Revolusi Rusia 1917

November 23, 2017 | Author: nazelm | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Revolusi Rusia 1917...

Description

Revolusi Rusia 1917 adalah sebuah gerakan politik di Rusia yang memuncak pada 1917 dengan penggulingan pemerintahan provinsi yang telah mengganti sistem Tsar Rusia, dan menuju ke pendirian Uni Soviet, yang berakhir sampai keruntuhannya pada 1991. Revolusi ini dapat dilihat dari dua fase berbeda: 

Yang pertama adalah Revolusi Februari 1917, yang mengganti otokrasi Tsar Nikolai II

Russia, Tsar Russia yang efektif terakhir, dan mendirikan republik liberal. 

Fase kedua adalah Revolusi Oktober yang diinspirasikan oleh Vladimir Lenin dari

partai Bolshevik, memegang kuasa dari Pemerintahan Provinsi. Revolusi kedua ini memiliki efek yang sangat luas, memengaruhi daerah kota dan pedesaan. Meskipun banyak kejadian bersejarah terjadi di Moskwa dan Saint Petersburg, ada juga gerakan di pedesaan di mana rakyat jelata merebut dan membagi tanah Artikel bertopik sejarah ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. Pengaruh Revolusi Rusia Revolusi Rusia telah berhasil menumbangkan kekuasaan Tsar Nicholas II yang memerintah secara diktator. Rakyat Rusia yang merasakan kehidupan di berbagai bidang akibat kediktatoran Tsar Nicholas II, akhirnya berhasil menghimpun kekuatan dan menentang kekuasaannya dalam bentuk revolusi. Revolusi Rusia telah berhasil menumbangkan kediktatoran Rusia. Di samping itu, Revolusi Rusia yang berpaham komunis akhirnya berhasil merubah haluan negara tersebut ke arah negara komunis. Seperti revolusi-revolusi lain, Revolusi Rusia juga membawa dampak baik bagi Rusia sendiri maupun bagi negara-negara di kawasan di dunia termasuk Indonesia. Pengaruh Revolusi Rusia terhadap perkembangan pergerakan nasional di Indonesia tampak jelas dengan berkembangan paham Marxis yang kemudian melahirkan Partai Komunis Indonesia. Benih-benih Marxisme dibawa masuk ke Indonesia oleh seorang Belanda yang bernama H.J.F.M. Sneevliet. Atas dasar Marxisme inilah pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet bersama-sama dengan J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bersgma berhasil mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Sneevliet kemudian melakukan infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam tubuh SI dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai anggota SI, dan sebaliknya anggotaanggota SI menjadi anggota ISDV. Dengan cara ini Sneevliet dan kawan-kawannya telah mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan SI, lebih-lebih setelah berhasil mempengaruhi beberapa pemimpin SI, seperti Semaun dan Darsono. Akibatnya, SI Cabang Semarang yang sudah berada dibawah pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxismenya sehingga menyebabkan perpecahan dalam tubuh SI. Pada tahun 1919 ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia. Dengan demikian, Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia berpengaruh terhadap munculnya pergerakan nasional Indonesia. Bedanya, jika Revolusi Prancis dan Revolusi Amerika berpengaruh terhadap munculnya organisasi

pergerakan nasional yang berpaham nasional dan demokratis. Sebaliknya, Revolusi Rusia berpengaruh terhadap munculnya organisasi pergerakan yang berpaham komunis.

Dari shooving.com 1. Keadaan Rusia Sebelum Revolusi Pada masa pemerintahan Tsar Nicholas II (1894–1917), pemerintahan sangat reaksioner dan bersifat otokratis. Akan tetapi, dalam bidang ekonomi sangat progresif, terutama dalam bidang industri, seperti industri tekstil, pertambangan, batubara, dan besi. Dengan industri yang maju inilah maka muncullah kaum buruh. Pada tahun 1905 terjadi pemberontakan kaum buruh yang bertujuan untuk menuntut perbaikan nasib dan persamaan hak. Hal ini selaras dengan semboyan mereka, yakni sama rasa sama rasa. Di samping itu, rakyat juga menuntut adanya pemerintahan yang liberal. Pada saat itu, Rusia mengalami kekalahan dalam perang melawan Jepang. Di tengah-tengah situasi yang sedang kacau itu, Tsar Nicholas II masih mampu mengatasi keadaan dengan mengambil tindakan sebagai berikut: a. menjamin kebebasan berserikat dan berkumpul, serta kebebasan perorangan diperluas; b. membentuk Duma (DPR). Namun dalam Duma itu sendiri terjadi pertentangan antara kaum Sosialis dan kaum Liberalis. Kaum Sosialis menghendaki susunan masyarakat yang sosialis,sedangkan kaum Liberal menghendaki adanya monarkhi konstitusional. Nicolas II bersikap keras, dan memihak kepada kaum Sosialis sehingga Duma dibubarkan. Hal inilah yang kemudian mendorong timbulnya revolusi. 2. Sebab-Sebab Timbulnya Revolusi Sebab-sebab timbul revolusi Rusia 1917 meliputi bidang bidang politik dan sosial ekonomi. a. Bidang Politik 1) Adanya pemerintahan Tsar Nicholas yang reaksioner. Di negara-negara lain telah mengakui adanya hak-hak politik warga negaranya. Tsar masih saja tidak memberikan hak-hak politik bagi warga negaranya. 2) Duma (DPR) tidak menampakkan dasar-dasar demokratis. b. Bidang Sosial Ekonomi 1) Penghargaan tuan-tuan tanah terhadap buruh tani sangat rendah. Tanah pertanian sebagian besar dimiliki oleh tuan tanah. Kaum tani adalah adalah buruh-buruh di tanah pertanian sehingga mereka menuntut tanah sebagai miliknya. 2) Adanya perbedaan kehidupan antara Tsar dan para bangsawan dengan rakyat yang sangat mencolok. 3) Tsar bersama para bangsawan Rusia hidup dalam kemewahan, sedangkan rakyat terutama kaum buruh dan petani hidup miskin dan menderita. 4) Kaum pengusaha dan intelektual tidak puas dengan situasi pemerintahan Tsar Nicholas II. c. Timbulnya Aliran-Aliran yang Menentang Tsar Nicholas II 1) Kaum Liberal (disebut kaum Kadet) menghendaki monarki konstitusional. 2) Kaum Sosialis menghendaki susunan masyarakat yang sosialis. Selain itu, kaum Sosialis juga menuntut pemerintahan yang modern dan demokratis. 3. Jalannya Revolusi Revolusi Rusia tahun 1917 dapat dibagi menjadi dua tahap, yakni Revolusi Februari 1917 dan Revolusi Oktober 1917. a. Revolusi Februari 1917

Revolusi ini dimulai dari Petrograd (sekarang Leningrad) dengan demonstrasi yang menuntut bahan makanan, kemudian diikuti dengan pemogokan di perusahaan-perusahaan. Revolusi yang digerakan oleh kaum Kadet, Menshewiki, dan Bolshewiki ini kemudian berhasil menggulingkan Tsar Nicholas II. Tampuk pemerintahan dikendalikan oleh kaum Kadet dengan bentuk pemerintahan sementara. Akan tetapi, kaum Kadet tidak segera mengadakan perubahan-perubahan seperti yang dituntut oleh rakyat. Kaum Menshewiki di bawah pimpinan Karensky kemudian menggulingkan kaum Kadet dan memegang tampuk pemerintahan. Program kaum Menshewiki pertama-tama ialah menjunjung kembali kehormatan Rusia di mata dunia internasional (karena kekalahan-kekalahan Rusia dalam peperangan), setelah itu baru mengadakan perubahan pemerintahan dalam negeri. Serangan besar-besaran terhadap Jerman (dalam Perang Dunia I) segera dilangsungkan, namun gagal. Hal inilah mengakibatkan hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Menshewiki. Kesempatan ini digunakan dengan sebaik-baiknya oleh kaum Bolshewiki untuk menyusun kekuatan guna merebut pemerintahan. b. Revolusi Oktober 1917 Ketika pemerintahan Menshewiki kehilangan kepercayaan di mata rakyat, kaum Bolshewiki segera mendekati rakyat dan menjanjikan adanya kedamaian dan pembagian tanah. Dengan cara ini kaum Bolshewiki mendapatkan simpati dan dukungan dari rakyat. Kaum Bolshewiki yang semula telah mempersiapkan diri dengan mengadakan wajib militer kepada para pekerja (yang kemudian menjadi Pengawal Merah) di bawah pimpinan Trotsky, siap untuk merebut kekuasaan. Revolusi di mulai di Petrograd lagi di bawah pimpinan Lenin yang menyerukan untuk mendirikan Republik Soviet. Angkatan Darat dan Angkatan Laut di Petrograd memihak Lenin. Pada tanggal 25 Oktober 1917 pemerintah Menshewiki di bawah pimpinan Kerensky berhasil digulingkan. Kaum Bolshewiki akhirnya berhasil memegang tampuk pemerintahan baru di Rusia. 4. Akibat Revolusi Revolusi Oktober 1917 membawa akibat yang luas bagi Rusia khususnya dan dunia pada umumnya, baik di bidang pemerintahan, ekonomi, maupun ideologi. a. Bidang Pemerintahan 1) Dihapusnya pemerintahan Tsar Nicholas II yang reaksioner. 2) Rusia menjadi negara Serikat yang berbentuk Republik dengan nama USSR dengan Moskow sebagai ibukotanya. b. Bidang Ekonomi 1) Pertanian dan perindustrian dinasionalisasi. Tanah pertanian sebagian diselenggarakan oleh pemerintah dan sebagian dijadikan pertanian kolektif. 2) Kantor-kantor, pabrik-pabrik, bank-bank, dan jalan-jalan kereta api dinasionalisasi. c. Bidang Ideologi Kemenangan kaum Bolshewiki menyebabkan paham komunis menyebar ke seluruh dunia. 5. Rusia Di bawah Pemerintahan Lenin (1917–1924) Setelah kaum Menshewiki berhasil digulingkan, Lenin sebagai pemimpin kaum Bolshewiki, memegang pucuk pemerintahan di Rusia. Tindakan-tindakan Lenin, lebih lanjut adalah sebagai berikut. a. Dalam Bidang Pemerintahan 1) Merubah negerinya menjadi diktator militer. 2) Membentuk Undang-Undang Dasar (UUD) baru. Berdasarkan UUD baru ini bentuk negara Rusia adalah negara serikat dengan nama Republik Sosialis Uni Soviet atau Union of Soviet Sosialis Republics (USSR) yang terdiri atas Belarusia, Ukraina, Armenia, Azerbaijan, dan

Rusia (terbentuk pada tanggal 30 Desember 1922). b. Dalam Bidang Ekonomi 1) Menasionalisasi tanah-tanah bangsawan, industri-industri besar bankbank dan jalan kereta api. 2) Menciptakan New Economical Policy (NEP) di mana hasil bumi dapat dijual dengan bebas. c. Dalam Bidang Ideologi Rusia membentuk Comintern (perkumpulan komunis internasional), untuk menyebarkan paham komunis ke seluruh dunia. Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/history/2070536-revolusi-rusia/#ixzz1NM7lCrhU

Revolusi Rusia dan V.I. Lenin Oleh : Kathy Newnam dan Marina Carman

Tanggal 7 November adalah hari peringatan kemenangan Revolusi Rusia di tahun 1917. Vladimir Ilyich Lenin berhasil mengkombinasikan kepemimpinan praksis revolusioner dengan sumbangan teoritis yang penting bagi pemahaman sosialis tentang dunia dan bagaimana merubahnya. Dua kontribusi teoritisnya yang paling penting adalah tentang Imperialisme dan strategi revolusioner di negara-negara terbelakang yang dieksploitasi oleh imperialis. Imperialisme Dunia masih di dominasi oleh sebuah sistem yang membaginya dalam dua pihak, kaya dan miskin, yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi--tidak hanya antar bangsa, tapi juga diantara bangsa itu sendiri. Sistem yang memaksa orang (klas pekerja atau proletariat) untuk bekerja agar bisa tetap hidup di bawah kontrol mereka (klas penguasa atau borjuasi) yang memiliki semua industri-industri kunci. Klas penguasa dari berbagai bangsa yang berbeda bersaing untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan mengeksploitasi yang lainnya demi keuntungan. Watak dasar sistem inilah --Imperialisme-- yang dianalisa oleh Lenin di tahun 1916. Sebuah kejadian yang menguatkan pembangunan teori Lenin adalah Perang Dunia I, kaum marxis memahaminya sebagai pertempuran diantara klas penguasa di negaranegara kapitalis maju untuk meraih kontrol sepenuhnya atas dunia beserta sumber daya alamnya. Telah banyak peperangan yang terjadi di abad ini karena pertempuran yang sama, demi pasar yang lebih besar untuk penjualan produk mereka, dan kontrol yang lebih besar atas sumber daya alam dan kaum buruh yang bisa dieksploitasi. Salah satu faktor disebutnya sebuah negara sebagai imperialis adalah klas penguasa di suatu negara mempunyai modal atau keuntungan yang dapat digunakan untuk “investasi” di negara lain; investasi itu untuk membeli bahan mentah dan buruh yang ada di negara tempat investasi, dan untuk menghisap keuntungan dari mereka. Negara Imperialis mulai mendominasi negara dunia ketiga melalui kontrol penjajahan langsung. Sekarang kontrol mereka itu kebanyakan mengambil bentuk dominasi ekonomi atau modal. Kucuran hutang yang diberikan bank-bank negara maju kepada dunia ketiga yang dipaksakan untuk membiayai "pembangunan" dengan menggunakan pinjaman tersebut, memaksa negara-negara dunia ketiga untuk mengijinkan

perusahaan-perusahaan dari negara-negara imperialis untuk mengeksploitasi secara massif sumber daya alam dan kaum buruh mereka. Pembagian-bagian dunia oleh kaum imperialis menyediakan sebuah lahan permanen bagi imperialis untuk mengeksploitasi secara massif klas pekerja. Sebagai contoh, Nike membayar buruhnya sebesar 25 sen dollar Australia perhari di pabrik mereka yang berada di Indonesia, tapi mereka menjual sepatunya di negara-negara maju seharga ratusan dollar. Imperialisme mengurung negara dunia ketiga --lebih dari 4 per 5 populasi dunia- dalam kemelaratan, namun mereka mengingkarinya secara sistematis, dengan argumen teknologi dan bantuan finansial yang diberikan itu dibutuhkan untuk pembangunan. Mempertahankan Kekuasaan Keuntungan besar bagi klas penguasa di negara-negara imperialis dengan digunakannya sistem ini, memungkinkan kaum penindas itu untuk memperoleh sebuah derajat ketentraman sosial tertentu di negara-negara dunia pertama dengan menyediakan dalam kadar tertentu hak-hak istimewa, yang mengilusi banyak pekerja untuk mempertahankan sistem keuntungan pribadi (kapitalisme, pent). Lenin menyebut lapisan ini (yang terilusi dan menjadi antek kapitalis, pent) sebagai “Aristokrat buruh”. Ilusi untuk mempertahankan sistem kapitalisme melanda negara-negara dunia pertama. Biasanya, klas penguasa menggunakan nasionalisme untuk menghancurkan solidaritas para pekerja yang ada di negara Imperialis terhadap penindasan yang menimpa kaum buruh di negara dunia ketiga. Perasaan solidaritas inilah yang dapat mengakibatkan keberhasilan dalam perjuangan melawan eksploitasi imperialis. Rasisme biasanya juga digunakan untuk memecah-belah buruh-buruh di negara dunia pertama dan ketiga. Di negara-negara otoriter, sistem ini dipaksakan dengan cara-cara yang lebih brutal seperti kediktatoran, aturan-aturan militer, dan repressi. Strategi Lenin menggunakan pengalamannya dalam membangun gerakan revolusioner di Rusia untuk memformulasikan teorinya tentang strategi revolusioner di negara-negara terbelakang. Tugas terberat kaum revolusioner pada masa kekaisaran Rusia adalah memenangkan kesadaran yang ada pada klas pekerja, dan keterlibatan aktif mereka (klas pekerja) dalam proses revolusi. Mayoritas rakyat Rusia bukanlah buruh, melainkan para petani yang berada pada taraf subsistensi pra-industrial, dan , hak-hak demokratikpun,meskpun bersifat terbatas, ditolak oleh Rezim represif pimpinan Tsar. Di Rusia tidak terdapat Revolusi borjuis seperti yang terjadi di negara-negara Eropa Barat, dimana aturan-aturan monarki digantikan aturan yang dibuat oleh parlemen yang dipilih. Adanya parlemen ini merefleksikan pertumbuhan kekuatan ekonomi di bidang politik, dan mereka (borjuis) menjadi klas penguasa yang baru. Borjuasi Rusia secara ekonomis sangat lemah, dan secara politis mereka takut untuk bekerja sama dengan klas buruh dan tani dalam revolusi borjuis. Menurut teori “Uninterrupted Revolution“ (revolusi berkelanjutan) yang dikembangkan oleh Lenin, tahapan yang pertama adalah keterlibatan klas pekerja dan seluruh petani dalam penggulingan Tsar dan pembentukan sebuah republik demokratik. Yang kedua, tahapan sosialis yang melibatkan buruh yang bersatu dengan para petani miskin untuk melawan para petani kaya.

Untuk memudahkan dan menerapkan dari tahapan yang pertama, Bolshevik meyakini sebuah sistem yang didasarkan pada perwakilan-perwakilan (soviets) buruh dan tani yang dipilih oleh rakyat. Sistem pemerintahan ini diterapkan (entrenched) pada revolusi 1917. Reformasi agraria akan tuntas ketika kontrol atau kepemilikan tanah yang di pegang oleh tuan-tuan tanah diambil-alih oleh para petani penggarap. Bagaimanapun, Lenin percaya bahwa para petani miskin tidak akan segera menyadari perbedaan kepentingan (para petani miskin) dengan petani kaya, dan oleh karena itu, mereka juga tidak akan segera mendukung langkah-langkah sosialis seperti kolektivisasi tanah. Dalam tahap kedua, kekuasaan politik digunakan oleh klas pekerja untuk memperoleh kontrol ekonomi secara langsung, dan untuk membantu para petani miskin dalam pengambil-alihan kontrol tanah. Pada tahun 1918 Lenin menulis : “Sesuatu telah berubah seperti kita yang dulu kita katakan. Pelajaran yang di dapat dari revolusi telah menegaskan kebenaran penjelasan atau argumen-argumen kita. Pertama, dengan kaum tani melawan monarki, melawan tuan-tuan tanah, melawan pemikiran abad pertengahan atau mediavalism (dan untuk meningkatkan revolusi terhadap sisa-sisa borjuasi, demokratik borjuis). Kemudian bersama dengan kaum petani miskin, semi-proletariat, dan semua yang tereksploitasi, melawan kapitalisme, termasuk orang-orang kaya pedesaan, para tengkulak, lintahdarat, dan semuanya itu meningkatkan revolusi ke tahapan sosialis. Jika kita berusaha mendirikan sebuah “tembok cina” antara tahap pertama dan kedua, untuk memisahkan keduanya (tahap satu dan dua) dengan alasan selain tingkatan kesiapan proletariat dan tingkatan persatuan atau kesatuan dengan para petani, berarti sangat mendistorsi Marxisme, menjadikannya vulgar, memindahkan liberalisme ke tempatnya semula. Revolusi Internasional Ketika Karl Marx dan Frederick Engel meramalkan bahwa revolusi sosialis akan terjadi pertama kali di negara-negara kapitalis maju, ini bukanlah permasalahan bagaimana sejarah berjalan (proceeded). Mereka belum melihat dampak super-profit (keuntungan yang sangat besar) Imperialis dan aristokrasi perburuhan yang melanda klas pekerja di negara-negara maju. Kemenangan revolusi Rusia menunjukkan bahwa kapitalisme akan hancur di mata rantainya yang paling lemah. Paska revolusi Rusia, hal ini terulang lagi dan lagi, mulai dari Kuba sampai Nikaragua, dan dari Vietnam ke Granada. Tapi revolusi-revolusi ini sangat mudah dipatahkan. Imperialisme akan memperbesar kekuatannya untuk mendapatkan kembali kontrol dan dominasinya atas negara-negara yang telah memutuskan hubungan dengan kapitalisme. Tahun 1918, negara imperialis melakukan intervensi militer untuk mendukung kapitalis kontra-revolusi di Rusia. Amerika Serikat juga telah melakukan (memimpin) blokade ekonomi selama 40 tahun terhadap Kuba, namun revolusi masih bisa diselamatkan.

Lenin berkata di tahun 1912 : “Kita selalu mengutamakan dan memperteguh kebenaran mendasar Marxisme—bahwa usaha penggabungan kaum buruh dari berbagai belahan negara-negara maju adalah dibutuhkan untuk kemenangan Sosialisme “ Di negara-negara terbelakang, pemerintahan sosialis masih menggantungkan diri pada segelintir orang administrator dan manager ahli untuk menjalankan ekonomi. Di Rusia, dominasi dilakukan oleh sebuah birokrasi yang berbasis pada lapisan sosial yang mengambil kekuasaan, yang dipimpin Joseph Stalin. Stalin meluluh-lantakkan semua

pemikiran-pemikiran internasionalisme.

Bolshevik

tentang

organisasi

sosial,

demokrasi

partai,

dan

Sayangnya, banyak yang mengganggap ide-ide tersebut (stalinisme) adalah sosialisme. Teori Stalin yang salah, “Building Socialism in One Country” (Sosialisme dalam satu negeri) digunakan untuk mengorbankan perjuangan sosialis di banyak negara demi mempertahankan kepentingan-kepentingan mendesak Uni-Soviet. Hal ini bukanlah ajaran-ajaran Lenin. Karena imperialisme adalah sebuah sistem penindasan yang berskala Internasional, maka dibutuhkan sebuah perjuangan yang berskala internasional. Internasionalisme revolusioner berarti mendukung perjuangan melawan segala penindasan dan ekploitasi yang terjadi di berbagai penjuru dunia, dan juga membangun gerakan untuk melawan pemerintahan kapitalis kita sendiri. Dalam perjuangan ini, Lenin mengembangkan sebuah pemahaman bagi kita tentang bagaimana imperialisme bekerja, dan hal itu menjadikan pelajaran-pelajaran dari kepemimpinan Lenin dalam revolusi sosialis pertama dalam sejarah menjadi lebih relevan. ***

Diterjemahkan dari The Russian Revolution and V.I. Lenin, Kathy Newnam and Marina Carman, pada website http://www.greenleft.org.au yang didownload bulan Desember tahun 1999.(AB)

E book ensiklopedi umum,

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF