RUTHA- Pembuatan Isomer Cis Dan Trans

March 10, 2017 | Author: Tiara Puspa Buanarinda | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download RUTHA- Pembuatan Isomer Cis Dan Trans...

Description

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) I.

JUDUL PERCOBAAN

:

Pembuatan Cis dan Trans – Kalium Bisoksalato Diaquokromat (III) II.

TANGGAL PERCOBAAN

:

Selasa, 19 Maret 2013 III. TUJUAN PERCOBAAN 1.

:

Mempelajari pembuatan garam kompleks kalium bisoksalato diaquokromat(III).

2.

Mempelajari sifat–sifat cis dan trans garam kompleks kalium bisoksalato diaquokromat(III).

IV. TINJAUAN PUSTAKA

:

Stereokimia adalah studi mengenai molekul-molekul dalam ruang tiga dimensi, yakni bagaimana atom-atom dalam sebuah molekul ditata dalam ruangan satu relatif terhadap yang lain. Isomer geometri ialah bagaimana ketegaran (rigidity) dalam molekul dapat mengakibatkan isomeri. Dua gugus yang terletak pada satu sisi ikatan pi disebut cis (latin, “pada sisi yang sama”). Gugus-gugus yang terletak pada sisi-sisi yang berlawanan disebut trans (latin, “berseberangan”). Isomer adalah molekul atau ion yang mempunyai susunan kimia sama, tetapi struktur berbeda. Perbedaan struktur biasanya tetap ada di dalam larutan, isomer dalam senyawa kompleks yang penting ialah isomer geometri dan isomer optis. Kompleks yang hanya mempunyai isomeri hanya kompleks-kompleks yang bereaksi sangat lambat atau kompleks yang inert. Ini disebabkan karena kompleks-kompleks yang bereaksi cepat atau komplekskompleks yang labil, sering bereaksi lebih lanjut membentuk isomer yang stabil. Isomer geometri adalah stereoisomer yang posisinya tidak bisa saling dipertukarkan (interconverted) tanpa memutus ikatan kimianya. Berdasarkan pada jenis isomer geometrinya senyawa atau ion kompleks dapat dibedakan menjadi cis dan trans. Untuk kompleks oktahedral ada dua tipe kompleks yang memiliki bentuk cis dan trans yaitu MA4B2 dan MA3B3. M merupakan atom atau ion pusat sedangkan A dan B merupakan ligan monodentat. Jika ligan monodentat diganti dengan multidentat, misalkan bidentat, maka akan dihasilkan tipe kompleks, ML2B2, L merupakan ligan bidentat.

1 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) Campuran kompleks bentuk cis dan trans dapat dengan cara mencampur komponen– komponen non kompleks (penyusun kompleks). Berdasarkan pada perbedaan kelarutan antara bentuk cis dan trans maka kedua jenis isomer itu dapat dipisahkan. Sebagai contoh trans-dioksalatodiakuokrom(II) klorida dapat dikristalkan secara pelan-pelan dengan melakukan penguapan larutan yang mengandung campuran bentuk cis dan trans. Dengan penguapan kesetimbangan bentuk cis ↔ trans dapat digeser ke kanan karena kelarutan isomer trans lebih rendah. Selain itu, pemisahan isomer cis dan trans berbeda, misalnya kompleks cis-diklorbis (trietilstibin) paladium dapat dikristalkan dalam larutan bensen meskipuyn dalam larutan hanya ada 60 % bentuk cis. Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan tak dapat ditempa dengan berat. Ia melebur pada 1765ºC. Logam ini larut dalam asam klorida encer atau pekat. Jika tak terkena udara, akan membentuk ion-ion kromium(II) : Cr + H+ → Cr2+ + H2 ↑ Cr + HCl → Cr2+ + 2Cl- + H2 ↑ Dengan adanya oksigen dari atmosfer, kromium sebagian atau seluruhnya menjadi teroksidasi ke keadaan tervalen: 4Cr2+ + O2 + 4H+ → 4Cr3+ + 2H2O Untuk kompleks planar segiempat, isomer cis–trans terjadi pada kompleks platina (II) dengan rumus Pt (NH3)2Cl2. Untuk rumus jenis MX2Y2, bahwa jika bentuknya bujur sangkar bidang, dua susunan isomer adalah mungkin. Dalam Pt(NH3)Cl2 kedua ligan klorida (dan kedua ligan amonia) dapat disusun sehingga berada pada kedudukan yang saling berdampingan, yang dinamai cis (latin, pada sisi ini) atau pada kedudukan yang berseberangan yang dinamai trans (latin, di seberang). Gambar isomer cis dan trans, yaitu:

2 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III)

Untuk bangun tetrahedral, hanya satu susunan yang mungkin. Membuat model-model molekul akan membantu menunjukkan mengapa pendapat ini berlaku. Isomeri bujur sangkarbidang dapat dibedakan satu dengan lainnya, karena etilenadiamina akan bereaksi dengan isomer cis untuk menggantikan kedua klorida itu, tetapi tak akan bereaksi dengan isomer trans. Rupanya molekul H2NCH2CH2NH2 dapat membentuk dua ikatan dengan sudut 90º tetapi tak dapat mengitari Pt untuk membentuk ikatan dengan sudut 180º. Urutan kira-kira dari pengaruh trans yang makin naik adalah: H2O, OH-, NH3 < Cl-, Br- < SCN-, I-, NO2-, C6H5- < SC(NH2)2, CH3- < H-, PR3,< C2H4, CN-, CO. Ditekankan di sini bahwa efek trans hanyalah fenomena belaka. Ini merupakan efek gugus terkoordinasi terhadap laju subtitusi dalam posisi trans terhadapnya dalam kompleks segiempat atau oktahedral. Deret efek trans terbukti sangat berguna untuk menerangkan prosedur sintetik yang telah dikenal, dan mencari prosedur sintetik yang berguna. Sebagai contoh ditinjau sintesis isomer cis dan trans dari [Pt(NH3)2Cl2] sintesis isomer cis dicapai dengan mereaksikan ion [PtCl4]2- dengan amonia. Karena Cl- mempunyai pengaruh mengarahkan trans lebih besar daripada NH3, subtitusi NH3 ke dalam [Pt(NH3)Cl3]- kurang layak terjadi pada posisi trans terhadap NH3 yang sudah ada, sehingga isomer cis lebih disukai.

Teori Medan Kristal Menurut Teori Medan Kristal (CFT),

interaksi antara logam transisi dan ligan

diakibatkan oleh tarikan antara kation logam yang bermuatan positif dan elektron bukanikatan ligan yang bermuatan negatif. Teori ini dikembangkan menurut perubahan energi dari lima degenerasi orbital-d ketika dikelilingi oleh ligan-ligan. Ketika ligan mendekati ion logam, elektron dari ligan akan berdekatan dengan beberapa orbital-d logam dan menjauhi

3 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) yang lainnya, menyebabkan hilangnya kedegeneratan (degeneracy). Elektron dari orbital-d dan dari ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena itu, elektron-d yang berdekatan dengan ligan akan memiliki energi yang lebih besar dari yang berjauhan dengan ligan, menyebabkan pemisahan energi orbital-d. Pemisahan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: 

sifat-sifat ion logam.



keadaaan oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih besar menyebabkan pemisahan yang lebih besar.



susunan ligan disekitar ion logam.



sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam. Efek ligan yang lebih kuat akan menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d yang berenergi tinggi dengan yang berenergi rendah. Struktur kompleks yang paling umum adalah oktahedral; dalam struktur ini, enam

ligan membentuk oktahedral di sekitar ion logam. Pada oktahedral simetri, orbital-d akan berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan energi Δoct. Orbital dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital dz2 and dx2-y2. Hal ini dikarenakan orbital dxy, dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih jauh dari ligan-ligan, sehingga mendapatkan gaya tolak yang lebih kecil. Kompleks tetrahedral juga merupakan struktur yang umum; dalam struktur ini, empat ligan membentuk tetrahedral disekitar ion logam. Dalam pemisahan medan kristal tetrahedral, orbital-d kembali berpisah menjadi dua kelompok dengan perbedaan energi Δtet. Orbital dz2 dan dx2-y2 akan memiliki energi orbital yang lebih rendah, dan dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi orbital yang lebih tinggi. Hal bertolak belakang dengan struktur oktahedron. Selain itu, dikarenakan elektron ligan pada simetri tetrahedal tidaklah berorientasi pada orbital-orbital-d, pemisahan energi akan lebih kecil daripada pemisahan energi oktaherdal. Struktur geometri datar persegi juga dapat dideskripsikan oleh CFT. Besarnya perbedaan energi Δ antara dua kelompok orbital tergantung pada beberapa faktor, seperti sifat-sifat ligan dan struktur geometri kompleks. Beberapa ligan selalu menghasilkan nilai Δ yang kecil, sedangkan beberapa lainnya akan selalu menghasilkan nilai

4 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) yang lebih besar. Alasan di balik perbedaan ini dapat dijelaskan dengan teori medan ligan . Deret spektrokimia berikut adalah daftar-daftar ligan yang disusun berdasarkan perbedaan energi Δ yang dihasilkan (disusun dari Δ yang kecil ke Δ yang besar): I− < Br− < S2− < SCN− < Cl− < NO3− < N3− < F− < OH− < C2O42− < H2O < NCS− < CH3CN < py < NH3 < en < 2,2'-bipiridina < phen < NO2− < PPh3 < CN− < CO Keadaan oksidasi logam juga memengaruhi besarnya Δ antara aras energi (energy level) yang tinggi dan rendah. Semakin tinggi keadaan oksidasi logam, semakin tinggi pula Δ. Kompleks V3+ akan memiliki Δ yang lebih besar dari kompleks V2+. Hal ini dikarenakan perbedaan rapatan muatan yang mengijinkan ligan lebih dekat dengan ion V3+ daripada ion V2+. Jarak antar ligan dan ion logam yang lebih kecil akan menyebabkan nilai Δ yang lebih besar karena elektron logam dan ligan lebih berdekatan, sehingga gaya tolak menolak menjadi lebih besar. Spin-tinggi dan spin-rendah

Diagram medan kristal [Fe(NO2)6]3−

Ligan-ligan yang menyebabkan Δ pemisahan orbital-d yang lebih besar disebut sebagai liganligan medan kuat, seperti CN− dan CO. Senyawa kompleks yang memiliki ligan medan kuat tidak akan menempatkan elektron-elektronnya ke orbital yang berenergi tinggi. Hal ini sesuai dengan asas Aufbau. Kompleks yang demikian disebut sebagai "spin-rendah". Sebagai contoh, NO2− yang merupakan ligan medan kuat, menghasilkan Δ yang besar. Ion oktahedron [Fe(NO2)6]3− yang memiliki 5 electron-d akan memiliki diagram pemisahan oktahedron yang kelima elektronnya berada di aras t2g.

5 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III)

Diagram medan kristal [FeBr6]3− Sebaliknya, ligan-ligan (seperti I− dan Br−) yang menghasilkan Δ orbital-d yang kecil disebut ligan medan lemah. Dalam kasus ini, adalah lebih mudah menempatkan elektron di aras energi orbital yang lebih tinggi daripada menempatkan dua elektron pada orbital yang sama. Ini dikarenakan gaya tolak antar dua elektron lebih besar daripada Δ. Oleh karena itu, masing-masing elektron akan ditempatkan pada setiap orbital-d terlebih dahulu sebelum dipasangkan. Hal ini sesuai dengan kaidah Hund dan menghasilan kompleks "spin-tinggi". Sebagai contoh, Br− adalah ligan medan lemah dan menghasilkan Δoct yang lebih kecil. Makan, ion [FeBr6]3−, yang juga memiliki 5 elektron-d, akan memiliki diagaram pemisahan elektron yang kelima orbitalnya dipenuhi secara tunggal. Agar pemisahan spin rendah terjadi, energi yang dibutuhkan untuk menempatkan elektron ke orbital yang sudah berlektron tunggal harus lebih kecil dari energi yang dibutuhkan untuk menempatkan elektron tambahan ke orbital eg sebesar Δ. Jika energi yang diperlukan untuk memasangkan dua elektron lebih besar dari menempatkan satu elektron di orbital eg, pemisahan spin tinggi akan terjadi. Energi pemisahan medan kristal untuk kompleks logam tetrahedron (empat ligan), Δtet, kira-kira sama dengan 4/9Δoct. Oleh karena itu, energi yang diperlukan untuk memasangkan dua elektron biasanya lebih besar dari energi yang diperlukan untuk menempatkan elektron di orbital yang berenergi lebih tinggi. Sehingga, kompleks tetrahedron biasanya merupakan spin-tinggi. Diagram pemisahan ini dapat membantu kita dalam memprediksikan sifat-sifat magnetik dari senyawa koordinasi. Senyawa yang memiliki elektron yang takberpasangan

6 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) pada diagram pemisahannya bersifat paramagnetik dan akan ditarik oleh medan magnet. Sedangkan senyawa yang tidak memiliki elektron takberpasangan pada diagram pemisahannya bersifat diamagnetik dan akan ditolak oleh medan magnet. Energi stabilisasi medan kristal Energi stabilisasi medan kristal (Bahasa Inggris:crystal field stabilization energy), disingkat CFSE, adalah stabilitas yang dihasilkan dari penempatan ion logam pada medan kristak yang dibentuk oleh sekelompok ligan-ligan. Ia muncul karena ketika orbital-d terpisah pada medan ligan, beberapa dari orbital itu akan memiliki energi yang lebih rendah. Sebagai contoh, pada kasus oktahedron, kelompok orbital t2g memiliki energi yang lebih rendah dari energi orbital pada sentroid. Sehingga, jika terdapat sembarang elektron yang menempati orbital-orbital ini, ion logam akan menjadi lebih stabil pada medan ligan relatif terhadap sentroid dengan nilai yang dikenal sebagai CFSE. Sebaliknya, orbital-orbital eg (pada kasus oktaheral) memiliki energi yang lebih tinggi daripada sentroid, sehingga menempatkan elektron pada orbital tersebut menurunkan CFSE.

Energi stabilisasi medan kristal oktahedron Jika pemisahan orbital-d pada medan oktahedron adalan Δoct, tiga orbital t2g distabilkan relatif terhadap sentroid sebesar 2/5 Δoct, dan orbital-orbital eg didestabilkan sebesar 3/5 Δoct. Stabilisasi medan kristal dapat digunakan dalam menjelaskan geometri kompleks logam transisi. Alasan mengapa banyak kompleks d8 memiliki geometri datar persegi adalah

7 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) karena banyaknya stabilisasi medan kristal yang dihasilkan struktur geometri ini dengan jumlah elektron 8. Warna kompleks logam transisi Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang dapat diserap (gelombang yang memiliki

energi

sama

dengan

energi

eksitasi),

senyawa-senyawa

tersebut

akan

memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak terserap). Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan menyerap cahaya dengan λ yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek, dan meningkatkan ν. Sangtalah jarang energi foton yang terserap akan sama persis dengan perbedaan energi Δ; terdapat beberapa faktor-faktor lain seperti tolakan elektron dan efek Jahn-Teller yang akan memengaruhi perbedaan energi antara keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi. Warna-warna yang terlihat Roda warna mendemonstrasikan warna senyawa yang akan terlihat jika ia hanya menyerap satu gelombang cahaya. Sebagai contoh, jika senyawa tersebut menyerap warna merah, maka ia akan tampak hijau.

8 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) λ diserap vs warna terpantau 400nm Ungu diserap, Hijau-kuning terpantau (λ 560nm) 450nm Blue diserap, Kuning terpantau (λ 600nm) 490nm Biru-hijau diserap, Merah terpantau (λ 620nm) 570nm Kuning-hijau diserap, Ungu terpantau (λ 410nm) 580nm Kuning diserap, Biru tua terpantau (λ 430nm) 600nm Jingga diserap, Biru terpantau (λ 450nm) 650nm Merah diserap, Hijau terpantau (λ 520nm) V.

ALAT dan BAHAN Alat – Alat

: :



Gelas Kimia 100 ml

2 Buah



Gelas Kimia 50 ml

2 Buah



Gelas Arloji

2 Buah



Pemanas Spiritus

1 Set



Cawan Penguapan

1 Buah



Gelas Ukur 10 ml

1 Buah



Pipet Tetes

4 Buah



Timbangan Digital

1 Buah



Oven

1 Buah



Eksikator

1 Buah



Kertas Saring

4 Buah

Bahan – Bahan

:



Asam Oksalat, H2C2O4



Kalium dikromat, K2Cr2O7



Etanol



Larutan amonium hidroksida encer (0,1 M)



Aquades

9 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) VI. CARA KERJA

:

a. Pembuatan Isomer trans kalium bis oksalatodiakuokromat (III) 3 gram asam oksalat dihidrat - Dilarutkan dengan 2 tetes aquades mendidih dalam gelas kimia 50 mL Asam oksalat dihidrat + Air - Ditambah 1 gram kalium dikromat yang dilarutkan (sedikit demi sedikit) dengan 2 tetes aquadest panas - Ditutup gelas kimia dengan kaca arloji - Dikocok dengan kuat

Larutan ungu kehitaman mengental dan terbentuk gas

- Diuapkan diatas penangas (samapi volume separuh) - Dibiarkan menguap pada suhu kamar(sampai volume menjadi 1/3)

Larutan ungu kehitaman mengental - Disaring kristalnya -

Dicuci dengan aquades dingin

-

Dicuci dengan etanol

-

Dicatat hasil, dinyatakan dalam persen

Kristal Hitam

10 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) b. Pembuatan Isomer cis-kalium bisokasalatodiakuokromat(III)

1 gram kalium dikromat

3 gram asam oksalat

-

Dicampur dalam cawan penguapan

-

Ditambah 2 tetes aquades panas

-

Ditutup dengan kaca arloji

-

Dikocok dengan kuat

Pelepasan uap air dan CO2 -

Ditambah 5 ml Etanol

-

Diaduk sampai dihasilkan endapan

-

Dilakukan dekantasi

-

Ditambah etanol sampai seluruhnya berkristal

-

Disaring

-

Dikeringkan dalam oven 40 C

-

Dicatat beratnya sampai konstan

0

Hasil randemen, warna, TL ?

c.

Uji Kemurnian Isomer Kristal Isomer Cis (Hasil Percobaan -

Ditempatkan pada kertas saring

-

Ditetesin dengan larutan ammonium encer

Warna Hijau tua menyebar pada kertas saring (Cis)

Padatan berwarna coklat yang tidak larut (Trans)

11 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) VII. HASIL PENGAMATAN No Perlakuan

:

Hasil Pengamatan Sebelum

1.

Pembuatan trans

Dugaan/Reaksi

Sesudah

Isomer

kalium

Kesimpulan

- kompleks trans-

bis

kalium

oksalatodiakuokromat

bioksalatodiakuo

(III)

kromat(III)

3 gram asam oksalat dihidrat Dilarutkan dengan 2 tetes aquades mendidih dalam gelas kimia 50 mL

-

Asam oksalat dihidrat + Air -

-

Ditambah 1 gram kalium dikromat yang dilarutkan (sedikit demi sedikit) dengan 2 tetes aquadest panas Ditutup gelas kimia dengan kaca arloji

-

- as.oksalat dihidrat +

as.oksalat air: endapan putih

Dikocok dengan kuat

Larutan ungu kehitaman mengental dan terbentuk gas

4H2C2O4.2H2O

dari

pencampuran asam

dihidrat:

- kalium dikromat + + K2Cr2O7  oksalat

serbuk

air: endapan jingga 2K

dan kalium kromat

putih

(+++)

yang asam oksalat

- kalium -

[Cr(C2O4)2(H2O

lar.

dikromat: dihidrat

as.oksalat )2] +

kalium

serbuk

dikromat:

larutan Massa

kristal

ungu

jingga

kental, terbentuk gas gram

(+++)

putih

dihidrat

dilarutkan terlebih dahulu

kemudian

kristal dicampur sehingga

kehitaman teoritis = 2,0604 membentuk kristal hitam.

Setelah lar. diuapkan:

%hasil kristal trans

larutan

= 3,1547 %

ungu

kehitaman + kristal hitam kental - setelah dioven :

-

dibuat

dapat

terbentuk

kristal

hitam

Massa : - berat I: 0,794 gr - berat II: 0,786 gr - berat III: 0,645 gr

12 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) Larutan ungu kehitaman mengental dan terbentuk gas -

-

Diuapkan diatas penangas (samapi volume separuh) Dibiarkan menguap pada suhu kamar(sampai volume menjadi 1/3)

- berat IV: 0,643 gr - berat V: 0,639 gr - berat VI: 0,508 gr - berat VII: 0,502 gr - berat VI: 0,502 gr Berat kertas saring = 0,437 gr Berat konstan = 0,065 gram

%hasil = 3,1547 % Larutan ungu kehitaman mengental

- Disaring kristalnya - Dicuci dengan aquades dingin - Dicuci dengan etanol - Dicatat hasil, dinyatakan dalam persen

Kristal Hitam

13 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) 2

Pembuatan

Isomer - kalium -

lar.

cis-kalium

dikromat: dihidrat

bisokasalato

kristal

diakuokromat (III)

jingga(++ ungu

1 gram kalium dikromat

-

-

-

3 gram asam oksalat

Dicampur dalam cawan penguapan Ditambah 2 tetes aquades panas Ditutup dengan kaca arloji Dikocok dengan kuat

Pelepasan uap air dan CO2

as.oksalat +

dikromat:

kalium

kalium

larutan

bioksalatodiakuo

kehitaman 4H2C2O4.2H2O

kromat(III)

+)

kental, terbentuk gas + K2Cr2O7  dibuat

-

putih

as.oksalat

dapat dari

2K

pencampuran asam

[Cr(C2O4)2(H2O

oksalat

dihidrat

o

Setelah lar. diuapkan: )2]

dan kalium kromat

dihidrat:

larutan

yang asam oksalat

serbuk

kehijauan

putih

hitam kental

ungu +

kristal Massa

kristal dilarutkan terlebih

teoritis = 2,0604 dahulu

kemudian

- setelah dioven : gram

dicampur sehingga

terbentuk

membentuk kristal

kristal

hitam

hitam.

Massa :

%hasil = 3,1547 %

- berat I: 2,098 gr - berat II: 2,090 gr

- Ditambah 5 ml Etanol

- berat III: 2,091 gr

- Diaduk sampai dihasilkan endapan

- berat IV: 2,084 gr

- Dilakukan dekantasi

- berat V: 2,075 gr

- Ditambah etanol sampai seluruhnya berkristal

- kompleks trans-

- berat VI: 2,076 gr Berat kertas saring =

- Disaring

0,516 gr

- Dikeringkan dalam oven 400C

Berat konstan = 1,560 gram

Hasil randemen, warna, TL

%hasil = 75,7134 %

14 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) 3

Kristal Isomer Cis (Hasil Percobaan) -

-

-

kristal -

Sampel

Ditempatkan pada kertas saring Ditetesin dengan larutan ammonium encer

hasil

= substitusikan

kuning ligan

uji

kristal

UV-Vis

atau

air,

UV-Vis sehingga

uji kristal

berupa

1

puncak di daerah

oksalat

pada cis

panjang gelombang nm

556 dengan

absorbansi

puncak di daerah terbentuk warna

maksimum sebesar

panjang gelombang hijau sedangkan

0,109

567

sedangkan

nm

dengan pada

kristal

hasil uji UV-Vis

absorbansi

trans

terbentuk

kristal cis berupa 2

maksimum sebesar endapan

-

Hasil

trans

kristal cis berupa 2 kristal

Kristal isomer trans (hasil percobaan)

-

UV-Vis

kehijauan

Warna Hijau tua menyebar pada kertas saring

-

hijau NH3 encer dapat men-

larutan

-

Ditempatkan pada kertas saring Ditetesin dengan larutan ammonium encer Diuji UV-Vis dan titik leleh

warna

cis: hitam menyebar

Diuji UV-Vis dan titik leleh

-



Penambahan

Uji Kemurnian Isomer

coklat

puncak di daerah

0,090 dan daerah muda yang tak

panjang

350,50 nm dengan larut.

gelombang

absorbansi

nm

maksimum 0,769.

absorbansi

TL = 165 °C

maksimum sebesar

567 dengan

trans:

0,090 dan daerah

hitam

350,50 nm dengan

Padatan berwarna coklat yang tidak larut

absorbansi maksimum 0,769. 

Berdasarka

n uji kemurnian yang

dilakukan,

kristal

cis

diperoleh

kurang

murni

karena

didapatkan berupa

15 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

yang

hasil

campuran

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) - padatan coklat muda

rasemik

yang

tidak larut

berwarna

hijau

Sampel

UV-Vis

=

setelah

ditetesi

larutan coklat muda

ammonium

dan

Hasil

berdasarkan

uji

uji

UV-Vis

kristal trans berupa 1

UV-Vis diperoleh

puncak

2

di

panjang 556

daerah

gelombang

nm

dengan

absorbansi maksimum sebesar 0,109 TL = 158 °C.

16 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

puncak

sedangkan kristal transnya murni.

cukup

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) VIII. PEMBAHASAN

:

1. Pembuatan isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat Percobaan

ini

dilakukan

untuk

membuat

isomer

trans

kalium

dioksalatodiakuokromat . Pembuatan isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat dapat dilakukan dengan melarutkan 3 gram asam oksalat dihidrat yang berwarna putih dengan 2 tetes akuades panas. Asam oksalat dihidrat adalah asam oksalat yang mempunyai dua buah molekul air dan mempunyai rumus molekul H2C2O4.2H2O. Asam oksalat dihidrat yang dilarutkan memberikan larutan yang berwarna putih. Di sisi lain kita juga membuat larutan kalium dikromat dengan cara melarutkan 1 gram kalium dikromat yang berwarna jingga (+++) dengan 2 tetes akuades panas. Penambahan akuades ini bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi antara reaktan. Larutan kalium dikromat berwarna jingga, ini disebabkan karena adanya logam transisi yang dapat menimbulkan warna yaitu logam krom. Selain itu, beker gelas yang digunakan untuk mereaksikan juga ditutup dengan gelas arloji, gunanya untuk mencegah keluarnya kalor yang berasal dari akuades panas. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 4H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 → 2K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 6CO2 + 7H2O Setelah kedua larutan tersebut dicampurkan, warna larutan menjadi ungu kehitaman dan kental, proses terjadinya perubahan warna dari orange dan putih menjadi ungu kehitaman ini karena terbentuknya senyawa kompleks kalium dioksalatodiakuokromat, dimana dalam senyawa kompleks tersebut terdapat dua macam ligan dan satu atom pusat dari logam transisi. Ligan yang terbentuk yaitu ligan C2O42- dan H2O yang masing-masing berjumlah dua serta satu atom pusat Cr(III). Selain itu juga timbul gas berwarna putih yaitu gas CO2. Larutan yang telah dicampur tadi lalu diuapkan dengan menggunakan penangas air hingga larutan tinggal setengahnya dan melanjutkan penguapan pada suhu kamar. Tujuannya adalah agar H2O atau air yang tidak diperlukan atau tidak diinginkan bisa habis dan tidak mempengaruhi pembentukan senyawa kompleks kalium

dioksalatodiakuokromat, karena senyawa kompleks

tersebut

hanya

mengandung 2 molekul H2O dan 2 molekul C2O42- sebagai ligan dan kalau dalam

17 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) larutan tersebut masih banyak mengandung H2O atau air kemungkinan ligan H2O bertambah jumlahnya yaitu lebih dari yang dinginkan sehingga untuk menghindari itu diperlukan penguapan. Setelah volumenya sepertiga saja maka saringlah kristal kemudian cuci dengan akuades dingin dan setelah itu dengan etanol, terbentuk endapan yang berwarna hitam yang merupakan isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat (III). Endapan yang dihasilkan ditimbang dan didapatkan berat endapan tersebut seberat 0,065 gram. Sehingga pada hasil perhitungan persen hasil isomer trans kalium dioksalatodiakuokromat (III) sebesar 3,1547 %. Perhitungan : 7H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 m:

0.0238 mol

0.0034 mol

r:

0.0238 mol

0.0034 mol

s:

-

-

[ (

) (

2KCr (C2O4)2(H2O)2 + 6CO2 + 7H2O 0.0068 mol

0.0204 mol 0.0238 mol

0.0068 mol

0.0204 mol 0.0238 mol

) ]

18 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) 2. Pembuatan isomer cis kalium dioksalatodiakuokromat Percobaan

ini

dilakukan

untuk

membuat

isomer

cis

kalium

dioksalatodiakuokromat. Pembuatan cis kalium dioksalatodiakuokromat (III) dilakukan dengan mereaksikan 3 gram kristal asam oksalat dihidrat dengan 1 gram kristal kalium dikromat dalam cawan pemanasan yang selanjutnya ditetesi dengan 1 tetes akuades dan ditutup cawan tersebut dengan gelas arloji selama reaksi berlangsung. Penetesan akuades dilakukan setelah kedua padatan bercampur karena kristal cis lebih cepat terbentuk daripada kristal trans. Kedua jenis kristal higroskopis yang diberi setetes akuades tersebut meleleh dan berubah menjadi larutan yang berwarna hitam secara perlahan-lahan. Setelah semua kristal habis bereaksi dengan akuades kemudian ditambahkan 5 ml larutan etanol. Penambahan etanol ini bertujuan untuk memadatkan seluruh endapan yang terbentuk hingga terbentuk endapan yang berwarna hitam yang lebih padat. Kemudian kristal yang terbentuk dikeringkan dioven bersuhu 60 °C selama 8 hari. Kristal yang dihasilkan ditimbang dan didapatkan berat konstan kristal tersebut seberat 1,560 gram. Dari hasil perhitungan didapatkan persen hasil isomer cis kalium dioksalatodiakuokromat dalam kristal yang terbentuk sebesar

.

Perhitungan : 7H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 m:

0.0238 mol

0.0034 mol

r:

0.0238 mol

0.0034 mol

s:

-

-

[ (

) (

2KCr (C2O4)2(H2O)2 + 6CO2 + 7H2O 0.0068 mol

0.0204 mol 0.0238 mol

0.0068 mol

0.0204 mol 0.0238 mol

) ]

19 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) 3. Uji kemurnian isomer Uji ini bertujuan untuk membedakan yang mana isomer cis kalium dioksalatodiakuokromat dan isomer transnya. Uji kemurnian dilakukan dengan beberapa cara yaitu uji dengan penetesan ammonia encer, uji UV- Vis, serta uji titik leleh. a. Uji dengan Larutan Ammonia Encer Sedikit kristal kompleks yang diperoleh dari percobaan, diletakkan pada kertas saring. Lalu dilakukan penetesan ammonium encer. Pengujian kemurnian kristal dilakukan dengan cara meletakkan kristal pada kertas saring kemudian menambahkan larutan ammonium encer. Ammonia (NH3), seperti halnya oksalat ataupun air yang mampu mengikat krom, juga merupakan suatu ligan. Penambahannya dapat mensubstitusi ligan oksalat atau air. Pada kristal trans, terbentuk padatan coklat muda yang tidak larut saat ditambahkan ammonium encer. Sedangkan pada kristal cis, padatan larut membentuk warna hijau tua dan menyebar cepat pada kertas saring. Hal ini dapat dijelaskan oleh pengaruh kekuatan efek trans dari beberapa ligan yang terkait semisal pada urutan: H2O < OH < NH3 < Cl < Br < I = NO2 = PR3 120oC mengingat Mr kedua kompleks adalah sama. Hasil pengujian titik leleh trans kalium bisoksalatodiakuokromat (III) sebesar 158 °C sedangkan titik leleh cis kalium bisoksalatodiakuokromat (III) sebesar 165 °C.

IX. KESIMPULAN

:

Dari percobaan yang kami lakukan dapat kami simpulkan sebagai berikut : 1. Kompleks cis dan trans dapat dibuat dengan cara mencampur komponen-komponen penyusun kompleks, yaitu H2C2O4.2H2O dengan K2Cr2O4 dengan cara penambahan aquadest dalam komposisi yang berbeda membentuk kristal berwarna hitam. Pembentukan kristal cis menjadi trans lebih lambat daripada trans menjadi cis. 2. Dari pembuatan kristal cis dan kalium disoksalatdiakuokromat(III) diperoleh kristal berwarna hitam dengan berat konstan 0,065 gram untuk isomer trans kalium disoksalatodiakuokromat(III)

dan

1,560

gram

untuk

cis

kalium

disoksalatodiakuokromat (III). Sehingga diperoleh pula persen hasil sebesar 3,1547 % untuk isomer trans kalium bisoksalatodiakuokromat (III) dan 75,7134 % untuk cis kalium bisoksalatodiakuokromat (III). 3. Hasil uji UV-Vis kristal trans berupa 1 puncak di daerah panjang gelombang 556 nm dengan absorbansi maksimum sebesar 0,109 sedangkan hasil uji UV-Vis kristal cis berupa 2 puncak di daerah panjang gelombang 567 nm dengan absorbansi maksimum sebesar 0,090 dan daerah 350,50 nm dengan absorbansi maksimum 0,769. 4. Titik leleh trans kalium bisoksalatodiakuokromat (III) sebesar 158 oC sedangkan titik leleh cis kalium bisoksalatodiakuokromat (III) sebesar 165 oC.

23 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

Laporan Resmi Praktikum Kimia Anorganik III Pembuatan Cis dan Trans Kalium Bisoksalatodiakuokromat(III) 5. Berdasarkan uji kemurnian yang dilakukan, kristal cis yang diperoleh kurang murni karena didapatkan hasil berupa campuran rasemik yang berwarna hijau setelah ditetesi ammonium dan berdasarkan uji UV-Vis diperoleh 2 puncak sedangkan kristal transnya cukup murni.

X. JAWABAN PERTANYAAN : 1. Pada bagian manakah pada ion oksalat yang berperan sebagai bidentat dalam reaksi pembentukan kompleksnya ? Dari atom O yang berasal dari ligan (C2O4)2 2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada proses pembentukan kompleks cis dan trans ! 4H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 → 2K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 6CO2 + 7H2O 3. Tuliskan reaksi yang terjadi pada proses uji kemurnian cis dan trans ! 2K[Cr(C2O4)2(H2O)2] + 2NH3  2K[Cr(NH3)2(H2O)2]

XI. DAFTAR PUSTAKA

:

Cotton and Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI Press : Jakarta. Fessenden & Fessenden. 1997. Kimia Organik Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Keenan, Kleinfelter,Wood. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jilid 2. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Syabatini, Annisa.2009.Pembuatan Cis dan Trans Kaliumdioksalatodiakuokromat. http:/blogspot.com (diakses pada Minggu, 21 April 2013, Pukul : 20.00 WIB) Shevla, G. 1990. Analisis Organik Kualitatif Makro Dan Semimakro. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta. Tim Dosen Kimia Anorganik III.2013.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III Unsur – Unsur Golongan Transisi.Surabaya : Laboratorium Kimia Anorganik, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Unesa.

24 | Kelompok 2 / Pendidikan Kimia B 2010

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF