Runtuhnya Tembok Berlin

March 25, 2017 | Author: nonidhatiendie_94913 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Runtuhnya Tembok Berlin...

Description

[Pick the date]

TUGAS

SEJARAH RUNTUHNYA TEMBOK BERLIN

Nonidha Tiendie 28 | XII IPA 6 SMA Negeri 2 Kediri

SEJARAH RUNTUHNYA TEMBOK BERLIN

Tembok Berlin adalah sebuah tembok pembatas terbuat dari beton yang dibangun oleh Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur serta daerah Jerman Timur lainnya sehingga membuat Berlin Barat sebuah enklave. Tembok ini mulai dibangun pada tanggal 13 Agustus 1961. Tembok pembatas ini juga dibarengi dengan pendirian menara penjaga yang dibangun sepanjang tembok ini, juga pendirian sebuah daerah terlarang, yang diisi dengan ranjau anti kendaraan. Para pemerintah Jerman Timur menyatakan bahwa tembok ini dibangun untuk melindungi para warganya dari elemen-elemen fasis yang dapat memicu gerakan-gerakan besar, sehingga mereka dapat membentuk pemerintahan komunis di Jerman Timur. Meski begitu, dalam prakteknya, ternyata tembok ini digunakan untuk mencegah larinya penduduk Berlin Timur ke wilayah Berlin Barat, yang berada dalam wilayah Jerman Barat. Sebelum pembangunan tembok ini, ada sekitar 3,5 juta warga Jerman Timur yang bermigrasi dan membelot ke barat, salah satunya dengan melewati perbatasan Jerman Timur dan Jerman Barat, lalu kemudian mereka pun bisa pergi ke negara Eropa Barat lainnya. Diantara tahun 1961 dan 1969, tembok ini pun mencegah hal itu. Di rentang waktu kira-kira 30 tahun ini, ada sekitar 5.000 orang yang mencoba kabur, dengan estimasi ada 100 sampai 200 orang yang meninggal karena ditembak.

Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin

1

Di tahun 1989, ada perubahan politik radikal di kawasan Blok Timur, yang berhubungan dengan liberalisasi sistem otoritas di Blok Timur dan juga mulai berkurangnya pengaruh Uni Soviet di negara-negara seperti Polandia dan Hungaria. Setelah kerusuhan sipil selama beberapa minggu, pemerintah Jerman Timur mengumumkan tanggal 9 November 1989 bahwa rakyat Jerman Timur boleh pergi ke Jerman Barat dan Berlin Barat. Maka, kerumunan orang Jerman Timur pun menyeberangi dan memanjat tembok itu, diikuti pula dengan warga Jerman Barat di sisi lain untuk merayakan atmosfer kebebasan. Beberapa minggu setelahnya, euforia publik dan pemburu souvenir akhirnya meretakkan bagian-bagian tembok itu. Nantinya, sebagian besar tembok ini dihancurkan oleh pemerintah menggunakan alat berat. Kejatuhan dari Tembok Berlin membuka jalan terbentuknya Reunifikasi Jerman, 3 Oktober 1990. Latar Belakang 1. Jerman Pasca-Perang Dunia II Setelah berakhirnya Perang Dunia II di Eropa, yang tersisa dari bagian barat Perbatasan Oder-Noisse dibagi menjadi 4 wilayah pendudukan (akibat Perjanjian Potsdam), masing-masing wilayah itu dikuasai oleh Amerika Serikat, Britania Raya, Perancis, dan Uni Soviet. Ibukota Berlin, sebagai pusat kontrol, juga dibagi-bagi menjadi 4 wilayah meskipun kota ini sendiri terletak jauh di dalam kekuasaan Soviet. Selama kurang lebih dua tahun, ada perubahan politik diantara Soviet dan anggota sekutu lainnya. Hal ini terjadi karena Soviet menolak setuju untuk rencana rekonstruksi kembali Jerman pasca-perang. Inggris, Perancis, Amerika Serikat, dan negara-negara Beneluks kemudian bertemu untuk menggabungkan kawasan-kawasan non-Soviet menjadi satu kawasan untuk direkonstruksi dan menyetujui perluasan dari Marshall Plan. 2. Blok Timur dan Blokade Berlin Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin mengepalai gabungan beberapa negara yang tergabung dalam Blok Timur, antara lain Polandia, Hungaria, dan Cekoslowakia,termasuk dengan wilayah Jerman yang dikuasai Soviet. Di awal tahun 1945, Stalin mengungkapkan pada pemimpin komunis Jerman untuk menyingkirkan Inggris dari zona okupasinya, ditambah Amerika Serikat yang akan menarik pasukannya dalam satu atau 2 tahun, sehingga kemudian nantinya tidak ada halangan bagi terbentuknya negara komunis Jerman yang bersatu. Tugas utama untuk menjalankan partai komunis di kawasan Soviet adalah menjalankan perintah Soviet ke penguasa-penguasa administratif, yang nanti hasilnya akan terlihat dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan kawasan tersebut. Maka, industri-industri dan banyak properti di Jerman Timur pun segera dinasionalisasi. Jika pernyataan atau keputusan akhir yang dilaporkan tidak sesuai dengan semestinya, maka orang yang menjalankan misi ini bisa dipenjara, disiksa, bahkan dibunuh. Di tahun 1948, karena tidak adanya kesepakatan mengenai rekontruksi ulang dan mata uang baru Jerman, Stalin mengemukakan Blokade Berlin untuk mencegah masuknya makanan, material-material, dan berbagai kebutuhan lainnya ke Berlin Barat. Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan beberapa negara lainnya segera mengirimkan bantuan pangan dan pasokan lainnya ke Berlin yang dinamakan "Pengangkutan Berlin".Soviet kemudian menebarkan kampanye publik yang isinya mengkritisi kebijakan barat. Komunis juga mencoba merusak pemilu 1948, tapi akhirnya mereka mengalami kekalahan,ditambah dengan 300.000 warga Berlin Barat Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin

2

yang memprotes agar bantuan internasional pada mereka tak dihambat. Bulan Mei 1949, Stalin akhirnya membuka blokade tersebut dan memperbolehkan pengangkutan barang-barang dan kebutuhan lainnya ke Berlin Barat. Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) dideklarasikan pada tangga 7 Oktober 1949. Dengan perjanjian rahasia, Menteri Luar Negeri Soviet menyetujui otoritas administratif Jerman Timur, tapi bukan otonomi. Uni Soviet sendiri tetap mempenetrasi dan mengontrol penuh militer, polisi rahasia, dan administratif Jerman Timur. Jerman Timur berbeda dengan Jerman Barat (Republik Federal Jerman), yang berkembang menjadi negara kapitalis dengan budaya Barat dengan sistem ekonomi pasar sosial ("Soziale Marktwirtschaft" dalam bahasa Jerman) dengan pemerintahan demokrasi parlementer. Pertumbuhan ekonomi yang luar biasa pada tahun 1950-an memunculkan "keajaiban ekonomi" ("Wirtschaftswunder"). Dengan ekonomi Jerman Barat yang terus tumbuh dan standar hidupnya semakin baik, banyak warga Jerman Timur yang ingin pindah ke Jerman Barat. 3. Pembangunan Tembok Tembok ini didirikan pada tanggal 13 Agustus 1961 oleh pemerintahan komunis Jerman Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht karena Berlin Barat adalah sebuah 'lubang' di negara mereka. Antara tahun 1949 sampai tahun 1961 sudah lebih dari 2 juta penduduk Jerman Timur melarikan diri lewat Berlin. Hal ini membuat ekonomi Jerman Timur menjadi kedodoran, karena kebanyakan orang-orang yang masih muda yang melarikan diri. Maka secara rahasia dan tiba-tiba tembok ini dibangun. a. Tembok Berlin dan Perang Dingin Tembok Berlin yang mengurung Berlin Barat dan memotong kota ini persis di tengahnya, menjadi simbol Perang Dingin yang paling terkenal. Banyak pembesar barat, terutama presiden Amerika Serikat yang mengunjungi tembok ini untuk mengutuknya. Presiden J.F Kennedy pada tahun 1963 datang dan berpidato di sisi tembok ini dengan kalimatnya yang ternama: "Ich bin ein Berliner." Lalu 20 tahun kemudian, pada tahun 1983 presiden Ronald Reagan juga berpidato di sini dan mengutuk Uni Soviet yang disebutnya An Evil Empire, atau sebuah kerajaan kejahatan. Tetapi pada tahun 1989, pada hari peringatan Republik Demokratis Jerman, atau Jerman Timur, pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev juga sempat mengunjungi Tembok Berlin dan berkata pada pemimpin Jerman Timur Erich Honecker bahwa “Barangsiapa terlambat datang, akan dihukum oleh hidup”. b. Pelarian melalui Tembok Berlin Selama Tembok Berlin berdiri, ada sekitar 5.000 orang yang berhasil melarikan diri. Jumlah orang yang tewas akibat mencoba kabur, sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Menurut Alexandra Hildebrandt, Direktur Museum Pos Pemeriksaan Charlie, diperkirakan jumlah orang yang tewas adalah lebih dari 200 orang. Sebuah kelomok bersejarah di Center for Contemporary Historical Research (ZZF) di Potsdam mengkonfirmasikan Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin

3

bahwa ada 136 jumlah orang tewas. Sebelumnya, yang tercatat resmi adalah 98 orang yang dibunuh. c. Runtuhnya Tembok Berlin Setelah memperbolehkan celah bagi para penduduknya untuk melewati perbatasan di musim panas, Hungaria akhirnya secara efektif menghilangkan pembatas fisik negaranya dengan Austria tanggal 19 Agustus 1989. Di bulan September, lebih dari 13.000 orang Jerman Timur kabur ke Austria melalui Hungaria. Hal ini menyebabkan beberapa rentetan kejadian berikutnya. Orang Hungaria mencegah agar tidak semakin banyak orang Jerman Timur yang menyebrang perbatasan, dan mengembalikan mereka ke Budapest. Orang-orang Jerman Timur ini memenuhi kedutaan Jerman Barat dan menolak untuk kembali ke Jerman Timur. Pemerintah Jerman Timur menanggapi hal ini dengan menutup semua perjalanan ke Hungaria, tapi masih memperbolehkan mereka yang mau kembali ke Jerman Timur. Pada kesempatan kali ini, otoritas Jerman Timur memperbolehkan mereka untuk pergi, asalkan saja nanti kereta yang mereka pakai melewati Jerman Timur. Maka muncullah demonstrasi besar-besaran di Jerman Timur sendiri. (LihatDemonstrasi Senin di Jerman Timur.) Pemimpin Jerman Timur, Erich Honecker, mengundurkan diri tanggal 18 Oktober 1989 dan digantikan oleh Egon Krenz beberapa hari kemudian. Honecker telah memprediksi bahwa tembok itu masih akan bertahan sampai 50 atau 100 tahun lagi, jika kondisi negara itu tidak berubah. Protes demonstrasi pecah di seluruh Jerman Timur bulan September 1989. Pada awalnya, para pemrotes ingin pergi menuju ke barat, sambil meneriakkan "Wir wollen raus!" ("Kami mau pergi!"). Tapi lalu para pemrotes mulai berteriak "Wir bleiben hier", ("Kami akan tetap di sini!"). Maka, ini adalah awal dari apa yang disebut orang Jerman Timur sebagai "Revolusi Damai" di akhir 1989. Para pemrotes semakin besar di awal November. Para pemrotes mencapai puncaknya pada tanggal 4 November, ketika hampir setengah juta orang berkumpul di Demonstrasi Alexanderplatz. (Henslin, 07) Sementara itu, para pengungsi yang meninggalkan Jerman Timur ke Jerman Barat semakin meningkat, dan mereka menemukan jalan baru untuk keluar dari Jerman Timur, yaitu dengan cara melalui Hungaria via Cekoslowakia (atau via Kedutaan Jerman Barat di Prague) yang diizinkan oleh pemerintahan Krenz yang baru, dan dengan persetujuan dengan pemerintah komunis Cekoslowakia. Agar keadaan tidak semakin rumit, akhirnya politbiro yang dipimpin oleh Krenz memperbolehkan para pengungsi untuk keluar langsung melalui pintu perbatasan antara Jerman Timur dan Jerman Barat, termasuk Berlin Barat pada tanggal 9 November 1989. Tanggal ketika tembok ini mulai dihancurkan adalah 9 November 1989, tapi saat itu tembok ini tidak langsung dTihancurkan saat itu juga. Di sore itu dan beberapa minggu setelahnya, orang-orang datang membawa palu godam dan sejenisnya untuk menghacurkan beberapa bagian tembok dan juga menciptakan beberapa lubang perbatasan yang tak resmi. Orang-orang ini Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin

4

disebut sebagai "Mauerspechte" (pelatuk tembok). Rezim Jerman Timur kembali mengumumkan bahwa mereka akan membuka 10 pintu perbatasan baru, termasuk di beberapa tempat bersejarah sepertiPotsdamer Platz, Glienicker Brücke, dan Bernauer Straße. Massa dari 2 sisi menunggu berjam-jam, bersorak-sorai ketika buldoser menghancurkan tembok ini. Pintu perbatasan baru terus dibuka sepanjang tahun 1990, termasuk di Gerbang Brandenburg tanggal 22 Desember 1989.

Penduduk Jerman Barat melihat-lihat di perbatasan dengan Jerman Timur di sebuah tembok yang bolong disertai dengan pengawas dari Jerman Timur. Penduduk Jerman Barat dan Berlin Barat diperbolehkan masuk Jerman Timur tanpa visa mulai 23 Desember 1989. Sampai tanggal itu, mereka hanya diperbolehkan masuk dengan berbagai persyaratan dan diharuskan membuat aplikasi untuk pembuatan visa. Selain itu, mereka diharuskan membayar minimal 25 DM per harinya. Maka, sebenarnya pada tanggal 9 November dan 23 Desember ini, penduduk Jerman Timur lebih bebas daripada Jerman Barat.

Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin

5

Hampir semua bagian tembok ini telah diruntuhkan. Foto Desember 1990. Pemberitaan di televisi tentang banyaknya penduduk yang menghancurkan banyak bagian tembok tanggal 9 November membuat banyak orang di luar negeri berpikir bahwa tembok ini akan dihancurkan secepatnya. Sebenarnya, tembok ini tetap dijagai sampai beberapa hari kemudian, meskipun intensitas penjagaan semakin kecil. Di bulan pertama itu, malahan [[militer Jerman Timur] berusaha untuk memperbaiki kembali tembok yang dihancurkan oleh para "pelatuk tembok". Lalu, seiring berjalannya waktu, tindakan ini dihentikan, dan para penjaga semakin toleran dengan aksi penghancuran tembok dan perginya penduduk melalui tembok yang lubang. Tanggal 13 Januari 1990, tembok ini resmi dihancurkan oleh militer Jerman Timur, dimulai di Bernauer Straße. Penghancuran tembok ini kembali diteruskan setelah Reunifikasi Jerman sampai akhirnya selesai bulan November 1991. Hanya sedikit bagian tembok dan menara tetap dipertahankan, sebagai tempat memorial.

Sedikit sisa Tembok Berlin di Potsdamer Platz, Maret 2009 Jatuhnya Tembok Berlin merupakan awal dari Reunifikasi Jerman, yang ditandatangani tanggal 3 Oktober 1990. 4. Dampak Runtuhnya Tembok Berlin

Runtuhnya Tembok Berlin 23 tahun lalu, yang menandai berakhirnya Perang Dingin dan awal bubarnya Uni Soviet, telah mengubah geopolitik global. Namun, tidak ada benua yang lebih diuntungkan daripada Asia. Kebangkitan dramatis ekonominya sejak 1989 telah berlangsung dengan laju dan skala tanpa bandingan dalam sejarah dunia. Bagi Asia, dampak paling penting dari runtuhnya Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet adalah bergesernya keunggulan kekuatan militer ke keunggulan kekuatan ekonomi dalam tata hubungan internasional. Memang pertumbuhan ekonomi yang cepat juga terjadi selama Revolusi Industri dan pasca-Perang Dunia II. Tapi pertumbuhan ekonomi pasca-Perang Dingin ini telah membawa perubahan global.

Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin

6

Peristiwa menentukan lainnya adalah pembantaian pengunjuk rasa prodemokrasi di Lapangan Tiananmen di Beijing. Jika bukan karena berakhirnya Perang Dingin, negara-negara Barat tidak akan melepaskan Cina dari tanggung jawab pembantaian itu. Tapi Barat mengambil pendekatan yang pragmatis, tidak mengenakan sanksi ekonomi, bahkan membantu Cina terintegrasi ke dalam ekonomi global dan lembaga-lembaga internasional melalui liberalisasi investasi dan perdagangan. Andaikata Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya mengambil pendekatan berupa sanksi ekonomi, seperti yang dilakukannya terhadap Kuba dan Burma, ekonomi Cina tidak bakal berkembang pesat seperti sekarang, sementara negeri itu bakal tetap tertutup dan tidak stabil. Keberhasilan ekonomi Cina yang fenomenal itu--seperti tecermin dalam surplus perdagangannya yang mengalahkan semua negara di dunia, oleh cadangan devisanya yang paling besar di dunia, dan oleh tingkat produksi besi bajanya yang tertinggi di dunia--banyak berutang budi kepada keputusan Barat untuk tidak melanjutkan sanksi ekonomi setelah terjadinya pembantaian di Tiananmen. Setelah mengalahkan Jerman sebagai eksportir terbesar di dunia, Cina sekarang sudah siap mengalahkan Jepang sebagai ekonomi kedua terbesar di dunia. Kebangkitan India sebagai raksasa ekonomi juga terkait dengan perkembangan dunia setelah 1989. India terlibat dalam perdagangan barter yang luas dengan Uni Soviet dan sekutu-sekutu komunisnya di Eropa Timur. Ketika blok negara-negara komunis ini bubar, India terpaksa membayar barangbarang yang diimpornya dengan uang tunai. Akibatnya, cadangan devisa India merosot dengan cepat, yang memicu krisis keuangan yang parah pada 1991 dan pada gilirannya memaksa India melakukan reformasi ekonomi yang radikal yang meletakkan dasar bagi kebangkitan ekonominya. Lebih luas lagi, bangkrutnya Marxisme pada 1989 memungkinkan negaranegara di Asia, termasuk Cina dan India, mengambil kebijakan kapitalis secara terang-terangan. Walaupun kebangkitan ekonomi Cina sudah mulai di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, baru setelah 1989 Partai Komunis Cina dapat dengan terang-terangan meletakkan penciptaan kekayaan di atas ideologi. Contoh yang diberikan Cina ini punya pengaruh yang konstruktif atas partaipartai komunis lainnya yang masih bertahan di Asia dan di negara-negara lainnya di dunia. Secara geopolitik, keberhasilan pasca-1989 ini melintas jauh di luar batas negara-negara Barat. Bangkrutnya Uni Soviet dengan tiba-tiba merupakan berkah strategis bagi negara-negara di Asia, karena ia berarti lenyapnya ancaman dari suatu imperium yang menakutkan dan terbukanya jalan bagi Cina untuk dengan cepat memajukan kepentingannya secara global. Surutnya pengaruh Rusia pasca-1989 berarti kebangkitan bagi Cina. Bagi India, berakhirnya Perang Dingin telah memicu krisis kebijakan luar negeri akibat terputusnya hubungan dengan mitranya yang paling andal, yaitu Uni Soviet. Tapi, seperti dengan krisis keuangan pada 1991, India mampu Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin

7

bangkit dengan kebijakan luar negeri yang baru--kebijakan yang melepaskan diri dari tradisi yang terlalu idealistik dan merangkul realisme dan pragmatisme yang lebih luas. India, pasca-Perang Dingin, mulai membangun kemitraan strategis yang saling menguntungkan dengan pemain-pemain utama di Asia dan bagian-bagian dunia lainnya. "Kemitraan strategis global" dengan Amerika Serikat--suatu ciri khas dekade ini--dimungkinkan oleh pergeseran pemikiran kebijakan India pasca-1989. Sudah tentu, tidak semua perkembangan pasca-1989 itu positif. Misalnya fenomena negara-negara yang mengalami kegagalan telah membawa dampak kepada keamanan negara-negara Asia sebagai akibat langsung dari berakhirnya Perang Dingin. Ketika Perang Dingin sedang hangat-hangatnya, kedua blok yang ada saat itu bersaing menopang negara-negara yang lemah. Tapi, dengan lenyapnya Uni Soviet, Amerika Serikat tidak lagi merasa perlu meneruskan permainan ini. Akibatnya, negara-yang gagal atau yang mengalami disfungsi tiba-tiba muncul pada 1990-an, mengancam keamanan regional dan internasional berupa perompak transnasional (Somalia) atau teroris transnasional (Pakistan dan Afganistan), atau berupa pembangkangan terhadap norma-norma global (Korea Utara dan Iran). Asia lebih banyak menderita dari kebangkitan terorisme internasional ini daripada kawasan-kawasan lainnya di dunia. Lagi pula, dua dekade setelah runtuhnya Tembok Berlin, penyebaran demokrasi telah tersendat. Antara 1988 dan 1990, sementara Perang Dingin mulai berakhir, gelombang protes prodemokrasi melanda negara-negara jauh dari Eropa Timur, menggulingkan diktator-diktator di negara-negara yang berbeda satu sama lain, seperti Indonesia, Korea Selatan, Taiwan, dan Cile. Setelah bubarnya Uni Soviet, bahkan Rusia sendiri muncul sebagai calon kuat reformasi demokrasi. Namun, walaupun digulingkannya rezim-rezim totaliter atau otokratis ini telah menggeser keseimbangan kekuatan global yang menguntungkan kekuatan demokrasi, tidak semua gerakan prodemokrasi berhasil. Dan terjadinya "revolusi warna" di negara-negara seperti Ukraina cuma menambah kekhawatiran di antara rezim-rezim yang masih bertahan, yang mendorong mereka untuk mengambil langkah-langkah melawan upaya demokratisasi yang diilhami dari luar. Terlepas dari mundurnya demokrasi di Rusia, Cina--yang sekarang merupakan otokrasi paling tua di dunia--menunjukkan, ketika otoriterisme sudah mengakar, pasar barang dan jasa bisa menghambat laju pasar gagasan politik. Dua puluh tahun setelah ambruknya komunisme, kapitalisme otoriter telah muncul sebagai penantang utama upaya penyebaran nilai-nilai demokratis di dunia.

Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin

8

Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin

9

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF