Ringkasan Chapter 3
August 25, 2018 | Author: Ulyvianti Agustina | Category: N/A
Short Description
Teori Akuntansi...
Description
Nama : Ulyvianti Agustina NIM
: 15312463
Chapter 3 - Development Development of The Institutional Structure of Financial Accounting Di US sebelum tahun 1930, akuntansi tidak diatur. Praktik dan prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan pada umumnya bersifat rahasia. Sehingga, suatu perusahaan hanya sedikit yang mengetahui tentang prosedur yang diikuti oleh perusahaan lain. Hal ini mengakibatkan kurangnya keseragaman dalam praktik akuntansi diantara perusahaan perusahaan, baik dari tahun ketahun maupun dalam industri yang sama. Berawal dari stock dari stock market crash yang terjadi pada tahun 1929, muncul ide untuk mengatur standar akuntansi. Dulu sebelum pakai IFRS, metode persediaan boleh memilih salah 1 antara FIFO, antara FIFO, LIFO, atau weighted average. average.
A. Formation of the SEC
Di Amerika profesi akuntansi menjadi profesi yang sangat rentan terhadap kesalahan. Oleh karena itu dikeluarkanlah undang-undang (Securities (Securities Act ) yang membentuk SEC (Securities
and
Exchange
Commisssion) untuk Commisssion)
mengawal
surat
berharga
dan exchange (bursa). exchange (bursa). Jadi mulailah dibuat aturan. Sekarang surat berharga sudah diatur dan bursa juga diatur. Di Indonesia namanya BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Undang-undang memberi kewanangan kepada SEC untuk mengatur sekuritas dan pasar modal, termasuk didalamnya kewenangan untuk menyusun standar akuntansi dan standar audit yang terkait dengan laporan keuangan yang akan dilaporkan ke pasar modal. Mulailah timbul ide regulasi. Dulunya unregulated , sekarang regulated . Dulunya bebas, sekarang diatur. Pada awalnya SEC tidak mau menggunakan wewenangnya mengatur praktik akuntansi, membuat standard dan audit, tapi menyerahkannya kepada profesi akuntansi. Standar akuntansi dan standar audit diserahkan kepada profesi akuntansi untuk membuatnya. Tapi, respon organisasi
profesi lambat hingga SEC mengeluarkan Accounting Series Release (ASR) No. 4, yang berisi: Jika akuntan memberi pendapat terhadap laporan keuangan yang laporannya itu disusun pakai standar akuntansi yang standar akuntansi tidak didukung oleh lembaga yang berwewenang mendukungnya, maka akuntan tersebut dituduh misleading (menyesatkan) dan akan diproses. Akhirnya dibentuklah CAP (Committee on Accounting Prosedure) yang tugasnya hanya satu yaitu membuat standar akuntansi sebanyak-banyaknya supaya akuntannya tidak dituduh misleading . Jadi kalau di neraca itu ada inventory pakai FIFO, sudah ada standar yang mendukung FIFO. Kalau di neraca itu ada depresiasi aktiva tetap, sudah ada standar akuntansi yang membolehkan depresiasi aktiva tetap, dan begitu seterusnya. Produknya CAP itu adalah standar akuntansi yang bernama ARB ( Accounting Research Bulletin). Itu adalah standar akuntansinya dan diberi nomor. CAP bekerja dengan baik. hanya saja terkadang timbul konflik, antara accounting profession, dalam hal ini CAP, dengan SEC. Misalnya, ARB No. 32, CAP mengatakan bahwa laporan keuangan untuk laba rugi nya memakai current operating performance, SEC mengatakan jangan dan menyuruh menggunakan all inclusive. Kalau CAP tidak mau menerima permintaan SEC, SEC akan menerbitkan standar yang lebih berkuasa daripada standar akuntansinya CAP . Konflik-konflik ini selalu dimenangkan oleh SEC. Masalah-masalah lainnya timbul, namun akhirnya teratasi. ARB tetap dibuat sampai 51. ARB nomor 43 itu adalah kumpulan dari ARB no 1 sampai 42 dan revisi, karena waktu sudah berubah dan ide sudah berubah jadi ada yang perlu diperbaiki. Semua ARB yang sudah dibuat dari ARB 1-42 disatukan menjadi ARB No. 43. Didalamnya termasuk ada revisi-revisi dan terus dilanjutkan sampai nomor 51. Pada masa itu, mulailah timbul kritik lagi terhadap prosedur penyusunan standar akuntansi yang disusun oleh CAP ini. Salah satu diantara masalah-masalah yang timbul adalah standar sudah banyak dibuat tapi teori standarnya tidak jelas. Orang-orang mulai mengkritik proses penyusunan standar akuntansi ini dan meminta teorinya. Hal ini di respon oleh organisasi profesi. CAP itu dibentuk oleh organisasi profesi yang sekarang namanya AICPA ( American Institute of Certified Public Accountants). Maka CAP kemudian diganti dengan APB ( Accounting Principles Board ). CAP dibubarkan dan dibentuklah APB. APB diberi tambahan
tugas selain membuat standar akuntansi seperti CAP, tambahan tugasnya adalah membuat conceptual
framework yaitu
mengembangkan
teori
akuntansi.
Untuk
mengembangkan teorinya, gunakanlah riset. Berarti ada 3 tugasnya APB: 1. Membuat standar, yang diberi nama APB Opinion 2. Membuat conceptual framework (teori), yang diberi nama APB Statement 3. Melakukan Riset, yang diberi nama Accounting Research Study (ARS)
Kalau CAP tadi nama standarnya ARB, kalau APB namanya APB opinion dan diberi nomor. Conceptual framework nya diberi nama APB Statement dan diberi nomor juga. Risetnya bernama Accounting Research Studies (ARSs) dan dinomori juga.
B. Bagaimana dengan perkembangan akuntansi di Indonesia?
Sebelum tahun 1930-1942, pada tahun 1942 Belanda dikalahkan Jepang, lalu tahun 1945 merdeka dari Jepang dan memasuki awal kemerdekaan. Yang mengajari akuntansi kepada orang Indonesia awalnya adalah Belanda. Berarti akuntansi Indonesia memakai akuntansi Belanda yang pada waktu itu akuntansi Belanda berbeda dengan akuntansi Amerika.
Jadi
awalnya
menggunakan Continental
yang
Approach,
dipelajari sedangkan
adalah
akuntansi
akuntansi
Amerika
Belanda
yang
namanya Anglo
American Approach. Continental itu benua (daratan). Jadi akuntansi Indonesia dulunya adalah akuntansi dari benua Eropa. Dulu ada yang namanya tata buku dan administrasi perusahaan modern. Pengakuan profesinya kalau tata buku itu ada ujian sertifikasi profesinya yang bernama Bond A dan Bond B. Ujian Bond A untuk perusahaan jasa tanpa persediaan barang, dan jika ingin diakui juga untuk perusahaan dagang maka harus menempuh ujian Bond B. Kalau ingin mengetahui cost
accounting
harus
mempelajari APM
(administrasi
perusahaan
modern). Semua itu ada ujiannya dan itulah yang dipakai di Indonesia. Teorinya tidak berkembang karena continental itu lebih mementingkan keseragaman teknik dan prosedur. Lalu Jepang masuk dan Belanda pergi, semua perusahaan berhenti bekerja karena Jepang menggunakan pendekatan perang jangka pendeknya itu sehingga bisnis hancur semua. Akuntansi berhenti. Lalu perang kemerdekaan sehingga tidak sempat mengurusi perusahaan. Setelah Jepang pergi, baru mulai mengelola kembali perusahaan-perusahaan yang ada.
Perusahaan yang ada adalah perusahaan Belanda dulu. Dan ternyata perusahaan belanda dulu itu sahamnya sudah diperjualbelikan di bursa. Di Indonesia ada bursa saham di Jakarta, Semarang, dan Surabaya yang memperdagangkan saham perusahaan-perusahaan Belanda. Jadi Indonesia sudah punya bursa saat dijajah belanda, kemudian dihidupkan lagi bursanya. Tahun 1959, perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia itu dinasionalisasi, diambil alih oleh pemerintah dan menjadi milik pemerintah namanya berubah menjadi PN (Perusahaan Negara). Akhirnya bursa saham yang jual beli saham menjadi mati karena sahamnya seratus persen jadi milik pemerintah dan yang diluar tidak diakui. Kalau tidak ada bursa berarti tidak ada laporan keuangan untuk bursa. Kalau tidak ada laporan keuangan untuk bursa berarti tidak ada auditor yang mengaudit untuk laporan keuangan. Berarti standar akuntansi dan standar auditing macet semua. Tahun 1959-1970 pergantian orde lama ke orde baru. Awal tahun 1970an, orde baru mulai berpikir untuk menghidupkan kembali bursa saham. Dibentuklah panitia persiapan pembukaan bursa. Diantaranya dalam panitia itu ada panitia penyusun standar akuntansi namanya adalah Prinsip Akuntansi Indonesia. Jadi ada komite penyusun prinsip akuntansi Indonesia karena kalau tidak ada standar akuntansi maka laporan keuangan tidak bisa diaudit dan perusahaan tidak bisa go public. Jadilah laporan itu menjadi Prinsip Akuntansi Indonesia yang diberi nama Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1974. Isinya adalah ARS 7 yang diambil dari APB. ARS 7 adalah Inventory of Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) for Business Enterprises. ARS 7 adalah kumpulan standar akuntansi berterima umum untuk perusahaan bisnis. Jadi isinya adalah standar akuntansi yang berlaku di Amerika. PAI 74 itu disarikan dari ARS 7. Indonesia mendapatkan bantuan buku yang berisi ARS 7 yang dipelajari oleh mahasiswa akuntansi FEB UGM pada saat itu yang langsung dari buku aslinya. Untuk membentuk bursa saham tersebut, pendidikan akuntansi mulai dikembangkan. Mulailah berubah menuju akuntansi Amerika dengan datangnya dosen dari Amerika yang mengajar akuntansi di UGM dan UI, dan dosen-dosen UGM dan UI dikirim ke Amerika untuk belajar dan mahasiswa UGM dan UI diberi buku dari Amerika. UNAIR, UNPAD, UNSRI, UB, USU itu belakangan. Mereka masih menggunakan akuntansi Belanda. UGM dan UI yang sudah lebih dulu mempelajarinya, membantu pengembangan akuntansi di universitas
lain dan akhirnya pendidikan akuntansi di Indonesia mulai berkembang dengan menggunakan sistem Amerika. Lalu bangkit kembali bursa di Indonesia, dulu namanya BAPPEPAM (Badan Pelaksana dan Pengawas Pasar Modal) karena bursa yang pertama kali itu dijalankan oleh pemerintah dan yang mengawasi juga pemerintah. Setelah bursanya membesar banyak perusahaan publik mulai menjual saham, bursanya dilepas ke swasta. BAPPEPAM kemudian berubah nama menjadi BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Jadi yang merintis bursa pertama kali adalah pemerintah, sekarang sudah dilepas ke swasta. Bursa berjalan, akuntansi juga berjalan, lalu prinsip akuntansi Indonesia tahun 1974 diubah. Dibentuk tim lagi untuk membentuk prinsip baru dan masih menggunakan standar Amerika lagi yaitu APB Statement No 4. APB Statement no 4 diambil, diterjemahkan, diringkas, lalu dijadikan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) Tahun 84. Mahasiswa akuntansi FEB UGM menggunakan APB Statement No 4 untuk dipelajari di kelas. Mulailah muncul uneven playing field , dimana mulai muncul Internasional Accounting Standard Committee yang terus berkembang menjadi International Accounting Standard Board (IASB). Dulu produknya bernama IAS, sekarang namanya IFRS. BAPEPAM sedunia mempunyai organisasi internasional yang bernama IOSCO (International Organisation of Securities Commission). Organisasi ini menyadari bahwa kalau standar akuntansi di dunia itu hanya satu. Mulailah timbul harmonisasi yang belakangan berubah menjadi konvergensi. Jadi, BAPEPAM di setiap negara berdasarkan hasil rapat IOSCO mendesak profesi akuntansi di negaranya masing-masing untuk mengadopsi IAS (International Accounting Standard). Hampir semua negara berubah termasuk Indonesia, sedangkan Amerika paling sulit untuk berubah karena akuntansinya yang paling maju. Tapi negara lainnya lebih mudah menerima harmonisasi ini karena ditekan oleh BAPEPAMnya masing-masing. Indonesia menyiapkan tim untuk mengambil IAS yang berjumlah 39 dan kemudian diterjemahkan. Lalu terbitlah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kalau pernyataan tersebut diambil dan digabungkan semua namanya SAK (Standar Akuntansi Keuangan). PAI berubah menjadi SAK dan disetujui oleh IAI dalam kongres tahun 1994 di Bandung. Jadi: a. PAI 1974 menggunakan ARS 7 b. PAI 1984 menggunakan APB Statement No. 4 c. PSAK yang diterbitkan tahun 1994 menggunakan IAS
Sejak tahun 1994, Indonesia mulai melepaskan diri dari standar Amerika dan beralih ke standar internasional. PSAK terus dikembangkan sampai akhirnya menggunakan IFRS seperti sekarang ini. Selain standar akuntansi, Indonesia juga memiliki standar audit. Standar audit di Indonesia awalnya diambil dari AICPA. Dulu diberi nama NPA (Norma Pemeriksaan Akuntan). Lalu diperbaiki lagi dengan menggunakan auditing standard dari AICPA dan diberi nama SPAP
(Standar
Profesional
Akuntan
Publik).
Diperbaiki
lagi
dan
sekarang
namanya Standar Audit, itu juga diambil dari AICPA, tapi sekarang sudah berubah diambil dari IFAC (International Federation of Accountants). Jadi sama-sama dimulai dari Amerika dulu dan berubah ke standar internasional.
C. Kembali ke Standar Amerika
Jadi APB punya APB opinion, APB Statement , dan ARS . APB ini juga tidak lepas dari kritik. Terutama kritiknya adalah CAP dan APB itu anggotanya semuanya CPA (Certified Public Accountants). Akhirnya dibentuklah tim oleh AICPA dengan 2 komite yaitu Wheat dan TrueBlood. Tugas wheat committee adalah menyusun format organisasi standar akuntansi untuk mengatasi kritik tadi. Jadi hasilnya diawali dengan Konstituen yang berbentuk sponsoring organization. Ada yang mensponsori penyusunan FASB ini, organisasinya ada 8 yaitu AAA, AICPA, CFA Institute, Financial Executives International (FEI), Government Finance Officers Association, Institute of Management Accountant (IMA), Securities Industry Association, and National Association od State Auditors, Comptroller and Treasurers. FASB tidak dibawah AICPA, berbeda dengan CAP dan APB karena organisasi yang mensponsori ada 8, sponsor yang 8 tadi membentuk yayasan akuntansi keuangan (FAF – Financial Accounting Foundation). Yayasan ini bertugas mengusulkan dan memilih Board of Trustees (Majelis Wali Amanat) yang berjumlah 16, yang 11 orangnya diusulkan oleh 8 organisasi tersebut. Tugas Board of Trustees adalah mencari uang, memilih anggota FASB, dan mengawasi pekerjaan FASB. FASB diawasi oleh Board of Trustees dari FAF, FAF itu salah satunya dipilih oleh AICPA. Jadi kecil sekali pengaruh AICPA ke FASB. Beda dengan CAP dan APB
yang semua anggotanya dipilih oleh AICPA dan isinya akuntan publik semua. Ini dilakukan untuk mengatasi kritik. Tapi
ternyata
tidak
semuanya
puas,
termasuk
AICPA.
AICPA
kemudian
membentuk Accounting Standard Executive Committee (AcSEC). Dulu yang membuat standar adalah AICPA melalui CAP dan APB, sekarang hilang powernya karena pembuatan standar telah diberikan ke FASB. AICPA tidak senang dan membuat badan sendiri tetapi tidak punya power. Punya tulisan tetapi tidak punya power untuk memberlakukan itu. Pemerintah juga tidak
suka
karena
FASB
mau
mengatur
standar
pemerintahan.
Pemerintah
membentuk Government Accounting Standard Board (GASB). Persis seperti di Indonesia, ada DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) dan ada DSAP (Dewan Standar Akuntansi Pemerintahan). Permasalahannya di Amerika adalah setiap kali ada krisis, setiap kali ada kecurangan, jika krisis dan kecurangannya bisa dikaitkan ke akuntansi, maka regulasinya ditambah. Dulu saat krisis tahun 1929, tanpa regulasi berubah menjadi regulasi. Yang melakukan regulasi adalah profesi akuntansi yang diberi kewenangan oleh SEC sampai muncul FASB. Lalu muncul kasus Enron, kasus besar yang menyebabkan bursa saham Amerika terganggu, ternyata kesalahannya disebabkan oleh akuntan publiknya yang bernama Arthur Anderson yang bekerjasama dengan manajemen. Dibentuklah tim oleh kongres yang diketuai oleh 2 orang yaitu Mr Sarbanes dan Mr Oxley. Nama undang-undang di Amerika tergantung ketua timnya. Maka muncullah Sarbanes-Oxley Act (SOX). Undang-undang tersebut berisi pencabutan wewenang AICPA dalam audit. Dibentuklah PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) yaitu badan yang mengawasi akuntan publik, mendaftar akuntan publik, dan membuat standar audit. Jadi kewenangan audit AICPA diambil. Dulu bisa membuat standar akuntansi kemudian diambil alih oleh FASB. Kemudian tugas membuat standar audit diambil alih oleh PCAOB. Jadi profesi sudah tidak punya kewenangan. Regulasinya sekarang dilakukan oleh pemerintah. Dulu FASB itu milik swasta, namun dengan adanya SOX maka FASB tidak boleh menerima uang dari orang lain kecuali dari pemerintah melalui SEC. Jadi yang mendanai FASB adalah SEC dari APBNnya Amerika. Peran SEC menjadi kuat dan peran AICPA menjadi turun.
DSAK Indonesia tidak didanai oleh APBN. Standar audit dibuat oleh IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia) bukan dibuat oleh badan yang dibentuk oleh pemerintah. Jadi Indonesia lebih swasta daripada Amerika.
D. KESIMPULAN 1.
Sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia ada hubungannya dengan perkembangan akuntansi di Amerika.
2.
Perkembangan yang mengarah ke internasional juga berpengaruh ke Indonesia. Indonesia jadi tidak lagi terkait dengan amerika tapi lebih terkait ke internasional.
3.
Standar akuntansinya saat ini pakai IFRS
4.
Standar auditnya pakai IFAC
View more...
Comments