Revisi Proposal Kti 2018

March 14, 2019 | Author: suria | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

proposal...

Description

UJI EFEK ANTIDIABETIK EKSTRAK ETANOL HERBA

TAWA GOLA GOLA -GOLA  (P assi ssifl flo or a foe foetida L.) TERHADAP MENCIT Balb/C ( Mus  M us musc usculus ulus L. )

Usulan Penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Oleh :

SURIA F.15.137

Kepada PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI KENDARI 2018

i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

 Negara indonesia adalah salah satu negara terbesar atau mega deversiti untuk tanaman obat di dunia. Bermacam-macam jenis tanaman yang ada di dunia  banyak ditemui di Indonesia dan telah banyak dipergunakan dalam pengobatan tradisional secara turun menurun dalam berbagai etnis (Noviyanti, dkk. 2014). Dalam pengobatan tradisional ini sendiri, sebagian besar racikan berasal dari tumbuh-tumbuhan baik berupa akar, kayu, daun, buah, bunga dan bijinya. Pengobatan tradisional ini biasanya digunakan untuk menangani berbagai  penyakit, antara lain penyakit diabetes, asma, infeksi, demam, dan lain-lainnya (Wijayakusuma, 2008). Secara tradisional, banyak tanaman yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah. Tapi penggunaan tanaman obat tersebut kadang hanya berdasarkan  pengalaman atau secara empiris saja, belum didukung oleh adanya penelitian untuk uji klinis dan farmokologinya (Winarto, 2003). Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau  penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati (Sukandar, 2008). Menurut profil kesehatan provinsi sulawesi tenggara pada tahun 2012  jumlah penderita penyakit Diabetes Melitus (DM) sebanyak 3.501 orang,

1

sedangkan pada pada tahun 2016 jumlah penderita penyakit Diabetes Melitus (DM) sebanyak 3.206 orang. Dalam penelitian (Maria Dewi Astuti, dkk., 2014), toksisitas ekstrak nheksana dan metanol daun kelopak tambahan tanaman tumbuhan Permot ( Passiflora  Passiflora foetida L.). Uji toksisitas memperlihatkan bahwa ekstrak metanol lebih toksik (LC 50 546,56 ppm) daripada ekstrak n-heksana (LC ( LC50 821,41 ppm). Penggunaan bahan-bahan alami untuk tujuan kesehatan masih terus dilakukan oleh masyarakat umum. Secara empiris masyarakat lingkungan Unaasi yang terletak di Kabupaten Konawe, salah satu bahan alami yang dipercayai  berperan untuk menyembuhkan penyakit diabetes adalah Herba Permot ( Passiflora  Passiflora  foetida   foetida  L.) atau didaerah tersebut lebih dikenal dengan nama Tawa Gola-gola (nama daerah).

Berdasarkan latar belakang diatas, melakukan

pengujian

tentang

” UJI ”UJI

EFEK

maka peneliti tertarik unrtuk ANTIDIABETIK

EKSTRAK

ETANOL HERBA TAWA GOLA-GOLA ( Passiflora  Passiflora foetida L.) TERHADAP MENCIT Balb/C ( Mus musculus L.)”. L.)”.

2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.

Apakah Ekstrak Etanol Tawa Gola-gola ( Passiflora foetida L.)  memiliki efek antidiabetes terhadap mencit ?

2.

Pada konsentrasi berapakah Ekstrak Etanol Tawa Gola-gola ( Passiflora foetida L.) efektif dalam menurunkan kadar gula darah pada mencit ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1.

Untuk mengetahui efek antidiabetes Ekstrak Etanol Tawa Gola-gola  ( Passiflora  foetida L.) terhadap mencit.

2.

Untuk mengetahui konsentrasi Ekstrak Etanol Tawa Gola-gola ( Passiflora  foetida L.) yang efektif dalam menurunkan kadar gula darah pada mencit.

D. Manfaat Penelitian

1.

Memberikan wawasan dan pengalaman berharga bagi peneliti.

2.

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan materi dan teori yang diperoleh selama perkuliahan.

3.

Sebagai informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai Tawa Gola-gola ( Passiflora foetida L.).

4.

Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai khasiat dari Tawa Gola gola ( Passiflora foetida L.).

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rujukan Penelitian

1. Menurut penelitian (Maria Dewi Astuti, dkk., 2014), Toksisitas Ekstrak NHeksana dan Metanol Daun Kelopak Tambahan Tanaman Tumbuhan Permot ( Passiflora foetida L.). Skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak nheksana mengandung alkaloid, flavonoid, dan steroid sedangkan ekstrak metanol mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, triterpenoid, steroid, dan saponin. Uji toksisitas memperlihatkan bahwa ekstrak metanol lebih toksik (LC50 546,56 ppm) daripada ekstrak n-heksana (LC50 821,41 ppm). 2. Dalam jurnal (Neldawati, dkk., 2013), Analisis Nilai Absorbansi dalam Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua tumbuhan (Markham KR., 1988). Efek antioksidan senyawa ini disebabkan oleh penangkapan radikal bebas melalui donor atom hidrogen dari gugus hidroksil flavonoid. Beberapa penyakit seperti arterosklerosis, kanker, diabetes, parkinson, alzheimer, dan penurunan kekebalan tubuh telah diketahui dipengaruhi oleh radikal bebas dalam tubuh manusia (Amic D, dkk., 2003). 3. Menurut penelitian (Ma’arif Ahmad Syaiful, 2015), Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas Dengan Metode BSLT Terhadap Beberapa Macam Ekstrak Daun Permot ( Passiflora foetida  L.).  Passiflora foetida  L. mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Sedangkan nilai LC 50

4

yang diperoleh untuk masing-masing ekstrak adalah 266,12 µg/ml untuk ekstrak etanol sisa; 169,73 µg/ml untuk ekstrak etanol etanol total; 122,18 µg/ml untuk ekstrak n-heksana; dan 303,31 µg/ml untuk ekstrak alkaloid.

B. Landasan Teori 1. Tinjauan Umum Tumbuhan Tawa Gola-gola (Passiflora foetida L. ) a. Klasifikasi

Klasifikasi tumbuhan rambusa berdasarkan sistem klasifikasi menurut Cronquist (1991) sebagai berikut : Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Bangsa

: Malpighiales

Suku

: Passifloraceae

Marga

: Passiflora

Jenis

: Passiflora foetida L.

b. Nama Lain

Gegambo, lemanas dan remugak (Sumatera). Kaceprek, kileuleueur,  permot, pacean, tajutan dan ceplukan blungsung (J awa). Bunga putir, moteti dan buah pitri (Nusa Tenggara) (Dalimartha, 2005). c. Morfologi Tanaman

Permot berasal dari Amerika Tropis dan di sini tumbuh liar di tempat-tempat terbuka yang mendapat cahaya matahari, seperti disemak-

5

semak, tanah lapang yang terlantar, atau merambat di pagar. Tanaman ini  biasanya ditemukan pada 1-1.000 m dpl. Terna merambat dengan panjang 1,5-5 m ini mempunyai rambut  putih, dengan alat pembelit yang duduk pada batang. Daun tunggal  bertangkai dengan panjang 2-10 cm, letak berseling, helaian daun berbentuk lebar dan berlekuk menjari tiga. Ujungnya runcing, pangkal berbentuk  jantung, tepi bergelombang, panjang 5-13 cm, lebar 4-12 cm, warnanya hijau. Bunga tunggal, diameter sekitar 5 cm, warnanya putih atau ungu muda. Buahnya buah buni, bulat lonjong, panjang 3-5 cm, dibungkus oleh  pembalut. Biji banyak. Buah yang masak bisa dimakan dan rasanya manis. Daun mudah dapat dimasak sebagai sayur (Dalimartha, 2005)

Gambar 1. Tanaman Herba Tawa Gola-gola (Passiflora foetida L.) (Dokumentasi Pribadi)

6

d. Kandungan Kimia

 Passiflora foetida memiliki total senyawa fenol dan flavonoid yang sangat tinggi. Kandungan senyawa metabolit sekunder ini berfungsi sebagai antioksidan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Ashir et.al.,

(2014), total kandungan fenol dan flavonoid yang terdapat pada ektrak daun  Passiflora foetida dapat menurunkan peroksidasi lipid dan aktivitas radikal. Flavonoid

adalah

kelompok

senyawa

polifenol.

Kandungan

antioksidan utama rambusa ini adalah polifenol. Sebagai antioksidan,  polifenol dapat berperan sebagai donor hidrogen untuk menetralkan ROS (Reactive Oxygen Species), selain itu polifenol juga dapat mengikat ion logam (Lin, dkk., 2011). e. Manfaat Penggunaan

Permot ( Passiflora foetida L.) secara empiris berkhasiat untuk batuk karena paru-paru panas, radang kelenjar getah bening leher (servikal limfadenitis), sulit tidur (insomnia), gelisah, mimpi buruk, kelelahan kronis yang abnormal (neurasthenia), darah tinggi (hipertensi), bengkak (edema), kencing berlemak (chyluria), dan koreng, skabies, borok (ulcus) pada kaki. Juga buah berkhasiat menghilangkan nyeri (analgetik) dan memperkuat  paru-paru (Yuniarti, 2008). Ekstrak daun dan buah  P. foetida juga dapat digunakan sebagai obat antiinsomnia pada berbagai negara seperti Amerika, Jerman, Perancis dan negara-negara Eropa lainnya. Penggunaan ekstrak etanol  P. foetida menunjukan hasil lebih baik dalam penghambatan berbagai jenis patogen,

7

 juga menunjukkan daya tekan terhadap aktivitas empat bakteri patogen pada manusia, yaitu  Pseudomonos putida , Vibrio cholerae, Shigella flexneri dan Streptococcus pyogenes (Mohansundari, dkk., 2007). 2. Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar glukosa darah diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Penyakit Diabetes melitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai ak[bat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang  bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah (Herlambang, 2013). a. Tanda dan Gejalah Diabetes Melitus

Tanda awal yang Dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

8

Gejala awal yang dialami penderita Diabetes Melitus yaitu : 1)

Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

2)

Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3)

Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia) Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejalan

dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita : 1)

Frekuensi urine meningkat/kencing teru (Glycosuria)

2)

Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

3)

Kesemutan/mati rasa pada ujung saraf ditelapak tangan dan kaki

4)

Cepat lelah dan lemah setiap waktu\

5)

Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

6)

Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

7)

Mudah terkena infeksi terutama pada kulit Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan

seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat dari waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita  penyakit diabetes melitus Tipe-1. Lain hanya pada penderita DM Tipe-2, umunya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis (Herlambang, 2013).

9

b. Tipe Penyakit Diabetes Melitus 1)

Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes Tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin, dikenal dengan Istilah Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans  pankreas. Diabetes Tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja. Samapai saat ini, Diabetes Melitus Tipe 1 hanya hanya di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menurus  berkesinmabungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada  penderita diabetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit (Herlambang, 2013).. 2)

Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Dikenal dengan istilah NonInsulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan  berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resisten terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan

10

 jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada  penderita tipe 2, pengontrolan kadar gula dalam darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan dan  pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan (Herlambang, 2013).. c. Kadar Gula Dalam Darah

 Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70-150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4-8 mmol/l {miligrams/deciliter (satuan unit Unite State)}, dimana 1 mmol/l = 18 mg/dL.  Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Diagnosis diabetes dapat ditegakan jika hasil pemeriksaan gula darah puasamencapai level 126 mg/dL atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dL. Sedangkan  pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia diatas 200 mg/dL (Herlambang, 2013).

11

3. Ekstraksi a. Ekstrak dan ekstraksi

Menurut FI Edisi IV Ekstraks adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi enyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa yang tersisa untuk diperlakukan sedemikian hingga memenuhi standar yang telah ditetapkan. Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia dengan pelarut cair sehingga akan terpisah dari bahan-bahan yang tidak larut (Depkes RI, 2000). Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Mukhriani, 2014). b. Pengertian maserasi

Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana yang paling sering digunakan. Cara ini sangat sesuai baik untuk skala kecil maupun skala besar (industri). Metode ini dilakukan dengn memasukkan sampel dan pelarut yang sesuai kedalam wadah inert yang tertutup rapat dan disimpan pada suru ruang (Agoes, 2007). c. Prinsip kerja maserasi

Prinsip maserasi penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya  perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan

12

yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan  penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut  berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan  penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan  penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya (Wulandari, 2011). 4. Tinjauan Hewan Coba Mencit a. Klasifikasi

Berikut merupakan klasifikasi dari mencit ( Mus musculus L.) : Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Class

: Mammalia

Ordo

: Rodentia

Family

: Muridae

Genus

: Mus

Species

: Mus musculus L.

(Malole dan Pramono. 1989)

13

b. Morfologi mencit

Mencit ( Mus musculus  L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia) yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya terkarakteristik   dengan baik. Mencit yang sering digunakan dalam  penelitian di laboratorium merupakan hasil perkawinan tikus putih inbreed maupun outbreed (Akbar, 2010).

Gambar 2. Mencit ( Mus musculus L.) (Dokumentasi pribadi)

Mencit ( Mus musculus L.) hidup di berbagai daerah mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup dalam kandang atau hidup  bebas sebagai hewan liar. Bulu mencit liar berwarna abu-abu dan warna  perut sedikit lebih pucat, mata berwarna hitam dan kulit berpigmen (Malole dan Promono, 1989). c. Karakteristik mencit

Adapun karakteristik mencit meliputi (Kusumawati, 2014) Berat badan Jantan (gram)

: 20-40

Betina (gram)

: 18-35

Lama hidup (tahun)

: 1-3

14

Temperatur tubuh oC

: 36,5

Kebutuhan air

: ad libitum

Kebutuhan makan (g/hari)

: 4-5

Pubertas

: 28-49

Lama kebuntingan (hari)

: 17-21

Mata membuka (hari)

: 12-13

Tekanan darah Systolic (mmHg)

: 133-160

Distolik (mmHg)

: 102-110

Frekuensi respirasi (per menit)

: 163

Tidal volume (mL)

: 0,18 (0,09-0,38)

d. Data hematologi mencit Tabel 1. Gambaran hematologi mencit (Kusumawati, 2014)

Eritrosit (RBC) (x 10 6/mm) Hemoglobin (g/dl) MCV µ3  MCH (µµg) MCHC (%) Hematokrit (PCV) (%) Leukosit (WBC) (x 10 6/mm3)  Neutrofil (x 106/mm3) Eosinofil (x 106/mm3) Basofil (x 106/mm3) Limfosit (x 106/mm3) Monosit (x 106/mm3) Glukosa (mg/dl) BUN (mg/dl) Kreatinin (mg/dl) Bilirubin (mg/dl) Kolesterol (mg/dl) Total protein (g/dl) Albumin (g/dl)

6,84-11,7 10,7-11,5 47,0-52,00 11,1-12,7 22,3-31,2 33,1-49,9 12,1-15,9 1,87-2,46 0,29-0,41 0,06-1,10 8,70-12,4 0,30-0,55 62,8-176 13,9-28,3 0,30-1,00 0,10-0,90 26,0-82,4 4,00-8,62 2,52-4,84

15

SGOT (UI/I) SGPT (UI/I) Alkaline fosfatase (UI/I) Laktik dehydrogenase (UI/I)

23,2-48,4 2,10-23,8 10,5-27,6 75-185

5. Glibenklamid

Glibenklamid merupakan obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea dan merupakan generasi kedua sulfonilurea. Mekanismenya merangsang insulin dari sel-sel beta Langerhans pancreas. Dosis terapi glibenklamid adalah 5-20 mg. Efek terapi jangka pendek glibenklamid hampir sama dengan efek hipoglikemik flavonoid yanitu meningkatkan sekresi insulin dari sel beta  pankreas. Sedangkan pengobatan glibenklamid pada jangka pendek, efek utamanya yaitu peningkatan efek insulin terhadap jaringan perifer dan  penurunan pengeluaran glukosa darah hati. Glibenklamid dapat menimbukan efek samping berupa hiperglikemia dan pada saluran cerna dapat menimbulkan mual dan anoreksia (Gunawan, 2007) 6. Streptozotosin

Streptozotocin Streptomyces

(STZ)

achromogenes

merupakan dan

secara

antibiotik struktur

yang

berasal

merupakan

dari

derivat

glukosamin dari nitrosourea. STZ menyebabkan hiperglikemia terutama oleh efek sitotoksik langsung terhadap sel beta pankreas (Srinivasan dan Ramarao, 2007). Aksi STZ pada sel beta ditunjukkan oleh perubahan karakteristik dalam insulin dan konsentrasi glukosa darah. Hiperglikemia terjadi dalam dua jam setelah injeksi, bersamaan dengan penurunan insulin darah. Enam jam

16

kemudian, terjadi hipoglikemia dengan kadar insulin darah yang tinggi. Segera setelah itu, terjadi hiperglikemia dan penurunan level insulin darah. Perubahan  pada level glukosa darah dan insulin tersebut menunjukkan adanya abnormalitas fungsi sel beta pankreas. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan  bahwa dalam 6 jam stelah injeksi, STZ menyebabkan kerusakan sel beta  pankreas yang menggambarkan pengembangan penyakit diabetes melitus (Szkudelski, 2001).

Gambar 3. Mekanisme sitotoksik dari STZ pada sel beta pankreas. MIT - mitochondria; XOD - xanthine oxidase (Szkudelski, 2012)

17

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Jenis

penelitian

yang

digunakan

adalah

Penelitian

Eksperimen.

Eksperimen adalah suatu model penelitian dengan melakukan intervensi (perlakuan) pada subjek penelitian untuk mengetahui hasil perubahannya (perubahan pada variabel atau objek penelitian) serta diperlakukan oleh intervensi itu (Machfoedz, 2008). B. Desain Penelitian

Desain penelitin yang digunakan dalam Uji Efek Antidiabetik Ekstrak Herba Tawa Gola-gola ( Passiflora foetida  L.) terhadap mencit Balb/C ( Mus musculus L.) menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas lima perlakuan dengan tiga kali pengulangan. Tabel 2. Data hasil pengamatan

 No.

Perlakuan

Kadar

Kadar glukosa

Kadar glukosa

Penurunan

glukosa

darah setelah

darah setelah

kadar glukosa

darah awal

induksi

 prlakuan

darah mencit

(mg/dl)

(mg/dl)

(mg/dl)

(mg/dl)

1 1.

A

2 3 1

2.

B

2 3 1

3.

C

2 3

18

1 4.

D

2 3 1

5.

E

2 3

Keterangan : A = Ekstrak Etanol Herba Tawa Gola-gola 0,125 mg/mL B = Ekstrak Etanol Herba Tawa Gola-gola 0,25 mg/mL C = Ekstrak Etanol Herba Tawa Gola-gola 0,5 mg/mL D = Kontrol positif (Glibenklamid 5 mg) E = Kontrol negatif (Na. CMC 0,5%) C. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April –  Juni 2018 bertempat di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Farmakologi Politeknik Bina Husada Kendari. D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Herba Tawa Gola-gola ( Passiflora  foetida L.) yang diambil di Wua-wua, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. 2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ekstrak Herba Tawa Gola-gola ( Passiflora foetida  L.) yang dibuat dengan berbagai konsentrasi.

19

E. Kerangka Konsep Penelitian

0,125 mg/mL Herba tawa  gola-gola

Konsentrasi ekstrak herba tawa gola-gola

Efek penurunan kadar glukosa darah pada mencit

0,25 mg/mL

0,5 mg/mL Hasil Gambar 4. Konsep Penelitian Efek Ekstrak Tawa Gola-gola (Passiflora foetida L.) pada Mencit ( Mus musculus L.)

F. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

: Dosis Ekstrak Herba Tawa Gola-gola ( Passiflora foetida L.).

2. Variabel terikat

: Penurunan

kadar

gula

darah

mencit

Balb/C ( Mus

musculus L.). G. Definisi Operasional

1. Ekstrak adalah proses penarikan kandungan kimia dengan pelarut cair sehingga akan terpisah dari bahan-bahan yang tidak larut. 2. Herba Tawa Gola-gola adalah tumbuhan yang berasal dari Amerika Tropis dan di sini tumbuh liar di tempat-tempat terbuka yang mendapat cahaya matahari, seperti disemak-semak, tanah lapang yang terlantar, atau mer ambat di pagar. 3. Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. 4. Mencit ( Mus musculus L.) merupakan mamalia pengerat (rodensia) yang cepat  berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya

20

cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya terkarakteristik   dengan  baik. H. Hipotesis

Ekstrak Herba Tawa Gola-gola ( Passiflora foetida L.) dapat memberikan efek antidiabetik pada Mencit Balb/C ( Mus musculus L.). I. Prosedur Penelitian 1. Alat, bahan dan subjek penelitian

Alat yang digunakan meliputi batang pengaduk, gelas ukur, gelas kimia, glukometer, gunting, kain flanel, Na. CMC 0,5%, rotary evapavor, spoit, sendok tanduk, timbangan analitik, timbangan digital, wadah maserat dan strip gula darah (Easy Touch GCU). Bahan yang digunakan meliputi aquadest, etanol 96%, glibenklamid 5mg, Simplisia Herba

Tawa Gola-gola

( Passiflora foetida  L.), dan

Streptozotosin. Subjek penelitian meliputi Mencit Balb/C ( Mus musculus L.). 2. Cara Kerja a. Pengambilan sampel (Rahayuningsih, 2015)

1)

Dikumpulkan bahan baku sampel yang akan digunakan dan yang diambil adalah semua bagian kecuali akarnya.

2)

Dicuci menggunakan air mengalir untuk menghilangkan kotoran lainnya yang melekat pada sampel.

3)

Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan sampel yang sudah rusak.

21

4)

Dirajang untuk mempermudah proses pengeringan. Pengeringan dilakukan agar sampel tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama.

5)

Disortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing dan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada sampel kering.

6)

Diserbukkan sampel yang kemudian siap untuk di ekstrak.

b. Pembuatan ekstrak rambut Ekstrak Herba Tawa Gola-gola (Passiflora  foetida L.) metode maserasi (Mutiara, 2014; Purwatresna, 2012)

1)

Ditimbang simplisia kering sebanyak 500 gram kemudian dimasukkan ke dalam wadah maserasi, lalu direndam menggunakan etanol 96% dengan perbandingan 1 : 7,5 dan didiamkan selama 3 x 24 jam sambil sesekali diaduk.

2)

Disaring ekstrak etanol yang diperoleh dan diperas dengan kain flanel dan menggunakan handscoon, kemudian dimasukkan kembali sampel kedalam wadah dan direndam dengan etanol 96% dengan jumlah yang sama.

3)

Disatukan filtrat yang diperoleh yang kemudian disaring.

4)

Dipisahkan endapan lalu diuapkan menggunakan rotary evapavor.

5)

Dimasukkan ekstrak kental kedalam botol.

6)

Dibuat ekstrak dengan masing-masing dosis.

c. Pembuatan Na CMC 0,5% 100 mL

1)

Ditimbang Na CMC sebanyak 0,5 gram

2)

Diukur aquadest sebanyak 100 mL kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia dan di panaskan hingga mendidih

22

3)

Dimasukkan Na CMC sedikit demi sedikit dan diaduk hingga membentuk suspensi yang homogen

4)

Diangkat kemudian didinginkan

5)

Diberi etiket.

d. Penyiapan Hewan Uji

1)

Dilakukan pemeriksaan kelayakan hewan uji yang akan digunakan yaitu umur, berat badan dan keadaan fisik hewan uji.

2)

Hewan

uji

dikelompokkan

menjadi

5

kelompok

(berdasarkan

 perhitungan pengelompokan hewan uji pada lampiran 2), pada setiap kelompok terdiri dari 3 perlakuan kemudian diukur kadar gula darah mencit. 3)

Mencit yang dinyatakan layak untuk digunakan sebagai hewan uji, terlebih dahulu dipuasakan selama 6-8 jam, tetapi tetap diberikan air minum.

4)

Ditimbang mencit dan dicatat hasilnya.

e. Perlakuan Hewan Uji

1)

Pengambilan darah pada mencit melalui ekor, kemudian diukur kadar gula darah awal pada masing-masing mencit.

2)

Masing-masing mencit diinduksikan dengan streptozotosin dosis 150 mg/kg BB sesuai dengan volume pemberian dan dibiarkan selama 1848 jam, lalu diberikan larutan sukrosa selama 24 jam secara intraperitonial.

3)

Diukur kadar gula dalam darah setelah diinduksi dengan streptozotosin.

23

4)

Setiap mencit diberikan perlakuan sesuai kelompok perlakuan secara  peroral selama 7 hari.

5)

Pada hari ke 7 pengukuran kadar gula darah untuk melihat penurunan kadar glukosa setelah perlakuan.

3. Analisis Data a. Data

1) Sifat data Data kuantitatif yaitu data yang dinyataka dalam bentuk angkaangka yang dapat dihitung. 2) Jenis data Data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yangdiberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan dan peringkat apapun. Data nominal merupakan data kontinum dan tidak memiliki urutan. Ciri-ciri lain data nominal adalah ia hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit saja. Data nominal ini diperoleh dari hasil pengukuran dengan skala nominal (Nazir, 2003). 3) Sumber data Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di Laboratorium Farmakologi Politeknik Bina Husada Kendari. Data sekunder adalah data yang bersumber dari literatur yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitia.

24

b. Teknik Pengumpulan Data

Observasi atau pengamatan kegiatan yaitu data penelitian ini diperole dari hasil efek pemberian ekstrak herba tawa gola-gola ( Passiflora  foetida L.) pada mencit Balb/C ( Mus musculus L.). c. Penyajian Data

Data yang dianalisi disajikan dalam bentuk tabel, yang diperoleh dengan bebrapa tahapan yaitu pencatatan, editing, pengklasifikasian dan  pengkodean, penyusunan, perhitungan dan penyimpanan (storing). d. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmograv-Smiroov untuk melohat distribusi data dan dianalisis dengan uji levene untuk melihat homogenitas data. Jika terdistribusi normal dan homogenitas maka akan dilanjutkan uji Analisis Of Varians (ANOVA) satu arah dengan taraf kepercayaan 95% sehingga dapat diketahui apakah perbedaan yang diperoleh bermakna atau tidak, jika terdapat perbedaan bermakna (Santoso, 2008).

25

4. Skema Jalannya Penelitian Tumbuhan Herba Tawa Gola-gola ( Passiflora foetida L.)

Mencit  Mus musculus L.

Ekstrak Etanol Herba Tawa Gola-gola ( Passiflora foetida L.)

Pemeriksaan

Dipuasakan Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Herba Tawa Gola-gola ( Passiflora foetida L.)

Penimbangan hewan uji

Pengukuran kadar gula darah awal

Diinduksi dengan STZ 150 mg/kg BB secara IP

Pengukuran kadar gula darah setelah diinduksi dengan STZ

Pengelompokkan mencit

Perlakuan pada mencit

0,125 mg/mL

0,250 mg/mL

0,5 mg/mL

Glibenklamid 5 mg

 Na. CMC 0,5%

Perlakuan dilakukan selama 7 hari secara peroral Diukur kadar gula darah pada perlakuan hari sampai hari ke-7 Penurunan kadar gula darah Hasil Gambar 5. Skema jalannya penelitian

26

DAFTAR PUSTAKA

Agoes , G., 2007 , Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung. Akbar, S. 2010,  Penelitian Tindakan Kelas (Edisi Revisi),  Cipta Media, Yogyakarta. Asir, P.J., Hemmalakshmi, S., Priyanga, S. and Devak, K. 2014.  In Vitro Free  Radical Scavenging Activity And Secondary Metabolites In Passiflora  Foetida L., Department Of Biochemistry, Karpagam University, Coimbatore, India, Asian J Pharmaceut Res Health Care Volume 6. Astuti, M.D., dkk. 2014, Toksisitas Ekstrak n-Heksan dan Metanol Daun Kelopak Tanaman Tumbuhan Permot  ( Passiflora foetida L.), Universitas lambung, Mangkurat. Dalimartha, S. 2005, Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar , Penerbit Puspa Swara, Jakarta. Depkes RI. 1995,  Farmakope Indonesia,  Edisi IV , Departemen Kesehatan Republik. Indonesia, Jakarta. Depkes RI. 2000 , Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat , Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.  Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016.  Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara 2016 . Gleason, H.A. and Cronquist , A. 1991,  Manual of Vascular Plants of  Northeastern United States and Adjacent Canada, 2nd Edition, The New York Botanical Garden, Bronx, NY. Gunawan, Setiabudy, R., Nafrialdi dan Elysabeth. 2007,  Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, FKUI, Jakarta.

27

Herlambang. 2013,  Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes, Tugu Publisher, Jakarta. Kusumawati, D. 2014,  Bersahabat Dengan Hewan Coba, UGM Press, Yogyakarta. Lin, H.H., dkk. 2011.  Protocatechuic acid inhibits cancer cell metastasis involving the downregulation of Ras/Akt/NF-κB pathway and MMP -2  production by targeting RhoB activation, Br J Pharmacol. Machfoedz, Irham. 2008,  Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan,  Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran, Fitramaya, Yogyakarta. Malole dan Pramono. 1989,  Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di  Laboratorium, Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB, Bogor. Mohansundari, C., Natarajan, D., Srinivasan, K., Umamaheshwari, S. and Ramchandran A. 2007,  Antibacterial properties of Passiflora foetida L.  –  a common exotic medicinal plant, African J. Biotech. Mukhriani. 2014,  Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif , Jurnal Kesehatan. Mutiara, E.V. dan Wildan, A. 2014,  Ekstraksi Flavonoid Dari Daun Pare (Momordica charantia L.) Berbantu Gelombang Mikro Sebagai Penentu  Kadar Glukosa Secara In Vitro, Stifa, Semarang.  Nazir, Moh, Ph.D. 2003, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.  Neldawati, dkk. 2013,  Analisis Nilai Adsorbansi dalam Penentuan Kadar  Flavonoid Untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat , Universitas Negeri Padang.  Noviyanti Y., dkk. 2014, Uji Fitokimia, Toksisitas dan Aktivitas Antibakteri  Ekstrak Etanol Daun Rambusan (Passiflora foetida L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,  Kimia FMIPA Unmul, Samarinda. Purwatresna, E. 2012,  Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air dan Etanol Daun Sirsak Secara In Vitro Melalui Inhibisi Enzim a-glukosidase, Institusi Pertanian, Bogor. 28

Ramona, Y., dkk. 2007,  Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum Program Studi  Farmasi,  Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi F.MIPA UNUD, Bukit Jimbaran. Sreenivasan, S., dkk. 2007,  Free Radical Scavenging Acticity and Total Phenolic Compounds of Gracilaria Changing , International journal of Natural and Engineering Science I. Sukandar, E.Y., dkk. 2008,  ISO Farmakoterapi Farmakope, PT. ISFI Universitas  Negeri Padang, Jakarta. Syaiful, M.A. 2015, Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas Dengan Metode BSLT Terhadap Beberapa Macam Ekstrak Daun Permot (Passiflora foetida L.). ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga. Szkudelski, T. 2001, The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in β Cells of the Rat Pancreas, Phystol, Res. Wijayakusuma, H.T. 2008,  Ensiklopedia Milenium Tumbuhsn Berkhasiat Obat  Indonesia Jilid I , Prestasi Insan Indonesia, Jakarta. Winarto W.P. 2003 , Sambiloto: Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat, Edisi I. Penebar Swadaya, Jakarta. Wulandari, I. 2011, Teknologi Ekstrak Dengan Metode Maserasi Dalam Etanol 70% Pada Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.), Universitas 11 Maret, Surakarta. Yuniarti, T. 2008,  Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional , Cetakan Pertama MedPress, Yogyakarta.

29

Lampiran 1. Perhitungan bahan

1. Glibenklamide 5 mg (kontrol positif) Misalnya BB mencit 25 gram a. Dosis konversi

= Dosis lazim x Faktor konversi = 5 x 0,0026 = 0,013 mg

 b. Dosis pemberian

= =

 ℎ      

   

  0,013

= 0,01625 mg c. Yang ditimbang

= =

     ,6 

   ” 

  0,07

= 0,0002 gram

Disuspensikan 20 mL = 0,002g x 20mL = 0,004 g/mL d. Volume pemberian

= =

      

  .  

  1 

= 0,83 mL

30

2.  Na CMC 0,5% 100 mL

%

=

0,5 % =

=

 

  100 %

 100

  100 %

0,5 %  100 100 %

= 0,5 gram 3. Ekstrak herba tawa gola-gola dosis 125 ppm 1000 ppm = 1 mg/L

125 1000

= 0,125 mg/L

disuspensikan 5 mL = 0,125 mg/L x 5 mL = 0,625 mg/mL (misalkan BB mencit 25 g) Volume pemberian = =

      

  .  

  1 

= 0,83 mL

4. Ekstrak herba tawa gola-gola dosis 250 ppm 1000 ppm = 1 mg/L

250 1000

= 0,25 mg/L

disuspensikan 5 mL = 0,25 mg/L x 5 mL = 1,25 mg/mL

31

(misalkan BB mencit 23 g) Volume pemberian = =

      

  .  

  1 

= 0,76 mL

5. Ekstrak herba tawa gola-gola dosis 500 ppm 1000 ppm = 1 mg/L

500 1000

= 0,15 mg/L

disuspensikan 5 mL = 0,5 mg/L x 5 mL = 2,5 mg/mL (misalkan BB mencit 28 g) Volume pemberian = =

     8 

  .  

  1 

= 0,93 mL

32

Lampiran 2. Penentuan jumlah dan pengelompokan hewan uji

(t-1) (n-1) ≥ 15 Keterangan : n = banyaknya pengulangan tiap perlakuan/kelompok uji t = banyaknya perlakuan atau kelompok uji (t-1) (n-1) ≥ 15 (5-1) (n-1) ≥ 15 4 (n-1) ≥ 15 4n – 4 ≥ 15 4n ≥ 15 + 4 n=

9 

n = 4,75 = 5 Jadi, jumlah minimum hewan uji yang digunakan adalah 5 ekor tiap kelompok

33

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF