Review 3 Jurnal

April 19, 2019 | Author: Puji Rahayu | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

review...

Description

Review 3 jurnal Kelompok : 1. Agnes Tia F 2. Puji Rahayu 3. Burhannudin R

 No 1

2 3

1410401010 1410401012 1410401014

Judul PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG ( Zea  Zea mays L.), mays L.), KACANG TANAH ( Arachis  Arachis hypogaea  hypogaea  L.), DAN JAHE ( Zingiber officinale var. officinale) PADA SISTEM AGROFORESTRI JATI DI ZONA LEDOK WONOSARI, GUNUNG KIDUL Intensitas Cahaya, Suhu, Kelembaban dan Perakaran Lateral Mahoni (Swietenia macrophylla King.) di RPH Babakan Madang, BKPH Pengaruh Naungan dari Tegakan Sengon  Paraserianthes  (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) terhadap Pertumbuhan Tanaman Porang ( Amorphophallus  Amorphophallus onchophyllus) onchophyllus)

Jurnal 1.

Menurut penelitian dari Kiswanto , Didik Indradewa, dan Eka Tarwaca Susila Putra menyebutkan bahwa Intensitas cahaya harian di lokasi penelitian berkisar antara 4.365,50 fc 44.127,78 fc, kelembaban udara berkisar antara 54,83% - 70,11%, dan suhu berkisar 28,00°C - 34,59°C. Seiring perkembangan tanjuk tegakan jati menyebabkan intensitas cahaya yang sampai pada tanaman tan aman seladi bawahnya bawahn ya akan berkurang. Pada agroforestri fase awal kisaran intensitas cahaya caha ya berada pada p ada batas optimal untuk pertumbuhan tanaman sela yaitu jagung, kacang tanah, dan jahe. Agroforestri fase tengah tengah kisaran suhu udara berada pada  batas optimal untuk pertumbuhan kacang tanah dan jahe, dimana suhu udara optimum untuk  jahe 20°-35°C. Sedangkan agroklimat pada agroforestri fase lanjut tidak mendukung  pertumbuhan tanaman sela. Perlu adanya pemilihan tanaman sela yang tepat untuk meningkatkan produktivitas lahan dan kesejahteraan petani. Kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara optimal saat pertumbuhan vegetatif menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam menunjukkan potensi produksinya yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan. Jurnal 2.

Menurut penelitian dari Nurheni Wijayanto dan Nurunnajah.

Persentase penutupan tajuk dan besarnya intensitas cahaya pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua Pohon Mahoni Muda Tua

Intensitas Cahaya diteruskan (%) 24,62 19,17

yang Persentase Penutupan Tajuk (%) 36,50 84,38

Besarnya intensitas cahaya pada mahoni muda adalah sebesar 24,62% dan mahoni tua sebesar 19,17%. Besarnya intensitas cahaya pada tegakan mahoni muda dan mahoni tua tersebut tidak dapat dibandingkan. Hal ini karena waktu pengukuran yang berbeda. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pada waktu pagi hari intensitas cahaya mengalami peningkatan dan intensitas cahaya yang paling tinggi terjadi pada waktu siang hari. Pada sore hari Intensitas cahaya mengalami penurunan. Intensitas cahaya pada tegakan mahoni muda menunjukkan intensitas cahaya tertinggi pada pukul 10.30 WIB sedangkan tegakan mahoni pada pukul 11.30 WIB. Perbedaan ini terjadi karena adanya penutupan awan dan waktu pengukuran yang berbeda. Selain faktor di atas, faktor lain yang mempengaruhi besarnya intensitas cahaya yaitu penutupan tajuk pohon. Besarnya persentase penutupan tajuk pohon mahoni muda sebesar 36,50% dan mahoni tua sebesar 84,38%. Pada pohon mahoni muda, nilai persentase penutupan tajuk tergolong  jarang karena terdapat kurang dari 40% penutupan tajuk (Indriyanto 2008). Intensitas cahaya yang rendah karena naungan yang terlalu rapat bagi jenis yang memerlukan cahaya (intoleran) akan menyebabkan etiolasi. Sementara intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan bahkan kematian bagi tanaman yang toleran (Herdiana et al . 2008). Jurnal 3.

Nurheni Wijayanto dan Emma Pratiwi. Intensitas cahaya matahari diukur menggunakan lux meter dengan satuan lux. Pada tegakan  bernaungan 30% memiliki rata-rata intensitas cahaya harian antara 2.512,3 lux  –   49.225,7 lux. Sedangkan pada tegakan 80%, intensitas cahaya berkisar antara 1.330,4 lux  –   30.340 lux. Intensitas cahaya matahari yang terjadi pada masing-masing tegakan berfluktuasi karena  pengaruh tajuk tanaman dan penutupan awan. Pada tegakan bernaungan 30%, terlihat fluktuasi yang sangat tajam karena penutupan awan pada menit-menit tertentu dengan nilai intensitas tertinggi yaitu 49.225,7 lux. Pada tegakan bernaungan 80% terjadi intensitas cahaya yang lebih kecil dibandingkan pada tegakan 30% karena adanya tajuk tanaman yang menghalangi cahaya masuk dalam tegakan tersebut, terlihat bahwa nilai intensitas tertinggi dalam tegakan tersebut sebesar 30.340 lux. Rata-rata suhu harian di tegakan sengon dengan naungan 30% berkisar antara 24,40C  –   34,50C dalam satu hari penuh sinar matahari. Tegakan sengon dengan tingkat naungan 80% memberikan kisaran rata-rata suhu harian 23,80 C  –   29,60 C. Tegakan sengon bernaungan 30% memiliki suhu udara lebih tinggi dibandingkan di tegakan bernaungan 80%. Nilai tertinggi di tegakan bernaungan 30% yaitu 34,50  C dan di tegakan bernaungan 80% memiliki rata-rata suhu harian tertinggi 29,60 C. Rata-rata suhu harian di tegakan sengon tersebut berkisar antara 230C  –  34 0C. Departemen Agrometeorologi (1982) mengatakan bahwa suhu di atas 300 C merupakan faktor kritis untuk berbagai jenis tanaman  bila senyawa-senyawa protein cenderung lepas dan tidak dapat kembali maupun bila enzimenzim tidak dapat berfungsi. Namun sehubungan dengan fotosintesa, yang diukur dengan  jumlah pengumpulan biomassa, kebanyakan tumbuhan memperlihatkan kisaran toleransi

yang besar. Suhu di antara 250C  –  350C mempunyai pengaruh yang tidak begitu buruk terhadap besarnya pertumbuhan. Review. Dari ketiga jurnal tersebut intensitas cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap setiap  pertumbuhan tanaman. Pada pembahasan jurnal 1 agroforestry terbagi menjadi tiga fase yaitu agroforestry fase awal, agroforestry fase tengah dan agroforstry fase lanjut. Dimana pada setiap fase tersebut memiliki peran masing-masing.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF