Risala h
February 20, 2017 | Author: aistop | Category: N/A
Short Description
Download Risala h...
Description
audara-saudaraku yang seiman dan seagama, semoga Rahmat dan Nikmat Allah Swt senantiasa tercurahkan kepada hati-hati kita yang bening lagi Nyaman, semoga kita didalam mengarungi hidup dan kehidupan ini senantiasa selalu didalam petunjuk-Nya, apa saja yang mengiringi seluruh aktivitas didalam keseharian kita, Insya Allah akan senantiasa bernilai Ibadah. Allah Swt berfirman : “ Tidak kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku “ (QS, Adz- Dzaariyat : 56) Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, Risalah yang akan kami sampaikan ini adalah sebuah risalah yang teramat besar yang menyatakan kepada kita semua tentang apa sesungguhnya yang telah dipertaruhkan oleh Allah Swt atas diri kita ini, yaitu suatu risalah yang menyatakan kesudahan Ilmu orang tahkik, dan tidak akan ada yang diperoleh lebih dari itu, walau Ambiya Allah sekalipun. Pikirkan dan renungkan olehmu baik-baik, karna perkataan yang sedikit ini akan lebih besar kaidahnya bagimu, jika dibandingkan dengan dunia beserta isinya, kerasnya akan melebihi dari kerasnya sebuah batu dan tajamnya akan melebihi dari tajamnya sebilah pedang. Untuk itu berhati-hatilah didalam mempelajari dan memahaminya, simpan baik-baik risalah ini pada amaliahmu sehari-hari. Saudara-saudaraku yang saya kasihi. Risalah ini sengaja kami ketik, kami susun dan kami tata kembali sebagaimana risalah aslinya dengan mengadakan perbaikan dan penyempurnaan dibeberapa bagiannya, ini kami maksudkan agar saudara-saudaraku mendapatkan kemudahan-kemudahan didalam mempelajari dan memahami akan isinya. Dibeberapa bagian dari isi risalah ini, saudaraku nantinya akan banyak dihadapkan dengan pernyataan-pernyataan dan kata-kata yang terasa sangat musykil dan tidak layak kiranya untuk dibicarakan, untuk itu pelajari dan pahamilah baik-baik olehmu supaya kamu mendapat petunjuk
Ingatlah wahai saudaraku : ” Janganlah kamu angkat bicara dan membicarakan risalah kecil ini kepada yang tidak sepaham dan sependapat denganmu,sebab dikhawatirkan nantinya akan bisa menjadi fitnah yang amat besar dikalanganmu sendiri, dan ingatlah pula olehmu, bahwa sesungguh Ilmu Allah itu bukan untuk diperdebatkan karna semakin Ia diperdebatkan, maka semakin jauhlah dirimu dari kebenaran yang sesungguhnya ” Allah Swt berfirman dalam Hadits Qudsy : ” Aku itu ada didalam sangka-sangka hamba-Ku saja ” Pandai-pandailah membawa diri, gunakan waktu dan kesempatan hidup ini dengan sebaik mungkin niscaya Allah Swt akan senantiasa mencurahkan dan melimpahkan Rahmat dan Nikmat-Nya kepada kita semua..... Amin ya Robbal ’alamin.
Balikpapan, 27 Mei 2009 Penyusun dan Pembina
= Adhie Shinantra =
Begitulah kami menyebutkannya didalam Ilmu, sesungguhnya sebutan itu hanya sebatas nama saja atau sebatas keterangan yang menerangkan tentang identitas formal yang menyatakan jati diri yang sesungguhnya, dalam rangka mengekspresikan semua maksud dan tujuan, baik yang tersurat maupun yang tersirat, yang nyata dan yang tersembunyi pada pernyataan dan kenyataan diri kita yang sebenarnya, dengan satu harapan kiranya diri ini dapat meraih dan menggapai hakekat kesempurnaan hidup yang sesungguhnya. Maqom ke-delapan juga bukan suatu maqom yang khusus apalagi istimewa menurut kami, sebab apabila seseorang telah mencapai pemahaman yang tertinggi, maka ia akan dapat merasakan bahwa sesungguhnya bukan maqomnya yang istimewa akan tetapi inti sari dan sari pati dari maqom itulah yang terasa istimewa, sementara maqomnya itu akan lebur dan lenyap dengan sendirinya, kembali kepada arti dan pemaknaan awal saja yaitu hanya sebatas nama dan sebutan saja. Maqom ke-delapan itu, disebut juga “ Maqom perjalanan Syara’ul Hisab “, dengan Nas Qur’annya berbunyi : Huwal Awwalu Man Kholakallahu ta’ala An Nur ”Yang awal sekali Allah ciptakan adalah Nur” Untuk rujukan dari Nas Qur’an tersebut diatas, tentang asal kejadian dari pada Nur, bersumber dari keterangan-keterangan yang ada didalam : • • •
Kitab Hadits Qudsy Bayanullah Kitab Hadits Qudsy Bayanul Insan, dan Kitab Hadits Qudsy Bayanullah Hurubiyyin, yang 3 jilid dan terhimpun didalam “ Kitab Barencong “, kepunyaan Datu sanggul dari tanah Muning, tatakan rantau Kalimantan Selatan.
Ini kami maksudkan, agar kita semua dapat benar-benar menyempurnakan akan asal muasal dari kejadian diri kita, asal muasal kejadian akan Agama Nabi Muhammad Saw (Islam), dan asal muasal kejadian Pengenalan akan diri kita., sebab :
“Barang siapa Ia tidak mengetahui akan asal muasal kejadian dirinya, maka sesungguhnya dipandang tidaklah syah semua amal ibadahnya dan sia-sia saja semua perbuatannya, baik yang telah lalu, waktu sekarang dan waktu yang akan datang “ Maksudnya : Seluruh amal ibadah yang telah ia lakukan itu semuanya akan tergantung sampai kelak suatu masa dirinya itu mampu mengenal akan diri, yaitu diri yang sebenarbenarnya diri, barulah seluruh amal-amal yang tergantung itu bermamfaat baginya. Saudara-saudaraku sekalian. Maqom ini adalah Maqom Khas atau maqom rahasia, yaitu rahasia perjalanan ilmu Haq Allah ta’ala, atau dapat juga kita menyebutnya dengan sebutan maqom perjalanan Baginda Rosulullah Saw, kedudukannya satu tingkat diatas maqomnya orang-orang Laduni yaitu maqom ke-tujuh didalam perjalanan 99. Disebut maqom rahasia perjalanan Ilmu Haq Allah ta’ala, oleh sebab yang dikaji, dibahas dan dibicarakan adalah mengenai risalah yang Haq. Apa sesungguhnya yang telah dipertaruhkan oleh Allah Swt atas diri kita ini.....?, siapa sesungguhnya Allah itu.......?, dan siapa sebenarnya kenyataan diri kita ini......?. Allah Swt telah berfirman : ” Aku ciptakan manusia itu dalam bentuk yang paling sempurna lagi mulia, namun apabila ia ingkar kepada-Ku, maka akan Aku lemparkan kamu pada tempat yang paling hina, bahkan amat hina dari pada yang hina ” Maksudnya : Kesempurnaan dan kemuliaan itu menurut pandangan Allah Swt, baru akan kita peroleh apabila kita ini mampu untuk mengadakan pengenalan terhadap diri kita sendiri, siapa sesungguhnya diri yang sebenarnya, yaitu diri yang sebenar-benarnya diri yang hidup dan tidak akan pernah mati, namun sebaliknya kita akan dipandang hina sehina-hinanya dalam pandangan Allah Swt, apabila sepanjang usia kita hidup didunia ini buta terhadap diri kita sendiri, itulah keingkaran dan kelalaian yang nyata atas diri kita sesungguhnya, Nauzu billahi minzalik.Betapa celaka dan ruginya kita, jika kita mempunyai satu keyaqinan namun kenyataannya keyaqinan kita itu salah dan keliru. Menganggap Tuhan apa yang sesungguhnya bukan Tuhan, menganggap Nabi apa yang sebenarnya bukan Nabi, begitu pula dengan Rosul, Al-Qur’an dan Hari Akhirat,
Berani berikrar dan angkat saksi : ” Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Aku bersaksi pula bahwa Muhammad itu adalah benar utusan Allah ” Sementara kenyataannya, apa yang kita ikrar dan kita persaksikan itu bagi kita kabur dan samar-samar, jika ini yang terjadi atas diri kita, maka kitalah sesungguhnya orang yang ingkar dan lalai itu, dan sangat wajar sekali jika keislaman dan keimanan kita itu layak diragukan dan dipertanyakan..... Silahkan saudaraku renungkan kembali. Kemudian dikatakan Maqom perjalanan Baginda Rosulullah Saw, oleh karna kita meyaqini sepenuh hati, bahwa Agama yang dibawa oleh Rosulullah Saw itu benar dan lurus, yaitu Islam (keselamatan atau Fitrah/Suci). Allah Swt berfirman : ” Sesungguhnya Agama yang syah pada pandangan Allah, ialah Islam ” ( QS, Ali Imran : 19 ) ” Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan diakhirat (mereka) termasuk orang-orang yang rugi ” ( QS, Ali Imran : 85 ) Jika demikian kenyataannya, maka jelaslah sudah bahwa maqom ini adalah maqom yang terakhir dan tidak akan ada maqom lagi diatasnya, sebab kejahiran Rosulullah Saw itu kemuka bumi atau alam dunia ini menegaskan kepada kita bahwa beliaulah Nabi dan Rosul yang akhir, penutup dari semua Nabi dan Rosul yang sudah ada, bahkan yang lebih istimewa adalah kejahiran atau kehadirannya dimuka bumi ini sebagai Rahmat bagi semesta alam. Allah Swt berfirman : ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Qiyamat dan ia banyak menyebut (nama) Allah ” ( QS, Al- Ahzab : 21 ) Adapun pokok-pokok risalah yang akan dikaji atau dibahas untuk sampai pada pengenalan diri yang sebenarnya, yaitu : • • •
Mengenal asal muasal diri Mengenal diri yang sebenar-benarnya diri, dan Mematikan diri.
Ketiga hal tersebut itu merupakan komponen utama yang harus dilalui secara bertahap dan berurutan, Ketiga-tiganya itu adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan didalam rangka mengadakan pengenalan akan diri, yaitu diri yang sebenar-benarnya diri. Bagaimana mungkin kita dapat mengenal akan diri, jika kita tidak tau akan asal muasal kejadiannya, begitu pula selanjutnya, bagaimana mungkin kita mampu mengenal akan diri jika kita sendiri tidak mati, yaitu mati secara ma’nawiyah bukan mati hissiyah, kembali kami memulangkan kepada saudaraku sekalian, silahkan renungkan baik-baik...
.
Mengenai arti dan ma’na logo/lambang
” Air Setitik ” juga tidak terlalu spesifik,
hanya sebatas isyarat dan perlambang saja yang menerangkan tentang tingkat emosional seseorang didalam mengadakan perjalanan batiniyah, akan tetapi logo/lambang itu dapat atau syah-syah saja jika dijadikan patokan atau pedoman didalam mengadakan pengembaraan ilmu, mengarungi samudra rahasia guna mencapai derajat tertinggi dimata Allah Swt, yaitu merasakan manisnya buah Ma’rifat yang akan membawa dirinya untuk menggapai dan meraih Hakekat Kesempurnaan hidup yang sesungguhnya. Mari kita lihat dan perhatikan pada logo/lambang yang ada : Pada logo/lambang tertulis kata : • • •
Maqom Angka delapan (8), dan Huruf Alif.
Kata Maqom, artinya suatu kedudukan atau tingkat ilmu tertentu didalam mengadakan suatu perjalanan batin yang panjang dan melelahkan, sedangkan Angka delapan (8) menerangkan akan kedudukannya, tempat dan martabatnya, yaitu pada tingkat dan kedudukan yang ke delapan, sebagai mana yang telah kami jelaskan diatas (Profil maqom kedelapan). Didalam pengembaraannya, maqom kedelapan menghimpun semua perjalanan yang ada, dari perjalanan yang berada ditingkat paling bawah, yaitu tingkat awam atau Syareat, hingga sampai pada tingkat yang tertinggi, yaitu Ma’rifat kemudian menyatukannya kedalam satu Ujud yang jika kita lihat didalam logo/ gambar itu disandikan dengan huruf Alif (berdiri tegak dan tunggal). •
Berdiri tegak dengan ujung-ujungnya mengarah keatas dan kebawah, keatas menguasai 7 petala langit atau bisa juga dibilang kutub positif atau kutub utara, mengadakan sebuah nama, yaitu nama Awal-Awal Nur Muhammad. Dan kebawah menguasai 7 petala bumi atau bisa juga diartikan kutub negatif atau kutub selatan, mengadakan sebuah nama, yaitu nama Awal-Awal Ummat.
•
Tunggal, artinya tidak berbilang-bilang (Esa), jika pada kenyataannya berbilangbilang maka itu oleh sebab yang tunggal itu menyifatkan diri sehingga terlihat banyak atau berbilang-bilang namun pada hakekatnya sesungguhnya Ia satu jua adanya.
” Pandang olehmu yang banyak itu kepada yang satu, dan pandang pula olehmu yang satu itu kepada yang banyak, maka pandanganmakan berhenti pada memandang yang satu kepada yang satu jua adanya ” Gambar selanjutnya, yaitu : • • •
Dua buah telapak kaki, melambangkan sebuah perjalanan Posisi sejajar, melambangkan keseimbangan, yaitu keseimbangan antara jahir dan batin, manusia dan alam, kebaikan (Haq) dan keburukan (Bathil), dunia dan akhirat. Menghadap keatas, melambangkan tujuan yang paling tinggi, agung lagi mulia, yaitu Allah Swt, dengan jalan pengenalan akan diri sendiri, yaitu diri yang sebenar-benarnya diri (jati diri sejati)
. ” Kenalilah dirimu, niscaya kamu akan kenal dengan tuhanmu, kenal akan tuhanmu maka binasalah jasadmu (kamu akan mati/mati dalam ma’nawiyah bukan mati dalam hissiyah) oleh sebab pengenalanmu itu, maka dengan keyaqinan penuh dan keimanan yang sempurna, maka Allah Swt akan tampak dan nyata dalam pandangan Basyariahmu ” •
Warna putih, melambangkan kesucian atau kebersihan, Allah Swt itu suci dan dia menyukai sesuatu yang suci dan bersih, oleh karnanya, maka hanya jiwa-jiwa yang bersih dan suci sajalah yang akan beroleh Rahmat dan Nikmat dari-Nya.
Gambar tetesan Air, adalah sebagai perlambang bahwa sesungguhnya asal muasal kejadian Insan/manusia itu adalah dari setetes air (Nutfah) Allah Swt berfirman : ” Man Kholakal Insanu Min Thin / Man Kholakal Insanu Min Nudfhatin ” ” Manusia berasal dari tanah, tanah berasal dari air, air berasal dari Nur (Nur Muhammad), maka jadilah ia Air Nur Zat Allah “.
Allah Swt juga berfirman didalam Al-Qur’an : ” Hendaknya kamu memikirkan akan asal kejadian dirimu ” ” Sesungguhnya diri anak Adam itu adalah dosa yang besar, terkecuali ia mengetahuinya ” Perhatikan dan coba bandingkan antara proses kejadian nabi Adam As dengan proses kejadian anak cucu Adam ( Insan ). Proses penciptaan nabi Adam As : • • • • • • •
Tanah asal Tanah dan Zat Air Tanah dan Hawa (Angin) Tanah dan Zat Panas (Api) Bagan (bentuk) Bentuk sempurna Jiwa.
Proses penciptaan anak cucu Adam ( Insan ) : • • • • • • •
Rangkaian Tanah asal Air mani laki-laki Pencampuran Sperma Segumpal darah Tulang belulang Daging pembungkus Ruh.
Pepatah bijak mengatakan : ” Ilmu Manusia itu laksana setetes Air ditengah lautan yang luas jika dibandingkan dengan Ilmu Allah ” Tapi coba kita merenung dengan baik, betulkah atau mungkinkah akan tercipta sebuah lautan yang maha luas itu, jika tidak diawali dengan setetes Air. Silahkan saudaraku mengunjungi Web Site kami di Http://airsetitik.tk.
Kemudian perlambang Warna yang ada pada logo/lambang : • • •
Warna Kuning, melambangkan kemuliaan Warna Biru, melambangkan kedamaian Warna Putih sebagai dasarnya, melambangkan kebersihan dan kesucian.
Warna-warna tersebut diatas mengisyaratkan kepada kita bahwa : Untuk dapat memperoleh kemuliaan dan kedamaian itu seseorang harus tetap berada pada rel atau jalur yang suci lagi bersih, karna hanya hati-hati yang suci lagi bersihlah yang dapat menyingkap dan menghalau tabir hijab yang membentengi diri seseorang terhadap kebenaran yang Haq. Allah Swt berfirman : ” Beruntunglah mereka yang membersihkan dan mensucikan dirinya, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang mengotorinya ” Jika yang Haq itu sudah benar-benar tampak dalam pandangan Basyariahmu, maka kebahagiaan dan kemuliaan itu berlaku atas dirimu. Mulia dimata Allah Swt, oleh sebab dirinya senantiasa beroleh limpahan rahmat dan kurnia dari-Nya, didunia maupun diakhirat, dan kedamaianpun akan senantiasa menyertainya, kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi apapun. Dalam keadaan yang demikian itu maka apa saja yang kita dengar, kita lihat dan kita rasakan serta apa saja gerak tubuh tingkah laku baik yang tersembunyi maupun yang nyata semuanya selalu dan senantiasa bernilai ibadah, tidak satupun yang sia-sia, sebagai mana yang telah difirmankan oleh Allah Swt didalam Al-Qur’an : ” Tidak Ku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku ” ( QS, Adz Dzaariyat : 56 ) Demikian ”Profil Maqom ke-Delapan” yang mungkin dapat dan layak untuk kami ungkap kepermukaan sebagai awal pembuka Risalah ini, semoga bermamfaat bagi kita semua sehingga Allah Swt dengan Qudrat dan Iradat-Nya senantiasa memberi kemurahan dan kemudahan-Nya kepada kita sekalian.....Amin ya Robbal ’alamin.
B
ermula Agama itu ialah ” Awalluddin Ma’rifatullah ” Artinya : Awal agama itu ialah dengan mengenal Allah, yaitu mengetahui akan Sir Allah yang ada atas dirimu, oleh sebab Sir Allah yang ada pada dirimu itulah maka kamu tercipta dalam bentuk yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Namun jika Sir Allah yang ada pada dirimu itu tidaklah kamu ketahui, maka dirimu dikatakan belum beragama, dengan demikian maka seluruh Aktivitas ibadahnu baik yang dulu, sekarang maupun yang akan datang tetap dipandang tidak syah dan sia-sia saja. Rosulullah Saw bersabda : ” Diri anak Adam itu adalah dosa yang besar, terkecuali ia mengetahuinya ” ”Barang siapa menyembah Allah, dan ia tidak mengetahui dengan yang empunya nama Allah itu, maka dihukumkanlah bagi mereka itu seperti hanya menyembah nama saja, bukan menyembah si empunya nama ” ”Barang siapa menyembah nama, tiada ia mengetahui dengan yang empunya nama, maka orang itu kafir lagi jahil dan barang siapa menyembah-nyembah nama Allah tapi ia tidak tau dengan yang empunya nama Allah itu, maka ia dihukumkan batal perkataan, yaitu sia-sia saja ”. Ketahuilah olehmu wahai saudaraku sekalian...! Setiap Firman Allah itu pasti mengandung 2 penafsiran, yaitu : • •
Penafsiran secara jahiriyah (tafsir jahir), dan Penafsiran secarta batiniyah (tafsir batin)
Sebagian Ulama mengatakan, bahwa : Tafsir batin itu pasti akan menyalahi akan kaida-kaidah umum secara jahir, dan bila kita akan masuk pada tafsir batin, maka tinggalkan olehmu akan kaidah-kaidah jahir atau tinggalkan olehmu itu tentang pendapat-pendapat umum. Didalam Islam sendiri ada 3 tingkatan, yaitu : • • •
Awam Khawas, dan Khawasul khawas
Mustakhil orang awam bisa masuk dan memahami akan Khawas apa lagi Khawasul khawas, begitu pula orang khawas, mustakhil bisa masuk dan memahami akan khawasul khawas, karna pada setiap tingkatan itu sendiri pada kenyataannya sangat jauh berbeda. Apa yang dicari oleh orang-orang yang Arifbillah itu pastilah akan menyalahi dari kebanyakan orang, maka tidak mengherankan jika orang-orang yang masuk kebatin itu jumlahnya tidak sebanyak seperti secara jahir. Orang yang sudah kenal kepada Allah, maka bicaranya bukan pada lidahnya, bukan pada hatinya, bukan pada ruhnya, juga bukan pada sir, akan tetapi tidak akan adalagi yang akan dibicarakan tentang hamba itu, karna sesungguhnya hamba itu sendiri tidak ada. Berbeda dengan orang-orang jahir dilisan saja dan belum masuk kedalam hati, kalau pembicaraan itu hanya sebatas lisan saja, maka pembicaraan itu tidak akan pernah memberi bekas, minimal pembicaraan itu bersumber dari hati, sehingga pembicaraan itu akan membekas dan mamfaat, tapi kalau pembicaraannya itu sebatas lisan saja maka seluruhnya tiada yang dapat memberi mamfaat baginya.
Bermula
yang sebenar-benarnya Asal kejadian dari pada Nur Muhammad itu berlangsung didalam kosong (kekosongan), yaitu kosong tiada siapa-siapa, pada waktu itu tuhan pun belum lagi bernama Allah, belum ada Arsy, belum ada kursy, belum ada langit, belum ada bumi, belum ada Syurga, belum ada Neraka dan belum ada firman semuanya kosong, hening dan hampa. Ketika itu tuhan yang belum bernama Allah itu menjahirkan yang pertama kali dengan Ilmu, Qudrat dan Iradat-Nya, adalah Nur (Nur Muhammad) dari pada Nur Zat-Nya. Penjahiran Nur Muhammad ketika itu berlangsung didalam Alam yang bernama Alam Satiyaril Gaib ( Satiyaul Buhti ). Keterangan : Ketika itu dijahirkanlah Nur Muhammad itu dari pada Nur Zat-Nya, didalam Alam dan dihari yang Gaib (Alam hari Zat Zatul Buhti), jadi ketika Nur Muhammad itu dijahirkan bukan dialam dunia ini, akan tetapi disuatu alam yang dialam itu nama Zat Wajibal Wujud pun belum ada. ( Nurul Bahtinul lati namanya ). Setelah itu Nur Muhammad diturunkan lagi dialam Sir Zat Ilbugti, yaitu Alam rahasia yang ada dibagian diri tuhan yang belum bernama Allah, dan awal namanyapun masih tersembunyi, setelah itu Nur Muhammad diturunkan lagi kealam Ilmu (Alam Pengetahuan), baru setelah itu Nur Muhammad diturunkan kealam Dunia. Kala itu tajallilah Nur Muhammad, saat tajalli Nur Muhammad itu, Ia pun tidak melihat siapa-siapa melainkan dirinya sendiri saja, dan ketika itulah Nur Muhammad berkata : Asyhadu Anla Ilaha Ilallah ” Tiada yang ada hanya Aku ” ( Inilah Syahadat Nur Muhammad ketika dialam Zatul Buhti ) Berkata Nur Muhammad itu dengan lantang tanpa keraguan ” Akulah Tuhan ” Mengapa demikian : Karna memang saat itu Ia tidak melihat siapa-siapa yang ada melainkan hanya dirinya saja yang ada,
Namun dikekosongan, keheningan dan kehampaan selain dari pada Nur Muhammad itu sendiri, terdengarlah suara sayup-sayup yang memecah keheningan dan kehampaan itu sebuah kalimah jawaban atas ucapan Nur Muhammad tadi, yaitu : Asyhadu Anna Muhammaddar Rosulullah ” Ya Nur Muhammad, diri engkau itu kujadikan dari pada Nur Zat-Ku, kelak sekalian alam ini akan jadi dari pada engkau wahai Nur Muhammad kekasih-Ku ” ( Inilah Syahadat Zat Wujudul Ujud dan inilah asal kejadian dari pada Syahadat seperti yang kita ketahui sekarang ini ). Betapa terkejut dan tersentaknya Nur Muhammad kala itu, ketika Ia mendengar perkataan Zat, Ia pun berkata, bahwasannya ternyata ada yang lebih dulu dari pada diriku, Seraya bermunajat Ia kepada Zat Allah ta’ala dengan mengangkat zikir awal, (zikir awal Nur Muhammad) dan salawat awal (salawat awal Nur Muhammad) sebagai permintaan do’a Ia kepada Zat Allah ta’ala. La Ilaha Ilallah Muhammadur Rosulullah ” Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, hai Tuhanku bahwasannya diri-Ku ini dari pada Ujud diri-Mu ” (Inilah asalnya kejadian Zikir) Nurul Haqullqh Air La Ilaha Ilallah ” Tiada yang disembah melainkan Allah, Hai Tuhanku bahwasannya diri-Ku ini daripada Air Nuktah cahaya diri-Mu ” La Ilaha Ilallah Muhammaddun Astagfirullah ” Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah hai Tuhanku, Bahwasannya Aku minta ampun, bertaubat Aku kepada engkau yang telah engkau terima ” lalu Ia mengucap : Astagfirullah Hal Azim, Al Laji La Ilaha Illa Hual Hayyul Qayyumu Wa Atubu Ilaihi (Inilah asal kejadian Taubat) Kun Sholli Ala Muhammad ” Jadilah....., maka jadilah hai Tuhanku, engkau jadikan diri-Ku sebagaimana yang telah engkau kehendaki, maka jadilah atas diri-Ku ” (Inilah asalnya kejadian Salawat)
Kemudian Zat Allah ta’ala berkata kepada Nur Muhammad :
.
•
Ketahuilah olehmu hai Nur, bahwasannya Aku jadikan Zat-Ku menjadi Nyawa kepadamu,
•
Aku jadikan Sifat-Ku itu menjadi Tubuh kepadamu, Aku jadikan Asma-Ku itu menjadi Nama kepadamu dan Aku jadikan Af’al-Ku itu menjadi Kelakuan kepadamu.
•
Ya Nur Muhammad, asal kejadian dirimu itu dari pada Zat-Ku dan asal kejadian dirimu itu akan menjadikan seluruh umatmu
•
Ya Nur Muhammad, Aku berpesan kepadamu, bahwasannya jadikanlah Nyawamu itu menjadi rahasia kepada umatmu, jadikanlah Tubuhmu itu menjadi Ruh kepada umatmu dan jadikanlah Kelakuanmu itu menjadi Hati kepada umatmu, apabila Aku memuliakan atas dirimu maka itu sama juga Aku memuliakan atas umatmu.
•
Ya Nur Muhammad, Aku wajibkan atas umatmu itu untuk mengenal ia akan asal kejadian dirinya dan Aku wajibkan pula atas umatmu itu agar ia mengenal akan Agama-Ku dan Aku wajibkan pula atas umatmu itu untuk mengenal akan dirinya dengan sungguh-sungguh (dengan sebaik-baiknya pengenalan)
•
Ya Nur Muhammad, titikkan air nuktahmu itu untuk menjadikan malaikat yang empat, Titikan yang pertama itu bernama Nur Mada, titikan yang kedua itu bernama Nur Madi, titikan ketiga itu bernama Nur Mani dan titikan yang terakhir atau yang ke empat itu bernama Nur Manikam, apabila engkau berucap Iya Kun jadi Jibril, maka jadilah Ia Jibril, apabila engkau berucap Iya Kun Fayakun jadilah Mikail, maka jadilah Ia Mikail, apabila engkau berucap Iya Kun Fayakun jadilah Isrofil, maka jadilah Ia Isrofil dan apabila engkau berucap Iya Kun Fayakun jadilah Izrail, maka jadilah Ia Izrail.
•
Ya Nur Muhammad, perintahkanlah olehmu Malaikat Jibril agar dari anasirnya itu akan menjadikan bumi (Tanah), perintahkan kepada malaikat Mikail agar dari anasirnya itu akan menjadikan Air, Perintahkan olehmu malaikat Isrofil agar dari anasirnya itu akan menjadikan Angin dan perintahkan pula olehmu malaikat Izrail agar dari anasirnya itu menjadikan Api, selanjutnya perintahkan olehmu wahai Nur Muhammad kepada Jibril, agar ia mengambil Tanah dialam Akbar untuk Ku jadikan lembaga Adam, perintahkan pula olehmu hai Nur kepada Mikail, agar ia mengambil Air dialam Mualak untuk kujadikan lembaga Adam,
perintahkan pula olehmu hai Nur kepada Israfil, agar ia mengambil Angin dialam Izzati untuk kujadikan lembaga Adam, dan perintahkan pula olehmu hai Nur kepada Izrail, agar ia mengambil Api dialam Amarah untuk kujadikan lembaga Adam. •
Ya Nur Muhammad, Aku gaibkan diri-Ku dengan kehendak-Ku dan setelah itu akan Aku gaibkan engkau hai Nur Muhammad, maka gaiblah engkau kealam Sir, Alam Ruh, Alam, Nur baru setelah itu Aku jadikan Dunia ini akan tetapi masih dalam keadaan kosong dan belum ada isinya.
Selanjutnya tajallilah huruf 4 yang awal, yaitu : • • • •
Huruf Alif ( ) ا Huruf Mim ( ) م Huruf Nun ( ) ن, dan Huruf Tha ( ) ت
Untuk kemudian : •
Dari huruf Alif ( ) اitu akan menjadikan titik-titik yang jumlahnya 9999 titik, dari yang 9999 titik itu kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini hanya 99 titik saja, sisanya 9900 titik tertinggal dialam baqa dan hanya milik Allah semata. Dari yang 99 titik itulah yang akan menjadikan perjalanan 99 (Perjalanan Syara’ul Asgah), dengan Nas Qur’annya berbunyi : Man Khalaqal Insanu Min Thin, atau Man Kholaqal Insanu Min Nutfatin ” Sesungguhnya Insan itu berasal dari pada tanah atau sesungguhnya Insan itu berasal dari Nuktah ( setetes air ) ” Adapun Maqom tertinggi didalam perjalanan 99 ini, adalah Maqom ke tujuh (7), yaitu Maqom Laduni, yang jika mau disebutkan kaumnya, maka inilah kaum Mupassirin
•
Dari huruf Mim ( ) مitu akan mengadakan titik-titik yang jumlahnya 8888 titik, dari yang 8888 titik itu kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini hanya 88 titik saja, sisanya 8800 titik tertinggal dialam baqa dan hanya milik Allah semata. Dari yang 88 titik itulah yang akan menjadikan Perjalanan Syara’ul Hisab, dengan Nas Qur’annya berbunyi :
Huwal Awwalu Man Kholaqallahu ta’ala An- Nur ” Yang pertama kali dijadikan oleh Allah ta’ala itu adalah Nur ” Inilah Maqom kedelapan (8) atau Maqom Khas atau Maqom Rahasia, yaitu Maqom Rahasia Perjalanan Ilmu Haq Allah ta’ala, atau Maqom Perjalanan Baginda Rosulullah Saw, dan jika mau disebutkan kaumnya, maka inilah kaum Mudj’tahidin. •
Dari huruf Nun ( ) نitu akan mengadakan titik-titik yang jumlahnya 7777 titik, dari yang 7777 titik itu kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini hanya 77 titik saja, sisanya 7700 titik tertinggal dialam baqa dan hanya milik Allah semata. Dari yang 77 titik itu, pada kenyataan hanya 73 titik saja yang kebanyakan diketahui oleh orang, inilah yang akan menjadikan I’tiqat yang 73 itu, yang kita kenal dan kita ketahui, selanjutnya masih ada 4 titik lagi dari 77 titik itu yang tertinggal, kemana yang 4 titik sisanya itu ...?, jawabnya 4 titik sisanya itu jatuh pada Zikir 4, yaitu :
• • • •
Taubat Syahadat Zikir, dan Takbir
Yang pada Maqom kedelapan (8), dijadikan Istinja Jahir dan Istinja Batin. •
Dari huruf Tha ( ) تitu akan mengadakan titik-titik yang jumlahnya 6666 titik, dari yang 6666 titik itu kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini hanya 66 titik saja, sisanya 6600 titik tertinggal dialam baqa dan hanya milik Allah semata. Dari yang 66 titik itu, pada kenyataannya hangya 63 titik saja yang kebanyakan diketahui oleh orang, inilah yang akan menjadikan Kaidul Iman yang 63 itu, yang kita kenal dan kita ketahui, selanjutnya masih ada 3 titik lagi dari 66 titik itu yang tertinggal, kemana yang 3 titik sisanya itu....?, jawabnya 3 titik sisanya itu jatuh pada Huruf 3, yaitu : A, I dan U, yang isinya Sbb : 1. Huruf A ( ) َا: Aku Asal dari pada Allah ta’ala. 2. Huruf I ( ) ِا: Aku (I) karna Allah ta’ala 3. Huruf U ( ) ُا: Aku ujud Allah ta’ala yang (I) tiada mati
Yang pada Maqom kedelapan (8), dijadikan untuk mendudukkan diri, yaitu diri yang sebenar-benarnya diri : A,I,U:
Aku (I) ujud Allah ta’ala yang (I) tiada mati.
Keterangan : • • • • • •
Tubuh Ilmu (I) Tubuh Ilmu (I) Tubuh Ilmu (I) Tubuh Ilmu (I) Haq Manusia Haq Rosulullah
= = = = = =
Wujud Allah ta’ala Haq Allah ta’ala Diri yang sebenar-benarnya diri kita Rahasia. Hidup Rasa
Allah ta’ala berfirman : Bikanu Makanu Wabiyakunu Mayakunu ” Sebelum terjadi bumi dan langit, Arsy dan Kursy sudah sedia- Nya- Aku ” Kemudian tajallilah Allah ta’ala pada ” Gaibul Mutallaq ”, disini Allah ta’ala membawa : • Zat • Sifat • Asma, dan • Af’al. Selanjutnya tajalli lagi Allah ta’ala pada ” Gaibul Hawiyah ”, dengan membawa : • • • •
Huruf Alif ( ) ا Huruf Lam Awal ( ) ل Huruf Lam Akhir ( ) ل, dan Huruf Ha ( ٥
Setelah itu Allah ta’ala mengadakan ” Sifat Nur ”, dan juga mengadakan dua (2) nama, yaitu : ” Kun Sa ” dan ” Kun Zat ”.
•
Kun Sa adalah titik dari Nur Muhammad yang berada diatas Arsy, yang meliputi 7 petala langit, dan mengadakan nama, yaitu Nama Awal-Awal Nur Muhammad (Z Z H), yaitu Nama dari Ibu Bapak sekalian Amal dan Pahala.
•
Kun Zat adalah titik dari Nur Muhammad yang berada dibawah Arsy, yang meliputi 7 petala bumi, dan mengadakan nama, yaitu Nama Awal-Awal Ummat ( ANTH ), yaitu Sulbi Ifra’it.
Baru setelah itu : • • • •
Zat maujud kepada huruf Alif ( ) ا Sifat maujud kepada huruf Lam Awal ( ) ل Asma maujud kepada huruf Lam Akhir ( ) ل, dan Af’al maujud kepada huruf Ha ( ) ھ.
Allah ta’ala berfirman : • • • •
Hai Nur, engkau yang menunjukkan Aku, Aku yang engkau tunjukan Hai Nur, engkaulah ganti diri-Ku Hai Nur, engkaulah yang bernama Allah Hai Nur, semesta sekalian alam ini terjadi dari pada Nurmu dengan serta-Ku jua.
Kemudian tajallilah Nur sembari mengata ”AK” lalu bersuaralah Nur : •
Ya Allah, ya tuhanku, ya saidi, ya maulana, bagaimana aku menunjukkan tuihanku.....?
•
Ya Allah, ya tuhanku, ya saidi, ya maulana, bagaimana aku menggantikan tuhanku....?
•
Ya Allah, ya tuhanku, ya saidi, ya maulana, kenapa aku yang bernama Allah...?
•
Ya Allah, ya tuhanku, ya saidi, ya maulana, bagaimana aku mengadakan semesta sekalian alam ini dengan nurku dan serta-Mu jua.
Lalu Allah ta’ala berkata ; An- Nurril Mausufi Bittakadduni Wal Awaliyah Arti dan maksudnya
“ Hai Nur, Aku sudah laitsya pada dirimu, jangan kau cari lagi Aku, karna Aku tiada bertempat “
Aku tidak dibulu, Aku tidak dikulit, Aku tidak didaging, Aku tidak didarah, Aku tidak diurat, Aku tidak ditulang, Aku tidak diotak dan Aku tidak disumsum, hanya batin pada rahasiamu, berkata-kata engkau itu, Aku. Berkata Allah ta’ala selanjutnua : Barang siapa ummatmu, menda’wakan Aku : zahir pada hatinya, bahwa yang berkata-kata itu, Aku maka Kafir Munafiq-lah ia, dan barang siapa ummatmu, menda’wa Aku : zahir pada lidahnya yang berkata-kata itu, Aku maka Kafir Zindik-lah ia
B
ermula asal muasal kejadian akan diri itu 2 perkara, yaitu :
• •
Asal muasal kejadian Hamba, dan Asal muasal kejadian Insan.
Jika kita berbicara mengenai asal muasal hamba, maka prosesnya agak sedikit berbeda dengan asal muasal Insan. Berkaitan dengan kapasitasnya selaku hamba (Insan yang awal / Nabi Adam As), maka tentu anasirnya akan berbeda dengan hamba (Insan yang kedua / Manusia). Adapun Anasir dari pada Insan yang awal / Nabi Adam As, yaitu meliputi : • • • •
Tanah Air Angin, dan Api
Ketika Allah ta’ala menjadikan lembaga Adam, Allah ta’ala berseru kepada Nur Muhammad untuk memerintahkan kepada malaikat yang empat untuk mengambil tanah, air, angin dan api guna untuk bahan baku bagi lembaga Adam. Adapun proses penciptaannya adalah Sbb : • • • • •
Thuraq Thin Hama Fakhar Shalsa
= = = = =
Tanah asal Tanah dan zat air Tanah dan zat hawa (angin) Tanah dan zat panas (api) Bagan (bentuk)
• •
Akhsanu taqwin Ruh
= Bentuk sempurna, dan = Jiwa.
Allah ta’ala didalam mencipta cukup hanya satu kali saja hingga dunia ini Qiyamat untuk selanjutnya hasil ciptaannya itulah yang berkembang dengan sendirinya menjadi berkaum-kaum, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, namun pada hakekatnya satu saja. Adapun jika kita menyimak tentang penciptaan dari anak cucu Adam (manusia / Insan), disitu juga kita jumpai 4 anasir namun jenisnya saja yang berbeda akan tetapi pada hakekatnya sama jua .Keempat anasir itu, ialah : • • • •
Nur Mada Nur Madi Nur Mani, dan Nur Manikam.
Dari keempat anasir kejadian anak cucu Adam (manusia / Insan) itu, hanya Nur manikam-lah yang berlanjut hingga menjadi seorang anak manusia, keturunan Nabi Adam As atau disebut anak cucu Adam. Tidaklah Ia bernama Manikam apabila Nur Manikam itu tidak jatuh pada rahim seorang perempuan, mata rantainya hanya terputus sampai pada Nur Mani saja. Manikam itulah ”Hidayatul Amanah” dari Allah ta’ala, istananya ada pada otak lakilaki dan tidak diotak perempuan, inilah yang membedakan antara laki-laki dengan perempuan, oleh sebab perempuan tidak memiliki manikam. Lihat dan perhatikan singgasana kedudukan Manikam didalam otak laki-laki seperti dibawah ini, betapa maha sempurnanya Allah ta’ala didalam mencipta dan menempatkan amanahnya itu, senantiasa tertutup dan tersembunyi dengan liputan lapisan-lapisan sebagai benteng rusaknya Amanah itu. Didalam otak itu ada lemak, didalam lemak itu ada minyak, didalam minyak itu ada Nur, didalam Nur itu ada Nur aqli, didalam Nur aqli itu ada hijabun Nur baru kemudi Manikam
1
2 3 4
5
6
7
Keterangan Nomor pada gambar, adalah Sbb : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Otak Lemak Minyak Nur Nur Aqly Hijabun Nur, dan Manikam
Masa Manikam itu 40 hari, dengan perhitungan Sbb : • • • • • • •
7 hari pertama Manikam itu berada diistananya, yaitu didalam otak laki-laki 7 hari kemudian Manikam itu turun pada tulang belakang dan bertahan pada punggung 7 hari selanjutnya Manikam berpindah pada tulang dada 7 hari selanjutnya Manikam turun lagi kepusat 7 hari kemudian Manikam turun pada sulbi, dan 5 hari kemudian Manikam berpindah pada kalam / zakar, untuk selanjutnya jatuh kepada rahim seorang perempuan yang bernama tar’ib untuk dikandung selama 9 bulan 9 hari lamanya.
Manikam akan bernama mada, apabila ia sampai pada awal kalam, dan bernama madi apabila ia sampai pada tengah kalam dan bernama mani apabila ia berada diujung kalam,
ketika ia jatuh pada rahim perempuan baru namanya Manikam, maka jadilah ia Nur Muhammad / Roh Idhofi tau syahadat. Tatkala manikam itu 40 hari umurnya berada didalam taraib, maka berhentilah darah haid yang biasa dialami oleh seorang perempuan, ini karna diakibatkan seluruh peranakan tertutup oleh Manikam.
Pada bulan ke 4 barulah kemudian ia bernyawa (bergerak), darah haid yang berhenti oleh karna seluruh peranakan tertutup manikam, pada bulan ke 5 akan menjadi Upik kanakkanak atau tembuni. Sedangkan darah haid yang berhenti 40 hari sebelum manikam itu bernyawa, maka itulah yang akan menjadi darah nifas ( darah kotor yang keluar bersamaan dengan proses persalinan ). Saat Manikam itu masih didalam kandungan perempuan maka : • • • • • • • •
Pada usia 1 hari 1 malam, ia sudah memuji dengan pijiannya ” Hu ” Pada usia 3 hari 3 malam, pujiannya ” Allah ” Pada usia 7 hari 7 malam, pujinya ” Innallah ” Pada usia 40 hari 40 malam, pujinya ” Surobbun Nur ” Pada usia 4 bulan 4 hari, pujinya ” Subhanallah ” Pada usia 6 bulan 6 hari, pujinya ” Al-hamdulillah ” Pada usia 8 bulan 8 hari, pujinya ” Allahu Akbar ”, dan Pada usia 9 bulan 9 hari, pujinya ” Inna Ana Amana ” sebelum ia keluar.
Keterangan : • • •
Inna : Sesungguhnya Ana : Saya (aku) Amana : Iman (aman)
Inilah asalnya :
“ kejadian Air Zatullah Akbar, atau Air Nur Zat Allah “.
ntuk
menyempurnakan pengenalan kita tentang asal muasal kejadian diri,
maka perhatikan baik-baik olehmu nama-nama diri tersebut dibawah ini, yaitu : • • • • • • • • • • • • • • • • •
Pada waktu sebelum ” Kun ” , bernama Air Setitik ( Nama sandi ). Pada waktu ” Kun ” , bernama Roh Samar Putih. Dari ” Kun ” Ke ” Fayakun ” , bernama Awal-awal Nur Muhammad (zzh) Pada waktu ” Fayakun ” , bernama Nukkirullah. Pada waktu dialam sagir, bernama Sirrullah Pada waktu diterima oleh Muhammad, bernama Insyirrullah Pada waktu turun diujung Arsy, bernama Nur Kalamullah Sebelum dititikkan, bernama PN ( ini sandi saja mengingat nama ini tidak boleh diucapkan dengan suara penuh sebanyak 2x didalam hidup kita ) Pada waktu dititikkan, bernama Air Setitik ( nama sandi ) Pada waktu diterima oleh perempuan ( Ibu ), bernama Nur Mani Allah Ketika jadi segumpal darah, bernama Bayang-bayang Allah Ketika jadi mata, bernama Insan Kamil Ketika jadi sumsum dan otak, bernama Air Maning Mengkudu Allah Ketika jadi Tulang dan urat, bernama Air Nur Malinang Allah Ketika jadi daging dan darah, bernama Tikmapullah Ketika jadi kulit dan bulu, bernama Air Nur Lak Putih Setelah cukup sifatnya barulah ia bernama Ahmad.
• • • • • •
Saat didalam kandungan perempuan (ibu), usia 1 bulan 10 hari, ia bernama Nurrullah Ketika berumur 3 bulan 10 hari, ia bernama Allah Ketika berumur 4 bulan 10 hari, ia bernama Pancarullah Ketika berumur 5 bulan 10 hari, ia bernama Sinarullah Ketika berumur 6 bulan 10 hari, ia bernama Asmarrullah Ketika berumur 7 bulan 7 hari 7 jam 7 menit dan 7 detik, ia bernama Zat Zanubah
• • •
Ketika berumur 8 bulan 10 hari, ia bernama Ta’ala Ketika berumur 9 bulan 10 hari, ia bernama Antahfi Saat keluar dari rahim perempuan (ibu) ia bernama Nur Basyariah.
Tambahan nama : 1. Lendir pertama yang keluar sebelum Air ketuban keluar itulah Uri kita yang keluar, ia bernama Uriah (sahabat Insan) 2. Ketuban pecah dan air ketuban keluar itulah tuban, dan ketika berpisah dengan kelamin (kalam) perempuan (ibu), ia bernama Tubaniyah ( Sahabat Insan ) 3. Tembuni yang keluar baik diawal atau diakhir bayi dan berpisah dengan kalam perempuan (ibu), ia bernama Tambuniyah (sahabat Insan) 4. Darah yang keluar pada proses persalinan itu bernama Comariyah (sahabat Insan) 5. Tangkai pusat atau tali pusat bernama Pancariah dan pusatnya bernama Fitriyah 6. Pembungkus bayi atau kuli ari-ari, bernama Arsistawa, bayinya yang keluar itu bernama Waliyullah. Demikian nama-nama diri ketika didalam kandungan sebagai pelengkap pengenal kita tentang asal muasal kejadian akan diri kita, hal lain yang masih berkenaan dengan asal muasal kejadian kita yang perlu juga untuk kita ketahui, ialah unsur-unsur atau anasiranasir yang juga berperan seperti Unsur Tuhan kepada Muhammad, unsur Tuhan kepada Bapak, unsur Tuhan kepada Ibu, yaitu Sbb : •
Unsur atau Anasir Tuhan kepada Muhammad, meliputi : 1. Sirr
2. Budi 3. Cinta, dan 4. Rasa •
Unsur atau anasir Tuhan kepada Bapak, meliputi : 1. 2. 3. 4.
•
Urat Tulang Otak, dan Sumsum
Sedangkan unsur atau anasir Tuhan kepada Ibu, meliputi : 1. 2. 3. 4.
Darah Daging Kulit, dan Bulu.
Itulah sifat diri kita dari Allah ta’ala. Yaitu dari Muhammad, dari Bapak dan dari ibu. Inilah yang sebenar-benarnya I’tiqat, dan inilah yang dipakai agar kita dapat sampai pada Baqa Billah ( Kekal atau lenyap kedalam Allah ), tiada i’tiqat lain dari padanya. Adapun proses kejadian Insan itu adalah : • • • • • • •
Sulalah Min Thin Nuktah Alaqah Mudgoh Inham Haham Khalkan Akhar
= = = = = = =
Rangkaian Tanah asal Air Mani laki-laki Percampuran sperma Segumpal darah Tulang belulang Daging pembungkus Ruh.
Diri itu adalah Al- Haq. Rosulullah Saw bersabda : ” Menuntut Ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim perempuan ” Oleh sebab itu maka ketahui olehmu wahai saudaraku sekalian akan Ilmu Ma’rifat Allah itu dengan yaqin., yaitu mengetahui akan hakekat dari ma’na syahadat. Ma’rifat menurut logat (bahasa), yaitu mengetahui atau mengenal akan Zat Allah ta’ala baik itu yang berkenaan dan berhubungan dengan dalil ataupun dengan I’tiqad jazam lagi putus. Ma’rifat itu menurut Hakekat ialah mengetahui akan sekalian yang ada ini, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, itu semua adalah semata-mata adalah haq-Nya jua adanya Laa Maujuudun Bihaqqi Ilallah ” Tiada yang ada melainkan Haq Allah ta’ala jua adanya ” Keterangan mengenai Jazam dalam I’tiqad menurut pembicaraan Ilmu, dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
• • • •
Jazam mupakat dengan Haq tetapi dengan dalil, maka inilah yang dikatakan Ma’rifat. Jazam mupakat pada Haq akan tetapi tidak dengan dalil, maka inilah yang dinamakan Taklik Shohih. Jazam, tiada mupakad pada Haq, tetapi dengan dalil, maka inilah yang dinamakan Jahil mukarrab. Jazam tiada mupakat pada Haq dan tiada pula dengan dalil, maka inilah yang dinamakan Taklik Buta..
Allah Swt berfirman : ” Insan itu rahasia-Ku, Akulah rahasianya, Rahasia-Ku itu kenyataan sifat-Ku dan sifat-Ku itu tiada lain dari pada Aku ” ” Sesungguhnya didalam kejadian bumi dan langit, yang bersalahan antara siang dan malam itu, adalah merupakan suatu petunjuk yang nyata bagi orang-orang yang berakal ”
Al-Haq, adalah sesuatu yang harus ada dan ujud tidak boleh Tidak (hukumnya harus / wajib), itulah diri yang sebenar diri Yang awal dan yang akhir, yang jahir dan yang batin, yang Tersembunyi dari yang tersembunyi, bukan yang sembunyi dari yang tersembunyi, itulah yang sebenar-benarnya diri, jangan kamu ragu dan bimbang dengan ini sebab jika keraguan dan kebimbangan itu ada walau sedikitpun maka batallah seluruhnya.
Al- Haq itu adalah Al- Hayat, bukan Al- Hayyun. Al- Hayat itu adalah Hidup, yaitu yang hidup dan tidak akan pernah mati dan itulah diri yang se-Zat-Inya diri. Keterangan : Sesuatu yang mati, apabila padanya dimasukkan Al-Hayat (Hidup), maka yang mati itu akan hidup dan mempunyai kehidupan, hukum-hukum kehidupanpun akan berlaku atasnya. Sesuatu yang mati itu apabila Al-Hayat (Hidup) itu telah ada padanya, maka padanya akan hidup dan memiliki kehidupan, ia akan dapat melihat, ia akan dapat mendengar, ia akan dapat berkata-kata, ia kuasa, ia berkehendak dan iapun akan dapat merasa, namun
suatu masa apabila padanya Al-Hayat (Hidup) itu akan diambil dan dikeluarkan dari dirinya, maka ia akan kembali keasalnya, yaitu Mati.... Ia tidak akan dapat berbuat apaapa lagi, tidak lagi ia dapat melihat meskipun matanya ada, tidak lagi ia dapat mendengar meskipun telinganya ada, tidak lagi ia dapat berkata-kata meskipun mulutnya ada, tidak lagi ia dapat berkuasa dan berkehendak sekalipun sarana dan prasarana semuanya ada padanya, semua akan kembali keasalnya, ia akan rusak dan berbau hingga akhirnya ia akan hancur berkeping-keping laksana debu halus yang tertiup angin terbang kesana kemari tanpa ada tujuan yang pasti dan jelas. Itulah Haqnya Manusia, yaitu Hidup.
Maksudnya : keseluruhan anggota dirinya hanya semata-mata mengikuti kehendak dan kemauan Al-Haq (Hidup) tanpa ada perbantahan, Al-Haq (Hidup) itu mau melihat maka terpaksa tau tidak, ia akan ikut, begitu pula dengan seluruh aktivitas dan pergerakan yang tampak ini semuanya akan berjalan dan berlaku sebagaimana yang dikehendaki oleh si Al-Haq (Hidup). Jika demikian adanya maka siapa sesungguhnya Al-Haq (Hidup) itu ........? Mari kita kupas perlahan-lahan dan perhatikan baik-baik oleh mu supaya dirimu benarbenar paham dan jelas serta tidak akan ada keraguan lagi tentang kenyataan yang sebenarnya. Diri yang sebenar-benarnya diri itu adalah Ruh, ruh itu sendiri sebenarnya adalah Nyawa, Nyawa itu juga sebenarnya adalah sifat, sifat itu tidak lain adalah Nur (Nur Muhammad) dan Nur (Nur Muhammad) itu sendiri tidak lain dan tidak bukan adalah Zat Hayat (AlHayat) bukan Hayun, itulah yang sebenar-benarnya diri. • • • •
Yang sebenarnya Zat itu ialah Dirinya...... (Ujudnya) Yang sebenarnya Sifat itu ialah Rupanya ..... (Wajahnya) Yang sebenarnya Asma itu ialah Namanya.... (Hatinya) Yang sebenarnya Af’al itu ialah Kelakuannya .... (Fi’ilnya)
Dengan demikian, maka yang bernama ”ALLAH” itu ialah : • • • •
Zat Sifat Asma, dan Af’al
Huruf Alif ( ) اpada lafald ”Allah” itu masuknya pada Zat
) لpada lafald ”Allah” itu masuknya pada Sifat Lam Akhir ( ) لpada lafald ”Allah” itu masuknya pada Asma, dan Ha ( ) ھpada lafald ”Allah” itu masuknya pada Af’al,
Huruf Lam Awal ( Huruf Huruf
Itulah yang bernama ”Allah” hanya sekedar nama saja. Akan tetapi ketika hal itu sampai pada diri kita, maka Arti Taatku, Patuhku, dan Cintaku itu akan terkias dan mantik kedalam sebuah risalah rahasia sebagaimana yang tersebut dibawah ini :
Semua orang Ingin mencintai Tuhan, namun pada kenyataannya Aku sendiri telah Lebur didalam cinta Tuhanku, Semua orang ingin taat kepada Tuhan, namun Ketaatanku itu telah menyatu denganku didalam hati dan seluruh perasaanku. Semua orang ingin menjadi wali Allah, akan tetapi bagiku sendiri cukuplah Allah yang Menjadi waliku, bagiku tiada dinding dan hijab didalam memandang Akan kebesaran dan keagungan Tuhanku, Kemana saja aku menoleh hanya kasihku saja yang terlihat, Kemana saja aku arahkan pandanganku, hadapku dan seluruh persendianku, Maka disanalah Zat Allah, Sifat Allah, Fiil Allah, Wujud dan wajah Allah. Hilang dan lenyaplah aku didalam Jibu Kini aku yang dulu telah terganti ma’na, kini aku adalah aku dalam segala hal dan keadaan Kini Aku-ku yang haq ini telah gaib kedalam pandangan Rahasia. ( Bukan gaib dalam pandangan nafsu, akan tetapi gaib-ku, didalam gaibku sendiri Sehingga bila aku masuk didalam alam gaib, maka sesuatu dan seluruhnya yang gaib Pada saat itu tidaklah gaib lagi bagiku, Semuanya akan nyata dalam pandangan Basyariah Rahasiaku, Kini Akulah yang bernama Rahasia Insan, dan Rahasia Insan itu Rahasia Allah, Semua yang berlaku dalam keadaanku ini adalah rahasia Allah jua adanya tiada yang lain •
Muhammad Arsyad Al- Banjari, dalam pagar Marta pura kalimantan selatan mengatakan : Diri itu Hayat, Hayat itu Ruh, Ruh itu nafas, Nafas itu Rahasia, Rahasia itu Nur Muhammad dan Nur Muhammad itulah ujud kita ini.
•
Datu Sanggul, tanah muning tatakan rantau kalimantan selatan, beliau menjelaskan : yang sebenar-benarnya diri rohani itu ialah Allah ta’ala, untuk itu maka diri rohani itu jangan dicari lagi, oleh karna yang bernama Allah itu sudah menjadi nyawa segala makhluk.
Kesimpulannya : Semua makhluk itu khaliq, jangan dicari lagi oleh karna Ia itu sudah Laitsya Kamitslihi Syaiun. Sekiranya hal ini sudah kamu ketahui dan yaqini dengan jelas akan rahasianya, maka rahasiakanlah ini kepada orang-orang yang memang belum mencapai kepada maqam ilmu hakekat ini, karna dikhawatirkan akan membuat fitnah besar nantinya ditengah umum. Ditambahkan lagi oleh beliau bahwa, yang sebenar-benarnya diri itu adalah Hayat atau ruh, akan tetapi hendaknya jangan engkau itu berhenti pada ruh saja, teruskan dan tembuskan pandanganmu itu kepada hal dan sifat Allah ta’ala.
Jika pandanganmu itu berhenti hanya kepada nyawa saja, maka sesungguhnya kita telah salah dalam memahami dalil yang menyebutkan bahwa, ”diri itu Ruh” • • • • •
Tatkala Ia nasab kepada sekalian tubuh, maka Nyawa namanya, Tatkala Ia keluar masuk, Nafas namanya Tatkala Ia berkehendak, Hati namanya Tatkala Ia percaya akan sesuatu, Iman namanya Tatkala Ia dapat memperbuat sesuatu, Akal namanya, dan pohon akal itulah Ilmu.
Inilah jalan dan inilah yang disebut dengan sebenar-benarnya diri, jika demikian keadaannya maka sekarang ini kita sebenarnya hanya bertubuhkan Ruh semata.Apa dan kenapa sebabnya hingga kita sekarang ini disebutkan bertubuhkan ruh semata....? Jawabnya : Karna ruh itu sendiri sudah fana lahir dan batin sehingga dalam kondisi seperti ini jangan diartikan bahwa kita yang memfanakan diri, akan tetapi fana itu sendiri datangnya dari Allah jua adanya, sedangkan kata-kata ” Kita ” pada keterangan diatas tadi pun sudah lebur jua kedalam fana itu sendiri. •
Syech Abdus somad ( Bakumpul Kalimantan Selatan ) Beliau mengatakan : Adapun badan Rohani itu sesungguhnya adalah Allah ta’ala jua, maka itu hendaknya jangan dicari lagi, karna ia sudah menjadikan rahasia kepada kita semua. Kata-kata rahasia itupun ada 2 pengertiannya, yaitu : 1. Rahasia Insan
2. Rahasia Allah Al-Insanu Sirri Wa Ana Sirrahu ” Insan itu Rahasiaku dan Akupun adalah Rahasianya ” ( Hadits Qudsy ) Maksudnya : Rahasia Insan itu adalah rahasia Allah jua, tiada yang lain, jika kamu dapat memahami akan hal ini, maka sesungguhnya tugasmu hanya tinggal menggugurkan atau melaksanakannya saja, karna apapun jua yang datang kepadamu itu,
sesungguhnya semua itu datangnya dari Rahasia Allah jua adanya dan janganlah kamu sekali-kali memahami bahwa ada perbuatan lain atas dirimu, jika ini pandangan dan pemahamanmu, maka sesungguhnya tanpa kamu sadari kamu telah masuk didalam kesyirikan, yaitu kesyirikan yang sangat halus, karna sesungguhnya kamu itu sendiri sebenarnya sudah : Wahua Ma Akum Ainama Kuntum ” Tuhan ada bersama kamu, dimana saja kamu itu berada ” Maksudnya : Sudah berbarengan siang dan malam, demikianlah adanya supaya kamu itu paham dan mengerti betul dengan yang sebenarnya. •
Syech Muhammad Hassan, Nagara Kabupaten Kandangan Kalimantan Selatan. Beliau mengatakan : Kalimah La Ilaha Illallah itu masuknya pada : 1. 2. 3. 4.
La masuknya pada Hayat Ilaha itu masuknya pada Ruh Illa itu masuknya pada pada Nafas, dan Allah itu masuknya pada Nyawa.
Nyawa itu adalah Nur Muhammad dan Nur Muhammad itu adalah Sifat dan Sifat itu adalah Hayat. Hayat itu ruh Tuhan Robbul ‘alamin, akan tetapi ingatlah olehmu bahwasannya : Ruh itu bukan Tuhan, tetapi tiada lain dari pada Tuhan, asalkan saja engkau teruskan kepada Zat dan Sifatnya, seandainya ini sudah kamu pahami benar-benar maka jangan kamu cari lagi sehingga keraguan saja nantinya yang akan mengiringi kehidupanmu selamanya.
•
Syech Jamaluddin Surgi Mufti dari sungai Jingah Banjarmasin Kalimantan Selatan. Beliau mengatakan : Yang sembahyang itu adalah jahir Allah ta’ala jua. Ditambahkan oleh beliau bahwa siapa-siapa yang menganggap manusia semata yang berzikir, maka zikirnya itu haram, tambah banyak ia berzikir, maka semakin bertambah haram.
Catatan : Syech Jamaluddin Surgi Mufti ini adalah seorang Wali besar dikota Banjarmasin, beliau juga keturunan Dalam Pagar, Martapura Kalimantan Selatan.
HOLAT, sesungguhnya sudah ada jauh sebelum Rosulullah Saw melakukan Mi’raj, yaitu ketika Allah ta’ala telah selesai menjadikan Nabi Adam As dan berseru, memerintahkan kepada seluruh penghuni Syurga untuk sujud kepada Adam. Perintah sujud itu kemudian dipertegas kembali oleh Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw, yaitu ketika beliau selesai melaksanakan Mi’raj kesidratul muntaha, Istilah perintah sujud pun berubah makna menjadi perintah Sholat Allah Swt berseru kepada seluruh penghuni Syurga :. “ Wahai sekalian penghuni Syurga, Ku perintahkan kepadamu, sujudlah engkau semua kepada Adam ” Perintah itu mengandung iktibar yang sangat besar bagi mereka yang beriman, Coba saja kita renungkan baik-baik, kenapa pada saat itu Allah Swt tidak berkata : ” Wahai sekalian penghuni Syurga dan engkau wahai Adam, sujudlah kamu semua kepada-Ku ” Ini mengisaratkan kepada kita semua, bahwa sesungguhnya telah ada satu risalah dan rahasia yang teramat besar, yang telah dipertaruhkan oleh Allah Swt terhadap diri Adam dan ini juga berlaku atas diri kita, sebab antara Adam, Muhammad dan diri kita ini merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Rosulullah Saw bersabda : ” Aku adalah bapak dari sekalian Ruh, dan Adam itu adalah bapak dari pada sekalian Batang tubuh ” Allah Swt juga telah berfirman : ” Aku ciptakan manusia itu dalam bentuk yang paling sempurna, namun apabila ia lalai dan ingkar maka akan aku lemparkan ia ketempat yang paling hina bahkan amat hina dari yang paling hina ”
Rahasia apa kiranya yang melatar belakangi terciptanya manusia ini sehingga diri kita ini tercipta dalam bentuk yang paling sempurna, inilah yang hendaknya harus kita cari tau agar kita tidak termaksud orang-orang yang lalai dan ingkar, terutama sekali ketika kita beribadah, sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah Swt didalam Al-Qur’an yang berbunyi : ” Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku ” (QS, Adz –Dzaariyat : 56) ” kecelakaan besarlah mereka yang sholat namun ia lalai didalam sholatnya ” Ketahuilah olehmu wahai saudaraku sekalian Bahwa sahabat Rosulullah Saw, yaitu Syaidina Umar bin Khotob Ra pernah bertanya kepada Rosulullah Saw : ” Ya Junjunganku, apakah asalnya sembahyang itu...? ” Rosulullah Saw, menjawab : ” Asalnya adalah dari Namaku, yaitu Akhmad ” Akhmad (
احمد
)
Alif ( ) ا........... itu Martabatnya......... Api, Api itu sifatnya cagat, menjilat keatas ....... artinya berdiri tegak atau berdiri betul yaitu mencerminkan akan sifat kebesaran Allah ta’ala (Sifat Jalalullah) yaitu menjadikan Kuat dan lemah.
Kha ( ) ح........... itu Martabatnya ........ Angin, Angin itu sifatnya Condong, bertiup Horisontal ........ artinya merunduk atau Ruku yaitu mencerminkan akan sifat Kekerasan Allah ta’ala (Qaharullah) yaitu menjadikan Hidup dan mati. Mim ( ) م........... itu Martabatnya ........ Air, Air itu sifatnya meleleh, selalu mencari tempat yang rendah … artinya tersungkur atau Sujud yaitu mencerminkan akan sifat keelokan Allah ta’ala (Jamalullah) yaitu menjadikan Tua dan muda
Dal ( ……… ) د. Itu martabatnya ……. Tanah, Tanah itu sifatnya Diam, tidak bergerak ……. Artinya bersimpuh atau duduk yaitu mencerminkan akan sifat kesempurnaan Allah ta’ala (Kamalullah}yaitu menjadikan Ada dan tiada. Adapun Sholat yang 5 waktu itu terbitnya dari kalimah :
الحمد ( Al-Hamdu = segala puji ) Adapun sebab musabab rakaat itu adalah sebagai berikut : •
Subuh 2 rakaat, oleh sebab tajallinya Allah ta’ala pada 2 perkara, yaitu :
1. Zat 2. Sifat yang maujud •
Djuhur 4 rakaat, oleh sebab tajallinya Allah ta’ala pada 4 perkara, yaitu :
1. 2. 3. 4.
Ujud Ilmu Nur,dan Suhud
•
Ashar 4 rakaat, oleh sebab tajallinya Allah ta’ala pada 4 perkara, yaitu :
1. Api
2. Angin 3. Air,dan 4. Tanah •
Magrib 3 rakaat, oleh sebab tajallinya Allah ta’ala pada 3 perkara, yaitu :
1. Ahdat ( Allah ) 2. Wahdat ( Muhammad ),dan 3. Wahidiyat ( Adam )
Rosulullah Saw berkata : ” Barang siapa mengetahui yang 3 perkara ini, maka sempurnalah sembahyangnya dan jika 3 perkara ini tidak diketahuinya maka adalah didalam dosa ” Isya 4 rakaat, oleh sebab tajalli Allah ta’ala pada 4 perkara, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Mada Madi Mani, dan Manikam.
Adapun asal waktunya, sebagai berikut : Tajalli Huruf Alif Atas lafald Al-hamdu Hari yang pertama dijadikan adalah hari Ahad dan dijadikan Haq Allah ta’ala itu pada waktu Djuhur. Itulah tajalli Alif menjadikan 4 perkara, oleh karna ditilik Allah ta’ala ada 4 perkara didalam diri kita, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Suhud Jauhar Budi, dan Nur
4 perkara juga pengenalan kita, yaitu :
1. 2. 3. 4.
Iman Islam Tauhid, dan Ma’rifat
4 perkara juga yang jahir pada diri kita, yaitu : 1. 2 buah mata, dan 2. 2 buah telinga.
4 perkara juga yang batin pada diri kita, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Urat Tulang Otak, dan Sumsum Inilah asalnya Djuhur.
Tajalli huruf Lam atas lafald Al-hamdu Sebab terjadinya waktu Ashar 4 rakaat, oleh karna ditilik Allah ta’ala 4 perkara, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Wada Wadi Mani, dan Manikam
4 perkara pula pengenalan kita, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Rahasia Tubuh Hati, dan Nyawa
Juga 4 perkara yang jahir pada diri kita, yaitu : 1. 2 buah kaki, dan
2. 2 buah tangan. Juga 4 perkara yang batin pada diri kita, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Darah Daging Kulit Bulu atau Rambut Inilah Asalnya Ashar
Tajalli huruf Kha atas lafald Al-hamdu Sebab terjadinya waktu magrib 3 rakaat, karna ditilik oleh Allah ada 3 perkara, yaitu : 1. Zat 2. Muhammad, dan 3. Adam 3 perkara juga pengenalan kita, yaitu : 1. Wajib 2. Harus, dan 3. Mustakhil Jahirnyapun 3 perkara juga pada diri kita, yaitu : 1. Jernih 2. Suci 3. Hening. • • •
Hening itu cahaya Otak Jernih itu cahaya Sumsum, dan Suci itu cahaya Darah. Inilah asalnya Magrib.
Tajalli huruf Mim atas lafald Al-hamdu Terjadinya waktu Isya 4 rakaat, karna ditilik oleh Allah ta’ala ada 4 perkara, yaitu :
1. 2. 3. 4.
Roh Nurani Roh Rohani Roh Idhofi, dan Roh Robbani
4 perkara juga pengenalannya pada diri kita, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Diri terdiri Diri terjeli Diri terperi, dan Diri yang diperikan.
Jahirnyapun ada 4 perkara juga pada diri kita : 1. 2 buah susu, dan 2. 2 buah lutut. Batinnya pun 4 perkara juga pada diri kita, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Hati sanubari Hati Ma’nawi Hati Nurani, dan Hati Mu’min. Inilah asalnya Isya
Tajalli huruf Dal atas lafald Al-hamdu Terjadinya waktu subuh 2 rakaat,. Karna ditilik oleh Allah ta’ala dan usul nabi 2 perkara, yaitu : 1. Nurani 2. Rohani Pengenalannya 2 juga pada diri kita, yaitu : 1. Qodim 2. Muhaddas Jahirnya 2 juga pada diri kita, yaitu :
1. Laki-laki 2. Perempuan Batinnya 2 juga pada diri kita, yaitu : 1. Rahmat 2. Nilmat Inilah asalnya subuh
Catatan : Ketahui olehmu tentang asal diri kita ini dari 2 perkara, yaitu : • •
Awal dari Bapak Awal dari Ibu
Dan ketahui pula olehmu bahwa yang awal dari bapak itu, ialah • • •
Ajal Maut Yaqin
Dan yang awal dari ibu itu, ialah Hidup. Jika keduanya itu bersama maka akan menjadikan Nyawa dan Badan, maka inilah jalan yang Islam. Selain itu ketahui pula olehmu wahai saudaraku akan rukun yang 13 yang wajib ketika kita akan melakukan sholat, jangan sampai engkau tidak mengetahuinya dan jangan juga engkau tidak dapat membedakan mana yang wajib dan mana yang sunah karna itu akan merusak sholatmu. Adapun rukun 13 itu adalah sebagai berikut : 1. Niat 2. Berdiri betul 3. Takbiratul Ikhram 4. Fatekha 5. Ruku 6. I’tidal 7. Sujud
8. Duduk antara 2 sujud 9. Tahyat Awal 10. Tahyat Akhir 11. Salawat 12. Salam, dan 13. tertib. Ashrarus Sholah, artinya rahasia didalam sembahyang (Sholat), oleh karna itu maka ketahuilah olehmu wahai saudaraku sekalian. Adapun yang dimaksud Rahasia itu, yaitu hakekat dan ma’rifat yang ada didalam sembahyang.
Ulama ahli hakekat mengatakan :
• • • •
” Ketahuilah olehmu, bahwasannya hakekat sembahyang itu asalnya atas 4 perkara, yaitu : Mengetahui hakekat didalam berdiri, yaitu kepada huruf Alif Mengetahui hakekat didalam ruku, yaitu kepada huruf Lam Awal Mengetahui hakekat didalam sujud, yaitu kepada huruf Lam Akhir, dan Mengetahui hakekat didalam duduk, yaitu kepada huruf Ha ”
1. Berdiri itu asalnya dari Api, bukan Api pelita atau api bara, adapun maksud api disini adalah merupakan hakekat dari sifat Jalalullah (Kebesaran Allah), kebesaran-Nya masuk pada 2 perkara, yaitu : • •
Kuat, dan Lemah
Adapun yang kuat dan yang lemah itu adalah Iradat (kehendak)-Nya jua. Allah Swt berfirman : ” Allah Swt itu berbuat sekehendak-Nya, dan hamba itu sekali-kali tidak mempunyai kuat dan lemah ” Sebab kekuatan dan kelemahan hamba itu sesungguhnya dikuatkan dan dilemahkan oleh Allah Swt, maka inilah yang difanakan didalam berdiri, bahwa segala perbuatan yang baharu itu menyatakan perbuatan yang Qodim jua adanya.
Arifbillah mengatakan : ” Tiada apapun jua yang dapat ku perbuat didalam sembahyang itu, baik yang jahir maupun yang batin, melainkan Allah Swt jua yang berbuat ” 2. Ruku itu asalnya dari Angin, bukan angin barat atau angin timur adapun maksud Angin disini adalah merupakan hakekat dari sifat Jamalullah (keelokan Allah), Keelokan-Nya masuk pada 2 perkara, yaitu : • Tua, dan • Muda
Sebab hamba itu tiada sekali-kali mempunyai tua dan muda, inilah yang difanakan dikala ruku, yaitu semua nama kita yang baharu itu akan lenyap yang ada hanyalah nama Allah jua adanya. Arifbillah berkata : ”Tiada nama yang lain didalam sembahyang itu, baik jahir maupun batin melainkan Nama Allah jua adanya ” Mengapa demikian, karna nama dengan yang empunya nama itu satu jua adanya baik jahir maupun batin tiada nama lain selain nama-Nya. 3. Sujud itu asalnya dari air, bukan air laut atau air sungai adapun maksud air disini adalah hakekat dari sifat Qaharullah (kekerasan Allah), kekerasannya masuk pada 2 perkara, yaitu : • •
Hidup, dan Mati
Hidup dan mati itu juga Iradat-Nya (kehendak-Nya), hamba itu tiada sekali-kali mempunyai hidup dan mati, sebab hidup dan matinya hamba itu dihidupkan dan dimatikan oleh Allah Swt, inilah yang difanakan ketika sujud segala sifat kita yang baharu akan lenyap dan yang ada hanya sifat Allah Swt jua yang ada. Arifbillah berkata :
” Tiada rupa yang lain didalam sembahyang itu selain rupanya jua adanya ” Sebab, Sifat dengan yang empunya sifat iotu satu jua adanya baik jahir maupun batin. Pengertian Sifat disini, yaitu : • • • • • • •
Tiada yang hidup, Tiada yang tahu, Tiada yang kuasa, Tiada yang berkehendak, Tiada yang mendengar, Tiada yang melihat, dan Tiada yang berkat-kata, melainkan Allah Swt jua adanya.
4. Duduk itu asalnya dari tanah, bukan tanah pasir atau tanah lumpur, adapun maksud tanah disini adalah hakekat dari sifat Kamalullah (kesempurnaan Allah), kesempurnaan-Nya masuk pada 2 perkara jua, yaitu : • •
Ada, dan Tiada
. Hamba itu sekali-kali tiada memiliki hidup dan mati, sebab hidup hamba dan mati hamba itu dihidupkan dan dimatikan oleh Allah Swt, inilah yang difanakan ketika duduk didalam sembahyang itu, yaitu tiada ujud kita yang baharu melainkan ujud Allah jua adanya. Arifbillah berkata : ” Tiada ujud yang lain didalam sembahyang itu, melainkan hanya ujud Allah jua adanya jahir dan batin ” Inilah hakekat yang ada didalam sembahyang, oleh karena itu maka Hakekat maupun Ma’rifat kita harus benar-benar bersih dan suci dari 3 perkara, yaitu : • • •
Suci dari pada Syirik Suci dari pada Niddun ( Jangan bertimbang ) Suci dar pada Dhiddun ( Jangan berlawanan )
Allah Swt berfirman :
” Dahulu Allah dengan tiada mendahului akan Dia dan yang kemudian dengan tiada yang kemudian dari pada-Nya, Jahir Allah itu dengan tiada yang menjahirkan akan Dia dan bathin Allah itu dengan tiada yang tersembunyi ” Maksudnya : Bermula Ia yang awal dan yang akhir, Ia yang jahir dan yang batin, tiada yang lain dari padanya, itulah Tauhid dan Ma’rifat yang sempurna. Jika tidak demikian maka bisa kita katakan sesungguhnya kita sembahyang hanya menyembah berhala saja. Berhala yang besar itu adalah Anak dan Istri serta semua hartamu sedangkan berhala yang kecil itu adalah nafsu-nafsumu yang ada didalam dirimu sendiri.
Adapun Rukun yang 13, yang telah kami sebutkan diatas tadi ruang lingkup lakunya berhuruf dan berkalimah ” Allah ” , yaitu : • • • •
Berdiri Ruku Sujud, dan Duduk
Ke 13 rukun itu jika kita perhatikan sesungguhnya hanya terhimpun kedalam 3 rukun saja 3 rukun itu ialah : •
Rukun Qolbi, takluknya pada Hati (duduknya pada hati), yaitu : 1. Niat, dan 2. Tertib
•
Rukun Qauli, takluknya pada lidah (duduknya bacaan / lidah), yaitu : 1. 2. 3. 4.
Takbiratul Ikhram Fatekha Tahyat Awal Salawat
5. Salam •
Rukun Fi’li, takluknya pada laku (pekerjaan), yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Berdiri betul Ruku I’tidal Sujud Duduk antara 2 sujud Duduk tahyat Akhir.
Selanjutnya Rukun 13 yang dihimpun menjadi 3 rukun berdasarkan takluknya, akan dihimpun kembali menjadi 3 bagian dalam satu gerak, yaitu ketika kita mengangkat Takbir pertama (Takbiratul Ikhram) duduk pada :
• • •
Qasad Ta’arad Ta’yin
Qasad itu, tubuh kita yang menyatakan Niat dan perbuatan yang sempurna, sedangkan niat yang sebenar-benarnya niat itu, yaitu tiada berhuruf, tiada bersuara dan tiada bertempat, itulah Zat Allah ta’ala yang mutlak. Ia-lah yang melemahkan sekalian yang maujud dan melingkupi sekalian yang maujud dialam ini. Ta’arad itu, menyatakan fardhu, dan yang sebenar-benarnya fardhu itu ialah sifat Allah ta’ala, A’yan tsabitha itu ialah Nur Muhammad, wujud dan tempatnya pada sekalian roh manusia. Ta’yin itu, nyata Af’al Allah ta’ala pada alam malakut, yaitu jasad Adam itulah tubuh kita.
Muqaranah Niat didalam Takbiratul Ikhram Pasal ini adalah pasal yang menyatakan tentang Muqaranah niat didalam Takbiratul Ikhram pada sekalian Ahli Fikih dan I’tikat ahli sunnah wal jama’ah pada mazhab Imam Syafe’i yang diberi oleh Allah rahmat atasnya.
Muqaranah niat didalam takbiratul ikhram itu wajib atas tiap-tiap Islam laki-laki dan Islam perempuan untuk mengetahuinya, Imam Nawawi ra, berkata : ” Wajib dimuqaranahkan niat itu pada takbiratul ikhram ” Adapun hakekat niat itu, ialah Iradat (kehendak) dari Allah ta’ala pada martabat Alam Lahut. Dinamai Ia sirrul chafi, artinya yang tersembunyi, tiada seorangpun yang mengetahui akan Ia, itulah hakikatnya Zat pada sekalian yang maujud ini. Allah Swt berfirman : ” Bahwasannya Aku jua yang mengetahui, yang nyata dan yang tersembunyi ”
Kemudian turun kealam Asmaari, yaitu kepada rahasia kita, maka dinamakan akan Ia azam Allah Swt berfirman : ” Bahwasannya yang demikian itulah dari pada sebaik-baiknya cita-cita sekalian pekerjaan dan kebajikan ” Kemudian, untuk melengkapi kepada hati serta diperbuat oleh Anggotanya, maka inilah yang dinamai akan dia itu Niat. Rosulullah Saw bersabda : ” Bahwasannya tiada syah segala amal itu, melainkan dengan Niat ” Segala amal yang berlaku pada syareat itu tiada akan sempurna tanpa dengan niat. Muqaranah niat pada waktu Takbiratul Ikhram itu ada 3 Bagian, yaitu : • • •
Muqaranah Urufiyah Muqaranah Tauzi’ijah, dan Muqaranah Basthiah.
Muqaranah Urufiyah itu adalah pakaian segala ahlulislaam dan i’tiqat segala Ahlussunnah wal jamaah, syah pada maqom Imam Syafi’i ra, maka syahlah sembahyang
dengan dia, sedangkan untuk kaifiat muqaranah Urufiyah itu, dihimpunkan pada rukun yang 13, yang meliputi : • • •
Rukun Qolbi Rukun Qauli, dan Rukun Fi’li
Untuk kemudian dihimpun lagi didalam takbiratul ikhram, yang meliputi : • • •
Qasad Ta’arad, dan Ta’yin
Yaitu ketika ia berkata ” Allahu Akbar ” Ia ingat didalamnya :
” Aku perbuat fardhu itu atau sembahyang fardhu ini ” Muqaranah niat itu, jangan terdahulu dan jangan kemudian dari pada huruf Alif Allah, bersamaan dengan mengangkat tangan sembari mengucap kalimah Allahu Akbar begitu pula dengan hati turut mengucap, maka nyatalah disana segala perbuatan didalam sembahyang itu. Memulainya yaitu pada Alif Allah dan menyudahinya pada Ra Akbar jika tepat kita meletakkannya, maka sempurnalah niat itu dan sempurnalah sembahyangnya. Adapun Muqaranah Tauzi’iyah ialah muqaranah yang sia-sia lagi tidak syah sembahyang dengan dia, yaitu menetapkan Qasad, Ta’arad dan ta’yin yang hadir didalam hatinya tatkala lidahnya berucap atau mengata Allahu Akbar , menyebut hatinya : ” Aku sembahyang Fardhu Zuhur, asar atau yang lainnya ” Yang demikian itu tidak syah pada Mazhab Imam Syafi’i, karna mengulang Niat. Sedangkan Muqaranah Basthiah itu, ialah muqaranahnya segala nabi dan sekalian Waliwaliyullah, dan atas mereka itu rahmat Allah dan salam-Nya. Inilah Muqaranah yang sempurna oleh sebab mereka itu Tauhid dan Ma’rifatnya kepada Allah Swt sudah sempurna, namun bagi kita..... berhati-hatilah memakainya karna dikhawatirkan kalau kita ini belum lagi sampai kepada maqom Fana, itu sebabnya kita tidak boleh memakai Muqaranah Basthiah, akan tetapi bila kita telah sampai kepada maqom fana itu, hapus segala sifat-sifat basyariah, maka dapatlah kita memakainya.
Adapun kaifiyat memakai muqaranah basthiah itu, dihadirkan niat itu tatkala mengambil air wudhu atau air sembahyang dan berkekalan hingga salam. Dihadirkan niat itu tatkala mengucap Allahu Akbar, difanakan segala ujudnya dan segala sifatnya dan segala Asmanya serta Af’alnya dari pada keakuan dirinya, sekali-kali ia tidak merasa lagi akan dirinya, melainkan akuan Allah semata yang berdiri, ruku, sujud dan duduk, itulah perbuatan orang yang Akullah. 4 Hal yang ada didalam takbiratul Ikhram itu, yaitu : • •
• •
Mi’Raj, artinya lenyap.... maksudnya bahwa kita ini tidak ada mempunyai diri atau tubuh, melainkan hanya Allah ta’ala dan kita ini adalah hambanya. Ikhram, artinya tercengang-cengan (tafaqur sesaat)..... maksudnya tiada kita mengetahui akan diri dan tidak akan tahu Tuhannya, hanya bertemu gaib didalam gaib.
Munajat, artinya berkata-kata..... yang berkata-kata itu adalah Allah ta’ala dan kita ini adalah hambanya. Tubaddil, artinya terganti...... bahwa kita ini tidak ada mempunyai ujud lagi melainkan hanya ujud Allah ta’ala, dan kita ini adalah hambanya.
Keterangan tambahan : •
Qasad : Menyenghaja sesuatu perbuatan Qalbi : Perbuatan hati ( menyenghaja )
•
Ta’aarad : Menentukan Fardhu Qauli : Perbuatan Lidah ( Fardhu )
•
Ta’ain : Menentukan waktu Fi’li : Perbuatan Tubuh ( Waktu )
Rosulullah Saw bersabda : ” Pada Hakekatnya yang bertakbiratul Ikhram itu hanya Allah jua semata-mata ”
Qasad itu, tubuh kita ini yang menyatakan Niat yang sebenar-benarnya niat, tempatnya pada Zat Allah ta’ala yang mutlaq, yang laitsya kamitslihi syaiun, itulah yang melingkupi Ilmu.. Ta’aarad itu, menyatakan fardhu dan yang sebenar-benarnya fardhu itu Sifat Zat Allah ta’ala, yaitu Nur Muhammad namanya atau Ta’yin Awal. Nur Muhammad itu tempat tajallinya segala Roh Ta’ain itu, menyatakan perbuatan sholat, artinya Af’al Allah ta’ala pada Alam Malakut, dan jasad Adam itu Tubuh kita. Ta’ain itu menentikan masuknya waktu Sholat
Maqom
Tuhan yang sebenarnya ini, disebut juga dengan Maqom
Penelanjangan Tuhan, oleh karna pada maqom ini tidak ada lagi kata-kata perintah, Hukum pun sudah tidak berlaku lagi. Mengapa sampai demikian itu adanya ….? Ini disebabkan karna keasyikan yang teramat sangat ketika berada pada maqom ini, siapa saja yang sampai pada maqom ini, pastilah ia tidak akan mengatakan kata-kata Syareat lagi.
Karna baginya Syareat itu hanya untuk dunia saja, sedangkan untuk akhiratnya tidak lagi, Syareat itu akan hancur kedalam Hakekat, Syareat itu hanya diperuntukkan bagi orang Awam / Umum (dunia) saja, sedangkan orang-orang akhli Akhirat (Akhli Hakekat) Ia tidak akan berhakekat lagi, begitu pula bagi akhli Ma’rifat, ia pun tidak akan berma’rifat lagi. Seseorang yang telah sampai kepada Tuhan, maka baginya harga emas dan harga pasir itu sama saja, Syurga dan Neraka juga baginya sama saja, Ia tidak tau lagi siapa dirinya dan iapun tidak akan tau lagi siapa Tuhannya, Ia lebih senang diam, karna baginya diam itu sesungguhnya kedudukan Tuhan yang maha Agung dan maha Mulia serta maha Tinggi. Perhatikan olehmu Iktibar dibawah ini : Tuhan didalam menciptakan seluruh alam ini, baik itu manusia, binatang, tumbuhan dan sebagainya yang ada dialam dunia ini, cukup dengan hanya satu kali cipta saja dan setelah itu Ia tidak akan mencipta lagi hingga sampai dunia ini qiyamat. Contoh : Manusia, Tuhan didalam menciptakan manusia cukup satu kali saja, yaitu Nabi Adam As untuk selanjutnya Nabi adam itu sendiri yang berkembang biak hingga sampai pada diri kita ini, sedangkan didalam penciptaan Siti Hawa,
Allah hanya mengambil sebagian dari peralatan tubuh Adam / tulang rusuk Adam ) hal ini juga artinya hanya sekali saja, oleh karna diambil dari Nabi Adam untuk kebutuhan siti hawa tersebut jadi tidak dua kali atau tiga kali cipta, menciptakan hewan juga cukup satu kali saja untuk selanjutnya hewan itu sendirilah yang akan berkembang biak, menciptakan tumbuhan cukup satu kali saja untuk selanjutnya cukup tumbuhan itu yang akan berkembang biak. Tuhan juga didalam mencipta air, cukup satu kali saja, namun untuk seumur dunia ini air itu tidak akan pernah habis-habisnya, demikian pula dengan penciptaan bulan, bintang dan matahari, cukup dengan satu kali cipta saja. Coba lihat dan perhatikan olehmu ruh-ruh manusia, hanya satu kali cipta saja bukan dan ruh-ruh itu tidak bertambah atau berkurang bukan. Segala-galanya itu hanya satu kali saja, tidak berbilang, itu sebabnya bagi orang-orang yang duduk pada maqom akhli akhirat… baginya satu kali sujud cukup, satu kali masyuk cukup, satu kali mati cukup, satu kali tahu cukup, semuanya serba satu saja, tidak serba dua atau tiga lagi ( Itulah Esa ). Semua pekerjaan adalah baik, semua ibadat adalah baik, semua tuhan adalah baik, apapun saja baik, tidak ada jahatnya, tidak ada neraka dan tidak ada syurga, tidak ada itu
dan tidak ada ini. Semua tidak ada apa-apa, semua langgeng, semuanya Rahmat, semuanya Nikmat, semuanya Allah, semuanya Tuhan, semuanya Nur, semuanya Zat, semuanya Aku, aku dan aku hingga pada akhirnya menjadi sunyi tiada huruf, tiada suara, semuanya kembali keasalnya. Asal Tuhan itu tidak bernama, tiada berhuruf, tiada bersuara, bukan cahaya, bukan benda dan bukan materi, bukan Zat, bukan Sifat, bukan Asma dan juga bukan Af’al, bukan Allah, bukan Muhammad, bukan Adam, semuanya bukan. Jika demikian kenyataannya, maka ikutilah olehmu dengan sebaik-baiknya apa yang telah diajarkan oleh Nabi secara menyeluruh dan jangan hanya setengah-setengah saja. Ajaran Baginda Rosulullah Saw itu adalah ajaran yang mengandung Syareat dan Hakekat (lahir dan batin). Sebab beramal hanya dengan ilmu Syareat semata sesat adanya, demikian pula denganm dengan Ilmu Hakekat jika tidak diamalkan dan tidak dimesrakan juga akan membawa kehampaan saja. Adanya Syareat itu karna Rosulullah Saw, dan amalkan ilmu hakekat itu sekiranya kamu itu tiada lagi berdiri pada ke-aku-anmu, pelihara Syareat Muhammad,
Supaya kamu dikasihi oleh Muhammad, dengan begitu maka sesungguhnya engkaulah yang bernama Muhammad itu dan bila engkau bernama Muhammad berarti dirimu itu rahasia Muhammad, bila engkau menjadi rahasia Muhammad, berarti engkaulah rahasia Allah. Jika engkau sudah satu rahasia dengan Allah, maka engkaulah yang bernama Khalifatullah didalam dunia ini dan sekiranya title kekhalifahan itu diserahkan kepadamu, maka engkaulah yang berkuasa atas ala mini seluruhnya. Untuk itu bertindaklah kamu dengan piumpinan dan petunjuk Allah kepadamu, berlaku adillah dengan sesamamu, karna keadilan dan kebijakkanmu itulah sesungguhnya Agama yang Haq. Dan Katakan olehmu yang Haq itu sekalipun maut tantangannya, inilah Aqidah (pendirian), karna sesungguhnya mati itu adalah suatu jalan yang baik bagi orang-orang yang telah bulat Tawaqqal-nya kepada Allah. ( Maqom penelanjangan Tuhan ini adalah maqom yang paling tinggi.) Rosulullah Saw bersabda : “Aku adalah bapak dari segala Ruh, dan Adam itu bapak dari sekalian Batang tubuh “
Batang tubuh manusia itu dijadikan oleh Allah ta’ala dari pada Tanah, Tanah itu dari pada Air, dan Air itu dijadikan dari pada Nur Muhammad. Oleh karna itu maka ingatlah olehmu wahai saudaraku, bahwa : Batang tubuh dan ruh kita ini jadi dari pada Nur Muhammad, maka dengan demikian Muhammad jua namanya tiada yang lain. Tubuh kita yang kasar ini tidak akan dapat mengenal kepada Allah ta’ala melainkan dengan Nur Muhammad jua, oleh sebab itu maka tubuh kita ini disebut Pohon Bustah, artinya yang hampir pada ujud-Nya, oleh sebab itu maka diri kita inilah yang dinamakan Ujud Allah ta’ala jangan sekali-kali ada ujud yang lain dari pada ujudnya. Inilah yang sebenar-benarnya diri, begitu pula dengan kelakuan jangan ada yang lain, sebab jika ada yang lain maka akan menjadi hamba jua namanya Faqad Arafah itu tidak akan menerima salah satunya, melainkan suci jahir dan batin Zat artinya Ujud Allah ta’ala semata-mata, itulah yang sebenar-benarnya diri kita. Jangan kiranya kita syak lagi pada kata-kata ini, baik saat berjalan itu ujud Allah, melihat itu Basyar Allah, berkata-kata itu Kalam Allah dan seterusnya.
Itulah yang sebenar-benarnya, jangan ada ujud lain, jika ada yang lain dari itu, maka semua pengenalan kita akan batal seluruhnya. Allah ta’ala berfirman : ” Aku itu berada didalam sangka-sangka hambaku ” Dengan demikian, maka lengkaplah sudah akan ujud kita ini, yaitu ujud Allah ta’ala namanya, sebab yang dikatakan Zat itu, ialah diri (ujud), inilah yang sebenarnya diri. adapun yang bernama Rahasia atau Sir itu, adalah Sir atau Rahasia Allah ta’ala jua adanya. Inilah kesudahan Ilmu, artinya tiada lagi yang akan disebut atau diterangkan didalam kitab manapun jua. Sesungguhnya kita ini bertubuhkan Muhammad jahir dan batin, artinya bertubuhkan ruh namanya, maka tiada yang kita kenang-kenang lagi hati dan tubuh ini, hanya bertubuh batin saja, artinya Muhammad jua yang menjadi tubuh kita ini, maka dengan demikian, Hakekat kita ini bertubuhkan ruh Idhofi namanya,
Allah itu berdiri diatas hukum dan muhammad itulah yang menjalankan hukum, dengan demikian maka berlakulah hukum sebagai mana adanya. ( Allah berkehendak, Muhammad berlaku ). Ulama berkata : Antara dirinya dengan Tuhannya sedang asyik pandang memandang dengan Nyawa tiada akan berkesudahan lagi, Nyawapun demikian pula, tiada berkeputusan dan tiada berkedudukan lagi, pandang dan puji kepada Allah, sedikitpun tiada lupa pandangannya kepada Allah, apa yang dipandang oleh diri itu sejauh ia melepaskan pandangannya hanya Allah ta’ala saja yang dilihat dan didengarnya, tiada yang berlaku dikanan dan dikiri, keatas dan kebawah, jahir maupun batin, yang dirasanya hanya puji bagi puji kepada Allah seluruh alam semesta ini. Inilah yang pernah dikatakan oleh ulama yang Muhaqqiqin atau yang sudah maujud, seluruh yang berlaku pada pandanganmu itu adalah tauladan, puji atau zikrullah yang berlaku seluruh alam semesta ini, karna dirinya itu mengandung kalimah atau berrahasia kepada Allah. Ilmu inilah yang dinamakan laut ujudullah yang amat luas dan amat dalam, yang tiada dapat dicapai oleh akal siapapun dan tiada tersurat lagi oleh tulisan dan tiada terucapkan lagi dengan kal
Bila Harfin wala Sautin ” Tiada suara dan tiada huruf ” Laya’ ripunaka Ilallah ” Tiada yang mengenal Allah melainkan Allah jua, ” Aku kenal akan Tuhanku dengan pengenalan Tuhanku jua ” Jika demikian maka pengenalan diri itu, yaitu yang tiada dihakekatkan dan tiada dima’rifatkan lagi, tetapi hanya berlaku dengan sendirinya. Kita mengenal itu bukan berarti ” Kita atau jasad yang baharu ini, bukan....., akan tetapi yang mengenal itu ialah yang Hidup dan tiada akan pernah mati, itulah diri yaitu diri yang sebenar-benarnya diri.
Rosulullah Saw bersabda : Antal Mautu Qoblal Mautu “ Matikan dirimu sebelum engkau mati “ Saudara-saudaraku sekalian, Ma’na mati disini, bukan mati Hissiyah atau mati jisim atau mati laksana jenajah seperti yang kita ketahui apabila seseorang meninggal dunia, akan tetapi ma’na mati disini adalah mati secara ma’nawiyah, yaitu mematikan seluruh Nafsu keakuan atas diri kita.
View more...
Comments