun yang berasal dari kulit ikan Ostracion lentiginosus (ikan buntal) untuk membunuh ikan atau hewan laut lainnya

pahutoxin

lihat: ostracitoxin

panjang baku

lihat: standard length

panjang cagak

lihat: fork length

panjang total

lihat: total length

pembuluh balik

lihat: vena

pembuluh nadi

lihat: arteri

phanerotoxic

Ikan-ikan yang secara nyata mempunyai organ berbisa (venom apparatus)

piscine

tipe otot yang ditemukan pada Chondrichthyes dan Osteichthyes

pneumatocyst

lihat: vesica natatoria

pointed

bentuk ekor ikan yang meruncing

poisonous fishes

ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun secara keseluruhan, bersifat toksik (beracun) atau ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau anggota tubuh ikan itu dimakan oleh manusia

posterior

ke arah belakang

prosencephalon

otak bagian depan, disusun oleh diencephalon bersama-sama dengan telencephalon

proximal

lebih mendekati ke arah batang tubuh

puffer poison

lihat: tetrodotoxin

radialia

jari-jari sirip yang tersusun atas jaringan tulang atau tulang rawan

radii branchiostega

tulang-tulang kecil pada selaput keping tutup insang

red muscle

lihat: musculus lateralis superficialis

rhombexcephalon

otak belakang, disusun oleh cerebellum dan medulla oblongata 168

rounded

bentuk ekor ikan yang membundar

sagittiform

bentuk tubuh yang menyerupai anak panah (bentuk panah)

saraf cerebrospinalis

saraf yang merangsang otot bergaris (striated muscle)

saraf motoris

saraf yang meneruskan rangsang dari pusat ke perifer.

saraf otonom

saraf yang merangsang jantung (cardiac muscle), urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar kelenjar

saraf penghubung

saraf yang menghubungkan antara jenis saraf yang satu dengan yang lainnya

saraf sensibel

saraf yang meneruskan rangsang dari perifer (sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat)

scientific name

lihat: valid scientific name

scombroid poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan tongkol dan cakalang

scute

kelopak tebal yang mengeras dan tersusun seperti genting,. ditemukan pada daerah perut (abdominal scute) dan pada daerah pangkal ekor (caudal scute) (skut, sisik duri)

sectio

membuka dinding badan untuk mengamati bagian dalam tubuh ikan.

septum horizontale

lihat: horizontale skeletogenous septum

septum verticale

sekat yang memisahkan kelompok otot-otot pada tubuh ikan atas dua daerah, yaitu kelompok otot sebelah kanan dan kelompok otot sebelah kiri

serambi

lihat: atrium

sinister

sebelah kiri

sinus venosus

bagian jantung yang berdinding tipis dan berwarna merah coklat, terdapat pada bagian caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain, menerima darah dari vena hepatica dan ductus Cuvier.

169

sirip

anggota gerak pada ikan untuk mengatur keseimbangan tubuh

sistematika

ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan biota berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur dan fungsi bagian-bagian tubuh

sistem binomial

sistim nama dengan memakai dua kata, kata pertama ditujukan untuk nama genus yang maksudnya untuk menunjukkan sifat umum dari ikan tersebut dan kata kedua ditujukan untuk nama spesies yang menunjukkan sifat khusus dari ikan tersebut

sistem integumen

lihat: systema integumentum

sistem saraf pusat

lihat: systema nervorum central

sistem saraf tepi

lihat: systema nervorum periphericum

sisik

lihat: squama

spesies

kategori berperingkat dalam klasifikasi ikan, merupakan satuan dasar dalam sistematika biologi, terdiri atas kelompok-kelompok populasi yang dapat saling kawin-mengawini secara bebas untuk menghasilkan keturunan yang sama dengan tetuanya, serta dapat dikenal secara morfologi, dan terisolasi secara reproduksi dari kerabat dekatnya squama rangka dermal yang berhubungan dengan rangka luar

standard common name

nama umum yang lazim digunakan untuk nama sesuatu binatang atau ikan

standard length

jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang paling depan (biasanya ujung salah satu dari rahang yang terdepan) sampai ke pelipatan pangkal sirip ekor

subabdominal

posisi sirip perut ikan yang agak dekat dengan sirip dada

subspesies

populasi biotipe yang mempunyai kawasan daerah persebaran yang jelas berbeda dengan daerah persebaran jenisnya, dengan sifat morfologi yang berbeda pula.

170

subterminal

posisi mulut ikan yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah

superior

posisi mulut ikan yang terletak di atas hidung ke arah atas (atas)

synapse

pertemuan antara axon dan dendrite dari sel saraf lainnya

synonym

nama ilmiah untuk suatu jenis ikan yang tidak sah atau tidak diakui dan disebut nama persamaan

systema integumentum

sistem pelapis tubuh ikan yang terdiri dari kulit dan derivat-derivatnya

systema nervorum centrale

sistem saraf yang disusun oleh otak (encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis)

systema nervorum periphericum

sistem saraf yang disusun oleh saraf otak (nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis)

taeniform

bentuk tubuh yang memanjang dan tipis menyerupai pita (bentuk pita)

taksonomi

lihat: sistematika

tapis

insang lihat: gill rakers

telencephalon

bagian otak yang paling depan

tetraodon poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan buntal (viscera, khususnya ovari dan liver) dan kerabatnya

tetrodotoxin

racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan kerabatnya

terminal

posisi mulut ikan yang terletak di ujung hidung

thoracal

ke arah dada

thoracic

posisi sirip perut ikan yang tepat di bawah sirip dada

total length

jarak garis lurus antara ujung kepala yang terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang

truncate

bentuk ekor ikan yang berpinggiran tegak

171

truncus

bagian tubuh ikan mulai dari ujung tutup insang bagian belakang sampai dengan permulaan sirip dubur.

tulang lengkung insang

lihat: arcus branchialis

tulang rawan

lihat: cartilage

tulang sejati

lihat: osteum

valid scientific name

nama ilmiah dari suatu binatang dan nama ilmiah ini merupakan nama yang sah atau diakui.

varietas

tingkatan takson di bawah subspesies, merupakan populasi beberapa biotipe dengan ciri-ciri morfologi yang jelas serta mempunyai daerah persebaran secara lokal yang tegas dalam daerah persebaran populasi jenisnya

vena

pembuluh darah yang berdinding tipis dan mempunyai klep-klep pada setiap jarak tertentu, berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung

venomous fishes

ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan menyebarkan racun tersebut pada saat menggigit atau menusuk korbannya

ventral

ke arah perut

ventrikel

bagian jantung yang berwarna merah muda karena dindingnya tebal, bersifat tunggal, menerima darah dari atrium

vernacular name

nama daerah atau nama lokal untuk sesuatu ikan. Biasanya nama lokal suatu jenis ikan di dalam suatu negara sangat bervariasi tergantung kepada banyak tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut

vesica natatoria

berfungsi sebagai alat hidrostatik pada ikan untuk menentukan tekanan air sehubungan dengan kedalaman perairan

voluntary muscle

otot yang bekerja karena dipengaruhi oleh rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka

wedge shape

bentuk ekor ikan seperti baji

172

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF