SGA (SUBJECTIVE GLOBAL ASSESMENT)
May 6, 2018 | Author: Indri Anggraeni | Category: N/A
Short Description
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang ...
Description
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia. Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih. Sedangkan status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu. Penilaian Status Gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA) merupakan suatu metode penilaian status nutrisi yang subyektif, sederhana, murah dan efektif . Penilaian Status Gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA) adalah Salah Satu Metode Penilaian Status Gizi yang bertujuan untuk memeriksa status gizi berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik .
Penilaian
berdasarkan 5 kriteria dari riwayat pasien seperti perubahan berat badan , perubahan asupan gizi , gejala gastrointestinal , kemampuan fungsional , penyakit dan kaitannya dengan kebutuhan gizi . sedangkan Penilaian berdasarkan 5 kriteria dari pemeriksaan fisik seperti hilangnya lemak subkutan didaerah tricep , musclewasting , edema di pergelangan kaki , edema di daerah pinggul dan ascites. Pada SGA tidak memiliki kriteria penilaian yang baku dan sifatnya subjektif dengan penekanan pada penurunan berat badan , asupan gizi yang kurang , hilangnya jaringan subkutan, muscle wasting. Penggolongan pada SGA terbagi menjadi 3 : Gizi Baik , Gizi kurang/beresiko malnutrisi dan malnutrisi berat SGA (Gold Standard).
1
Teknik SGA lebih komprehensif dibandingkan
dengan antropometri
karena terdiri dari dua tahap dan menggunakan pendekatan klinis terstruktur, terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisis yang
mencerminkan perubahan
metabolik dan fungsional. Berbagai penelitian menyatakan bahwa teknik SGA memiliki sensitivitas
dan spesifisitas lebih baik dibandingkan dengan
antropometri. 1.2. RUMUSAN MASALAH Yang perlu kita ketahui berkaitan dengan penilaian status gizi dengan SGA, yaitu antara lain : 1. Apa saja indikator penilaian status gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA)? 2. Bagaimana penilaian status gizi dengan metode Subjective Global Assessment (SGA)? 3. Apa saja hasil dari penilaian status gizi dengan menggunakan metode Subjective Global Assessment (SGA) ? 1.3. TUJUAN a.
Tujuan Khusus Diharapkan mahasiswa memahami tentang bagaimana penilaian status gizi
dengan menggunakan metode Subjective Global Assessment serta mampu menginterpretasikan hasil penilaian status gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA) . a. Tujuan Umum Setelah membuat dan memahami isi makalah ini diharapkan mahasiswa mampu: 1. Mengetahui indikator penilaian status gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA).
2
2. Mengetahui metode penilaian status gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA) . 3. Mengetahui hasil dari penilaian status gizi dengan menggunakan metode Subjective Global Assessment (SGA) . 1.4 MANFAAT 1.
Bagi Penulis
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk meniangkat minat, bakat, dan kreativitas penulis. Makalah ini juga dapat dijadikan sarana informani untuk mengetahui tentang apa itu Penilaian Status Gizi dengan SGA (Subjective Global Assesment) 2. Bagi Mahasiswa Makalah ini dapat dijadikan media informasi bagi Siswa mengenai Penilaian Status Gizi dengan SGA (Subjective Global Assesment) 3. Bagi Masyarakat Makalah ini dapat dijadikan media untuk menginformasikan masyarakan tentang Penilaian Status Gizi dengan SGA (Subjective Global Assesment)
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN STATUS GIZI Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005). Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2001). Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua orang (Apriadji, 1986). Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007). Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan (Nix, 2005). 2.2.
FAKTOR-FAKTOR
LINGKUNGAN
YANG
MEMPENGARUHI
STATUS GIZI Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang adalah lingkungan fisik, biologis, budaya, sosial, ekonomi, dan politik (Achmadi, 2009).
4
1. Kondisi fisik yang dapat mempengaruhi terhadap status pangan dan gizi suatu daerah adalah cuaca, iklim, kondisi tanah, sistem bercocok tanam, dan kesehatan lingkungan. 2. Faktor lingkungan biologi misalnya adanya rekayasa genetika terhadap tanaman dan produk pangan. Kondisi ini berpengaruh terhadap pangan dan gizi. Selain itu adanya interaksi sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi yaitu infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi. 3. Lingkungan ekonomi. Kondisi ekonomi seseorang sangat menentukan dalam penyediaan pangan dan kualitas gizi. Apabila tingkat perekonomian seseorang baik maka status gizinya akan baik. Golongan ekonomi yang rendah lebih banyak menderita gizi kurang dibandingkan golongan menengah ke atas. 4. Faktor lingkungan budaya. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, takhayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Di samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. 5. Lingkungan sosial. Kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi ekonomi di suatu daerah dan menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang dilakukan oleh masyarakat. Misalnya kondisi sosial di pedesaan dan perkotaan yang memiliki pola konsumsi pangan dan gizi yang berbeda. Selain status gizi juga dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, ketegangan dan tekanan sosial dalam masyarakat. 6. Lingkungan politik. Ideologi politik suatu negara akan mempengaruhi kebijakan dalam hal produksi, distribusi, dan ketersediaan pangan
5
2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBANTU TERCAPAINYA STATUS GIZI YANG BAIK Ada beberapa faktor yang membantu tercapainya status gizi yang baik, antara lain (Barasi, M.E, 2007: 90) : a.) Aktivitas fisik Aspek ini mempertahankan kebutuhan energi dan nafsu makan, menjamin asupan makanan yang adekuat, serta mempertahankan massa otot, yang menunjang hidup mandiri dan kemampuan menyediakan makanannya sendiri b.) Interaksi sosial Hal ini mendorong orang untuk makan dan mempertahankan minat mereka terhadap makanan. .
c.) Pemilihan makanan Pemilihan makanan dari berbagai macam jenis, yang mencakup semua kelompok makanan dalam jumlah yang sesuai.
2.4.
PENGERTIAN PENILAIAN STATUS GIZI Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang
diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Peran dan kedudukan Penilaian Status Gizi didalam ilmu gizi adalah untuk mengetahui status gizi , yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu atau masyarakat . Mengapa PSG menjadi penting ? karena terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi maka dengan melakukan PSG pada individu
6
atau masyarakat kita akan dapat mengetahui kelainan tersebut (Yayuk Hartriyanti dan Triyanti) . Data penilaian status gizi dapat dikumpulkan dengan berbagai cara . Pengumpulan data ini akan menjadi penting kedudukannya dalam PSG karena akan sangat memengaruhi hasil yang didapat yang pada akhirnya akan memengaruhi juga informasi yang disampaikan . Hal penting lainnya dalam PSG adalah perencanaan dan penerapan (Hartriyanti dan Triyanti) . Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu Penilaian Status gzi secara langsung maupun tidak langsung . Salah satu penilaian status gizi secara tidak langsung atau bersifat subjektif adalah metode penilaian status gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA) Penggolongan pada penilaian status gizi berdasarkan SGA terbagi menjadi 3 yakni Gizi Baik , Gizi kurang/beresiko malnutrisi dan Malnutrisi berat SGA (Gold Standard) .
7
BAB III PEMBAHASAN 3.1.INDIKATOR PENILAIAN STATUS GIZI DENGAN SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMENT (SGA) Penilaian Status Gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA) adalah Salah Satu Metode Penilaian Status Gizi yang bertujuan untuk memeriksa status gizi berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik Penilaian status gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA) tergolong baru dibandingkan dengan penilaian status gizi metode sebelumnya dan hanya menggunakan formulir sederhana yang berisi beberapa pertanyaan yang diajukan kepada pasien . Kualitas data tergantung dari kemampuan petugas penilai dalam berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan ketajaman observasi indikator fisik . Subjective Global Assessment terdiri dari dua komponen dan menggunakan pendekatan klinis terstruktur, terdiri dari anamnesis (riwayat medis) dan pemeriksaan fisik yang mencerminkan perubahan metabolik dan fungsional. Anamnesis terdiri dari keterangan mengenai perubahan berat badan, perubahan asupan nutrisi, gejala saluran cerna, gangguan kemampuan fungsional, dan penyakit yang dialami pasien. Anamnesis pada Subjective Global Assessment (SGA) ini bertujuan untuk mencari etiologi malnutrisi apakah akibat penurunan asupan makanan, malabsorbsi, maldigesti atau peningkatan kebutuhan sedangkan Pemeriksaan fisis menilai kehilangan massa otot dan lemak serta adanya asites dan bermanfaat untuk mengidentifikasi perubahan komposisi tubuh akibat efek malnutrisi atau pengaruh proses penyakit.
8
3.2. PENILAIAN STATUS GIZI DENGAN SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMENT (SGA) Metode penilaian status gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA) terdiri dari dua tahap yakni Anamnesis(riwayat medis) dan Pemeriksaan fisik . Penggolongan penentuan status gizi pada Subjective Global Assessment (SGA) terbagi menjadi 3 : Gizi Baik , Gizi kurang/beresiko malnutrisi dan malnutrisi berat SGA (Gold Standard). 3.2.1.ANAMNESIS (RIWAYAT MEDIS) A. Pengertian Anamnesis Anamnesis adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya seperti keterangan mengenai perubahan berat badan, perubahan asupan nutrisi, gejala saluran cerna, gangguan kemampuan fungsional, dan penyakit yang dialami pasien. Anamnesis tentang asupan pangan merupakan satu tahap penilaian status gizi yang paling sulit dan tidak jarang membuat penilai frustasi karena berbagai sebab . B. Tujuan Anamnesis Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70%
9
kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesisyangbenar.
C. Jenis Anamnesis Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang didapat dari informasi orag lain ini disebut Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan alloanamnesis. D. Sistematika Anamnesis Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan anamnesis seorang dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika ini juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja yang membacanya. E.Gambaran Metode Subjective Global Assessment (SGA) dalam Anamnesis (riwayat medis) a. Penurunan Berat Badan Penurunan BB dalam 2 minggu atau 6 bulan bulan terakhir (kg) :
10
10%
kehilangan signifikan secara mutlak
Asupan makanan berdasarkan pola makan pasien sehari-hari (derajat dan durasi) - Normal atau tidak ada perubahan - Abnormal atau ada perubahan * Lama * Bentuknya b. Gejala Gastrointestinal
Anoreksia Mual Muntah Diare c. Kapasitas Fungsional
Normal atau tidak ada perubahan Ada kelainan fungsi tubuh : - Mengalami sedikit penurunan - Tanpa Aktivitas/di tempat tidur d. Kaitan Penyakit dengan Kabutuhan Gizi Ada tidaknya perubahan metabolisme atau penyakit yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi (stress metabolik) : - Tidak ada - Ada : * rendah * sedang * tinggi
11
3.2.2 PEMERIKSAAN FISIK A. Pengertian Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. B. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Bagian integral dari segala upaya untuk memperoleh data tentang keadaan kesehatan diri pasien dan lingkungan/keluargnya. Keadaan kesehatan pasien meliputi : a. Riwayat kesehatan dan penyakit b. Hasil pemeriksaan fisik c. Data/hasil pemeriksaan penunjang seperti Lab/Ro./EKG,USG/CT.Scan C. Tujuan Dari Pemeriksaan Fisik a. Mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan b. Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaannya c. Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan d. Menilai keadaan pasien dari hasil inspeksi umum Seperti pasien tampak sakit ringan/sedang/berat/tidak sakit, pasien tampak bisa jalan/makan/gembira, pasien tampak sesak/terpasang cairan infus, dll. e. Menilai tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Respirasi, Nadi) f. Menilai keadaan fisik tubuh, meliputi : ada tidak berkurangnya lemak subkutan didaerah tricep , berkurangnya massa otot , ada tidaknya edema di pergelangan kaki , edema di daerah pinggul dan ada tidaknya asites .
3.2.3 MENGINTERPRETASIKAN HASIL DARI PENILAIAN STATUS GIZI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMENT (SGA) A. Aplikasi penilaian status gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA) di Rumah Sakit perlu memerhatikan yakni :
12
1. Kriteria pasien baru masuk rumah sakit : Pasien baru masuk
View more...
Comments