Satuan Laporan Tugas Akhirku

July 11, 2017 | Author: namalatin | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Satuan Laporan Tugas Akhirku...

Description

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

TEKNIK PEMBENIHAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) METODE INJEKSI HORMON hCG (human Chorionic Gonadotrophin) DI BALAI BESAR RISET PERIKANAN BUDIDAYA LAUT GONDOL – BALI.

TUGAS AKHIR

Oleh :

MUH. ARDIANSYAH 08 24 040

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PANGKEP 2011

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

TEKNIK PEMBENIHAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) METODE INJEKSI HORMON hCG (human Chorionic Gonadotrophin) DI BALAI BESAR RISET PERIKANAN BUDIDAYA LAUT GONDOL – BALI.

TUGAS AKHIR

Oleh :

MUH. ARDIANSYAH 08 24 040

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing:

Ardiansyah.,S.Pi.,MBiotech., St. Ketua

Ir. Zaenal Abidin Musa M.Si Anggota

Diketahui oleh:

Prof. Dr. Ir. Mursalim., M.Sc. Direktur

Tanggal Lulus : 1- Agustus - 2011

Ir. Rimal Hamal, M.P Ketua Jurusan

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas

berkat,

rahmat

dan

hidayah-Nya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya. Dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, tidak terlepas dari adanya bantuan dari beberapa pihak baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Teristimewa penulis haturkan sembah sujud kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta, Adik-Adikku dan seluruh keluarga besar yang telah banyak membantu penulis baik moril maupun motifasi dan iringan doa dengan penuh kasih sayang kepada penulis. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar–besarnya juga kepada Bapak Ardiansyah,S.Pi., M.Biotech. St. dan Bapak Ir. Zainal Abidin Musa, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, petunjuk serta bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Dalam

kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih juga kepada: 1.

I-MHERE Project Sub Component B.1 Batch III yang telah mendanai pembuatan laporan tugas akhir ini.

2.

Bapak Prof. Dr. Ir. Mursalim., M.Sc. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3.

Bapak Ir. Rimal Hamal, M.P. selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

4.

Bapak Apri Imam Supii, S.Pi., M.Si selaku pembimbing lapangan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol – Bali.

5.

Semua staf dan teknisi lapangan serta calon peneliti : Mas Fajar, Mas Dadang, Pak Mandul, serta Mbak Dewi.

6.

Semua teman – teman di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep utamanya teman di jurusan budidaya perikanan angkatan XXI.

7.

Semua teman – teman pkl di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol – Bali. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan dimasa mendatang. Mudah–mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, khususnya bagi penulis sendiri.

Pangkep, 16 Juli 2011

Penulis

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

RINGKASAN MUH. ARDIANSYAH (08 24 040), pengalaman kerja praktikum mahasiswa tentang teknik rangsang pemijahan (induce spawning) kerang mutiara (P. maxima) dengan metode penyuntikan hormon hCG (human Chorionic Gonadotrophin) di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Gondol Desa Penyambagan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (dibawah Bimbingan Ardiansyah dan Zainal Abidin Musa). Kerang Mutiara (P. maxima) merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki prospek pengembagan usaha pada masa yang akan datang. Seiring dengan bertambahnya usaha pembudidayaan kerang mutiara, maka meningkat pula kebutuhan akan benih (spat) kerang mutiara. Tujuan dari pengalaman kerja praktikum mahasiswa ini adalah agar mahasiswa yang melakukan kegiatan tersebut dapat melaksanakan dan mempelajari secara langsung teknik pembenihan kerang mutiara (P. maxima), yang meliputi teknik pemeliharaan induk, seleksi calon induk, pembersihan induk yang akan dipijahkan, pemijahan, penanganan telur, pemeliharaan larva, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pemanen benih (spat) dan permasalahan yang timbul serta solusinya. Metode yang dilakukan dalam PKPM ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapang, wawancara, partisipasi aktif dan study literatur. Induk kerang mutiara yang terdapat di BBRPBL Gondol – Bali berasal dari alam yaitu dari Selat Bali dan Selat Lombok yang dibeli dari penyelam. Untuk dilakukan pemijahan, dibutuhkan induk kerang mutiara yang benar-benar matang gonad. Teknik yang digunakan dalam merangsang pemijahan kerang mutiara yaitu metode penyuntikan zat kimia (hCG campur solvent steril) dengan penyuntikan di bagian pangkal gonad, kemudian diletakkan di bak fiber dengan volume 200 liter, selanjutnya dibiarkan agar memijah. Pemijahan antara 3 induk jantan dan 3 induk betina menghasilkan telur sebanyak 16.460.000 butir telur dan yang terbuahi hanya 4.792.307 butir atau hanya sekitar 29,11 % dari jumlah telur keseluruhan, hal tersebut terjadi karena kualitas sperma induk kerang mutiara itu kurang baik (tidak merata) sehingga banyak telur yang tidak terbuahi. Setelah 20 – 24 jam telur akan berkembang menjadi larva fase D-shape yang mulai diberi pakan alami. Wadah pemeliharaan larva kerang mutiara sendiri berupa bak kerucut yang memiliki volume 500 liter, dimana kepadatan larva yaitu 5 sel per ml.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

DAFTAR ISI No.

halaman Teks

KATA PENGANTAR ...............................................................................

ii

RINGKASAN ............................................................................................

iv

DAFTAR ISI ..............................................................................................

v

DAFTAR TABEL .....................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

ix

I. PENDAHULUAN .................................................................................

1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................

1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ........................................................................

4

II.TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

5

2.1 Klasifikasi ..........................................................................................

5

2.2 Morfologi ...........................................................................................

5

2.3 Anatomi .............................................................................................

7

2.3.1 Kaki ............................................................................................

7

2.3.2 Mantel .........................................................................................

8

2.3.3 Organ Dalam...............................................................................

9

2.4 Kebiasaan Hidup ................................................................................

10

2.5 Reproduksi .........................................................................................

11

2.5.1 Perkembangan Gonad .................................................................

12

2.5.2 Teknik Induce Spawning (Rangsang Pemijahan) .......................

14

2.6 Perkembangan Larva .........................................................................

16

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

2.7 Makanan dan Kebiasaan Makan ........................................................

19

2.8 Kualitas Air........................................................................................

20

2.9 Pengendalian Hama dan Penyakit .....................................................

21

III. METODE PELAKSANAAN .............................................................

23

3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................

23

3.2 Metode Pengumpulan Data................................................................

23

3.3 Materi dan metode kerja ....................................................................

25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................

41

4.1 Induk Kerang Mutiara (P. maxima) ......................................................

41

4.1.1

Pemeliharaan Induk Kerang Mutiara (P. maxima) .....................

41

4.1.2

Seleksi Induk Kerang Mutiara (P. maxima) ...............................

43

4.1.3

Teknik Induce Spawning (Rangsang Pemijahan) .......................

45

4.2 Penanganan Telur Kerang Mutiara (P. maxima)...................................

48

4.3 Perkembangan Telur Kerang Mutiara (P. maxima) ..............................

52

4.4 Pemeliharaan Larva Dan Spat Kerang Mutiara (P. maxima) ................

53

4.5 Kualitas Air untuk Larva Kerang Mutiara (P. maxima) .......................

57

4.6 Kultur Pakan Alami Kerang Mutiara (P .maxima) ...............................

58

4.7 Pengendalian Hama dan Penyakit .........................................................

61

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

64

5.1 Kesimpulan ..........................................................................................

64

5.2 Saran ....................................................................................................

65

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

66

LAMPIRAN ...............................................................................................

68

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

DAFTAR TABEL No.

halaman Teks

1. Komposisi Asam Lemak dari Beberapa Spesies Phytoplankton yang Digunakan Sebagai Pakan Larva ............................................................

19

2. Alat yang Digunakan untuk Membenihkan Kerang Mutiara di BBRPBL Gondol – Bali. ........................................................................

25

3. Bahan yang Digunakan untuk Membenihkan Kerang Mutiara di BBRPBL Gondol – Bali. ........................................................................

28

4. Dosis Pupuk dan Silikat yang Digunakan dalam Kultur Pakan Alami ..

38

5. Tingkat Kematangan Gonad Induk yang Dipijahkan .............................

45

6. Data Induk yang Dipijahkan dan Jumlah Spat pada Saat Panen ............

46

7. Data Induk yang Dipijahkan dan Jumlah Spat pada Saat Panen ............

51

8. Dosis Pakan Sesuai dengan Stadia Larva Kerang Mutiara (P. maxima).

57

9. Tabel Kualitas Air Larva Kerang Mutiara (P. maxima) .........................

58

10. Komposisi Pupuk Na Medium untuk Pakan Jenis Non Diatom ............

60

11. Pertumbuhan Pakan Alami untuk Kerang Mutiara (P. maxima)............

61

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

DAFTAR GAMBAR No

Halaman Teks

1. Cangkang Bagian Luar Kerang Mutiara ................................................

6

2. Struktur Kulit Kerang Mutiara ...............................................................

7

3. Anatomi Kerang Mutiara (P. maxima) ...................................................

7

4. Tingkat Perkembangan Kematangan Gonad pada Kerang Mutiara (P. maxima) ..................................................................................................

14

5. Pocket induk Kerang Mutiara (P. maxima) ............................................

41

6. Penyemprotan Pocket dan Pembersihan Induk Kerang Mutiara ............

42

7. Shell Opener dan Spatula .......................................................................

44

8. Gonad Induk Betina................................................................................

45

9. Perbedaan Telur Kerang Mutiara yang Terbuahi dan yang Tidak Terbuahi..................................................................................................

49

10. Penyusunan Plankton Net Penyaringan Telur Kerang Mutiara (P. maxima) ..................................................................................................

50

11. Penghitungan Telur Kerang Mutiara (P. maxima) .................................

51

12. Proses Perkembangan Embrio Tiram Mutiara (P. maxima)...................

53

13. Kurva Jumlah Larva dari Fase ke Fase ..................................................

54

14. Larva Kerang Mutiara (P. maxima) yang Telah Diberi Spat Collector Tampak Atas Dan Tampak Samping .....................................................

55

15. Pupuk KW 21 .........................................................................................

60

16. Kurva Pertumbuhan Phitoplankton ........................................................

61

17. Pembersihan Biofouling (Organisme Penempel) ...................................

62

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

DAFTAR LAMPIRAN No

Halaman Teks

1. Peta Lokasi BBRPBL Gondol .............................................................

69

2. Denah Lokasi PKPM ...........................................................................

70

3. Proses Pemijahan Kerang Mutiara (P. maxima) ..................................

71

4. Foto BBRPBL Gondol – Bali ..............................................................

72

5. Struktur Organisasi BBRPBL Gondol, Bali ........................................

74

6. Riwayat Hidup Penulis ........................................................................

75

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Salah satu komoditi ekspor nonmigas dibidang budidaya laut yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan adalah kerang mutiara (Pinctada maxima).

Hal ini disebabkan oleh semakin pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan terciptanya paket teknologi budidaya sederhana, selain itu ditunjang pula dengan melimpahnya sumber daya kerang mutiara yang mengitari ribuan gugus kepulauan di Indonesia yang menjadikan wilayah ini sebagai lokasi usaha budidaya potensial. Beberapa jenis kerang mutiara di Indonesia antara lain adalah P. maxima, Pinctada margaritifera, Pinctada fucata, Pteria penguin dan Pinctada lentiginusa. Tetapi sebagai penghasil mutiara yang terpenting ada 3 jenis yaitu P. maxima, Pinctada margaritifera, dan Pteria penguin (Sutaman, 1993). P. maxima menghasilkan mutiara dengan ukuran yang relatif lebih besar dari semua jenis kerang penghasil mutiara. Mutiara yang dihasilkannya berwarna perak, emas dan krem. Di pasar internasional, mutiara jenis ini sering kali disebut dengan nama mutiara laut selatan (South Sea Pearl). Permintaan akan kerang mutiara jenis P. maxima akhir-akhir ini mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan selain kualitas butiran mutiara yang dihasilkannya mempunyai harga yang tinggi, cangkangnya juga dapat dipakai sebagai bahan industri tegel, kancing, cat dan digunakan dalam pembuatan barang-barang ornamental (Mulyanto, 1987). Selain itu daging dari kerang jenis ini memiliki cita rasa yang lezat dengan kandungan protein yang tinggi (Mudassir, 1981).

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Berdasarkan informasi dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, permintaan pasar akan spat kerang ukuran dibawah 5 cm dihargai Rp.3.000 sampai Rp 5.000 per cm. Hal tersebut menjadikan kerang jenis P. maxima ini menjadi komoditas budidaya andalan (Winanto, 2004). Namun, di Indonesia usaha budidaya kerang mutiara lebih banyak terarah pada kegiatan pembesaran dan produksi mutiara saja. Pada satu sisi, permintaan akan spat sebagai bahan baku utama dalam pembesaran dan produksi mutiara semakin meningkat, namun disisi lain, ketersediaan spat yang selama ini mengandalkan pasokan dari alam semakin lama semakin berkurang. Kegiatan penangkapan yang dilakukan secara intensif dan tidak selektif mengancam kelestarian populasi kerang mutiara di alam. Selain itu, spat hasil tangkapan dari alam juga memilki ukuran, umur, maupun kualitas yang tidak seragam, sehingga perusahaan budidaya mutiara mengalami kesulitan dalam pengaturan rencana produksi dan pemeliharaan (Hasan, 1999). Pembenihan merupakan suatu komponen penting dalam kegiatan budidaya. Ketersediaan spat berkualitas secara berkesinambungan merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam upaya pengembangan budidaya dan peningkatan produksi kerang mutiara di Indonesia. Meningkatnya kebutuhan spat di lain sisi semakin memberikan peluang bagi berkembangnya usaha pembenihan kerang mutiara di masyarakat.

Permintaan spat ukuran 5 – 7 cm Setiap tahunnya

diperkirakan mencapai 4.143.000 ekor (Winanto, dkk., 2009). Berdasarkan uraian diatas maka upaya pembenihan melalui hatchery merupakan langkah tepat untuk mengurangi penangkapan kerang mutiara di alam.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Keberhasilan hatchery kerang mutiara dalam menghasilkan benih berkualitas secara kontinyu dengan kuantitas yang mencukupi menjadi faktor penentu bagi kesinambungan industri budidaya mutiara. Oleh karena itu, untuk mengembangkan usaha pembenihan kerang mutiara, diperlukan penguasaan teknik pembenihan kerang mutiara dan mengembangkan metode pemijahan untuk meningkatkan produksi spat. Salah satu tahapan penting dalam kegiatan pembenihan adalah proses pemijahan. Berbagai teknik pemijahan yang berkembang dewasa ini, diantaranya dengan penambahan bahan kimia (seperti amoniak), expose, kejut suhu, dan donor spermatozoa. Namun, teknik tersebut belum dapat menjamin kecukupan ketersediaan spat baik kualitas maupun kuantitas. Selain itu penggunaan salah satu teknik seperti teknik donor spermatozoa dinilai tidak ekonomis karena harus mengorbankan induk jantan sebagai donor.

Olehnya itu, diperlukan inovasi

teknik artificial breeding lainnya yang lebih efektif dan ekonomis tanpa harus mengorbankan induk kerang mutiara. Teknik artificial breeding yang dimaksud adalah dengan penyuntikan induk dengan menggunakan hormon hCG (Human Chorionic Gonadotrophin). Teknik ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam menghadapi perubahan iklim dunia saat ini, karena kematangan gonad dan pemijahan induk kerang mutiara masih bergantung pada musim.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

1.2. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan pembuatan tugas akhir ini bertujuan untuk menentukan efektivitas teknik rangsang pemijahan (induce spawning) kerang mutiara (P. maxima) dengan penyuntikan hormon hCG (human Chorionic Gonadotrophin), serta untuk mengetahui sejauhmana pengaruh hormon hCG terhadap proses reproduksi kerang mutiara dan tingkat kelangsungan hidup benih yang dihasilkan melalui metode tersebut. Tugas akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan teknik rangsang pemijahan (induce spawning) kerang mutiara (P. maxima) dengan penyuntikan hormon hCG (human Chorionic Gonadotrophin), sehingga dapat menunjang pengembangan usaha pembenihan kerang mutiara serta dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi bagi masyarakat untuk melakukan usaha tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Kerang mutiara merupakan hewan bertubuh lunak (mollusca) yang hidup di laut, tubuhnya dilindungi oleh sepasang cangkang yang tipis dan keras (bivalvia).

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Klasifikasi P. maxima menurut Barnes (1988) dan Brusca (1990) adalah sebagai berikut: ♦ Filum

: Mollusca

♦ Kelas

: Bivalvia

♦ Sub kelas

: Lamella branchia

♦ Ordo

: Anysomyaria

♦ Sub ordo

: Pteriomorpha

♦ Sub famili

: Pteriidae

♦ Genus

: Pinctada

♦ Spesies

: P. maxima

Ada beberapa jenis kerang mutiara penghasil mutiara yang terpenting ada 3 jenis yaitu P. maxima, P. margaritifera, dan Pteria penguin (Sutaman, 1993).

2.2.

Morfologi Bentuk luar kerang mutiara tampak seperti batu karang yang tidak ada

tanda-tanda kehidupan.

Menurut Winanto (2000), secara morfologi kerang

mutiara memiliki sepasang cangkang, bentuknya pipih, berwarna kuning tua sampai kuning kecokelatan dimana bentuk, ukuran, dan warna cangkang digunakan untuk membedakan antara jenis yang satu dengan jenis lainnya. Secara lebih jelas, bentuk cangkang bagian luar kerang mutiara dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Gambar 1. Cangkang Bagian Luar Kerang Mutiara

Menurut Wada (1991), cangkang kerang mutiara terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan periostracum, lapisan perismatik dan lapisan nacreous. Ketiga lapisan tersebut, jika dilihat dari zat penyusunnya masing-masing adalah sebagai berikut : 1. Lapisan periostracum adalah lapisan kulit terluar yang kasar yang tersusun dari zat organik yang menyerupai tanduk. 2. Lapisan prismatik adalah lapisan kedua yang tersusun dari kristal-kristal kecil yang berbentuk prisma dari hexagonal calcite. 3. Lapisan mutiara atau nacre adalah lapisan kulit sebelah dalam yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3).

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Secara skematik, struktur kulit kerang mutiara dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Struktur Kulit Kerang Mutiara

2.3.

Anatomi Secara garis besar, anatomi kerang mutiara (Gambar 3) terdiri dari tiga

bagian yaitu kaki, mantel dan kumpulan organ dalam (Sutaman, 1993).

Gambar 3. Anatomi Kerang Mutiara (P. maxima)

2.3.1. Kaki

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Kaki merupakan salah satu bagian tubuh kerang yang bersifat elastis, berbentuk seperti lidah yang terdiri dari susunan jaringan otot, dapat memanjang dan memendek tiga kali dari keadaan normalnya. Kaki berfungsi sebagai alat gerak hanya pada masa mudanya sebelum menempel pada suatu substrat (Mulyanto dalam Aswan, 1996). Pada bagian kaki terdapat bisus yaitu suatu bagian tubuh yang berbentuk serabut berwarna hitam berfungsi sebagai alat untuk melekat pada suatu substrat yang disukai.

Sesudah kerang menetap dengan

bisusnya, kaki tidak dipergunakan lagi. Selain itu, kaki kerang berfungsi untuk membersihkan kotoran yang mungkin menempel pada insang maupun pada mantelnya (Sutaman, 1993).

2.3.2. Mantel Seperti semua jenis mollusca, cangkang kerang mutiara terbentuk oleh mantel. Mantel ini yang membungkus organ dalam yang terletak antara cangkang dan epitel luar dan organ dalam. Mantel ini terdiri dari dua bagian yaitu belahan mantel kiri dan bagian kanan. Keduanya berhubungan satu sama lain sepanjang garis punggung bagian tengah (Mulyanto, 1987). Mantel tidak hanya berfungsi memisahkan organ dalam dengan cangkang, tetapi juga menyeleksi unsur-unsur yang terhisap dan menyemburkan kotoran keluar.

Selain itu, mantel juga berfungsi seperti insang yang menjalankan

kegiatan utama pada pernafasan dan menghisap makanan (Winanto dalam Aswan. 1996). Selanjutnya Sutaman (1993) menyatakan bahwa pada sel-sel epitel luar dari mantel akan menghasilkan kristal kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk kristal aragonit yang lebih dikenal dengan lapisan mutiara atau nacre. Sel-sel ini

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

juga membentuk bahan organik protein yang disebut kokhiolin (C32H48N2O11) sebagai bahan perekat kristal kapur.

2.3.3. Organ Dalam Bagian ini merupakan organ yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan pusat aktivitas kehidupan dari kerang mutiara tersebut. Organ dalam ini terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, jantung, susunan syaraf dan alat kelamin (Sutaman, 1993). Kerang mempunyai sebuah otot yang keras, terletak di tengah dan menyilang dari cangkang kiri ke kanan di dalam tubuhnya. Otot ini berfungsi untuk membuka dan menutup cangkang. Di samping otot adductor juga terdapat sepasang otot retrator pada kaki, dua pasang posterior, orbicular retractor pada mantel, intrinsic pada kaki dan perut, branchial band dan otot cardinal. Masingmasing otot tersebut mempunyai fungsi tertentu (Sutaman, 1993). Kerang mengambil makanan dengan jalan menyaring makanan yang ada dalam laut (filter feeder). Pada insang terdapat silia yang dapat bergerak, gerakan silia menyebabkan air masuk ke dalam saluran pemasukan (inhalent shipon). Sementara itu, darah yang tidak berwarna dalam insang mengambil oksigen dari laut (Mulyanto dalam Aswan, 1996). Makanan yang ditelan masuk dari mulut kemudian melalui kerongkongan yang pendek langsung masuk ke perut. Dari perut sisa makanan (kotoran) akan dibuang melalui saluran usus yang relatif pendek dan berbentuk lalu keluar lewat usus (Winanto, 1991).

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Menurut Mulyanto dalam Aswan (1996) jantung terdiri dari satu ventrikel dan aurikel lateral. Pembuluh darah aorta anterior dan posterior membawa darah yang tidak berwarna dari jantung ke seluruh organ tubuh. Selain itu, kerang juga dilengkapi dengan sistem saraf yang terdiri dari sepasang simpul saraf pusat atau merupakan susunan saraf otak sederhana dengan tali urat saraf dan alat perasa yang sederhana (Winanto, 1991).

2.4. Kebiasaan Hidup Kerang mutiara jenis Pinctada. sp. yang banyak dijumpai di berbagai negara seperti Filipina, Thailand, Birma, Australia, dan perairan Indonesia sebenarnya lebih menyukai hidup di daerah batuan karang atau dasar perairan yang berpasir. Di samping itu juga banyak dijumpai pada kedalaman antara 20-60 m. Untuk perairan Indonesia sendiri jenis kerang P. maxima banyak terdapat di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan laut Arafuru (Sutaman, 1993). Menurut Sutaman (1993) kerang jenis P. maxima berbeda dengan jenis ikan yang lain, cara makan kerang mutiara ini dilakukan dengan menyaring air laut (filter feeder). Sedangkan cara mengambil makanannya dilakukan dengan menggetarkan insang yang menyebabkan air masuk ke dalam rongga mantel. Kemudian dengan menggerakkan bulu insang, maka plankton yang masuk akan berkumpul di sekeliling insang. Selanjutnya melalui gerakan labial palp plankton akan masuk ke dalam mulut. Pertumbuhan kerang mutiara biasanya sangat tergantung pada temperatur air, salinitas, makanan yang cukup dan persentase kimia dalam air laut. Pada

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

musim panas dimana suhu air naik, kerang mutiara dapat tumbuh secara maksimal. Namun, jika suhu dan salinitas sepanjang tahun stabil dengan kondisi lingkungan yang ideal, maka pertumbuhan pun akan stabil pula dengan pertumbuhan maksimum bisa mencapai 1 cm per bulan (Sutaman, 1993).

2.5.

Reproduksi Tin Tun dan Winanto (1988) menyatakan bahwa semua jenis kerang

mutiara bersifat hermafrodit. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian terhadap jenis P. maxima dan P. margaritifera, dimana ditemukan sel gamet jantan dan betina pada hewan yang telah dewasa. Jenis kelamin kerang mutiara biasa berubah-ubah pada setiap individu. Maksudnya dalam satu individu dapat dihasilkan dua organ kelamin. Faktor yang mempengaruhi perubahan sel kelamin kerang mutiara ini adalah ketersediaan jumlah makanan di sekitar tempat hidupnya. Jika persediaan makanan cukup, maka alat reproduksinya betina, sedangkan apabila persediaan makanan kurang, maka alat reproduksinya jantan (Winanto, 2004). Pembuahan telur P. maxima terjadi secara ekstrenal yaitu spermatozoa membuahi telur di luar tubuh induknya. Induk mula-mula mengeluarkan gamet jantan (spermatozoa) disusul dengan gamet betina (ovum) dan selanjutnya terjadi pembuahan (fertilisasi) di dalam air. Beberapa jam setelah pembuahan terbentuk zigot. Pada keadaan ini zigot berukuran 0,1-0,2 mm dan bersifat plantonik. Setelah 24-28 jam kemudian, stadium ini berkembang ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut veliger dimana berlangsung antara 1-3 minggu. Dan setelah itu larva

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

akan mengalami metamorfosis menjadi anak kerang yang disebut dengan stadium spat.

2.5.1

Perkembangan Gonad Gonad merupakan sebuah organ yang memiliki ciri-ciri tersendiri yang

terletak di antara jaringan penghubung di dasar kaki dan usus. Menurut Tjahyo (2004), gonad pada kerang mutiara yang masih muda belum nampak secara jelas, nanti setelah dewasa barulah nampak nyata dan gonad juga telah berkembang. Berdasarkan pengalaman pengamatan secara eksternal, mikroskopis dan studi histologi maka CMFRI (1991) mengelompokkan tingkat kematangan gonad kerang mutiara (P.maxima) menjadi lima stadia/tahap (deskripsi perkembangan gonad ini hanya didasarkan pada kerang betina) yaitu: I.

Tahap 1 : Tahap Tidak Aktif/Salin/Istirahat (inactive/spent/resting) Kondisi gonad mengecil dan bening transparan. Dalam beberapa kasus,

gonad berwarna orange pucat. Rongga kosong dan sel berwarna kekuningan (lemak). Pengamatan jenis kelamin pada tahap ini sangat sulit dilakukan. II. Tahap 2 : Perkembangan/Pematangan (developing/maturing) Warna transparan hanya terdapat pada bagian tertentu, material gametogenik (sel kelamin) mulai ada dalam gonad. Saat mencapai tahap lanjut, gonad mulai menyebar di sepanjang bagian posterior sekitar retraktor dan lebih jelas lagi di bagian anterior-dorsal. Gamet mulai berkembang di sepanjang dinding kantong gonad. Sebagian besar oocyt (bakal telur) bentuknya belum beraturan dan inti belum ada. Ukuran rata-rata oocyt 60 µ m x 47,5 µ m.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

III. Tahap 3 : Matang (mature) Gonad tersebar merata hampir di seluruh jaringan organ. Biasanya berwarna krem kekuningan. Sebagian besar oocyt berbentuk seperti buah pir dengan ukuran 68 µ m x 50 µ m. Inti berukuran 25 µ m. IV. Tahap 4 : Matang Penuh / Memijah Sebagian (fully maturation / partially spawned) Gonad mengembung, tersebar merata, dan secara konsisten akan keluar dengan sendirinya atau jika ada sedikit trigger (getaran).

Oocyt bebas dan

terdapat di seluruh dinding kantong. Hampir semua oocyt rata-rata 51,7 µ m. V. Tahap 5 : Salin (spent) Bagian permukaan gonad mulai menyusut dan mengerut dengan sedikit gonad (kelebihan gamet) tertinggal di dalam lumen (saluran-saluran di dalam organ reproduksi) pada kantong. Jika ada oocyt maka jumlahnya hanya sedikit dan bentuknya bulat. Ukuran rata-rata oocyt 54,4 µ m. Deskripsi tahap salin biasanya digunakan pada kondisi setelah oogenesis, selanjutnya secara cepat akan berubah ke tahap salin istirahat (tahap 1 : spent resting). Tingkat perkembangan gonad pada kerang dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1. Tingkat Kematangan Gonad pada Induk Kerang Mutiara. Tingkat Kematangan Gonad

Kondisi Matang Gonad

Gambar

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

(TKG) I

30 µm, sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berada di plankton net yang < 30 µm karena telur yang tidak terbuahi akan mengalami penyusutan diameter telur.

Gambar 7. Penyusunan Plankton Net Penyaringan Telur Kerang Mutiara (P. maxima). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan larva adalah kualitas air terutama suhu. Karena jika suhu terlalu dingin (rendah) maka perkembangan larva akan lambat bahkan dapat mematikan larva, begitupun jika suhunya terlalu panas (tinggi), larva kerang mutiara akan mati. Untuk mengetahui fekunditas (jumlah telur yang dihasilkan oleh induk kerang mutiara), maka perlu dilakukan penghitungan jumlah telur. Penghitungan telur ini dilakukan dengan metode volumetrik.

Pengambilan sampel telur

dilakukan dengan menggunakan pipet tetes. Cara perhitungannya adalah sampel yang telah dipadatkan jumlahnya diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet tetes dibeberapa titik. Sebelum pengambilan sampel, sebaiknya air diaduk dengan spatula atau diaerasi agar pengambilan sampel merata.

Setelah itu

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

masukkan telur yang akan disampling ke dalam sedgwick rafter, lalu diamati dibawah mikroskop dan dilakukan penghitungan jumlah telurnya (Gambar 8).

Gambar 8. Penghitungan Telur Kerang Mutiara (P. maxima).

4.5 Perkembangan Telur Kerang Mutiara (P. maxima) Tabel 9. Perkembangan Embrio Telur hingga Menjadi Trocopord. No Pembelahan Sel Telur 1. Penonjolan Polar I

Waktu 20-30 menit setelah pembuahan

2.

Penonjolan Polar II

35 menit setelah pembuahan

3.

Pembelahan Dua Sel

40 menit setelah pembuahan

Tabel 9. Lanjutan... 4.

Pembelahan Empat Sel

58 menit setelah pembuahan

Gambar

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

5.

Morula

2,5 jam setelah pembuahan

6.

Trocopord

5 jam setelah pembuahan

Proses pembelahan sel terjadi setelah 40 menit dari pembuahan, atau setelah penonjolan polar I, polar II. Lima menit kemudian sel mulai membelah menjadi dua, 13 menit kemudian sel membelah menjadi empat, pembelahan berikutnya menjadi 8 sel, 16 sel dan sel terus menerus menjadi multi sel atau stadia morula setelah 2,5 jam. Pada setiap mikromernya berkembang silia kecilkecil yang berfungsi membantu embrio bergerak. Stadia blastula dicapai setelah larva berumur 3,5 jam, gerakannya aktif berputar-putar. Pada stadia gastrula (7 jam) bentuknya seperti kacang hijau, bersifat photo-negatif dan bergerak-gerak dengan menggunakan silia. Beberapa menit setelah silia menghilang, maka berakhirlah fase grastula dan mengalami metamorphosis menjadi trochopore, ditandai dengan adanya flagella tunggal pada bagian anterior yang berfungsi untuk bergerak.

4.6 Pemeliharaan Larva dan Spat Kerang Mutiara (P. maxima) A. Hasil

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

6.000.000 5.000.000

4.976.000

4.000.000 3.000.000

2.650.000

2.000.000

1.332.000

1.000.000 -

0

0

0

jumlah larva hari ke- (fase)

936.000 0

6.800 0

Gambar 9. Kurva Jumlah Larva dari Fase ke Fase.

B. Pembahasan Pemeliharaan larva bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan larva yang optimal dengan tingkat kelangsungan hidup (SR) yang tinggi. Berdasarkan gambar grafik diatas, dapat dilihat bahwa dari beberapa fase yang dilewati oleh larva, yang paling tinggi tingkat mortalitasnya yaitu pada fase pediveliger, karena pada fase tersebut, larva kerang mutiara mulai mencari tempat untuk melekat atau menempel dan pada fase plantigrade larva akan mengalami fase transisi dari larva yang bersifat planktonis menjadi larva yang bersifat penempel. Pemeliharaan larva dilakukan didalam bak fiber glass yang berkapasitas 500 liter. Tempat pemeliharaan larva diupayakan tenang dan dalam keadaan gelap, sehingga diharapkan bisa mengurangi gangguan yang dapat menimbulkan stress. Selama proses pemeliharaan dilakukan, pergantian air media pemeliharaan setiap 3 hari sekali sebanyak 50% - 100% dengan cara menyaring larva menggunakan plankton net. Pada fase ini larva sudah mulai diberi aerasi yang

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

kecil. Tujuan dari pemberian aerasi tersebut adalah untuk menambah kadar oksigen terlarut dalam air media pemeliharaan. Selain itu aerasi juga membantu agar pakan yang diberikan dapat menyebar secara merata sehingga larva dapat dengan mudah memperoleh makanan. Padat penebaran larva yaitu 4 sel/ml atau 4000 sel/liter. Sehingga jumlah larva per bak fiber 500 liter adalah 2.000.000 ekor. Adapun ciri-ciri dari larva yang baik yaitu larva bergerak aktif, berada di permukaan dan aktif untuk makan. Menurut Winanto dan Dhoe (1998) dalam Anindiastuti et al. (2001), larva yang sehat dicirikan oleh keaktifannya bergerak, distribusi dan warna bagian perutnya. Untuk pengontrolan larva dapat dilakukan setiap hari baik pengamatan secara langsung maupun melalui mokroskop. Pengamatan langsung dapat dilakukan dengan menggunakan senter dan dilihat kepadatan

larvanya

dan

jika

menggunakan

mikroskop,

maka

dengan

menggunakan bantuan sedgwick rafter. Pemeliharaan larva seperti di atas dilakukan ± 20 hari.

Menurut

Anindiastuti et al. (2001), setelah larva mencapai stadia pediveliger (18-20 hari dan berukuran 200 µm x 190 µm), larva mulai mencari tempat untuk menempel. (a)

(b)

Gambar 10. Larva Kerang Mutiara (P. maxima) yang Telah Diberi Spat Collector (a) Tampak Atas, (b) Tampak Samping. Cara makan kerang mutiara yaitu bersifat filter feeder, karena hidupnya menetap maka kebutuhan akan makanannya sangat bergantung dari pakan yang

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

diberikan, dimana pakan untuk kerang mutiara antara lain Pavlova luthery, Isochrysis sp., dan Chaetoceros sp. Pemberian pakan alami yang baik adalah pada waktu menjelang puncak kepadatannya, yaitu pada hari ke-4 dan ke-5, sebelum pemberia pakan terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap kepadatan plankton hasil kultur, kondisi larva dan spat. Pengecekan kepadatan plankton bertujuan untuk mengetahui berapa liter pakan yang harus diberikan kelarva agar larva tidak kekurangan makanan, sedangkan pengecekan kondisi larva dilakukan untuk mengukur kurang tidaknya pakan yang diberikan.

Ada beberapa warna yang dapat digunakan untuk

mengetahui apa larva atau spat tersebut kekurangan makanan atau tidak. Jika larva kerang mutiara tersebut berwarna putih atau pucat maka larva kerang mutiara tersebut kekurangan makanan dan jika warna larvanya coklat atau hijau tua, maka larva tersebut telah mendapatkan makanan yang cukup.

Menurut

Loosanoff dan Davis (1963) dalam Anindiastuti et al. (2001), warna larva kerang mutiara dapat bervariasi bergantung dari jenis pakan yang dikonsumsinya, tetapi larva kerang mutiara yang sehat biasanya berwarna coklat keemasan, terutama dibagian saluran pencernaan. Pada fase awal warna larva dapat berubah drastis bila mengkonsumsi pakan yang berbeda. Namun seiring dengan pertumbuhan larva dan cangkangnya semakin bertambah tebal, maka pengaruh warna pakan tidak terlihat lagi. Dosis pakan alami yang diberika bergantung dari stadianya. Banyaknya pakan alami yang diberikan bergantung dari kepadatan pakan alami per mililiternya (ml).

Banyaknya pakan alami yang diberikan ke dalam bak

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

pemeliharaan larva yang diberikan dalam sehari (2 kali pemberian).

Karena

frekuensi pemberian pakan sehari 2 kali, maka dalam setiap pemberiannya diberikan 50% dari total pakan yang harus diberikan seharinya. Setelah larva kerang mutiara sudah berumur lebih dari 30 hari, maka kegiatan selanjutnya adalah pemanenan spat, merupakan tahapan akhir dari kegiatan pembenihan kerang mutiara. Biasanya, spat di panen pada ukuran 3-5 mm. Beberapa alat dan bahan yag akan digunakan untuk pemanenan spat diantaranya gunting, sterofoam, isolatip, koran, es batu, bambu dan handuk.

4.7 Kualitas Air untuk Larva Kerang Mutiara (P. maxima) A. Hasil Adapun parameter kualitas air yag baik untuk perkembangan larva kerang mutiara, dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Tabel Kualitas Air untuk Kerang Mutiara (P. maxima) Parameter (Parameters) Suhu / Temprature Oksigen Terlarut / DO (Dissolve Oxigen) pH Salinitas / Salinity PO4 NH3 NO2 NO3

Satuan (unit) o C mg/L

Kisaran nilai (value range) 27 – 29 4,23 – 5,66

ppt ppm ppm ppm ppm

8,18 – 8,30 33 – 34 0,045 – 0,168 0,013 – 0,280 0,009 – 0,068 0,038 – 0,280

Sumber : BBRPBL Gondol, 2011.

B. Pembahasan Pergantian air idealnya dilakukan dua hari sekali dengan cara menyaring larva dengan menggunakan planktonet atau saringan telur. Pemasangan saringan

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

dilakukan secara berurutan dimana saringan dengan ukuran lebih besar berada diatas diikuti saringan yang lebih kecil (Winanto et al., 2004). Alagarswami et al. (1987) menyatakan bahwa larva yang mengendap di dasar air media pemeliharaan dan tertinggal stadia sebaiknya dibuang karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan larva yang lain. Melalui proses penyaringan larva tersebut akan diketahui larva yang berenang aktif akan berada di permukaan air media dan larva yang mengendap di dasar merupakan larva yang tidak aktif. Pemanenan spat, merupakan tahapan akhir dari kegiatan pembenihan kerang mutiara. Bias anya, spat di panen pada ukuran 3-5 mm. Beberapa alat dan bahan yag akan digunakan untuk pemanenan spat diantaranya gunting, sterofoam, isolatip, koran, es batu, bambu dan handuk.

4.8 Kultur Pakan Alami Kerang Mutiara (P. maxima) A. Hasil Tabel 11. Pertumbuhan Pakan Alami untuk Kerang Mutiara (P. Maxima). Umur Kepadatan Sel Plankton ( x 103 sel/ml) (hari) Isochrysis galbana Chaetoceros sp. Pavlova lutheri Isochrysis tahiti 1.800 1.480 1.800 1.800 1 2.080 2.640 1.920 1.980 2 2.800 3.220 4.020 2.780 3 4.080 4.240 5.380 2.880 4 4.800 8.000 4.240 2.900 5 4.840 8.640 2.500 2.940 6

K e p a d a t a n P a k a n

Adapun pertumbuhan plankton dapat dilihat pada Gambar 11.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Umur (Hari)

1

2

3

4

5

6

7

8

Gambar 11. Kurva Pertumbuhan Phitoplankton

B. Pembahasan Kultur pakan alami merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyediakan makanan yang sesuai bagi kebutuhan larva dan induk dengan jumlah yang memadai.

Inokulan yang digunakan dalam kultur pakan alami

phytoplankton merupakan hasil dari kultur murni pakan alami jenis Isochrysis galbana, Chaetoceros sp, dan Pavlova lutheri yang diperoleh dari laboratorium Bioteknologi. Kultur murni ini diambil setiap seminggu sekali. Inokulan yang diambil biasanya 500 ml dan 1000 ml. Untuk memenuhi kebutuhan larva, kultur pakan alami dilakukan secara semi massal. Kultur ini dilakukan pada galon dengan kapasitas 10 liter hingga 20 liter.

Pemberian pupuk dalam media kultur algae adalah suatu keharusan

mengingat pupuk merupakan sumber nutrisi yang dibutuhkan algae untuk pembelahan sel. Pemberian pupuk akan mempersubur air laut sebagai media kultur sehingga algae dapat tumbuh lebih cepat dalam waktu yang singkat. Jenis

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

formula pupuk yang digunakan di BBRPBL Gondol – Bali untuk kultur pakan alami (phytoplankton) adalah pupuk Na Medium atau KW 21. Pemberian pupuk/nutrient dalam media kultur algae adalah suatu keharusan, dimana pupuk merupakan sumber nutrient yang dibutuhkan algae untuk pembelahan sel. Pemberian pupuk/nutrient akan mempersubur air laut sebagai media kultur sehingga algae dapat tumbuh lebih cepat dalam waktu yang singkat. Jenis formula pupuk yang digunakan di BBRPBL Gondol – Bali untuk kultur pakan alami (phytoplankton) adalah pupuk Na Medium atau KW 21. Pupuk ini didatangkan dari jepang karena lebih praktis, efisien dan lebih murah harganya. Gambar dan komposisi pupuk KW 21 dapat dilihat pada Gambar 12. Saat ini, kegiatan kultur pakan alami di BBRPBL Gondol hanya menggunakan pupuk KW 21. Pupuk ini lebih efisien jika dibandingkan dengan menggunakan pupuk buatan sendiri.

Gambar 12. Pupuk KW 21. Pemanenan phytoplankton yang baik dilakukan pada waktu menjelang puncak kepadatannya yaitu pada hari ke-4 dan ke-5. Hal ini dilakukan agar sisa plankton yang tidak termakan masih dapat hidup dan tidak menjadi kotoran karena mati.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

4.9

Pengendalian Hama dan Penyakit Kerang Mutiara (P. maxima) Hama dan penyakit dapat menyebabkan proses budidaya menjadi gagal,

pertumbuhan tiram dapat terganggu bahkan dapat mematikan tiram, untuk itu perlu dilakukan pengendalian. Hama umumnya menyerang bagian cangkang. Hama tersebut berupa jenis teritip, cacing dan polichaeta yang mampu mengebor cangkang tiram. Hama yang lain berupa hewan predator, seperti gurita dan ikan sidat. Upaya pencegahan dengan cara membersihkan hama-hama tersebut dengan manual pada periode waktu tertentu. Salah satu upaya yang sering dilakukan agar benih tiram mutiara terhindar dari serangan penyakit yakni dengan melakukan control atau pembersihan biofouling yang menempel pada pocket net, ini dilakukan sebulan sekali. Penyakit tiram mutiara umumnya disebabkan parasit, bakteri, dan virus. Parasit yang sering ditemukan adalah Haplosporidium nelson. Bakteri yang sering menjadi masalah antara lain Pseudomonas enalia, Vibrio anguillarum dan Achromobacter sp. Sementara itu, jenis virus yang biasanya menginfeksi tiram mutiara adalah virus herpes. Cara Penanggulangan 1. Organisme penempel Dengan jalan membersihkan secara periodik permukaan cangkang, keranjang pemeliharaan, atau sarana budidaya lainnya. Teknik yang lain adalah dengan menggantungkan keranjang pemeliharaan pada kedalaman lebih dari 5 m, utamanya selama musim puncak penempelan teritip (Balanus sp.). Penjemuran tiram mutiara secara

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

periodik pada panas matahari selama beberapa menit dapat membunuh larva organisme penempel. Perendaman dengan air tawar, larutan garam pekat juga efektif membunuh organisme penempel. 2. Organisme pengebor Jenis Polichaeta mudah dibunuh dengan cara merendam tiram dalam air tawar selama 60 menit. Perlakuan lain yaitu dengan mengolesi cangkang dengan larutan formalin 1%, kemudian direndam dalam air tawar selama beberapa waktu dan segera dikembalikan ke tempat pemeliharaan. 3. Predator Pemantauan secara periodik pada sarana pemeliharaan dan membersihkan predator secara manual. Pada pemeliharaan spat, digunakan jaring atau waring untuk menutupi atau melapisi keranjang pemeliharaan, sehingga spat terhindar dari serangan predator seperti ikan.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN Pada kegiatan penyusunan tugas akhir ini sebagai hasil dari Pengalaman Kerja Praktikum Mahasiswa (PKPM) di BBRPBL Gondol – Bali, dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya : 1. Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pembenihan kerang mutiara di BBRPBL

Gondol

dimulai

dari

pemeliharaan

induk,

pemijahan,

pemeliharaan larva, produksi spat, kultur pakan alami, pengendalian hama dan penyakit hingga pengelolaan kualitas air, 2. Teknik yang digunakan dalam merangsang pemijahan kerang mutiara di BBRPBL Gondol adalah dengan metode injeksi hormon hCG (human Chorionic Gonadotrophin). Keberhasilan dari teknik pemijahan ini sangat tergantung dari tingkat kematangan gonad induk yang digunakan. 3. Jenis pakan yang diberikan pada induk dan larva kerang mutiara, yaitu : a. Nannochloropsis sp. dan Tetraselmis chuii, hanya digunakan sebagai pakan untuk induk kerang mutiara. b. Pavlova luthery, Chaetoceros sp. dan Isochrysis sp. digunakan sebagai pakan untuk induk kerang mutiara sekaligus untuk larva kerang mutiara. 4. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembenihan kerang mutiara, yaitu:

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

a. Sulitnya mendapatkan induk kerang mutiara utamanya induk yang matang gonad (kematangan gonad induk kerang mutiara masih mengikuti musim), b. Pemijahannya masih mengikuti musim, c. Rendahnya SR, d. Kurangnya tenaga ahli yang berkecimpung dalam budidaya kerang mutiara (utamanya kegiatan pembenihannya).

5.2 SARAN Tingkat kelangsungan hidup (SR) dari larva kerang mutiara masih sangat rendah (2,8%), oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut dari berbagai segi untuk meningkatkan SR tersebut. Selain itu pembenihan kerang mutiara di Indonesia masih sangat sedikit, sedangkan kebutuhan benih kerang mutiara untuk kegiatan pembesaran selalu meningkat tiap tahunnya, maka sosialisasi mengenai teknik pembenihan kerang mutiara ke masyarakat masih perlu digiatkan.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

DAFTAR PUSTAKA

Algarswami, K., Dharmaraj, s., Velayudhan, T.S., Chellam, A., Victor, A.D.C> 1987. On Controlled Spawning Of Indian Pearl Oyster Pinctada maxima (Gold), Proc. Symp. Coastal Aquaculture 2 : 590 – 597, CFMRI Cochin, India. Anindiastuti. 2001. Pembenihan Kerang Mutiara (P. maxima). Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Balai Budidaya Laut Lampung. 60 hal. Aswan, 1996. Teknik Pemeliharaan Kerang Mutiara (P. maxima) Pasca Operasi dengan Sistem Tento Dasar di PT. Bacan Pearl, Maluku Utara. Tugas Akhir: Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Universitas Hasanuddin Segeri Mandalle, Pangkep. Brusca, G.J. 1990. Invertebrates Chapter Twenty. Phylum Mollusca. Sunderland, Massachussets. Pg: 695-765. CMFRI. 1991. Pearl Oyster Farming and Pearl Culture. Training Manual No. 8. Regional Seafarming Development and Demonstration Project. RAS/90/802: Bangkok Thailand.103p. Hasan, I. M. 1999. Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. 260 hal. Hidayat. 2008. Studi Penggunaan Amoniak (NH3) pada pemijahan, Pembuahan dan Penetasan Telur Kerang Mutiara (P. maxima). Tesis. Universitas Muslim Indonesia. Makassar. Mudassir. 1981. Budidaya Kerang Mutiara pada PT. Nisshin Samudera Mutiara, Kepulauan Banggai. Laporan Praktik Akhir, Diklat Ahli Usaha Perikanan, Jakarta. Mulyanto. 1987. Teknik Budidaya Kerang Mutiara di Indonesia. Dirjen Perikanan, Jakarta. Sutaman. 1993. Teknik Budidaya Kerang Mutiara dan Proses Pembuatan Mutiara. Kanisius, Yogyakarta. Tin Tun, M. dan Winanto. 1988. Manual Of Pearl Farming On Indonesia. Balai Budidaya Laut Lampung, Lampung Tjahjo, 2004. Memproduksi Benih Kerang Mutiara. Lampung, Lampung Selatan.

Balai Budidaya Laut

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Tranter, D.J.A., 1958. Reproductoin In Australian Pearl Oyster (Lamelli branchial). Primary Gonad Development. Aust. Koor. Mar. Freshw. Wada, K.T., 1991. The Pearl Oyster Pincatada máxima (Gold) (Famili Pteridae) dalam Estuarine and Marine Bivalve Mollusc Culture. CRD Press Inc, Bostom. Chapter 18: 246-258. Winanto, T. 1991. Pembenihan Kerang Mutiara. Buletin Budidaya Laut No. 1. Balai Budidaya Laut Lampung: Lampung. Winanto, T. 2004. Memproduksi Benih Kerang Mutiara. Penebar Swadaya. Jakarta. 95 hal. Winanto. 2000. Freferensi Spat Kerang Mutiara P. maxima (JAMESON) (Bivalvia:Pteriidae Terhadap Diameter dan Tingkat Kekerasan bahan Kolektor). Lampung Selatan. Winanto. T. 2009. Pembenihan Kerang Mutiara. Buletin Budidaya Laut. Balai Budidaya Laut Lampung, No.1.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Lampiran 3. Proses Pemijahan Kerang Mutiara P. maxima.

(a)

(b)

(d)

(c)

(e)

Lampiran 3. (a) Pembersihan Kerang, (b) Penyuntikan Hormon hCG pada Gonad Induk Kerang, (c) Penyimpanan Induk di Bak Pemijahan, (d) Proses Pemijahan dan (e) Panen Telur.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Lampiran 4. Foto BBRPBL Gondol – Bali :

Depan BBRPBL Gondol-Bali

Depan BBRPBL Gondol-Bali

Pos Satpam BBRPBL Gondol-Bali

Kantor BBRPBL Gondol-Bali

Kantor pusat dan perpustakaan BBRPBL

Lab. Biologi BBRPBL

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Guest House BBRPBL Gondol-Bali

Asrama BBRPBL Gondol-Bali

Taman depan BBRPBL Gondol-Bali

Pasilitas olah raga BBRPBL GondolBali

Taman bagian depan balai

Pasilitas olah raga BBRPBL GondolBali

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

Lampiran 5. Struktur Organisasi BBRPBL Gondol:

Kepala BBRPBL Gondol Dr. Tri Heru Prihadi, M.Sc.

KepalaBidangProgram Dan Kerjasama

Kepala Bagian Tata Usaha

Kepala Bidang Pelayanan Teknis

Dr. Gede Sumiarsa

Ir. Bambang S, MS.

Olga Pattinasarany, SH.

Kepala Seksi Program

Kepala Sub Bagian Keuangan

Kepala Seksi Sarana

Wawan Adryanto S.Pi

I Made Giri S, B.Sc

Usman Effendy, BA

Kepala Seksi Kerjasama

Kepala Sub Bagian Umum

Ir. Jhon H. Hutapea

Khamsawi

Kelompok Jabatan Fungsional

Kepala Seksi Pelayanan Jasa Dan Informasi AA. Ketut Alit, S.E.

LAPORAN TUGAS AKHIR PKPM MUH. ARDIANSYAH 2011

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pangkep pada tanggal 15 Juni 1990, anak pertama dari 5 bersaudara. Ayah bernama H. Sirajuddin dan ibu bernama Hj. Rosmiati. Pada tahun 1996 penulis masuk Madrasah Ibtidaiyah DDI Laikang (MIS DDI Laikang), Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep dan tamat pada tahun 2002, selanjutnya penulis melanjutka pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Ma’rang (MTsN Ma’rang), Kabupaten Pangkep dan berhasil lulus pada tahun 2005, setelah itu penulis melanjutkan lagi studi ke Madrasah Aliyah Negeri Pangkep (MAN Pangkep), Kabupaten Pangkep dan dinyatakan lulus dari sekolah tersebut pada tahun 2008. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dan terdaftar sebagai mahasiswi pada bulan Agustus 2008 di Jurusan Budidaya Perikanan. Selama kuliah penulis pernah menjadi pengurus organisasi Polypangkep English Club (PEC), dan aktif dalam kegiatan Debat Bahasa Inggris. Penulis adalah salah satu anggota team debat Bahasa Inggris Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Tahun 2011 penulis melakukan kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Gondol, Bali selama tiga bulan dengan judul “Teknik Pembenihan Kerang Mutiara (Pinctada maxima) Metode Injeksi Hormon hCG (human Chorionic Gonadotrophin)”.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF