SGD 14 LBM 4 MODUL 6
March 17, 2019 | Author: Annisa Rahim | Category: N/A
Short Description
SGD PBL FK USA...
Description
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
Kelainan Leukosit STEP 1 1. Hepatosplenomegali : pembesaran pada organ hepar dan lien.
STEP 2 1. Mengapa perdarahan hanya t erjadi pada gusi dan terjadi mimisan? 2. Bagaimana hubungan meningkatnya jumlah leukosit dengan anemia? 3. Mengapa bisa timbul ge jala2 tersebut (dalam skenario)? 4. Apa saja macam2 kelainan leukosit? 5. Jelaskan hubungan pengaruh umur dan jenis kelamin terhadap penyakit leukimia? 6. Mengapa pada pasien tersebut mengalami nafsu makan yang menurun dan perut terasa sebah dan mual? 7. Apa pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menetapkan leukimia? 8. Apa akibat peningkatan jumlah leukosit? 9. Bagaiman hubungan antara kelainan leukosit dengan orang yang bekerja sebagai tukang plitur?
10. Definisi dan f ungsi leukosit? 11. Apa saja pengobatan/t erapi yang bisa dilakukan untuk penderita kelainan leukosit? 12. Mengapa bisa terjadi hepatos plenomegali?
1
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
STEP
Annisa Rahim
3
1. Mengapa perdarahan hanya t erjadi pada gusi dan terjadi mimisan?
karena biasanya kadar Hb dan trombositnya t urun dengan leukositnya naik,
sehingga membuat pembekuan terganggu.
Disertai anemia, trombositopenia (terjadi tanda2 perdarahan seperti petechie).
untuk menghindari leukimia, menghindari bahan2 kimia yang bersifat karsinogenik.
Zat kimia berpengaruh, karena bisa membuat mutasi kromosom pada 9 dan 22.
Mimisan : kontak dengan bahan kimianya lama (bertahun2), sehingga merusak saluran pernapasan; pernapasan ; leukosit yang sangat banyak memakan sel2 yang lain, dan selaput mukosa yang snagat tipis mudah terluka.
Perdarahan pada gusi : plitur yang terhirup merusak susmsum tulang,, sehingga menyebabkan gangguan pembentukan darah , yang biasanya mengalami anemia aplastik. Zat kimia : amonia, spiritus,.
2. Bagaimana hubungan meningkatnya jumlah leukosit dengan anemia?
Ada peningkatan jumlah leukosit (leukimia), produksi sel darah putihnya meningkat drastis, sementara eritrositnya turun, sehingga menyebabkan anemia.
3. Mengapa bisa timbul ge jala2 tersebut (dalam skenario)?
Mimisan n perdarahan gusi : trombosit rendah
Sebah : hepatosplenomegali, trus lambungnya terdesak, sehingga kapasitasnya menurun, tidak bisa bekerja maximal.
Capek,
mudah lelah, lemas : hiperkatabolik, penggunaan bahan metabolik tubuh
yang berlebihan oleh sel kapiler yang sedang tumbuh.
4. Apa saja macam2 kelainan leukosit? 2
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
Leukimia : sel muda yang ganas (CML, ALL, AML, CLL)
Leukositopenia
Leukositosis
Aleukimic leukimia
5. Jelaskan hubungan pengaruh umur dan jenis kelamin terhadap penyakit leukimia?
Jenis kelamin : Yang terkena leukimia biasanya laki2 daripada perempuan.
Umur : pada anak2 dan dewasa muda : anemia limfoid leukimia; semua umur (dewasa) : anemia myeloid akut;
6. Apa pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menetapkan leukimia?
Sediaan apus darah tepi
BMP (Bone Marrow Punction)
Hitung jenis leukosit
7. Apa akibat peningkatan jumlah leukosit?
8. Bagaimana hubungan antara kelainan leukosit dengan orang yang bekerja sebagai tukang plitur? (No. 1)
9. Definisi dan f ungsi leukosit?
Definisi : unit yang aktif dari sistem ketahanan tubuh, sebagian dibentuk di sumtul, limf e
Fungsi : sebagai pertahanan t ubuh,
mengidentifikasi sel kanker yang tumbuh dalam
tubuh, membersuhkan tubuh dari sel mati dan terluka.
10. Apa saja pengobatan/t erapi yang bisa dilakukan untuk penderita kelainan leukosit?
3
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Terapi spesifik : kemoterapi
Terapi suppotif : perawatan khusus
Annisa Rahim
Cangkok sumsum tulang (khusus leukimia) Imunoterapi (leukimia)
11. Mengapa bisa terjadi hepatos plenomegali?
Karena
kalau ada leukimia, sumsum tulang rusak dan produksinya terjadi di hepar
lien, sehingga terjadi perbesaran organ.
STEP
Infiltrasi
organ.
4
Maping
STEP
5
LEARNING ISSUES 1. Mengapa perdarahan hanya t erjadi pada gusi dan terjadi mimisan? 2. Bagaimana hubungan meningkatnya jumlah leukosit dengan anemia? 3. Mengapa bisa timbul ge jala2 tersebut (dalam skenario)? 4. Apa saja macam2 kelainan leukosit? 5. Jelaskan hubungan pengaruh umur dan jenis kelamin terhadap penyakit leukimia? 6. Mengapa pada pasien tersebut mengalami nafsu makan yang menurun dan perut terasa sebah dan mual? 7. Apa pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menetapkan leukimia? 8. Apa akibat peningkatan jumlah leukosit? 9. Bagaiman hubungan antara kelainan leukosit dengan orang yang bekerja sebagai tukang plitur?
4
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
10. Definisi dan f ungsi leukosit? 11. Apa saja pengobatan/t erapi yang bisa dilakukan untuk penderita kelainan leukosit? 12. Mengapa bisa terjadi hepatos plenomegali?
STEP
6
BELAJAR MANDIRI 1. Mengapa perdarahan hanya t erjadi pada gusi dan terjadi mimisan? mimisan terjadi karena hidung merupakan organ yang memiliki pembuluh darah ha lus paling banyak. Pembuluh-pembuluh darah t ersebut terletak dekat pada permukaan kulit, sehingga rawan terluka dan menyebabkan mimisan. Kebanyakan kasus mimisan
terjadi pada bagian bawah septum, atau sekat tulang yang membagi kedua rongga hidung. Gangguan ini biasa dia lami oleh anak yang memilik i bakat mimisan atau pembuluh darah permukaan selaput lendirnya sangat tipis sehingga mudah pecah.
Lantaran mudah pecah. Lantaran it ulah anak ini sering mengalami mimisan secara berulang-ulang. Anak sehat pun dapat mengalami mimisan, meski tidak sesering orang yang memiliki bakat.
DokterAdi memerinci lebih jauh penyebab anak mengalami mimisan:
1. TRAUMA Misalnya terbentur, jatuh, dan membuang ingus terlalu keras. Mengorek-ngorek hidung dengan kuku yang tajam juga akan melukai selaput hidung yang tipis dan menyebabkan mimisan. 2. POLUSI Polusi berupa paparan rokok atau asap knalpot bersifat iritatif. Semua itu dapat membuat lecet dan merobek permukaan selaput lendir yang tipis. 3. OBAT-OBATAN TERTENTU Ada beberapa obat yang dapat memicu terjadinya mimisan. Obat s emprot yang 5
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
berf ungsi melegakan hidung yang mampet (obat pelega hidung golongan kortikosteroid), salah satunya. Pemakaian yang terlalu sering dapat menjadikan hidung
anak mimisan, begitu pun cara pemakaiannya yang salah seperti menggunakan semprotan ke arah tengah padaha l yang tepat ada lah dengan menyemprotkan ke samping. 4. UDARA DINGIN Penyetelan AC yang terlalu dingin dapat menyebabkan mimisan. Cara kerja AC yang menyerap uap air di udara membuat kelembapan di ruangan jauh berkurang. Ditambah, suhu yang terlalu dingin membuat udara jadi makin kering. Udara kering yang diisap anak akan membuat alat pernapasannya mengering, sehingga selaput lendirnya mudah pecah dan berdarah.
Waspadai jika perdarahan t erjadi di atas s eptum, atau yang terjadi di bagian tulang keras. Mimisan ini sangat jarang terjadi. Perdarahan j enis ini umumnya cukup parah dan
memerlukan perawatan medis secepatnya. Penyebabnya antara lain: kanker tenggorokan, hipertensi, leukemia, hemofilia, demam berdarah, dan lain-lain. Apa sajakah tandanya? Biasanya mimisan ini dialami anak di atas dua tahun dan ada ge jala lain yang menyertai seperti sakit kepala , pusing, atau demam. Darah yang mengucur pun sulit untuk dihentikan. Bi la demikian, tidak ada jalan lain, mimisan jenis ini
memerlukan penanganan medis. Mimisan merupakan ge jala keluarnya darah dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari
tubuh. Kelainan lokal dapat berupa trauma misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul, benda asing di hidung, dan iritasi gas yang merangsang. eksi hidung dan organ sekitarnya, tumor baik yang jinak maupun Sebab lokal yang lain adalah inf ek ganas, perubahan lingkungan yang mendadak misalnya perubahan tekanan atmosfir yang
mendadak pada penerbang dan penyelam, benda asing yang masuk ke hidung tanpa permisi, dan penyebab yang lain yang belum diketahui dengan pasti.
6
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
Sedangkan kelainan di bagian tubuh yang lain yang bisa menyebabkan mimisan antara lain, penyakit jantung dan pembuluh darah seperti tekanan darah tin ggi dan kelainan pembuluh
darah, kelainan darah s eperti turunnya kadar trombosit, gangguan pembekuan darah, leukimia. Kelainan
lain yang menyebabkan mimisan yaitu, inf ek eksi seluruh tubuh seperti demam berdarah,
gangguan hormona l dan kelainan bawaan.
Dr. Adi, http://www.enformasi.com/2010/04/penyebab-mimisan.html Dari penyebabnya, jelas Dr. Chospiadi Irawan, SpPD, KHOM, mimisan dibedakan menjadi dua bagian. Yang pertama disebabkan faktor organik atau adanya kelainan organ dan kedua adalah gangguan medik atau adanya gangguan pembekuan darah. Mimisan karena kelainan organ
bawaan akan terlihat se jak usia dini. Anak dipastik an sering mengalami mimisan. Biasanya terjadi pada usia balita atau anak usia aktif. Begitu anak stres, beraktivitas, dan teriritasi, ia mimisan. Mungkin si kecil memiliki kelemahan pada organ hidung atau pembuluh darah hidungnya. Namun, idealnya, se jak anak-anak tidak
terjadi mimisan karena orang normal memiliki toleransi terhada p suhu di lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, ia punya daya tahan t ubuh yang baik. Pemicu terjadinya mimisan pun tergantung dari kedua penyebab di atas. Ji ka disebabkan kelainan organik, biasanya mimisan terjadi akibat adanya rangsangan dari zat-zat yang
mengandung toxic (racun) atau gas, suhu yang ekstrem, misalnya udara yang sangat panas dan kering, serta udara yang sangat dingin. Kondisi-kondisi tersebut dapat mengakibatkan iritasi
atau erosi pada pembuluh darah di da lam hidung. Pada beberapa k ondisi, mimisan umumnya diakibatkan oleh kelemahan-kelemahan bawaan. Misalnya, pembuluh darah di hidungnya melebar (varises) atau justru tipis (aneurisma). Bisa juga karena pembuluh darahnya rapuh dan lebih ramai, sehingga lebih mudah mengalami iritasi hanya dengan pemicu yang ringan saja. Yang berikut, mimisan yang disebabkan gangguan medik atau adanya gangguan pembekuan darah. Pada prinsipnya, u jar Chospiadi, saat sedang beraktivitas sehari-hari, manusia membutuhkan faktor pemeliharaan pembekuan darah. Bai k secara primer maupun sekunder.
7
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
Yang primer adalah pembuluh darahnya dan trombosit. Trombosit adalah sel-sel darah merah yang bereaksi pertama kali ketika terjadi luka. Ana loginya, pada kasus demam berdarah trombosit menjadi rendah karena dimakan oleh virus. Nah, setelah ia bereaksi menutup luka, lalu ia memicu faktor yang kedua, yaitu pembekuan darah. Pada umumnya mimisan itu terjadi pada gangguan primer, yaitu pada pembuluh darah dan trombosit.
Bagi manusia normal, lanjutnya, pada kondisi tertentu masih bisa menolerir suhu-suhu yang ekstrem. Orang normal, pergi ke puncak Gunung Himalaya enggak akan terkena mimisan.
Begitu pun ia akan tenang-tenang saja ketika berlari di padang yang panas dan kering. Sebab, dia dapat beradaptasi dengan suhu di sekitarnya. Misalnya, pembuluh darahnya akan menyempit sendiri ketika berada di s uhu yang dingin dan s ebaliknya. BUKAN TURUNAN Mimisan karena kelainan organik biasanya terjadi secara uniteral atau asimetris, di mana darah hanya keluar dari salah satu lubang hidung. Bisa dari kiri atau kanan saja. Nam un, jika mimisannya karena gangguan medik, perdarahan bisa t erjadi berganti-ganti pada dua sisi hidung, jelas Chospiadi. Mimisan yang disebabkan gangguan medik inilah yang patut diperhatikan lebih lanjut. Sebab, bisa saja merupakan sebuah ge jala bagi suatu penyakit yang lebih serius. Misalnya, pada demam berdarah yang menimbulkan ge jala penyakit yang menganggu trombosit dan pembuluh darah. Jika mengalami demam lebih dari tiga hari, lalu keluar bintik -bintik merah di kulit dan dibarengi dengan mimisan, tentu harus semakin wasapada. Ini biasa t erjadi pada demam berdarah stadium yang lebih tinggi. Bagi orang norma l yang tadinya sehat-sehat saja lalu mendadak mimisan, misalnya saat sedang tidur atau berolah raga dan dibarengi dengan demam, ia harus waspada. Mimisan seperti ini, tutur Chospiadi, arahnya sudah ke gangguan medik. Jika orang itu tiba-tiba kulitnya membiru di beberapa bagian disertai mimisan, bisa saja itu ge jala leukemia (kanker darah). Mimisan yang terjadi berulang-ulang pun harus diwaspadai. Pertama-tama, periksakan ke ahli eksi lokal, dokter THT (telinga hidung tenggorokan). Setelah dievaluasi dan ternyata terjadi inf ek pasti akan mengatasi atau mengobati erosi akibat inf ek eksi lokalnya terlebih dahulu. Mimisan ini 8
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
biasa terjadi pada anak-anak yang sering mengorek-korek hidungnya dengan tangan. Karena dikorek-korek, timbul peradangan atau kerusakan jaringan. Agar lebih pasti apa penyebab mimisannya, memang lebih baik ke dokter untuk memastikan ada-tidaknya tumor di rongga hidung. Evaluasi dini akan mempercepat penyembuhan. Jika tak ditemukan kelainan organik, biasanya dokter THT mengirim pasien ke ahli penyakit dalam atau hematolog (ahli darah) untuk mengecek ada-tida knya kelainan pembekuan darah di pembuluh darah hidungnya. Gangguan pembekuan darah salah satunya terlihat dari jumlah
trombosit yang terlalu sedikit. Jika memang begitu, akan dicari tahu dulu kenapa sampai trombositnya sedikit, setelah itu baru diobati. Yang jelas, hinggg a kini belum ada bukti atau data baru dari dunia kedokteran yang menyatakan mimisan dapat diturunkan (genetik). Pada umumnya, mimisan terjadi secara sporadik dan bisa terjadi pada siapa saja. Meski, kata Chospiadi, jika orangtuanya memiliki pembuluh darah yang lemah, kendati tidak mutlak, Bisa saja salah satu anaknya akan memilik i pembuluh darah yang lemah juga. Berdasar pengalaman, mungkin saja hal itu bisa menjadi bahan pertimbangan,
meski itu pun belum terbukti. Kasus yang banyak ditemui pada umumnya bersifat sporadis. Misalnya, jika gangguannya pada trombosit , salah satunya adalah penyakit ITP (immune thrombocytopenic purpura), yaitu suatu kondisi di mana trombositnya (darah m erah) menurun karena dimakan oleh antibodi ata u reaksi tubuhnya sendiri yang menghancurkan
trombositnya. Selain karang gigi dan plak, perdarahan gusi juga berhubungan dengan beberapa penyakit, antara lain kekurangan vitamin C dan kelainan darah. Kekurangan vitamin C terjadi pada orang yang tidak makan sayur atau buah dalam jangka waktu lama. Gusi pada penderita kekurangan vitamin C menjadi bengkak, berwarna keunguan dan t erjadi perdarahan. Keadaan kekurangan vitamin C ini dinamakan Scurvy. Cara penanganannya adalah dengan memberikan vitamin C. K elainan elainan darah yang
biasanya berkaitan dengan perdarahan gusi adalah leukemia dan
trombositopenia. trombositopenia. Leukemia adalah keganasan sel darah putih sedangkan trombositopenia adalah kondisi di mana terjadi penurunan jumlah trombosit dalam darah. Pada penderita
9
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
leukemia, gusi terinfiltrasi oleh sel-sel darah putih ganas. S ecara klinis gusi tampak membesar. K arena arena pada leukemia umumnya juga
terjadi trombositopenia maka gusi penderita leukemia
juga mudah berdarah. Trombosit adalah salah satu elemen darah yang diperlukan untuk pembekuan darah. Apabila jumlahnya menurun sampai di bawah batas prescription drugs without a prescription online normal maka kemungkinan terjadi perdarahan lebih besar. Trombositopenia dapat merupakan penyakit penyakit yang berdiri sendiri atau bagian dari penyakit lain, misalnya demam berdarah. Jadi apabila didapati gusi berdarah disertai gejala-gejala lain seperti badan mudah lelah, demam, penurunan berat badan, berkeringat di waktu malam dan lain-lain sebaiknya segera datang ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
KU AJ sumber: drg. Nita Margaretha, Margaretha, SpPM Staf Pengajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut F KU
tanyadokteranda.com
Read more: http://doktersehat.com/2010/01/10/apa-penyebab-gusiberdarah/#ixzz1I22cf9c4 Gingivitis pada leukemia merupakan tanda awal dari leukemia pada sekitar 25% penderita anak-anak.
Penyusupan (infiltrasi) sel-sel leukemia ke dalam gusi menyebabkan gingivitis dan eksi akan semakin memperburuk keadaan berkurangnya kemampuan untuk melawan inf ek
ini. Gusi tampak merah dan mudah berdarah. Perdarahan s eringkali berlanjut sampai beberapa menit atau lebih karena pada penderita leukemia, darah tidak membeku secara norma.
2. Bagaimana hubungan meningkatnya jumlah leukosit dengan anemia? a. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun, dengan puncak insidensi antara umur 3 sampai 4 tahun.
10
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
Manif estasi dari LLA ada lah berupa prolif erasi limpoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat-tempat ekstramedular. Paling sering terjadi pada laiki - laki dibandingkan perempuan, LLA jarang terjadi (Smeltzer dan Bar e, 2001).
Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa: lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit) infeksi dan demam karena, berkurangnya jumlah sel darah putih perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit. (www.medicastore.com) (www.medicastore.com)
Manif estasi klinis :
Hematopoesis norma l terhambat
Penurunan jumlah leukosit
Penurunan sel darah merah
Penurunan trombosit
b. Leukeumia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia Limfositik
Kronik
(LLK) ditandai dengan adanya s e jumlah besar limfosit (salah satu
jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. L ebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering menyerang pria. Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening. Kemudian
menyebar ke hati dan limpa, dan kedua nya mulai m embesar. Masuknya limfosit ini
ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di da lam darah. Kadar dan aktivitas antibodi
(protein untuk melawan inf ek eksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang normal. (www.medicastor e.com)
Manif estasinya adalah :
Adanya anemia
11
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Pembesaran nodus limfa
Pembesaran organ abdomen
Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun
Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)
Annisa Rahim
2. Leukemia Mieloid a. Leukemia Mielositik akut (LMA) Menurut Smeltzer dan Bare (2001), Leukemia akut ini mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdif erensiasi ke sua sel mieloid;monosit, granulosit , eritrosit, dan trombosit. S emua kelompok usia dapat terkena , insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
e, Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu ;terdapat peningkatan leukosit, pembesaran pada limf e,
rasa lelah, pucat, nafsu makan menurun, anemia, ptekie, perdarahan , nyeri tulang, Inf ek eksi
b. Leukemia Mielogenus Kronik (LMK)
Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik, LMK) adalah suatu penyakit dimana sebuah s el di dalam sumsum tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan s e jumlah b esar granulosit (salah satu jenis sel darah putih) yang abnormal (www.medicastor e.com).
Dimasukkan kedalam keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak terdapat sel normal dibaniding dalam b entuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan, jarang menyerang individu di bawah umur 20 tahun, namun insidensinya meningkat sesuai pertambahan umur.
Gambaran klinis LMK mirip dengan LMA, tetapi ge jalanya lebih ringan yaitu ; Pada stadi um awal, LMK bisa tidak menimbulkan ge jala. Tetapi beberapa penderita bisa mengalami: kelelahan dan kelemahan, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan , demam atau
berkeringat dimalam hari, perasaan penuh di perutnya (karena pembesaran limpa) (Smeltzer dan Bare, 2001),
12
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
Faktor
predisposisi Faktor etiologi Faktor pencetus
Mutasi somatik sel induk
Prolif erasi neoplastik & diff erentiation arrest
Kaheksia
Akumulasi sel muda dalam sutul Katabolism e
meningkat
Keringat
Malam
GAGAL SUTUL HIPERKATABOLIK
Gagal
Anemia Perdarahan & Inf ek eksi
Ginjal Asam Urat Sel Leukimia
Inhibisi h emopoiesis normal
Gout INFILTRASI KE
ORGAN Tempat
Tulang Nyeri tulang
Darah
Sindroma Hiperviskositas
RES
Hepatosplenomegali Limfadenopati
Prof. Dr. I Made Bakta, Hematologi Klinik Ringkas.
ekstrameduler lain
Meningitis, Lesi kulit, Pembesaran
Testis
3. Mengapa bisa timbul ge jala2 tersebut (dalam skenario)? bagan
13
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
4. Apa saja macam2 kelainan leukosit? (lihat bagan) a. Leukositosis: penambahan jumlah keseluruhan leukosit dalam darah, yaitu kalau penambahannnya nambahannnya melampaui 10.000 butir per milimeter kubik.
b. Leukopenia: berkurangnya sel darah putih sampai 5.000 atau kurang. c. Limfositisosis: penambahan j umlah limfosit d. Agranulositosis: penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfonuklear secara menyolok. Price, Wilson (2005), Patofisiologi,
Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, Jakarta:
EGC, edisi 6 Netrofilia
Netrofi lia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl dalam darah tepi. Penyebab biasanya ada lah inf ek eksi ba kteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan
darah dan kelainan mieloprolif eratif. eksi, seperti Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap inf ek penyebab inf ek eksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Inf ek eksi o leh ba kteri s eperti Streptococcus h emolyticus dan Diplococcus pneumonine menyebabkan n etrofilia yang berat, sedangkan inf ek eksi o leh Salmonella
typhosa dan Mycobact erium tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anakanak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap inf ek eksi kurang sehingga sering tidak disertai netrofilia.
Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan m elepaskan leukocyt e promoting substance sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang ringan. Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan menimbulkan n etrofilia t etapi pada penderita inf ek eksi b erat tidak dijumpai n etrofilia. Rangsangan yang
menimbulkan
netrofilia
dapat mengakibatkan dilepasnya
granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini dis ebut pergeseran ke kiri atau
shift to the left. eksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia Pada inf ek 14
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada inf ek eksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda. Inf ek eksi tanpa netrofilia atau dengan eksi yang tidak teratasi netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan inf ek
atau respons penderita yang kurang. Pada inf ek eksi b erat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada
inti maupun sitoplasma. Eosinofilia
Eosinofilia
adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl darah.
Eosinofi lia terutama dijumpai pada keadaan a lergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. eksi dan inf estasi Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, inf ek parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik
kronik . Basofilia Basofi lia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah. Basofi lia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga da pat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan m elepaskan histamin dari granulanya. Limfositosis Limfositosis ada lah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan
jumlah limfosit
lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah pada dewasa. Limfositosis dapat disebabkan oleh inf ek eksi virus seperti morbili, eksiosa; inf ek eksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan mononukleosis inf ek
oleh
kelainan
limfoproliferatif
seperti
leukemia
limfositik
kronik
dan
makroglobulinemia makroglobulinemia primer . Monositosis
15
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa . Monositosis dijumpai pada penyakit
mieloprolif eratif
seperti
leukemia
monositik
akut
dan
leukemia
mielomonositik akut ; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit inf ek eksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif , perbandingan antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3. Netropenia
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/µl darah. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya. Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang pembentukan antibodi t erhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti kloramf enicol, obat anti tiroid dan f enotiasin; desakan dalam sum-sum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak eksi seperti tifoid, inf ek eksi virus, protozoa dan diketahui sebabnya misal pada inf ek
rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idio pathic neutropenia. Limfopenia Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah . Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran
yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy. Eosinopenia dan lain-lain
Eosino penia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal ini dapat 16
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan inf ek eksi berat; juga dapat terjadi pada hiperf ungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.
Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofi l, sedang jumlah monosit akan menurun pada inf ek eksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil. sumber: http://www.kalbe.co.id/fi http://www.k albe.co.id/files/cdk/files/ les/cdk/files/10_PenilaianHasilPeme 10_PenilaianHasilPemeriksaan.pdf/1 riksaan.pdf/10_Penilai 0_Penilai anHasilPemeriksaan.html oleh:
dr.
R.
Dharma,
dr
S.
Immanuel,
dr
R.
Wirawan
Bagian Patologi K linik linik Fakultas K edokteran edokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta
5. Jelaskan hubungan pengaruh umur dan jenis kelamin terhadap penyakit leukimia? (bagan) -
Umur:
ALL: terbanya k pada anak-anak dan dewasa muda
AML: lebih sering pada
orang dewasa
CML: tersering umur 40-60 tahun CLL: terbanyak pada orang tua
-
Jenis kelamin: Leukemia lebih sering dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita dengan perbandingan 1,2-2 : 1.
Prof. Dr. I Made Bakta, Hematologi Klinik Ringkas, hal 122.
6. Mengapa pada pasien tersebut mengalami nafsu makan yang menurun dan perut terasa sebah dan mual? (lihat bagan) Pada keadaan normal, sel darah putih berf ungsi s ebagai pertahanan kita dengan inf ek eksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Lekemia meningk atkan produksi sel darah putih pada 17
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berf ungsi seperti biasanya. Sel lekemia memblok produksi sel darah putih yang normal , merusak kemampuan tubuh terhadap inf ek eksi. Sel lekemia juga
merusak produksi s el darah lain pada sumsum t ulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berf ungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan (www.MayoClinic.com).
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia,. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan
seluruh kromosom, atau perubahan struktur, yang termasuk translokasi ini, dua atau lebih kromosom mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah
dianggap menyebabkan mulainya prolif erasi sel abnorma l.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari st em sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom)
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada a khirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan t empat dari sel-sel yang menghasilkan s el-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya , termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.(www. medicastor e.com)
7. Apa pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menetapkan leukimia? Menurut Doengoes dkk (1999) menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
Hemoglobin : dapat ku rang dari 10 g/100 ml 18
2010 SGD 14 MODUL 6 LBM4
Annisa Rahim
Retikulosit : jumlah biasanya rendah
Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (
View more...
Comments