Ririn Setiorini Feis

March 23, 2017 | Author: amhier | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Ririn Setiorini Feis...

Description

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Oleh : Ririn Setiorini NIM : 205081000195

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Oleh : Ririn Setiorini NIM : 205081000195

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

i ii

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Ririn Setiorini 205081000195

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Pembimbing II

Indo Yama Nasarudin, SE, MAB NIP. 197 411 272 001 121 002

Prof, Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 196 902 032 001 121 003

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 ii iii

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Ririn Setiorini 205081000195

Tim Penguji Ujian Skripsi

Penguji I

Penguji II

Indo Yama Nasarudin, SE, MAB NIP. 197 411 272 001 121 002

Prof, Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 196 902 032 001 121 003

Penguji Ahli

H.M. Arief Mufraini, Lc, M.Si. NIP. 19770122 200312 1 002

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 iii iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, tanggal 17 November tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ririn Setiorini, NIM : 205081000195 dengan judul skripsi

“ANALISIS

PROFITABILITAS

PENGARUH PADA

MODAL

PERUSAHAAN

KERJA

TERHADAP

MANUFAKTUR

YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperlihatkan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 November 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

H.M. Arief Mufraini, Lc, M.Si.

Indo Yama Nasarudin, SE, MAB Ketua

Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli

iv v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Ririn Setiorini

Tempat Tanggal Lahir

: Tangerang, 14 Oktober 1986

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Single

Alamat

: Jl. Jalak II Rt.003 / 05 No. 52 Kampung Sawah – Ciputat 15413

Phone

: +62-21 7426988

Mobile phone

: +62-21 98847593 / 081311006417

Email

: [email protected]

FORMAL EDUCATION 1992- 1998

SD Negeri 02 Kampung Sawah

1998- 2001

SLTP Negeri 1 Pamulang

2001- 2004

SMK Negeri 30 Jakarta

2005 – 2009

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen

v vi

ABSTRAK

The purpose of this research is to analyze how working capital (sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio, receivable turnover ratio) can give the influence the profitability (Return on total assets ratio) in manufacture company which is listed in the Indonesia Stock Exchange. Object of this research consist 31 manufacture company which is listed in the Indonesia Stock Exchange. Data of financial statement is using 4 years financial statement, from 2004 until year 2007. Analysis method which has been used for this research is multi regression analysis method. The result of this research is showed that sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio, and receivable turnover ratio give influence which is significant to return on total assets ratio.

Key word : Working capital, profitability, T- test, F- test.

vi vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengarua modal kerja (sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio, receivable turnover ratio) memberikan pengaruh terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Objek studi penelitian ini adalah 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan selama 4 tahun, dari tahun 2004 - 2007. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio,dan receivable turnover ratio memberikan hasil yang signifikan terhadap return on total assets ratio (ROA).

Kata kunci : Modal Kerja, Profitabilitas, uji-T, uji-F.

vii viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb. Alhamdulilahi Rabbil’ Alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT pemilik segala sesuatu yang ada dibumi dan langit. Atas berkat rahmat dan ridha-Nya, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh Ujian Program Strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Dengan segenap kerendahan hati, melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua ku tercinta yang telah memberikan dukungan bathin dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Sayang kalian selaluuuu... 2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembantu Dekan I (Pudek I) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan dan bimbingan dengan kesabaran dan ketabahanya. Terima kasih atas semua arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

viii ix

4. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dan bimbingan dengan kesabaran dan ketabahanya. Terima kasih atas semua arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini. 5. Keluargaku tersayang mas An, mama Ucon, No, mb Tutu terimakasih atas dukungan dan kepercayaan semuanya selama ini.. Alim sm Ucon yang sering ngrecokin rin, makasih yak de.. jadi semangat loh.. 6. Sahabat-sahabat seperjuangan, Nove, Uni, Lisa, Retno, Kepri Family, senang bisa mengenal kalian, seakan semuanya begitu sempurna dan tak terganti.. Jangan berganti yak kawan.Tetap seperti ini yooo.. Makasiih yaa,, Tetep bersemangat yoo..!! 7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmunya selama masa perkuliahan. 8. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi dan Ilmu Soaial, terima kasih atas keramahan dan pelayanannya yang luar biasa. Terima kasih. 9. Terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, bang ijojs, yang dengan sabar nyembuhin komputerku, bang dk yg selalu memberi support, tenang dan damai disana ya bang.. Cipscips yg gak bosen ngasih support, dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca skripsi ini pada umumnya. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, Desember 2009

Ririn Setiorini ix x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ........................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ v ABSTRACT............................................................................................................... vi ABSTRAK................................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii DAFTAR ISI ............................................................................................................ x DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv BAB I

PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ....................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12 A. Modal Kerja... ................................................................................ 12 1. Pengertian Modal Kerja ............................................................. 12 2. Jenis-jenis Modal Kerja ............................................................. 15

x xi

3. Penentuan Besarnya Modal Kerja.............................................. 18 4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ...................................... 20 B. Profitabilitas................................................................................... 26 1. Gross Profit Margin ................................................................... 26 2. Net Profit Margin....................................................................... 26 3. Return On Investment ................................................................ 27 4. Return On Equity ....................................................................... 28 C. Kerangka Pemikiran....................................................................... 29 D. Hipotesis ........................................................................................ 30 E. Penelitian Sebelumnya.................................................................. 30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 34 A. Ruang Lingkup penelitian ............................................................... 34 B. Metode Penentuan Sampel .............................................................. 34 C. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 35 D. Metode Analisis Data ...................................................................... 35 1. Uji Asumsi Klasik........................................................................ 35 2. Analisis Koefisien Regresi Berganda .......................................... 38 3. Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 39 4. Uji F (pengujian secara simultan) ................................................ 39 5. Uji T (pengujian secara Parsial)................................................... 40 E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 41

xi xii

BAB IV

PEMBAHASAN.................................................................................. 44 A. Gambaran Umum Objek Penenlitian............................................... 44 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)............................................ 44 2. Nama Perusahaan Sektor Industri Manufaktur ........................ 48 B. Analisis dan Pembahasan ................................................................ 57 1. Analisis Deskritif ......................................................................... 57 2. Hasil Uji Asumsi Klasik .............................................................. 67 a. Hasil Uji Normalitas............................................................... 67 b. Hasil Uji Heteroskedastisitas.................................................. 70 c. Hasil Uji Multikolinieritas ..................................................... 72 d. Hasil Uji Autokorelasi ............................................................ 72 3. Pengujian Hipotesis...................................................................... 73 a. Uji Simultan (Uji F)................................................................ 73 b. Uji Parsial (Uji T) ................................................................... 75 c. Koefisien Determinasi.............................................................. 80

BAB V

KESIMPULAN ................................................................................... 81 A. Kesimpulan..................................................................................... 81 B. Saran ............................................................................................... 82 C. Implikasi ......................................................................................... 82 D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 84 LAMPIRAN ............................................................................................................. 86

xii xiii

DAFTAR TABEL

Keterangan

Nomor

Halaman

4.1

Nama Perusahaan Manufaktur

48

4.2

ROA Perusahaan (2004-2007)

58

4.3

Sales Growth Ratio Perusahaan (2004-2007)

60

4.4

Financial Debt Ratio Perusahaan (2004-2007)

61

4.5

Fixed Financial Assets Ratio Perusahaan (2004-2007)

63

4.6

Inventory Turnover Ratio (2004-2007)

64

4.7

Receivable Turnover Ratio (2004-2007)

66

4.8

Uji Normalitas

69

4.9

Uji Multikolinieritas

72

4.10

Uji Autokorelasi

73

4.11

Uji Simultan

73

4.12

Uji Parsial

75

4.13

Koefisien Determinasi

84

xiii xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran

29

Gambar 4.1 : Uji Normalitas

68

Gambar 4.2 : Histogram

68

Gambar 4.3 : Scatter Plot

71

xiv xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomo r

Keterangan

Halama n

1

Perhitungan Return on Total Assets Ratio (ROA) (2004-2007)

90

2

Perhitungan Sales Growth Ratio (2004-2007)

91

3

Perhitungan Financial Debt Ratio (2004-2007)

92

4

Perhitungan Fixed Financial Assets Ratio (2004-2007)

93

5

Perhitungan Inventory Turnover Rato (2004-2007)

94

6

Perhitungan Receivable Turnover Ratio (2004-2007)

95

7

Output SPSS

96

xv xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terus meningkat dewasa ini, juga dengan banyaknya perusahaan sejenis yang muncul membuat persaingan usaha menjadi semakin pesat. Hal ini membuat persoalan manajemen menjadi semakin kompleks. Apalagi dengan kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil, sehingga membuat banyak perusahaan kesulitan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini sangat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dianut oleh perusahaan. Tidak jarang perusahaan harus mengubah kebijakan yang dianut demi memperbaiki dan meningkatkan kebijakan yang saat ini dijalankan. Perusahaan dituntut untuk selalu inisiatif, kreatif, dan inovatif dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam upaya memenangkan pasar dan untuk selalu menyesuaikan diri terhadap segala macam perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang baik kondisi perekonomian, peraturan pemerintah, kondisi konsumen, maupun kondisi pesaing. Oleh sebab itu perusahaan harus tumbuh, berjalan serta membangun manajemennya secara konsepsional dan sistematis melalui pemanfaat sumber daya yang dimiliki perusahaan. Salah satu sumber daya yang penting yang dimiliki perusahaan adalah sumber daya keuangan, yaitu modal. Pengertian modal disini memiliki

1

arti yang luas meliputi aspek lain yang ada dalam perusahaan untuk mengukur nilai tambah perusahaan. Menurut Bambang Riyanto (2001:18) yang mengutip pernyataan Bekker yang menerangkan bahwa modal adalah baik yang berupa barangbarang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat dineraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barangbarang itu yang tercatat disebelah kredit. Pengelolaan modal mempunyai peranan yang penting dalam usaha menciptakan laba. Oleh karena itu, masalah yang kompleks menuntut manajer perusahaan tidak hanya memikirkan bagaimana memperoleh dan memilih sumber dana yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tetapi juga dituntut untuk mengawasi, mengatur, juga mengendalikan masalah penggunaan modal. Dalam hal ini seorang manajer harus mengambil keputusan yang tepat agar perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satunya pengambilan keputusan mengenai modal kerja. Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian manajer keuangan ditujukan untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya : Untuk memberikan uang muka pembelian bahan mentah, membiayai upah pegawai dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui

2

hasil penjualan produksinya. Begitu pula kemajuan perusahaan akan seiring dengan kebutuhan modal yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya, dimana makin besar suatu perusahaan akan semakin besar pula modal yang dibutuhkannya dan tidak mungkin dapat dipenuhi oleh perusahaan sendiri tanpa ada bantuan atau menarik modal dari luar perusahaan. Modal yang digunakan untuk investasi pada aktiva lancar disebut modal kerja. Komponen modal kerja antara lain : Kas, surat berharga, piutang, persediaan, hutang lancar. Masalah modal kerja sama pentingnya seperti halnya masalah investasi jangka panjang, kebijakan jangka panjang, kebijakan deviden maupun merger dan reorganisasi. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali. Sehingga adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa yang harus dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya. Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan,

3

maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba. Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, persediaan yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan. Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa penggunaan secara produktif. Disamping itu kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan inefisiensi atau pemborosan dalam operasi perusahaan. Adanya efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran piutang (receivable turnover) dan perputaran inventories (inventories turnover). Perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinventasikan dalam komponen

4

modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek dan cepat perputaran modal kerja maka perusahaan semakin efisien. Dalam menentukan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan dengan masalah likuiditas dan profitabilitas. Apabila perusahaan memutuskan untuk memperbesar jumlah modal kerja maka tingkat likuiditas akan terjaga, tetapi hal ini juga dapat menurunkan tingkat profitabilitas karena kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih besar akan menurun. Dan begitu

juga

sebaliknya,

apabila

perusahaan

ingin

meningkatkan

profitabilitasnya maka akan mempengaruhi likuiditasnya. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi memiliki penilaian yang baik di mata para kreditur karena memungkinkan perusahaan untuk membayar kewajiannya tepat waktu. Tetapi dari sudut pandang pemegang saham likuiditas yang tinggi belum tentu meberikan keuntungan yang lebih. Karena hal ini dapat menimbulkan adanya dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek yang lain. Selain itu, penentuan sumber dana juga menjadi masalah yang penting yang harus dihadapi perusahaan. Penentuan sumber dana bisa dipenuhi dari sumber intern perusahaan seperti penarikan modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau dari laba ditahan yang akhirnya dapat digunakan kembali menjadi modal. Selain sumber dana intern, sumber dana juga dapat dipenuhi dari sumber ekstern perusahaan seperti meminjam

5

dana dari para kreditur atau menerbitkan obligasi yang ditawarkan kepada masyarakat. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dari pada modal sendiri, ini dapat menyebabkan menurunnya profitabilitas karena beban bunga yang harus dibayarkan kepada para kreditur juga meningkat. Jadi apabila perusahaan memutuskan untuk meningkatkan jumlah hutangnya, ini berarti meningkatkan resiko keuangan. Apalagi bila perusahaan tidak dapat mengelola dana dari hutang itu dengan baik maka akan berdampak negatif dan menurunkan profitabilitas. Sebaliknya juga, apabila perusahaan dapat mengelola dana tersebut dengan baik dan dapat digunakan untuk investasi-investasi pada proyek yang produktif, maka akan berdampak positif dan dapat meningkatkan profitabilitas. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Faurani (2004). Faurani melakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika” Mataram Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio profitabilitas (profit margin on sales ratio), rentabilitas (profit margin ratio), modal kerja (profit margin ratio). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktorfaktor lain.

6

Penelitian terdahulu juga telah dilakukan oleh Marc Deloof (2003) terhadap 1009 perusahaan non financial Belgia dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1996, yang berjudul “Does working capital management affect profitability of Belgion firms?” Penelitian tersebut membahas apakah manajemen modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan non financial di Belgia. Adapun variabel-variabel yang dipakai meliputi variabel dependent : gross operating income, variabel independent : sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, number of days account receivable, numbers of days inventories, number of days account

payable, cash

conversion cycle. Hasil dari penelitian tersebut adalah hubungan sales growth ratio, fixed financial assets ratio terhadap gross operating income adalah positif dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila sales growth ratio, fixed financial assets ratio mengalami kenaikan, maka gross operating incomenya juga meningkat. Hubungan financial debt ratio, number of days account receivable, number of days inventories, number of days accounts payable terhadap gross operating income adalah negatf dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila financial debt ratio, number of days accounts receivable, number of inventories, number of days accounts payable, mengalami penurunan, maka akan ada kenaikan gross operating income.

7

Jadi dalam penelitian ini bisa dikatakan bahwa piutang usaha merupakan investasi jangka pendek yang lebih menguntungkan dari pada surat-surat berharga. Keuntungan yang tinggi memegang peranan penting dalam penambahan account receivable, karena perusahaan dengan profit yang tinggi mempunyai lebih banyak kas untuk dipinjamkan ke konsumen. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hadori Yunus (2005) terhadap perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang berjudul “Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel yang digunakan sama dengan variabel yang digunakan oleh Marc Deloof. Tetapi terdapat beberapa perbedaan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Marc Deloof. Hasil penelitian Hadori Yunus menunjukkan bahwa hanya variabel financial debt ratio, fixed financial assets ratio, dan number of days account payable saja yang memiliki hasil signifikan dan variabel sales growth ratio, number of days inventories, account payable, dan cash convertion cycle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross operating income ratio. Sedangkan pada penelitian Marc Deloof hanya variabel cash convertion cycle yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap grooss operating income ratio. Pada penelitian kali ini, ratio profitabilitas yang digunakan adalah return on total assets ratio dan variabel modal kerjanya antara lain sales

8

growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, dan receivable turnover ratio. Berdasarkan studi terdahulu pada industri manufaktur terdapat beberapa perusahaan yang memiliki modal kerja yang tinggi tetapi memiliki profitabilitas yang rendah. Dan ada juga beberapa perusahaan yang memiliki modal kerja yang rendah tetapi memiliki profitabilitas yang tinggi. Industri perkembangan

manufaktur perekonomian

menjadi

industri

bangsa

Indonesia.

yang

penting

Karena

bagi

banyaknya

perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur ini. Dalam proses produksinya perusahaan membutuhkan berbagai sumber daya termasuk sumber daya manusia. Karena itu industri manufaktur dapat menyerap tenaga kerja dan dapat meningkatkan pendapatan negara. Maka dari itu pengelolaan modal kerja harus dilakukan seefektif mungkin, agar dapat meningkatkan laba operasi perusahaan, sehingga perusahaan dapat berjalan terus. Apa lagi dengan meningkatnya kompetisi di pasar global, dimana perusahaan harus dapat bertahan. Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

9

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka masalah penelitiannya adalah : 1. Bagaimana pengaruh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio terhadap return on total assets ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial? 2. Variabel mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap profitabilitas (return on total assets) ?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisa pengaruh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio terhadap return on total assets ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial. 2. Mengetahui variabel modal kerja (sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio) mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap profitabilitas (return on total assets ratio).

10

D. Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka akan diperoleh beberapa manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pemahaman mengenai manajemen keuangan, khususnya pada pengelolaan manajemen modal kerja serta pengaruhnya terhadap profitabilitas 2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi semacam kontribusi pemikiran yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi, khususnya manajer keuangan di dalam menrencanakan dan mengendalikan modal kerja seefektif dan seefisien mungkin. 3. Bagi para pembaca, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai mengenai modal kerja dan mungkin dapat menjadi bahan referensi serta perbandingan untuk penelitian yang akan datang.

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja Perusahaan yang bergerak dibidang apapun baik itu perusahan jasa maupun perusahaan produksi barang selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan usahanya, dengan harapan dana yang telah dikeluarkan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka yang relatif pendek. Pengertian modal dalam perusahaan belum terdapat suatu kesatuan pendapat diantara para ahli ekonomi. Untuk melihat pengertian modal itu, maka penulis mengemukakan pendapat dari beberapa ahli ekonomi yang memberikan defenisi dari modal. Menurut Lukas Setia Atmaja (2003:19), mendefinisikan modal sebagai “Dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan”. Kemudian Agnes Sawir (2005:129), menyebutkan bahwa “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.” S. Munawir (2004:116), menyebutkan “Modal kerja berarti net working capital atau kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar, sedang

12 12

untuk modal kerja sebagai aktiva lancar digunakan istilah modal kerja bruto (gross working capital)”. Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari. Kekurangan uang tunai (kas) akan menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendeknya sedangkan kekurangan persediaan akan menyebabkan perusahaan tidak memperoleh keuntungan karena pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan sehingga tidak terjadi piutang tersebut S. Munawir (2004:116). Hadori Yunus (2005:5). Perusahaan yang membiayai kebutuhan modal kerja dengan pinjaman, jika tidak dilakukan perencanaan yang matang selain akan mengurangi laba yang diperolehnya, juga akan memberikan beban berat pada perusahaan diwaktu yang akan datang. Maka manajeman modal kerja sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola kebutuhan modal kerjanya sehingga terhindar dari risiko yang akan terjadi. Menurut S. Munawir (2004:201), manajemen keuangan jangka pendek adalah manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan. Sasaran manajemen keuangan jangka pendek adalah untuk mengelola setiap aktiva lancar perusahaan (kas, surat berharga, piutang dan persediaan) dan pasiva lancar (hutang dagang, wesel bayar, kewajiban yang masih harus dibayar) untuk mencapai keseimbangan antara laba dan risiko yang memberi kontribusi positif terhadap nilai perusahaan. Misalnya: 1. Aktiva lancar dalam jumlah besar akibatnya mengurangi laba.

13

2. Aktiva lancar dalam jumlah kecil akibatnya meningkatkan risiko tidak dapat membayar. 3. Hutang lancar dalam jumlah besar akibatnya dapat meningkatkan risiko yaitu tidak dapat membayar pada saat jatuh tempo S. Munawir (2004:201).

Mengenai pengertian modal kerja kemudian Bambang Riyanto (2001:57) mengemukakan adanya beberapa konsep yaitu: 1. Konsep Kuantitatif Mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsurunsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang tertanam didalamnya akan bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). 2. Konsep Kualitatif Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasinya dalam

14

menjaga likuiditas perusahaan. Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat

digunakan

untuk

membiayai

operasi

perusahaan

tanpa

mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital). 3. Konsep Fungsionil Konsep

ini

mendasarkan

pada

fungsi

dari

dana

dalam

menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan current income. Bambang Riyanto (2001:57).

2. Jenis-jenis Modal Kerja Mengenai modal kerja Taylor dalam Agnes Sawir (2005:132) menggolongkan modal kerja, yaitu: 1. Modal kerja permanen Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan

15

fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital dapat dibedakan yaitu: a. Modal kerja primer (primary working capital) yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal kerja normal (normal working capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Modal kerja variabel Modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu jumlah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara: a. Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. b. Modal kerja siklis (cyclical working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. c. Modal kerja darurat (emergency working capital ) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak), Agnes Sawir (2005:132).

16

Menurut Bambang Riyanto (2001:60), untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin. Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat ditingkatkan, perusahaaan harus mencari dana dari luar guna menutup kebutuhan modal kerja.

Untuk

itu

perusahaan

dapat

menggunakan

prinsip-prinsip

pembelanjaan yaitu: 1. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat digunakan untuk membiayai modal kerja. 2. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang, atau jangka pendek maka terlebih dahulu terhitung jangka-jangka waktu kritisnya.

Agus Sartono (2001:55), menambahkan bahwa modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan, selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) mulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Periode perputaran barang dagangan adalah lebih pendek daripada barang yang mengalami proses produksi.

17

3. Penentuan Besarnya Modal Kerja Dengan tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis, efisiensi dan terhindar dari resiko kesulitan likuiditas. Untuk menentukan modal kerja yang cukup pada suatu perusahaan perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya modal kerja. Menurut Bambang Riyanto (2001:64) besar kecilnya kebutuhan modal kerja tergantung kepada dua faktor yaitu: 1. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya atau perputaran tetap Dengan makin besarnya jumlah pengeluaran kas setiap harinya mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar pula. Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin lamanya periode perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah semakin besar. 2. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah keseluruhan jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi simpanan di gudang dan jangka waktu penerimaan piutang. Pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh dan biaya-biaya lainnya.

18

Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka kebutuhan modal kerja, cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk seterusnya dan dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerja tidak cukup hanya sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja, melainkan sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan periode perputarannya. Bambang Riyanto (2001:64). Bambang Riyanto (2001:76), menambahkan bahwa perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dnegan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding dengan total aktiva atau penjualan. Aktivitas perusahaan berarti keadaan bisnis, misalnya sebuah perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan membutuhkan persediaan. Sebuah perusahaan yang menjual secara tunai tidak akan memberikan piutang. Sehingga modal kerja yang diperlukan semakin kecil. Ketersediaan kredit, jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit. Perilaku akan keuntungan berarti menambah jumlah produksi dan juga akan menambah total aktiva lancar. Jumlah yang besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan keseluruhan. Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas

19

menyediakan keamanan dalam membayar tagihan. Persediaan memberikan risiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual.

4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Sumber-sumber dana perlu dipisahkan terhadap kebutuhan modal kerja permanen dan kebutuhan modal kerja variabel. Kebutuhan modal kerja variabel dimana modal kerja tersebut hanya dibutuhkan beberapa saat saja (beberapa bulan saja) dan tidak dibutuhkan secara terus menerus (biasanya kebutuhan pada saat volume penjualan puncak), maka harus dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek selama atau pada saat modal kerja tersebut dibutuhkan. Menurut S. Munawir (2004:120) sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari: a.

Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan bersih yang nampak dalam perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.

b.

Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).

c.

Penjualan aktiva tidak lancar.

d.

Penjualan saham atau obligasi.

20

Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan. Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertumbuhnya modal kerja. Sebaliknya, apabila dalam penjualan tersebut terjadi kemajuan maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila efek atau investasi jangka pendek ini dijual dengan harga jual yang sama dengan harga perolehannya (tanpa laba maupun rugi), maka penjualan efek-efek tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja (modal kerja tidak bertambah maupun berkurang). Untuk menganalisa sumber-sumber modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan. S. Munawir (2004:121). Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investai jangka panjang dan aktiva tidak lancar

21

lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan). Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya. Disamping ini perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memahami modal kerja. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan. S. Munawir (2004:121) Disamping keempat sumber diatas masih ada lagi sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan untuk menambah aktiva lancarnya misalnya dana pinjaman/kredit dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya serta hutang dagang yang diperoleh dari para penjual atau supplier. Disini bertambahnya aktiva lancar diimbangi atau dibarengi dengan bertambahnya hutang lancar,

22

sehingga modal kerja (dalam arti net working capital) tidak berubah. S. Munawir (2004:121) Sementara Agnes Sawir (2005:141) sumber-sumber yang akan menambah modal kerja, yaitu: 1. Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham. 2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi. 3. Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya.

Bambang Riyanto (2001:65), menambahkan sumber modal kerja yang diperoleh perusahaan hendaknya dapat digunakan seefisien mungkin perusahaan dapat menjalankan operasi perusahaan dengan baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi perusahaan, tergantung pada tipe/sifat likuid (mudah ditukarkan/dicairkan menjadi uang tunai) dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Namun demikian modal kerja harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atas operasi perusahaan sehari-hari. Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, namun tidak selalu penggunaan aktiva lancar diikuti dengan perubahan dan penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Misalnya

23

penggunaan aktiva lancar untuk melunasi atau membayar hutang lancar, maka penggunaan aktiva lancar ini tidak mengakibatkan penurunan jumlah modal kerja karena penurunan aktiva lancar tersebut diikuti atau diimbangi dengan penurunan hutang lancar dalam jumlah yang sama. Menurut S. Munawir (2004:125) pengunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah : 1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, persediaan kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. 2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau effek, maupun kerugian yang insidentil lainnya. 3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuantujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pensiun obligasi, dana pensiun pegawai, dana ekspansi ataupun dana-dana lainnya. 4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. 5.

Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk seterusnya) saham perusahaan yang beredar; atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.

24

6. Pengambilan uang atau barang dagang oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik saham dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas. S. Munawir (2004:125). Sementara Agnes Sawir (2005:141), penggunaan modal kerja yang akan mengurangi modal kerja, yaitu: 1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan. 2. Pembayaran utang-utang jangka panjang. 3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap. Di

samping

penggunaan

aktiva

lancar

yang

mengakibatkan

berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu pemakaian atau penggunaan modal kerja/aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang). S. Munawir (2004:128), penggunaan aktiva lancar yang tidak mengurangi modal kerja, seperti: 1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai. 2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai. 3. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain, misalnya dari piutang dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes receivable).

25

B. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri, Sartono (2001:130). Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas (profitability ratio). Rasiorasio yang digunakan dalam mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut : 1. Gross Operating Margin A. Sawir (2005:18). Rasio gross operating margin atau margin keuntungan kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, meigindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.

GPM =

Penjualan – Harga Pokok Penjualan Penjualan

x 100%

2. Net Profit Margin Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata

26

lain ratio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan, A. Sawir (2005:18).

NPM =

Laba Setelah Pajak Penjualan

x 100%

3. Return On investment Munawir (2004:89). Return on Investment atau return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Analisa return on investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa return on investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on investment ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

27

ROI =

Laba Setelah Pajak Total Aktiva

x 100%

4. Return On Equity A. Sawir (2005:20). Return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar.

ROI =

Laba Setelah Pajak Total Aktiva

x 100%

5. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas : a.

Profit margin, yaitu perbandingan antara “net operating income’ dengan “Net Sales”.

b. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu.

28

C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran yang dibuat adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Laporan Keuangan Perusahaan

Profitabilitas Return on total assets ratio

Modal kerja 1. sales growth ratio, 2. financial debt ratio, 3. fixed financial assets ratio, 4. inventories turnover ratio 5. receivable turnover ratio.

Uji asumsi klasik

Uji regresi linier berganda

Kesimpulan dan implikasi

29

D. Hipotesis Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel bebas (variabel independent) terhadap variabel terikat (variabel dependent) secara simultan maupun parsial. Adapun penelitian ini menguji hipotesis sebagai berikut : 1. Ho : Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (Return on total assets). 2. Ha1 : Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (Return on total assets).

E. Penelitian Sebelumnya Penelitian

terdahulu

dilakukan

oleh

Faurani

(2004).

Faurani

melakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika” Mataram Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio profitabilitas (profit margin on sales ratio), rentabilitas (profit margin ratio), modal kerja (profit margin ratio). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa

30

modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktorfaktor lain. Penelitian terdahulu juga telah dilakukan oleh Marc Deloof (2003) terhadap 1009 perusahaan non financial Belgia dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1996, yang berjudul “Does working capital management affect profitability of Belgion Firms?” Penelitian tersebut membahas apakah manajemen modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan non financial di Belgia. Adapun variabel-variabel yang dipakai meliputi variabel dependent : gross operating income, variabel independent : sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, number of days account receivable, numbers of days inventories, number of days account

payable, cash

conversion cycle. Hasil dari penelitian tersebut adalah hubungan sales growth ratio, fixed financial assets ratio terhadap gross operating income adalah positif dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila sales growth ratio, fixed financial assets ratio mengalami kenaikan, maka gross operating income juga meningkat. Hubungan financial debt ratio, number of days account receivable, number of days inventories, number of days accounts payable terhadap gross operating income adalah negative dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila financial debt ratio, number of days accounts receivable, number of

31

inventories, number of days accounts payable, mengalami penurunan, maka akan ada kenaikan gross operating income. Jadi dalam penelitian ini bisa dikatakan bahwa piutang usaha merupakan investasi jangka pendek yang lebih menguntungkan dari pada surat-surat berharga. Keuntungan yang tinggi memegang peranan penting dalam penambahan account receivable, karena perusahaan dengan profit yang tinggi mempunyai lebih banyak kas untuk dipinjamkan ke konsumen. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hadori Yunus (2005) terhadap perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang berjudul “Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel yang digunakan sama dengan variabel yang digunakan oleh Marc Deloof. Tetapi terdapat beberapa perbedaan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Marc Deloof. Hasil penelitian Hadori Yunus menunjukkan bahwa hanya variabel financial debt ratio, fixed financial assets ratio, dan number of days account payable saja yang memiliki hasil signifikan dan variabel sales growth ratio, number of days inventories, account payable, dan cash convertion cycle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross operating income ratio. Sedangkan pada penelitian Marc Deloof hanya variabel cash convertion cycle yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap grooss operating income ratio.

32

Indri Astuti (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan automotive and allied product yang go public di BEJ. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu likuiditas, tingkat hutang, efisiensi modal kerja, tingkat kecukupan kas, tingkat perubahan hutang lancar dan profitabilitas. Rasio yang digunakan antara lain likuiditas menggunakan current ratio, tingkat hutang menggunakan leverage ratio, efisiensi modal kerja menggunakan rasio working capital turnover (WCT), tingkat kecukupan kas menggunakan cash ratio, tingkat perubahan hutang lancar menggunakan rasio perubahan hutang lancar. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang bergerak dibidang sektor industri automotive and allied products yang terdaftar di BEJ, yaitu sebanyak 18 perusahaan. Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda. Hasilnya bahwa variabel independent likuiditas, leverage ( tingkat hutang), efisiensi modal kerja, tingkat kecukupan kas (cash ratio), perubahan hutang lancar diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu return on invesment (ROI) industri automotive and allied product tahun 2000-2003. Sedangkan secara simultan terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan dan secara parsial terbukti bahwa variabel efisiensi modal kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap profitabilitas dan perubahan hutang lancar berpengaruh negatif secara signifikan terhadap profitabilitas (ROI).

33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian Objek studi penelitian ini adalah 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk sudah jadi dan telah dipublikasikan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang digunakan yaitu laporan keuangan tahun 2004- 2007. Penelitian

ini

menggunakan

metode

regresi

berganda

untuk

mengetahui bagaimana hubungan variabel modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, apakah terdapat pengaruh yang signifikan, atau tidak. Baik secara parsial maupun simultan.

B. Metode Penentuan Sampel Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sample yaitu metode pengumpulan data sample yang diambil tidak secara acak. Dengan kata lain sample yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian.

34 34

C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian kali ini merupakan data sekunder laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dan telah dipublikasikan, seperti : data-data dari Bursa Efek Indonesia (BEI),

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Pusat

Referensi Pasar Modal (PRPM), Jurnal, internet www.idx.co.id dan website perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu laporan keuangan selama kurun waktu empat tahun dari tahun 2004-2007.

D. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik Dalam penggunaan analisis korelasi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain: a. Uji Multikolineritas Singgih Santoso, (2004:203). Uji ini dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas atau multikol. Model regresi yang baik seharusnya tidak tejadi korelasi diantara variabel independent.

35

Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan nilai VIF dan tolerance. Dimana jika nilai VIF terletak di sekitar angka 1 dan tolerance mendekati angka 1 maka tidak terjadi multikolinieritas. Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF dan tolerance lemah, yakni dibawah angka 0,5. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut: 1. Menganalisa matrik korelasi bebas variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 90%) maka hal ini indikasi adanya multikolinieritas. 2. Multikolinieritas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai angka tolerance mendekati 1. Singgih Santoso, (2004:203).

b. Uji Heteroskedasitas Singgih Santoso, (2004:208). Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedasitas, dapat dilakukan dengan melihat grafik Normal P-P Plot dan grafik scatter plot. Jika pada grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar mengelilingi garis diagonal,

36

maka pengujian ini bebas dari heteroskedasitas dan sebaliknya jika titiktitik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh dari garis diagonal maka diindikasikan adanya heteroskedasitas. Sedangkan pada grafik scatter plot, jika pada grafik tersebut ada pola tertentu seperti titik-titik

membentuk

pola

teratur

(bergelombang,

melebar,

dan

menyempit) maka diindikasikan telah terjadi heteroskedasitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Singgih Santoso, (2004:208).

c. Uji Autokorelasi Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode satu dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Singgih Santoso,(2002:214). Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW). Bila nilai DW terletak diantara angka -2 < DW F table, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti semua variabel independen secara simultan mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen.

5. Uji t (Pengujian Secara Parsial) Guna dari uji t ini untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel termasuk konstanta, dengan kriteria uji yang digunakan adalah : a. Bila t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. b. Bila t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

E. Operasional Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen / bebas (X) dan variabel dependen / terikat (Y). Jadi berdasarkan

40

pokok permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka variabel yang akan dianalisa dikelompokkan menjadi : - Variabel Dependen : Return On Total Assets Ratio - Variabel Independen: Modal Kerja, dengan sub variabel ; 1. Sales growth ratio 2. Financial debt ratio 3. Fixed financial assets ratio 4. Inventories turnover ratio 5. Receivable turnover Ratio,

Definisi operasional variabel 1. Return on total assets ratio (ROA) adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Variebel ini merupakan variabel dependen, dan diberi simbol Y.

ROA =

Earning after tax Total assets

x 100%

2. Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek seperti kas, surat berharga, dan piutang dagang. Sub variabel : Sales growth ratio adalah rasio pertumbuhan penjualan dengan membandingkan penjualan tahun yang bersangkutan dengan penjualan tahun sebelumnya. (Deloof, 2003)

41

Sales Growth Raio =

This years sales- previous years sales Previous years sales

x 100%

Financial debt ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembiayaan hutangnya.

Financial debt ratio =

Financial debt Total assets

x 100%

Fixed financial assets ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi aktiva tetapnya. (Brigham and Daves, 2001 :220).

Fixed financial assets =

Fixed financial debt Total assets

x 100%

Inventories turnover ratio adalah rasio yang mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan (Sawir 2005 :15).

Inventories turnover ratio =

Cost of good sold Inventories

x 100%

42

Receivable turnover ratio adalah rasio yang menunjukkan efisiensi pengelolaan piutang pada perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan modal kerja yang ditanamkan pada piutang rendah. (Sawir, 2005:16)

Receivable turnover =

Receivable Sales

x 100%

43

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

44 44

Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia paling lambat 30 November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007, di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama perang Dunia II. f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata)

dan

Djojohadikusumo).

Menteri Instrumen

keuangan yang

(Prof.

DR.

Sumitro

diperdagangkan:

Obligasi

pemerintah RI (1950). g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

45

h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum. i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan Pasar Modal. k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. m. 2 Juni 1988 : Bursa Pararel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

46

o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oelh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya (BES). p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi Bursa Efek Jakarta. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT Bursa Efek Jakarta (BEJ). q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. u. 2002 : Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

47

2. Nama Perusahaan Sektor Industri Manufaktur Tabel 4.1 Nama Perusahaan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.

Nama Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Aqua Golden Mississi Tbk Astra Graphia Tbk Astra International Tbk Berlian Laju Tanker Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gowa Makassar Tbk Gudang Garam Tbk Humpuss Intermoda Trans Tbk HM Sampoerna Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indorama Syntetics Tbk Indosat Tbk Kimia Farma Tbk Lion Metal Works Tbk Lion Meshprima Tbk Lautan Luas Tbk Medco Energi International Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Matahari Putra Prima Tbk Mayora Indah Tbk Perusahaan Gas Negara Tbk Selamat Sempurna Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Mandom Indonesia Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Tempo Scan Pacific Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk

Tanggal Berdiri 3 oktober 1988 11 Maret 1960 15 Juli 1968 23 Februari 1973 31 Oktober 1975 20 Februari 1957 12 Maret 1981 26 Januari !917 14 Mei 1991 26 Juni 1958 21 Desember 1992 27 Maret 1905 14 Agustus 1990 3 April 1974 10 November 1967 23 Januari 1969 16 Agustus 1972 14 desember 1982 18 Januari 1951 9 Juni 1980 3 juni 1929 11 Maret 1986 17 Februari 1977 1 Februari 1905 19 Januari 1976 22 Desember 1973 5 November 1969 24 September 1991 20 Mei 1970 13 Oktober 1972 5 Desember 1933

Tanggal Listing 9 Desember 1997 18 Maret 2004 27 November 1997 1 Maret 1990 15 November 1989 4 April 1990 26 Maret 1990 22 Desember 1980 11 Desember 2000 27 Agustus 1990 15 Desember 1997 15 Agustus 1990 14 Juli 1994 3 Agustus 1990 19 Oktober 1994 4 Juli 2001 20 Agustus 1993 4 juni 1990 21 Juli 1997 12 Oktober 1994 15 Desember 1981 21 Desember 1992 4 Juli 1990 15 Desember 2003 9 September 1996 14 Februari 2000 30 September 1993 14 November 1995 17 Juni 1994 19 September 1989 11 Januari 1982

1. PT. Aneka Tambang (ANTAM) Tbk Perusahaan aneka tambang didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 15 Juli 1968, dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka

48

Tambang”, kemudian pada tahun 1974, status perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas Perusahaan Perseroan) dan sejak itu dikenal sebagai “Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang”.

2. PT. Aqua Golden Missippi Tbk Aqua lahir atas ide almarhum Tirto Utomo (1930-1994). Beliau menggagas lahirnya industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia melalui PT Golden Mississippi pada tanggal 23 Pebruari 1973. Produk pertamanya adalah AQUA botol kaca 950 ml yang kemudian disusul dengan kemasan AQUA galon.

3. PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Astra Agro Lestari Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi perkebunan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1988. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan perkebunan.

4. PT. Astra Graphia Tbk PT. Astra Graphia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1975. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam barang kebutuhan hidup lainnya.

49

5. PT. Astra Internasional Tbk PT Astra International Tbk atau lebih dikenal dengan Astra Group adalah salah satu kelompok bisnis terbesar di Indonesia, yang didirikan sejak tanggal 20 Februari 1957. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 April 1990. PT. Astra International juga memiliki lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan tersebut diberi nama Politeknik Manufaktur Astra. Politeknik Manufaktur Astra memiliki Program Studi sbb: Teknik Mesin Manufaktur (TMM), Teknik Proses & Produksi Manufaktur (TPM), Sistem Informasi, Teknik Otomotif, Teknik Mekatronika.

6. PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk (IDX: BLTA) merupakan perusahaan publik yang bergerak dalam bidang transportasi dan bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1981.

7. PT. Gudang Garam Tbk Gudang Garam adalah sebuah Perusahaan Indonesia yang merupakan produsen rokok. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo, perusahaan ini merupakan pemimpin dalam produksi rokok kretek. Produk Gudang Garam Sigaret Kretek Klobot Manis, Gudang Garam Merah King Size (Soft Pack),Gudang Garam Merah King Size (Hard Pack),Taman Sriwedari Lurik,Gudang Garam Special deLuxe, Gudang Garam Filter International Merah, Gudang Garam Filter International

50

Merah, Gudang Garam Filter Surya, Gudang Garam Filter Surya Profesional, Gudang Garam Filter Surya, Gudang Garam Filter International Coklat, Gudang Garam Tanda Mata, Taman Sriwedari Biru Lurik, Gudang Garam Merah King Size (Hard Pack), Sigaret Kretek Klobot Tawar.

8. PT. HM Sampoerna Tbk PT. Hanjaya Mandala Sampoerna adalah perusahaan rokok terbesar ketiga di Indonesia. Kantor pusatnya berada di Surabaya, Jawa Timur. Perusahaan ini sebelumnya merupakan perusahaan yang dimiliki keluarga Sampoerna

Sampoerna,

namun

sejak

Maret

2005

kepemilikan

mayoritasnya berpindah tangan ke Philip Morris, perusahaan rokok terbesar di dunia dari AS. Beberapa merek rokok terkenal dari Sampoerna adalah Dji Sam Soe, A Mild. Dji Sam Soe adalah merek lama yang telah bertahan sejak masa awal perusahaan tersebut.

9. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi mie, penggilingan tepung, kemasan, jasa manajemen serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, Perusahaan terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan tepung terigu. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1990.

51

10. PT. Indosat Tbk PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite Corporation Tbk., adalah sebuah perusahaan penyelenggara jalur telekomunikasi

di

Indonesia.

Indosat

merupakan

perusahaan

telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa seluler (Mentari, Matrix, IM3, StarOne). Indosat juga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Saham Singapura, serta Bursa Saham New York. Produk indosat berupa Mentari, kartu prabayar GSM untuk pengguna umum, Matrix, kartu pascabayar GSM untuk pengguna eksekutif dan umum Matrix Auto, kartu prabayar-pascabayar GSM untuk pengguna eksekutif dan umum, dan IM3, kartu prabayar dan pascabayar GSM untuk pengguna muda-mudi dan umum.

11. PT. Kimia Farma Tbk PT. Kimia Farma Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Fasilitas produknya Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, granul, sirop kering, suspensi/sirop, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi, Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunan-turunannya, rifampicin, obat asli Indonesia dan alat kontrasepsi

52

dalam rahim, Plant Semarang mengkhususkan diri pada produksi minyak jarak, minyak nabati dan kosmetika (bedak), Plant Watudakon di Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah tambang yodium di Indonesia, Plant Tanjung Morawa di Medan, Sumatera Utara, dikhususkan untuk memasok kebutuhan obat di wilayah Sumatera. Produk ini meliputi sediaan tablet, krim dan kapsul.

12. PT. Mandom Indonesia Tbk Produk-produk Mandom ; Face and skin creams and lotions - Minyak atsiri, Kosmetik wangi-wangian, Beauty or make-up preparations & preparations for the care of the skin - Minyak atsiri, Kosmetik wangiwangian, Perfumes And Toilet Waters - Minyak atsiri, Kosmetik wangiwangian, Lip Make-Up Preparations, Other Preparations, Used For Hair Minyak atsiri, Kosmetik wangi-wangian, Eye Make-Up Preparations Minyak atsiri, Kosmetik wangi-wangian.

13. PT. Mayora Indah Tbk PT Mayora Indah Tbk, yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Ruang lingkup perusahaan menjalankan usahanya dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan, dan saat ini perusahaan menjalankan usaha industri makanan, kembang gula, dan biscuit. Grup Mayora memproduksi beberapa lini produk, yakni: a) Biskuit: di antaranya, Roma dan Better b) Permen: Kopiko, Kis, Tamarin, Plonk ,dinamit.

53

c) Wafer: Beng-Beng dan Astor d) Coklat: Choki-Choki dan Danisa e) Sereal: Energen dan Milkuit f) Kopi: Torabika g) Bubur : Super Bubur h) Mi instan: Mi Gelas dan Mi Duo

14. PT. Medco Energi Internasional Tbk PT Medco Energi Internasional Tbk, kadang dikenal sebagai MedcoEnergi, adalah salah satu perusahaan publik di Indonesia yang bergerak di dalam bidang energi terintegrasi. Perusahaan ini bermula dari sebuah perusahaan kontraktor pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi di daratan (onshore drilling), Meta Epsi Pribumi Drilling Co, yang didirikan Arifin Panigoro pada tanggal 9 Juni 1980.

Usaha Medco Energi termasuk dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, penyediaan jasa pengeboran minyak dan gas, produksi metanol, produksi LPG dan pembangkit tenaga listrik.

15. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk PT.

Multi

Bintang

Indonesia

Tbk,

merupakan

perusahaan

multinasional yang memproduksi minuman. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1973. Perusahaan ini menghasilkan minuman seperti Bir Bintang. Pada tahun 1929 (3 Juni) Mulai berdiri di Medan, dengan nama NV. Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen, 1936 Membangun pabrik di

54

Surabaya, 1972 Membuka pabrik di Tangerang dengan nama PT. Perusahaan Bir Indonesia, 1982 Berganti nama menjadi PT. Multi Bintang Indonesia, sampai dengan sekarang : Memproduksi dan memasarkan Bir Bintang, Bintang Zero, Heineken, GreenSands.

16. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk disingkat PGN adalah sebuah BUMN yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi. Semula pengusahaan gas di Indonesia adalah perusahaan gas swasta Belanda yang bernama I.J.N. Eindhoven & Co berdiri pada tahun 1859 yang memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia yang terbuat dari batu bara. Pada tahun 1958 perusahaan tersebut dinasionalisasi dan dirubah menjadi PN Gas yang selanjutnya berubah menjadi Perusahaan Gas Negara.

17. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. TELKOM menyediakan jasa (fixed wireline), (fixed wireless), (mobile service), data/internet serta jasa multimedia lainnya. Berikut adalah beberapa layanan telekomunikasi TELKOM: Telepon tetap (PSTN), Telkom Flexi, layanan telepon CDMA, sedangkan untuk layanam penggunaan internet yaitu; TELKOMNet Instan, TELKOMNet Astinet,

55

Speedy, TELKOMWeb Kiostron, TELKOMWeb Plazatron, Solusi Enterprise–INFONET.

18. PT. Tempo Scan Pasifik Tbk PT. Tempo Scan Pacific Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1977. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan farmasi. Tempo Group atau PT Tempo Scan Pacific (TSP) adalah perusahaan induk (holding company) yang memiliki beberapa perusahaan farmasi PT. Tempo Scan Pasific, PT Supra Ferbindo Farma, PT. Indonesian Pharmaceutical Industries. Produkproduk farmasi yang diproduksi oleh TSP al. Bodrex, Bodrexin, Hemaviton, Hemaviton Jreng, Zevit-C, Vidoran SMART, Contrexin.

19. PT. Tunas Baru Lampung Tbk Perusahaan ini bergerak dalam ruang lingkup kegiatan usahanya meliputi bidang perkebunan, pertanian, dan perindustrian, termasuk bertindak sebagai pedagang eksportir dan importer, saat ini perusahaan bergerak dalam bidang minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa, minyak kelapa, minyak sawit dan sabun, serta bidang perkebunan kelapa sawit dan hibrida, perusahaan mulai berjalan kegiatan produksi CPO bulan September 1995 dan minyak goreng bulan Oktober 1996, hasil produksi dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri.

56

B. Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk menggambarkan data-data yang diperoleh berdasarkan metode sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Dari hasil olah data yang dilakukan dapat dijelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat pada model regresi berganda. Data-data yang diperlukan dalam analisis ini diperoleh dari berbagai laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, total data yang diperoleh terdiri dari 31 perusahaan, dengan meneliti variabel modal kerja dan variabel profitabilitas. Berdasarkan data yang diperoleh diharapkan dapat diketahui bagaimana pengaruh variabel modal kerja terhadap variabel profitabilitas pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam hal ini data yang diperoleh berasal dari laporan keuangan selama empat tahun (2004-2007) dari 31 perusahaan yang bergerak pada sektor industri manufaktur. a. Analisis Variabel dependen return on total assets ratio Return on investment atau return on assets menunjukkan kemampuan

perusahaan

menghasilkan

laba

dari

aktiva

yang

dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas

57

manajemen

dalam

menggunakan

aktiva

untuk

memperoleh

pendapatan. Tabel 4.2 Return on total assets No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.

Nama Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Aqua Golden Mississi Tbk Astra Graphia Tbk Astra International Tbk Berlian Laju Tanker Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gowa Makassar Tbk Gudang Garam Tbk Humpuss Intermoda Trans Tbk HM Sampoerna Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indorama Syntetics Tbk Indosat Tbk Kimia Farma Tbk Lion Metal Works Tbk Lion Meshprima Tbk Lautan Luas Tbk Medco Energi International Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Matahari Putra Prima Tbk Mayora Indah Tbk Perusahaan Gas Negara Tbk Selamat Sempurna Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Mandom Indonesia Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Tempo Scan Pacific Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk (Sumber data diolah)

2004 36.50 5.20 13.40 19.89 10.40 17.46 8.26 9.18 3.17 12.25 7.22 26.46 7.60 1.30 5.91 7.00 23.32 9.80 3.44 9.21 23.08 3.23 9.81 10.85 15.09 2.17 25.31 26.12 17.26 14.72 57.55

2005 36.02 4.81 18.78 12.51 10.54 10.14 14.79 8.87 3.22 7.38 7.23 31.21 6.99 0.50 6.47 5.36 17.02 14.19 5.78 5.20 22.35 2.54 4.63 17.51 15.39 1.28 24.68 29.27 14.75 12.02 53.73

2006 33.01 4.49 30.45 10.03 13.95 16.74 3.72 -1.73 3.83 9.21 9.00 42.22 6.57 0.49 4.50 5.95 15.85 22.67 7.11 25.24 18.19 -0.69 9.12 12.06 14.70 3.86 21.27 31.19 14.33 15.75 53.28

2007 54.44 3.55 60.66 8.92 15.26 19.03 6.28 8.06 4.62 11.03 8.80 20.40 6.62 0.52 5.31 6.65 10.98 15.08 13.11 21.26 11.95 3.01 9.46 5.02 12.11 5.64 20.36 22.26 14.86 16.86 52.90

AVG 39.99 4.51 30.82 12.84 12.54 15.84 8.26 6.095 3.71 9.97 8.06 30.07 6.94 0.70 5.55 6.24 16.79 15.43 7.36 15.23 18.89 2.02 8.25 11.36 14.32 3.24 22.91 27.21 15.03 14.84 54.36

58

Dari table 4.2 dapat dilihat perusahaan yang mempunyai rata-rata ROA terbesar berturut-turut adalah PT. Unilever Indonesia Tbk 54.36 kemudian PT. Astra Agro Lestari Tbk 39.99, Pt Aneka Tambang Tbk 30.82, PT. HM. Sampoerna Tbk 30.07, dan PT. Telekomunikasi Indonesia 27.21. Terlihat bahwa 5 perusahaan yang mempunyai rata-rata return on total assets terbesar mampu mempergunakan aktivanya secara efisien sehingga mampu menghasilkan laba.

b. Analisis variabel independen sales growth ratio Sales growth ratio adalah rasio pertumbuhan penjualan dengan membandingkan penjualan tahun yang bersangkutan dengan penjualan tahun sebelumnya. (Deloof, 2003). Dengan mengetahui Sales growth ratio perusahaan, maka dapat dinilai apakah perusahaan tersebut dapat berkembang atau tidak. Apakah perusahaan telah melakukan investasinya secara benar, efektif dan efisien terhadap penanaman modal pada proyek-proyeknya. Dari table 4.3 dapat diketahui 5 perusahaan yang mempunyai ratarata sales growth ratio terbesar yaitu PT. Aneka Tambang Tbk 0.58, kemudian PT. Tunas Baru Lampung 0.42, PT. Unilever Indonesia Tbk 0.35, PT. Berlian Laju Tanker Tbk 0.35, dan PT. Perusahaan Gas Negara 0.32. Terlihat bahwa 5 perusahaan yang mempunyai sales growth ratio terbesar cenderung mengalami fluktuasi pada sales growth ratio

59

perusahaan selama tahun 2004-2007. PT. Aneka Tambang Tbk pada tahun 2006 dan 2007 mengalami peningkatan penjualan, dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 4.3 Sales Growth Ratio No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.

Nama Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Aqua Golden Mississi Tbk Astra Graphia Tbk Astra International Tbk Berlian Laju Tanker Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gowa Makassar Tbk Gudang Garam Tbk Humpuss Intermoda Trans Tbk HM Sampoerna Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indorama Syntetics Tbk Indosat Tbk Kimia Farma Tbk Lion Metal Works Tbk Lion Meshprima Tbk Lautan Luas Tbk Medco Energi International Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Matahari Putra Prima Tbk Mayora Indah Tbk Perusahaan Gas Negara Tbk Selamat Sempurna Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Mandom Indonesia Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Tempo Scan Pacific Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk

2004 0.36 0.23 0.33 0.23 0.12 0.21 0.15 0.37 0.17 0.08 0.06 0.20 0.22 0.30 0.07 0.15 0.26 0.13 0.08 0.19 0.26 0.28 0.24 0.27 0.51 0.01 0.25 0.23 0.12 0.08 0.33

2005 -0.03 0.09 0.14 0.17 0.15 -0.09 0.17 0.13 0.001 0.06 0.14 0.39 0.16 0.17 0.05 0.20 0.15 -0.23 0.11 0.17 0.19 0.22 0.23 0.22 0.17 -0.02 0.13 0.22 -0.89 0.03 0.72

2006 0.11 0.43 0.71 0.06 0.13 0.27 0.18 0.12 0.14 0.06 0.03 0.19 0.26 -0.07 0.34 0.08 0.11 0.47 0.12 0.29 0.04 0.15 0.15 0.32 0.02 0.54 0.05 0.15 0.24 0.32 0.10

2007 0.58 0.14 1.13 -0.14 0.17 0.37 0.92 -0.16 -0.27 0.07 -0.32 -0.51 0.39 -0.20 0.13 0.14 -0.27 0.39 0.64 0.52 -0.23 0.22 0.07 0.45 -0.09 1.14 -0.14 0.02 0.17 0.53 0.24

AVG 0.255 0.22 0.58 0.08 0.14 0.19 0.35 0.12 0.01 0.06 -0.02 0.06 0.25 0.05 0.15 0.14 0.06 0.19 0.24 0.29 0.07 0.22 0.17 0.32 0.15 0.42 0.07 0.16 -0.09 0.24 0.35

(Sumber data diolah)

60

c. Analisis variabel independent financial debt ratio Financial debt ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembiayaan hutangnya. Tabel 4.4 Financial Debt Ratio

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.

Nama Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Aqua Golden Mississi Tbk Astra Graphia Tbk Astra International Tbk Berlian Laju Tanker Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gowa Makassar Tbk Gudang Garam Tbk Humpuss Intermoda Trans Tbk HM Sampoerna Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indorama Syntetics Tbk Indosat Tbk Kimia Farma Tbk Lion Metal Works Tbk Lion Meshprima Tbk Lautan Luas Tbk Medco Energi International Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Matahari Putra Prima Tbk Mayora Indah Tbk Perusahaan Gas Negara Tbk Selamat Sempurna Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Mandom Indonesia Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Tempo Scan Pacific Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk

2004 0.05 0.87 0.59 0.46 0.45 0.48 0.74 0.35 0.73 0.40 0.62 0.55 0.67 0.55 0.55 0.28 0.17 0.49 0.64 0.59 0.52 0.53 0.31 0.60 0.37 0.64 0.15 0.52 0.60 0.60 2.10

2005 0.15 0.84 0.52 0.43 0.45 0.54 0.61 0.40 0.71 0.39 0.53 0.59 0.65 0.57 0.55 0.30 0.18 0.46 0.67 0.64 0.60 0.63 0.37 0.59 0.34 0.57 015 0.51 0.18 0.58 0.48

2006 0.18 0.84 0.41 0.43 0.49 0.59 0.83 0.38 0.69 0.40 0.41 0.54 0.64 0.60 0.62 0.34 0.20 0.53 0.67 0.69 0.67 0.60 0.36 0.65 0.33 0.61 0.09 0.47 0.20 0.55 0.49

2007 0.21 0.87 0.27 0.41 0.49 0.59 0.76 0.42 0.68 0.35 0.38 0.50 0.66 0.60 0.65 0.34 0.24 0.38 0.72 0.62 0.68 0.67 0.39 0.68 0.34 0.68 0.12 0.51 0.22 0.50 0.35

AVG 0.15 0.86 0.45 0.43 0.47 0.55 0.74 0.38 0.70 0.38 0.49 0.55 0.66 0.58 0.59 0.31 0.20 0.47 0.68 0.64 0.62 0.61 0.34 0.63 0.35 0.63 0.84 0.50 0.30 0.56 0.86

(Sumber data diolah)

61

Dari tabel 4.4 dapat dilihat perusahaan yang mempunyai financial debt ratio terbesar yaitu PT. Adhi Karya Tbk 0.86, kemudian PT. Unilever Indonesia Tbk 0.86, PT. Mandom Indonesia Tbk 0.84, PT. Berlian Laju Tanker Tbk 0.74, dan PT. Gowa Makassar Tbk 0.70. Terlihat bahwa 5 perusahaan yang memiliki rata-rata financial debt ratio cenderung mengalami penurunan financial debt ratio selama tahun 2004-2007.

d. Analisis variabel independent Fixed Fiancial Assets Ratio Fixed financial assets ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi aktiva tetapnya. (Brigham and Daves, 2001 :220). Dapat dilihat dari tabel 4.5 perusahaan yang memiliki fixed financial assets ratio terbesar yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.75, PT. Berlian Laju Tanker 0.74, PT. Perusahaan Gas Negara Tbk 0.73, PT. Indosat Tbk 0.69, dan PT. Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.68. Terlihat dari 5 perusahaan yang memiliki fixed financial assets ratio tebesar selama tahun 2004-2007 mengalami fluktuasi pada fixed financial assets perusahaan.

62

Tabel 4.5 Fixed Financial Assets Ratio

Nama Perusahaan No 1. Astra Agro Lestari Tbk 2. Adhi Karya (Persero) Tbk 3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 4. Aqua Golden Mississi Tbk 5. Astra Graphia Tbk 6. Astra International Tbk 7. Berlian Laju Tanker Tbk 8. Goodyear Indonesia Tbk 9. Gowa Makassar Tbk 10. Gudang Garam Tbk 11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 12. HM Sampoerna Tbk 13. Indofood Sukses Makmur Tbk 14. Indorama Syntetics Tbk 15. Indosat Tbk 16. Kimia Farma Tbk 17. Lion Metal Works Tbk 18. Lion Meshprima Tbk 19. Lautan Luas Tbk 20. Medco Energi International Tbk 21. Multi Bintang Indonesia Tbk 22. Matahari Putra Prima Tbk 23. Mayora Indah Tbk 24. Perusahaan Gas Negara Tbk 25. Selamat Sempurna Tbk 26. Tunas Baru Lampung Tbk 27. Mandom Indonesia Tbk 28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 29. Tempo Scan Pacific Tbk 30. United Tractors Tbk 31. Unilever Indonesia Tbk (Sumber data diolah)

2004 2005 0.31 0.40 0.05 0.05 0.44 0.59 0.43 0.39 0.23 0.27 0.24 0.22 0.65 0.71 0.31 0.24 0.02 0.02 0.33 0.31 0.61 0.74 0.20 0.20 0.40 0.39 0.53 0.50 0.65 0.72 0.34 0.32 0.12 0.10 0.25 0.25 0.29 0.23 0.20 0.25 0.49 0.59 0.38 0.33 0.47 0.50 0.56 0.86 0.37 0.37 0.37 0.37 0.44 0.44 0.74 0.73 0.25 0.24 0.40 0.46 0.47 0.03

2006 0.44 0.04 0.45 0.32 0.23 0.22 0.76 0.25 0.01 0.26 0.71 0.18 0.27 0.55 0.67 0.28 0.08 0.15 0.30 0.23 0.61 0.20 0.47 0.80 0.36 0.33 0.45 0.74 0.22 0.42 0.41

2007 0.32 0.03 0.25 0.33 0.22 0.01 0.82 0.31 0.01 0.27 0.65 0.17 0.24 0.55 0.74 0.27 0.08 0.14 0.25 0.07 0.59 0.19 0.42 0.68 0.34 0.33 0.40 0.77 0.22 0.41 0.01

AVG 0.37 0.04 0.43 0.37 0.24 0.17 0.74 0.28 0.03 0.29 0.68 0.19 0.33 0.53 0.69 0.30 0.10 0.19 0.27 0.19 0.57 0.28 0.47 0.73 0.36 0.35 0.43 0.75 0.23 0.42 0.23

e. Analisis variabel independen inventories turnover ratio Inventories turnover ratio adalah rasio yang mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi

63

yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan (Sawir 2001 :15). Tabel 4.6 Inventories Turnover Ratio No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.

Nama Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Aqua Golden Mississi Tbk Astra Graphia Tbk Astra International Tbk Berlian Laju Tanker Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gowa Makassar Tbk Gudang Garam Tbk Humpuss Intermoda Trans Tbk HM Sampoerna Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indorama Syntetics Tbk Indosat Tbk Kimia Farma Tbk Lion Metal Works Tbk Lion Meshprima Tbk Lautan Luas Tbk Medco Energi International Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Matahari Putra Prima Tbk Mayora Indah Tbk Perusahaan Gas Negara Tbk Selamat Sempurna Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Mandom Indonesia Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Tempo Scan Pacific Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk

2004 13 20 4 50 3 9 27 7 1 1 82 2 5 6 38 5 1 7 5 8 5 7 6 106 3 7 4 111 5 5 3

2005 2006 10 11 18 21 3 3 59 66 4 4 10 39 33 21 8 8 1 2 2 2 52 78 3 3 6 5 7 7 79 74 7 6 1 1 5 4 5 6 10 9 7 6 8 8 8 6 123 182 4 3 7 7 4 3 139 155 4 4 7 7 7 7

2007 6 17 3 48 3 8 3 6 1 2 37 1 5 4 57 5 1 5 4 24 6 9 5 359 3 3 3 174 4 4 6

AVG 10 19 3 56 3 16 21 7 1 2 62 2 5 6 62 6 1 5 5 13 6 8 6 192 3 6 3 145 4 6 6

(Sumber data diolah)

64

Dari tabel 4.6 dapat diketahui selama tahun 2004-2007 perusahaan yang memiliki rata-rata inventories turnover ratio terkecil yaitu PT. Gowa Makassar Tbk 1 hari, PT. Lion Metal Works Tbk 1 hari, PT. Gudang Garam Tbk 2 hari, PT. HM. Sampoerna Tbk 2 hari, dan PT. Aneka Tambang Tbk 3 hari. Perusahaan yang memiliki inventories turnover ratio terkecil cenderung mengalami penurunan pada inventories turnover selama tahun 2004-2007. Perusahaan yang memiliki inventories turnover ratio yang besar mengalami kenaikan pada inventories turnover, hal ini terjadi karena adanya kenaikan persediaan, tetapi dilain pihak terjadi penuruna harga pokok penjualan. Ini berarti kenaikan persediaan tidak didukung dengan peningkatan penjualan, sehingga terjadi kenaikan pada inventories turnover perusahaan.

f. Analisis variabel independent receivable turnover ratio Receivable turnover ratio adalah rasio yang menunjukkan efisiensi pengelolaan

piutang

pada

perusahaan.

Semakin

tinggi

rasio

menunjukkan modal kerja yang ditanamkan pada piutang rendah. (Sawir, 2001:16).

65

Tabel 4.7 Receivable Turnover Ratio No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.

Nama Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Aqua Golden Mississi Tbk Astra Graphia Tbk Astra International Tbk Berlian Laju Tanker Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gowa Makassar Tbk Gudang Garam Tbk Humpuss Intermoda Trans Tbk HM Sampoerna Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indorama Syntetics Tbk Indosat Tbk Kimia Farma Tbk Lion Metal Works Tbk Lion Meshprima Tbk Lautan Luas Tbk Medco Energi International Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Matahari Putra Prima Tbk Mayora Indah Tbk Perusahaan Gas Negara Tbk Selamat Sempurna Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Mandom Indonesia Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Tempo Scan Pacific Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk

2004 7 27 37 80 53 32 62 54 15 293 7 7 33 33 37 45 82 38 71 104 40 5 88 55 80 31 53 32 19 66 56

2005 10 29 57 79 54 53 64 45 6 34 25 8 28 47 38 35 68 57 78 88 51 9 74 54 29 44 52 27 213 55 22

2006 2 68 63 94 58 31 74 46 6 36 21 5 31 39 23 47 67 39 74 106 41 8 85 48 84 35 56 21 225 60 22

2007 AVG 7 6 80 51 53 52 116 92 53 54 24 35 58 64 57 50 23 12 253 154 36 22 23 11 26 29 47 41 27 31 36 41 85 75 29 41 64 72 81 95 51 46 31 13 94 85 46 51 100 73 18 32 76 59 22 25 217 168 45 56 23 31

(Sumber data diolah) Dari table 4.7 dapat dilihat perusahaan yang mempunyai rata-rata receivable turnover ratio terendah selama tahun 2004-2007 yaitu PT. Astra Agro Lestari Tbk 6 hari, PT. HM. Sampoerna Tbk 11 hari, PT.

66

Gowa Makassar Tbk 12 hari, PT. Matahari Putra Prima Tbk 13 hari, dan PT. Humpuss Intermoda Trans Tbk 22 hari. Terlihat bahwa 5 perusahaan yang mempunyai rata-rata receivable turnover ratio terkecil cenderung mengalami kenaikan. PT. Matahari Putra Prima Tbk mengalami kenaikan receivable turnover secara berturut-turut dari tahun 2004-2007. Hal ini disebabkan karena selama tahun 2004-2007 terjadi kenaikan receivable turnover, berarti secara rata-rata pelanggan tidak dapat membayar hutang pada waktunya. Karena kenaikan terjadi secara berturut-turut, mungkin harus dilakukan

langkah-langkah

dalam

kebijakan

kredit

untuk

memperlancar penagihan piutang.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data-data bertipe skala sebagaimana pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas.

67

Gambar 4.1 Uji Normalitas Berdasarkan Normal Probability Plot of Residual, diketahui bahwa residual membentuk suatu pola garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal.

Gambar 4.2 Histogram

68

Jika dilihat dari histogram, terlihat bahwa sebaran data residual secara umum berbentuk lonceng. Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal. Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

uji

Kolmogorov-Smirnov

untuk

menguji

sesuai

(goodness of fit). Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel (observasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal, uniform, eksponensial, atau poisson). Jadi hipotesis statistiknya adalah bahwa distribusi frekuensi hasil pengamatan sesuai dengan distribusi frekuensi harapan (teoritis). Berikut ini adalah hasil uji Kolmogorov Smirnov terhadap data residual : Tabel 4.8 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual 124 .0000000 11.47748601 .157 .157 -.108 1.748 .244

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

69

Berikut adalah hipotesisnya : H0 : F(x) = F0(x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi frekuensi hasil pengamatan, dan F0(x) adalah distribusi frekuensi harapan (teoritis) dalam artian residual berdistribusi normal. H 1 : F(x) ? F0(x) atau distribusi residual tidak normal Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan nilai tingkat kepercayan 95% (a = 0,05) : Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 tidak ditolak (diterima) Jika probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak Hasil uji normalitas pada data residual, berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh angka probabilitas sebesar 0.242 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5 % atau (0.05), maka lebih besar dari 0.05. Dengan demikian maka H0 tidak ditolak atau diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedasitas, dapat dilakukan dengan melihat grafik Normal P-P Plot dan grafik scatter plot. Jika pada grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar mengelilingi garis diagonal, maka pengujian ini bebas dari heteroskedasitas dan sebaliknya jika titik-titik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh dari garis diagonal maka diindikasikan adanya heteroskedasitas. Sedangkan pada grafik scatter plot, jika pada grafik

70

tersebut ada pola tertentu seperti titik-titik membentuk pola teratur (bergelombang, melebar, dan menyempit) maka diindikasikan telah terjadi heteroskedasitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titiktitik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Singgih Santoso, (2004:208)

Gambar 4.3 Scatter Plot Dari grafik scatter plot terlihat bahwa titik-titik dari data menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi atau data bersifat homoskedastisitas, sehingga model regresi layak digunakan untuk menganalisis ROA yang diukur dari beberapa faktor.

71

c. Uji Multikolinearitas Tabel 4.9 Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model 1

Sales Growth Ratio Financial Debt Ratio Fixed Financial Assets Ratio Inventory Turnover Receivable Turnover

Collinearity Statistics Tolerance VIF .998 1.002 .928 1.077 .919 1.088 .888 1.126 .989 1.011

a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan nilai VIF dan Tolerance pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa variabel independen (sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover dan receivable turnover) memiliki nilai VIF terletak di sekitar angka 1, yang berarti model tidak mempunyai kolinearitas antar variabel independennya. Selanjutnya dapat dilihat juga nilai tolerance yang mendekati angka 1, yang berarti variabel independen dinyatakan tidak multikolinearitas. Sebab jika nilai TOL < 0.1 berarti variabel independen mempunyai kolerasi yang sempurna.

d. Uji Autokolerasi Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya otokorelasi dalam analisis ini adalah uji statistik Durbin–Watson, diperoleh hasil berikut:

72

Tabel 4.10 Uji Autokolerasi Model Summaryb Model 1

Adjusted R Square .201

R R Square .483a .233

Std. Error of the Estimate 11.71813034

DurbinWatson 1.847

a. Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio b. Dependent Variable: ROA

Singgih

Santoso,

(2002:214).

Untuk

mendeteksi

terjadi

autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW). Bila nilai DW terletak diantara angka -2 < DW < 2 maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi, baik positif maupun negative. Berdasarkan output di atas didapatkan nilai DW adalah 1.847. Dengan mengikuti ketentuan di atas, dapat dikategorikan bahwa nilai DW (1.796) berada diantara interval -2 < DW < 2 sehingga tidak terjadi autokorelasi.

3. Analisis Koefisien Regresi Berganda a. Uji Simultan (Uji F) Tabel 4.11 Uji Simultan (Uji F) ANOVA b Model 1

Regression Residual Total

Sum of Squares 4924.590 16203.120 21127.711

df 5 118 123

Mean Square 984.918 137.315

F 7.173

Sig. .000a

a. Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio b. Dependent Variable: ROA

73

Pada tabel 4.11 ditampilkan hasil uji F yang dapat dipergunakan untuk menguji apakah model regresi yang didapatkan sudah cocok dengan data atau tidak. Jika terdapat kecocokan antara model regresi dengan data, maka model regresi tersebut dapat digunakan untuk menganalisis ROA dengan diukur dari sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover dan receivable turnover. Dari penghitungan didapat nilai Fhitung sebesar 7.173 dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 5 dan df2 = 118, di dapat nilai F tabel = 2.29. Karena nilai Fhitung (7.173) > nilai Ftabel (2.29) maka H 0 ditolak atau terdapat kecocokan antara model dengan data. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover dan receivable turnover dengan signifikan memberikan kontribusi atau pengaruh yang besar terhadap variabel ROA. Atau jika dilihat dengan menggunakan nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0.000 < 0.05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data.

74

b. Uji Parsial (Uji t) 1. Persamaan Regresi Tabel 4.12 Uji parsial Terhadap Parameter Coefficientsa

Model 1

Unstandardized Coefficients B Std. Error 32.272 4.324 12.485 4.175 -30.430 6.172 -12.810 5.714 .048 .024 -.050 .024

(Constant) Sales Growth Ratio Financial Debt Ratio Fixed Financial Assets Ratio Inventory Turnover Receivable Turnover

t 7.464 2.991 -4.930 -2.242 2.008 -2.062

Sig. .000 .003 .000 .027 .047 .041

a. Dependent Variable: ROA

Dari tabel di atas diperoleh persamaan atau model regresi sebagai berikut : Y = 32.272 + 12.483 X1 - 30.430 X2 – 12.810 X3 + 0.048 X4– 0.050 X5 Dimana X1 = Sales growth ratio X2 = Financial debt ratio X3 = Fixed financial assets ratio X4 = Inventories turnove ratio X5 = Receivable turnover ratio Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa : a. Konstanta sebesar 32.273 menyatakan bahwa jika nilai dari variabel independen nol, maka besarnya ROA adalah sebesar 32.273. b. Koefisien

regresi

ˆ (Sales 1

growth

ratio)

sebesar

12.483

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel sales growth

75

ratio (karena bertanda +) maka nilai Y (ROA) akan bertambah sebesar 12.483 dimana variabel lain dianggap konstan. c. Koefisien regresi

ˆ

2

(Financial debt ratio) sebesar –30.430

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel financial debt ratio (karena bertanda -) maka nilai Y (ROA) akan berkurang sebesar 30.430 dimana variabel lain dianggap konstan. d. Koefisien regresi ˆ3 (Fixed financial assets ratio) sebesar –12.810 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel fixed financial assets ratio (karena bertanda -) maka nilai Y (ROA) akan berkurang sebesar 12.810 dimana variabel lain dianggap konstan. e. Koefisien regresi ˆ4 (inventories turnover ratio) sebesar 0.048 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel inventories turnove rratio (karena bertanda +) maka nilai Y (ROA) akan bertambah sebesar 0.048 dimana variabel lain dianggap konstan. f. Koefisien regresi ˆ5 (receivable turnover ratio) sebesar –0.050 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel receivable turnover ratio (karena bertanda -) maka nilai Y (ROA) akan berkurang sebesar 0.050 dimana variabel lain dianggap konstan.

Setelah itu, dari persamaan regresi yang didapatkan, akan dilakukan pengujian apakah nilai konstanta dan koefisien variabel independen memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap

76

variabel dependen, untuk itu dilakukan uji parsial (Uji t). Pengujian ini bisa dilakukan dengan dua metode, yang pertama dengan uji t yaitu membandingkan nilai thitung dengan ttabel dan yang kedua dengan uji signifikansi. Berikut adalah pengujiannya : a.

Menguji signifiknasi konstanta ( ˆ0 ) pada model regresi : Terlihat bahwa t hitung untuk konstanta ˆ0 adalah 7.464, sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat t tabel adalah 1.98. Karena t hitung > ttabel, (7.464 > 1.98), maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa kostanta

ˆ

0

berpengaruh

signifikan terhadap ROA. Dapat dilihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0.000 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu kostanta ˆ0 berpengaruh signifikan terhadap ROA.

77

b.

Menguji signifiknasi koefisien ˆ1 (Sales growth ratio) pada model regresi : Terlihat bahwa t hitung untuk koefisien ˆ1 adalah 2.991, sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat t tabel adalah 1.98. Karena t hitung > ttabel, (2.991 > 1.98), maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien

ˆ berpengaruh 1

signifikan terhadap ROA. Dapat dilihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0.003 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.003 < 0.05). Dengan demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien ˆ1 atau sales growth ratio berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Hadori Yunus (2005) yang mengasumsikan apabila ada peningkatan jumlah aktiva lancar maka semakin perlu pendanaan eksternal tanpa ada peningkatan laba.

78

c.

Menguji signifiknasi koefisien ˆ2 (Financial debt ratio) pada model regresi : Terlihat bahwa t hitung untuk koefisien ˆ2 adalah 4.930, sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat t tabel adalah 1.98. Karena t hitung > ttabel, (4.930 > 1.98), maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien ˆ2 atau financial debt ratio berpengaruh signifikan terhadap ROA. Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0.000 atau probabilitas di atas 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien ˆ2 atau variabel financial debt ratio signifikan terhadap ROA. Pengaruh financial debt ratio adalah negatif yang menunjukkan hubungan yang berlawanan. Dalam hal ini berarti penurunan financial debt ratio akan mengakibatkan naiknya ROA. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hadori Yunus (2005).

79

d.

Menguji signifiknasi koefisien ˆ3 (Fixed financial assets ratio) pada model regresi: Terlihat bahwa t hitung untuk koefisien ˆ3 adalah 2.242. Sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat t tabel adalah 1.98. Karena |t hitung| > ttabel, (2.242 > 1.98), maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien ˆ3 (Fixed financial assets ratio) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0.027 atau probabilitas di atas 0.05 (0.027 < 0.05). Dengan demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien ˆ3 variabel fixed financial asets ratio berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Pengaruh fixed financial ratio

terhadap ROA adalah

negatif yang menunjukkan hubungan yang berlawanan. Dalam hal ini berarti penurunan fixed financial ratio akan mengakibatkan naiknya return on total assets. Kemungkinan ini disebabkan oleh perusahaan yang belum melakukan efisiensi terhadap fixed financial assetsnya, sehingga tidak dapat meningkatkan kapasitas produksi.

Sedangkan

fixed

financial

assets

yang

tinggi

80

menyebabkan biaya yang tinggi, yang mungkin dapat mengurangi profitabilitas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadori Yunus (2005). e.

Menguji signifiknasi koefisien ˆ4 (Inventories turnover ratio) pada model regresi : Terlihat bahwa t hitung untuk koefisien ˆ4 adalah 2.008. Sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat t tabel adalah 1.98. Karena t hitung > ttabel, (2.008 > 1.98), maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien

ˆ

4

(variabel

Inventories Turnover) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0.047 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.047 < 0.05). Dengan demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien variabel Inventories turnover ratio berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Hadori Yunus (2005), yang mengasumsikan bahwa masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum melakukan efisiensi.

81

f.

Menguji signifiknasi koefisien ˆ5 (Receivable turnover ratio) pada model regresi : Terlihat bahwa t hitung untuk koefisien

ˆ

5

adalah 2.062

Sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat t tabel adalah 1.98. Karena t hitung > ttabel, (2.062 > 1.98), maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien

ˆ

5

(variabel

receivable turnover ratio) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0.041 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.041 < 0.05). Dengan demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien variabel receivable turnover ratio berpengaruh signifikan terhadap ROA. Pengaruh receivable turnover ratio terhadap ROA adalah negatif yang menunjukkan hubungan yang berlawanan. Dalam hal ini berarti semakin kecil receivable turnover ratio akan mengakibatkan meningkatnya return on total assets. Hal ini sesuai dengan teori Emery, piutang usaha merupakan investasi jangka pendek yang lebih menguntungkan daripada surat-surat berharga, keuntungan yang tinggi memegang peranan penting dalam penambahan account receivable, karena perusahaan

82

dengan tingkat keuntungan yang tinggi mempunyai lebih banyak kas untuk dipinjamkan ke konsumen.

C.

Koefisien Determinasi Tabel 4.13 Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model 1

R R Square .483a .233

Adjusted R Square .201

Std. Error of the Estimate 11.71813034

DurbinWatson 1.847

a. Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio b. Dependent Variable: ROA

Pada tabel 4.13, didapat satu model regresi dengan nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0.233 (23.3%). Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa 23.3 % ROA dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio dan receivable turnover ratio. Sedangkan sisanya (100% - 23.3% = 76.7%) ROA dipengaruhi oleh hal-hal atau variabel lain, seperti surat berharga.

83

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka hasil dari penelitian mengenai analisis modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Setelah melalui tahapan uji statistik dengan pembuktian hipotesis, ternyata terdapat hasil yang menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel modal kerja (Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio dan receivable turnover ratio) terhadap profitabilitas (return on total assets ratio) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa dari lima variabel independen yaitu sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, nventory turnover ratio dan receivable turnover ratio, variabel yang paling dominan mempengaruhi profitabilitas (return on total assets ratio) adalah financial debt ratio karena mempunyai nilai t statistik paling besar dan probabilitas paling kecil.

84 84

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, masih terdapat keterbatasan, sehingga masih bayak yang perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian selanjutnya. Adapun saran yang perlu peneliti tambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi, yaitu sebagai berikut : 1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap beberapa variabel lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas. 2. Obyek penelitian dapat diperluas tidak hanya pada perusahaan sektor industri manufaktur saja, tetapi juga pada jenis perusahaan lain.

C. Implikasi dan Keterbatasan 1. Implikasi Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu: a. Bagi

perusahaan,

khususnya

manajer

keuangan

di

dalam

merencanakan dan mengendalikan modal kerja supaya efektif dan efisien, juga lebih memperhatikan lagi variabel yang sangat menentukan profitabilitas perusahaan, sehingga dapat dipertimbangkan dan dievaluasi lagi. b. Bagi akademisi, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai mengenai pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dan mungkin dapat menjadi bahan referensi serta perbandingan untuk penelitian yang akan datang.

85

2. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :

a. Penelitian ini tidak mempertimbangkan adanya

size effect. Ukuran

perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. b. Penelitian ini hanya meneliti sebagian variabel -variabel yang termasuk komponen modal kerja sehingga agar lebih membuktikan faktor -faktor yang mempengaruhi profitabilitas dapat digunakan variabel

-variabel

lain.

86

Daftar Pustaka

Beodijoewono, Noegroho, “Pengantar Statistik: Ekonomi Dan Perusahaan”, Jilid 2 Edisi Revisi, Unit Penerbit Dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta, 2001. Brigham, Eugene F and Daves, Philip R, “Intermediate Financial Management”, Thomson Learning, UK, 2001. Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F, “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Deloof, Marc, “Does Working Capital Management Affect Profitablity of Belgian Firms?”. Journal of Business Finance and Accounting, 30 (3) & (4), April/May 2003. Faurani, “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas dan Rentabilitas Pada Koperasi Dharma Wanita”, Mandalika, Nusa Tenggara Timur, 2004. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2001. Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Grafika Karya Utama, Jakarta, 2005. Hermawati, Ima. “Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas,dan Solvabilitas Terhadap Modal Kerja”, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2007. Koetin. E. A, ”Analisis Dasar Modal”.Cetakan ke-4, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002. Meckim, David, “Naked Finance: Pengelolaan Uang Yang Gamblang”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008. Munawir, S, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi ke-4, Liberty, Yogyakarta, 2004. Putro, Djohan Bramantyo, “Manajemen Keuangan Korporat”, Mitra Kesjaya, Jakarta, 2008. Riyanto, Bambang, “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi ke-4, BPFE, Yogyakarta, 2001.

87 87

Santoso, Singgih, “Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004. Sartono, Agus, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi” Edisi 4, BPFE, Yogyakarta, 2001. Sawir, Agnes, “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”, cetakan ke-5, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005. Yunus, Hadori, “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Vol.01, UPI YAI, Jakarta, 2005.

88

LAMPIRAN

89

LAMPIRAN 1. DATA ROA No Nama Perusahaan 1 Astra Agro Lestari Tbk 2 Adhi Karya (persero) Tbk 3 Aneka Tambang (persero) Tbk 4 Aqua Golden Mississi Tbk 5 Astra Graphia Tbk 6 Astra Internasional Tbk 7 Berlian Laju Tangker Tbk 8 Goodyear Indonesia Tbk 9 Gowa Makassar Tbk 10 Gudang Garam Tbk 11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 12 HM Sampoerna Tbk 13 Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Indorama Syntetics Tbk 15 Indosat Tbk 16 Kimia Farma Tbk 17 Lion Metal Works Tbk 18 Lion Meshprima Tbk 19 Lautan Luas Tbk 20 Medco Energi International Tbk 21 Multi Bintang Indonesia Tbk 22 Matahari Putra Prima Tbk 23 Mayora Indah Tbk 24 Perusahaan Gas Negara Tbk 25 Selamat Sempurna Tbk 26 Tunas Baru Lampung Tbk 27 Mandom Indonesia Tbk 28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 29 Tempo Scan Pacific Tbk 30 United Tractors Tbk 31 Unilever Indonesia Tbk

2004 36.5 5.2 13.4 19.89 10.4 17.46 8.26 9.18 3.17 12.25 7.22 26.46 7.6 1.3 5.91 7 23.32 9.8 3.44 9.21 23.08 3.23 9.81 10.85 15.09 2.17 25.31 26.12 17.26 14.72 57.55

2005 2006 36.02 33.01 4.81 4.49 18.8 30.5 12.5 10 10.5 14 10.1 16.7 14.8 3.72 8.87 -1.73 3.22 3.83 7.38 9.21 7.23 9 31.2 42.2 6.99 6.57 0.5 0.49 6.47 4.5 5.36 5.95 17 15.9 14.2 22.7 5.78 7.11 5.2 25.2 22.4 18.2 2.54 -0.69 4.63 9.12 17.5 12.1 15.4 14.7 1.28 3.86 24.7 21.3 29.3 31.2 14.8 14.3 12 15.8 53.73 53.28

2007 54.44 3.55 60.7 8.92 15.3 19 6.28 8.06 4.62 11 8.8 20.4 6.62 0.52 5.31 6.65 11 15.1 13.1 21.3 12 3.01 9.46 5.02 12.1 5.64 20.4 22.3 14.9 16.9 52.90

90

LAMPIRAN 2. DATA SALES GROWTH RATIO 2004 2005 2006 No Nama Perusahaan 1 Astra Agro Lestari Tbk 0.36 -0.03 0.11 2 Adhi Karya (persero) Tbk 0.23 0.09 0.43 3 Aneka Tambang (persero) Tbk 0.33 0.14 0.71 4 Aqua Golden Mississi Tbk 0.23 0.17 0.06 5 Astra Graphia Tbk 0.12 0.15 0.13 6 Astra Internasional Tbk 0.21 -0.09 0.27 7 Berlian Laju Tangker Tbk 0.15 0.17 0.18 8 Goodyear Indonesia Tbk 0.37 0.13 0.12 9 Gowa Makassar Tbk 0.17 0 0.14 10 Gudang Garam Tbk 0.08 0.06 0.06 11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.06 0.14 0.03 12 HM Sampoerna Tbk 0.2 0.39 0.19 13 Indofood Sukses Makmur Tbk 0.22 0.16 0.26 14 Indorama Syntetics Tbk 0.3 0.17 -0.07 15 Indosat Tbk 0.07 0.05 0.34 16 Kimia Farma Tbk 0.15 0.2 0.08 17 Lion Metal Works Tbk 0.26 0.15 0.11 18 Lion Meshprima Tbk 0.13 -0.23 0.47 19 Lautan Luas Tbk 0.08 0.11 0.12 20 Medco Energi International Tbk 0.19 0.17 0.29 21 Multi Bintang Indonesia Tbk 0.26 0.19 0.04 22 Matahari Putra Prima Tbk 0.28 0.22 0.15 23 Mayora Indah Tbk 0.24 0.23 0.15 24 Perusahaan Gas Negara Tbk 0.27 0.22 0.32 25 Selamat Sempurna Tbk 0.51 0.17 0.02 26 Tunas Baru Lampung Tbk 0.01 -0.02 0.54 27 Mandom Indonesia Tbk 0.25 0.13 0.05 28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.23 0.22 0.15 29 Tempo Scan Pacific Tbk 0.12 -0.89 0.24 30 United Tractors Tbk 0.08 0.03 0.32 31 Unilever Indonesia Tbk 0.33 0.72 0.1 LAMPIRAN 3. DATA FINANCIAL DEBT RATIO No Nama Perusahaan

2007 0.58 0.14 1.13 -0.14 0.17 0.37 0.92 -0.16 -0.27 0.07 -0.32 -0.51 0.39 -0.2 0.13 0.14 -0.27 0.39 0.64 0.52 -0.23 0.22 0.07 0.45 -0.09 1.14 -0.14 0.02 0.17 0.53 0.24

1 Astra Agro Lestari Tbk

2004 2005 2006 2007 0.05 0.15 0.18 0.21

2 Adhi Karya (persero) Tbk

0.87

0.84 0.84 0.87

3 Aneka Tambang (persero) Tbk

0.59

0.52 0.41 0.27

91

4 Aqua Golden Mississi Tbk

0.46

0.43 0.43 0.41

5 Astra Graphia Tbk

0.45

0.45 0.49 0.49

6 Astra Internasional Tbk

0.48

0.54 0.59 0.59

7 Berlian Laju Tangker Tbk

0.74

0.61 0.83 0.76

8 Goodyear Indonesia Tbk

0.35

0.40 0.38 0.42

9 Gowa Makassar Tbk

0.73

0.71 0.69 0.68

10 Gudang Garam Tbk

0.40

0.39 0.40 0.35

11 Humpuss Intermoda Trans Tbk

0.62

0.53 0.41 0.38

12 HM Sampoerna Tbk

0.55

0.59 0.54 0.50

13 Indofood Sukses Makmur Tbk

0.67

0.65 0.64 0.66

14 Indorama Syntetics Tbk

0.55

0.57 0.60 0.60

15 Indosat Tbk

0.55

0.55 0.62 0.65

16 Kimia Farma Tbk

0.28

0.30 0.34 0.34

17 Lion Metal Works Tbk

0.17

0.18 0.20 0.24

18 Lion Meshprima Tbk

0.49

0.46 0.53 0.38

19 Lautan Luas Tbk

0.64

0.67 0.67 0.72

20 Medco Energi International Tbk

0.59

0.64 0.69 0.62

21 Multi Bintang Indonesia Tbk

0.52

0.60 0.67 0.68

22 Matahari Putra Prima Tbk

0.53

0.63 0.60 0.67

23 Mayora Indah Tbk

0.31

0.37 0.36 0.39

24 Perusahaan Gas Negara Tbk

0.60

0.59 0.65 0.68

25 Selamat Sempurna Tbk

0.37

0.34 0.33 0.34

26 Tunas Baru Lampung Tbk

0.64

0.57 0.61 0.68

27 Mandom Indonesia Tbk

0.15

015

28 Telekomunikasi Indonesia Tbk

0.52

0.51 0.47 0.51

29 Tempo Scan Pacific Tbk

0.60

0.18 0.20 0.22

30 United Tractors Tbk

0.60

0.58 0.55 0.50

31 Unilever Indonesia Tbk

2.10

0.48 0.49 0.35

0.09 0.12

92

LAMPIRAN 4. DATA FIXED FINANCIAL ASSETS RATIO No Nama Perusahaan 1 Astra Agro Lestari Tbk 2 Adhi Karya (persero) Tbk 3 Aneka Tambang (persero) Tbk 4 Aqua Golden Mississi Tbk 5 Astra Graphia Tbk 6 Astra Internasional Tbk 7 Berlian Laju Tangker Tbk 8 Goodyear Indonesia Tbk 9 Gowa Makassar Tbk 10 Gudang Garam Tbk 11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 12 HM Sampoerna Tbk 13 Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Indorama Syntetics Tbk 15 Indosat Tbk 16 Kimia Farma Tbk 17 Lion Metal Works Tbk 18 Lion Meshprima Tbk 19 Lautan Luas Tbk 20 Medco Energi International Tbk 21 Multi Bintang Indonesia Tbk 22 Matahari Putra Prima Tbk 23 Mayora Indah Tbk 24 Perusahaan Gas Negara Tbk 25 Selamat Sempurna Tbk 26 Tunas Baru Lampung Tbk 27 Mandom Indonesia Tbk 28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 29 Tempo Scan Pacific Tbk 30 United Tractors Tbk 31 Unilever Indonesia Tbk

2004 2005 2006 2007 0.31 0.4 0.44 0.32 0.05 0.05 0.04 0.03 0.44 0.59 0.45 0.25 0.43 0.39 0.32 0.33 0.23 0.27 0.23 0.22 0.24 0.22 0.22 0.01 0.65 0.07 0.26 0.82 0.31 0.24 0.25 0.31 0.02 0.02 0.01 0.01 0.33 0.31 0.26 0.27 0.61 0.84 0.71 0.65 0.2 0.2 0.18 0.17 0.4 0.39 0.27 0.24 0.53 0.5 0.55 0.55 0.65 0.82 0.67 0.74 0.34 0.32 0.28 0.27 0.12 0.1 0.08 0.08 0.25 0.25 0.15 0.14 0.29 0.23 0.3 0.25 0.2 0.25 0.23 0.07 0.49 0.59 0.61 0.59 0.38 0.33 0.2 0.19 0.47 0.5 0.47 0.42 0.56 0.09 0.8 0.68 0.37 0.37 0.36 0.34 0.37 0.37 0.33 0.33 0.44 0.44 0.45 0.4 0.07 0.73 0.74 0.77 0.25 0.24 0.22 0.22 0.4 0.46 0.42 0.41 0.47 0.03 0.41 0.01

93

LAMPIRAN 5. DATA INVENTORIES TURNOVER RATIO No Nama Perusahaan 1 Astra Agro Lestari Tbk 2 Adhi Karya (persero) Tbk 3 Aneka Tambang (persero) Tbk 4 Aqua Golden Mississi Tbk 5 Astra Graphia Tbk 6 Astra Internasional Tbk 7 Berlian Laju Tangker Tbk 8 Goodyear Indonesia Tbk 9 Gowa Makassar Tbk 10 Gudang Garam Tbk 11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 12 HM Sampoerna Tbk 13 Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Indorama Syntetics Tbk 15 Indosat Tbk 16 Kimia Farma Tbk 17 Lion Metal Works Tbk 18 Lion Meshprima Tbk 19 Lautan Luas Tbk 20 Medco Energi International Tbk 21 Multi Bintang Indonesia Tbk 22 Matahari Putra Prima Tbk 23 Mayora Indah Tbk 24 Perusahaan Gas Negara Tbk 25 Selamat Sempurna Tbk 26 Tunas Baru Lampung Tbk 27 Mandom Indonesia Tbk 28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 29 Tempo Scan Pacific Tbk 30 United Tractors Tbk 31 Unilever Indonesia Tbk

2004 2005 2006 2007 13 10 11 6 20 18 21 17 4 3 3 3 50 59 66 48 3 4 4 3 9 10 39 8 27 33 21 3 7 8 8 6 1 1 2 1 1 2 2 2 82 52 78 37 2 3 3 1 5 6 5 5 6 7 7 4 38 79 74 57 5 7 6 5 1 1 1 1 7 5 4 5 5 5 6 4 8 10 9 24 5 7 6 6 7 8 8 9 6 8 6 5 106 123 182 359 3 4 3 3 7 7 7 3 4 4 3 3 111 139 155 174 5 4 4 4 5 7 7 4 3 7 7 6

94

LAMPIRAN 6. DATA RECEIVABLE TURNOVER RATIO No Nama Perusahaan 1 Astra Agro Lestari Tbk 2 Adhi Karya (persero) Tbk 3 Aneka Tambang (persero) Tbk 4 Aqua Golden Mississi Tbk 5 Astra Graphia Tbk 6 Astra Internasional Tbk 7 Berlian Laju Tangker Tbk 8 Goodyear Indonesia Tbk 9 Gowa Makassar Tbk 10 Gudang Garam Tbk 11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 12 HM Sampoerna Tbk 13 Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Indorama Syntetics Tbk 15 Indosat Tbk 16 Kimia Farma Tbk 17 Lion Metal Works Tbk 18 Lion Meshprima Tbk 19 Lautan Luas Tbk 20 Medco Energi International Tbk 21 Multi Bintang Indonesia Tbk 22 Matahari Putra Prima Tbk 23 Mayora Indah Tbk 24 Perusahaan Gas Negara Tbk 25 Selamat Sempurna Tbk 26 Tunas Baru Lampung Tbk 27 Mandom Indonesia Tbk 28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 29 Tempo Scan Pacific Tbk 30 United Tractors Tbk 31 Unilever Indonesia Tbk

2004 2005 2006 2007 7 10 2 7 27 29 68 80 37 57 63 53 80 79 94 116 53 54 58 53 32 53 31 24 62 64 74 58 54 45 46 57 15 6 6 23 293 34 36 253 17 25 21 36 7 8 5 23 33 28 31 26 33 47 39 47 37 38 23 27 45 35 47 36 82 68 67 85 38 57 39 29 71 78 74 64 104 88 106 81 40 51 41 51 5 9 8 31 88 74 85 94 55 54 48 46 80 29 84 100 31 44 35 18 53 52 56 76 32 27 21 22 19 213 225 217 66 55 60 45 56 22 22 23

95

LAMPIRAN 7. OUTPUT REGRESI Variables Entered/Removedb Model 1

Variables Entered

Variables Removed

Receivable Turnover, Financial Debt Ratio, Sales Growth Ratio, Fixed Financial Assets Ratio, Inventorya Turnover

Method

.

Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ROA

Model Summaryb Model 1

R R Square .483a .233

Adjusted R Square .201

Std. Error of the Estimate 11.71813034

DurbinWatson 1.847

a. Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio b. Dependent Variable: ROA

ANOVAb Model 1

Regression Residual Total

Sum of Squares 4924.590 16203.120 21127.711

df 5 118 123

Mean Square 984.918 137.315

F 7.173

Sig. .000a

a. Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio b. Dependent Variable: ROA

96

Coefficientsa

Model 1

Unstandardized Coefficients B Std. Error 32.272 4.324 12.485 4.175 -30.430 6.172 -12.810 5.714 .048 .024 -.050 .024

(Constant) Sales Growth Ratio Financial Debt Ratio Fixed Financial Assets Ratio Inventory Turnover Receivable Turnover

t 7.464 2.991 -4.930 -2.242 2.008 -2.062

Sig. .000 .003 .000 .027 .047 .041

a. Dependent Variable: ROA

Coefficientsa

Model 1

Collinearity Statistics Tolerance VIF .955 1.047 .900 1.112

Sales Growth Ratio Financial Debt Ratio Fixed Financial Assets Ratio Inventory Turnover Receivable Turnover

.825

1.212

.816 .900

1.226 1.111

a. Dependent Variable: ROA

Residuals Statisticsa Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value

Minimum -1.09488 -2.335

Maximum 32.47256 2.970

Mean 13.68250 .000

Std. Deviation 6.32750497 1.000

1.204

7.491

2.379

.996

124

36.41053 13.67077 40.29706 .00000000 3.439 .000 3.468 .001 40.97676 .01173319 3.644 -.003 49.267 4.960 .489 .013 .401 .040

6.55262210 11.47748601 .979 1.011 12.27793227 1.068 6.305 .052 .051

124 124 124 124 124 124 124 124 124

-1.99853 -65.3527 -5.577 -5.691 -68.0415 -6.652 .306 .000 .002

N 124 124

a. Dependent Variable: ROA

97

98

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N Normal Parameters

a,b

Most Extreme Differences

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual 124 .0000000 11.47748601 .157 .157 -.108 1.748 .244

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

99

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF