Sharifuddin Bin .pdf
April 6, 2017 | Author: samuelseptian0709 | Category: N/A
Short Description
Download Sharifuddin Bin .pdf...
Description
Iktiologi
SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011
KATA PENGANTAR
Bahan ajar ini disusun untuk menambah wawasan mahasiswa Fakultas Ilmu
Kelautan
dan
Perikanan,
Universitas
Hasanuddin,
Makassar,
yang
mengambil mata kuliah Iktiologi. Penulis mengakui bahwa bahan ajar ini belum mampu menjawab seluruh permasalahan yang berkaitan dengan Iktiologi. Namun demikian,
bahan
ajar
ini
diharapkan
dapat
membantu
mahasiswa
untuk
mengetahui dasar-dasar pengetahuan yang berkenaan dengan ikan, sebagai bahan kajian pokok dari Iktiologi, untuk selanjutnya digunakan dalam kegiatan pembelajaran di dalam ruang kuliah maupun di laboratorium. Penulis
mengucapkan
terima
kasih
yang
sebesar-sebesarnya
kepada
Universitas Hasanuddin, khususnya para staf Pusat Kajian dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (PKPAI – LKPP),
karena
terbitnya
buku
ajar
ini
merupakan
bantuan
yang
diberikan
olehUniversitas Hasanuddin melalui Hibah Penulisan Buku Ajar Bagi Tenaga Akademik Universitas Hasanuddin tahun 2011, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan No. 61/H4.21.2.4/UM.16/2011. Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon kritikan yang dapat penulis gunakan untuk perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, semoga bahan
ajar yang sederhana
ini dapat memberikan
manfaat bagi pemakainya.
Makassar, 25 Nopember 2011. Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
halaman vii viii
I.
PENDAHULUAN
1
II.
IKAN
9
A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. III.
IV.
V.
Sasaran Pembelajaran Pengertian Iktiologi Nomenklatur / Tata Nama Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan Jumlah Spesies Ikan Distribusi Ikan Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia Sistem Klasifikasi Ikan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
9 9 10 14 15 19 23 26 29 30
MORFOLOGI IKAN
32
A. B. C. D. E. F. G. H. I.
32 32 34 38 43 48 50 55 55
Sasaran Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Ikan Bentuk-bentuk Tubuh Ikan Kepala Ikan Badan Ikan Anggota Gerak Ekor Ikan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
MORFOMETRIK DAN MERISTIK
57
A. B. C. D. E.
57 57 64 71 72
Sasaran Pembelajaran Morfometrik Meristik Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
IDENTIFIKASI
74
V
A. B. C. D. E. VI.
VII.
IX.
X.
halaman 74 74 79 79
ANATOMI IKAN
82
A. B. C. D. E. F. G.
82 82 85 85 87 89
Sasaran Pembelajaran Pengertian Anatomi Prosedur Pembedahan Istilah-istilah Anatomi Gelembung Berenang Soal-soal Latihan Daftar Pustaka89
SISTEM INTEGUMEN A. B. C. D. E.
VIII.
Sasaran Pembelajaran Identifikasi Catatan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka79
Sasaran Pembelajaran Kulit dan Derivat Kulit Ikan Beracun Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
90 90 90 96 99 100
SISTEM ALAT GERAK
101
A. B. C. D. E.
101 101 109 111 111
Sasaran Pembelajaran Otot atau Urat Daging Ikan Sistem Rangka Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
SISTEM PENCERNAAN
116
A. B. C. D. E.
116 116 121 122 122
Sasaran Pembelajaran Alat Pencernaan Sistem Pencernaan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
SISTEM PERNAPASAN
124
A. B. C. D. E.
124 124 126 128 128
Sasaran Pembelajaran Organ Pernapasan Organ Pernapasan Tambahan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
vi
XI.
SISTEM PEREDARAN DARAH A. B. C. D. E. F. G.
XII.
XIII.
Sasaran Pembelajaran Jantung Darah Saluran Pembuluh Darah Limfa (Lien) Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
halaman 132 132 132 134 134 141 141 141
SISTEM UROGENITAL
143
A. B. C. D. E.
143 143 144 150 150
Sasaran Pembelajaran Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi) Sistem Genitalia (Sistem Kelamin) Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
SISTEM SARAF
151
A. B. C. D. E. F. G.
151 151 151 152 157 158 158
Sasaran Pembelajaran Sistem Saraf Jenis-jenis Saraf Otak Saraf Cranial Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
LAMPIRAN (Glosarium)
160
vi
DAFTAR TABEL Nomor 1.
2.
3.
halaman Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal tahun akademik 2010/2011 dan 2011/2012
2
Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi
3
Distribusi jumlah spesies ikan berdasarkan ordo, famili dan Genera
17
4.
Periode zaman dan umur bumi
23
5.
Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran pada tubuh ikan
63
Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan
99
6.
Vii
DAFTAR GAMBAR Nomor
halaman
1.
Persentase komposisi spesies Vertebrata
16
2.
Ikan Schindleria brevipinguis, kerabat ikan gobi berukuran kecil yang ditemukan di Great Barrier Reef, Australia
20
3.
Daerah distribusi ikan secara geografis
22
4.
Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis Wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)
24
5.
Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi
33
6.
Bentuk-bentuk tubuh ikan
35
7.
Bentuk-bentuk tubuh kombinasi
37
8.
Tulang-tulang tambahan tutup insang
39
9.
Bentuk-bentuk mulut
40
10.
Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan
40
11.
Letak mulut ikan
42
12.
Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan
42
13.
Bentuk-bentuk sisik ikan
44
14.
Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan
46
15.
Beberapa ciri khusus pada badan ikan
47
16.
Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan
49
17.
Modifikasi sirip pada ikan
51
18.
Letak sirip perut pada tubuh ikan
52
19.
Tipe-tipe sirip ekor
52
20.
Bentuk morfologi ekor ikan
54
21.
Berbagai ukuran pada tubuh ikan
60
Ix
Nomor
halaman
22.
Berbagai ukuran pada kepala ikan
61
23.
Jari-jari sirip
65
24.
Jari-jari pokok dan jari-jari cabang
67
25.
Jumlah jari-jari pokok
67
26.
Perbedaan jari-jari pada sirip ikan
67
27.
Sisik di atas dan di bawah garis rusuk
70
28.
Sisik pada pipi
70
29.
Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes
83
30.
Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes
84
31.
Prosedur pembedahan tubuh ikan
86
32.
Berbagai posisi tubuh ikan
88
33.
Gelembung berenang
88
34.
Bagian-bagian sisik ikan
92
35.
Jenis-jenis sisik ikan
93
36.
Jari-jari sirip
95
37.
Penampang melintang otot ikan
103
38.
Tipe otot pada ikan
104
39.
Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes
105
40.
Otot-otot pada bagian di bawah kepala ikan Osteichthyes
105
41.
Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes
106
42.
Otot-otot pada sirip dada ikan Osteichthyes
106
43.
Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes
107
44.
Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes
107
45.
Otot-otot appendicular dan branchiomeric pada ikan Chondrichthyes
108 x
Nomor
halaman
46.
Otot-otot hypobranchial pada ikan Chondrichthyes
108
47.
Rangka ikan Teleostei tampak lateral
112
48.
Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral
112
49.
Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal
113
50
Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral
113
51
Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal
114
52.
Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan
114
53.
Letak gigi pada ikan Osteichthyes
118
54.
Bentuk-bentuk gigi ikan
118
55.
Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard
119
56.
Alat pencernaan ikan omnivora
119
57.
Alat pencernaan ikan cucut
120
58.
Alat pernapasan pada larva
125
59.
Bagian-bagian insang ikan Teleostei
125
60.
Insang pada ikan herbivora dan carnivora
125
61.
Tulang penutup insang pada ikan Teleostei
127
62.
Celah insang pada ikan cucut
127
63.
Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus)
129
64.
Organ arborescent pada ikan lele (Clarias batrachus)
129
65.
Diverticula pada ikan gabus (Ophiocephalus striatus)
130
66.
Struktur jantung Osteichthyes
133
67.
Struktur jantung Chondrichthyes
133
68.
Sistem peredaran darah di bagian kepala ikan Osteichthyes
135
69.
Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kanan ikan Osteichthyes
135 xi
Nomor 70.
halaman Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kiri ikan Osteichthyes
136
Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan Osteichthyes
136
72.
Sistem peredaran darah pada ginjal ikan Osteichthyes
137
73.
Sistem peredaran darah pada insang ikan Chondrichthyes
137
74.
Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan Chondrichthyes
138
Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan Chondrichthyes
139
Sistem peredaran darah pada daerah ginjal ikan Chondrichthyes
140
77.
Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes
146
78.
Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina
147
79.
Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan
149
80.
Cara pembedahan untuk melihat otak ikan
153
81.
Otak ikan Osteichthyes tampak samping
155
82.
Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral
83.
Otak ikan Chondrichthyes tampak dorsal
71.
75.
76.
155 156
xii
I. PENDAHULUAN
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (Prodi MSP) merupakan salah satu di antara lima program studi yang terdapat di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin, Makassar. Program Studi MSP telah memperoleh status akreditasi B sesuai hasil pemeriksaan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Status akreditasi BAN tersebut terlampir dalam Sertifikat No. 0239/Ak-II.1/UHCMZS/XII/1998 tertanggal 22 Desember 1998. Pada tanggal 17 April 2003, BAN-PT mengeluarkan Sertifikat Akreditasi No. 05374/Ak-VI-S1-007/UHCMZS/IV/2003 untuk Prodi MSP dengan status akreditasi B. Selanjutnya, melalui Keputusan BAN-PT No. 015/BAN-PT/Ak-XII/S1/VI/2009, Prodi MSP kembali memperoleh akreditasi B, yang berlaku hingga 19 Juni 2014. Jumlah peminat Prodi MSP selama enam tahun terakhir cenderung mengalami penurunan, yang menunjukkan keketatan persaingan melemah. Namun demikian, jumlah yang diterima mengalami fluktuasi dalam kisaran yang cukup sempit, yaitu 46 – 57 orang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, keketatan persaingan peminat Prodi MSP tidak menjamin kualitas indeksprestasi kumulatif (IPK) dan masa studi lulusan, tetapi keragaman daerah sekolah menengah asal yang tinggi berpengaruh terhadap perbaikan IPK dan masa studi lulusan. Untuk menjadi seorang sarjana Prodi MSP, total sks sesuai kurikulum yang harus dilulusi oleh mahasiswa adalah 144 sks. Jumlah sks tersebut dapat diselesaikan dalam watu empat tahun (delapan semester) jika seorang mahasiswa Prodi MSP memiliki indeks prestasi semester rata-rata 2,00 – 3,00, dan mengambil 20 sks matakuliah setiap semester. Selama lima tahun terakhir, total mahasiswa baru yang diterima sebanyak 310 orang dan telah diluluskan 209 orang. Perincian masa studi lulusan tersebut adalah: 1.8% lulus dengan masa studi dibawah 4 tahun, 43.1% dengan masa studi sekitar 5 tahun, dan 58.9% dengan masa studi diatas 5 tahun. Namun demikian, masih terdapat sejumlah mahasiswa yang terdaftar secara aktif dan telah melampaui target kurikulum Prodi MSP. Iktiologi merupakan salah satu mata kuliah di FIKP Universitas Hasanuddin, bernilai 3 sks, dan diberikan pada Semester Ketiga. Sebelumnya, mata kuliah ini terbagi atas dua, yaitu mata kuliah Iktiologi Sistematik (3 sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi Ilmu Kelautan, MSP, Pemanfaatan Sumberdaya
1
Perikanan, dan Sosial Ekonomi Perikanan; dan mata kuliah Iktiologi Fungsional (3 sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi MSP dan Budidaya Perairan. Sejak Semester Awal Tahun Akademik 2010/2011, mata kuliah ini wajib diberikan kepada seluruh mahasiswa di FIKP. Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel
1.
Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada akademik 2010/2011 dan 2011/2012 Program studi studi Awal 2010/2011 Ilmu Kelautan 33 Manajemen Sumberdaya Perairan 31 Budidaya Perairan 42 Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 50 Sosial Ekonomi Perikanan 22 Jumlah 178
Semester
Awal
tahun
Awal 2011/2012 50 35 56 34 28 203
Pada Semester Awal 2010/2011, mahasiswa didistribusikan ke dalam empat kelas paralel, dan masing-masing kelas diampu oleh dua orang dosen. Oleh karena keterbatasan ruang perkuliahan akibat banyaknya jumlah mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa FIKP pada Semester Awal 2011/2012, maka jumlah kelas dikurangi menjadi tiga kelas paralel dan masing-masing kelas diampu oleh tiga orang dosen. Setiap kelas berisi gabungan mahasiswa yang berasal dari kelima program studi di FIKP. Untuk menambah wawasan mahasiswa maka selain proses pembelajaran di dalam kelas, juga diberikan kegiatan praktikum di Laboratorium Biologi Perikanan, Jurusan Perikanan, FIKP. Berdasarkan nilai akhir mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal 2010/2011, maka mahasiswa yang lulus di kelas A sebanyak 71.43%, di kelas B 89.19%, di kelas C 87.76%, dan di kelas D 68.59%. Distribusi nilai mahasiswa yang memperoleh nilai A berkisar 4.08 – 10.81%, A– berkisar 2.70 – 26.53%, B+ berkisar 2.13 – 22.45%, B berkisar 6.12 – 45.95%, B– berkisar 4.08 – 20.41%, C+ berkisar 5.41 – 10.64%, C berkisar 2.70 – 25.53%, D berkisar 2.04 – 2.13%, dan E berkisar 10.81 – 31.91%. Sistem pembelajaran yang diterapkan di FIKP adalah sistem yang berbasis student-centered learning atau SCL. Sistem ini telah berlangsung dengan baik di FIKP berkat ketersediaan sarana pendukung yang cukup memadai. Namun,
2
akibat jumlah peserta yang cukup banyak pada setiap kelas (lebih dari 40 orang) maka efektivitas proses pembelajaran menjadi berkurang. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif diperlukan sarana penunjang, satu di antaranya adalah buku ajar. Buku ajar yang diberikan dapat menjadi salah satu bahan acuan mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata kuliah Iktiologi. Adanya buku ajar Iktiologi dapat membantu mahasiswa untuk memahami proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan menambah wawasannya terhadap Iktiologi. Keberadaan buku ajar Iktiologi juga dapat menciptakan interaksi yang lebih intens antara mahasiswa dan dosen sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih efektif. Materi yang tercantum di dalam buku ajar disesuaikan dengan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah tersebut (Tabel 2). Tabel 2.
Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Iktiologi
Pembelajaran mata kuliah
a. Identitas mata kuliah Iktiologi 1. Unit Kerja
:
2. Program Studi 3. Nama Mata kuliah 4. Kode Mata kuliah 5. Semester 6. Prasyarat dari Mata kuliah 7. Nama Dosen
: : : : : :
8. Kategori Kompetensi
:
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Manajemen Sumberdaya Perairan Iktiologi 202 L003 Ganjil (III) Biologi Dasar Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Farida G. Sitepu, MS Prof. Dr. A. Iqbal Burhanuddin, ST, M.Fish.Sc. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si. Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si. Ir. Muh. Arifin Dahlan, MS Ir. Suwarni, M.Si. A. Aliah Hidayani, S.Si., M.Si. Utama
3
b. Format Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi 1. Kompetensi utama: a. menguasai ilmu-ilmu dasar mengenai bioekologi perikanan b. menguasai prinsip-prinsip dasar, potensi, nilai ekonomi, dan masalahan sumberdaya perairan 2. Kompetensi pendukung: a. mampu membuat evaluasi efek aktivitas manusia dan alam terhadap sumberdaya perairan b. mampu mengembangkan strategi dan teknologi pengelolaan sumberdaya perairan 3. Kompetensi lainnya: a. mampu membuat dasar-dasar perencanaan program pengelolaan sumberdaya perairan b. mampu menerapkan konsep dasar pelestarian dan restorasi fungsi perairan untuk mendukung peningkatan produksi perikanan secara berkelanjutan (penekanan pada sea ranching). 4. Sasaran Belajar: Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa memiliki wawasan tentang ikan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan sistematika dan organ ikan
4
Minggu Ke 1, 2, dan 3
Sasaran Pembelajaran Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi, ikan, sistematika, nomenklatur / tata nama, kedudukan ikan di dalam dunia hewan, jumlah spesies ikan, distribusi ikan, dan sistematika ikan
-
4
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian tubuh ikan, bentuk-bentuk tubuh ikan, bagian-bagian kepala ikan, bagian-bagan badan ikan, anggota gerak pada ikan, dan bagian-bagian ekor ikan
5
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian morfometrik meristik Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik, cara-cara menyusun kunci identifikasi serta cara-cara
6
Strategi Kriteria Penilaian Pembelajaran Pengertian iktiologi Ceramah dan Ketepatan dalam menyebutkan diskusi ruang lingkup iktiologi, Nomenklatur / nomenklatur, kedudukan ikan Tatanama dalam dunia hewan, jumlah Kedudukan ikan spesies ikan di dunia, dalam dunia hewan pengertian dan teori distribusi, Jumlah spesies ikan faktor-faktor penghalang Distribusi ikan distribusi, dan distribusi ikan di Daerah distribusi ikanIndonesia ikan di Indonesia Sistem klasifikasi ikan
Materi Pembelajaran
Bobot Nilai (%) 20
- Bagian-bagian tubuh ikan - Bentuk-bentuk tubuh ikan - Kepala ikan - Badan ikan - Anggota gerak - Ekor ikan - Morfometrik - Meristik
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam menyebutkan bagian-bagian tubuh ikan, bentuk-bentuk tubuh ikan, bagian-bagian kepala ikan, bagian-bagan badan ikan, anggota gerak pada ikan, dan bagian-bagian ekor ikan
10
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam menjelaskan pengertian morfometrik meristik
10
- Identifikasi - Kunci identifikasi - Hirarki taksonomi
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam menjelaskan cara-cara melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik, cara-cara menyusun kunci identifikasi serta cara-cara menyusun hirarki taksonomi
10
5
Minggu Ke
Sasaran Pembelajaran
Materi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Kriteria Penilaian
Bobot Nilai (%)
menyusun hirarki dari kategorikategori taksonomi.
7 8
9
10
11
UJIAN TENGAH SEMESTER Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan anatomi dan cara-cara melakukan pengamatan organ dalam ikan (anatomi ikan) Agar mahasiswa mampu mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian integumen, bagian-bagian dan jenis-jenis sisik pada ikan, serta menunjukkan posisi derivat-derivat kulit lainnya pada tubuh ikan.
- Istilah-istilah anatomi - Gelembung berenang
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam menjelaskan pengertian beberapa istilah yang berkaitan dengan anatomi dan cara-cara melakukan pengamatan organ dalam ikan
10
- Kulit - Derivat-derivat kulit - Ikan beracun
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian integumen, bagianbagian dan jenis-jenis sisik pada ikan, serta menunjukkan posisi derivat-derivat kulit lainnya pada tubuh ikan.
5
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari sebuah urat daging atau otot ikan, letak urat daging, bagian-bagian dari rangka ikan, serta letak dan nama-nama tulang ikan Agar mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui posisi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya, fungsi
- Otot - Sistem rangka
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam menjelaskan bagian-bagian dari sebuah urat daging atau otot ikan, letak urat daging, bagian-bagian dari rangka ikan, serta letak dan nama-nama tulang ikan
10
- Alat pencernaan - Sistem pencernaan
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya serta fungsi kelenjar pencernaan
5
6
Minggu Ke
Sasaran Pembelajaran
Materi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Kriteria Penilaian
Bobot Nilai (%)
organ-organ pencernaan beserta modifikasinya, serta fungsi kelenjar pencernaan
12
13
14
15
16
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem pernapasan,serta mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan dan alat pernapasan tambahan. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem peredaran darah serta fungsi-fungsi bagian dari jantung ikan Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem urogenital, mengenali organ yang berperan dalam ekskresi (ginjal) dan reproduksi (gonad), serta menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan betina Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem saraf atau systema nervorum serta mengenali otak dan bagian-bagiannya
- Sistem pencernaan - Organ pernapasan - Alat pernapasan tambahan
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam menjelaskan sistem pernapasan,serta mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan dan alat pernapasan tambahan.
5
- Sistem peredaran - darah - Jantung
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam menjelaskan sistem peredaran darah serta fungsi-fungsi bagian dari jantung ikan
5
- Sistem urogenital - Ginjal - Gonad
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam menjelaskan sistem urogenital, mengenali organ yang berperan dalam ekskresi (ginjal) dan reproduksi (gonad), serta menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan betina
5
- Sistem saraf - Otak
Ceramah dan diskusi
Ketepatan dalam menjelaskan sistem saraf atau systema nervorum serta mengenali otak dan bagian-bagiannya
5
UJIAN AKHIR SEMESTER
7
DAFTAR PUSTAKA Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Dasar. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
8
II. IKAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
pengertian
iktiologi,
dan
menjelaskan
kedudukan
ikan
ikan, sistematika, dan nomenklatur/tata nama 2. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
di
dalam dunia hewan 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jumlah spesies ikan 4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan distribusi ikan
B. Pengertian Iktiologi Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya merupakan
cabang dari
Ilmu
Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam
arti
singkat berarti
yaitu
ichthyologia.
suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan. Perkataan
“iktiologi”
berasal
dari
bahasa
Yunani,
Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian, ichthyologi
(iktiologi)
adalah
suatu
ilmu
pengetahuan
yang
khusus
mempelajari
ikan dan dengan segala aspek kehidupannya. Pada Bab I Ketentuan Umum ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor
9
tahun
1985
tentang
Perikanan
yang
ditetapkan
pada
tanggal
19
Juni
1985 tercantum pengertian ikan, yaitu: sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk
biota
perairan
lainnya.
Tanggal
6
Oktober
2004
ditetapkan
Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Pada Bab I Ketentuan
Umum,
Bagian
Kesatu,
Pasal
1
ayat
4
undang-undang
ini
tercantum
pengertian bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Pengertian yang sama seperti di atas tercantum kembali pada Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor
Republik
Indonesia
45
tahun
Nomor
31
2009
tentang
tahun
2004
Perubahan tentang
atas
Undang-undang
Perikanan
yang
ditetapkan
pada tanggal 29 Oktober 2009. Berdasarkan pengertian yang tercantum di dalam undang-undang di atas, yang dimaksud dengan ikan termasuk spons (filum Porifera), ubur-ubur dan bunga karang
(filum
Coelenterata),
bulubabi, bintang laut,
dan
siput,
teripang
kerang, (filum
dan
cumi-cumi
Echinodermata),
(filum
udang,
Moluska),
kepiting,
dan
9
rajungan (kelas
(filum
Crustacea),
Mamalia).
Istilah
ini
bahkan sering
penyu
dikenal
(kelas sebagai
Reptilia), “ikan
duyung
menurut
dan
paus
undang-undang”.
Arti yang kedua adalah ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikilotherm), badannya
hidup
dalam
terutama
menggunakan
lingkungan
menggunakan
insang.
Istilah
air,
sirip,
untuk
arti
pergerakan
dan
yang
dan
umumnya
kedua
ini
kesetimbangan
bernapas
dikenal
dengan
sebagai
“ikan
secara taksonomi”. Kata biasa
“sistematika”
digunakan
berasal
sebagai
dari
bahasa
suatu
cara
Latin,
atau
yaitu
systema.
sistem
untuk
Kata
systema
mengelompokkan
tumbuhan dan binatang. Istilah ini digunakan pertama kali oleh Carolus Linnaeus pada saat menulis bukunya Systema Naturae pada tahun 1773. Selain
istilah
sistematika,
bahasa Yunani, yaitu Istilah
ini
diusulkan
juga
dikenal
istilah
“taksonomi”
yang
berasal
dari
taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hukum. oleh
Candolle
pada
tahun
1813
yang
dimaksudkan
sebagai
teori mengklasifikasikan tumbuhan. Berdasarkan atau ini,
taksonomi baik
dalam
adalah
istilah
bidang
pengertian
yang
ilmu
yang
sistematika klasifikasi
telah
disebutkan
digunakan
maupun
tumbuhan
istilah dan
untuk
di
maka
sistematika
mengklasifikasikan
taksonomi,
hewan.
atas,
dipakai
Selanjutnya,
biota.
Saat
saling
bergantian
iktiologi
sistematika
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman ikan serta segala hubungan di antara mereka. C. Nomenklatur / Tata-nama Istilah
“nomenklatur”
berarti
pemberian
berasal
dari
bahasa
Latin,
yaitu
nomenklatural,
nama/tata-nama/penamaan.
Pada
umumnya
ada
tiga
yang macam
sistim penamaan yang sering digunakan, yaitu: 1.
Valid scientific name atau Scientific name: adalah
nama
ilmiah
dari
suatu
binatang
dan
nama
ilmiah
ini
merupakan
nama yang sah atau diakui. Selain itu, adapula nama ilmiah lainnya yang tidak sah atau tidak diakui dan disebut nama synonym atau nama persamaan untuk suatu jenis ikan. Contoh: Scientific name
:
Carassius auratus auratus (Linnaeus, 1758)
Synonym
:
Carassius auratus cantonensis Tchang, 1933 10
Carassius chinensis Gronow, 1854 Carassius discolor Basilewsky, 1855 Scientific name
:
Sarda sarda (Bloch, 1793)
Synonym
:
Thynnus brachipterus Cuvier, 1829 Sarda pelamis (Brünnich, 1768) Scomber palamitus Rafinesque, 1810
2.
Standard common name atau Common name: adalah atau
nama
ikan.
umum
Pada
yang
setiap
lazim
negara
digunakan biasanya
untuk
memiliki
nama
sesuatu
nama-nama
binatang
umum
untuk
sesuatu ikan dan hal ini tergantung kepada bahasa nasional negara tersebut. Namun
demikian,
seluruh
dunia,
nama-nama terutama
jika
umum
tersebut
sering
mempergunakan
pula
bahasa
berlaku
Inggris,
untuk
Perancis,
Jerman, Jepang, atau Hawaii. Contoh: Scientific name
:
Thunnus alalunga (Bonnaterre, 1788)
Common name
:
Albacora (di Argentina, Brasil, Colombia, Cuba, Dominica, Meksiko, Panama, Peru, Portugal, Puerto Rico, Spanyol, Swedia, Uruguay, Venezuela). Albacore (di Afrika Selatan, Alaska, Amerika Serikat, Barbados, Denmark, Filipina, India, Inggris, Kanada, Selandia Baru). Tuna (di Fiji, Malaysia, Namibia, Serbia).
Scientific name
:
Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758
Common name
:
Common carp (di Australia, Amerika Serikat, Bangladesh, Filipina, Hong Kong, India, Kenya, Malaysia, Meksiko, Namibia, Rwanda, Sri Lanka, Taiwan, Uruguay, Uzbekistan). Carpe (di Belgia, Perancis, Quebec, Swiss). Carpa (di Argentina, Brasil, Cili, Portugal, Uruguay).
3. Vernacular name atau Local common name: adalah
nama
daerah
atau
nama
lokal
untuk
sesuatu
binatang
atau
ikan.
Biasanya nama lokal sesuatu binatang di dalam suatu negara sangat
11
bervariasi.
Keanekaragaman
nama
lokal
ini
tergantung
kepada
banyak
tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut. Contoh: Nama umum (Indonesia) :
ikan mas, karper
Nama local
masmasan, tombro, wangkang (Jawa); kumpai
:
lauk mas, cingkeuk (Bandung); rayo, ameh (Padang). Nama umum (Indonesia) :
betok
Nama local
betik, krucilan (Jawa); pepeuyeuh, pupuyu
:
(Kalimantan); betrik, boreg (Bandung); puyupuyu ( Padang); bale balang (Makassar), bale oseng (Bugis). Sistim dalam
penamaan
karyanya
modern
Systema
telah
dirintis
Naturae
(edisi
oleh
Carolus
sepuluh,
Linnaeus
1758).
(1707-1778),
Penamaan
ini
menggunakan sistim binomial atau sistim nama dengan memakai dua kata. Kata pertama
ditujukan
menunjukkan
untuk
sifat
umum
nama
genus
(jamaknya:
dari
binatang
tersebut.
huruf kapital atau huruf besar. Misalnya: kedua
ditujukan untuk
nama
spesies
genera) Kata
Atropus,
(jamaknya:
yang
ini
maksudnya
selalu
diawali
Barbonymus,
spesies)
untuk dengan
Channa. Kata
yang menunjukkan sifat
khusus dari binatang tersebut. Kata kedua ini biasanya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: Atropus atropos, Barbonymus gonionotus, Channa striata. Dalam saja
perkembangan
berkembang
menjadi
nomenklatur
sistim
trinial
selanjutnya,
atau
sistim
sistim
binomial
mungkin
dengan
memakai
penamaan
tiga kata. Kata ketiga di sini menunjukkan nama subspesies atau varietas, karena dalam hal ini didapatkan sifat-sifat yang lebih khusus lagi daripada sifat spesies. Misalnya:
Cyprinus
carpio
carpio
belakang
nama
Linnaeus,
1758
dan
Auxis
thazard
thazard
(Lacepede, 1800). Biasanya
di
nama
penemunya.
name.
Nama
yang
Nama
tersebut
author bukanlah
bertanggung
jawab
atau
ilmiah dikenal
dari
sesuatu
sebagai
ikan,
authority name
tetapi
ditulis
secara
atau
merupakan suatu hadiah, melainkan merupakan
keterangan
tambahan
deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya. Biasanya nama disingkat,
dicantumkan
lengkap, kecuali
bagi
pula
descriptor
nama orang untuk
tempat
author tersebut tidak
nama author
yang
sudah
12
terkenal
atau
mempunyai
ketentuan
lain
untuk
mempermudah
penulisan
saja.
Misalnya: Cyprinus carpio carpio L. atau Cyprinus carpio carpio Linn. yang berasal dari
nama
Linnaeus;
serta
Ctenopharyngodon
idellus
(C.V.)
yang
merupakan
singkatan dari Cuvier dan Valenciennes. Apabila
suatu
spesies
dipindahkan
ke
dalam
suatu
genus
yang
berbeda
dengan genus tempat dia pertama kali ditempatkan, maka nama author yang asli ditulis
dalam
kurung.
Misalnya:
Cheilopogon
katoptron
(Bleeker),
Clarias
batrachus (L.). Penggunaan kurung juga dipakai bila terdapat seorang author yang menerangkan
satu
spesies
baru,
kemudian
menghubungkan
pada
genus
yang
salah atau apabila genus yang dimaksud telah dipecah menjadi beberapa genera, sehingga suatu spesies berada dalam genus baru, maka nama author spesies tadi diberi tanda kurung (
).
Penulisan nama ilmiah ikan yang paling baik adalah jika selain nama ilmiah itu sendiri juga terdapat nama author dan tahun ketika ikan tersebut pertama kali dideskripsi. Misalnya nama ilmiah untuk salah satu
spesies ikan terbang adalah
Cypselurus
sebuah
ilmiah
poecilopterus
yang
sama
mendeskripsikan name)
tetapi
lebih
sedangkan
(Valenciennes, berbeda
awal
persamaan).
Sebagai
Scatophagus
multifasciatus
nama
dinyatakan
deskripsi
yang
contoh,
1846).
author,
sebagai
belakangan
nama
ilmiah
Richardson,
Jika
1844,
ikan
maka
nama
dianggap
memiliki
nama
author
ilmiah sebagai
ikan
kiper
dan
nama
nama
(valid
scientific
synonym
yang
yang
(nama
sah
adalah
persamaannya
adalah
Scatophagus multifasciatus Bleeker, 1855. Pada bagian belakang dari nama genus atau genera,
sering pula ditrulis
suatu singkatan: sp., spp., atau n.sp. Singkatan “sp.” artinya jika satu jenis ikan belum
diketahui
spesiesnya
dengan
tepat
atau
analisanya
belum
lengkap.
Arti
“spp.” adalah jika ada beberapa jenis ikan yang termasuk dalam satu genus tetapi nama spesiesnya belum diketahui secara lengkap atau analisanya belum lengkap. Seringkali
ditemukan
pustaka
yang
mencantumkan
nama
ikan
dan
diikuti
dengan
tulisan “n.gen.” dan “n.sp.”, yang merupakan singkatan dari “new genus” dan “new species”. Hal ini menunjukkan yang
baru.
Sebagai
contoh
bahwa ikan tersebut
misalnya ikan
termasuk spesies dan genus
Celestichthys
margaritatus
n.gen.,
n.sp.
yang ditemukan di Myanmar (Roberts, 2007).
13
D. Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan Dalam dunia hewan (kingdom Animalia) terdapat kira-kira 22 fila, 68 kelas, dan 350 ordo. Menurut Storer dan Usinger (1957), dunia hewan dapat dibedakan atas
dua
subkingdom,
yaitu
Protozoa
(unicellulair
animals)
dan
Metazoa
(multicellulair animals atau tissue animals). Subkingdom Chordata.
Ciri
Metazoa
khas
filum
terdiri
atas
Chordata
21
fila,
satu
di
antaranya
antara
lain
mempunyai
chorda
adalah
filum
dorsalis
atau
batang penguat tubuh. Filum Chordata dapat dibagi atas dua grup yang meliputi lima subfila, yaitu: Grup A. Acrania Subfilum:
Hemichordata
Subfilum:
Urochordata (Tunicata)
Kelas:
Larvacea / Appendicularia
Kelas:
Ascidiacea
Kelas:
Thaliacea
Subfilum:
Cephalochordata
Grup B. Craniata atau Vertebrata Subfilum:
Agnatha (vertebrata tanpa rahang)
Kelas:
Ostracodermi (sudah punah)
Kelas:
Cyclostomata / Marsipobranchii / Monorhina (Lamprey dan hagfishes)
Subfilum: Superkelas:
Gnathostomata (vertebrata yang berahang) Pisces
Kelas:
Placodermi (sudah punah)
Kelas:
Chondrichthyes (ikan bertulang rawan)
Kelas:
Osteichthyes (ikan bertulang sejati)
Superkelas:
Tetrapoda
Kelas:
Amphibia
Kelas:
Reptilia
Kelas:
Aves
Kelas:
Mammalia
Recce et al. (2011) menyatakan bahwa saat ini telah diketahui sekitar 1,3 juta spesies yang termasuk ke dalam 23 fila. Fila tersebut adalah: Porifera (5500
14
spesies),
Placozoa
spesies),
Acoela
spesies),
Ectoprocta
(1100 500
spesies), 000
(4500
Moluska
berdasarkan
spesies),
data
molekuler,
Cephalochordata
Petromyzontida (ikan
sejati),
spesies),
Chordata
Recce
et
al.
(2011),
spesies),
Priapula
(16
Nematoda
(25
filogeni
filum
Myxini
Chordata
(hagfishes),
rawan),
(lungfishes),
spesies),
Secara
membedakan
bertulang
Dipnoi
(16
(7000
spesies),
(1800
Annelida
spesies),
(tunicata),
(ikan
(coelacanth),
Acanthocephala
spesies),
000
Urochordata
Chondrichthyes
spesies),
Echinodermata
(52
(100
Rotifera
(10 (800
Ctenophora
spesies),
(900
Loricifera
dan
Actinistia
000 (335
Tardigrada
000
(lancelets),
(lamprey),
bersirip
000
(20
spesies),
Nemertea
spesies),
spesies),
(1
000
Brachiopoda
spesies),
000
Arthropoda (85
(1
(110
(10
Platyhelminthes
spesies),
(93
Onychophora
Hemichordata
Cnidaria
spesies),
Cycliophora
spesies),
atas:
spesies),
(400
spesies), spesies),
(1
Actinopterygii
Amphibia,
Reptilia
(termasuk burung), dan Mammalia. Klasifikasi dunia hewan yang lain dikemukakan oleh Raven dan
membagi
Cnidaria,
dunia
hewan
Ctenophora,
Platyhelminthes, Nemertea,
Brachiopoda,
Chaetognatha,
ini,
Chordata
Cephalochordata,
dan
(hagfishes,
Chondrichthyes fishes,
30
Bryozoa
dibedakan Vertebrata.
30
spesies),
spesies),
fila.
Fila
tersebut
Micrognathozoa,
Nematoda,
atas
dan
Selanjutnya,
Sarcopterygii
spesies),
(lobe-finned
Di
subfila,
subfilum
750
Cycliophora, Moluska,
Tardigrada,
Arthropoda,
dalam
yaitu
terdiri
(lamprey,
35
Actinopterygii
fishes,
8
klasifikasi
Urochordata,
Vertebrata
Cephalaspidomorphy
fishes,
Porifera,
Annelida,
Chordata,
tiga
adalah:
Rotifera,
(Ectoprocta),
Echinodermata,
(cartilaginous
000
22
Kinorhyncha,
Onychophora,
Myxini
dalam
Acoela,
Loricifera,
filum
ke
et al. (2011)
atas:
spesies), (ray-finned
spesies),
Amphibia,
Mammalia, Testudines, Lepidosauria, Crocodilia, dan Aves.
E. Jumlah Spesies Ikan Jumlah jumlah
spesies/jenis
spesies hewan
ikan
adalah
yang
vertebrata lainnya.
terbanyak
Menurut
Lagler
spesies ikan yang telah diberi nama diperkirakan sekitar
jika
dibandingkan et
al.
dengan
(1977), jumlah
15 000 – 17 000 jenis,
dari sekitar 40 000 jenis ikan yang ada. Persentase spesies hewan menurut Lagler et al. (1977) dari lima kelas Vertebrata adalah sebagai berikut (Gambar 1): Pisces 20
000
spesies
(48,1%),
Aves
8600
spesies
(20,7%),
Reptilia
6000
spesies
(14,4%), Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies (6,0%). 15
Gambar 1. Persentase komposisi spesies Vertebrata (Lagler et al., 1977)
16
Menurut
taksiran
Nelson
4032 genera, dan 18 818 tawar).
Ordo-ordo
Ceratodiformes, formes,
yang
seluruhnya
Cypriniformes,
Jumlah
pertambahan
yaitu
hidup
terbagi
di
air
menjadi
723
ordo,
antara
lain:
Semionotiformes, Polypteryformes,
tersebut 21
46
merupakan
tawar,
Indostomiformes,
ikan
atas
di antaranya
Percopsiformes,
spesies
waktu,
Pisces
spesies (6851
Osteoglossiformes,
formes.
(1976),
meningkat spesies
445
famili,
spesies air Amiiformes, Lepidosireni-
dan
terus
dalam
450
Mormyri-
seiring
dengan
famili
(Nelson,
1984), 24 618 spesies dalam 482 famili (Nelson, 1994). Klasifikasi yang terakhir (Nelson,
2006)
menunjukkan
saat
ini
terdapat
27
977
spesies
yang
termasuk
dalam 62 ordo dan 515 famili (Tabel 3). Jumlah spesies Vertebrata yang telah diketahui
saat
dikemukakan gabungan
ini
oleh
adalah Nelson
Vertebrata
54 (2006)
lainnya
771 jauh
spesies lebih
(Tetrapoda),
dan banyak
yaitu
27
jumlah
spesies
ikan
yang
dibandingkan
jumlah
977
berbanding
spesies
spesies 26
734 spesies.
Tabel
3.
Distribusi
jumlah
spesies
ikan
berdasarkan
ordo,
famili
dan
genera
(Nelson, 2006)
17
Tabel 3. Lanjutan
18
Di antara 515 famili tersebut di atas, terdapat 9 famili yang memiliki jumlah spesies atau
lebih
sekitar
(6106
dari 33%
spesies)
Cyprinidae, Labridae,
400,
dengan
dari
seluruh
merupakan
Gobiidae, dan
jumlah
total
seluruhnya
spesies
ikan.
Sekitar
spesies
Cichlidae,
Scorpaenidae.
air
tawar.
Characidae,
Lebih
lanjut
mencapai
66%
Kesembilan Loricariidae,
pada
dari famili
9302
spesies
spesies
tersebut
tersebut
Balitoridae,
klasifikasi
yang
adalah
Serranidae,
terakhir
terdapat
64 famili yang hanya memiliki satu spesies, 33 famili yang memiliki dua spesies, dan 67 famili yang memiliki 100 spesies atau lebih, bahkan tiga famili di antaranya memiliki lebih dari 1000 spesies. Ikan
terkecil
yang
pernah
diketemukan
adalah
Paedocypris
progenetica
Kottelat, Britz, Tan & Witte, 2006. Ikan ini termasuk kerabat ikan mas, hidup di perairan rawa gambut Sumatera. Panjang maksimum ikan jantan 9,8 mm dan ikan betina 10,3 mm. Ikan betina pertama kali matang gonad pada ukuran 7,9 mm (Kottelat
et
al.,
2006).
Ikan
Photocorynus
spiniceps
anggota dari subordo Ceratoidei yang hidup di laut
Regan,
1925
merupakan
dalam. Ikan jantan matang
kelamin memiliki panjang tubuh 6,2 mm dan hidup parasit pada ikan betina yang memiliki
panjang
tubuh
46
mm
(Pietsch,
2005).
Ikan
Schindleria
brevipinguis
Watson & Walker, 2004 merupakan kerabat ikan gobi yang hanya ditemukan di Great
Barrier
Reef,
Australia
(Gambar
2).
Ikan
betina
matang
kelamin
pada
ukuran panjang 7 – 8 mm, sedangkan yang jantan pada ukuran 6,5 – 7 mm. Spesimen
terbesar
(Watson
dan
cucut
Rhincodon
yang
Walker,
pernah
2004).
typus
ditemukan
Ikan Simth,
terbesar 1828
memiliki yang
(whale
panjang
pernah shark)
tubuh
didapatkan yang
8,4
mm
adalah
ikan
mempunyai
ukuran
panjang tubuh sampai mencapai 20 m dan bobot tubuh 34 000 kg (Rohner et al., 2011).
Ikan
ocean
sunfish
bertulang yang
sejati
terbesar
adalah
Mola
memiliki
panjang
tubuh
suatu
peristiwa
penyebaran
3,3
mola
m
dan
(Linnaeus, bobot
1758)
tubuh
atau
2300
kg
(Summers, 2007).
F. Distribusi Ikan Distribusi
adalah
organisme
pada
suatu
tempat
dan pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan unsur tempat dan waktu, Storer dan Usinger
(1957)
membedakan
distribusi
binatang
sebagai
berikut:
distribusi
geografis, distribusi ekologis, dan distribusi geologis.
19
Gambar
2.
Ikan
Schindleria
brevipinguis, kerabat
ikan
gobi berukuran
kecil yang
ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Watson & Walker, 2004)
20
1.
Distribusi geografis: adalah distribusi spesies hewan berdasarkan daerah di mana hewan tersebut diketemukan.
Berdasarkan
distribusi
geografis,
Bond
(1979)
menyatakan
ada
enam daerah distribusi hewan atau zoogeographic realms (Gambar 3), yaitu: a.
Australian:
meliputi
Australia,
Selandia
Baru,
Papua
Nugini,
dan
beberapa pulau di Samudera Atlantik. b.
Oriental:
meliputi
Srilanka,
Asia
Malaysia,
Selatan
dari
Sumatera,
Himalaya,
Kalimantan,
antara
Jawa,
lain
India,
Sulawesi,
dan
Filipina. c.
Neotropical:
meliputi
daerah
Amerika
Selatan
dan
Amerika
Tengah,
Pasir
Sahara,
Dataran Mexico, dan Hindia Barat. d.
Ethiopian:
meliputi
Afrika,
termasuk
Gurun
Madagaskar, dan pulau-pulau di sekitarnya. e.
Nearctic:
meliputi
daerah
Amerika
daerah
Eurasia
Utara,
Dataran
Tinggi
Mexico
sampai ke Greenland. f.
Palearctic:
meliputi
Himalaya,
Afghanistan,
Persia,
menuju
dan
ke
Afrika
Selatan bagian
sampai Utara
ke Gurun
Sahara.
2.
Distribusi ekologis: adalah
persebaran
lingkungan
(habitat)
hewan
tersebut
hutan,
padang
termasuk
hewan
spesies di
dapat
mana
yang
mereka
berada.
digolongkan
rumput, air,
hewan
dan
antara
padang
sehingga
Secara
lain:
pasir.
distribusi
berhubungan
habitat
Berkaitan
ekologisnya
dengan
keadan
ekologis,
distribusi
air
laut,
dengan terbatas
air
tawar,
hal
ini,
ikan
pada
air,
baik
air tawar maupun air laut.
3.
Distribusi geologis: merupakan waktu
atau
diketemukan.
distribusi zaman
suatu dan
Pembagian
spesies periode
zaman
organisme
umur dan
bumi
periode
yang di umur
berhubungan
mana bumi
spesies
dengan
hewan
secara
itu
geologis
dapat dilihat pada Tabel 4.
21
Gambar 3. Daerah distribusi ikan secara geografis (Bond, 1979)
22
Tabel 4. Periode zaman dan umur bumi (Storer dan Usinger, 1957)
Ikan hidup
pada
lalu)
adalah
yang
pertama
zaman ikan
kali
Paleozoic
hadir
di
periode
Ostracodermis.
atas
permukaan
Ordovician
Spesies
ikan
bumi
dan
diperkirakan
400
juta
tahun
(kira-kira
yang
ada
yang
sekarang
ini
terdapat
Indonesia
diperkirakan
sekitar 50 juta tahun yang lalu sampai sekarang (Lagler et al. 1977).
G. Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia Jumlah
spesies
ikan
yang
mendiami
perairan
di
kurang lebih 6000 spesies. Menurut Alamsjah (1974), berdasarkan hasil penelitian Wallace (dalam karya taksonomi Pieter Bleeker) yang dibukukan oleh Weber dan de
Beaufort,
serta
hasil
penelitian
zoogeografi
Molengraff
dan
Weber
(1919),
pada
zaman
dahulu
daerah distribusi ikan-ikan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut: 1.
Ikan-ikan daerah Paparan Sunda (Sundaplat) Paparan (Gambar Sumatera,
Sunda 4).
merupakan Hal
Jawa,
ini
dan
bagian
dari
menyebabkan Kalimantan,
benua ikan-ikan
sangat
mirip
Asia yang dengan
terdapat ikan
di
yang
Pulau berasal
dari daerah-daerah di daratan Asia bagian tenggara.
23
Gambar 4. Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)
24
Ikan di
air
tawar
ketiga
perairan
yang
pulau di
terdapat
tersebut,
ketiga
di
rawa-rawa,
kira-kira
pulau
tersebut
sungai-sungai,
sebanyak dihuni
500
oleh
dan
spesies.
jenis-jenis
danau-danau,
Pada
ikan
umumnya
karnivor
dan
omnivor, serta hanya sedikit sekali ikan herbivor. Contoh ikan-ikan yang menghuni daerah perairan dataran rendah adalah: lais (Kryptopterus (Pangasius rendah
spp.), spp.),
dan
antara
(Leptobarbus penghuni
gabus
belida
lain
dihuni
spp.),
daerah
(Channa
dan
jambal
(Notopterus oleh:
hampal
rawa-rawa
spp.),
antara
spp.).
nilem (Hampala
lain:
(Wallago
patin
Perairan
sungai
dataran
(Osteochillus
spp.),
jelawat
spp.).
sepat
spp.),
Sebaliknya,
(Trichogaster
ikan-ikan
spp.),
tambakan
(Helostoma spp.), dan betok (Anabas spp.). Ikan-ikan yang mendiami sungaisungai dan danau-danau di daerah dataran tinggi (ketinggian di atas 500 m) antara
lain
adalah
(Labeobarbus
spp.),
ikan
arengan
namun
ikan-ikan
(Labeo ini
tidak
spp.)
dan
ikan
suka
hidup
sengkaring
bersama
dengan
jenis-jenis ikan lainnya.
2.
Ikan-ikan daerah Wallacea Daerah
Wallacea
meliputi
daerah
Nusa
Tenggara
ikan air tawar tidak terlalu banyak dan juga tidak dan
ikan-ikan
pemakan
epifit
(famili
dan
Sulawesi.
Spesies
terdapat ikan-ikan herbivor
Cyprinidae),
demikian
juga
ikan-ikan
karnivor dari famili Siluridae. Daerah ini didominasi oleh jenis sidat (Anguilla spp.), jenis betok (Anabas spp.), dan dua jenis beloso (famili Eleotridae).
3.
Ikan-ikan daerah Paparan Sahul (Sahulplat) Spesies yang
ikan belum
dilakukan
berdasarkan terbatas
di
hasil
pada
banyak daerah
diketahui karena ini.
penelitian
daerah
Spesies
ikan
Hardenberg
pesisir
Irian
belum
Jaya,
pada
yang
begitu
diketahui
tahun
sebagian
banyak di
1950, besar
penelitian daerah
ini
dan
hanya
termasuk
dalam
famili Gobiidae dan Siluridae
Walaupun bahwa
ketiga
berdasarkan daerah
tersebut
hasil-hasil
penelitian
masing-masing
tersebut
mempunyai
di
atas
penghuni
diketahui
yang
khas,
akan tetapi pemasukan ikan dari satu daerah ke daerah yang lain dapat saja
25
terjadi.
Hal
ini
terjadi
karena
adanya
campur
tangan
manusia
atau
oleh
faktor
distribusi lainnya.
H. Sistem Klasifikasi Ikan Saat klasifikasi
ini
telah
tersebut
banyak
memiliki
dipublikasikan perbedaan
sistem
dan
klasifikasi
persamaan
ikan.
antara
Sistem-sistem
satu
dan
yang
lainnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan kedudukan hirarki berbagai kategori, dalam
perbedaan penentuan
perincian dasar
di
dalam
penamaan,
kategori
dan
yang
sama,
perbedaan
perbedaan
penggolongan
di
ciri-ciri dalam
kategori (Sjafei et al., 1989). Setiap sistematika berasal
dari
sistem
klasifikasi
biasanya
ikan
memiliki
kawasan
yang
yang
telah
pengikut.
sama
dikemukakan
Pengikut-pengikut
dengan
ahli
oleh
seorang
ahli
tersebut
tidak
saja
berasal
dari
tersebut, tetapi
juga
kawasan lain. Di Indonesia dan wilayah-wilayah lainnya di kawasan Indo Pasifik, sistem
klasifikasi
direvisi
oleh
ikan
Sunier,
yang
sering
Weeber
dan
digunakan de
adalah
Beaufort.
sistem
Beberapa
Bleeker
sistem
yang
klasifikasi
telah ikan
yang pernah digunakan antara lain yaitu: 1. Sistem
Boulenger,
digunakan
di
Inggris
dan
bekas
jajahannya,
selain
bekas
jajahannya,
selain
penggunaan sistem J. R. Norman. 2. Sistem
Schultz,
digunakan
di
Jerman
dan
penggunaan sistem Bleeker. 3. Sistem H. H. Newman, digunakan di Amerika, selain penggunaan sistem D. S. Berg dan sistem Jordan. 4. Sistem
Bleeker,
digunakan
di
Belanda,
Belgia,
Perancis,
dan
bekas
jajahannya. 5. Sistem
Ian
S.
R. Munro,
digunakan
di
Sri
Lanka,
merupakan
modifikasi
sistem L. S. Berg. 6. Sistem Chote Suvatti, digunakan di Thailand. 7. Sistem Nikolsky, digunakan di Rusia. Perbedaan
jumlah
hirarki
kategori
pada
beberapa
sistem
klasifikasi
ikan
yang pernah digunakan dapat dilihat dalam publikasi Berg (1965), Lagler
et al.
(1977),
sistem
Saanin
(1984),
dan
Sjafei
et
al.
(1989).
Berikut
ini
diberikan
klasifikasi Bleeker yang telah direvisi oleh Sunier, Weber dan de Beuafort seperti
26
tercantum dalam Saanin (1986) dan sistem
klasifikasi Lagler
et al. (1977). Di
dalam penulisan berikut ini, nama ordo diurut berdasarkan abjad.
1. Sistem klasifikasi Bleeker yang telah direvisi Kelas
Pisces Subkelas
Elasmobranchii
Ordo
Hatoidei
Ordo
Selachii
Subkelas
Chondrostei
Subkelas
Dipnoi
Subkelas
Teleostei
Ordo
Allotriognathi
Ordo
Anacanthini
Ordo
Apodes
Ordo
Berycomorphi
Ordo
Blennoidea
Ordo
Discocephali
Ordo
Gobioidea
Ordo
Heteromi
Ordo
Heterosomata
Ordo
Hypostomides
Ordo
Labyrinthici
Ordo
Malacopterygii
Ordo
Microcyprini
Ordo
Myctophoidea
Ordo
Ophistomi
Ordo
Ostariophysi
Ordo
Pediculati
Ordo
Percesoces
Ordo
Percomorphi
Ordo
Plectognathi
Ordo
Scleroparei
Ordo
Solenichthys
Ordo
Synbranchoidea
27
Ordo
Sypnentognathi
Ordo
Xenopterygii
2. Sistem klasifikasi Lagler et al. Golongan
Agnatha (tidak memiliki rahang bawah)
Kelas
Cephalaspidomorphi Subkelas
Cyclostomata
Ordo
Myxiniformes
Ordo
Petromyzontiformes
Golongan
Gnathostomata (memiliki rahang bawah)
Kelas
Chondrichthyes Subkelas Ordo Subkelas
Holocephali Chimaeriformes Elasmobranchii (Selachii)
Ordo
Heterodontiformes
Ordo
Hexanchiformes
Ordo
Pristiophoriformes
Ordo
Rajiformes (Batoidei)
Ordo
Squaliformes
Kelas
Osteichthyes Subkelas Ordo Subkelas Ordo Subkelas
Crossopterygii Coelacanthiformes Dipnoi Dipteriformes Actinopterygii
Ordo
Acipenceriformes
Ordo
Amiiformes
Ordo
Anguilliformes
Ordo
Beloniformes
Ordo
Beryciformes
Ordo
Cetomiformes
Ordo
Clupeiformes
Ordo
Cypriniformes (Ostariophysi)
Ordo
Cyprinodontiformes 28
Ordo
Dactylopteryformes
Ordo
Elopiformes
Ordo
Gadiformes (Anacanthini)
Ordo
Gasterosteiformes
Ordo
Gobiesociformes
Ordo
Gonarynchiformes
Ordo
Lampridiformes
Ordo
Lepisosteiformes
Ordo
Lophiiformes
Ordo
Mastacembeliformes
Ordo
Mugiliformes
Ordo
Myctophiformes
Ordo
Notacanthiformes (Heteromi)
Ordo
Osteoglossiformes
Ordo
Pegasiformes
Ordo
Perciformes
Ordo
Percopsiformes (Salmopercae)
Ordo
Pleuronectiformes
Ordo
Polypteriformes
Ordo
Salmoniformes
Ordo
Scorpaeniformes
Ordo
Synbranchiformes
Ordo
Tetraodontiformes
Ordo
Zeiformes
I. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok),
kemudian
masing-masing
kelompok
mempresentasikan
selama
10
menit tugas berikut ini. 1. Carilah
deskripsi
ikan-ikan
yang
berasal
dari
perairan
Indonesia
sepuluh
tahun terakhir ini. 2. Apa
sebabnya
ikan-ikan
yang
berada
di
perairan
sebelah
timur
Indonesia
agak mirip dengan ikan-ikan yang berada di wilayah Australia?
29
J. Daftar Pustaka Affandi,
R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.
Biologi
Perairan.
Fakultas
Identifikasi Ikan. Institut Pertanian
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Kottelat, M., Britz, R., Hui, T.H., and Witte, K.-E., 2006, Paedocypris, a new genus of Southeast Asian cyprinid fish with a remarkable sexual dimorphism, comprises the world’s smallest vertebrate, Proceedings of the Royal Society of London B 273, 895-899; Lagler,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
1977.
Ichthyology.
Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. Wiley-Interscience, New York. 416 p. Nelson, J.S. 1984. Fishes of the World. Second edition. John Wiley and Sons, New York. 523 p. Nelson, J.S. 1994. Fishes of the World. Third edition. John Wiley and Sons, New York. 600 p. Nelson, J.S. 2006. Fishes of the World. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc. New York. 601 p. Pietsch,
T.W., 2005, Dimorphism, parasitism, and sex revisited: reproduction among deep-sea ceratioid anglerfishes Lophiiformes), Ichthyological Research 52, 207-236;
Rahardjo,
M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Raven,
Biologi
Perairan.
modes of (Teleostei:
Fakultas
P.H., G.B. Johnson, K.A. Mason, J.B. Losos, and S.R. Singer. Biology. Ninth edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York. 1406 p.
2011.
30
Recce,
J.A., L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, and R.B. Jackson. 2011. Campbell Biology. Ninth edition. Benjamin Cummings, Boston. 1472 p.
Roberts, T.R. 2007. The “celestial pearl danio”, a new genus and species of colorful minute cyprinid fish from Myanmar (Pisces: Cypriniformes). The Raffles Bulletin of Zoology 55(1): 131-140. Rohner,
C.A., Richardson, A.J., Marshall, A.D., Weeks, S.J., and Pierce, S.J., 2011, How large is the world’s largest fish? Measuring whale sharks, Rhyncodon typus, with laser photogrammetry, Journal of Fish Biology 78: 378-385.
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Storer,
T.J. and R.L. Usinger. Company, Inc., New York.
1957.
General
Zoology.
McGraw
Hill
Book
Summers, A., March 2007, No bones about ‘em. Natural History 116(2): 36-37.
Watson,
W., and Walker, H.J. Jr., 2004, The world’s smallest vertebrate, Schindleria brevipinguis, a new paedomorphic species in the family Schindleriidae (Perciformes: Gobioidei), Records of the Australian Museum 56: 139-142
31
III. MORFOLOGI IKAN
A. Sasaran Pembelajaran 1.
Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
bagian-bagian
mampu
memahami
dan
menjelaskan
bentuk-bentuk
mampu
memahami
dan
menjelaskan
bagian-bagian
mampu
memahami
dan
menjelaskan
bagian-bagan
tubuh ikan 2.
Agar
mahasiswa
tubuh ikan 3.
Agar
mahasiswa
kepala ikan 4.
Agar
mahasiswa
badan ikan 5.
Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
anggota
gerak
pada ikan 6.
Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
bagian-bagian
ekor ikan B. Bagian-bagian Tubuh Ikan Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian (Gambar 5), yaitu: 1.
Caput:
bagian
kepala,
yaitu
mulai
dari
ujung
moncong
terdepan
sampai
dengan ujung tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya. 2.
Truncus:
bagian badan,
yaitu mulai
dari ujung
tutup
insang bagian
belakang
sampai dengan permulaan sirip dubur. Pada
bagian
organ-organ
badan dalam
terdapat seperti
sirip
hati,
punggung,
empedu,
sirip
dada,
sirip
perut,
lambung,
usus,
gonad,
serta
gelembung
renang, ginjal, limpa, dan sebagainya. 3.
Cauda:
bagian
ekor,
yaitu
mulai
dari
permulaan
sirip
dubur
sampai
dengan
ujung sirip ekor bagian paling belakang. Pada
bagian
ekor
terdapat
anus,
sirip
dubur,
sirip
ekor,
dan
kadang-kadang
juga terdapat scute dan finlet. Bagian
tubuh
ikan
mempunyai
ukuran
yang
sangat
bervariasi.
Ukuran
bagian badan pada ikan tambakan (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) sangat
32
Gambar 5. Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi (Bond, 1979)
33
pendek,
sirip
dubur
sangat
panjang,
dan
permulaan
sirip
dubur
tidak
jauh
dari
bagian kepala. Sebaliknya, ukuran bagian badan pada ikan belut sangat panjang. C. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah
pada bagian tengah-tengah tubuhnya
(potongan
sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri.
Selain
bilateral,
itu,
yang
ada
beberapa
mana
jika
jenis
tubuh
ikan
ikan
yang
tersebut
mempunyai dibelah
bentuk
secara
non-simetris
melintang
(cross
section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801)) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus (Lacepède, 1802)). Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan atas (Gambar 6): 1.
Fusiform
atau
sangat
stream-line
banyak
bentuk
hambatan.
sedangkan
panjang
torpedo
(bentuk
cerutu),
untuk
bergerak
dalam
Tinggi
tubuh
hampir
tubuh
beberapa
kali
yaitu
suatu
medium
sama
tinggi
suatu
bentuk
tanpa
dengan
tubuh.
Bentuk
yang
mengalami
lebar
tubuh,
tubuh
hampir
meruncing pada kedua bagian ujung. Contoh: Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816)
2.
kembung lelaki
Euthynnus affinis (Cantor, 1849)
tongkol
Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758)
cakalang
Compressed atau pipih, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi badan
jauh
lebih
besar
bila
dibandingkan
dengan
tebal
ke
samping
(lebar
tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada panjang tubuh. Contoh: Gerres filamentous Cuvier, 1829
3.
Gazza minuta (Bloch, 1795)
peperek bondolan
Parastromateus niger (Bloch, 1795)
bawal hitam
Depressed badan
kapas-kapas
jauh
atau
picak,
lebih
kecil
yaitu bila
bentuk
tubuh
dibandingkan
yang dengan
gepeng
ke
bawah.
tebal
ke
arah
Tinggi samping
badan (lebar tubuh). Contoh: Rhynchobatus djiddensis (Forsskål, 1775)
pare kekeh
Himantura uarnak (Gmelin, 1789)
pare totol
Pastinachus sephen (Forsskål, 1775)
pare kelapa 34
Gambar
6.
Bentuk-bentuk tubuh ikan. A. Fusiform; B. Compressed; C. Depressed; D. Anguilliform; E. Filiform; F. Taeniform; G. Sagittiform; H. Globiform (Bond, 1979)
35
4.
Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang
memanjang
dengan
penampang
lintang
yang
agak
silindris
dan
kecil
tubuh
yang
menyerupai
anak
yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai
bola.
serta pada bagian ujung meruncing/tipis. Contoh: Anguilla celebesensis Kaup, 1856
5.
sidat
Monopterus albus (Zuiew, 1793)
belut
Plotosus canius Hamilton, 1822
sembilang
Filiform atau bentuk tali, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali. Contoh: Pseudophallus straksii (Jordan & Cuvier, 1895) pipefish Nemichthys scolopaceus Richardson, 1848
6.
Taeniform
atau
flatted-form
atau
bentuk
snipe eel pita,
yaitu
bentuk
memanjang dan tipis menyerupai pita. Contoh: Trichiurus brevis Wang & You, 1992
ikan layur
Pholis laeta (Cope, 1873) 7.
Sagittiform
atau
bentuk
panah,
yaitu
bentuk
tubuh
yang
panah. Contoh: Esox lucius Linnaeus, 1758 8.
Globiform atau
bentuk bola,
pike
Contoh: Diodon histrix Linnaeus, 1758
buntal landak
Cyclopterus lumpus Linnaeus, 1758 9.
Ostraciform
atau
bentuk
kotak,
yaitu
lumpfish bentuk
tubuh
ikan
yang
menyerupai
kotak. Contoh: Tetraodon baileyi Sontirat, 1989
hairy puffer
Lagocephalus sceleratus (Gmelin, 1789) Tidak
semua
ikan
mempunyai
bentuk
toadfish tubuh
sebagaimana
yang
telah
disebutkan di atas. Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, misalnya pada ikan Eurypegasus draconis (Linnaeus, 1766) dari famili Pegasidae, ikan
sapi
Acanthostracion
tangkur
kuda
Hippocampus
Bentuk
tubuh
ikan
golongan
lele
dan
beberapa
bentuk
quadriformis kuda
Ictalurus Clarias tubuh,
Bleeker,
punctatus
batrachus yaitu
(Linnaeus, 1852
(famili
(Rafinesque,
(Linnaeus,
bagian
1758)(famili
kepala
ikan
Syngnathidae)(Gambar
1818)
1758)
Ostraciidae),
dari
merupakan
berbentuk
picak,
famili
7).
Ictaluridae
kombinasi bagian
dari
badan
berbentuk cerutu, dan bagian ekor berbentuk pipih (Gambar 7-C). 36
Gambar
7.
Bentuk-bentuk tubuh kombinasi. A. Famili Pegasidae; B. Famili Ostraciidae; C. Famili Ictaluridae; D. Famili Syngnathidae (ikan Tangkur kuda)(Bond, 1979)
37
D. Kepala Ikan Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik. Bagianbagian pada kepala ikan yang penting adalah: 1.
Tulang-tulang tambahan tutup insang. Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup insang (apparatus opercularis). Tulang-tulang tutup insang (Gambar 8) terdiri dari: -
Os
operculare,
berupa
tulang
yang
paling
besar
dan
letaknya
paling
dorsal. -
Os
preoperculare,
berupa
tulang
sempit
yang
melengkung
seperti
sabit
dan terletak di depan sekali. -
Os
interoperculare,
juga
merupakan
tulang
yang
sempit
dan
terletak
di
antara os operculare dan os preoperculare. -
Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di bawah sekali.
Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis yang
menutupi
Membrana
ini
tulang-tulang diperkuat
di
oleh
atasnya,
radii
disebut
branchiostega
membrana yaitu
branchiostega.
berupa
tulang-tulang
kecil yang terletak pada bagian ventral dari pharynx. 2.
Bentuk mulut. Ada
berbagai
macam
bentuk
mulut
ikan
dan
hal
tersebut
berkaitan
erat
dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 9): -
Bentuk
tabung
(tube
like),
misalnya
pada
ikan
tangkur
kuda
(Hippocampus histrix Kaup, 1856) -
Bentuk
paruh
(beak
like),
misalnya
pada
ikan
julung-julung
(Hemirhamphus far (Forsskål, 1775)) -
Bentuk
gergaji
(saw
like)
misalnya
pada
ikan
cucut
gergaji
(Pristis
microdon Latham, 1794) -
Bentuk
terompet,
misalnya
pada
Campylomormyrus
elephas
(Boulenger,
1898) Berdasarkan
dapat
tidaknya
mulut
ikan
tersebut
disembulkan,
maka
bentuk
mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 10):
38
Gambar 8. Tulang-tulang tambahan tutup insang (Andy Omar, 1987)
Gambar 9. Bentuk-bentuk mulut (Afandi et al., 1992)
39
Gambar 10. Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan (Affandi et al., 1992)
40
-
Mulut yang dapat disembulkan, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758)
-
Mulut
yang
tidak
dapat
disembulkan,
misalnya
pada
ikan
lele
(Clarias
batrachus (Linnaeus, 1758)) 3.
Letak mulut. Letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 11): -
Inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung, misalnya pada ikan pare kembang (Neotrygon kuhlii (Müller & Henle, 1841)) dan ikan cucut (Chaenogaleus macrostoma (Bleeker, 1852)).
-
Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah, misalnya
pada
ikan
kuro/senangin
(Eleutheronema
tetradactylum
(Shaw,
1804)) dan ikan setuhuk putih (Makaira indica (Cuvier, 1832)). -
Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)) dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758).
-
Superior,
yaitu
julung-julung
mulut
yang
terletak
(Hemirhamphus
far
di
atas
hidung,
misalnya
(Forsskål,
1775))
dan
ikan
peraba
dalam
mencari
pada kasih
ikan madu
(Kurtus indicus Bloch, 1786). 4.
Letak sungut. Sungut
ikan
umumnya hari
berfungsi
terdapat
(nokturnal)
Ikan-ikan canius
pada
atau
yang
sebagai
Hamilton,
ikan-ikan
ikan-ikan
memiliki 1822),
alat yang
sungut ikan
yang aktif
antara lele
aktif
mencari
mencari
lain
(Clarias
makan
makan
adalah
ikan
batrachus
makanan
di
pada
dan
malam
dasar
perairan.
sembilang
(Plotosus
(Linnaeus,
1758)),
dan
ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758). Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah sudut
sungut mulut,
berbeda-beda. dan
Ada
yang
sebagainya.
terletak
Bentuk
pada
hidung,
sungut
dapat
bibir,
berupa
dagu, rambut,
pecut/cambuk, sembulan kulit, bulu, dan sebagainya. Ada ikan yang memiliki satu
lembar
sungut,
satu
pasang,
dua
pasang,
atau
beberapa
pasang
(Gambar 12).
41
Gambar 11. Letak mulut ikan (Bond, 1979)
Gambar 12. Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan (Affandi et al. 1992)
42
E. Badan Ikan Seluruh
badan
ikan
umumnya
mempunyai
sisik
(squama).
juga rangka dermal, yang berhubungan dengan rangka atau
squama
membentuk
pada ikan tangkur kuda
rangka
luar
terutama
(Hippocampus
pada
Sisik
disebut
luar (exoskeleton). Sisik ikan-ikan
primitif,
misalnya
histrix Kaup, 1856.) yang memiliki sisik
sangat keras. Sisik
yang
sangat
fleksibel
ditemukan
pada
ikan-ikan
moderen.
Ikan-ikan
yang tidak mempunyai sisik antara lain Ameiurus nebulosus (Lesueur, 1819) dari famili
Ictaluridae,
Petromyzontidae,
Lampetra
dan
ikan
Synbranchidae.
Beberapa
tubuh
saja,
tertentu
tridentata
belut
ikan
Monopterus
hanya
misalnya
(Richardson, albus
mempunyai
Polyodon
(Zuiew,
sisik
spathula
1836)
hanya
dari
1793) pada
(Walbaum,
famili
dari
famili
bagian-bagian
1792)
dan
ikan
beberapa
tipe
cakalang Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758). Menurut
bentuknya,
sisik
ikan
dapat
dibedakan
atas
(Gambar 13), yaitu: -
Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah
-
Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes.
-
Ganoid,
merupakan
sisik
yang
terdiri
atas
garam-garam
ganoin,
banyak
terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii. -
Cycloid,
berbentuk
seperti
lingkaran,
umumnya
terdapat
pada
ikan
yang
berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii). -
Ctenoid,
berbentuk
seperti
sisir,
ditemukan
pada
ikan
yang
berjari-jari
sirip keras (Acanthopterygii) Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis). Garis rusuk dapat
ditemukan
baik
pada
ikan
yang
mempunyai
sisik
maupun
tidak
bersisik.
Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini dibentuk oleh sisik yang memiliki pori-pori. Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam pada ikan, yaitu untuk mengetahui perubahan
tekanan
air
yang
terjadi
sehubungan
dengan
aliran
arus
air,
untuk
mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi. 43
Gambar 13.
Bentuk-bentuk sisik ikan (Bond, 1979) 44
Garis
rusuk
yang
biasa
disingkat
dengan
“L.l.”
berbeda
dengan
garis
sisi
(linea transversalis) yang biasa disingkat dengan “L.tr.” atau “l.l.”. Sisik-sisik yang dilalui
oleh
garis
rusuk
mempunyai
lubang
di
tengah-tengahnya
sedangkan
sisik-
sisik yang dilalui oleh garis sisi tidak mempunyai lubang atau pori Setiap
jenis
memperlihatkan
ikan
mempunyai
beberapa
contoh
garis
rusuk
yang
berbeda-beda.
garis
rusuk
yang
ditemukan
Gambar
pada
14
berbagai
jenis ikan. Ada yang hanya memiliki satu dan ada yang lebih, ada yang lengkap tetapi ada pula yang terputus-putus, ada yang berbentuk garis lurus dan ada pula yang bengkok, ada yang menyerupai garis melengkung ke atas dan ada pula yang seperti garis melengkung ke bawah. Selain
beberapa
bagian-bagian
yang
telah
disebutkan
di
atas,
pada
badan
ikan juga sering ditemukan (Gambar 15): -
Finlet yang
(jari-jari tipis
mempunyai
sirip
dan
tambahan),
pendek,
satu
merupakan
umumnya
jari-jari. Finlet
berbentuk
terletak
di
sembulan-sembulan segitiga,
antara
kulit
kadang-kadang
sirip
punggung
dan
sirip ekor, dan di antara sirip dubur dan sirip ekor. Finlet ditemukan misalnya
pada
(Bleeker,
1851))
ikan
kembung
dan
ikan
perempuan tenggiri
(Rastrelliger
brachysoma
(Scomberomorus
commerson
(Lacepède, 1800)) -
Scute (skut, sisik duri), merupakan kelopak tebal yang mengeras dan tersusun
seperti
genting.
disebut
abdominal
Bleeker,
1866),
scute
sedangkan
Skut
yang
(misalnya skut
ditemukan pada
yang
pada
daerah
Clupeoides
terdapat
pada
ekor disebut caudal scute (misalnya pada ikan selar,
perut
hypselosoma
daerah
pangkal
Caranx
heberi
(Bennet, 1830)). -
Keel
(kil,
lunas),
merupakan
rigi-rigi
yang
pada
bagian
tengahnya
terdapat puncak yang meruncing, ditemukan pada bagian batang ekor ikan.
Kil
misalnya
terdapat
pada
ikan
tongkol
(Thunnus
tonggol
(Bleeker, 1851)), ikan slengseng (Scomber australasicus Cuvier, 1832), dan ikan-ikan lain dari famili Scomberidae. -
Adipose fin (sirip lemak), merupakan sembulan kulit di belakang sirip punggung dan sirip dubur, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak. 45
Gambar 14. Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan (Affandi et al., 1992)
46
Gambar 15. Beberapa ciri khusus pada badan ikan (Affandi et al., 1992)
47
Sirip lemak ini misalnya terdapat pada ikan keting Bleeker,
1847)
dan
ikan
jambal
(Pangasius
(Ketengus pangasius
typus
(Hamilton,
1822)). -
Interpelvic
process
(cuping),
merupakan
pertumbuhan
kulit
yang
menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut. Cuping ini
ditemukan
(Lacepède,
misalnya
1800))
pada
dan
ikan
ikan
tongkol
cakalang
(Auxis
(Katsuwonus
thazard pelamis
thazard
(Linnaeus,
1758). F. Anggota Gerak Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada pada
posisi
yang
diinginkannya
karena
adanya
sirip-sirip
tersebut.
Sirip
ini
ada
yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal. Sirip yang berpasangan adalah: -
Sirip
dada
(pinnae
pectoralis
=
pinnae
thoracicae
=
pectoral
fins),
disingkat dengan P atau P1 -
Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis = pelvic fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2
Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal adalah: -
Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian
depan) disingkat
D1,
dengan
sedangkan sirip punggung kedua
(yang di belakang) disingkat dengan D2 -
Sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A.
-
Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C.
Ikan-ikan sirip juga
tunggal
yang disebut
ikan-ikan
Lesson,
1831)
yang
mempunyai ikan tidak
tidak
bersirip
baik
sirip-sirip
lengkap
bersirip
(Gambar
lengkap.
mempunyai
yang
sirip
Ikan perut,
(Parastromateus niger (Bloch, 1795)) juvenil memiliki
berpasangan 16). buntal
maupun
Namun
demikian
(Triodon
sedangkan sirip perut
siripada
macropterus ikan
bawal
tetapi pada saat
dewasa sirip ini tidak berkembang dan bahkan tereduksi. Pada
beberapa
jenis
ikan,
ada
sirip
yang
mengalami
modifikasi
menjadi
semacam alat peraba, penyalur sperma, penyalur cairan beracun, dan lain-lain.
48
Gambar 16. Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan (Lagler et al., 1977)
49
Ikan
gurami
yang
(Osphronemus
bermodifikasi
remora
gouramy
menjadi
alat
Lacepède,
peraba.
Sirip
(Remora remora (Linnaeus, 1758))
penempel. sebagai
Jari-jari
alat
mengeras
penyalur
cairan
sirip
dada
beracun.
1801) punggung
berubah
ikan
Ikan
mempunyai
lele
pertama
fungsinya
(Clarias
terbang
sirip
perut
pada
ikan
menjadi alat
batrachus)
(Hyrundichthys
berfungsi
oxycephalus
(Bleeker, 1852)) memiliki sirip dada yang sangat panjang sehingga ikan ini dapat terbang di atas permukaan air (Gambar 17). Setiap sirip disusun oleh “membrana”, yaitu suatu selaput yang terdiri dari jaringan lunak, dan “radialia” atau “jari-jari sirip” yang terdiri dari jaringan tulang atau tulang rawan. Radialia ini ada yang bercabang
dan ada pula yang tidak,
tergantung pada jenisnya. Berdasarkan
letak
sirip
perut
terhadap
sirip
dada,
dapat
dibedakan
empat
macam letak sirip perut (Gambar 18), yaitu: -
Abdominal, yaitu jika letak sirip perut agak jauh ke belakang dari sirip dada,
misalnya
(Broussonet,
pada
1782)
dan
ikan
bulan-bulan
ikan
japuh
(Megalops
(Dussumieria
cyprinoides
acuta
Valenciennes,
1847). -
Subabdominal, yaitu jika letak sirip perut agak dekat dengan sirip dada,
misalnya
pada
ikan
kerong-kerong
(Therapon
theraps
Cuvier,
1829)
dan
ikan karper perak (Hypophthalmichthys molitrix (Valenciennes, 1844)) -
Thoracic,
yaitu
jika
sirip
perut
misalnya
pada
ikan
layang
terletak
(Decapterus
tepat
di
russelli
bawah
(Rüppell,
sirip 1830))
dada, dan
ikan bambangan (Lutjanus sanguineus (Cuvier, 1828)). -
Jugular, yaitu jika sirip perut terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada, misalnya pada ikan kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786) dan ikan tumenggung (Priacanthus tayenus Richardson, 1846).
G. Ekor Ikan Kent
(1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam
seperti terlihat
pada Gambar 19. Pembagian ini berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, yaitu: -
Protocercal, pada
ujung
ujung ekor,
belakang umumnya
notochord ditemukan
atau pada
vertebrae ikan-ikan
berakhir
lurus
yang
masih
embrio dan ikan Cyclostomata.
50
Gambar 17. Modifikasi berbagai sirip pada ikan (Affandi et al., 1992)
51
Gambar 18.
Letak sirip perut pada tubuh ikan. A. Abdominal; B. Subabdominal; C. Thoracic; D. Jugular (Bond, 1979)
Gambar 19. Tipe-tipe sirip ekor. A. Heterocercal; B. Heterocercal (abbreviate); C. Homocercal; D. Isocercal (Bond, 1979)
52
-
Heterocercal,
ujung
belakang
notochord
pada
bagian
ekor
agak
membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, misalnya pada ikan cucut. -
Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat pada Teleostei.
-
Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda terbagi
secara
terdapat
pada
simetris ikan
baik
dari
Dipnoi
dan
arah
dalam
Latimeria
sehingga sirip ekor
maupun
dari
arah
menadoensis
luar,
Pouyaud,
Wirjoatmodjo, Rachmatika, Tjakrawidjaja, Hadiaty & Hadie, 1999.. Jika
ditinjau
dari
bentuk
luar
sirip
ekor,
maka
secara
morfologis
dapat
dibedakan beberapa bentuk sirip ekor (Gambar 20), yaitu: -
Rounded
(membundar),
misalnya
pada
ikan
kerapu
pada
ikan
bebek
(Cromileptes
altivelis (Valenciennes, 1828)). -
Truncate
(berpinggiran
tegak),
misalnya
misalnya
pada
tambangan
(Lutjanus
johni (Bloch, 1792)). -
Pointed
(meruncing),
ikan
sembilang
(Plotosus
canius
Hamilton, 1822). -
Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada
ikan gulamah (Argyrosomus
amoyensis (Bleeker, 1863)). -
Emarginate
(berpinggiran
berlekuk
tunggal),
misalnya
pada
ikan
lencam
merah (Lethrinus obsoletus (Forsskål, 1775)). -
Double
emarginate
(berpinggiran
berlekuk
ganda),
misalnya
pada
ikan
ketang-ketang (Drepane punctata (Linnaeus, 1758)). -
Forked
/
Furcate
(bercagak),
misalnya
pada
ikan
cipa-cipa
(Atropus
atropos (Bloch & Schneider, 1801)). -
Lunate
(bentuk
sabit),
misalnya
pada
ikan
tuna
mata
besar
(Thunnus
obesus (Lowe, 1839)). -
Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil (Eusphyra blochii (Cuvier, 1816)).
-
Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang (Exocoetus volitans Linnaeus, 1758).
53
Gambar 20. Bentuk morfologi ekor ikan. 1. Rounded; 2. Truncate; 3. Pointed; 4. Wedge shape; 5. Emarginate; 6. Double emarginate; 7. Forked; 8. Lunate; 9. Epicercal; 10. Hypocercal (Affandi et al., 1992)
54
H. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok),
kemudian
masing-masing
kelompok
mempresentasikan
selama
10
menit tentang modifikasi bentuk dan fungsi masing-masing sirip ikan. Di yang
dalam
dilalui
oleh
laboratorium, gurat
sisi
masing-masing (linea
lateralis)
kelompok dan
yang
diskusi tidak
memeriksa dilalui
oleh
sisik garis
tersebut. Sebutkan kesimpulannya. I. Daftar Pustaka Affandi,
R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.
Biologi
Perairan.
Fakultas
Identifikasi Ikan. Institut Pertanian
Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Andy
Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Dasar.
Jurusan
Vertebrata.
Armico,
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung. Djuhanda,
T. 1982. Bandung.
Anatomi
dari
Empat
Species
Hewan
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Kent,
G.G. 1954. Comparative Anatomy Company, Inc., New York.
of
the
Vertebrates.
McGraw
Hill
Book
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong.
55
Lagler,
Mayr,
Moyle,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. E.
1977.
and P.D. Ashlock. 1991. Principles of Systematic edition.McGraw Hill International Edition, New York.
Ichthyology.
Zoology.
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
Second
Ichthyology.
Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Rahardjo,
M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Biologi
Perairan.
Fakultas
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott,
J.S. 1959. An Introduction to Agriculture, Federation of Malaya.
the
Sea
Fishes
of
Malaya.
Ministry
of
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
56
IV. MORFOMETRIK DAN MERISTIK A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
pengertian
morfometrik 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian meristik
B. Morfometrik Setiap jenis
ikan
kelamin,
dapat
mempunyai
dan
keadaan
mempengaruhi
ukuran
yang
lingkungan
kehidupan
ikan
berbeda-beda,
hidupnya. di
tergantung
Faktor-faktor
antaranya
adalah
pada
umur,
lingkungan
yang
makanan,
derajat
keasaman (pH) air, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendirisendiri maupun
secara
terhadap
pertumbuhan
mempunyai
umur
bersama-sama, ikan.
yang
mempunyai
Dengan
sama
namun
pengaruh
demikian, ukuran
yang
walaupun
mutlak
di
sangat dua
antara
besar
ekor
ikan
keduanya
dapat
saling berbeda. Morfometrik (measuring
adalah
methods).
ukuran
Ukuran
bagian-bagian
ikan
adalah
tertentu
jarak
dari
antara
struktur
satu
tubuh
bagian
ikan
tubuh
ke
bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi
dan
panjang
sirip,
dan
diameter
mata
(Hubbs
dan
Lagler,
1958;
Parin,
1999). Satuan Indonesia, milimeter ukuran
ukuran
satuan (mm),
mutlak.
menggunakan
yang
ukuran
digunakan yang
tergantung Untuk
jangka
di
umum
kepada
morfometrik
digunakan
keinginan
memperoleh
sorong
dalam
peneliti.
pengukuran
(calipper).
adalah
Adalah
bervariasi.
sentimeter
Ukuran-ukuran
yang suatu
sangat
lebih hal
(cm) ini
teliti,
yang
tidak
Di atau
disebut
sebaiknya mungkin
untuk memberikan ukuran bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm) pada
saat
hanyalah
melakukan
merupakan
identifikasi.
ukuran
Ukuran
perbandingan.
yang Seekor
digunakan
untuk
ikan
memiliki
yang
identifikasi panjang
total 25 cm dan panjang kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan di dalam
buku-buku
identifikasi
adalah
panjang
kepala
sama
dengan
seperlima
panjang total tubuhnya.
57
Berbagai
ukuran
bagian
tubuh
ikan
yang
sering
digunakan
di
dalam
ujung
bagian
identifikasi ikan adalah (Gambar 21 dan 22): a. Panjang kepala
baku
(panjang
yang
paling
biasa),
depan
yaitu
jarak
(biasanya
garis
ujung
lurus
antara
salah
satu
dari
ikan
yang
diukur
rahang
yang
dari
ujung
terdepan) sampai ke pelipatan pangkal sirip ekor. b. Panjang
cagak
(fork
length),
adalah
panjang
kepala yang terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor. c. Panjang
total,
adalah
jarak
garis
lurus
antara
ujung
kepala
yang
terdepan
antara
bagian
dorsal
yang
melewati
garis
dengan ujung sirip ekor yang paling belakang. d. Tinggi
badan,
dengan
diukur
ventral,
pada
dimana
tempat
bagian
yang
dari
tertinggi
dasar
sirip
punggung tidak ikut diukur. e. Tinggi
batang
ekor,
diukur
pada
batang
ekor
di
tempat
yang
mempunyai
tinggi terkecil. f.
Panjang
batang
ekor,
merupakan
jarak
miring
antara
ujung
dasar
sirip
dubur dengan pangkal jari-jari tengah sirip ekor. g. Panjang
dasar
sirip
punggung
pangkal
jari-jari
pertama
dan
dengan
sirip
tempat
dubur,
merupakan
selaput
sirip
di
jarak
antara
belakang
jari-jari
terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip. h. Panjang
di
bagian
depan
sirip
punggung,
merupakan
jarak
antara
ujung
kepala terdepan sampai ke pangkal jari-jari pertama sirip punggung. i.
Tinggi
sirip
punggung
dan
sirip
dubur,
diukur
dari
pangkal
keping
pertama
sirip sampai ke bagian puncaknya. j.
Panjang jari-jari dari
sirip dan
dada diukur
puncak
rambut harus
dari
sirip
atau lebih
dan
sirip bagian
sampai
benang
halus,
waspada.
perut,
adalah
dasar
ke
puncak
oleh
Pengukuran
panjang
sirip
yang
sirip
beberapa panjang
terbesar
paling
ini.
depan
Sambungan
ahli
juga
ikut
sirip
dada
hanya
menurut
arah
atau
terjauh
sirip
berupa
diukur,
sehingga
dilakukan
jika
bentuk sirip dada itu tidak simetris. k. Panjang dilakukan bagian sirip
jari-jari jika
jari-jari
tengah
sampai
sirip
ke
sirip. ujung
dada yang
yang
terpanjang,
terpanjang
terletak
Pengukuran jari-jari
dilakukan
tersebut.
pengukuran di
mulai
Jika
jari-jari
ini
tengah-tengah dari lain
hanya atau
pertengahan yang
di
dasar
dimaksudkan
dan bukan jari-jari tengah maka hal ini harus dinyatakan.
58
l.
Panjang
jari-jari
keras
panjang
pangkal
yang
walaupun
ujung
sambungan
dan
jari-jari
sebenarnya
ini
masih
seperti
lemah. sampai
disambung
rambut.
Panjang
Panjang
ke oleh
jari-jari
keras
adalah keras,
ujung
bagian
yang
bagian
yang
lemah
atau
jari-jari
lemah
diukur
dari
pangkal
termuka
dari
kepala
hingga
sampai ke ujungnya. m. Panjang
kepala,
adalah
jarak
antara
ujung
ujung
terbelakang
dari
keping
tutup
insang.
pengukuran tutup
sampai
insang
ke
pinggiran
(membrana
Beberapa
terbelakang
branchiostega)
selaput
sehingga
peneliti yang
melakukan
melekat
diperoleh
pada
panjang
kepala
yang lebih besar. n. Tinggi
kepala,
merupkan
panjang
garis
tegak
antara
pertengahan
terbesar
antara
kedua
pangkal
kepala dan pertengahan kepala di sebelah bawah. o. Lebar
kepala,
merupakan
jarak
lurus
keping
tutup
insang pada kedua sisi kepala. p. Lebar / tebal badan, adalah jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan. q. Panjang
hidung,
merupakan
jarak
antara
pinggiran
terdepan
dari
hidung
atau bibir dan pinggiran rongga mata sebelah ke depan. r. Panjang
ruang
antar
mata,
merupakan
jarak
antara
pinggiran
atas
dari
kedua rongga mata (orbita). s. Panjang
bagian
belakang
kepala
dari
orbita
di
belakang
sampai
pinggir
mata,
adalah
belakang
jarak
selaput
antara
keping
pinggiran
tutup
insang
bawah
orbita
(membrana branchiostega). t.
Tinggi
bawah
mata,
merupakan
jarak
kecil
antara
pinggiran
dan rahang atas. u.
Tinggi
pipi,
merupakan
jarak
tegak
antara
orbita
dan
pinggiran
bagian
depan keping tutup insang depan (os preoperculare). v. Panjang
antara
preoperculare), preoperculare.
mata
adalah Pada
dan
sudut
panjang
antara
saat
pengukuran,
keping sisi
tutup
rongga
senantiasa
insang
mata juga
depan
dengan
(os
sudut
os
turut
diukur
panjang
menengah
orbita
(rongga
duri yang mungkin ada pada sudut os preoperculare tersebut. w. Panjang
atau
lebar
mata,
adalah
panjang
garis
mata). x.
Panjang
rahang
atas,
adalah
panjang
tulang
rahang
atas
yang
diukur
mulai
dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang rahang atas.
59
Gambar
21.
Berbagai ukuran pada tubuh ikan. PT. Panjang total; PB. Panjang baku; PC. Panjang cagak; PK. Panjang kepala; A. Sirip dubur; C. Sirip ekor; D1. Sirip punggung depan; D2. Sirip punggung belakang; P. Sirip dada; V. Sirip perut; 1. Moncong; 2. Sungut; 3. Tutup insang; 4. Sisik pada linea lateralis; 5. Scute batang ekor; 6. Sisik di atas linea lateralis; 7. Sisik di bawah linea lateralis; 8. Sisik tambahan (auxillary scales); 9. Scute pada bagian perut; 10. Filamen (rambut) yang dapat bergerak sendiri; 11. Kell; 12. Sirip lemak; 13. Filamen (Affandi et al., 1992)
60
Gambar 22. Berbagai ukuran pada kepala ikan. a. Panjang hidung; b. Panjang kepala di belakang mata; c. Panjang antara mata dengan sudut os preoperculare; d. Tinggi pipi; e. Tinggi di bawah mata; f. Lebar mata; g. Panjang rahang atas; h. Panjang rahang bawah; i. Panjang di depan mata; j. Tinggi kepala; 1. Maxilla; 2. Premaxilla; 3. Dentary; 4. Hidung; 5. Os interoperculare; 6. Os preoperculare; 7. Os operculare; 8. Os suboperculare; 9. Membrana branchiostega (Affandi et al., 1992)
61
y. Panjang
rahang
bawah,
adalah
panjang
tulang
rahang
bawah
yang
diukur
mulai dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang pelipatan rahang. z. Lebar bukaan mulut, merupakan jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar-lebarnya.
Selain
pengukuran
secara
langsung,
juga
dilakukan
nisbah
atau
pembandingan beberapa ukuran tubuh seperti tersebut di bawah ini dan hasilnya ditabulasikan seperti terlihat pada Tabel 5. (a)
Indeks
panjang
kepala,
yaitu
perbandingan
antara
panjang
total
dan
panjang kepala (b)
Indeks panjang bahu, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang bahu
(c)
Indeks
tinggi
badan,
yaitu
sirip
punggung,
perbandingan
antara
panjang
total
dan
tinggi
badan (d)
Indeks
yaitu
perbandingan
antara
panjang
total
dan
panjang dasar sirip punggung (e)
Indeks
sirip
dubur,
yaitu
perbandingan
antara
panjang
total
dan
panjang
dasar sirip dubur (f)
Indeks
batang
ekor
(1),
yaitu
perbandingan
antara
panjang
total
dan
panjang batang ekor (g)
Indeks batang ekor (2), yaitu perbandingan antara panjang batang ekor dan tinggi batang ekor
(h)
Indeks tinggi kepala, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan tinggi kepala
(i)
Indeks
lebar
mata,
yaitu
perbandingan
antara
panjang
kepala
dan
lebar
mata (j)
Indeks rahang atas, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan panjang rahang atas
62
Tabel 5. Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran pada tubuh ikan
63
C. Meristik Berbeda
dengan
bagian-bagian penghitungan termasuk jumlah
tertentu jumlah
dalam
gigi,
karakter
morfometrik
tubuh
ikan,
bagian-bagian
karakter
jumlah
meristik
tapis
yang
menekankan
karakter
meristik
tubuh
ikan
(counting
antara
lain
jumlah
insang,
jumlah
kelenjar
pada berkaitan
methods).
jari-jari
buntu
pengukuran
Variabel
yang
jumlah
sisik,
sirip,
(pyloric
dengan
caeca),
jumlah
dahulu
harus
vertebra, dan jumlah gelembung renang (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999). 1. Menghitung jari-jari sirip Untuk
menentukan
dicantumkan
huruf
rumus
kapital
yang
suatu
sirip
menentukan
tertentu,
sirip
yang
terlebih dimaksud.
Sirip
punggung
disingkat dengan D, sirip ekor dengan C, sirip dubur dengan A, sirip perut dengan V, dan sirip dada dengan P. Menghitung terletak
pada
melakukan
jari-jari
sisi
sirip
sebelah
pemeriksaan,
yang
kiri,
harus
berpasangan
kecuali
jika
diingat
bahwa
dilakukan
ada
pada
ketentuan
ikan
khusus.
diletakkan
sirip
yang
Pada
saat
dengan
kepala
menghadap ke sebelah kiri dan perut mengarah ke bawah. Jari-jari sirip dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jarijari lemah. tidak
Jari-jari dapat
keras
tidak
dibengkokkan.
berbuku-buku,
Jari-jari
keras
pejal
ini
(tidak
biasanya
berlubang), berupa
duri,
keras,
dan
cucuk,
atau
patil, dan berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Jari-jari
lemah
dibengkokkan,
dan
bersifat
agak
berbuku-buku
tergantung
pada
jenis
ikannya.
mengeras,
pada
salah
satu
cerah,
atau
Jari-jari
sisinya
seperti
beruas-ruas. lemah
ini
bergigi-gigi,
tulang
rawan,
Bentuknya
mungkin
bercabang,
berbeda-beda
sebagian atau
mudah
keras
satu
atau
sama
lain
saling berlekatan. Perumusan
jari-jari
keras
digambarkan
dengan
angka
Romawi,
walaupun
jari-jari itu pendek sekali atau rudimenter. Sirip punggung ikan yang terdiri dari 10 jari-jari keras maka rumusnya ditulis D.X. Untuk
jari-jari
lemah,
Arab
(angka
biasa).
Jari-jari
ikan
mas
(Cyprinus
carpio
perumusan lemah carpio
yang
digambarkan mengeras,
Linnaeus,
1758),
dengan seperti
harus
memakai
yang
angka
terdapat
digambarkan
pada
tersendiri
(Gambar 23-A). Jika pada ikan mas terdapat 4 jari-jari lemah yang mengeras dan sekitar 16 – 22 jari-jari lemah, maka rumusnya harus ditulis D. 4.16 – 22.
64
65
Cara
perumusan
semacam
ini
juga
dipergunakan
untuk
menggambarkan
jumlah cabang jari-jari yang bersatu menjadi satu “jari-jari keras”. Jari-jari seperti ini
misalnya
ditemukan
pada
ikan
baung
(Hemibagrus
nemurus
(Valenciennes,
1840)), ikan lundu (Mystus gulio (Hamilton, 1822)), dan sebagainya. Jika pada satu sirip terdapat jari-jari keras dan jari-jari lemah maka jumlah tiap-tiap
jenis
jari-jari
harus
digambarkan
berdampingan.
Pada
Gambar
23-B
terlihat sirip punggung yang disusun oleh 10 – 12 jari-jari keras dan 12 – 15 jarijari lemah, maka rumusnya adalah D.X-XII.12-15. Seandainya sekali
terpisah
bagian dari
sirip
bagian
punggung
sirip
pertama
yang
berjari-jari
keras
jelas
kedua
yang
berjari-jari
lemah,
atau
punggung
dengan kata lain terdapat dua buah sirip punggung, maka untuk ikan tersebut di atas mempunyai rumus D1.X-XII. D2.12-15. Pada cabang.
Gambar
Biasanya
24
yang
terlihat umum
perbedaan
digambarkan
antara adalah
jari-jari hanya
pokok
jumlah
dan
jari-jari
pangkal
jari-jari
yang nyata terlihat. Hal ini penting dilakukan karena cabang jari-jari tidak mudah ditentukan dan jumlahnya pun berbeda-beda. Untuk sama
ikan-ikan
dengan
bercabang, sehingga
jumlah
karena
famili
jari-jari
hanya
mencapai
dimaksudkan
dari
hanya
bercabang
satu
pinggiran jumlah
Cyprinidae,
jari-jari atas
jari-jari
ditambah
tidak
dari
jumlah
dengan
bercabang
keping
yang
jari-jari
satu
yang
sirip
bercabang
pokok
jari-jari
begitu
(Gambar saja,
senantiasa tidak
panjangnya
25).
Jika
yang
ini
harus
harus
selalu
morfologi
agak
maka
hal
dinyatakan pula. Pada diingat
saat
untuk
mengeras.
menghitung
jumlah
menganggap
Jari-jari
satu
bercabang
jari-jari
jari-jari
adalah
yang lemah
semua
tidak
bercabang,
yang
secara
jari-jari
yang
punggung
dan
mempunyai
cabang,
sirip
dihitung
walaupun terlihat kurang begitu jelas (Gambar 26). Dua
jari-jari
yang
terakhir
pada
sirip
dubur
sebagai satu jari-jari pokok. Jari-jari pokok yang terakhir ini sering tampak sebagai dua
duri
yang
penghitungan
berdekatan.
jari-jari
yang
Cara
menghitung
seperti
ini
nyata
bercabang.
Sebaliknya
biasa cara
dilakukan ini
pada
tidak
dapat
pokok.
Pada
dipakai pada ikan yang berjari-jari tidak bercabang. Rumus
sirip
ekor
biasanya
menggambarkan
jumlah
jari-jari
ikan yang sirip ekornya berjari-jari yang bercabang maka jumlah jari-jari sirip ini ditetapkan sebanyak jumlah jari-jari yang bercabang ditambah dua.
66
Gambar 24. Jari-jari pokok dan jari-jari cabang (Andy Omar, 1987)
Gambar 25. Jumlah jari-jari pokok (Andy Omar, 1987)
Gambar 26. Perbedaan jari-jari pada sirip ikan (Andy Omar, 1987)
67
Pada terkecil
dan
pangkal
berpasangan,
pada
sisi
Seringkali
untuk
jari-jari
sehingga
semua
paling
Kadang-kadang
besar,
jumlah
yang
terletak
sirip.
pembesar. yang
sirip
yang
harus
jari-jari
bawah
atau
keperluan
kecil
dihitung, paling
ini
terlebih
sebelah
digunakan
kadang-kadang
dipisahkan
termasuk dalam
sebuah
merapat
dahulu
yang kaca
pada
sebelum
dari
jari-jari
menghitung
jari-jari. Jari-jari kecil ini ikut dihitung jika kita menghitung jumlah jari-jari
sirip dada, tetapi untuk sirip perut tidak perlu. Jika kedua sirip perut bertaut menjadi satu sirip perut maka biasanya hal ini dapat
diketahui.
lengkap
atau
Kedua
sirip
kelihatan
asal
simetri
masih
pada
terlihat
kedua
jelas
bagian
karena
yang
bersatu
kurang
membentuknya.
Pada
keadaan tersebut di atas ini, jumlah jari-jari sirip hanya dihitung pada salah satu bagian saja. Pada jari-jari
ikan-ikan
mengeras
selaput
yang
hanya
pembungkus
bersirip
ada
dari
perut
sebagai
jari-jari
kurang
suatu
lemah
sempurna,
penunjang
pertama.
kadang-kadang
yang
terletak
Dengan
di
satu bawah
menggunakan
kaca
pembesar, hal ini dapat diketahui karena adanya buku-buku pada jari-jari tersebut dan struktur kembar secara keseluruhan. 2. Menghitung jumlah sisik Garis rusuk dibentuk oleh sisik-sisik yang berlubang atau berpori. Di bawah sisik ini terletak seutas urat syaraf yang disebut neuromast. Jika garis rusuk tidak ada
maka
dihitung
Penghitungan belakang
jumlah
berakhir
bagian
pada
sisik
pada
garis
permulaan
ekor yang terakhir.
dimana
pangkal
Tempat
biasa
ekor,
garis
atau
ini dengan
rusuk
pada
mudah
berada.
ruas
tulang
dapat ditetapkan
yaitu dengan cara menggoyang-goyangkan sirip ekor, dan pada pelipatan pangkal sirip ekor itu terletak ruas tulang belakang yang dimaksud. Sisik yang berada di atas pelipatan ini tidak ikut dihitung, demikian juga sisik pada pangkal sirip ekor, walaupun sisik-sisik ini berlubang. Sisik garis rusuk yang paling depan ialah sisik di belakang lengkung bahu yang sama sekali tidak menyentuh lagi lengkung bahu ini. Ada
tiga
cara
yang
dapat
digunakan
untuk
menghitung
sisik-sisik
di
atas
dan di bawah garis rusuk, yaitu: -
dengan
cara
menjatuhkan
garis
tegak
dari
permulaan
sirip
punggung
pertama (D1) sampai ke pertengahan dasar sirip perut, kemudian
68
menghitung
jumlah
sisik-sisik
yang
dilalui
oleh
garis
tersebut
(lihat
Gambar 27-A). -
jika cara di atas tidak mungkin dilakukan
karena garis tersebut melalui
dasar sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip perut
sampai
ke
punggung
dan
kemudian
menghitung
jumlah
sisik-sisik
yang dilalui oleh garis ini (lihat Gambar 27-B). -
cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari permulaan
sirip
sedangkan permulaan
punggung
untuk sirip
pertama
jumlah
dubur
sisik
dan
terus
di
ke
bawah
dihitung
bawah garis
miring
naik
dan
rusuk
ke
atas
ke
belakang,
dimulai dan
pada
ke
muka
(Gambar 27-C). Pada
penghitungan
jumlah
sisik-sisik
seperti
tersebut
di
atas
ini,
jumlah
sisik pada garis rusuk sendiri tidak ikut dihitung. Jumlah
sisik
di
muka
sirip
punggung
adalah
jumlah
semua
sisik
yang
dikenai oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip punggung sampai ke belakang kepala.
Biasanya
merupakan
garis
sisik
ini
dihitung
perbatasan
antara
pada kuduk
ikan yang
yang
garis
bersisik
dan
pangkal kepala
kepalanya yang
tidak
bersisik. Jumlah baris sisik di muka sirip punggung (biasanya lebih kecil daripada jumlah sisik di muka sirip punggung) adalah jumlah baris sisik pada suatu sisi dari garis antara permulaan sirip punggung dengan kuduk. Untuk
mengetahui
jumlah
sisik
pipi,
terlebih
dahulu
dibuat
sayatan
garis
yang ditarik dari mata ke sudut keping tulang insang depan atau os preoperculare. Selanjutnya,
jumlah
sisik
pipi
adalah
jumlah
badan
dapat
baris
sisik
yang
melewati
garis
sayatan tersebut (Gambar 28). Jumlah jumlah
sisik
di
sekeliling
semua sisik yang
dikenai
oleh suatu
diketahui
dengan
cara
garis yang mengelilingi
menghitung badan
dan
terletak di muka sirip punggung. Jumlah sisik ini sangat penting untuk digunakan dalam mengidentifikasi famili Cyprinidae. Jumlah sisik batang ekor adalah jumlah sisik yang dikenai oleh suatu garis yang mengelilingi batang ekor.
69
Gambar 27. Sisik di atas dan di bawah garis rusuk (Andy Omar, 1987)
Gambar 28. Sisik pada pipi (Andy Omar, 1987)
70
3. Jumlah finlet Finlet
merupakan
sirip-sirip
tambahan
rudimenter
yang
terpisah-pisah
dan
terletak di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Contoh ikan yang mempunyai finlet 1800))
di
antaranya
dan
ikan
adalah
layang
ikan
tenggiri
(Decapterus
(Scomberomorus
russeli
(Rüppel,
commerson
1830)).
(Lacepède,
Jumlah
finlet
perlu
diketahui karena sangat penting untuk identifikasi.
4. Insang Insang terdiri dari tapis insang, tulang lengkung insang, dan lembaran atau daun Untuk
insang.
Lengkung
identifikasi
insang
biasanya
terdiri
digunakan
dari
lengkung
jumlah
tapis
atas
insang
dan
lengkung
bawah.
pada
lengkung
insang
yang pertama pada satu sisi badan, kecuali jika ada ketentuan lain. Jumlah tapis insang ialah jumlah seluruh tapis insang pada lengkung insang pertama pada satu sisi badan, termasuk yang rudimenter.
5. Organ-organ Dalam Beberapa untuk jumlah
organ
kepentingan vertebra,
dalam
identifikasi. jumlah
pilorik
sebagai
ciri
Organ-organ kaeka
taksonomis dalam
(pyloric
dapat
tersebut
caeca),
dijadikan di
bentuk
pegangan
antaranya
adalah
gelembung
renang
(vesica natatoria), dan posisi gelembung renang.
D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok),
kemudian
masing-masing
kelompok
mempresentasikan
selama
10
menit tugas di bawah ini. 1. Deskripsi ikan betok (Anabas testudineus (Bloch, 1792)) adalah sebagai berikut: jari-jari keras sirip punggung: 16 - 20; jari-jari lemah sirip punggung: 7-10; jari-jari keras sirip dubur 9 - 11; dan jari-jari lemah sirip dubur: 8 - 11. Setiap kelompok membuat rumus jari-jari sirip ikan tersebut. 2. Rumus jari-jari sirip ikan Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804) berikut ini: D. VIII; I-II, 13-15 A. I-II, 15-17 TL 2000. Jelaskan kesimpulan kelompok masing-masing
71
E. Daftar Pustaka Affandi,
R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.
Biologi
Perairan.
Fakultas
Identifikasi Ikan. Institut Pertanian
Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Andy
Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Dasar.
Jurusan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Carpenter,
K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter,
K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter,
K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter,
K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter,
K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. 72
Direktorat
Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Hubbs, C.L. and K.F. Lagler. 1958. Fishes of the Great Lakes Region. Universityof Michigan Press, Ann Arbor, Michigan. Kent,
G.G. 1954. Comparative Anatomy Company, Inc., New York.
of
the
Vertebrates.
McGraw
Hill
Book
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
1977.
Moyle,
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
Ichthyology.
Ichthyology.
Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Rahardjo,
M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Biologi
Perairan.
Fakultas
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott,
J.S. 1959. An Introduction to Agriculture, Federation of Malaya.
the
Sea
Fishes
of
Malaya.
Ministry
of
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
73
V. IDENTIFIKASI A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
cara-cara
melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik. 2. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
cara-cara
menyusun
mampu
memahami
dan
menjelaskan
cara-cara
menyusun
ciri-ciri
taksonomik
kunci identifikasi. 3. Agar
mahasiswa
hirarki dari kategori-kategori taksonomi.
B. Identifikasi Identifikasi individu
yang
Pengertian
adalah
tugas
beraneka
identifikasi
untuk
ragam
berbeda
mencari
dan
dan
mengenal
memasukkannya
sekali
dengan
ke
dalam
pengertian
suatu
klasifikasi.
takson.
Identifikasi
berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke dalam
suatu
upaya
mengevaluasi
klasifikasi
urutan
kunci
identifikasi,
sejumlah
merupakan
besar
penataan
sedangkan ciri-ciri.
klasifikasi
Menurut
hewan-hewan
Mayr
ke
berhubungan
dengan
dan
(1991),
dalam
Ashlock
kelompok-kelompok
berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka. Ditinjau dari segi ilmiah, identifikasi
sangat
penting
tergantung
kepada
hasil
artinya
identifikasi
karena yang
seluruh benar
urutan
dari
pekerjaan
suatu
sampel
selanjutnya
yang
sedang
diteliti. Pada Indonesia,
saat
melakukan
diperlukan
identifikasi
bantuan
ikan-ikan
buku-buku
yang
berasal
identifikasi.
dari
Beberapa
perairan buku
di
kunci
identifikasi yang dapat digunakan antara lain adalah: -
Weber,
M. and
L.
F.
de
Beaufort.
1911.
The
Fishes
of
the
Indo
–
The
Fishes
of
the
Indo
–
The
Fishes
of
the
Indo
–
The
Fishes
of
the
Indo
–
Australian Archipelago. Volume I. E. J. Brill, Leiden. -
Weber,
M.
and
L.
F.
de
Beaufort.
1913.
Australian Archipelago. Volume II. E. J. Brill, Leiden. -
Weber,
M.
and
L.
F.
de
Beaufort.
1916.
Australian Archipelago. Volume III. E. J. Brill, Leiden. -
Weber,
M.
and
L.
F.
de
Beaufort.
1922.
Australian Archipelago. Volume IV. E. J. Brill, Leiden.
74
-
Weber,
M.
and
L.
F.
de
Beaufort.
1929.
The
Fishes
of
the
Indo
–
The
Fishes
of
the
Indo
–
The
Fishes
of
the
Indo
–
Australian Archipelago. Volume V. E. J. Brill, Leiden. -
Weber,
M.
and
L.
F.
de
Beaufort.
1931.
Australian Archipelago. Volume VI. E. J. Brill, Leiden. -
Weber,
M.
and
L.
F.
de
Beaufort.
1936.
Australian Archipelago. Volume VII. E. J. Brill, Leiden. -
de
Beaufort,
L.
F.
1940.
The
Fishes
of
the
Indo
–
Australian
Archipelago. Volume VIII. E. J. Brill, Leiden. -
de Beaufort, L. F. and W. M. Chapman. 1951. The Fishes of the Indo – Australian Archipelago. Volume IX. E. J. Brill, Leiden.
-
Weber,
M.
and
L.
F.
de
Beaufort.
1953.
The
Fishes
of
the
Indo
–
Australian Archipelago. Volume X. E. J. Brill, Leiden. -
de Beaufort, L. F. and J. C. Brigss. 1962. The Fishes of the Indo – Australian Archipelago. Volume XI. E. J. Brill, Leiden.
-
Munro,
I.
S.
R.
1955.
The
Marine
and
Freshwater
Fishes
of
Ceylon.
Department of External Affairs, Canberra. -
Scott, J. S. 1959. An Introduction to the Sea Fishes of Malaya. Ministry of Agriculture, Federation of Malaya.
-
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta.
-
Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes
of
Western
Indonesia
and
Sulawesi.
Periplus
Editions Limited, Hong Kong. -
Carpenter, K. E. and V. H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes.
The
Living Marine
Pacific.
Volume
2.
Cephalopods,
Resources
of
Crustaceans,
the Western Central Holothurians
and
Sharks. FAO, Rome -
Carpenter, K. E. and V. H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes.
Pacific.
Volume
3.
The
Living Marine
Batoid
Fishes,
Resources
Chimaeras
of
and
the Western Central Bony
Fishes
Part
1
(Elopidae to Linophrynidae). FAO, Rome -
Carpenter, K. E. and V. H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes.
The
Living
Marine
Resources
of the Western Central
75
Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). FAO, Rome. -
Carpenter, K. E. and V. H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes.
Pacific.
Volume
The 5.
Living Marine
Bony
Fishes
Resources
Part
3
of
the Western Central
(Menidae
to
Pomacentridae).
FAO, Rome -
Carpenter, K. E. and V. H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes.
The
Living Marine
Resources
of
the Western Central
Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). FAO, Rome. Pada buku-buku identifikasi tampak bahwa pada setiap nomor terdapat dua sampai empat pilihan yang berbeda. Kita harus memilih salah satu pilihan sesuai dengan
ciri-ciri
pertama dapat
yang
sesuai
terdapat
dengan
meneruskan
pada
ciri-ciri
sesuai
yang
dengan
sampel
ikan
terdapat
nomor
yang
yang
pada
kita
sampel
berada
di
amati.
Jika
tersebut
sebelah
pilihan
maka
kanan
kita
pilihan
tersebut. Sebaliknya, jika pilihan pertama tidak sesuai maka kita harus mengambil pilihan kedua, ketiga, atau keempat. Pada nomor ini kita juga dapat meneruskan sesuai dengan nomor yang berada di sebelah kanan. Salah bawah ikan
ini
contoh
diberikan
opudi,
Selatan.
satu
salah
dalam
menggunakan
langkah-langkah
satu
Langkah-langkah
ikan
yang
endemik yang
identifikasi
ini
buku
harus
kunci
dilakukan
terdapat
identifikasi, untuk
di Danau
berdasarkan
buku
berikut
di
mengidentifikasi
Matano, Sulawesi identifikasi
Saanin
(1984).
1.
d
Rangka terdiri dari tulang benar; bertutup insang. sub classis TELEOSTEI.
3
3.
b
Kepala simetris.
4
4.
c
Badan tidak seperti ular.
6
6.
c
7 9
7.
d
Badan bersisik atau tidak, kadang-kadang seluruhnya atau sebagian tertutup oleh kelopak-kelopak tebal. Garis rusuk jika ada, di atas sirip dada.
9.
c
Tidak demikian.
10
76
10.
c
Lebih dari dua jari-jari sirip punggung keras.
12
12.
a
Dua sirip punggung yang nyata berpisahan. ordo PERCESOCES.
57
Ordo PERCESOCES Sirip dada biasa tidak memakai rambut-rambut di bawahnya
58
Garis rusuk tidak ada atau tak sempurna, tulang rahang atas tidak bertulang tambahan; mulut sedang atau kecil; sirip dada pertengahan tinggi atau di atasnya.
59
57.
58.
59.
b
b
b
622.
b
625.
a
626.
a
Sirip punggung pertama berlainan, sirip dubur dengan satu jari-jari yang mengeras; tulang punggung lebih dari 30. familia ATHERINIDAE.
622
Familia ATHERINIDAE Permulaan sirip dubur sedikit di belakang sirip punggung pertama. Perut terletak pada setengah yang di belakang dari jarak antara hidung dan sirip ekor. Permulaan sirip punggung pertama di muka perut. Batang ekor lebih pendek daripada sirip dubur; 15 – 20 buah tulang saringan insang yang panjang. A. I. 11 – 13. genus THELMATHERINA. Hidung sama panjang dengan atau lebih pendek dari lebar mata. Kurang panjang
625 626
A. I. 13 – 15. Sisik antara D. dan V 71/2 – 8 baris. Sirip dada sepanjang kepala tidak dengan hidung. Telmatherina celebensis Blgr.
Huruf-huruf yang tercantum sesudah nomor-nomor di sebelah kiri masingmasing menunjukkan
pilihan
yang
tercantum
pada
nomor-nomor
tersebut.
Huruf
a
menunjukkan pilihan pertama, huruf b untuk pilihan kedua, huruf c untuk pilihan ketiga, dan huruf d untuk pilihan keempat. Berdasarkan
langkah-langkah
yang
telah
dilakukan
di
atas,
maka
kunci
identifikasi ikan opudi berdasarkan buku identifikasi Saanin (1984) adalah: Kelas PISCES – 1d – sub classis TELEOSTEI – 3b – 4c – 6c – 7d – 9c – 10c – 12a – ordo PERCESOCES – 57b – 58b – 59b – famili ATHERINIDAE –
622b
–
genus
THELMATHERINA
–
625a
–
626a
–
Thelmatherina
celebensis Blgr.
77
Setelah
memperoleh
dari
kategori-kategori
hirarki Carolus kelas,
Linnaeus ordo,
identifikasi
taksonomi.
maka
Hirarki
hanya
meliputi
lima
genus,
spesies,
dan
varietas
kunci
identifikasi
menggunakan
dan
kunci
ini
selanjutnya pertama
kategori
sebagaimana
kali
dapat
dicetuskan
dalam
dunia
dan
Ashlock
(Mayr tersebut
di
atas,
disusun
hewan, 1991).
maka
oleh yaitu: Jika
kategori
taksonomi ikan opudi adalah sebagai berikut: Kelas PISCES Subkelas TELEOSTEI Ordo PERCESOCES Famili ATHERINIDAE Genus THELMATHERINA Spesies Thelmatherina celebensis Blgr. Menurut
Mayr dan Ashlock (1991), kategori yang umum digunakan dewasa
ini adalah sebagai berikut: Dunia (kingdom) Filum (phylum) Subfilum Superkelas Kelas Subkelas Cohort Superordo Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamili Suku (tribe) Genus Subgenus [Superspesies] Spesies Subspesies 78
Pada bidang iktiologi, nama ordo mempunyai akhiran –formes, subordo dengan –idei, superfamili dengan –oidea, famili dengan –idea, subfamili dengan kata – inae, dan suku atau tribe dengan kata –ini. Pengertian varietas, subspecies (anak jenis), dan spesies (jenis) dapat dilihat pada Glosarium. C. Catatan Untuk melakukan identifikasi, terlebih dahulu harus disiapkan buku-buku kunci identifikasi. Buku kunci identifikasi yang sering digunakan di Indonesia adalah buku-buku identifikasi yang disusun oleh Saanin dan buku-buku yang disusun oleh Weber dan de Beaufort sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, saat ini sangat banyak buku-buku identifikasi yang dikeluarkan oleh FAO berdasarkan kelompok ikan-ikan tertentu. Salah satu contoh buku tersebut adalah tentang ikan merah yang tertulis dalam buku FAO Species Catalogue Volume 6 (Allen, 1985). D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Di dalam laboratorium, setiap kelompok menentukan kunci identifikasi dan kategori taksonomi ikan lundu (Arius maculatus Thunberg, 1792) dengan menggunakan buku Saanin (1968). Presentasikan hasil masing-masing kelompok. E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Departemen Biologi Bogor, Bogor.
Rahardjo. Perairan.
Biologi
Perairan.
Fakultas
1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian
Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.
79
Andy
Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Sistematika
Dasar.
Jurusan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Carpenter, K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. de Beaufort, L.F. 1940. The Fishes of the Indo – Australian Archipelago. Volume VIII. E. J. Brill, Leiden. de Beaufort, L.F. and J.C. Brigss. 1962. The Archipelago. Volume XI. E. J. Brill, Leiden.
Fishes of the Indo – Australian
de Beaufort, L.F. and W.M. Chapman. 1951. The Fishes of the Indo – Australian Archipelago. Volume IX. E. J. Brill, Leiden. Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
80
Mayr,
E. and P.D. Ashlock. 1991. Principles of edition.McGraw Hill International Edition, New York.
Systematic
Zoology.
Second
Munro, I.S.R. 1955. The Marine and Freshwater Fishes of Ceylon. Department of External Affairs, Canberra. Munro, I.S.R. 1967. The Fishes of New Guinea. Department of Agriculture, Stock and Fisheries, Port Moresby, New Guinea. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Biologi
Perairan.
Fakultas
Rifai, M.A. 1999. Kamus Biologi. Balai Pustaka, Jakarta. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott,
J.S. 1959. An Introduction Agriculture, Federation of Malaya.
to
the
Sea
Fishes
of
Malaya.
Ministry
of
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1911. Archipelago. Volume I. E. J. Brill, Leiden.
The
Fishes
of
the
Indo
–
Australian
Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1913. Archipelago. Volume II. E. J. Brill, Leiden.
The
Fishes
of
the
Indo
–
Australian
Weber,
M. and L.F. de Beaufort. 1916. The Archipelago. Volume III. E. J. Brill, Leiden.
Fishes
of
the
Indo
–
Australian
Weber,
M. and L.F. de Beaufort. 1922. The Archipelago. Volume IV. E. J. Brill, Leiden.
Fishes
of
the
Indo
–
Australian
Weber,
M. and L.F. de Beaufort. 1929. The Archipelago. Volume V. E. J. Brill, Leiden.
Fishes
of
the
Indo
–
Australian
Weber,
M. and L.F. de Beaufort. 1931. The Archipelago. Volume VI. E. J. Brill, Leiden.
Fishes
of
the
Indo
–
Australian
Weber,
M. and L.F. de Beaufort. 1936. The Archipelago. Volume VII. E. J. Brill, Leiden.
Fishes
of
the
Indo
–
Australian
Weber,
M. and L.F. de Beaufort. 1953. The Archipelago. Volume X. E. J. Brill, Leiden.
Fishes
of
the
Indo
–
Australian
81
VI. ANATOMI IKAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
beberapa
istilah
yang berkaitan dengan anatomi 2. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
cara-cara
melakukan pengamatan organ dalam ikan (anatomi ikan).
B. Pengertian Anatomi Anatomi mempelajari sangat
merupakan organ-organ
penting
salah dalam
untuk
satu
cabang
suatu
diketahui
dari
organisme.
karena
Ilmu
Hayat
Anatomi
merupakan
(Biologi)
suatu
dasar
yang
spesies
dalam
ikan
mempelajari
jaringan tubuh, penyakit dan parasit, sistematika, dan sebagainya. Bentuk dan letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan dapat saja berbeda
dengan
bentuk
tubuh,
spesies
pola
ikan
adaptasi
lainnya. spesies
Hal
ini
ikan
disebabkan
tersebut
adanya
perbedaan
terhadap
lingkungan
anatomis
pada
tempat
mereka hidup, atau stadia dalam hidup spesies tersebut. Beberapa antara
lain:
makanan,
organ
otak,
limpa,
yang
rongga
dapat
mulut,
kelenjar
diamati
insang,
kelamin,
secara
jantung,
gelembung
hati,
renang,
empedu, dan
tubuh
alat
lain-lain
ikan
pencernaan (Gambar
29
dan 30). Ada
dua
tindakan
pengamatan
yang
dilakukan
untuk
mengamati
anatomis
ikan yaitu: a. Inspectio = mengamati dengan tidak mempergunakan alat bantu. b. Sectio = membuka dinding badan untuk mengamati bagian dalam tubuh ikan. Agar berada ikan-ikan
organ-organ
pada yang
posisi
yang
diamati
masing-masing,
telah
diawetkan
berada maka
pada
kondisi
sebaiknya
sebelumnya.
Jika
yang
ikan
yang
sampel
ikan
baik
dan
diamati telah
tetap adalah
diawetkan
maka organ-organ yang lunak dan mudah rusak seperti otak, jantung, hati, dan lain-lain, dilakukan
telah
menggumpal
pembedahan.
atau
Bahan
mengeras
pengawet
dan
yang
tidak
akan
digunakan
terganggu pada
adalah
larutan
saat
formalin
10%.
82
Gambar 29. Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)
83
Gambar 30. Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes (Affandi et al., 1992)
84
C. Prosedur Pembedahan Untuk melakukan pembedahan yang baik haruslah dilakukan dengan urutan sebagai berikut (Gambar 31): 1. Ikan yang akan diamati, diletakkan di atas papan bedah atau baki bedah dengan kepala menghadap ke sebelah kiri dan bagian punggung terletak di bagian atas. 2. Dengan menggunakan pisau atau gunting yang tajam dibuat sayatan membujur, dimulai dari pertengahan mulut kemudian terus ke arah bagian atas kepala sehingga otak akan tampak. 3. Jika sayatan telah melewati daerah tengkuk (kuduk) maka penyayatan
4.
5.
6.
7.
harus dilakukan dengan hati-hati agar ujung pisau tidak melewati dasar tulang punggung. Hal ini dimaksudkan agar organ yang berada di bawah tulang punggung tidak terganggu. Penyayatan atau pembedahan harus diarahkan ke bagian bawah pada saat pisau bedah telah mendekati bagian ekor. Ujung sayatan kemudian berakhir di daerah belakang anus. Dengan menggunakan gunting bedah, bagian dasar tubuh (dasar perut) kemudian digunting mengarah ke bagian depan sehingga otot-otot yang membungkus organ-organ dalam dapat dibuka secara keseluruhan. Bagian yang dikelupas (telah dibuka) hanya bagian sebelah depan saja sehingga dengan demikian letak organ dalam, mulai dari organ-organ yang terletak di bagian kepala sampai ke organ-organ yang terletak di bagian belakang, akan nampak jelas terlihat. Organ-organ yang tidak nampak dalam preparat dapat dicari dengan cara menelusuri dan membandingkannya dengan pustaka.
D. Istilah-istilah Anatomi Beberapa istilah anatomi yang sering ditemukan adalah: - cranial = ke arah kepala - caudal = ke arah ekor - superior = ke arah atas (atas) - inferior = ke arah bawah (bawah) - dorsal = ke arah punggung - ventral = ke arah perut
85
Gambar 31. Prosedur pembedahan tubuh ikan (Andy Omar, 1987)
86
-
abdominal
= ke arah dalam perut
-
thoracal
= ke arah dada
-
anterior
= ke arah muka
-
posterior
= ke arah belakang
-
dexter
= sebelah kanan
-
sinister
= sebelah kiri
-
lateral
= ke arah sisi/samping
-
medial
= ke arah tengah
-
proximal
= lebih mendekati ke arah batang tubuh
-
distal
= lebih menjauhi ke arah batang tubuh
Untuk
menentukan
kedudukan
atau
posisi
organ-organ,
maka
badan
ikan
garis
tengah
dan
dapat dibagi atas bidang-bidang (Gambar 32) sebagai berikut: -
Bidang
medial,
yaitu
bidang
yang
jalannya
memotong
berjalan dari bagian dorsal ke ventral -
Bidang
sagittal,
yaitu
bidang
yang
jalannya
sejajar
dengan
bidang
median,
di sebelah kanan dan kiri garis tengah -
Bidang frontal,
yaitu bidang yang jalannya tegak lurus bidang median dan
memotong bidang median dengan sudut 90º dari cranial ke caudal. -
Bidang transversal, yaitu bidang yang jalannya tegak lurus bidang frontal.
E. Gelembung Berenang Pada
beberapa
natatoria
=
hidrostatik,
ikan
tertentu
pneumatocyst). untuk
ditemukan
Gelembung
menentukan
gelembung
berenang
tekanan
air
berenang
berfungsi
sehubungan
(vesica
sebagai
dengan
alat
kedalaman
perairan. Pneumatocyst ventral dari oval
ren,
dengan
terdapat aorta
warna
di
bagian
abdominalis,
keputih-putihan,
dorsal
dan
rongga
columna
terdiri
atas
badan,
yaitu
di
vertebralis. Umumnya dua
bagian
yang
sebelah berbentuk
tidak
sama
besar. Dari bagian anterior, tepat di perbatasan antara bagian anterior dan bagian posterior, esophagus.
keluar Saluran
sebuah ini
saluran
disebut
yang
ductus
menghubungkan
pneumaticus
dan
pneumatocyst berfungsi
dengan
sebagai
jalan
keluar masuknya udara ke dalam pneumatocyst (Gambar 33).
87
Gambar 32. Berbagai posisi tubuh ikan (Andy Omar 1987)
Gambar 33. Gelembung berenang (Bond, 1979)
88
Berdasarkan
ada
tidaknya
ductus
pneumaticus,
ikan-ikan
dapat
dibedakan
atas dua golongan yaitu: -
Physostomi,
adalah
ikan-ikan
yang
memiliki
ductus
pneumaticus,
misalnya
ikan karper (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758) -
Physoclysti,
adalah
ikan-ikan
yang
tidak
memiliki
ductus
pneumaticus,
misalnya ikan mujair (Oreochromis mossambicus (Peters, 1852))
F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). carilah
Selanjutnya,
lima
jenis
ikan
setiap yang
kelompok
melakukan
termasuk
golongan
penelusuran physostomi
pustaka dan
dan
physoclisti.
Presentasikan tugas tersebut di dalam kelas.
G. Daftar Pustaka Affandi,
R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Andy
Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Biologi
Ichthyologi.
Perairan.
Jurusan
Fakultas
Perikanan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
Moyle,
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Wischnitzer,
1977.
to
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Ichthyology.
Ichthyology.
Anatomy.
89
VII. SISTEM INTEGUMEN
A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar
mahasiswa
mampu
mengenali
beberapa
organ
kelengkapan
tubuh
yang terdapat pada bagian integumen 2. Agar mahasiswa mampu mengenali bagian-bagian dan membedakan jenisjenis sisik pada ikan. 3. Agar
mahasiswa
mampu
mengenali
dan
menunjukkan
posisi
derivat-derivat
ikan
yang
terletak
paling
luar.
dari
kulit
kulit lainnya pada tubuh ikan.
B. Kulit dan Derivat Kulit Integumen integumen
merupakan
atau
Derivat-derivat
systema
kulit
bagian
tubuh
integumentum
tersebut
adalah
terdiri
sisik,
jari-jari
sirip,
dan scute
Sistem
derivat-derivatnya. (skut),
keel
(kil),
kelenjar lendir, dan kelenjar racun.
1.
Kulit Kulit
merupakan
pembungkus
luar
dan
berfungsi
sebagai
alat
pertahanan
pertama terhadap serangan penyakit serta juga dapat mencegah pengaruh faktorfaktor luar
terhadap
tubuh
ikan.
Dalam
beberapa
hal,
kulit
juga
dapat
berfungsi
sebagai alat respirasi, alat ekskresi, dan alat osmoregulasi. 2.
Sisik (squama) Ada
ikan
yang
mempunyai
sisik,
tetapi
ada
juga
yang
tidak
memiliki.
Umumnya, ikan-ikan yang tidak bersisik mempunyai lapisan lendir yang lebih tebal pada bagian kulitnya dibandingkan ikan-ikan yang memiliki sisik. Sisik dimana
yang
satu
terdapat
sisik
di
menutupi
sebelah
bawah
sebagian
sisik
epidermis di
tersusun
belakangnya.
seperti
Bagian
genteng
sisik
yang
tampak dari luar yaitu yang tidak tertutup oleh sisik lain disebut ‘exposed part’ (bagian terbuka), sedangkan bagian yang tidak tampak karena tertutup oleh sisik di
depannya
disebut
‘embedded
part’
(bagian
tertutup).
Bagian
yang
terbuka
tersebut merupakan bagian posterior dari sisik dan pada bagian ini terdapat butirbutir zat
warna
(pigmen,
chromatophora),
sedangkan
pada
bagian
yang
menempel pada kulit (bagian anterior) tidak memiliki pigmen.
90
Sel-sel bintang,
pigmen
yang
mengandung
dijumpai
terdapat
pigmen
kristal-kristal
hitam
guanin
pada
sisik
yang
disebut
yang
ikan
tampak
umumnya
melanophora.
mengkilap,
pelangi, yang terdapat
di dalam guanophora (iridocyt), serta
dan
(Gambar
garis-garis
disebut
garis
garis-garis
radiair
pertumbuhan.
konsentris
ini
34).
Di
Garis-garis
daerah
digunakan
konsentris
ugahari
sebagai
alat
berbentuk
itu,
kebiru-biruan
juga
seperti
garis-garis konsentris pada
(temperate, untuk
Selain
seperti
sisik
ikan
bermusim
menduga
umur
juga
empat), ikan
dan
disebut annulus (jamaknya: annuli). Sisik ikan dapat dibedakan atas lima tipe, yaitu (Gambar 35): a.
Cosmoid,
umumnya
terdapat
pada
ikan-ikan
primitif,
misalnya
Latimeria
chalumnae. b.
Ganoid, lapisan
berbentuk basal
menyerupai
yang
homolog
kubus dengan
dan
terdiri
atas
dua
sentin
dan
dibuat
lapisan,
yaitu
corium
serta
oleh
lapisan luar yang homolog dengan email dan terdiri atas guanin dan dibuat oleh epidermis. Sisik ini ditemukan pada ikan sturgeon. c.
Placoid, berbentuk belah ketupat, pipih dengan bentuk seperti duri mencuat di
tengah-tengahnya
dijumpai
pada
dan
ikan-ikan
menghadap bertulang
ke
rawan
belakang
(caudal).
(Chondrichthyes),
Banyak
misalnya
ikan
cucut. d.
Cycloid
(sisik
lingkaran),
dan
garis-garis
konsentris pigmen
melanophora.
berbentuk radiair,
bulat
pipih
mengandung
Ditemukan
pada
dengan
kristal-kristal
ikan-ikan
garis-garis guanin
berjari-jari
dan lemah
(Malacopterygii), misalnya ikan mas, ikan hampal, dan sebagainya. e.
Ctenoid (sisik sisir), bentuknya agak mirip dengan sisik cycloid, tetapi pada bagian pada
posterior ikan-ikan
terdapat berjari-jari
‘ctenii’ keras
(duri
halus
berupa
(Acanthopterygii),
rigi-rigi).
misalnya
ikan
Ditemukan tambakan,
ikan tawes, ikan belanak, dan lain-lain. 3. Jari-jari Sirip (Radialia) Setiap
sirip
disusun
oleh
selaput
yang
terdiri
atas
jaringan
lunak
yang
disebut membrana dan rangka yang terdiri atas jaringan tulang atau tulang rawan (cartilago)
yang
dan
juga
ada
disebut yang
jari-jari
tidak,
sirip
tergantung
atau pada
radialia.
Ada
jenisnya.
radialia
Radialia
ini
yang
bercabang
bersendi
pada
suatu basalia. Pada sirip yang letaknya di median, basalia berhubungan langsung
91
Gambar 34. Bagian-bagian sisik ikan (Andy Omar, 1987)
92
Gambar 35. Jenis-jenis sisik ikan (Bond, 1979)
93
dengan ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), yaitu pada spina neuralis atau pada spina haemalis. Sebaliknya, pada sirip yang lain, basalia bersendi pada tulang lain yang disebut cingulum. Pada pinna caudalis, basalia berhubungan langsung dengan spina vertebra caudalis. Jari-jari sirip pada ikan dapat dibedakan atas (Gambar 36): a. Jari-jari keras, dengan ciri-ciri: sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbukubuku. Jari-jari keras ini dapat berupa cucuk, duri, atau patil. b. Jari-jari lemah, mempunyai ciri-ciri: mudah dibengkokkan, berbuku-buku, nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya. c. Jari-jari lemah mengeras, dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan. 4. Lendir Lendir pada ikan dihasilkan oleh kelenjar lendir yang terdapat pada bagian epidermis kulit. Kelenjar ini menghasilkan mucin (glikoprotein) yang jika bercampur dengan air akan membentuk lendir. Fungsi lendir pada ikan antara lain: a. untuk mengurangi gesekan b. untuk mencegah infeksi c. untuk mencegah kekeringan d. untuk mempertahankan diri e. untuk membantu dalam proses reproduksi f. untuk osmoregulasi 5.
Kelenjar Racun Pada beberapa jenis ikan terdapat kelenjar racun yang merupakan derivate dari kulit. Kelenjar ini akan mensekresikan zat yang bila disuntikkan kepada manusia akan menyebabkan rasa sakit, bahkan dapat menimbulkan kematian. Beberapa contoh ikan yang mempunyai kelenjar racun adalah: a. Cucut (Heterodontus francisci (Girard, 1855)), memiliki kelenjar racun pada duri sirip punggung. b. Pari (Pteroplatytrygon violacea (Bonaparte, 1832)), memiliki kelenjar racun pada duri yang terdapat di sirip ekor. c. Sembilang (Plotosus lineatus (Thunberg, 1787)), memiliki kelenjar racun pada duri di bagian kepala.
94
Gambar 36. Jari-jari sirip (Andy Omar, 1987)
95
C. Ikan Beracun Ikan beracun adalah ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau anggota tubuh ikan itu dimakan oleh manusia. Secara umum, ikan beracun (poisonous fishes) ditujukan kepada ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun secara keseluruhan, bersifat toksik (beracun). Ikan berbisa (venomous fishes) biasanya terbatas hanya pada ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan menyebarkan racun tersebut pada saat menggigit atau menusuk korbannya. Kenyataannya, semua ikan berbisa adalah beracun tetapi tidak semua ikan beracun adalah berbisa. Ikan-ikan yang secara nyata mempunyai organ berbisa (venom apparatus) disebut phanerotoxic, sedangkan ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung racun disebut cryptotoxic. Ikan-ikan beracun dapat dibedakan atas: a. Ichthyosarcotoxic fishes = ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot, viscera, atau kulit b. Ichthyootoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya pada gonad. Umumnya pada ikan-ikan air tawar. Termasuk ikan-ikan yang mempunyai telur-telur yang beracun. c. Ichthyohemotoxic fishes = ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam darahnya. Ditemukan pada belut air tawar dan beberapa ikan laut. d. Ichthyocrinotoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan
racun
melalui
sekresi kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa. Misalnya boxfishes, trunkfishes, hagfishes, dan lampreys, yang seluruhnya memproduksi substansi beracun pada kulitnya dan kadang-kadang melepaskan racun tersebut ke lingkungan perairan tempat mereka ditemukan. Ichthyosarcotoxism
adalah
peristiwa
keracunan
akibat
memakan
ikan
yang
mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran tubuhnya. Meliputi antara lain: ciguatera poisoning, tetraodon poisoning, scombroid poisoning, clupeoid poisoning, elasmobranch poisoning, hallucinatory poisoning, cyclostomes poisoning, chimaera poisoning, dan gempylid poisoning. Ichthyocrinotoxism adalah peristiwa pada kulitnya.
keracunan
akibat
terserang
oleh
ikan-ikan
yang
memiliki
racun
96
Ciguatera poisoning adalah peristiwa keracunan ikan yang menimbulkan gangguan pada alat pencernaan dan syaraf. Merupakan sebuah bentuk rasa mabuk yang menimbulkan rasa mual, muntah, sakit perut, panas dingin, dan mati rasa pada mulut. Gejala-gejala lainnya termasuk sakit kepala, kejang, pusing atau pening, dan kadang-kadang kulit tangan dan kaki melepuh. Istilah ini pertama kali dipakai pada peristiwa keracunan yang disebabkan oleh Livona picta, sejenis cacing laut, di Laut Karibia. Ciguatera poisoning
umumnya
disebabkan
oleh
ikan-ikan
yang
hidup
di
terumbu karang daerah tropis dan ikan-ikan laut yang semipelagis; hidup di dasar tetapi jarang ditemukan pada kedalaman 200 kaki; di antara 35°LU dan 34°LS; pemakan alga bentik, ikan bentik, atau organisme bentik lainnya, dan jarang yang bersifat plankton-feeder. Ada sekitar 440 spesies ikan laut yang bersifat ciguatoxic. Racun ini juga ditemukan pada beberapa Echinodermata, Moluska, dan Arthropoda, yang hidup di laut. Sebagian besar ikan laut di perairan tropis dapat menyebabkan ciguatera poisoning, walaupun beberapa spesies dapat bersifat toksik di lokasi geografis tertentu sedangkan di lokasi lainnya tidak. Ikan-ikan yang sering menyebabkan ciguatera poisoning antara lain adalah: morays (Muraenidae), barracuda (Sphyraenidae), snappers (Lutjanidae), groupers (Serranidae), jack (Carangidae), milkfish (Chanidae), tarpons (Elopidae), herrings (Clupeidae), anchovies (Engraulidae), lizardfishes (Synodontidae), conger eels (Congridae), flyingfishes (Exocoetidae), squirrelfishes (Holocentridae), surgeonfishes (Acanthuridae), butterflyfishes (Chaetodontidae), mackerels dan tuna (Scombridae), trunkfishes (Ostraciidae), puffer (Tetraodontidae), porcupinefishes (Diodontidae), goatfishes (Mullidae), porgies (Sparidae), wrasses (Labridae), parrotfishes (Scaridae). Tetrodotoxin adalah racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan kerabatnya (Tetraodontidae, Diodontidae, dan Molidae). Ovari dan hati merupakan organ yang paling toksik, sedangkan perut dan usus dapat menyebabkan kematian, demikian juga mata dan ginjal. Beberapa spesies ikan buntal mempunyai kulit, jaringan sub-cutaneous, dan testis yang beracun. Struktur kimia tetrodotoxin mirip dengan tarichatoxin, racun yang ditemukan pada kadal air Taricha torosa. Tetraodon poisoning merupakan peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan buntal (viscera, Tetrodotoxin (TTX) disebut juga
khususnya ovari dan puffer poison atau
liver) fugu
dan kerabatnya. poison ditemukan
pada
97
beberapa
puffers,
ocean
sunfishes,
porcupinefishes,
triggerfishes,
spikefishes,
trunkfishes, dan filefishes. Sekitar 75 spesies bersifat racun. Scombroid
poisoning
adalah
peristiwa
keracunan
disebabkan
oleh
makan
ikan tongkol dan cakalang (mackerel, tuna, skipjack, bonito, dan Japanese saury Cololabis dalam aksi
saira).
ototnya, enzim
Jika
ikan
dikenal
dan
scombroid
dengan
bakteri
diawetkan,
istilah
saurine.
pada
saat
ikan
oleh
makan
peristiwa
keracunan
disebabkan
tarpons,
bonefishes
dan
slickheads).
substansi Substansi
mati.
terbentuk
tersebut
Clupeoid
ikan
Toksisitas
beracun
dibentuk
di
oleh
poisoning
merupakan
(herrings,
anchovies,
tembang
racun
berasosiasi
dengan
rantai
yang
disebabkan
oleh
karena
makanan. Beberapa
peristiwa
keracunan
lainnya
memakan ikan antara lain adalah: -
Fish
poisoning
atau
ichthyotoxism
adalah
keracunan
karena
makan
ikan
(bersifat umum). -
Elasmobranch
poisoning
adalah
peristiwa
keracunan
disebabkan
oleh
makan daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan pari. Ikan cucut yang
beracun
sharks
di
antaranya
(Hexanchidae),
adalah
dogfish
requiem
sharks
sharks
(Squalidae),
(Carcharhinidae), dan
mackerel
cow sharks
(Lamnidae). -
Hallucinatory
poisoning
adalah
peristiwa
keracunan
disebabkan
oleh
makan ikan belanak dan kuro -
Cyclostome
poisoning
adalah
peristiwa
keracunan
disebabkan
oleh
makan
disebabkan
oleh
makan
ikan lamprey dan hagfishes. -
Gempylid daging
poisoning ikan
(semacam
lilin)
adalah
peristiwa
famili
Gempylidae.
dalam
konsentrasi
keracunan Daging
yang
tersebut
tinggi.
Wax
mengandung
terdiri
atas
cetyl
wax dan
ester oleyl berasal dari asam oleat dan asam hidroksi-oleat. Berdasarkan
asal
dari
racun
yang
terdapat
di
dalam
tubuh
ikan,
maka
daging
ikan,
tidak
terdapat beberapa istilah berkaitan dengan hal tersebut, antara lain yaitu: -
Ichthyotoxin adalah racun yang berasal dari ikan (secara umum)
-
Ichthyosarcotoxin
adalah
racun
yang
terdapat
pada
termasuk racun-racun yang disebabkan oleh aktivitas bakteri -
Ichthyohemotoxin adalah racun yang terdapat di dalam darah ikan
98
-
Ichthyootoxin adalah racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan
-
Ichthyoacanthotoxin
adalah
racun
yang
disekresikan
oleh
organ-organ
beracun (venom apparatus), seperti spina, alat penyengat, atau gigi ikan. -
Ichthyocrinotoxin dihasilkan
oleh
adalah ikan
racun
hagfishes,
yang
berasal
lampreys,
dari
morays
kelenjar
kulit
(Muraenidae),
yang
soapfishes
(Grammistidae), puffer (Tetraodontidae), dan porcupinefishes (Diodontidae). -
Ostracitoxin
adalah
substansi
racun
yang
berasal
dari
kulit
ikan
Ostracion
lentiginosus (ikan buntal, boxfish atau trunkfish) untuk membunuh ikan atau hewan laut lainnya. Racun ini disebut juga pahutoxin.
Kadar tergantung
racun kepada
yang jenis
terdapat ikan
dan
pada
organ
organnya.
Namun
dalam
ikan
demikian,
berbeda-beda, ovari
dan
hati
merupakan organ-organ yang sangat berbahaya (Tabel 6).
Tabel 6. Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan
D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Selanjutnya, setiap kelompok melakukan penelusuran pustaka dan
99
carilah lima jenis ikan ikan-ikan air tawar yang beracun yang terdapat di lokasi anda. Carilah pula lima jenis ikan-ikan air laut yang beracun. Presentasikan tugas tersebut di dalam kelas.
E. Daftar Pustaka Affandi,
R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Andy
Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Biologi
Ichthyologi.
Perairan.
Jurusan
Fakultas
Perikanan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Djamali,
A., Burhanuddin, dan M. Hutomo. 1994. Fauna Ikan-ikan Laut Berbisa dan Beracun di Indonesia. Proyek Pemasyarakatan dan Pembudayaan IPTEK, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Halstead,
B.W. 1988. Poisonous and Venomous Marine Second edition. Darwin Press, Darwin. 1168 p.
Animals
Lagler,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
Moyle,
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
of
1977.
to
Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
the
World.
Ichthyology.
Ichthyology.
Anatomy.
100
VIII. SISTEM ALAT GERAK A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
bagian-bagian
dari
sebuah urat daging atau otot ikan. 2. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak urat daging atau otot-otot ikan. 3. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
bagian-bagian
dari
rangka ikan. 4. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak dan nama-nama tulang ikan
B. Otot atau Urat Daging Ikan Dibandingkan
dengan
vertebrata
lainnya,
ikan
mempunyai
susunan
otot
yang relatif jauh lebih sederhana. Berdasarkan histologisnya, otot pada tubuh ikan dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu: -
otot licin (smooth muscle)
-
otot bergaris melintang atau otot rangka (skeletal / striated muscle)
-
otot jantung (cardiac muscle)
Berdasarkan
cara
kerjanya,
otot-otot
yang
terdapat
pada
tubuh
ikan
dipengaruhi
oleh
dipengaruhi
oleh
sehingga
setiap
dibedakan atas dua golongan yaitu: -
voluntary
muscle,
yaitu
otot
yang
bekerja
karena
rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka -
involuntary
muscle,
yaitu
otot
yang
bekerja
tanpa
rangsang, misalnya otot licin dan otot jantung
Urat urat
daging
daging
tempat
sehingga
tersebut
dimana
mempunyai
pada
dia
fungsi secara
Untuk
ikan
mempunyai terdapat.
untuk
dengan
hampir
peranan Namun
menggerakkan
keseluruhan
melihat
tersebar
seluruh
atau
fungsi
demikian,
ikan
bagian-bagian
tubuh
tersendiri
secara
bagian-bagian
menyebabkan jelas
di
urat
daging,
dengan
urat
daging
umum
tertentu
mampu
sesuai
dari
bergerak maka
tubuh
ikan
(berenang). perlu
dibuat
sayatan melintang pada tubuh ikan agak ke caudal (potongan tegak lurus melalui tulang punggung). Setelah terpotong dua maka tampaklah otot-otot yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran konsentris. Potongan otot yang berupa lingkaran
101
lingkaran dari
cranial
disebut
ke
coni
myomer oleh
konsentris
disebabkan
caudal
musculi.
atau
suatu
ini
oleh
Coni
myotome.
otot-otot
lapisan-lapisan
musculi
Antara
pembungkus
karena
ini
satu
yang
otot
tersusun
myomer
disebut
tersebut
tersusun
secara
rapi dan
yang
berbentuk
kerucut
secara
segmental
dan
dengan
myomer
myocommata
atau
lainnya
disebut
dipisahkan
myoseptum.
Otot-otot
yang terletak di bagian sebelah kiri dan kanan tubuh dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut
septum
vertical. Oleh
suatu
sekat yang disebut
septum
horizontale
atau horizontale skeletogenous septum, otot-otot pada tubuh ikan terbagi atas dua daerah yaitu (Gambar 37): -
musculi
dorsalis
atau
musculi
epaxialis,
yaitu
kumpulan
otot-otot
yang
yaitu
kumpulan
otot-otot
yang
terdapat di sebelah dorsal septum horizontale -
musculi
ventralis
atau
musculi
hypaxialis,
terletak di sebelah ventral septum horizontale
Pada dan
daerah
banyak
septum
mengandung
horizontale lemak
terdapat
yang
jaringan
disebut
mud
otot
stripe
berwarna
(red
merah
muscle)
atau
musculus lateralis superficialis. Jika
dilihat
dari
arah
lateral
maka
bentuk
otot-otot
bergaris
melintang
(lateral skeletal musculature) dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu (Gambar 38): -
tipe cyclostomine, ditemukan pada ikan-ikan Agnatha
-
tipe piscine, didapatkan pada Chondrichthyes dan Osteichthyes Otot-otot
yang
terdapat (Gambar
pada
bagian
kepala
pada
bagian
punggung
pada 39),
(Gambar
tubuh pada
41),
ikan
bagian
pada
sirip
Osteichthyes di
bawah
dada
dapat
kepala
(Gambar
ditemukan
(Gambar
42),
pada
40), sirip
perut (Gambar 43), dan pada sirip ekor (Gambar 44). Pada ikan Chondrichthyes, otot-otot
tersebut
dapat
dibedakan
atas:
otot-otot
appendicular,
otot-otot
branchiomeric, dan otot-otot hypobranchial (Gambar 45 dan 46).
102
Gambar 37. Penampang melintang otot ikan (Andy Omar, 1987)
103
Gambar 38. Tipe otot pada ikan (Andy Omar, 1987)
104
Gambar 39. Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)
Gambar
40.
Otot-otot pada Omar, 1987)
bagian
di
bawah
kepala
ikan
Osteichthyes
(Andy
105
Gambar 41. Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)
106
Gambar 43. Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)
Gambar 44. Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)
107
Gambar
Gambar
45.
46.
Otot-otot appendicular (Wischnitzer, 1972)
Otot-otot
dan
hypobranchial
branchiomeric
pada
ikan
pada
ikan
Chondrichthyes
Chondrichthyes
(Wischnitzer,
1972) 108
C. Sistem Rangka Yang termasuk ke dalam sistem rangka antara lain tulang belakang, tulang sejati, tulang rawan, jaringan pengikat (connective tissue), sisik-sisik, komponenkomponen gigi,
jari-jari
sirip,
dan
penyokong
sel
pada
sistem
saraf.
Rangka
merupakan struktur yang berfungsi sebagai penyokong tegaknya tubuh dan dapat dibedakan atas: -
rangka luar (exoskeleton), berupa sisik (squama)
-
rangka
dalam
(endoskeleton),
berupa
tulang-tulang
yang
menyusun
rangka
tubuh ikan Tulang
banyak
mengandung
sebagainya.
Pada
ikan
sebenarnya
berasal
dari
garam
bertulang tulang
sejati
rawan.
kalsium,
fosfor,
(Osteichthyes),
Proses
magnesium,
tulang
dan
yang
keras
dari
tulang
pembentukan
tulang
seperti
jantung,
rawan menjadi tulang sejati disebut osifikasi. Rangka pada ikan mempunyai fungsi antara lain: -
memberi bentuk kepada tubuh
-
sebagai penunjang tubuh
-
melindungi
bagian
tubuh
sebelah
dalam,
otak,
hati,
alat
pencernaan, dan lain-lain -
menghasilkan garam kalsium
-
sebagai alat gerak pasif
-
sebagai salah satu tempat pembuatan darah
-
berfungsi sebagai alat penyalur sperma pada beberapa jenis ikan tertentu
Berdasarkan
jenisnya,
rangka
tulang
dapat
dibedakan
atas
dua
golongan,
yaitu: -
osteum (tulang sejati, tulang benar), yaitu tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Osteichthyes
-
cartilago
(tulang
rawan),
golongan
Chondrichthyes
yaitu dan
tulang-tulang
juga
ikan
yang
terdapat
Osteichthyes
yang
pada
ikan
masih
muda
dan
tulang
Berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dapat dibedakan atas: -
rangka
axial,
terdiri
dari
tulang
tengkorak,
tulang
punggung,
rusuk
109
-
rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya
-
rangka
appendicular,
yaitu
rangka
anggota
badan,
seperti
jari-jari
sirip
dan
tulang-tulang penyokongnya. Untuk preparat
mengamati
tulang.
rangka
Preparat
ikan
tulang
secara
dibuat
umum,
dari
terlebih
ikan
yang
dahulu
harus
dibuat
berukuran
cukup
besar
sehingga memudahkan dalam pembuatannya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk membuat preparat tulang, yaitu:
a. Cara fisik Ikan termasuk dengan tidak
Teleostei sisik-sisik
air
ikan
panas
rapuh.
yang
Otot-otot pinset
pada
tulang,
dibersihkan
tidak
mengalami
besar
tersebut
secara
menggunakan
agak
ada.
perlahan-lahan
yang
dan
jika
(misalnya
terdapat
pisau.
Jika
dengan
pembusukan
Setelah diperoleh
pada
tubuh
masih
ada
rangka
cakalang)
bersih,
agar
menggunakan
maka
ikan
tersebut
siramlah
rangka ikan
yang
yang
Agar
ikan
bagus
dibersihkan
otot-otot
sikat.
dibersihkan,
dicelupkan
ke
dan
dengan
tersisa
otot-otot
itu
melekat
yang
tersisa
dalam
larutan
formalin selama 5 – 7 jam. Diusahakan agar pada saat merendam rangka tersebut keadaan
preparat
dalam
keadaan
lurus
seperti
sebelum
diberikan
perlakuan.
Rangka hasil pengawetan tersebut dijemur di bawah sinar matahari selama 5 – 7 hari
sambil
dibersihkan
potongan-potongan maka
potongan
perekat.
jika
tulang tersebut
Preparat
yang
masih
ada
yang
terlepas
ditempel
pada
sudah
selesai
otot-otot
kecil
yang
selama
proses
tempatnya
semula
sebaiknya
disimpan
melekat.
Jika
ada
penyikatan/penjemuran dengan di
menggunakan
dalam
kotak
agar
tidak terganggu.
b. Cara kimiawi Ikan yang sudah bersih dan tidak bersisik lagi direbus selama 3 – 5 menit dalam
panci
yang
berukuran
besar
agar
posisi
ikan
tersebut
tidak
bengkok.
Setelah direbus, ikan tersebut direndam dalam larutan NaOH 4% selama 8 – 12 jam
sampai
daging
ikan
tersebut
mudah
dikelupas.
Jika
masih
sulit
terkelupas,
ikan tersebut direndam kembali ke dalam larutan NaOH yang lebih encer. Setelah otot-otot
ikan
tersebut
terkelupas,
rangka
preparat
disimpan
pada
wadah
yang
aman.
110
c. Cara biologis Pembuatan
rangka
ikan
secara
biologis
dilakukan
dengan
membiarkan
ikan
membusuk secara alami sehingga otot-ototnya habis dimakan oleh binatangbinatang kecil. Ikan sampel yang akan diambil rangkanya ditanam ke dalam tanah agar bau busuk tidak menyebar. Setelah satu minggu, preparat tersebut diamati apakah otot-ototnya telah mengalami pembusukan atau belum. Jika proses pembusukan berjalan sempurna maka yang tersisa hanyalah tulang-belulangnya. Untuk pembersihan selanjutnya digunakan sikat. Agar rangka tersebut aman, preparat tersebut disimpan di dalam kotak, diikat atau direkat supaya tidak bergerak-gerak. Secara umum untuk mengamati sistem rangka maka dapat dibedakan atas rangka secara umum (Gambar 47), tulang-tulang tengkorak (Gambar 48, 49, 50, dan 51), dan tulang belakang atau vertebra (Gambar 52). D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10 menit tentang mekanisme pergerakan otot ikan pada saat berenang dan mengapa otot disebut alat gerak pasif dan tulang disebut alat gerak aktif? E. Daftar Pustaka Affandi,
R.,
Alamsjah,
D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Biologi
Perairan.
Fakultas
Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen
Andy
Biologi Bogor.
Perairan.
Fakultas
Perikanan.
Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Institut
Ichthyologi.
Pertanian
Jurusan
Bogor,
Perikanan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
111
Gambar 47. Rangka ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)
Gambar 48. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)
112
Gambar 49. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal (Chiasson, 1980)
113
Gambar 50. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral (Chiasson, 1980)
Gambar 51. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal (Chiasson, 1980)
114
Gambar 52. Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan (Andy Omar, 1987) Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
Moyle,
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Wischnitzer,
1977.
to
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Ichthyology.
Ichthyology.
Anatomy.
115
IX. SISTEM PENCERNAAN
A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui posisi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya. 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi kelenjar pencernaan B. Alat Pencernaan Pencernaan pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Fungsi alat pencernaan adalah untuk menghancurkan zat makanan (molekul makro) menjadi zat terlarut (molekul mikro) sehingga zat makanan tersebut mudah diserap dan kemudian dapat digunakan pada proses metabolisme di dalam tubuh ikan. Proses pencernaan pada ikan terjadi dalam dua bentuk yaitu secara fisik yang terjadi di dalam rongga mulut dan lambung, dan secara kimiawi yang terjadi di dalam lambung dan usus. Alat pencernaan pada ikan sering berbeda antar satu spesies dengan spesies lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pola adaptasi terhadap makanannya. Alat pencernaan yang sering mengalami adaptasi adalah bibir, gigi, mulut, dan saluran pencernaan. Alat pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan yang meliputi mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, duodenum, intestinum, rectum, dan anus; serta kelenjar pencernaan yang terdiri dari hati, empedu, dan pancreas. Setiap alat pencernaan memiliki tugas masing-masing. Mulut berguna untuk menangkap atau mengambil makanan. Adaptasi mulut ikan terhadap makanannya menyebabkan ditemukannya beraneka macam bentuk mulut ikan. Ikan-ikan yang biasanya mencari makanan dengan memangsa jenis ikan lain, umumnya mempunyai mulut yang lebar, sedangkan ikan-ikan yang biasa mengambil makanan dengan jalan mengisap organisme yang menempel pada substrat (perifiton) biasanya mempunyai bentuk bibir yang tebal (misalnya ikan tambakan, Helostoma temmincki). Sebaliknya ikan belanak (Liza sp.) yang
116
mencari makanan di dasar perairan mempunyai bibir yang tebal dan kadangkadang mulutnya dapat disembulkan. Rongga makanan.
mulut
Di
berfungsi
untuk
tempat
rongga
mulut
terdapat
dalam
mencabik
atau
gigi-gigi.
memotong-motong
Berdasarkan
letaknya,
terdapat tiga macam gigi pada ikan bertulang sejati, yaitu gigi mulut, gigi rahang, dan gigi pharynx (Gambar 53). Sebaliknya berdasarkan bentuknya, gigi ikan dapat dibedakan
atas:
cardiform
(untuk
merobek),
villiform
(untuk
merobek),
canine
(untuk mencengkeram), incisor, dan molariform (untuk menggerus)(Gambar 54). Lambung terdapat
merupakan
kelenjar
cairan
ini
yang
tergantung
herbivora
berbeda
mempunyai palsu
beberapa untuk
dengan
merupakan
mempunyai
sedangkan sp.),
proses
yang
pada ikan
lambung
tertentu
lambung
ikan
yang
ikan ada
usus
bagian
berbentuk seperti
lambung
mengalami
modifikasi.
makanan
gizzard
55).
Gizzard
(Gambar
lambung
sangat
Lambung
merupakan
yang
lambung ikan
(Gambar
55),
(Gambar ikan
56).
Pada
belanak
(Liza
berfungsi
mempunyai
tidak
Umumnya
tabung
Pada
ikan
herbivora
depan.
kantung
menjadi
dimana
Ikan
seperti
dindingnya
lambung
tersebut. maka
berbentuk
modifikasi
asam
carnivora.
kalaupun
Pada
anatomi
omnivora
mengalami
menggiling
makanan
penggelembungan
dan
Bentuk
kebiasaan
sebenarnya,
makanan.
enzim
pencernaan.
lambung
ikan
penampungan
menghasilkan
kepada
lambung
yang
carnivora
dapat
membantu
bervariasi
tempat
sebagai
dinding
alat
(lapisan
otot) yang lebih tebal dibanding dengan dinding lambung biasa. Pada ikan cucut, usus
mengalami
(spiral
valve).
modifikasi Dengan
dimana
adanya
pada
spiral
bagian
valve
dalamnya
ini,
daerah
membentuk
spiral
penyerapan
zat-zat
makanan yang telah dicerna semakin luas (Gambar 57). Pylorus
terletak
setelah
lambung,
berperan
dalam
mengatur
keluarnya
makanan yang dicerna di lambung dan masuk ke dalam usus. Sedangkan usus merupakan
tempat
selanjutnya
sisa
mempunyai
lambung,
proses
makanan
penyerapan dibuang
pencernaan
zat
melalui
yang
makanan anus.
intensif
ikan-ikan
herbivora
memiliki
usus
yang
tubuhnya,
sedangkan
ikan-ikan
carnivora
Ikan-ikan
terjadi
panjangnya
memiliki
yang
usus
di
telah
tercerna,
herbivora
dalam
usus.
beberapa yang
yang
pendek
dan tidak
Umumnya
kali atau
panjang sangat
pendek bila dibandingkan dengan panjang tubuhnya.
117
Gambar 53. Letak gigi pada ikan Osteichthyes (Bond, 1979)
Gambar 54. Bentuk-bentuk gigi ikan (Lagler et al., 1977)
118
Gambar 55. Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard (Afandi et al., 1992)
Gambar 56. Alat pencernaan ikan omnivora (Affandi et al., 1992)
119
Gambar 57. Alat pencernaan ikan cucut (Wischnitzer, 1972)
120
C. Sistem Pencernaan Sistem pencernaan ikan umumnya terdiri dari: a. Saluran pencernaan (tractus digestivus), Walaupun hampir
bentuk
sama,
saluran
tetapi
pencernaan
masih
dapat
ikan
dari
dibedakan
depan
sampai
masing-masing
ke
belakang
bagian,
sebagai
berikut: -
rongga mulut (cavum oris), pada rahangnya terdapat gigi-gigi kecil.
-
lidah
(lingua),
banyak
melekat
mengandung
pada
dasar
kelenjar
lendir
mulut
dan
(glandula
tidak
dapat
mucosa)
tetapi
lanjutan
rongga
digerakkan,
tidak
memiliki
kelenjar ludah (glandula salivales). -
pangkal
tenggorokan
(pharynx),
merupakan
mulut
yang
lanjutan
dari
terdapat di daerah sekitar insang. -
kerongkongan
(esophagus),
sangat
pendek
dan
merupakan
pharynx, berbentuk seperti kerucut dan terdapat di belakang daerah insang. -
ventikulus saluran jelas.
(lambung),
merupakan
memanjang yang agak Pada
beberapa
tonjolan-tonjolan (appendices permukaan
pyloricae). dinding
dari
membesar.
spesies
berbentuk
lanjutan
tertentu,
kantong
Kantong
ventrikulus
agar
dan
Batas dengan usus
di
bagian
buntu
buntu
esophagus
akhir
yang
ini
berguna
pencernaan
dan
tidak terlalu
ventrikulus
disebut
berupa
terdapat
pyloric
untuk
caeca
memperluas
penyerapan
makanan
dapat berlangsung lebih sempurna. -
usus
(intestinum),
berbentuk
seperti
pipa
panjang
yang
berkelok-kelok
dan
sama besarnya, berakhir dan bermuara keluar pada lubang anus. Usus ini diikat
oleh
suatu
alat
penggantung
yang
disebut
mesenterium,
yang
merupakan derivat dari pembungkus rongga perut (peritonium). b. Kelenjar pencernaan (glandula digestoria) -
hati
(hepar),
bentuknya
besar,
berwarna
merah
kecoklat-coklatan,
letaknya
di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus. -
kantong
empedu
berwarna
kehijau-hijauan,
saluran empedu
yang
(vesica
disebut
berfungsi
fellea),
terletak
ductus
untuk
bentuknya
pada
cysticus
menampung
bagian yang dan
bulat depan
bermuara
bila dari pada
berisi hati,
penuh,
mempunyai
usus.
Kantong
menyimpan empedu (bilus) dan
121
mencurahkannya
ke
dalam
usus
bila
diperlukan.
lain
yang
Empedu
berguna
untuk
mencernakan lemak.
Suatu pada
kelenjar
ikan
melekat
karena
pada
pencernaan bersifat
mesenterium
mikroskopis. di
antara
disebut
Limpa
usus
atau
dan
pancreas lien
gonad,
tidak
berwarna tidak
ditemukan merah
masuk
ke
tua, dalam
sistem pencernaan melainkan termasuk dalam systema reticulo-endothelia. Secara
garis
besarnya,
perbedaan
antara
struktur
alat
pencernaan
ikan
herbivora dan ikan carnivora adalah: a. Untuk ikan herbivora: -
gigi tumpul dan kadang-kadang halus
-
tidak
memiliki
lambung
tetapi
usus
bagian
depan
membesar
membentuk
lambung palsu -
panjang usus beberapa kali panjang tubuhnya
-
tapis insang panjang dan rapat
b. Untuk ikan carnivora: -
gigi runcing (gigi taring)
-
lambung memanjang
-
panjang usus sama atau lebih pendek daripada panjang tubuhnya
-
tapis insang pendek dan tidak rapat
D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok),
kemudian
masing-masing
kelompok
mempresentasikan
selama
10
menit proses pencernaan pada ikan secara fisik dan kimiawi.
E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Biologi
Perairan.
Fakultas
122
Alamsjah,
Andy
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Omar,
S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Ichthyologi.
Jurusan
Perikanan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler,
K.F.,
J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
Moyle,
P.B.
and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Wischnitzer,
1977.
to
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Ichthyology.
Ichthyology.
Anatomy.
123
X. SISTEM PERNAPASAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
apa
yang
dimaksud
dengan sistem pernapasan. 2. Agar
mahasiswa
mampu
mengenali
bagian-bagian
dari
organ
pernapasan
dan
pelepasan
dan alat pernapasan tambahan.
B. Organ Pernapasan Pernapasan karbon
merupakan
dioksida
diperlukan
oleh
organ
proses
suatu
pernapasan.
pengambilan
organisme Pada
ikan,
oksigen
hidup.
Untuk
dapat
proses
pernapasan
bernapas
umumnya
maka
dilakukan
dengan menggunakan insang (branchia). Insang lainnya.
ikan
Pada
juga
stadia
mengalami
larva,
insang
perkembangan
belum
sempurna
sebagaimana dan
belum
organ-organ
dapat
berfungsi.
Untuk dapat bernapas, larva ikan biasanya menggunakan kantung telur (yolk sac) atau pada beberapa ikan tertentu menggunakan insang luar (Gambar 58). Setiap insang ikan terdiri dari beberapa bagian, yaitu (Gambar 59): -
Filamen
insang
(hemibranchia
=
gill
filament),
berwarna
merah,
terdiri
dari
jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air. -
Tulang
lengkung
melekatnya darah
insang
filamen
(arteri
dan
afferent
(arcus tapis
dan
branchialis insang,
arteri
=
gill
berwarna
efferent)
arch),
putih,
yang
merupakan
dan
tempat
memiliki
memungkinkan
saluran
darah
dapat
keluar dan masuk ke dalam insang. -
Tapis insang (gill rakers), berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang pendek
dan
insang,
berfungsi untuk
pemakan sesuai
sedikit
plankton,
bergerigi,
tapis
melekat
menyaring air insangnya
dengan fungsinya sebagai
pada
bagian
pernapasan.
rapat
dan
depan
dari
lengkung
Pada ikan-ikan
herbivore
ukurannya
alat penyaring makanan.
panjang.
Hal
ini
Sedangkan pada
ikan-ikan carnivora, tapis insang tersebut jarang-jarang dan berukuran pendek (Gambar 60).
124
Gambar 58. Alat pernapasan pada larva ikan (Affandi et al., 1992)
Gambar 59. Bagian-bagian insang ikan Teleostei (Andy Omar, 1987)
Gambar 60. Insang pada ikan herbivora (A) dan karnivora (B)(Affandi et al., 1992)
125
Ikan-ikan bertulang sejati memiliki insang yang ditutup
oleh penutup insang
(apparatus opercularis). Tutup insang ini terdapat di sebelah kanan dan kiri bagian belakang
dari
kepala,
berbentuk
seperti
setengah
membundar.
Setiap
tutup
insang terdiri atas (Gambar 61): -
Operculum, yang tersusun atas empat potong tulang, yaitu: -
os operculare, merupakan tulang yang paling besar dan letaknya paling dorsal
-
os preoperculare, merupakan tulang kecil yang melengkung seperti sabit dan terletak paling cranial
-
os
interoperculare,
merupakan
tulang
kecil
yang
terletak
di
antara
os
operculare dan os preoperculare -
os suboperculare, merupakan bagian tulang yang terletak paling caudal
Membrana operculum
branchiostega, dan
berakhir
merupakan bebas
di
selaput
tepi
tipis
belakang
yang
dari
melekat
operculum.
pada
Berfungsi
sebagai klep untuk menahan agar supaya air tidak masuk ke dalam rongga insang dari arah belakang. -
Radii branchiostega, merupakan tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral pharynx, dan berfungsi untuk menyokong membrana branchiostega.
Ikan-ikan penutup
insang.
bertulang Insang
rawan ikan
(Chondrichthyes)
tersebut berada
di
tidak
dalam
memiliki
tulang-tulang
rongga dan
berhubungan
keluar melalui celah-celah insang yang berjumlah sekitar 5 – 7 buah (Gambar 62). C. Organ Pernapasan Tambahan Ada beberapa jenis ikan tertentu yang selain bernapas dengan insang juga menggunakan mempunyai forsteri
paru-paru organ
(Krefft,
annectens
paru-paru
1870)),
(Owen,
sebagai adalah
ikan
1839)),
organ
dan
ikan
paru-paru ikan
pernapasannya. paru-paru
Afrika paru-paru
Ikan-ikan
Australia
Timur Amerika
(Neoceratodus
(Protopterus Selatan
yang
annectens (Lepidosiren
paradoxa Fitzinger, 1837). Selain
insang
dan
paru-paru,
beberapa
jenis
ikan
tertentu
memiliki
alat
pernapasan tambahan yang berupa: a. Labyrinth, lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan
derivate
dari lengkung insang.
126
Gambar 61. Tulang penutup insang pada ikan Teleostei (Andy Omar, 1987)
Gambar 62. Celah insang pada ikan cucut (Wischnitzer, 1972)
127
Pada
ikan
betok
(Anabas
testudineus
(Bloch,
1792)),
organ
labyrinth
terletak di bagian atas insang dan terdapat saluran yang menghubungkan labyrinth dan insang (Gambar 63). b. Arborescent organ, berbentuk seperti bunga karang.,Pada ikan lele (Clarias batrachus
(Linnaeus,
1758))
alat
pernapasan
tambahan
ini
terletak
ruang
pharynx,
di
bagian atas depan insang (Gambar 64). c. Diverticula,
lipatan
kulit
pada
bagian
mulut
dan
misalnya
pada ikan gabus (Channa striata (Bloch, 1793))(Gambar 65). d. Alat
pernapasan
tambahan
berupa
tabung,
misalnya
pada
ikan
Heteropneustes microps (Günther, 1864) dan jenis catfish lainnya. e. Dinding bagian dalam dari operculum yang banyak mengandung pembuluh darah, misalnya pada ikan blodok (Periophthalmus kalalo Lesson, 1831).
D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), blodok
kemudian
(Periophthalmus
masing-masing argentilineatus
kelompok
menjelaskan
Valenciennes,
mengapa
1837)
dapat
ikan
bertengger
pada akar-akar pohon bakau. Presentasikan selama 10 menit.
E. Daftar Pustaka Affandi,
R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Andy
Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Biologi
Ichthyologi.
Perairan.
Jurusan
Fakultas
Perikanan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. 128
Gambar 63. Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus)(Affandi et al., 1992)
Gambar
64.
Organ 1992)
arborescent
pada
ikan
lele
(Clarias
batrachus)(Affandi
et
al.,
129
Gambar
65.
Diverticula 1992)
pada
ikan
gabus
(Ophiocephalus
striatus)(Affandi
et
al.,
130
Lagler,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
1977.
Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Introduction
Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
for
to
Comparative
Ichthyology.
Ichthyology.
Anatomy.
131
XI. SISTEM PEREDARAN DARAH
A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
sistem
peredaran
darah atau systema circulatoria. 2. Agar
mahasiswa
mampu
mengenali
dan
menjelaskan
fungsi-fungsi
bagian
dari jantung ikan. B. Jantung Sistim satu
jalur
peredaran sirkulasi
darah
pada
peredaran
ikan
darah.
bersifat
Pada
tunggal,
sistem
artinya
tersebut
hanya
darah
terdapat
mengalir
dari
jantung, menuju ke insang, kemudian ke seluruh tubuh, dan akhirnya kembali lagi ke jantung. Pada sejati
ikan,
jantung
(Osteichthyes)
umumnya
memiliki
terletak
letak
jantung
di
belakang
relatif
lebih
insang. ke
Ikan
depan
bertulang
dibandingkan
dengan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Jantung disusun oleh otot jantung yang
bekerja
terdapat 66)
dan
tidak
sedikit ikan
di
bawah
perbedaan bertulang
pengaruh
antara
rawan
rangsang
struktur
(Gambar
jantung 67).
(involuntary). ikan
Namun
Secara
bertulang demikian,
sejati
anatomis (Gamba
fungsinya
sama
yaitu memompakan darah yang kadar oksigennya rendah menuju ke insang untuk mengikat oksigen dan selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Jantung
terdapat
di
dalam
rongga
pericardium.
Jantung
ini
dibungkus
oleh
terdapat
pada
suatu selaput yang disebut pericardium dan terdiri atas: -
Sinus
venosus,
berdinding
tipis
dan
berwarna
merah
coklat,
bagian caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain. Menerima darah dari vena hepatica dan ductus Cuvier. -
Atrium
(serambi), berdinding tipis dan berwarna merah tua,
bersifat tunggal
dan menerima darah dari sinus venosus. -
Ventikel
(bilik),
berwarna
merah
muda
karena
dindingnya
tebal,
bersifat
tunggal, menerima darah dari atrium. -
Bulbus
arteriosus
(conus
arteriosus),
merupakan
lanjutan
dari
ventrikel,
berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta ventralis.
132
Gambar 66. Struktur jantung Osteichthyes (Chiasson, 1980)
Gambar 67. Struktur jantung Chondrichthyes (Wischnitzer, 1972)
133
C. Darah Darah dan
adalah
bahan-bahan
cairan
yang
tersuspensi.
di
dalamnya
Darah
tersusun
terkandung dari
dua
bahan-bahan
komponen
terlarut
yaitu
plasma
darah dan sel darah. Plasma darah antara lain tersusun atas air, mineral, nutrien, gas terlarut, bagian
enzim, hormon,
yaitu
(leucocyte). granula)
dan
butir
agranulocyte
atas
acidophil,
penyusun
darah
Selanjutnya,
dibedakan yaitu
butir-butir
dan antibodi.
tiga
putih
(yang
tidak
dan
butir-butir
(eryhtrocyte)
darah
komponen
neutrophil,
terbesar
merah
Sel darah dapat dibedakan atas dua
terdiri
darah
putih
atas
butir-butir
granulocyte
memiliki
berdasarkan basophil.
dan
granula).
kemampuannya
Sebaliknya, terdiri
(yang
putih
memiliki
Granulosit
dapat
menyerap
warna,
agranulosit
atas
darah
yang
lymphocyte,
merupakan
monocyte,
dan
thrombocyte (Affandi et al., 1992). Darah mengambil dan
zat
berfungsi sisa-sisa
imunitas
mengandung oksigen,
yang
ke
bagian
selanjutnya dan
beberapa
mengedarkan
metabolisme
haemoglobine
pembentukan Pada
untuk
tubuh
(Hb) akan
pembersihan jenis
untuk
ikan
zat
makanan
dibuang,
yang
memiliki
digunakan
untuk
tertentu,
dilakukan
seluruh
mengedarkan
memerlukannya.
yang
darah
ke
enzim,
Butir
kemampuan
organ
untuk
darah
dibuat
pada
sistem
pembuluh
limfa
bagian
hormon,
darah
proses metabolisme. pada
tubuh,
merah mengikat
Pada
ikan,
(spleen,
lien).
tubuh
lainnya,
misalnya pada dinding usus.
D. Saluran Pembuluh Darah Saluran
pembuluh
darah
atau
darah
dalam
tubuh
ikan
dapat dibedakan atas (Gambar 68 – 76): -
Pembuluh utama, yaitu arteri dan vena, yang terdapat di sepanjang tubuh. Arteri (pembuluh nadi) merupakan pembuluh darah yang mempunyai dinding yang
tebal
membawa
dan darah
kuat
tetapi
meninggalkan
tidak
mempunyai
jantung.
Vena
klep-klep, (pembuluh
berfungsi balik)
untuk
merupakan
pembuluh darah yang berdinding tipis dan mempunyai klep-klep pada setiap jarak tertentu, berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung. -
Pembuluh cabang, yaitu cabang-cabang dari pembuluh utama yang menuju ke kulit, rangka, otot, spina cord (sumsum tulang belakang), organ pencernaan, dan lain-lain.
134
Gambar
68.
Gambar
69.
Sistem peredaran (Chiasson, 1980)
darah
di
Sistem peredaran darah pada Osteichthyes (Chiasson, 1980)
bagian
organ
kepala
dalam
ikan
bagian
Osteichthyes
kanan
ikan
135
Gambar 70. Sistem peredaran (Chiasson, 1980)
Gambar
71.
darah pada organ dalam bagian kiri Osteichthyes
Sistem peredaran (Chiasson, 1980)
darah
pada
aorta
dorsalis
ikan
Osteichthyes
136
Gambar 1980)
Gambar
72.
73.
Sistem
peredaran
darah
Sistem peredaran (Wischnitzer, 1972)
pada
darah
ginjal
pada
ikan
insang
Osteichthyes
ikan
(Chiasson,
Chondrichthyes
137
Gambar
74.
Sistem peredaran (Wischnitzer, 1972)
darah
pada
aorta
dorsalis
ikan
Chondrichthyes
138
Gambar 75. Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan Chondrichthyes (Wischnitzer, 1972)
139
Gambar
76.
Sistem peredaran (Wischnitzer, 1972)
darah
pada
daerah
ginjal
ikan
Chondrichthyes
140
Cabang-cabang organ-organ
pembuluh
tubuh
adalah
darah
kapiler
yang
kontak
darah.
Pada
langsung kapiler
dengan darah
sel-sel inilah
dari terjadi
pertukaran zat, baik bahan nutisi maupun gas.
E. Limfa (Lien) Limfa
berfungsi
dalam
pembentukan
sel
darah
dan
untuk
mengembalikan
darah yang masuk jaringan ke sistim-sistim sirkulasi. Sistem limfatik adalah suatu bagian
penting
dalam
keluar
dari
saluran
selain
mengumpulkan
sirkulasi
darah
dan
limfa
sehubungan masuk
juga
ke
untuk
dengan
dalam
kembalinya
jaringan.
memurnikannya
Fungsi dan
plasma sistem
yang limfatik
mengembalikannya
kepada saluran darah.
F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). terhadap
Setiap ukuran
kelompok dan
jumlah
menjelaskan butir-butir
pengaruh darah
perbedaan
merah
ketinggian
pada
ikan
lokasi
pada
saat
dipresentasikan.
G. Daftar Pustaka Affandi,
R.,
D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z.
Andy
Omar,
Biologi
Perairan.
Fakultas
dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Ichthyologi.
Jurusan
Perikanan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa.
141
Lagler,
K.F.,
J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
Moyle,
P.B.
and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Wischnitzer,
1977.
to
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Ichthyology.
Ichthyology.
Anatomy.
142
XII. SISTEM UROGENITAL A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
apa
yang
dimaksud
dengan sistem urogenital (uropoetica-genitalia) 2. Agar
mahasiswa
mampu
mengenali
organ
yang
berperan
dalam
ekskresi
(ginjal) dan reproduksi (gonad). 3. Agar
mahasiswa
mampu
menjelaskan
perbedaan
antara
gonad
jantan
dan
betina 4. B. Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi) Organ
utama
dari
sistem
pembuangan
sisa-sisa
hasil
metabolisme
adalah
ginjal (ren), tetapi ada juga pembuangan sisa-sisa metabolisme melalui usus dan kulit.
Pada
ikan, pembuangan
sisa-sisa metabolisme
terutama
melalui
insang dan
ginjal. Bahan dan
yang
penguraian dikurangi
yang
dibuang
lainnya
dalam
asam
amino
dengan
cara
tersebut bentuk
dan
sebagian urine.
bersifat
merubahnya
besar
berbentuk
Ammoniak
sangat
toksik.
menjadi
ammoniak
(NH3)
merupakan
hasil
sisa
Toksisitas
NH3
ini
dapat
seperti
urea,
persenyawaan
lain
dari
asam urat, atau trimetil oksida (TMO), atau dengan pengenceran dalam air yang cukup. Organ-organ yang termasuk ke dalam sistem uropoetica adalah: -
Ginjal (ren), terdapat sepasang, berwarna merah kehitaman, terletak di luar ruang
peritoneum,
menempel
di
bawah
tulang
punggung
memanjang
dari
dekat anus ke arah depan hingga ujung rongga perut, bentuknya tidak jelas. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan ammonia dan persenyawaanpersenyawaannya yang non-toksik. -
Ureter
(ductus
mengalirnya dorsal
mesonephridicus
urine
rongga
(air seni)
badan
dan
=
yang menuju
saluran berasal ke
Wolffian),
dari
belakang.
ginjal, Pada
merupakan
tempat
terdapat
di
pinggiran
ikan
jantan,
kedua
saluran ini terlihat merupakan tabung (tubulus) yang pendek, terentang dari ujung belakang ginjal sampai kantung urine, sedangkan pada ikan betina ia menuju ke sinus urogenitalia.
143
-
Kantong urine (vesica urinaria), merupakan lanjutan dari ureter kiri dan kanan, dan
merupakan
tempat
penampungan
urine
sebelum
dikeluarkan.
Pada
beberapa jenis ikan, kantong urine dapat dilihat dengan jelas terletak dekat anus dan bentuknya menyerupai kantung kecil. -
Urethra,
merupakan
saluran
yang
pendek,
berasal
dari
kantong
urine
dan
menuju ke porus urogenitalia, merupakan jalan keluar urine dari dalam tubuh. Pada
ikan
Chondrichthyes,
ginjal
berbentuk
sepasang
lembaran
(pita)
sangat panjang berwarna kecoklatan yang terletak pada tiap sisi garis tengah atap ruang
pleuroperitoneum
berbeda,
ketebalan
(posisi
ginjal
retroperitoneum).
berbeda.
Bagian
Pada
depan
beberapa
lebih
tipis,
bagian
sedangkan
yang bagian
belakang lebih tebal dan berfungsi sebagai alat ekskresi. Bagian ginjal depan ikan betina
berdegenerasi.
ligamen
yang
sederetan
Badan-badan
tersebut.
dorsal
coprodeum, bagian
kuat.
lembaran
ini
Papilla
sedangkan terpisah
Pada
bagian
oleh
pucat
urinaria
lubang rectum.
ginjal
tersebut
suprarenal
bercak-bercak berwarna
ginjal-ginjal sebelah
Kedua
(badan-badan
terletak berbentuk
bagian
setengah
lipatan-lipatan
dihubungkan
setengah
dan
dekat
runcing
dorsal
ventralnya
kecil
chromaffin)
memanjang di kecil
dari
disebut
membujur
di
oleh
sebuah berbentuk
sisi tengah terletak
di
cloaca
disebut
urodeum.
Kedua
sepanjang
tiap
dinding
sisi luar dari cloaca. Ductus Wolffian (mesonephridicus) terletak di antara oviduct dan
ginjal-ginjal.
Pada
ikan
betina
muda,
ductus-ductus
ini
susah
ditemukan.
Sebaliknya pada ikan betina yang matang gonad, ductus-ductus ini terletak pada garis
penempel
dari
mesotubaria
dan
merupakan
sebuah
tabung
yang
kecil
menuju ke cloaca.
C. Sistem Genitalia (Sistem Kelamin) Sistem kelamin pada ikan dapat dibedakan atas sistem kelamin betina dan sistem
kelamin jantan. Pada ikan bertulang sejati, sistem kelamin betina disusun
oleh (Gambar 77): -
Ovarium, pada ikan umumnya ada dua buah, tampak seperti agar-agar yang jernih,
terdapat
bintik-bintik
karena
berisi
sel
telur
(ova).
Alat
penggantung
ovarium disebut mesovarium.
144
-
Saluran
telur
pendek
dan
(oviduct), bersatu
merupakan
pada
bagian
saluran
tempat
belakangnya
lewatnya
untuk
ova,
selanjutnya
sangat
bermuara
pada porus genitalia. Sistem kelamin jantan ikan disusun oleh (Gambar 77): -
Testes, terletak di bawah gelembung renang dan di atas intestinum. Bentuk testes
agak
spermatozoa. Bentuk
kompak
dan
Proses
pembentukan
spermatozoa
bermacam-macam
tergantung
spermatozoa
berwarna
putih.
Di
dalam
testes
disebut kepada
dihasilkan
spermatogenesis. spesies
ikan.
Alat
penggantung testes disebut mesorchium. -
Vasa deferensia, merupakan dua buah saluran sperma yang bergabung pada bagian
belakangnya
membentuk
suatu
ruang
genital
yang
terbuka
ke
arah
luar, terletak di antara ureter atau papila urinaria dan anus. -
Lubang genital (porus genitalia), merupakan lubang yang terbuka ke arah luar dan tempat pelepasan sperma. Alat reproduksi ikan cucut betina (Gambar 78) adalah:
-
Ovari, merupakan dua buah kelenjar yang halus, memanjang berwarna coklat keputihan
(krem),
terletak
pada
tiap
sisi
dari
lembaran-lembaran
(lobi)
hati.
Pada ikan yang matang gonad, pada ovari ini terdapat tonjolan-tonjolan yang bulat pada sisi bagian atas. Tonjolan tersebut merupakan telur dari beberapa stadia
perkembangan.
Ovari
tergantung
pada
bagian
atas
ruang
pleuroperitonium dengan perantaraan mesovarium. -
Ostium (ostium tubae abdominale), merupakan sebuah celah yang tegak lurus di antara dua lapisan ligamen yang berbentuk bulan sabit (falciform). Pada ikan yang masih muda celah tertutup, sedangkan pada ikan dewasa ia terbuka dari ruang pleuroperitoneum ke dalam saluran telur (oviduct) untuk memindahkan telur dari ovari.
-
Saluran
telur
dimana
ova
(oviduct,
tabung
Fallopia,
biasanya
dibuahi
(karena
atau
ductus
pembuahan
Müller), terjadi
di
adalah
ruang
dalam
tubuh
induk). -
Kelenjar
pembungkus
(kelenjar
nidamental),
menghasilkan
suatu
lapisan
tipis
pada beberapa telur.
145
Gambar
77.
Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992). 1a. ovarium, 1b. testes, 2. ginjal, 3a. oviduct, 3b. vasa deferensia, 4. ductus Wolffian, 5. sinus urogenitalia, 6. Vesica urinaria, 7. porus urogenitalia
146
Gambar 78. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina (Affandi et al., 1992)
147
-
Mesotubarium,
jaringan
ikat
penggantung
oviduct,
kelenjar
pembungkus,
dan
uterus yang terletak di belakang. -
Uterus,
adalah
bagian
dari
oviduct
yang
membesar
tempat
telur-telur
yang
telah dibuahi dikandung. -
Cloaca, merupakan ruangan atau tempat bermuara ujung saluran pencernaan, ujung saluran urine, dan tempat keluarnya anak ikan. Alat reproduksi ikan Chondrichthyes jantan adalah (Gambar 79):
-
Testes, merupakan dua buah kelenjar yang halus, terletak di sebelah atas lobi hati, berisi banyak sekali saluran-saluran halus (microtubuli) yang merupakan suatu epitel yang disebut epitelium germinalis. Testes merupakan tempat selsel kelamin atap
jantan
ruang
(spermatozoa)
pleuroperitoneum
diproduksi. dengan
Testes
tersebut
perantaraan
tergantung
mesorchium
pada
(jamak
=
mesorchia). -
Saluran-saluran
efferen, merupakan
saluran-saluran yang halus,
terdapat
lima
atau enam buah melalui mesorchia dari testes ke ginjal. -
Epididymis, efferen
bagian
dari
saluran
testes
penghubung
bersambung
sperma
dengan
yang
saluran
halus. halus
Saluran-saluran epididymis
dan
selanjutnya bergabung dengan ductus Wolffian (ductus mesonephridicus) yang berfungsi sebagai saluran sperma. Pada ikan yang matang gonad, ductus ini sangat berlipat; sedangkan pada yang muda lurus saja (seperti pada ikan betina). -
Saluran deferens (ductus deferensia = ductus epididymis), merupakan tabung yang bertingkat. Bagian dari saluran deferens yang terletak tepat di belakang testes disebut kelenjar Leydig yang menghasilkan cairan yang diperlukan agar spermatozoa dapat berfungsi dengan normal.
-
Kantong ductus
seminalis deferensia
(vesicula yang
lurus
seminalis), dan
merupakan
berkembang,
bagian
tempat
belakang
dari
spermatozoa
dan
tempat penghasil sekresi yang dimasukkan ke dalam saluran tersebut. -
Kantong sperma, merupakan ujung pelebaran dari kantong seminalis.
-
Papilla urogenitalia, besar dan kadang-kadang pada ikan yang matang gonad tampak melengkung (bengkok), sedangkan pada ikan betina lebih kecil dan biasanya lurus.
148
Gambar 79. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan (Affandi et al., 1992)
149
-
Sinus
urogenitalia,
belakang
bertemu.
tempat Urine
kedua
dan
saluran
sperma
spermatozoa masuk
pada
bagian
ke
dalam
urine
dari
sebelah
cloaca melalui
lubang pada ujung papilla. -
Saluran-saluran
urine
pembantu
yang
menerima
tubuli
uriniferi.
Saluran-saluran ini terletak sejajar sisi tengah dari ginjal, memasuki kantong sperma seminalis
melalui
sebuah
(kantong
lubang
sperma).
kecil
Pada
yang
ikan
terdapat
betina
tidak
di
tengah
terdapat
dari
papilla
saluran-saluran
pembantu ini.
D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok).
Masing-masing
kelompok
menjelaskan
perbedaan
sistem
genital
ikan
Osteichthyes dan Chondrichthyes, baik jantan maupun betina, dan presentasikan.
E. Daftar Pustaka Affandi,
R.,
D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Biologi
Perairan.
Fakultas
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
Moyle,
P.B.
Wischnitzer,
1977.
and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Ichthyology.
Ichthyology.
Anatomy.
150
XIII. SISTEM SARAF
A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
apa
yang
dimaksud
dengan sistem saraf atau systema nervorum.. 2. Agar mahasiswa mampu mengenali otak dan bagian-bagiannya. B. Sistem Saraf Ikan
menerima
rangsang
tersebut
selanjutnya
Rangsangan
dari
lingkungannya
diteruskan
dalam
melalui bentuk
organ impuls
perasa. ke
otak.
Respon yang diberikan oleh otak dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku. Sel-sel saraf mulai berkembang sejak permulaan stadia embrio dan berasal dari
lapisan
germinal
terluar
(ectoderm).
Unit
terkecil
dari
sistem
saraf
disebut
neuron (sel saraf). Setiap neuron terdiri atas inti dan jaringan (perpanjangan sel). Perpanjangan axon
sel
(berfungsi
terdiri sebagai
atas
dendrite
penerus
(berfungsi
impuls).
sebagai
Pertemuan
penerima
antara
axon
impuls) dan
dan
dendrite
dari sel saraf lainnya disebut synapse. Sistem saraf pada vertebrata dapat dibedakan atas: -
Sistem
saraf
pusat
(systema
nervorum
centrale),
disusun
oleh
otak
(encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). -
Sistem saraf tepi (systema nervorum periphericum), disusun oleh saraf otak (nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis).
-
Sistem
saraf otonom,
disusun oleh sistem
saraf parasymphatic dan
system
saraf symphatic. -
Organ perasa khusus (special sense organs), terdiri atas organ gurat sisi (linea lateralis), hidung, telinga, dan mata.
C. Jenis-jenis Saraf Berdasarkan
pada
fungsi
organ
yang
dirangsang,
saraf
dapat
digolongkan
atas: -
Saraf
cerebrospinalis,
yaitu
saraf
yang
merangsang
otot
bergaris
(striated
merangsang
jantung
(cardiac
muscle). -
Saraf
otonom
(vegetatif),
yaitu
saraf
yang
muscle), urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar-kelenjar.
151
Berdasarkan
atas
fungsi
dari
rangsang
itu
sendiri,
saraf
dapat
digolongkan
atas: -
Saraf sensibel (afferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari perifer (sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat).
-
Saraf motoris (efferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari pusat ke perifer.
-
Saraf penghubung, yaitu saraf yang menghubungkan antara jenis saraf yang satu
dengan
yang
lainnya,
misalnya
antara
saraf
sensibel
dengan
saraf
pembungkusnya
telah
motoris.
D. Otak Otak
ikan
hanya
dapat
dilihat
jika
tulang-tulang
dibuka. Untuk itu maka perlu terlebih dahulu dilakukan pembedahan secara hatihati terhadap
bagian
kepala
ikan
agar
otak
yang
akan
diamati
dapat
terlihat
dengan jelas. Pembuatan preparat otak akan lebih mudah jika menggunakan ikan yang sudah diawetkan karena otak tersebut telah mengeras. Kepala ikan dipotong tepat pada bagian tengkuk dengan pisau yang tajam sehingga tegak pada
kepala
dengan bagian
terlepas mulut
atas
dari
terletak
kepala
badan. di
tersebut
Potongan
sebelah
kepala
atas.
sampai
tersebut
Kemudian
pisau
diletakkan secara
pemotongan
mencapai
daerah
dilakukan
sekitar
mata.
Setelah itu, pisau diarahkan pada bagian pinggir saja untuk mencegah agar otak tidak
teriris.
Bagian
atas
kepala
tersebut
dikuakkan
sehingga
otak
ikan
akan
nampak dari bagian atas (tampak dorsal)(Gambar 80). Untuk melihat otak dari arah samping (tampak lateral), kepala digunting dari arah mulut ke belakang secara hati-hati sehingga kepala terbelah dua. Jika bagian kepala
tersebut
dikuakkan
maka
akan
terlihatlah
Untuk melihat otak dari arah bawah (tampak dikeluarkan harus optik
dari
rongganya.
menggunting (nervus
Pemotongan
beberapa
opticus),
saraf
urat
harus
saraf
olfaktori
ikan
dari
arah
samping.
ventral) maka otak tersebut harus dilakukan
(nervus
(nervus
otak
secara
cerebralis), olfactorius),
hati-hati
karena
di
antaranya
saraf
dan
beberapa
saraf
lainnya.
152
Gambar 80. Cara pembedahan untuk melihat otak ikan (Affandi et al., 1992)
153
Bagian-bagian otak dari muka ke belakang adalah sebagai berikut (Gambar 81 – 83): a. Telencephalon, adalah bagian otak yang paling depan, terdiri atas: -
Lobus olfactorius, merupakan bagian telencephalon yang paling anterior
-
Tractus
olfactorius,
merupakan
lanjutan
dari
lobus
olfactorius
merupakan
lanjutan
dari
tractus
‘bola’,
mempunyai
dan
berfungsi
sebagai nervus cerebralis I. -
Bulbus
olfactorius,
sebagai
sepasang
olfactorius
lanjutan
sebagai
dan
berakhir
benang-benang
halus yang menuju ke dinding lekuk hidung. -
Hemisphaerium Bagian
cerebri,
dasarnya
terdapat
disebut
di
corpus
bagian
striatum,
posterior sedangkan
lobus
olfactorius.
bagian
atap
dan
dinding samping disebut pallium. b. Diencephalon,
terletak
Bersama-sama
di
sebelah
dengan
(prosencephalon).
belakang
telencephalon
Pada
dari
telencephalon
termasuk
diencephalon
terdapat
bagian
bagian
ventral.
otak
muka
dari
thalamus,
hypothalamus,
lobus
organ
yang
inferior, dan saccus vasculosus. c. Mesencephalon, tampak
merupakan
menonjol
adalah
otak lobus
bagian
tengah
opticus.
Lobus
dengan opticus
utama
berbentuk
bulat
dan
besar, terletak di sebelah belakang bagian dorsal dari diencephalon. Di bagian sebelah
ventral
merupakan
terletak
tempat
lobi
melekat
hypophyse
hypophyse terdapat persilangan disebut
chiasma
nervi
optici.
inferior
(bagian
dari
(hypothalamus).
dari nervus opticus Selain
lobus
diencephalon) Pada
bagian
yang anterior
(nervus cerebralis II) yang
opticus,
pada
mesencephalon
juga
terdapat torus semicircularis. d. Metencephalon,disebutjugacerebellum,
relatif
besar
dan
terletak
di
belakang
mesencephalon. e. Myelencephalon,
disebut
sebagai
sumsum
tulang
canalis
vertebralis.
juga
medulla
belakang
Bersama-sama
oblongata,
(medulla
melanjutkan
spinalis)
dengan
yang
cerebellum,
diri
ke
caudal
berjalan
di
dalam
medulla
oblongata
termasuk bagian dari otak belakang (rhombexcephalon)
154
Gambar 81. Otak ikan Osteichthyes tampak samping (Chiasson, 1980)
Gambar 82. Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral (Chiasson, 1980).
155
Gambar 83. Otak ikan Chondrichthyes tampak dorsal (Wischnitzer, 1972)
156
E. Saraf Cranial Dari
otak,
organ-organ tersebut
terdapat
sensori
11
saraf
tertentu
berhubungan
dan
dengan
otak
(nervi
otot-otot
cerebralis)
tertentu.
bagian-bagian
yang
Sebagian
kepala,
menyebar
ke
besar
saraf
otak
ada
juga
yang
tetapi
berhubungan dengan bagian-bagian tubuh. 1. Nervus
terminalis
(NC
0),
saraf
kecil
yang
bergabung
dengan
NC
I,
berhubungan dengan otak depan, serabut-serabut sarafnya tersebar mengelilingi bulbus
olfactorius.
Fungsinya
mungkin
meliputi
sensori
somati
dan
olfactorius
dengan
pusat
sensori khusus. 2. Nervus
olfactorius
(NC
I),
menghubungkan
organ
olfactorius otak depan, berfungsi membawa impuls bau-bauan. 3. Nervus
opticus
(NC
II),
menghubungkan
retina
mata
dengan
tectum
opticum, berfungsi membawa impuls penglihatan. 4. Nervus
oculomotoris
mengatur
otot
musculus
(NC
mata
rectus
III),
merupakan
musculus
inferior,
obliquus
dan
saraf
inferior,
musculus
motor
somatik
muculus
rectus
rectus
internal.
yang
superior,
Berhubungan
dengan otak mesencephalon. 5. Nervus
trochlearis
merupakan
(NC
saraf
IV),
motor
berhubungan
somatik
yang
dengan
otak
menginervasi
otot
mesencephalon, mata
musculus
obliquus superior. 6. Nervus
trigeminalis
ophthalmicus serta
(NC
dan
nervus
nervus mandibularis
Nervus
ini
oblongata.
V),
maxillaris (saraf
menghubungkan Fungsinya
terbagi
tiga
(merupakan
sensori somatik
bagian
berkaitan
atas
kepala
dengan
saraf dan
dan
kepekaan
cabang
nervus
sensori
somatik)
saraf motor
somatik).
rahang kulit
yaitu
dengan
terhadap
medulla
panas
dan
sentuhan. 7. Nervus
abducens
menghubungkan musculus
(NC
bagian
rectus
VI),
merupakan
saraf
depan
medulla
oblongata
external.
Fungsinya
berhubungan
motor
somatik
dengan dengan
yang
otot
mata
penarikan
otot
penggerak biji mata. 8. Nervus
facialis
ophthalmicus Saraf
cabang
(NC
VII),
superficialis, ini
berkaitan
tersusun
nervus dengan
atas
tiga
buccalis,
dan
saluran
garis
cabang nervus rusuk
yaitu
nervus
hyomandibularis.
(linea
lateralis)
di
atas kepala, penerima rasa pada kepala dan tubuh, serta penerima
157
rangsangan medulla
sentuhan.
oblongata.
Berhubungan
Saraf
ini
dengan
punya
NC
V
komponen
dan
NC
yang
VIII
berkaitan
pada dengan
sensori somatik, sensori visceral, dan fungsi motor visceral. 9. Nervus
acousticus
acousticofacialis
(NC
pada
VIII),
sering
ikan,
dianggap
mempunyai
sebagai
fungsi
cabang
sensori
dari
nervus
somatik
yang
berkaitan dengan telinga bagian dalam. 10. Nervus
glossopharyngeal
motoris
yang
(NC
melayani
IX),
bagian
terdiri insang
dari
komponen
pertama.
sensori
Fungsinya
dan
berkaitan
dengan garis rusuk, organ pengecap pada pharynx dan otot-otot insang. 11. Nervus
vagus
supratemporal Cabang
(NC dan
branchial
visceral
melayani
X),
cabang menuju
memiliki garis ke
beberapa
rusuk bagian
organ-organ
percabangan.
melayani posterior
internal.
sistem celah
Cabang
Cabang
garis
rusuk.
insang.
Caban
dorsal
recurrent
menginervasi penerima rasa.
F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok).
Selanjutnya,
setiap
kelompok
melakukan
penelusuran
pustaka
dan
carilah urat saraf-urat saraf cranial yang menginervasi garis rusuk serta urat sarafurat saraf
cranial
yang
menginervasi
mata.
Presentasikan
tugas
tersebut
di
dalam
kelas.
G. Daftar Pustaka Affandi,
R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Andy
Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Biologi
Ichthyologi.
Perairan.
Jurusan
Fakultas
Perikanan
158
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Moyle,
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Wischnitzer,
to
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Ichthyology.
Anatomy.
159
LAMPIRAN Glosarium abdominal
posisi sirip perut ikan yang agak jauh ke belakang dari sirip dada ke arah dalam perut
adipose fin
sembulan kulit di belakang sirip punggung dan sirip dubur ikan, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak (sirip lemak)
anak jenis
lihat: subspecies
anatomi
salah satu cabang dari Ilmu Hayat (Biologi) yang mempelajari organ-organ dalam suatu organisme
anguilliform
bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing/tipis (bentuk ular atau sidat atau belut)
anterior
ke arah muka
apparatus opercularis
penutup insang pada ikan bertulang sejati yang disusun oleh beberapa keping tulang
arborescent organ
organ pernapasan tambahan pada ikan yang berbentuk seperti bunga karang
arcus branchialis
tempat melekatnya filamen dan tapis insang, berwarna putih, dan memiliki saluran darah (arteri afferent dan arteri efferent) yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk ke dalam insang
arteri
pembuluh darah yang mempunyai dinding yang tebal dan kuat tetapi tidak mempunyai klep-klep, berfungsi untuk membawa darah meninggalkan jantung
atrium
bagian jantung yang berdinding tipis dan berwarna merah tua, bersifat tunggal, dan menerima darah dari sinus venosus
authority name
nama orang yang bertanggung jawab atau merupakan keterangan tambahan untuk tempat deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya
160
axon
perpanjangan sel saraf yang berfungsi sebagai penerus impuls
badan
lihat: truncus
bilik
lihat: ventrikel
bulbus arteriosus
bagian jantung yang merupakan lanjutan dari ventrikel, berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta ventralis
caput
bagian tubuh ikan mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang.
cartilago
ulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Chondrichthyes dan juga ikan Osteichthyes yang masih muda
cauda
bagian tubuh ikan mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang
caudal
ke arah ekor
clupeoid poisoning
peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan tembang
ciguatera poisoning
peristiwa keracunan akibat memakan ikan laut yang menimbulkan gangguan pada alat pencernaan dan syaraf
common name
lihat: standard common name
compressed
bentuk tubuh yang gepeng ke samping (bentuk pipih)
coni musculi
susunan otot-otot ikan dari cranial ke caudal yang berbentuk kerucut
conus arteriosus
lihat: bulbus arteriosus
cranial
ke arah kepala
cryptotoxic
ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung racun
cyclostome poisoning
peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan lamprey dan hagfishes 161
cyclostomine
tipe otot yang ditemukan pada ikan-ikan Agnatha
dendrite
perpanjangan sel saraf yang berfungsi sebagai penerima impuls
depressed
bentuk tubuh yang gepeng ke bawah (bentuk picak)
descriptor name
lihat: authority name
dexter
sebelah kanan
diencephalon
bagian otak yang terletak di sebelah belakang dari telencephalon bagian ventral
distal
lebih menjauhi ke arah batang tubuh
diverticula
organ pernapasan tambahan ikan yang berupa lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx
dorsal
ke arah punggung
double emarginate
bentuk ekor ikan yang berpinggiran berlekuk ganda
ductus pneumaticus
saluran yang menghubungkan pneumatocyst dengan esophagus dan berfungsi sebagai jalan keluar masuknya udara ke dalam pneumatocyst
ekor
lihat: cauda
elasmobranch poisoning
peristiwa keracunan disebabkan oleh makan daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan pari
emarginate
bentuk ekor ikan yang berpinggiran berlekuk tunggal
epicercal
bentuk ekor ikan dimana bagian daun sirip atas lebih besar daripada daun sirip bawah
erythrocyte
butir-butir darah merah
filamen insang
lihat: hemibranchia
filiform
bentuk tubuh yang menyerupai tali (bentuk tali)
finlet
sembulan-sembulan kulit yang tipis dan pendek, umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang mempunyai satu jari-jari terletak di antara sirip punggung dan sirip ekor dan di antara sirip dubur dan sirip ekor (jari-jari sirip tambahan) 162
flatted-form
lihat: taeniform
forked
bentuk ekor ikan yang bercagak
fork length
panjang ikan yang diukur dari ujung kepala yang terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor
fugu poison
lihat: tetrodotoxin
furcate
lihat: forked
fusiform
bentuk yang sangat stream-line untuk bergerak dalam suatu medium tanpa mengalami banyak hambatan, hampir meruncing pada kedua bagian ujung (bentuk torpedo atau cerutu)
garis rusuk
lihat: linea lateralis
gempylid poisoning
peristiwa keracunan disebabkan oleh makan daging ikan famili Gempylidae
gill arch
lihat: arcus branchialis
gill filament
lihat: hemibranchia
gill rakers
berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung insang, berfungsi untuk menyaring air pernapasan
globiform
bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola (bentuk bola)
gurat sisi
lihat: linea lateralis
hallucinatory poisoning
peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan belanak dan kuro
hemibranchia
bagian insang yang berwarna merah, terdiri dari jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air
horizontale skeletogenous septum
sekat yang memisahkan kelompok otot-otot pada tubuh ikan atas dua daerah, yaitu kelompok otot sebelah dorsal dan kelompok otot sebelah ventral
163
hypocercal
bentuk ekor ikan dimana bagian daun sirip bawah lebih besar daripada daun sirip atas
ichthyoacanthotoxin
racun yang disekresikan oleh organ-organ beracun
(venom apparatus),
seperti spina, alat penyengat, atau gigi ikan
ichthyocrinotoxic fishes
ikan-ikan yang menghasilkan racun melalui sekresi kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa
ichthyocrinotoxin
racun yang berasal dari kelenjar kulit yang dihasilkan oleh ikan hagfishes, lampreys, morays, soapfishes, puffer, dan porcupinefishes
ichthyocrinotoxism
peristiwa keracunan akibat terserang oleh ikan-ikan yang memiliki racun pada kulitnya
ichthyohemotoxic fishes
ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam darahnya
ichthyohemotoxin
racun yang terdapat di dalam darah ikan
ichthyootoxic fishes
ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya pada gonad (termasuk telurnya)
ichthyootoxin
racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan
ichthyosarcotoxic fishes
ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot, viscera, atau kulit
ichthyosarcotoxin
racun yang terdapat pada daging ikan, tidak termasuk racun-racun yang disebabkan oleh aktivitas bakteri
ichthyosarcotoxism
peristiwa keracunan akibat memakan ikan yang mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran tubuhnya
ichthyotoxin
racun yang berasal dari ikan (secara umum)
ichthyotoxism
keracunan karena makan ikan (bersifat umum)
identifikasi
tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson
ikan
sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya (UU RI no. 9 tahun 1985 tentang Perikanan) 164
segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (UU RI no. 31 tahun 2004 tentang Perikanan dan UU RI no. 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas UU RI no. 31 tahun 2004 tentang Perikanan) binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikilotherm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan badannya terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan menggunakan insang ikan beracun
lihat: poisonous fishes
ikan berbisa
lihat: venomous fishes
iktiologi
ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan dan dengan segala aspek kehidupannya
iktiologi sistematika
ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman ikan serta segala hubungan di antara mereka
inferior
posisi mulut ikan yang terletak di bawah hidung ke arah bawah (bawah)
inspectio
mengamati secara anatomis dengan tidak mempergunakan alat bantu
interpelvic process
pertumbuhan kulit yang menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut ikan (cuping)
involuntary muscle
otot yang bekerja tanpa dipengaruhi oleh rangsang, misalnya otot licin dan otot jantung
jari-jari keras
jari-jari sirip yang sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbuku-buku, dapat berupa cucuk, duri, atau patil.
jari-jari lemah
Jari-jari sirip yang mudah dibengkokkan, berbukubuku, nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya
jari-jari lemah mengeras
jari-jari sirip dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan
165
jenis
lihat: spesies
jugular
posisi sirip perut ikan yang terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada
keel
rigi-rigi yang ditemukan pada bagian batang ekor ikan dan pada bagian tengahnya terdapat puncak yang meruncing, (kil, lunas)
kepala klasifikasi
lihat: caput penataan ikan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka
labyrinth
lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan derivat dari tulang lengkung insang
lateral
ke arah sisi/samping
leucocyte
butir-butir sel darah putih
linea lateralis
suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, dan berfungsi untuk mengetahui perubahan tekanan air yang terjadi sehubungan dengan aliran arus air, untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi (garis rusuk)
local common name
lihat: vernacular name
lunate
bentuk ekor ikan yang menyerupai sabit
medial
ke arah tengah
membrana branchiostega
selaput keping tutup insang
meristik
penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan
mesencephalon
otak bagian tengah
metencephalon
bagian otak yang relatif besar dan terletak di belakang mesencephalon, disebut juga cerebellum.
myelencephalon
bagian otak di belakang metencephalon melanjutkan diri ke caudal sebagai sumsum tulang belakang (medulla spinalis) yang berjalan di dalam canalis vertebralis, disebut juga medulla oblongata 166
morfometrik
ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan
mud stripe
lihat: musculus lateralis superficialis
musculi dorsalis
kumpulan otot-otot yang terdapat di sebelah dorsal septum horizontale
musculi epaxialis
lihat: musculi dorsalis
musculi hypaxialis
lihat: musculi ventralis
musculi ventralis
kumpulan otot-otot yang terletak di sebelah ventral septum horizontale
musculus lateralis superficialis
jaringan otot berwarna merah dan banyak mengandung lemak yang terdapat pada daerah septum horizontale
myocommata s
elaput pembungkus otot yang memisahkan antara satu myomer dan myomer lainnya
myomer
satu bongkahan otot ikan
myoseptum
lihat: myocommata
myotome
lihat: myomer
neuron
sel saraf, unit terkecil dari sistem saraf
n.gen.
singkatan dari new genus, menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk genus yang baru
n.sp.
singkatan dari new species, menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk jenis yang baru
orbita
rongga mata ikan
osifikasi
proses pembentukan tulang dari tulang rawan menjadi tulang sejati
osteum
tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Osteichthyes
ostraciform
bentuk tubuh ikan yang menyerupai kotak (bentuk kotak)
167
ostracitoxin
substansi racun yang berasal dari kulit ikan Ostracion lentiginosus (ikan buntal) untuk membunuh ikan atau hewan laut lainnya
pahutoxin
lihat: ostracitoxin
panjang baku
lihat: standard length
panjang cagak
lihat: fork length
panjang total
lihat: total length
pembuluh balik
lihat: vena
pembuluh nadi
lihat: arteri
phanerotoxic
Ikan-ikan yang secara nyata mempunyai organ berbisa (venom apparatus)
piscine
tipe otot yang ditemukan pada Chondrichthyes dan Osteichthyes
pneumatocyst
lihat: vesica natatoria
pointed
bentuk ekor ikan yang meruncing
poisonous fishes
ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun secara keseluruhan, bersifat toksik (beracun) atau ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau anggota tubuh ikan itu dimakan oleh manusia
posterior
ke arah belakang
prosencephalon
otak bagian depan, disusun oleh diencephalon bersama-sama dengan telencephalon
proximal
lebih mendekati ke arah batang tubuh
puffer poison
lihat: tetrodotoxin
radialia
jari-jari sirip yang tersusun atas jaringan tulang atau tulang rawan
radii branchiostega
tulang-tulang kecil pada selaput keping tutup insang
red muscle
lihat: musculus lateralis superficialis
rhombexcephalon
otak belakang, disusun oleh cerebellum dan medulla oblongata 168
rounded
bentuk ekor ikan yang membundar
sagittiform
bentuk tubuh yang menyerupai anak panah (bentuk panah)
saraf cerebrospinalis
saraf yang merangsang otot bergaris (striated muscle)
saraf motoris
saraf yang meneruskan rangsang dari pusat ke perifer.
saraf otonom
saraf yang merangsang jantung (cardiac muscle), urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar kelenjar
saraf penghubung
saraf yang menghubungkan antara jenis saraf yang satu dengan yang lainnya
saraf sensibel
saraf yang meneruskan rangsang dari perifer (sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat)
scientific name
lihat: valid scientific name
scombroid poisoning
peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan tongkol dan cakalang
scute
kelopak tebal yang mengeras dan tersusun seperti genting,. ditemukan pada daerah perut (abdominal scute) dan pada daerah pangkal ekor (caudal scute) (skut, sisik duri)
sectio
membuka dinding badan untuk mengamati bagian dalam tubuh ikan.
septum horizontale
lihat: horizontale skeletogenous septum
septum verticale
sekat yang memisahkan kelompok otot-otot pada tubuh ikan atas dua daerah, yaitu kelompok otot sebelah kanan dan kelompok otot sebelah kiri
serambi
lihat: atrium
sinister
sebelah kiri
sinus venosus
bagian jantung yang berdinding tipis dan berwarna merah coklat, terdapat pada bagian caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain, menerima darah dari vena hepatica dan ductus Cuvier.
169
sirip
anggota gerak pada ikan untuk mengatur keseimbangan tubuh
sistematika
ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan biota berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur dan fungsi bagian-bagian tubuh
sistem binomial
sistim nama dengan memakai dua kata, kata pertama ditujukan untuk nama genus yang maksudnya untuk menunjukkan sifat umum dari ikan tersebut dan kata kedua ditujukan untuk nama spesies yang menunjukkan sifat khusus dari ikan tersebut
sistem integumen
lihat: systema integumentum
sistem saraf pusat
lihat: systema nervorum central
sistem saraf tepi
lihat: systema nervorum periphericum
sisik
lihat: squama
spesies
kategori berperingkat dalam klasifikasi ikan, merupakan satuan dasar dalam sistematika biologi, terdiri atas kelompok-kelompok populasi yang dapat saling kawin-mengawini secara bebas untuk menghasilkan keturunan yang sama dengan tetuanya, serta dapat dikenal secara morfologi, dan terisolasi secara reproduksi dari kerabat dekatnya squama rangka dermal yang berhubungan dengan rangka luar
standard common name
nama umum yang lazim digunakan untuk nama sesuatu binatang atau ikan
standard length
jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang paling depan (biasanya ujung salah satu dari rahang yang terdepan) sampai ke pelipatan pangkal sirip ekor
subabdominal
posisi sirip perut ikan yang agak dekat dengan sirip dada
subspesies
populasi biotipe yang mempunyai kawasan daerah persebaran yang jelas berbeda dengan daerah persebaran jenisnya, dengan sifat morfologi yang berbeda pula.
170
subterminal
posisi mulut ikan yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah
superior
posisi mulut ikan yang terletak di atas hidung ke arah atas (atas)
synapse
pertemuan antara axon dan dendrite dari sel saraf lainnya
synonym
nama ilmiah untuk suatu jenis ikan yang tidak sah atau tidak diakui dan disebut nama persamaan
systema integumentum
sistem pelapis tubuh ikan yang terdiri dari kulit dan derivat-derivatnya
systema nervorum centrale
sistem saraf yang disusun oleh otak (encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
systema nervorum periphericum
sistem saraf yang disusun oleh saraf otak (nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis)
taeniform
bentuk tubuh yang memanjang dan tipis menyerupai pita (bentuk pita)
taksonomi
lihat: sistematika
tapis
insang lihat: gill rakers
telencephalon
bagian otak yang paling depan
tetraodon poisoning
peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan buntal (viscera, khususnya ovari dan liver) dan kerabatnya
tetrodotoxin
racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan kerabatnya
terminal
posisi mulut ikan yang terletak di ujung hidung
thoracal
ke arah dada
thoracic
posisi sirip perut ikan yang tepat di bawah sirip dada
total length
jarak garis lurus antara ujung kepala yang terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang
truncate
bentuk ekor ikan yang berpinggiran tegak
171
truncus
bagian tubuh ikan mulai dari ujung tutup insang bagian belakang sampai dengan permulaan sirip dubur.
tulang lengkung insang
lihat: arcus branchialis
tulang rawan
lihat: cartilage
tulang sejati
lihat: osteum
valid scientific name
nama ilmiah dari suatu binatang dan nama ilmiah ini merupakan nama yang sah atau diakui.
varietas
tingkatan takson di bawah subspesies, merupakan populasi beberapa biotipe dengan ciri-ciri morfologi yang jelas serta mempunyai daerah persebaran secara lokal yang tegas dalam daerah persebaran populasi jenisnya
vena
pembuluh darah yang berdinding tipis dan mempunyai klep-klep pada setiap jarak tertentu, berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung
venomous fishes
ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan menyebarkan racun tersebut pada saat menggigit atau menusuk korbannya
ventral
ke arah perut
ventrikel
bagian jantung yang berwarna merah muda karena dindingnya tebal, bersifat tunggal, menerima darah dari atrium
vernacular name
nama daerah atau nama lokal untuk sesuatu ikan. Biasanya nama lokal suatu jenis ikan di dalam suatu negara sangat bervariasi tergantung kepada banyak tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut
vesica natatoria
berfungsi sebagai alat hidrostatik pada ikan untuk menentukan tekanan air sehubungan dengan kedalaman perairan
voluntary muscle
otot yang bekerja karena dipengaruhi oleh rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka
wedge shape
bentuk ekor ikan seperti baji
172
View more...
Comments