Seleksi Dan Perencanaan Obat Di Rumah Sakit
April 5, 2019 | Author: YeyendMustika CieCuwek Uke | Category: N/A
Short Description
Download Seleksi Dan Perencanaan Obat Di Rumah Sakit...
Description
SELEKSI DAN PERENCANAAN OBAT DI RUMAH SAKIT
I.
Pendahuluan
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pelayanan farmasi juga merupakan revenue center rumah rumah sakit, maka masalah perbekalan farmasi sebaiknya dikelola secara cermat dan penuh tanggung jawab sehingga pendapatan rumah sakit dapat terkontrol dengan baik (Maimun, 2008). Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan aspek manajemen yang penting, karena ketidakefisiensinya akan memberikan dampak negatif bagi rumah sakit baik secara medis maupun ekonomis. Untuk menghindari terjadinya permasalahan yang berkaitan dengan ketersediaan obat-obatan maka unit pelayanan kesehatan dituntut untuk membuat manajemen obat yang sistematis sebagaimana dijelaskan dalam drug management cycle. cycle. Langkah awal dalam pengelolaan obat sebelum dilakukan pengadaan ialah tahapan seleksi, dan perencanaan obat. Kedua tahapan tersebut dilakukan untuk mendukung pengadaan obat yang tepat bagi rumah sakit. II.
Tinjauan Pustaka
Menurut Hassan (1981) farmasi rumah sakit merupakan bagian atau pelayanan di rumah sakit yang dipimpin oleh seorang profesional apoteker dengan suatu kualifikasi tertentu secara resmi. Mengingat peran, tugas dan nilai barang, serta akibat yang akan timbul pada pasien, maka farmasi rumah sakit harus dikelola oleh orang yang mempunyai kemampuan tinggi dalam hal manajerial dan profesional di profesinya. Pada kesempatan ini yang akan dibahas adalah khusus mengenai manajemen dan dasar utama yang digunakan dalam hal manajemen obat adalah Drug Management Cycle (Pudjaningsing, 2006). Drug management cycle merupakan cycle merupakan suatu siklus yang tidak berputus pada suatu rumah sakit. Dimulai dari pemilihat obat, kemudian perencanaan jumlah obat yang akan diadakan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, dan penggunaan, sampai kembali lagi ke seleksi obat.
Pengelolaan obat di RS meliputi tahap-tahap perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta penggunaan yang saling terkait satu sama lainnya, sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing dapat berfungsi secara optimal. Ketidakterkaitan antara masing-masing tahap akan mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai dan penggunaan obat yang ada (Maimun, 2008). Select ion
Us e
Manage ment Support
Procure ment
Distribu tion
Gambar 1. Drug 1. Drug management cycle Management support yang terdiri dari manajemen organisasi, finansial, sumber daya manusia dan sistem informasi merupakan hal yang sangat penting diperhatikan karena akan mendukung pelaksanaan tahapan pengelolaan obat yang meliputi tahap-tahap selection, selection, procurement, distribution dan use. use. Selection adalah tahapan pemilihan obat yang akan dipakai di rumah sakit yang nanti akan berakhir dengan dibuatnya formularium formularium (Pudjaningsing, 2006). Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan. Penyusunan formularium rumah sakit merupakan tugas PFT. Adanya formularium diharapkan dapat menjadi pegangan para dokter staf medis fungsional dalam memberi pelayanan kepada pasien sehingga tercapai penggunaan obat yang efektif dan efisien serta mempermudah upaya menata manajemen kefarmasian di rumah sakit. 1. Seleksi Obat
Seleksi obat dilakukan oleh oleh panitia farmasi dan terapi (PFT) dengan menyusun suatu daftar obat dan alat kesehatan yang akan digunakan di rumah sakit sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit. Setelah dilakukan seleksi, maka pengadaan obat dimulai dengan perencanaan obat (Maimun, 2008). Seleksi obat adalah suatu proses untuk menetukan jenis obat yang benar benar diperlukan yang sesuai dengan pola penyakit. Dasar seleksi kebutuhan obat meliputi : a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medis, dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik disbanding resiko efek samping yang ditimbulkan. b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila jumlah obat dengan indikasi sama dalam jumlah banyak, maka kita memilih berdasarkan drug of choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi. c. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik. d. Menghindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi tersebut mempunyai efek yang lebih baik daripada apabila digunakan secara tunggal.
Gambar 2. Seleksi Obat dalam Penyusunan Formularium
2.
Perencanaan Obat Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat. Metode yang dapat digunakan yaitu: metode konsumsi dan metode epidemiologi. Pedoman perencanaan obat untuk rumah sakit yaitu DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medis, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, atau dari rencana pengembangan. Perencanaan dilakukan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. Tahap-tahap yang dilalui dalam proses perencanaan obat adalah: a.
Tahap pemilihan obat, dimana pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik terutama yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), dengan harga berpedoman pada penetapan Menteri.
b.
Tahap kompilasi pemakaian obat, untuk memperoleh informasi: 1) Pemakaian
tiap
jenis
obat
pada
masing-masing
unit
pelayanan
kesehatan/puskesmas pertahun. 2) Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas. 3) Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat Kab/Kota secara periodik. c.
Tahap perhitungan kebutuhan obat, dilakukan dengan: 1) Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana. Rumus yang digunakan adalah: A=(B+C+D) -E
A = Rencana pengadaan B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan C = Stok Pengaman 10% - 20% D = Waktu tunggu 3 – 6 bulan E = Sisa stok Keunggulan metode konsumsi adalah data yang diperoleh akurat, metode paling mudah, tidak memerlukan data penyakit maupun standar pengobatan. jika data konsumsi lengkap pola penulisan tidak berubah dan kebutuhan relatif konstan maka kemungkinan kekurangan atau kelebihan obat sangat kecil. Kekurangannya antara lain tidak dapat untuk mengkaji penggunaan obat dalam perbaikan penulisan resep, kekurangan dan kelebihan obat sulit diandalkan, tidak memerlukan pencatatan data morbiditas yang baik. 2) Metode Morbiditas / Metode Epidemologi adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Langkahlangkah perhitungan metode morbiditas adalah: a) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur penyakit. b) Menyiapkan data populasi penduduk. c) Menyediakan data masing-masing penyakit/tahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada. d) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit/tahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada. e) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat menggunakan pedoman pengobatan yang ada. f) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan datang. Keunggulan metode epidemiologi adalah perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran, standar pengobatan mendukung usaha memperbaiki pola
penggunaan
obat.
Sedangkan
kekurangannya
antara
lain
membutuhkan waktu dan tenaga yang terampil, data penyakit sulit diperoleh secara pasti, diperlukan pencatatan dan pelaporan yang baik. d.
Tahap proyeksi kebutuhan obat, dengan kegiatan-kegiatan: 1) Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang, dengan mengalikan waktu tunggu dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok pengaman. 2) Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode tahun yang akan datang, dengan rumus: a = b + c + d - e - f
a = perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan datang. b = kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk sisa periode berjalan (sesuai tahun anggaran yang bersangkutan). c = kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang. d = perkiraan stok akhir tahun (waktu tunggu dan stok pengaman). e = stok awal periode berjalan atau sisa stok per 31 Desember tahun sebelumnya di unit pengelola obat. f = rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Jan s.d Des). 3) Menghitung perkiraan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan melakukan analisis ABC-VEN, menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan dengan anggaran yang tersedia. 4) Pengalokasian kebutuhan obat berdasarkan sumber anggaran dengan melakukan kegiatan: menetapkan kebutuhan anggaran untuk masingmasing obat berdasarkan sumber anggaran; menghitung persentase anggaran masing-masing obat terhadap total anggaran dan semua sumber. 5) Mengisi lembar kerja perencanaan pengadaan obat, dengan menggunakan formulir lembar kerja perencanaan pengadaan obat. e.
Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat Dilakukan
untuk
memperoleh
informasi
mengenai
jumlah
rencana
pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk rencana pengadaan obat tahun yang akan datang.
Beberapa teknik manajemen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan kebutuhan obat adalah dengan cara: 1) Analisa ABC dilakukan dengan mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan dananya yaitu: a) Kelompok A: kelompok obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan. b) Kelompok B: kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%. c) Kelompok C: kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan. Langkah-langkah menentukan kelompok A, B dan C: a) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat dengan cara kuantum obat x harga obat. b) Tentukan rankingnya mulai dari dana terbesar sampai terkecil. c) Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan. d) Hitung kumulasi persennya. e) Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%. f) Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi > 70% s/d 90%. g) Obat kelompok C termasuk dalam kumulasi > 90% s.d 100%. 1) Analisa VEN dilakukan dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan, yaitu: a) Kelompok V: kelompok obat yang vital antara lain: obat penyelamat, obat untuk pelayanaan kesehatan pokok, obat untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar. b) Kelompok E: kelompok obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit.
c) Kelompok N: kelompok obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan. Langkah-langkah menentukan VEN : menyusun kriteria menentukan VEN, menyediakan data pola penyakit, dan merujuk pada pedoman pengobatan (Dhendianto, 2010). Jenis-jenis metode perencanaan dalam pengadaaan obat: a. Metode Konsumsi Merupakan suatu metode perencanaan obat berdasarkan pada kebutuhan riil obat pada periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan
pada
penggunaan
obat
tahun
sebelumnya.
Cara
perhitungannya : 1) Hitung pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu 2) Koreksi hasil pemakaian tiap obat periode lalu terhadap kecelakaan dan kehilangan obat 3) Koreksi langkah sebelumnya (koreksi hasil pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu terhadap kecelakaan dan kehilangan obat) terhadap stock out 4) Lakukan penyesuaian terhadap kesepakatan langkah a dan b 5) Hitung periode yang akan datang untuk tiap jenis obat atau : Rencana kebutuhan obat tahun ini = jumlah pemakaian tahun lalu + stok kosong + kebutuhan lead time + safety stock – sisa stok tahun lalu
Tabel 1. Keunggulaan dan Kelemahan Metode Konsumsi Keunggulan
Kelemahan
-
Mudah dilakukan, data akurat
- Memakan waktu lebih banyak
-
Tidak butuh data penyakit,
- Aspek medik pemakaian obat
standar terapi
tidak dapat dipantau
b. Metode Epidemiologi Merupakan metode berdasarkan pada pola penyakit yang ada dan didasarkan pada penyakit yang ada di rumah sakit atau yang paling sering muncul di masyarakat. Metode ini paling banyak digunakan di rumah sakit. Tahap-tahap yang diperlukan antara lain menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit, menyediakan standar pengobatan yang digunakan untuk perencanaan dan menghitung perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian kebutuhan obat dengan alokasi dana. Perencanaan dengan metode epidemiologi ini lebih ideal, namun prasyaratnya lebih sulit untuk dipenuhi. Tabel 2. Keunggulaan dan Kelemahan Metode Epidemiologi Keunggulan
Kelemahan
- Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran
terampil
- standar pengobatan mendukung usaha
- membutuhkan waktu dan tenaga
memperbaiki
pola
penggunaan obat
- data penyakit sulit diperoleh secara pasti - perlu pencatatan dan pelaporan yang baik
c. Metode kombinasi Merupakan suatu metode perencanaan obat berdasarkan kombinasi antara metode konsumsi dan metode epidemiologi. Beberapa faktor untuk perencanaan antara lain :
Sasaran – sasaran
Tindakan – tindakan
Sumber – sumber daya yang diperlukan
Implementasi
Secara tipikal rencana sederhana dibagi dalam : 1. Perencanaan jangka pendek 2. Perencanaan jangka menengah 3. Perencanaan jangka panjang Periode jangka pendek, menengah atau panjang ini yang tercakup oleh perencanaan tergantung pada sifat sasaran/target yang kita tuju dalam waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. a. Perencanaan jangka pendek biasanya dilakukan oleh pelaksana, misalnya renovasi sebuah kamar ditargetkan 1 minggu maka diharapkan di dalam waktu 1 minggu itu sudah bisa diselesaikan penggantian wallpaper, penggantian keramik kamar mandi, pembersihan lantai dan sebagainya. b. Perencanaan jangka menengah paling banyak dilakukan oleh manajer
–
manajer di rumah sakit yaitu perencanaan 1 tahun. Misalnya : mulai 1 April – 31 Maret tahun berikutnya atau ada juga yang memulai
I.
STUDI KASUS
4. Kasus 1
Skripsi oleh Arvianti pada tahun 2008, dengan judul
Analisis
“
Perencanaan Obat Berdasarkan ABC-Indeks Kritis Serta Evaluasi Pengadaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Wates Tahun 20042006”. Didapatkan data selama 3 tahun berturut selama periode 2004-2006. Kemudian data yang didapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pengadaan obat pada tahun 2007. a. Analisa Kasus 1) Seleksi
Data pemakaian obat pada periode 2004-2006 dianalisis menggunakan metode ABC (Nilai pakai dan Nilai investasi) : a) Nilai Pakai ABC
Diambil seluruh populasi item obat yang digunakan pada tahun 2004-2006. Pada penelitian ini, yang diteliti adalah item obat sebanyak 711 item, sedangkan alat kesehatan tidak dihitung. Pemakaian obat dihitung per tahun, kemudian dikalikan dengan harga satuan masing-masing obat, lalu diurutkan dari pemakaian tertinggi sampai terendah. Kemudian dikelompokkan menjaid klasifikasi A NP, B NP, dan C NP. Klasifikasi A NP meliputi item obat dengan pemakaian sebesar 70%, B NP meliputi 20% pemakaian dan klasifikasi C NP menunjukkan item obat dengan nilai pemakaian sebesar 10%.
Tabel 3. Pengelompokan obat berdasarkan analisis ABC nilai pakai tahun 2004 Kelompok
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Item obat
(%)
Pemakaian (Rp)
(%)
A NP
65
11,78
2. 796.398.186,00
69,97
B NP
121
21,92
817.572.122,00
20,46
C NP
366
66,30
382.553.027,00
9,57
Total
552
100
3.996.523.335,00
100
Tabel 4. Pengelompokan obat berdasarkan analisi ABC nilai pakai tahun 2005 Kelompok
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Item obat
(%)
Pemakaian (Rp)
(%)
A NP
72
11,75
3.659.241.423,00
70,27
B NP
137
22,35
1.102.559.246,00
21,17
C NP
404
65,90
445.724.757,00
8,56
Total
613
100
5.207.525.426,00
100
Tabel 5. Pengelompokan obat berdasarkan analisi ABC nilai pakai tahun 2006
Kelompok
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Item obat
(%)
Pemakaian (Rp)
(%)
A NP
74
10,96
3.993.940.564,00
70,44
B NP
121
17,93
1.136.018.875,00
20,04
C NP
480
71,11
539.928.718,00
9,52
Total
675
100
5.669.888.157,00
100
b) Nilai Investasi ABC Diambil seluruh populasi item obat yang digunakan pada tahun 20042006. Pada penelitian ini, yang diteliti adalah item obat sebanyak 711 item, sedangkan alat kesehatan tidak dihitung. Menghitung jumlah penggunaan obat dan stok akhir, dikalikan dengan harga satuan obat, kemudian disusun urutan tertinggi sampai terendah. Kemudian dikelompokkan menjaid klasifikasi A NI, B NI, dan C NI. Klasifikasi A NI meliputi item obat dengan pemakaian sebesar 70%, B NI meliputi 20% pemakaian dan klasifikasi C NI menunjukkan item obat dengan nilai pemakaian sebesar 10%. Tabel 6. Pengelompokan obat berdasarkan analisi ABC nilai investasi tahun 2004 Kelompok
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Item obat
(%)
Pemakaian (Rp)
(%)
A NI
70
12,68
3.225.708.205
70,35
B NI
128
23,19
921.329.958
20,09
C NI
354
64,13
437.874.199
9,56
Total
552
100
4.584.912.362
100
Tabel 7. Pengelompokan obat berdasarkan analisi ABC nilai investasi tahun 2005 Kelompok
A NI
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Item obat
(%)
Pemakaian (Rp)
(%)
81
13,21
4.143.342.096
70,32
B NI
135
22,02
1.186.000.350
20,13
C NI
397
64,76
561.075.001
9,55
Total
613
100
5.892.417.457
100
Tabel 8. Pengelompokan obat berdasarkan analisi ABC nilai investasi tahun 2006 Kelompok
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Item obat
(%)
Pemakaian (Rp)
(%)
A NI
80
11,85
4.584.188.671
70,47
B NI
136
20,15
1.298.291.609
19,96
C NI
459
68,00
621.827.064
9,57
Total
675
100
6.504.807.244
100
c) Nilai Kritis Sampel yang diambil adalah obat-obat yang masuk dalam kelas A nilai pakai dan nilai investasi (A NP dan A NI). Karena jumlah obat yang masuk dalam kelas A NP dan A NI cukup banyak, dan adanya beberapa perbedaan obat yang masuk ke dalam kelas tersebut selama t auhn 20042006, maka digunakan kriteria inklusi berikut, sampel adalah item obat yang masuk ke dalam kelas A NP dan A NI peling tidak selama 2 tahun pada periode 2004-2006. Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel yang diambil sebanyak 81 item obat. Obat yang termabil sebanyak 81 item obat disusun membentuk kuesioner untuk menetapkan obat masuk ke dalam kategori vital, esensial, dan non esensial. Hasilnya dari 81 item obat, 15 obat termasuk kelas vital (18,52%), 60 obat merupakan obat esensial (74,07%), dan obat merupakan nonesensial (7,41%).
Non-
Analis VEN
esensial
Vital
7%
19%
Esensial 74%
d) Nilai Indeks Kritis (NIK) Setelah mengklasifikasikan obat-obat kedalam kelas A,B dan C berdasarkan nilai pakai dan nilai investasi, dan mengelompokkan obat ke dalam klasifikasi vital, esensial, dan nonesensial, maka selanjutnya dapat ditentukan nilai indeks kritis obat dengan menggunakan rumus : NIK = nilai pakai + nilai investasi + (2x nilai kritis) Adapun penilaian sebagai berikut : 1) Nilai Pakai (NP) dan Nilai Investasi (NI) A = 3, B = 2, C= 1 2) Nilai Kritis (NK) V = 3, E = 2, N = 1
Tabel 9. Pengelompokan Obat Dengan Analisis ABC Indeks Kritis tahun 2004-2006
No
Nama Obat
Nilai Pakai Nilai inves tas i Nilai Kritis NIK
Katego ri
1 Actrapid HM Penfil
3
3
3
12 AIK
2 Adalat OROS
3
3
2,75
11,5 A IK
3 Amicillin 1 gram inj
3
3
2,25
10,5 A IK
4 Amoxan 1 gram inj
3
3
2,25
10,5 A IK
5 Amoxicillin
3
3
2,25
10,5 A IK
6 Asam Askorbat
3
3
1
8 BIK
7 Asam Folat
3
3
1,7
9,4 BIK
8 Aspilet
3
3
2,17
10,34 A IK
9 Assering 500 cc
3
3
2
10 AIK
10 Bactesyn 1,5 gram inj
3
3
2,5
11 A IK
11 Berotec 200 mcg
3
3
3
12 AIK
12 Brainact 250 mg inj
3
3
2,8
11,6 A IK
13 Brainact 500 mg
3
3
2,8
11,6 A IK
14 Broadced 1 gram inj
3
3
2,5
11 AIK
15 Ca Laktat
3
3
1,6
9,2 BIK
16 Captropil 12,5 mg
3
3
2,2
10 A IK
17 Captropil 25 mg
3
3
2,2
10 A IK
18 Catapres inj
3
3
2,4
10,8 A IK
19 Cefotaxim
3
3
2,57
11,14 A IK
20 Ceftazidim inj
3
3
2,57
11,14 A IK
21 Ceftriaxon inj
3
3
2,57
11,14 A IK
22 Ciprodloxacin 500 mg
3
3
2,38
10,76 A IK
23 Ciprofloxacin inj
3
3
2,38
10,76 A IK
24 D 5% OTSU
3
3
2
10 AIK
25 Deksametason
3
3
2,14
10,28 AIK
26 Dexacap 12,5 mg
3
3
2,2
10,4 AIK
27 Dumozol 0,25 gram
3
3
2,25
10,5 A IK
28 Ferofort
3
3
1,5
9 BIK
29 Fimalbulin 50 ml
3
3
2,75
11,5 A IK
30 Frego 10 mg
3
3
1,75
9,5 A IK
31 Furosemid 40 mg
3
3
2,25
10,5 A IK
32 Glibenklamid 5 mg
3
3
2,25
10,5 A IK
33 Glucodex
3
3
2,25
10,5 AIK
34 HCT 25 mg
3
3
2
10 A IK
35 Hexer
3
3
2
10 AIK
36 Hexilon 1 gram
3
3
2,2
20,4 A IK
37 Humulin N
3
3
2,67
11,34 A IK
38 Imunos
3
3
1,25
8,5 BIK
39 Insulatard Hm Penfil
3
3
3
12 AIK
40 ISDN 5 mg
3
3
2,75
11,5 A IK
41 Isoprinosin
3
3
2,67
11,34 A IK
42 KA EN 3 A 500 ml
3
3
1,75
9,5 A IK
43 KA EN 3 B 500 ml
3
3
2
10 A IK
44 Kalchef 0,75 gram
3
3
2,2
10,4 A IK
45 Kalmethason
3
3
2
10 A IK
46 Kalmoxilin 500 mg
3
3
2,14
10,28 AIK
47 Kalmoxilin
3
3
2,14
10,28 AIK
48 Kaltrofen
3
3
2,17
10,34 AIK
49 Ketalar 100 mg
3
3
2
10 A IK
50 KSR 600 mg
3
3
2,2
10,4 AIK
51 Lovenox inj
3
3
1
8 BIK
52 Madopar
3
3
2
10 AIK
53 Mertigo
3
3
1,71
9,42 BIK
54 Metformin
3
3
2
10 AIK
55 Metil Pretnisolon 4 mg
3
3
2
10 AIK
56 Metronidazole 100 cc
3
3
2,2
10,4 A IK
57 Miloz inj
3
3
1,75
9,5 A IK
58 Mocileps
3
3
1,75
9,5 AIK
59 NaCl OTSU
3
3
1,6
9,2 BIK
60 Neurocet 3 gram inj
3
3
2
10 A IK
61 Neurochol
3
3
1,5
9 BIK
62 Neurodex
3
3
1,38
8,76 BIK
63 Paracetamol 500 mg
3
3
1,71
9,42 BIK
64 Piracetam 3 gram inj
3
3
2,14
10,28 A IK
65 Pyridoksin 10 mg
3
3
1,5
9 BIK
66 Radin
3
3
2,33
10,66 AIK
67 Radin
3
3
2,33
10,66 AIK
68 Ranitidin
3
3
2,33
10,66 AIK
69 Rantin
3
3
2,33
10,66 AIK
70 Recofol
3
3
2
10 AIK
71 Remopain 3% inj
3
3
2
10 A IK
72 Renadinac 50 mg
3
3
2
10 A IK
73 RL OTSU 500 cc
3
3
1,8
9,6 A IK
74 Salbutamol 2 mg
3
3
1,8
9,6 A IK
75 Syntosinon
3
3
2,6
11,2 AIK
76 Thiamin
3
3
1,8
9,6 AIK
77 Thidim inj 1 gram
3
3
1,67
9,34 BIK
78 THP
3
3
1,6
9,2 BIK
79 Unalium 5 mg
3
3
2
10 A IK
80 Voltadex 50 mg
3
3
1,8
9,6 A IK
81 Zegase
3
3
1,17
8,34 BIK
Pada kasus 1 tidak dilakukan rencana pengadaan karena tidak diketahui total anggaran yang dibutuhkan serta pemakaian tiap bulan untuk setiap item obat. 5. Kasus 2
Dari data diketahui penggunaan obat pada bulan Januari-Maret 2010, kemudian dilakukan analisis kebutuhan obat untuk bulan November 2010 di Rumah Sakit MP. a. Seleksi
Seleksi obat dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dengan menyusun suatu daftar obat dan alat kesehatan yang akan digunakan di rumah sakit sebagai bagian pelayanan rumah sakit. Pada studi kasus ini kelompok 1 tidak melakukan seleksi obat karena keterbatasan yang ada. Data yang digunakan pada kasus ini merupakan data dari Rumah Sakit MP, dari data didapatkan pola pengggunaan obat pada bulan Januari-Maret 2010 (Tabel 10). Data ini selanjutnya digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan obat-obatan pada bulan November 2010. Tabel 10. Penggunaan Obat Tahun 2007 No
Nama Obat
Jumlah Pemakaian Jan
Feb
1 KETOROLAC 3%
Rata-rata
Mar 297
128
142
METHYLPREDNISOLON INJ 2 125MG
1114
414
444
657
3 RANITIDIN INJ
1813
328
389
843
4 BROAD CED INJ 1 GRM
80
70
60
70
5 CEFTRIAXONE 1GR INJ
392
510
3012
1305
6 CEFTAZIDIM INJ 1GR
174
67
145
129
910
643
7 Metronidazol INFUS
1020
8 TAXEGRAM INJ 1 GRM
80
70
60
70
9 MEROPENEM 1GR INJ
5
30
60
32
10 ONDANCETRON 4MG INJ
180
110
100
130
11 LANSOPRAZOLE
539
333
291
12 CEFOTAXIME 1GR INJ
500
250
135
295
13 AZITROMYCIN 500MG
25
42
25
31
167
90
64
107
35
44
14 FUROSEMIDE INJ 15 MEROPENEM 0,5GR INJ
26
16 RANITIDIN TAB
23
148
176
186
17 METHYLPREDNISOLON
97
75
80
84
320
340
320
32
80
37
22
24
22
18 OPINACEA TAB
300
LEVOFLOXACIN INFUS 19 100ML 20 CERNEVIT INJ 21 Ciprofloxacin Infus
20 176
59
22 AMINOPHYLLIN INJ
17
12
18
16
23 AMOXYCYLLIN 500MG
68
32
36
45
24 CEFADROXIL 500MG
130
96
45
90
25 ISDN 5 MG
293
203
207
234
53
34
29
26 AMLODIPIN 10MG 27 AMLODIPIN 5MG
75
80
100
85
28 DEXAMETHASONE INJ
18
12
10
13
50
25
21
46
22
122
107
64
98
32 PHYTOMENADION INJ
41
39
18
33
33 CLINDAMISIN 300MG
36
34
24
31
6
4
ASAM TRANEKSAMAT 29 500MG INJ
25
30 KETOROLAC 1% NJ 31 ASAM MEFENAMAT 500MG
34 ATROPIN 1ML INJ 35 ALKOHOL 70% 100ML 36 AVITER
5 708
236
40
60
56
52
5
10
5
7
75
50
46
57
ASAM TRANEKSAMAT 37 500MG 38 TRAMADOL 50MG
39 PARACETAMOL 500MG
18
13
5
12
40 PROPILTIOURASIL
30
8
10
16
41 Antasida Doen SYR
300
180
160
213
42 METFORMIN 500MG
100
15
32
49
43 ALPRAZOLAM 0.5MG
40
13
44 GENTAMISIN INJ
100
10
37
45 CIPROFLOXACIN 500 MG
20
86
59
55
46 KETOKONAZOL
59
25
20
35
47 CEFADROXIL SYR 125MG
77
45
37
53
140
11
8
53
14
27
48 SIMVASTATIN 10MG 49
MELOXICAM 7,5MG
4
50 ZEGAVIT
18 150
180
200
177
51 DIGOKSIN 0,25MG
55
57
20
44
52 RIFAMPICIN 450MG
10
8
4
7
200
120
107
38
27
43
27
34
33
53 Miconazole cream 54 CAPTOPRIL 25MG 55
NIFEDIPIN 10MG
65 3
56 GLISODIN CAP
70
100
80
83
57 CARBAMAZEPIN 200MG
23
13
13
16
58 DILTIAZEM
23
26
15
21
176
50
42
89
60 CAPTOPRIL 12.5MG
50
26
45
40
61 MELOXICAM 15MG
2
5
25
11
62 HYDROCORTISON CR 2,5%
96
192
96
128
63 GLIMEPIRIDE 1MG
15
50
22
59 KETOKONAZOL CREAM 2%
64 PARACETAMOL SYR
180
155
90
142
65 CALSIUM LAKTAT
8
2
4
5
66 ACYCLOVIR 400MG
15
3
5
8
67 POVIDON IODIN 60ML 68 ALPRZOLAM 1MG
169
56
8
3
69 INH 300mg 70 DEKSTROMETORFAN 60ML 71 FUROSEMIDE TAB
3
3
2
3
260
20
40
107
40
45
20
35
40
13
4
5
72 Omeprazole 73 Phytomenadion
8
4
74 VERAPAMIL
8
5
75 AMITRIPTILIN 25MG
18
19
12
16
76 ERITROMICIN 250MG
3
4
5
4
77 LEVOFLOXACIN 500MG
8
3
10
7
78 DOKSISIKLIN 100 MG
15
7
4
9
79 ALOPURINOL 100MG
10
23
42
25
80 PREDNISONE
5
5
4
5
81 ANTIHEMOROID SUPP
2
22
2
9
7
9
82 PYRAZINAMIDE 500MG
19
83 VITAMIN-B COMPLEX
11
6
84 CTM
10
10
4
6 10
10
NATRIUM DICLOFENAC 85 50MG 86 DIPHENHYDRAMINE INJ
44
15
6
5
4
5
14
20
10
15
4
5
5
5
148
95
90 DEXAMETHASONE TAB
1
8
91 KETOPROFEN INJ
2
12
5
14
5
6
93 ALLOPURINOL 300MG
3
3
5
4
94 GEMFIBROZIL 300MG
1
5
3
3
95 FERO SULFAT
8
2
3
96 Salbutamol 2mg
25
20
24
23
5
8
87 GLIBENCLAMIDE 88 SPIRAMYCIN 500MG 89 OBH 100ML
92 HALOPERIDOL 5 MG
97 VITAMIN B1 TAB 50MG
81 2
4
4
98 IBUPROPEN 400MG 99 DEKSTROMETORFAN 15MG 100 TRIHEKSIFENIDIL 2MG
11
5
1
3
8
10
101 OFLOXACIN 400MG
6
102 KETOROLAC 10MG
2
103 PIRIDOXIN 10MG
15
10 1
30
16 2
2
1
19
6
104 GENTAMYCIN EYE DROP
50
105 Piroksikam 10mg
11
11
3
8
1
1
4
2
107 PARACETAMOL DROP
20
10
5
12
108 HALOPERIDOL 1.5MG
8
6
8
7
109 AMOXILLIN SYR
5
20
23
16
10
16
106 Antasida Doen
110 ACYCLOVIR CREAM 5GR
37
111 BETAMETASON CREAM
50
112 HALOPERIDOL 0.5MG
9
113 KETOPROFEN 100MG
17
17 3
6
3
114 SALBUTAMOL 4MG
5
3
115 CLONIDINE
5
2
6 1
5
4 2
116 Propanolol 40mg
5
6
4
117 Vit. C 50MG TAB
1
3
1
5
2
118 Metronidazol 500MG 119 CLINDAMISIN 150MG
2
120 PHENOBARBITAL 30MG 121 PIROKSIKAM 20MG
2 1
2
1 2
1
3
2
b. Perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat. Pada kasus ini metode yang digunakan untuk perencaaan obat adalah metode konsumsi karena perencanaan ini berdasarkan
kebutuhan riil obat pada periode lalu. Metode epidemiologi tidak dapat diaplikasikan karena keterbatasan data yang dimiliki. Cara perhitungan kebutuhan untuk bulan November adalah sebagai berikut ; 1) Hitung pemakaian obat pada bulan Januari-Maret kemudian diambil rerata (CA) 2) Menentukan Lead Time (T) 3) Menghitung Safety Stock (SS) setiap item obat (T/Bulan x CA) 4) Menghitung sisa stock pada periode lalu 5) Menghitung total kebutuhan (CT) sebagai berikut : CT = (CaxT)+SS-Sisa Stock Hasil perhitungan total kebutuhan obat pada bulan November dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebagai contoh adalah perencaaan kebutuhan obat Ketorolac 3%. Dari data didapatkan rata-rata pemakaian adalah sebanyak 142. Data yang ada kemudian dianalisis menggunakan metode ABC dan VEN untuk mengetahui prioritas pengadaan obat pada bulan November 2010. Analisis dengan metode Pareto bertujuan untuk mengetahui penyerapan anggaran oleh setiap item obat. Langkah metode ini adalah dengan menghitung pemakaian rata-rata obat selama 3 bulan, kemudian dikalikan dengan harga satuan masing-masing obat, lalu diurutkan dari pemakaian tertinggi sampai terendah. Kemudian dikelompokkan menjadi klasifikasi A, B, dan C. Klasifikasi A meliputi item obat dengan pemakaian sebesar 70%, B meliputi 20% pemakaian dan klasifikasi C menunjukkan item obat dengan nilai pemakaian sebesar 10%. Selain analisis Pareto, juga dilakukan analisis VEN untuk setiap item obat. Analisis VEN tidak dilakukan karena dari pihak Rumah Sakit telah menetapkan nilai kekritisan dari tiap item obat. Setelah dilakukan analisis tersebut maka kita dapat mengetahui jenis item obat mana yang menjadi prioritas pengadaan ((Lampiran 2).
DAFTAR PUSTAKA
Dhendianto. 2010. Pengadaan Alat Kesehatan. Ditama Binbangkum. Jakarta. Lidya, A., 2009, Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Tembakau Deli Medan Tahun 2008 , Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan. MENKES. 2006. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit . Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Quick,J, 1997,
The Selection,
Distribution and use of pharmaceuticals. In
Managing Drug Supply. Second Edition. Kumarian Press Book on International Development. Pudjaningsih, D. & B. Santoso. 2006. Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit . Logika, Vol. 3, No. 1. Yogyakarta.
View more...
Comments