RHINOSINUSITIS AKUT
April 2, 2019 | Author: Evaa Michizane Nurtanio | Category: N/A
Short Description
hvh...
Description
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada tahun 1996, American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Nec k mengusulkan untuk mengganti terminologi sinusitis dengan rinosinusitis. Surgery mengusulkan Istilah rinosinusitis dianggap lebih tepat karena menggambarkan proses penyakit dengan lebih akurat. Beberapa alasan lain yang mendasari perubahan “sinusitis” menjadi menjadi “rinosi “rinosinusi nusitis” tis” adalah adalah 1) membran membran mukosa hidung hidung dan sinus sinus seara seara embriologis berhubungan satu sama lain, !) sebagian besar penderita sinusitis juga menderita rinitis, jarang sinusitis tanpa disertai rinitis, ") gejala pilek, buntu hidung hidung dan berkuran berkurangnya gnya peniuma peniuman n ditemuk ditemukan an baik baik pada sinusiti sinusitiss maupun maupun rinitis, rinitis, dan #) $oto %& san dari penderita penderita common cold menunjukkan menunjukkan in$lamasi mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal seara simultan.1 'inosinusitis, istilah bagi suatu proses in$lamasi yang melibatkan mukosa hidung dan sinus paranasal, merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus mengalami peningkatan seara nyata dan memberikan dampak bagi pengeluaran $inansial masyarakat. masyarakat.!," (ebuah (ebuah peneliti penelitian an epidemi epidemiolog ologii melakuka melakukan n peneliti penelitian an terhada terhadap p prealen prealensi si rinosinu rinosinusiti sitiss tanpa tanpa melihat melihat onsetny onsetnya. a. *i +m +merik erikaa (erikat (erikat,, rinosinusitis akut dan kronik dialami oleh 1# populasi, dengan pengeluaran biaya kesehatan tahunan sebesar -", milyar. *i /ropa, satu s atu episode e pisode rinosinusitis akut terjadi pada 0,# populasi. (uatu analisis berdasarkan beban biaya yang dikeluarkan, rinosinusitis menempati urutan ke9 dari 12 penyakit termahal.# (ekitar 92 pasien dengan rinitis iral 3common cold ), ), sinus paranasalnya paranasalnya juga ikut terpengaruh dan dapat dibuktikan melalui %& san. Beberapa penelitian menunjukkan menunjukkan kultur bakteri yang positi$ pada sekitar 2, sampai ! dari kasus rinitis iral.#
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi 'inosinusitis diartikan sebagai adanya in$lamasi pada hidung dan sinus
paranasal
diirikan
dengan
! atau
lebih
gejala,
salah satunya
adalah
sumbatan4obstruksi4kongesti hidung atau pengeluaran sekret dari hidung 3anterior atau posterior), kemudian nyeri tekan pada 5ajah dan gangguan penghidu.! 'inosinusitis akut diartikan sebagai munulnya ! atau lebih gejala yang terjadi
tibatiba
3
1!
sumbatan4obstruksi4kongesti
minggu). hidung,
7ejalagejala
pengeluaran
tersebut
sekret
dari
adalah hidung
3anterior4posterior), nyeri tekan pada 5ajah, dan gangguan penghidu.! B. Etiologi 'inosinusitis umumnya merupakan penyakit in$eksi. 7ejalagejalanya dapat
sembuh sempurna dengan terapi medis pada hampir 92 kasus. (ekitar !2"2 kasus rinosinusitis akut, penyebabnya adalah irus. Bakteri patogen yang sering menjadi
penyebab
adalah
Streptococcus
pneumoniae
38!2#")
dan
Haemophilus influenza 38!!"), spesies Streptococcus yang lain 3"9), dan Moraxella catarrhalis 38!12). Penyebab yang tidak terlalu sering adalah Staphylococcus aureus 38#), bakteri anaerob 38), dan spesies Haemophilus
yang lain 380). Beberapa $aktor nonin$eksi yang penting dalam patogenesis rinosinusitis adalah intak ostia sinus, aliran udara dalam hidung, aktiitas mukosiliar, imunokompeten, dan proses sekresi. C. Patofisiologi Pato$isiologi rinosinusitis digambarkan sebagai lingkaran tetutup, dimulai
dengan in$lamasi mukosa hidung khususnya kompleks osteomeatal. edem mukosa akan menyebabkan obstruksi ostium sinus sehingga sekresi sinus normal menjadi terjebak 3sinus stasis). Pada keadaan ini entilasi dan drainase sinus masih mungkin dapat kembali normal, baik seara spontan atau e$ek dari obat obat yang diberikan sehingga terjadi kesembuhan. +pabila obstruksi ostium sinus tidak segera diatasi 3obstruksi total) maka dapat terjadi pertumbuhan bakteri sekunder pada mukosa dan airan sinus paranasal.1
3
Pada saat respons in$lamasi terus berlanjut dan respons bakteri mengambil alih, lingkungan sinus berubah ke keadaan yang lebih anaerobik. :lora bakteri menjadi semakin banyak 3polimikrobial) dengan masuknya kuman anaerob seperti Streptococcus pyogenes (microaero-philic streptococci! dan Staphylococcus aureus" Perubahan lingkungan bakteri ini dapat menyebabkan peningkatan
organisme
yang
resisten
dan
menurunkan
e$ektiitas
antibiotik
akibat
ketidakmampuan antibiotik menapai sinus. In$eksi menyebabkan "2 mukosa kolumnar bersilia mengalami perubahan metaplastik menjadi mucus secreting go#let cells, sehingga e$usi sinus makin meningkat.1 D. Gejala Klinis 7ejala rinosinusitis
akut
adalah
sumbatan4obstruksi4kongesti
nasal,
pengeluaran sekret dari hidung 3anterior4posterior), dan penurunan $ungsi peniuman. 7ejalagejala ini terjadi selama 1! minggu.! 7ejala tambahan dapat berupa mengantuk, malaise, demam, halitosis, sakit gigi, $aringitis, dan telinga terasa penuh.# E. Diagnosis ;ntuk mendiagnosis
rinosinusitis
akut,
in$ormasi
didapatkan
dari
anamnesis, pemeriksaan $isik, dan pemeriksaan penunjang. *alam anamnesis, didapatkan gejalagejala seperti sumbatan4obstruksi4kongesti nasal, nyeri 5ajah, pengeluaran sekret dari hidung 3anterior4posterior), dan penurunan $ungsi peniuman. 7ejalagejala ini terjadi selama 1! minggu.! 7ejala tambahan dapat berupa mengantuk, malaise, demam, halitosis, sakit gigi, $aringitis, dan telinga terasa penuh. *apat ditanyakan juga mengenai gejalagejala alergi, seperti bersin bersin, hidung meler, gatal pada hidung, dan gatal pada mata.# *alam pemeriksaan $isik, akan ada nyeri tekan pada 5ajah saat dipalpasi. Pada rinoskopi anterior, tampak mukosa konka nasi yang polipoid, aliran sekret mukopurulent di meatus media, dan edema mukosa pada meatus media.! Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah transiluminasi, pemeriksaan $oto rontgen sinus paranasal, %&san, dan juga kultur kuman.6 &etapi
pemeriksaan
$oto
rontgen
sinus
paranasal
atau
%&san
tidak
direkomendasikan untuk rinosinusitis akut, keuali untuk penyakit yang parah, pasienpasien immunocompromised , dan ada tandatanda komplikasi.!
4
F. Diagnosis Banding 1. 'initis alergi< +dalah penyakit4kelainan yang merupakan mani$estasi klinis kerusakan
jaringan tipe I 37ell = %oombs) dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran. +lergen penyebab adalah alergen inhalan dan alergen ingestan. 7ejala utama adalah hidung tersumbat, rinore, gatal hidung disertai bersin. >adangkadang disertai gatal pada mata dan tenggorok. !. 'initis &B0 +dalah kejadian in$eksi tuberkulosa ekstra pulmoner. Pada pemeriksaan ditemukan adanya sekret mukopurulen dan krusta, sehingga menimbulkan hidung tersumbat. G. Penatalasanaan9,12 +ntibiotik tidak harus diberikan seara rutin. +ntibiotik diberikan untuk
pasienpasien dengan gejala yang memberat seara sistemik 3demam ? "eterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang terserang dan kemosis konjungtia merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah. e. &rombosis sinus kaernosus. >omplikasi ini merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran ena ke dalam sinus kaernosus di mana selanjutnya terbentuk suatu trombo$lebitis septik.
!. Fukokel Fukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus. >ista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya. ". >omplikasi intrakranial a. Feningitis akut *i samping trombosis sinus kaernosus, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut. In$eksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran ena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti le5at dinding posterior sinus $romtalis atau melalui lamina kribri$ormis di dekat sistem sel udara etmoidalis. b. +bses dura
6
+dalah kumpulan pus di antara dura dan tabula interna kraniumG seringkali mengikuti sinusitis $rontalis. Proses ini timbul lambat sehingga pasien mungkin hanya mengeluh nyeri kepala, dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intrakranial yang memadai, mungkin tidak terdapat gejala neurologik lain. . +bses otak +bses otak biasanya terjadi melalui trombo$lebitis yang meluas seara langsung.
BAB III LAP#$AN KASUS I. Identitas Pasien Hama E ;mur E Aenis >elamin E +lamat E &anggal Fasuk E II.
Hy. amida long eluhan ;tama
E nyeri pada kedua hidung b. >eluhan &ambahan E
keluar
ingus
dari hidung, telinga kiri seperti terasa penuh, batuk . 'i5ayat Penyakit (ekarang Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kedua hidung sejak 1 bulan yang lalu. Hyeri lebih terasa pada hidung kanan, bersi$at hilang timbul. Hyeri menjalar sampai di dahi dan sekitar mata. Pasien mengaku ada ingus yang keluar ber5arna kuning, kadang kental, kadang air, berbau, tidak disertai darah, dan hidung juga terasa tersumbat. Pasien juga mengatakan sekarang ini sedang batuk, tetapi tidak pilek, dan telinga kiri seperti terasa penuh, tetapi tidak ada airan. Pasien mengaku keluhan ini tidak disertai bersinbersin sebelumnya dan tidak ada gatal pada mata dan hidung.
7
d. 'i5ayat Penyakit *ahulu Aanuari !21# pasien didiagnosis &B >ronis suspek F*' e. 'i5ayat >ebiasaan E jarang korek telinga $. 'i5ayat pengobatan E tidak ada g. 'i5ayat keluarga E atopi 3)
III. Pe!e%isaan Fisi A. (tatus 7eneralis E Baik &. >eadaan umum '. >esadaran E >ompos mentis E 1#2492 mmg (. &* E 024menit ). Hadi *. (uhu badan E "6, @% +. Pernapasan E !!4menit E Hormoephali ,. >epala E >onjungtia puat 34), sklera ikterik 34), pupil isokor -. Fata
3J4J) . Keher &/. &hora
E Pembesaran >7B 3), massa 3) E (imetris kiri L kanan, normohest, nyeri tekan 3), 'h 4,
Mh 4 E Bunyi jantung I4II reguler, murmur 3), gallop 3) &&. Aantung &'. +bdomen E Peristaltik 3J), massa 3) &(. /kstermitasE *e$ormitas 3), edema 3), hematom 3) B. (tatus && &. Pemeriksaan telinga TELINGA LUA$ *aun telinga Preaurikuler
LIANG TELINGA Kapang4sempit Marna (ekret (erumen
0E0B$AN TI0PANI
KANAN Hormotia Hyeri tekan4tarik 3) ;dem 3) iperemis 3) :istula 3) KANAN Kapang iperemis 3) &idak ada (edikit
KI$I Hormotia Hyeri tekan4tarik 3) ;dem 3) iperemis 3) :istula 3) KI$I Kapang iperemis 3) &idak ada (edikit
KANAN
KI$I
Intak, '% 3J) jam , iperemis 3)
Intak, '% 3J) jam repitasi Hyeri tekan sinus
kanankiri $IN#SK#PI ANTE$I#$ Kanan Ki%i Kapang, sekret 3) Kapang, sekret 3) /dema konka media 3J), /dema konka media 3J),
%aum %onha
puat 3polipoid) puat 3polipoid) *eiasi 3J) spina *eiasi 3) $IN#SK#PI P#$TE$I#$ &idak dilakukan
(eptum
T$ANSILU0INASI &idak dilakukan Ta1el (.' Pe!e%isaan 2id3ng (. Pemeriksaan $aring &onsila palatina ;ula *inding $aring ). Pemeriksaan laring *. Pemeriksaan Keher >elenjar lim$e &iroid
E &14&1, hiperemis 3), kripta 3) E *eiasi 3) E granula 3), hiperemis 3) E &idak dilakukan E &idak ada pembesaran E &idak ada pembesaran, ikut gerakan menelan
I4.
Pe!e%isaan Pen3njang &idak ada
4.
$es3!e
9
Pasien perempuan, umur lindamisin " "22 mg ". +nalgesik E Ibupro$en " #22 mg #. >onsul spesialis paru
10
BAB I4 PE0BAHASAN DAN KESI0PULAN A. Pe!1a2asan Pada pasien ini, dalam anamnesis didapatkan adanya nyeri pada 5ajah,
kongesti hidung, pengeluaran sekret dari hidung, berbau, dan telinga terasa penuh. >eluhan ini baru dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. 7ejala pada pasien ini hampir mirip dengan gejala pada rinosinusitis akut, dimana adanya sumbatan4obstruksi4kongesti nasal, nyeri pada 5ajah, dan pengeluaran sekret dari hidung. (alah satu gejala tambahan yaitu telinga terasa penuh. Hamun pada pasien ini belum mengalami penurunan $ungsi peniuman karena dia sendiri mengaku bah5a sekret yang keluar dari hidungnya itu berbau. (esuai juga dengan apa yang ditulis dalam /P"( bah5a penurunan $ungsi peniuman dapat ada ataupun tidak ada. (elain gejalagejala yang dialami, dapat dilihat juga pada durasi terjadinya gejala. 7ejalagejala yang dirasakan oleh pasien ini baru terjadi 1 bulan, dimana sesuai dengan durasi gejala rinosinusitis akut yaitu 1! minggu. +lasan berikut yang menjadi dasar pasien ini didiagnosa dengan rinosinusitis akut terlihat pada pemeriksaan $isik. Pasien ini merasa nyeri pada sinus etmoidalis kirikanan dan sinus $rontalis kirikanan ketika dipalpasi. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, konka media tampak edema dan puat 3polipoid). asil pemeriksaan ini sesuai dengan hasil pemeriksaan pada rinosinusitis akut. *ari alasanalasan di atas, maka pasien ini didiagnosis rinosinusitis akut dan yang menjadi diagnosis banding pada pasien ini adalah rinitis alergi dan rinitis &B. +lasan diambilnya diagnosis banding ini adalah karena penyebab pasti rinosinusitis akut pada pasien ini belum diketahui. Pada anamnesis, tidak ditemukan gejala dan tanda alergi seperti bersinbersin serta gatal pada hidung dan mata, juga ri5ayat atopi dalam keluarga tidak ada sehingga rinitis alergi dapat disingkirkan. +lasan lain yang mendasari rinitis &B adalah ri5ayat penyakit dahulu pasien yaitu &B >ronis suspek F*'. 'initis &B merupakan kejadian in$eksi tuberkulosa ekstra pulmoner. &etapi rinitis &B ini tidak dapat dijadikan
11
diagnosis utama karena pada pemeriksaan harus ditemukan adanya sekret mukopurulen dan krusta, sehingga menimbulkan hidung tersumbat. (ementara pada pasien ini tidak ditemukan pemeriksaan $isik yang demikian. Pada pasien ini, diberikan terapi berupa dekongestan oral, antibiotik, dan analgesik. *ekongestan menyebabkan enokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor N1 sehingga mengurangi olume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung. +ntibiotik untuk in$eksi bakteri yang terjadi. +nalgesik untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien ini. &idak ada pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini. Aika dilakukan, diharapkan pada transiluminasi tampak sinus yang sehat lebih terang daripada sinus yang sakit. Pada %&san diharapkan tampak penebalan mukosa pada osteomeatal kompleks atau pada sinus yang sakit. Pemeriksaan selanjutnya diperlukan pemeriksaan kultur kuman dari sekret yang ada pada hidung untuk lebih mengetahui penyebab pasti rinosinusitis akut pada pasien ini. B. Kesi!"3lan 'inosinusitis
umumnya
merupakan
penyakit
in$eksi.
Pato$isiologi
rinosinusitis digambarkan sebagai lingkaran tetutup, dimulai dengan in$lamasi mukosa hidung khususnya kompleks osteomeatal. edem mukosa akan menyebabkan obstruksi ostium sinus sehingga sekresi sinus normal menjadi terjebak 3sinus stasis). Pada saat respons in$lamasi terus berlanjut dan respons bakteri mengambil alih, lingkungan sinus berubah ke keadaan yang lebih anaerobik. Perubahan lingkungan bakteri ini dapat menyebabkan peningkatan organisme
yang
resisten
dan
menurunkan
e$ektiitas
antibiotik
akibat
ketidakmampuan antibiotik menapai sinus. >omplikasi yang dapat terjadi adalah komplikasi orbita, mukokel, dan komplikasi intrakranial.
DAFTA$ PUSTAKA
1. >entjono M+. 'inosinusitis E etiologi dan pato$isiologi. (urabayaE :> ;H+I', !22#
12
!. Kund OA et al. /uropean position paper on rhinosinusitis and nasal polyps, !21! ". >ristyono I, (elianti. Pato$isiologi, diagnosis dan penatalaksanaan rinosinusitis kronik tanpa polip nasi pada orang de5asa. (urabayaE :> ;H+I', !22# #. 'yan *. Fanagement o$ aute rhinosinusitis in primary areE hanging paradigms and the emerging role o$ intranasal ortiosteroid. Primary %are 'espiratory Aournal 3!220)G 1
View more...
Comments