RETINOPATI DIABETIK

July 30, 2017 | Author: Pramadio Bambang Nugroho | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

RETINOPATI DIABETIK...

Description

RETINOPATI DIABETIK

PENDAHULUAN

antara 25-50%. Sesudah 15 tahun prevalensi meningkat

Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada usia dewasa antara 20-74 tahun.1 Pasien diabetes melitus (diabetes) memiliki risiko 25 kali lebih mudah untuk mengalami retinopati dibanding nondiabetes. Risiko mengalami retinopati pada pasien diabetes meningkat sejalan dengan lamanya menderita diabetes. Penyebab retinopati diabetik belum diketahui pasti, namun hiperglikemia yang berlangsung lama diduga merupakan faktor risiko utama.2,

3

Oleh

sebab itu kontrol glukosa darah sejak dini penting dalam mencegah

timbulnya

pengobatan

retinopati

retinopati diabetik

diabetik. dewasa

Metode ini

juga

mengalami kemajuan pesat sehingga risiko kebutaan banyak berkurang.4,

5

Terapi fotokoagulasi dengan sinar

menjadi 75-95% dan setelah 30 tahun mencapai 100%. 4 Pasien diabetes tipe 2 ketika diagnosis diabetes ditegakkan seiktar 20% diantaranya sudah ditemukan retinopati diabetik. Setelah 15 tahun kemudian prevalensi meningkat menjadi lebih dari 60-85%. 5 Di Amerika Utara dilaporkan

sekitar

12.000-24.000

pasien

diabetes

5

mengalami kebutaan setiap tahun. Di Inggris dan Wales tercatat sekitar 1000 pasien diabetes setiap tahun mengalami kebutaan sebagian sampai kebutaan total. 2 Di Indonesia belum ada data mengenai prevalensi retinopati diabetik secara nasional. Namun apabila dilihat dari jumlah pasien diabetes yang meningkat dari tahun ke tahun, maka dapat diperkirakan bahwa prevalensi retinopati diabetik di Indonesia juga cukup tinggi.

laser, vitrektomi, vitreolisis, pengunaan obat-obatan seperti sorbinil, anti protein kinase C (PKC), anti vascular endothelial growth factor (VEGF), somatostatin

PATOFISIOLOGI

dan anti inflamasi merupakan modalitas terapi yang

Retina merupakan suatu struktur berlapis ganda dari

dewasa ini digunakan untuk pengobatan maupun

fotoreseptor dan sel saraf. Kesehatan dan aktivitas

pencegahan retinpopati diabetik. Namun demikian

metabolisme retina sangat tergantung pada jaringan

retinopati diabetik tetap masih menjadi masalah global

kapiler retina. Kapiler retina membentuk jejaring yang

mengingat angka kejadian diabetes di seluruh dunia

menyebar ke seluruh permukaan retina kecuali suatu

cenderung makin meningkat.

daerah yang disebut fivea. 6 Kelainan dasar dari berbagai bentuk retinopati diabetik terletak pada kapiler retina tersebut. Dinding kapiler retina terdiri dari tiga lapisan berturut-turut dari luar ke dalam yaitu sel perisit,

DEFINISI Retinopati diabetik ialah suatu kelainan mata pada pasien diabetes yang disebabkan karena kerusakan kapiler retina dalam

berbagai

tingkatan,

sehingga

menimbulkan

gangguan penglihatan mulai dari yang ringan sampai berat bahkan sampai

terjadi kebutaan

total dan

permanen.1, 2, 5

membrana basalis dan sel endotel. Sel perisit dan sel endotel dihubungkan oleh pori ayng terdapt pada membrana sel yang terletak di antara keduanya. Dalam keadaan normal, perbandingan jumlah sel perisit dan sel endotel kapiler retina adalah 1:1 sedangkan pada kapiler perifer yang lain perbandingan tersebut mencapai 20:1. Fungsi

sel

perisit

mempertahankan

antara

struktur

lain kapiler,

ialah

untuk

mengatur

kontraktilitas, membatnu mempertahankan fungsi barrier

EPIDEMIOLOGI Prevalensi retinopati diabetik pada pasien diabetes tipe 1 setelah 10-15 tahun sejak diagnosis ditegaakkan berkisar

dan transportasi kapiler serta mengendalikan proliferasi sel endotel. Membrana basalis kapiler berfungsi sebagai barrier untuk mempertahankan permeabilitas agar tidak terjadi kebocoran. Sel endotel saling berikatan erat satu

sama lain dan bersama-sama dengan matriks ekstra sel

glikasi nonenzimatik dan peningkatan diasilgliserol yang

dari membrana basalis membetuk pertahnan yang bersifat

menyebabkan aktivasi PKC. 1,

selektif terhadap beberapa jenis protein dan molekul

pertumbuhan dan beberapa faktor pertumbuhan lain

kecil, termasuk bahan kontras fluoresein yang digunakan

seperti VEGF diduga juga berperan dalam progresifitas

untuk diagnosis penyakit kapiler retina. Perubahan

retinopati diabetik.4, 5

histopatologis kapiler retina pada retinopati diabetik dimulai dari penebalan membrana basalis kemudian disusul dengan hilangnya sel perisit dan meningkatnya proliferasi sel endotel. Pada keadaan lanjut, sel perisit tidak mampu lagi mengendalikan proliferasi sel endotel sehingga perbandingan antara sel endotel dan sel perisit kapiler retina meningkat sampai mencapai 10:1. 7 Patofisiologi retinopati diabetik melibatkan lima proses yang terjadi di tingkat kapiler yaitu: 1) pembentukan

mikroaneurisma,

2)

peningkatan

permeabilitas. 3) penyumbatan, 4) proliferasi pembuluh darah baru (neovascular) dan pembentukan jaringan fibrosis, 5) kontraksi jaringan fibrosis kapiler dan vitreus.8

Penyumbatan

dan

hambatan

perfusi

(nonperfusion) menyebabkan iskemia retina sedangkan kebocoran dapat terjadi pada semua komponen darah. 6, 9 Kebutaan akibat retinopati diabetik dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu: 1) edema makula atau nonperfusi kapiler, 2) pembentukan pembuluh darah baru dan kontraksi jaringan fibrosis sehingga terjadi ablasio retina (retinal detachment), 3) pembuluh darah baru yang terbentuk menimbulkan perdarahan preretina dan vitreus, 4) terjadi glaukoma yang juga merupakan akibat dari pembentukan pembuluh darah baru.

5, 6

Perdarahan adalah

bagian dari stadium retinopati diabetik proliferatif dan 5

3

Selain itu, hormon

Aktivasi Jalur Poliol Hiperglikemia yang berlangsung lama menyebabkan peningkatan aktivitas enzim aldose reduktase sehingga produksi poliol yaitu suatu senyawa gula dan alkohol meningkat dalam jaringan termasuk di lensa, pembuluh darah dan saraf optik. Salah satu sifat senyawa poliol ialah tidak dapat melewati membrana basalis sehingga akan tertimbun dalam jumlah yang banyak di dalam sel.1,10 Penimbunan senyawa poliol dalam sel tersebut akan

menyebabkan

tekanan

osmotik

sehingga

menimbulkan gangguan morfologi dan fungsional sel. Percobaan pada hewan yang diberi inhibitor enzim aldose

reduktase

(aminoguanidin)

ternyata

dapat

mengurangi atau memeperlambat terjadinya retinopati diabetik.11 Namun uji klinik pada pasien diabetes tipe 1 yang diberi aminoguanidin kemudian diamati selama 3- 4 tahun ternyata tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya maupun perlambatan progresifitas retinopati diabetik. Sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian dengan menggunakan inhibitor enzim aldose reduktase yang lebih kuat.1,2 Glikasi Nonenzimatik Glikasi

nonenzimatik terhadap protein dan asam

deoksiribonukleat

(DNA)

yang

terjadi

selama

merupakan penyebab utama kebutaan permanen. Selain

hiperglikemia akan menghambat aktivitas enzim dan

itu, kontraksi dari jaringan fibrovaskular sehingga terjadi

keutuhan DNA. Protein yang terglikosilasi membentuk

ablasio retina (terlepasnya lapisan retina) juga merupakan

radikal bebas dan akan menimbulkan perubahan fungsi

penyebab kebutaan yang terjadi pada retinopati diabetik

sel.2,3 Penggunaan aminoguanidin, yaitu suatu bahan

proliferatif.

8

yang juga bekerja menghambat pembentukan advanced glycation end product (AGE) pada tikus diabetes dilaporkan dapat mengurangi pegnaruh diabetes terhadap

ETIO-PATOGENESIS

aliran darah di retina, permeabilitas kapiler dan

Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum

diketahui

secara

pasti,

namun

keadaan

hiperglikemia yang berlangsung lama dianggap sebagai

parameter mikrovaskuler yang lain. Aminoguanidin terbukti juga dapat menghambat produksi senyawa oksida nitrat yang merupakan vasokonstriktor kuat.6

faktor risiko utama.2, 3 Beberapa proses biokimiawi yagn

Diasilgliserol dan Aktivasi Protein Kinase C

terjadi pada hiperglikemia dan diduga berkaitan dengan

Protein kinase C diketahui memiliki pengaruh terhadap

timbulnya retinopati diabetik yaitu aktivasi jalur poliol,

permeabilitas vaskular, kontraktilitas, sintesis membrana

basalis dan proliferasi sel vaskular. Dalam kondisi

klinik penggunaan ruboxistaurin yaitu suatu penghambat

hiperglikemia, aktivitas PKC di retina dan sel endotel

PKC β-isoform pada pasien retinopati diabetik. 13

meningkat

Beberapa hipotesis mengenai mekanisme patogenesis

akibat

penginkatan

sintesis

de

novo

diasilgliserol, yaitu suatu regulator PKC dari glukosa.

3

retinopati

diabetik

yang

kemungkinan

dapat

Diasilgliserol terbukti diproduksi dalam jumlah banyak

dikembangkan menjadi target intervensi farmakologis

di retina anjing dengan galaktosemia yang disertai

dapat dilihat pada tabel 1.

retinopati. Dewasa ini para ahli sedang melakukan uji

Tabel 1. Hipotesis Patogenesis Retinopati Diabetik Mekanisme

Cara Kerja

Aldose reduktase

Meningkatkan

Inflamasi

kerusakan sel Meningkatkan perlekatan leukosit pada endotel kapiler,

Aspirin

Protein kinase C

hipoksia, kebocoran, edema macula Diaktifkan oleh DAG, mengaktifkan VEGF

Inhibitor PKC β-isoform

ROS

Merusak enzim dan komponen sel yang peting

Antioksidan

AGE

Mengaktifkan enzim-enzim yang merusak

Aminoguanidin

Nitrit oxide synthase

Meningkatkan produksi radikal bebas dan VEGF

Aminoguanidin

Menghambat ekspresi gen

Menghambat jalur metabolisme sel

Belum ada

Penurunan lairan darah ke retina, menyebabkan

Belum ada

endotel VEGF

hipoksia Meningkat

Fotokoagulasi, anti VEGF

PEDF

kebocoran, edema makula, neovaskular Menghambat neovaskularisasi, menurun

GH dan IGF – 1

hiperglikemia Merangsang neovaskularisasi

Apoptosis

sel

perisit

dan

produksi

pada

hipoksia

sorbitol,

Terapi

retina,

menyebabkan

menimbulkan pada

Aldose reduktase inhibitor

Induksi produksi PEDF oleh gen Hipofisektomi,

Gh-reseptor

blocker, octreotide PKC = protein kinase C; VEGF = vascular endothelial growth factor;DAG = diacylglycerol; ROS = reactive oxygen species; AGE = advanced glycation end-product; PEDF = pigment epithelium derived factor; GH = growth hormone; IGF – 1 = insulin-like growth factor 1. (neovaskular).2,6 Pembentukan pembuluh darah baru

DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI Diagnosis retinopati diabetik didasarkan atas hasil pemriksaan funduskopi. Pemeriksaan dengan fundal

merupakan tanda khas dari retinopati diabetik proliferatif (RDP).5,9

fluorescein angiography (FFA) merupakan metode

Retinopati Diabetik Nonproliferatif

pemeriksaan yang paling dipercaya. Namun dalam klinik

Retinopati diabetik nonproliferatif merupakan bentuk

pemeriksaan

retinopati

dengna

oftalmoskopi

masih

dapat

yang

paling

ringan

dan

sering

tidak

digunakan untuk pemeriksaan penyaring. 1 Klasifikasi

memperlihatkan gejala. Stadium ini sulit dideteksi hanya

retinopati diabetik umumnya didasarkan atas beratnya

dengan pemeriksaan oftalmoskopi langsung maupun

perubahan yang terjadi pada mikrovaskular retina dan

tidak langsung. Cara pemeriksaan yang paling baik

ada atau tidakadanya pembetukan pembuluh darah baru.

adalah dengan menggunakan foto warna fundus atau

Early Treatment Diabetic Retinopathy Research Study

dengan FFA. Mikroaneurisma yang terjadi pada kapiler

Group (ETDRS) membagi retinopati diabetik atas dua

retina merupakan tanda awal yang dapat ditemukan pada

stadium yaitu nonproliferatif dan proliferatif. Retinopati

RDNP. Dengan oftalmoskopi atau foto warna fundus,

diabetik

ditemukan

mikroaneurisma tampak berupa bintik merah dan sering

perubahan ringan pada mikrovaskular retina. Kelianan

kelihatan pada bagian posterior.2 Penyebab timbulnya

fundus pada RDNP dapat berupa mikroaneurisma atau

mikroaneurisma

kelainan

intra-retinal

hubungan dengan faktor vasoproliferatif yang dihasilkan

microvaskular abnormalities (IRMA).6,9 Penyumbatan

endotel, kelemahan dinding kapiler akibat berkurangnya

kapiler retina akan menimbulkan hambatan perfusi yang

sel perisit, serta meningkatnya tekanan intra lumen

secara klinik ditandai dengan pendarahan, kelainan vena

kapiler.2 Kelainan morfologi yang lain ialah penebalan

dan IRMA. Iskemia retina yang terjadi akibat hambatan

membrana basalis, pendarahan ringan, eksudat keras

perfusi akan merangsang proliferasi pembuluh darah baru

yang tampak sebagai bercak warna kuning dan eksudat

8

nonproliferatif

intraretina

(RDNP)

yang

hanya

disebut

masih

belum

jelas.

Diduga

ada

lunak yang tampak sebagai bercak halus (cotton wool

dalam stroma dari iris dan bersama-sama dengan jaringan

spot). Pendarahan terjadi akibat kebocoran eritrosit,

fibrosis dapat meluas sampai ke chamber anterior.

eksudat terjadi akibat kebocoran dan deposisi lipoprotein

Keadaan tersebut dapat menghambat aliran keluar dari

6

plasma. Retinopati diabetik nonproliferatif berat sering

aqueos

juga

neovaskular yang ditandai dengan meningkatnya tekanan

disebut sebagai retinopati

retinopati

obstruktif atau

diabetik iskemik,

retinopati

humor

sehingga

menimbulkan

glaukoma

preproliferatif.

intraokular. Kebutaan dapat terjadi apabila ditemukan

Gambaran yang dapt ditemukan yaitu bentuk kapiler

pembuluh darah baru yang meliputi satu per empat

yang berkelok tidak teratur akibat dilatasi yang tidak

daerah diskus, adanya perdarahan preretina, pembuluh

beraturan dan cotton wool spot, yaitu suatu daerah retina

darah baru yang terjadi dimana saja (neovascularization

dengan gambaran bercak warna putih pucat dimana

elsewhere) yang disertai perdarahan, atau terdapat

2

kapiler megnalami sumbatan. Dalam waktu 1 – 3 tahun

perdarahan di lebih dari separuh pada daerah diskus atau

RDNP berat (retinopati reproliferatif) sering berkembang

vitreus.2,6,8

menjadi retinopati diabetik proliferatif, baik disertai maupun tidak disertai dengan edema makula. Pasien diabetes dengan keadaan tersebut merupakan calon untuk mendapat terapi fotokoagulasi.

diabetik

Makulopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering pada pasien diabetes. Makulopati diabetik cenderung berhubungan dengan diabetes tipe 2 usia

Retinopati Diabetik Proliferatif Retinopati

Makulopati diabetik

proliferatif

lanjut, ditandai

dengan

sedangkan

retinopati

diabetik

cenderung ditemukan pada usia muda.

proliferatif 6

Tergantung

pembentukan pembuluh darah baru. Dinding pembuluh

perubahan utama yang terjadi pada kapiler retina,

darh baru tersebut hanya terdiri dari satu lapis sel endotel

makulopati diabetik dapat dibedakan dalam beberapa

saja tanpa sel perisit dan membrana basalis sehingga

bentuk yaitu makulopati iskemik, makulopati eksudatif

6

dan edema makula.6 Makulopati iskemik terjadi akibat

Pembentukan pembuluh darah baru tersebut sangat

penyumbatan yang luas dari kapiler di daerah sentral

berbahaya karena dapat tumbuh secara abnormal keluar

retina. Makulopati eksudatif terjadi karena kebocoran

dari retina meluas sampai ke vitreus, menyebabkan

setempat sehingga terbentuk eksudat keras seperti yang

6

ditemukan pada RDNP. Makulopati eksudatif perlu

Perdarahan dalam vitreus akan menghalangi transmisi

segera dilakukan terapi fotokoagulasi untuk mencegah

cahaya ke dalam mata dan pada lapangan penglihatan

hilangnya visus secara permanen. Edema makula terjadi

memberi penampakan berupa bercak warna merah, abu –

akibat kebocoran yang difus. Apbila keadaan tersebut

abu atau hitam. Apabila perdarahan terus berulang, dapat

menetap, maka akan terbentuk kista berisi cairan yang

terbentuk jaringan fibrosis atau sikatriks pada retina.

dikenal sebagai edema makula kistoid. Bila keadaan ini

Oleh karena retina hanya berupa lapisan tipis yang terdiri

terjadi maka gangguan visus akan menetap dan sukar

dari beberapa lapis sel saja, maka sikatriks dan jaringan

diperbaiki. Dibanding dengan metode diagnostik lain,

fibrosis yang terbentuk dapat menarik retina sampai

optical coherence tomography (OCT) merupakan metode

terlepas

yang paling baik untuk mendiagnosis makulopati

sangat rapuh dan mudah mengalami perdarahan.

perdarahan di sana dan dapat menimbulkan kebutaan.

sehingga

terjadi

ablasio

retina

(retinal

detachment). Pembuluhd arah baru dapat juga terbentuk

diabetik.5

Tabel 2. Klasifikasi Retinopati Diabetik Menurut ETDRS8 Retinopati diabetik nonproliferatif 1. Retinopati nonproliferatif minimal: terdapat satu atau lebih tanda berupa dilatasi vena, mikroaneurisma, perdarahan 2.

intraretina yang kecil atau eksudat keras Retinopati nonproliferatif ringan sampai sedang: terdapat satu atau lebih tanda berupa dilatasi vena derajat ringan,

3.

perdarahan, eksudat keras, eksudat lunak atau IRMA. Retinopati nonproliferatif berat: terdapat satu atau lebih tanda berupa perdarahan dan mikroaneurisma pada 4 kuadran

retina, dilatasi vena pada 2 kuadran, atau IRMA ekstensif minimal pada 1 kuadran 4. Retinopati nonproliferatif sangat berat: ditemukan dua atau lebih tanda pada retinopati non-proliferatif berat. Retinopati diabetik proliferatif 1. Retinopati proliferatif ringan (tanpa risiko tinggi): bila ditemukan minimal adanya neovaskular pada diskus (NVD) yang mencakup lebih dari satu per empat daerah diskus tanpa disertai perdarahan preretina atau vitreus; atau 2.

neovaskular di mana saja di retina (NVE) tanpa disertai perdarahan preretina atau vitreus Retinopati proliferatif risiko tinggi: apabiladitemukan 3 atau 4 dari faktor risiko sebagai berikut, a) ditemukan pembuluh darah baru di mana saja di retina, b)ditemukan pembuluh darah baru pada atau dekat diskus optikus, c) pembuluh darah baru yang tergolong sedang atau berat yang mencakup lebih dari satu per empat daerah diskus, d) perdarahan vitreus. Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus optikus atau setiap adanya pembuluh darah baru yang disertai perdarahan merupakan dua gambaran yang paling sering ditemukan pada retinopati proliferatif

dengan risiko tinggi. ETDRS = Early Treatment Diabetic Retinopathy Study; NVD = new vessels on disc; NVE = new vessels elsewhere

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN Pencegahan

dan

pengobatanretinopati

enzim aldose reduktase, inhibitor hormon diabetik

merupakan upaya yang harus dilakukan secara bersama untuk mencegah atau menunda timbulnya retinopati dan memperlambat

proses

perburukan.

Tujuan

utama

pengobatan retinopati diabetik ialah untuk mencegah terjadinya kebutaan permanen. Pendekatan multidisiplin dengan melibatkan ahli diabetes, perawat edukator, ahli gizi, spesialis mata, optometris dan dokter umum akan memberi harapan bagi pasien untuk mendapatkan pengobatan optimal sehingga kebutaan dapat dicegah. Kontrol glukosa darah yang baik merupakan dasar dalam mencegah

timbulnya

retinopati

diabetik

atau

memburuknya retinopati diabetik yang sudah ada. 14,15 Pencegahan dan pengobatan retinopati diabetik meliputi:

pertumbuhan, anti VEGF, inhibitor PKC dan anti inflamasi. Pasien diabetes dengan retina normal atau RDNP minimal perlu diperiksa setiap tahun karena pasien yang sebelumnya tanpa retinopati pada waktu diagnosis diabetes ditegakkan, 5%-10% akan mengalami retinopati setelah 1 tahun. Pasien RDNP derajat sedang dengan mikroaneurisma, perdarahan jarang, atau ada eksudat keras tetapi tidak disertai edema makula, perlu pemeriksaan ulang setiap 6 – 12 bulan karena sering progresif. Suatu penelitian terhadap pasien diabetes tipe 1 ditemukan 16% dari RDNP derajat sedang yang hanya ditandai eksudat keras dan mikroaneurisma, dapat berkembang ke arah stadium proliferasi hanya dalam waktu 4 tahun.1,5

   

Kontrol glukosa darah Kontrol tekanan darah Kontrol profil lipid Ablasi kelenjar hipofisis melalui pembedahan

Kontrol Glukosa Darah



atau radiasi (jarang dilakukan) Fotokoagulasi dengan sinar laser: o Fotokoagulasi panretinal untuk RDP atau

timbulnya



glaukoma neovaskular o Fotokoagulasi fokal utuk edema makula Vitrektomi/vitreolisis untuk pendarahan vitreus



atau ablasio retina Intervensi farmakologi (umumnya masih dalam tahap percobaan) seperti pemberian inhibitor

Beberapa penelitian skala besar membuktikan bahwa kontrol glukosa darah yang baik dapat mencegah dan

memburuknya

retinopati

diabetik.

Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) melakukan penelitian pada 1441 pasien diabetes tipe 1 yang belum disertai retinopati dan yang sudah menderita RDNP. Kelompok pasien yang belum disertai retinopati dan mendapat terapi intensif dengan insulin selama 36 bulan mengalami penurunan risiko terjadi retinopati

sebesar 76%. Demikian juga pada kelompok yang sudah

tidak ditemukan perbdaan bermakna dalam mencegah

menderita retinopati, terapi intensif mencegah risiko

progresifitas retinopati. Saat ini tekanan darah pasien

perburukan retinopati sebesar 54%. 16 Efek perlindungan

diabetes dianjurkan kurang dari 130/85 mmHg.18

melalui mengendalikan glukosa darah juga terlihat dari hasil penelitian United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) terhadap pasien diabetes tipe 2. Pasien yang diterapi secara intensif, setiap penurunan 1% HbA1c akan diikuti dengan penurunan risiko komplikasi mikrovaskular sebesar 35%.1 Hasil penelitian DCCT dan UKPDS tersebut memperlihatkan bahwa meskipun kontrol glukosa darah secara intensif tidak dapat mencegah terjadinya retinopati secara sempurna, namun dapat mengurangi risiko timbulnya retinopati diabetik dan memburuknya retinopati diabetik yang sudah ada. Secara klinik, kontrol glukosa darah yang baik dapat melindungi visus dan mengurangi risiko kemungkinan menjalani terapi fotokoagulasi dengan sinar laser.1,16

mengetahui

Dugaan adanya hubungan antara growth hormone dan retinopati diabetik didasarkan atas laporan dari sarjana Poulsen pada tahun 1953 mengenai kasus retinopati diabetik pada seorang pasien diabetes wanita yang mengalami infark bipofisis sewaktu melahirkan. Setelah dilakukan hipofisektomi ternyata retinopati diabetik yang sudah ada mengalami perbaikan. Sejak itu tinakan hipofisektomi sering dilakukan pada pasien diabetes yang disertai retinopati diabetik proliferatif. Peran growth hormone

terhadap

didasarkan

atas

timbulnya

fakta

bahwa

retinopati

diabetik

retinopati

diabetik

berkembang cepat sealma usia pubertas. Pada masa tersebut kepekaan jaringan terhadap growth hormone

Kontrol Tekanan Darah Untuk

Ablasi Kelenjar Hipofisis

sangat tinggi. Bukti lain yang memperkuat hipotesis terhadap

tersebut yaitu pasien kerdil akibat defisiensi growth

penelitian

hormone yang juga menderita diabetes ternyata tidak

terhadap 1148 pasien hipertensi dengan diabetes tipe 2

pernah mengalami retinopati diabetik dan juga penyakit

yang dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok yang

mikrovaskular

dilakukan

hipofisektomi pada pasien diabetes dengan retinopati

retinopati

diabetik,

kontrol

pengaruh UKPDS

tekanan

hipertensi melakukan

darah

tidak

ketat

(
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF