Scarlet Letter

October 24, 2018 | Author: Imran Nefsana | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Scarlet Letter...

Description

Nama : Imran NIM : 116322016 Analilsis Novel Scarlet Letter Karya Nathaniel Hawthorne Dengan Pendekatan Analisis Strukrural Narasi A.J Greimas. A.

Sinopsis Novel Scarlet Letter  Scarlet Letter adalah adalah sebuah novel klasik karya Nathaniel Hawthorne. Novel

tersebut ditulis pada tahun 1850 dan dianggap sebagai mahakarya dari Nathaniel Hawthorne.   Novel tersebut mengambil waktu sekitar abad 17 pada tahun 1642-1649dan bertempat di Massachusetts, sebuah desa yang dihuni oleh masyarakat puritan di dekat Boston. Novel tersebut menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan bernama Hester Prynne yang harus menanggung malu dan berjuang hidup dalam penderitaan dan kesepian karena ia dijauhi dan dikucilkan oleh masyarakatnya sebab ia telah melakukan perzinahan dan melahirkan seorang  putri dari hasil perzinahannya itu. Hester Prynne diceritakan sebagai seorang perempuan imigran Inggris yang telah bersuami yang pindah ke Amerika, tetapi karena masih ada urusan lain yang harus diselesaikan hester berangkat lebih dulu ke

Amerika,

sementara suaminya akan

menyusulnya kemudian. Cerita dalam novel dimulai dari setting penjara, tempat di mana Hester dikurung karena dia telah hamil diluar nikah dan melahirkan seorang bayi perempuan yang tidak diketahui siapa  bapaknya. Hester akan menjalani hukuman berdiri di tengah tiang hukuman yang terdapat dilapangan kota dengan memakai baju yang bersulam huruf ³A´ berwarna merah (simbol bahwa dia adalah soerang pezina) untuk diadili dan dipertontonkan di depan publik sebagai contoh dari seorang pendosa yang buruk . Di tiang hukuman itulah Hester dihukum berdiri, dicemooh dan dihinakan oleh semua mata masyarakat yang memandangnnya. Hukuman itu sebenarnya lebih ringan dari hukuman yang seharusnya diterima oleh seorang pezinah, yaitu hukuman mati. Di tempat itulah Hester ditanyai tentang siapa sebenarnya ayah dari anaknya tersebut, namun Hester  menolak memberi tahu identitas dari ayah anaknya dan telah berketetapan hati untuk  menanggung sendiri hukuman yang ditimpakan kepadanya demi melindungi pasangan selingkuhnya. Kekerasan hati Hester disebabkan karena pasangan selingkuhnya adalah seorang   pendeta bernama Althur Dimmesdale.

Althur

Dimmesdale adalah seorang pendeta muda yang

dihormati karena keshalehannya beribadah dan kemampuannya berkhotbah yang mampu menyentuh hati para jemaatnya. Hester Prynne adalah salah satu jemaat dari pendeta

Althur 

Dimmesdale, namun keduanya saling jatuh cinta sampai akhirnya perbuatan asusila diantara keduanya itu pun terjadi. Pada saat Hester dihukum berdiri di tengah lapangan dengan symbol huruf ³A´ berwarna scarlet itulah ternyata suami hester yang berumur jauh lebih tua dari hester oleh pengarang diperkenalkan dengan nama Roger Chillingworth telah sampai dari pelayarannya dan juga berada di tengah kerumunan orang-orang yang sedang menyaksikan hester menjalani hukumannya. Roger Chillingworth bertanya kepada penduduk setempat tentang apa yang terjadi, salah satu  penduduk menjelaskan bahwa hester sedang dihukum di depan public karena telah berzina dan melahirkan seorang putri tanpa kehadiran seorang suami. Mengandalkan kemampuan kedokterannya, Hester Prynne dan Roger Chillingworth akhirnya bertemu di penjara bawah tanah. Roger yang merasa dikhianati oleh Hester menanyakan tentang identitas ayah dari anaknya, namun Hester tetap enggan mengungkapkannya. Dipenuhi dengan kebencian dan rasa ingin membalas dendam dia bersumpah akan mengungkap identitas dari ayah putri hester yang membuat dia menetap di kota tersebut. Roger Chillingworth diterima dengan baik di kota tersebut bahkan mendapat tempat terhormat di masyarakat karena kepandaiannya dalam bidang kedokteran. Hester akhirnya keluar dari penjara, dia ak hirnya memilih menetap dipinggiran kota dekat dari pantai dan hutan yang jauh dari pemukiman penduduk . Di tempat itulah dia hidup dan merawat anaknya, Pearl. Hester mendapat hukuman sosial dari masyarakat dengan harus selalu mengenakan pakaian yang bersulam huruf ³A´ (sebagai simbol seoarang wanita pezina)   berwarna scarlet tepat dibagian dada kemana pun dia pergi. Simbol tersebut membuat Hester  dihina, dikucilkan, dan jauhi masyarakat mulai dari orang dewasa sampai anak-anak yang tidak  tahu apa-apa sekalipun. Hester juga kerap dijadikan contoh buruk bagi anak-anak dalam pelajaran tentang moralitas. Hester sebenarnya bisa saja meninggalkan kota itu dan memulai kehidupan  baru di tempat lain tanpa harus menanggung penderitaan seperti yang dialaminya. Namun, Hester  tetap memilih menetap di kota tersebut karena ingin membuktikan penyesalan dan keinginannya untuk bertobat.

Hester menghidupi dirinya dan anaknya dari hasil keterampilannya menjahit dan menyulam., sebuah keterampilan yang masih sangat langka di masanya. Hampir semua pakaian  bagus yang dikenakan oleh para pejabat seperti gubernur, pendeta, kaum bangsawan dan pakaian untuk jenazah adalah buah tangan dari Hester . wanita yang oleh masyarakat dianggap sebagai seseorang yang hina. Selain untuk memenuhi kebutuhan anaknya, hasil yang didapatkan hester  dari menjahit dan menyulam sebagian besar didermakan kepada o rang yang secara ekonomi lebih membutuhkan. Namun tak jarang hester menerima penolakan dan hal itu tidak membuat masyarakat berubah perlakuan terhadap dirinya. Ketika Pearl berumur dua atau tiga tahun para pendeta dan gubernur merencanakan untuk  memisahkan Hester dan Pearl. Mereka menganggap bahwa Hester tidak akan mampu mendidik  anaknya menjadi seorang yang berbudi luhur . Namun usaha hal itu tidak terjadi berkat bantuan argumentasi dari pendeta Dimmesdale. Ketabahan, kebaikan dan kesabaran hati Hester menjalani hukumannya selama bertahun-tahun akhirnya secara perlahan membuat masyarakat kota secara  perlahan mampu menerimanya walaupun itu hanya sedikit. Sementara itu,

Althur

Dimmesdale yang walaupun tetap berada dalam kewibawaannya

sebagai seorang pendeta bahkan semakin dihormati karena masyarakat menilai dia sebagai seorang yang sangat taat beribadah juga sangat menderita karena perasaan bersalah kepada Hester  dan perasaan yang sangat berdosa kepada tuhan dan masyarakat senantiasa menghantui dirinya. Perasaan bersalah dan dosa disimbolkan Dimmesdale dengan selalu memegang dadanya. Tekanan   psikologis yang dialami oleh Dimmesdale membuat kesehatannya semakin hari semakin memburuk . Hal itu membuat Roger Chillingworth menaruh curiga bahwa pendeta Dimmesdale terrlibat dalam kasus Hester Prynne. Roger Chillingworth akhirnya mengusulkan agar tinggal seatap dengan Dimmesdale dengan dalih agar dirinya dapat membantu pemulihan kesehatan   pendeta Dimmesdale. Namun dibalik itu Chillingworth menyimpan misi jahat terhadap Dimmesdale. Keberadaan Chillingworth yang berada satu atap dengan pendeta Dimmesdale ternyata tidak banyak membantu menyembuhkan penyakit Dimmesdale. Hal itu wajar karena penyakit Dimmisdale sesungguhnya bukanlah penyakit fisik melainkan penyakit psikologis. Keberadaan Chillingworth hanya menambah beban psikologis karena Dimmesdale merasa bahwa Chillingworth selalu mengintrogasi dan ingin mengetahui hal-hal intim dan rahasia dirinya.

Pada suatu malam yang gelap dan sunyi, dengan kesehatan yang semakin memburuk  Dimmesdale berjalan menuju ke tiang hukuman di tengah lapangan kota dan berteriak mengakui kesalahannya yang sungguh membebani hatinya. Hester dan Pearl yang tidak sengaja melintas di tempat tersebut menyaksikan kejadian tersebut. Menyadari kehadiran Hester dan Pearl, Dimmesdale mengajak mereka untuk bergabung bersamanya di tiang hukuman, mereka bertiga   berperpegangan di atas tiang tersebut, Pearl bertanya kepada Dimmesdale apakah dia akan memegang tangannya dan tangan ibunya di siang hari di depan khakayak, namun Dimmesdale mengatakan bahwa hal itu belum dapat dia lakukan. Kejadian tersebut ternyata juga disaksikan oleh Chillingworth. Kejadian di tengah malam itu membuat Hester menyadari tekanan psikologis yang dialami oleh Dimmesdale ditambah keberadaan chillingworth disisnya yang membuat kesehatannya memburuk . Hal itu membuat Hester merasa perlu terlibat dalam masalah tersebut. Hester dan Dimmesdale bertemu di tengah hutan, Hester memberi tahu dimmesdale bahwa chillingworth sebenarnya adalah mantan suaminya. Di hutan itu pulalah mereka bersepakat untuk  meninggalkan kota tersebut dan memulai kehidupan baru di dataran lain di benua Eropa. Hester  melepas sulaman huruf ³A´ dan membuka penutup rambut yang selama ini dikenakannya. Hal itu membuat Pearl anaknya marah, dan tak mau menemui ibunya sebelum ia mengenakan huruf  ³A´ itu kembali di dadanya. Sehari sebelum rencana pelayaran, Dimmesdale akan membawakan khotbah terakhirnya sebagai seorang pendeta di tengah alun-alun kota. Tetapi rencana pelarian Hester dan Dimmesdale diketahui oleh Chillingworth. Dimmesdale menyampaikan khotbahnya dengan sangat

bersemangat

sehingga

sangat

menyentuh

jemaat

yang

mendegarnya.

Setelah

membawakan khotbahnya kondisi tubuhnya semakin melemah, ia merasa waktunya tidaklah lama lagi, dia berjalan ke tiang hukuman dan mengajak Hester dan Pearl menemaninya. Disinilah dia mengakui dosa-dosanya di depan publik . Dimmesdale akhirnya meninggal dipelukan Hester dan ciuman Pearl. Chillingworth yang frustrasi karena rasa dendam dalam hatinya, akhirnya meninggal satu tahun kemudian. Hester dan Pearl meninggalkan Boston, dan tak seorang pun tahu apa yang telah terjadi   pada mereka. Bertahun-tahun kemudian, Hester kembali sendirian, masih memakai huruf µA´ merah, tinggal di pondok tua dan melanjutkan pekerjaan amalnya. Pearl dikabarkan telah

menikah dengan seorang bangsawan Eropa dan membentuk keluarga sendiri. Pearl juga mewarisi semua uang Chillingworth yang diberikan oleh Chillingworth meskipun dia tahu Pearl   bukan putrinya. Warga kota tidak lagi memperlakukan Hester sebagai seseorang pendosa, mereka bahkan menganggap Hester adalah seorang wanita mulia dan baik hati. Ketika Hester  meninggal, ia dimakamkan di tanah pemakaman King¶s Chapel dengan sebuah batu nisan dihiasi dengan huruf "A", untuk Hester dan Dimmesdale. B.

Analisis

Sturuktural Greimas

Analisis

struktural Greimas sering juga disebut analisis akstansial karena menekankan

tokoh-tokohnya. Greimas membagi analisisnya menjadi dua tingkatan yaitu analisis sintaksis dan analisis semantik .

Analisis

sintaksis adalah analisis yang mengacu pada kerangka yang nampak,

Kerangka kisah bagaimana diceritakan. Yang dianalisa pada tingkat ini adalah pengorganisasian  para pelaku dan peran mereka (trajectory). Greimas memberikan enam fungsi aktan yaitu pengirim, objek, penerima, penolong, subjek, penghalang dan anti subjek . Kategori yang terakhir (anti-subjek) bersifat fakultatif atau tidak harus selalu ada dalam sebuah kisah. PENGIRIM adalah yang memberi inspirasi kepada subyek untuk mendapatkan obyek, memberi motivasi, mendorong subyek . OBJEK adalah seseorang atau sesuatu yang diinginkan, dicari, diburu oleh ide pengirim. PENERIMA adalah seseorang atau sesuatu objek hasil buruan subjek . PENOLONG adalah seseorang atau sesuatu (bisa situasi, alam dll) yang membantu atau mepermudah subjek meraih objek . SUBJEK adalah seseorang atau sesuatu yang ditugasi oleh pengirim untuk mendapatkan objek . PENGHALA NG adalah seseorang atau hal-hal yang mempersulit subjek dalam meraih objek . Penghalang yang  paling ekstrem disebut A NTI SUBJEK . Pada tingkat analisis sintaksis dimana peran-peran yang bekerja dalam cerita digambarkan. Dalam novel

Scarlet Letter  subjek

adalah tokoh Hester Prynne yang hamil dan

melahirkan seorang putri sementara dia tidak bersuami. Pengirim adalah berupa hukuman sosial yang diterima oleh seorang pezina dengan harus selalu memakai pakaian dengan simbol huruf  ³A´ (menyimbolkan pemakainya adalah seorang pezina) yang terletak tepat di bagian dada. Obyek adalah berupa keinginan Hester untuk bertobat dan menebus dosa dengan berbuat baik  dan selalu memakai symbol ³A´ tersebut. Penerimanya adalah tokoh Hester, anaknya, dan

 pasangan selingkuhnya yaitu pendeta Dimmesdale. Penolong adalah kesabaran Hester menjalani sanksi sosialnya, kemampuan menjahit dan menyulam, kedermawanannya terhadap penduduk  setempat yang lebih miskin dari dia, dan pendeta Dimmesdale yang membantu supaya Hester  tetap bisa merawat anaknya, Pearl. Sementara pengahalang adalah simbol huruf ³A´ berwarna merah (scarlet) yang harus dipakai Hester kemana pun dia pergi, perlakuan buruk dan pengucilan masyarakat terhadap Hester dan anaknya. Penghalang yang paling ekstrem atau anti subjek  adalah mantan suami Hester bernama Roger Chillingworth yang ingin membalas dendam karena merasa dikhianati Hester  Skema aktan novel Scarlet Letter  .Peran

(Trajectory)

Pelaku

Subjek 

Hester Prynne

Objek 

keinginan Hester untuk bertobat, menebus dosa dengan berbuat baik 

Pengirim

Sanksi sosial berupa symbol huruf ³A´ (pezina) yang harus selalu dipakai Hester 

Penerima

Hester Prynne, Pearl, Pendeta Dimmesdale

Penolong

kesabaran, keahlian menjahit, kedermawanan Hester . Pendeta Dimmesdale

Penghalang

Simbol huruf ³A´, perlakuan masyarakat

Anti Subjek 

Tokoh Roger Chillingworth

Tingkatan analisis selanjutnya adalah analisis semantik (tematik). Pada tingkat analisis ini diartikulasikan nilai-nilai dasariah teks.

Analisis

semantik dimulai dengan menginventarisir 

oposisi-oposisi dan transformasi yang mendasari teks, kemudian semua oposisi dihirarkisasi untuk memperoleh payung yang mempersatukan teks. Dari oposisi tersebut kemudian didentifikasi kearah mana teks bergerak dan transformasi nilai dasariah mana yang dipersatukan. Tahap terakhir adalah penerapan apa yang dijabarkan teks kedalam konteks subjektifitas aktual  penafsir atau disebut juga fusion of  hor izon.

Dari hasil inventarisasi oposisi-oposisi yang terdapat dalam novel Scarlet Letter, oposisioposisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut y

Laki-laki dan Perempuan

y

Hina/malang dan Terhormat

y

Pendosa dan Orang Shaleh

y

Baik dan Jahat

y

 Nakal dan Baik 

y

Tua dan Muda

y

Kejujuran dan Kemunafikan

y

Cantik dan jelek 

y

Suku Indian Di Hutan dan Masyarakat Kota (Amerika)

y

Hidup dan Mati

Dari keseluruhan oposisi-oposisi tersebut, kategori pendosa dan orang shaleh adalah kategori yang menjadi payung atau oposisi kunci dari semua oposisi-oposisi yang ada dalam novel Scarlet Letter . Tema pendosa dan orang shaleh adalah tema ataupun pertentangan yang selalu diekplostasi sepanjang narasi dari novel scarlet letter . Pendosa disimbolkan melalui tokoh Hester yang melakukan perzinahan, sementara orang shaleh adalah para pendeta, gubernur, dan sebagian besar masyarakat puritan kota tersebut. Transformasi nilai dasariah yang dipertaruhkan dalam novel ini adalah dari pendosa yang hina dan malang menjadi orang saleh yang taat beribadah dan dihormati masyarakat. Kehinaan dan kemalangan merupakan akibat dari kesalahan dan dosa, sementara kehormatan dan dan kedudukan adalah buah dari kesalehan dan ketaatan kepada Tuhan. Laki-laki merupakan mahluk  yang menguasai segala sektor ruang publik (agama, pemerintahan, ilmu pengetahuan)

dan

  perempuan hanyalah ³pembuat masalah´. Kenakalan sangat mungkin disebabkan karena orang yang paling dekat dengan seseorang yang dianggap nakal tersebut. Muda adalah simbol dari kecantikan, gairah, dan kekuatan, sementara ketuaan adalah symbol kejelekan secara fisik dan kelemahan. Kejujuran akan menghasilkan kebahagian dan kemuliaan walaupun terkadang harus dilalui dengan kesusahan, sementara kebohongan dan kemunafikan hanya akan membuat  pelakunya senantiasa berada di dalam tekanan batin dan psikologis yang tidak berujung. Hidup

seseorang seharusnya diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh, sedapat mungkin jika seseorang melakukan perbuatan dosa maka ia harus cepat bertobat karena dosa yang tidak diakui hanya akan menjadi beban baik semasa hidup bahkan setelah kematian. Transformasi nilai dasariah yang juga terdapat dalam novel ini adalah penggambaran orang Indian yang tinggal dihutan yang secara implisit digambarkan sebagai masyarakat yang liar, brutal dan dianggap tidak mempunyai peradaban, sementara masyarakat kota adalah masyarakat puritan yang suci, saleh dan beradab. Tahapan terakhir dari analalisis semantik adalah peleburan wacana atau pertemuan antara dua dunia yaitu dunia teks dan dunia realitas actual penafsir . Pada tahapan sudut pandang subjektif penafsir dapat bermain. Peleburan terjadi karena pembaca/penafsir tidak mungkin menerima dunia teks secara keseluruhan dan meninggalkan dunia actual yang sedang dialaminya. Hal ini menyebabkan pembaca/penafsir tidak membiarkan dunianya tetap namun sekaligus tidak menolak dunia yang ditawarkan oleh teks.  Novel Scarlet Letter menggambarkan sebuah kondisi masyarakat puritan pada masa abad ke 17 yang sangat religius dan membenci perbuatan dosa dan kesalahan. Setiap kesalahan akan mendapat hukuman sosial dari masyarakat melalui tangan pemerintah dan para pemuka agama. Masyarakat seperti ini mungkin terasa seperti sebuah mimpi jika tidak bisa dikatakan hanya sebuah lelucon di pagi hari pada realitas masyarakat saat ini yang setiap hari disuguhi kemunafikan, kejahatan, kemiskinan, ketidakadilan yang parahnya banyak dilakukan oleh  pemerintah dan pemuka agama.   Novel ini juga sarat dengan pesan moral, namun novel ini sendiri megkritik moralitas yang dianggap terlalu kaku dan ketat, hal itu terlihat dari cara masyarakat memperlakukan Hester  secara berlebihan bahkan terkadang diambang batas-batas kemanusiaan. Penulis novel scarlet letter ini juga seolah ingin mengkritik masyarakat puritan yang menjadi setting dalam novel ini karena dianggap pengarang sebagai masyarakat yang hipokrit karena terlalu kaku memahami dan menerapkan nilai-nilai moralitas dalam kehidupan mereka. Hipokritas masyarakat pada jaman sekarang menurut subjektifitas penulis semakin parah jika dibandingkan masyarakat puritan yang hidup pada abad ke tujuh belas. jika pada masyarakat puritan batas antara yang baik dan buruk  masih sangat jelas, maka pada masyarakat modern demarkasi antara yang baik dan yang buruk,   bermoral dan tidak bermoral justru telah menjadi sangat kabur . Seorang koruptor dapat hidup

terhormat bahkan dipuja-puji oleh masyarakat meskipun dia telah melakukan dehumanisasi yang kejam, sementara orang yang saleh bisa saja dianggap sebagai manusia primitive, kolot dan ketinggalan jaman.   Novel ini juga dapat dikatakan bias gender karena perbedaan situasi yang dialami oleh Hester dan Dimmesdale. Hester menanggung aib sosial seorang diri, sementara Dimmesdale hidup terhormat sebagai pemuka agama yang dimuliakan. Dimmesdale juga enggan mengakui anak Hester karena menjaga kewibawaannya, meskipun pada akhirnya dia membuat pengakuan sesaat sebelum kematiannya. Wacana rasialisme juga sedikit banyak terkandung dalam novel ini, dalam novel ini terdapat penggambaran masyarakat Indian yang tinggal di pedalaman hutan, masyarakat Indian yang notabenenya adalah penduduk asli

Amerika

tersebut secara implisit

digambarkan sebagai masyarakat yang primitif, agak sedikit liar dan belum mengenal peradaban seperti halnya masyarakat kota yang berasal dari imigran eropa yang dianggap lebih mengenal ³peradaban´.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF