Resume Teori Akuntansi Ch14 Godfrey
November 20, 2017 | Author: Mandala Ulul | Category: N/A
Short Description
Ringkasan Bahan Kuliah Teori Akuntansi Politeknik Keuangan Negara STAN...
Description
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN
RINGKASAN MATERI MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI CHAPTER 14 EMERGING ISSUES IN ACCOUNTING AND AUDITING
Disusun oleh: KELOMPOK 3 – Kelas 8B/STAR-BPKP 1. 2. 3. 4.
DICKA ICHSAN PRABANTORO (08 MANDALA ULUL AMRI (18 MARETIKA PUJILESTARI (19 OKDIANI DARUNIFAH (25 5. RYAN IMANUR SATYA (31
AGUSTUS 2015
/ / / / /
144060006327) 144060006337) 144060006338) 144060006344) 144060006350)
Ringkasan Materi Berdasarkan Tujuan Pembelajaran LO 1 -
Current
Factors
Influencing
Accounting
and
Auditing
Research, Regulation and Practice Salah satu pengaruh utama pada penelitian dan praktik akuntansi dan audit yang diteliti adalah pertumbuhan standar akuntansi dan audit yang berlaku secara internasional. Maka, sejumlah sejumlah faktor penting yang secara potensial terkait diuji. a. XBRL Adanya perkembangan pada revolusi teknologi yang mempengaruhi penyiapan laporan keuangan. Pada akhir 2008, the US Securities and Exchange Commission (SEX) memerintahkan 500 perusahaan besar di Amerika Serikat untuk mengarsipkan laporan keuangan tahun 2009 dengan menggunakan Extensible Business Reporting Language (XBRL). XBRL memungkinkan informasi keuangan untuk disajikan secara lebih interaktif dan mudah digunakan (user friendly) dengan cara melakukan “tagging”
data
individual
sehingga
data
tersebut
dapat
diolah
menggunakan software untuk menghasilkan laporan yang dapat dimodifikasi (custom-designed) oleh pengguna. Harapan SEC terhadap XBRL adalah mempercepat analisis data keuangan perusahaan dengan memperluas
kelompok
pengguna
dengan
mengurangi
tingkat
kesalahan. Teknik sekarang yang digunakan untuk mengolah laporan keuangan seringkali berisi kesalahan karena dilakukan secara manual atau menggunakn software yang menghasilkan perkiraan data saja. Laporan keuangan disimpan dalam database SEC (yang dikenal dengan EDGAR) yang bisa diakses via web sehingga lebih menarik para pengguna.
Haka
ketersediaan
menunjukkan bahwa
akses
data
yang
lebih
perkembangan ini besar
dan
berarti
memungkinkan
menempatkan manajer perusahaan dalam kehati-kehatian yang lebih besar untuk menjelaskan laporan keuangannya. Selanjutnya, Haka juga menunjukkan bahwa XBRL dapat mengubah analisis sudut pandang terhadap perusahaan kecil. Saat ini, analis keuangan cenderung fokus pada perusahaan besar karena ketersediaan data yang lebih besar dan kepentingan investor yang lebih terhadap perusahaan besar. Para 2
analis keuangan ini menghasilkan laporan dan informasi yang tersedia bagi investor. Namun, jika ketersediaan data perusahaan kecil tersedia lebih banyak, tidak menutup kemungkinan menarik perhatian analis. Sebagai tambahan, investor pemula percaya diri dengan menggunakan rincian dan komparabilitas data yang lebih besar di antara beberapa perusahaan. Meskipun demikian, Chief Financial Officer (CFO) akan kehilangan kemampuan untuk memilih tingkat pemisahan (disaggregation) data pada laporan keuangan. Mereka akan mengakui bagian penting dari akuntansi adalah proses pemisahan poin-poin yang serupa dengan tujuan memberikan “arti” (meaning) terhadap informasi. Pada tingkat yang ekstrim, jika memungkinkan untuk memberi investor akses data yang lengkap sampai tingkat data transaksi, ini akan menjadi tidak berguna karena data tersebut menjadikan data tersebut tidak ada artinya. “Arti” (meaning) ditambahkan oleh akuntan melalui proses klasifikasi dan penyatuan (aggregation) yang membolehkan, sebagai contoh, perhitungan rasio beban tertentu terhadap penjualan. Satu isu terkait XBRL adalah apakah pendekatan audit sekarang atas rekonsilias versi cetak dari dokumen terkait XBRL dengan informasi yang berada di SEC memadai. Plumlee dan Plumlee menunjukkan bahwa provisi dari informasi XBRL adalah perpanjangan dari paradigm pelaporan tradisional yang akan mengubah cara penggunaan data keuangan dan non keuangan. Pergeseran paradigma ini mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan pertanyaan yang lebih
dalam
daripada
hanya
melakukan
rekonsiliasi
ouput.
Pertanyaannya meliputi: mempertimbangkan kesalahan dalam XBRL dan apakah materialitas berarti ketika potongan data keuangan akan digunakan diluar konteks laporan keuangan? Materialitas secara tradisional dinilai sebagai dampak keputusan pengguna, dan panduan kuantitatif yang menunjukkan hal tertentu dipertimbangkan terpisah dan dalam kesatuan dan dalam proporsi terhadap dasar yang relatif, seperti sebagai laba (lihat AASB 1031 Materiality). Jika data dapat diakses secara terpisah atau dalam kombinasi yang baru, panduan materialitas ini tidak dapat diterjemahkan dengan cara yang sama. 3
Plumlee dan Plumlee bersama Haka melakukan penelitian untuk lebih memahami
keuntungan
dan
kelemahan
XBRL
dan
dampaknya
terhadap pelaporan dan audit keuangan di masa depan. b. Efek “corporate collapse” dan The Sarbanes-Oxley Act (2002) Pada awal tahun 2000-an, sejumlah perusahaan besar tumbang (collapse) dan aturan berganti sebagai gambaran atas akuntansi dan audit,
dan
hal
tersebut
mempengaruhi
lingkungan.
Kritik
atas
independensi auditor dan tata kelola perusahaan menjadi ‘front-burner’ yang menarik banyak komentar publik dan penelitian. Sebagai contoh, di Amerika Serikat sebelum era Sarbanes-Oxley Act 2002 (SOX), firma audit saling mereviu dengan menggunakan sistem peer review dari American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Proses dalam sistem ini, mengumpulkan informasi pada prosedur pengendalian kualitas firma audit dengan mewancarai staf dan memeriksa dokumentasi. Fogarty mengkritik proses ini dengan alasan bahwa proses reviu tidak secara memadai dalam kehati-hatian dan pereviu akan tidak mampu mendeteksi kesalahan penting. Hal ini menunjukkan bahwa staf dapat dilatih menjawab pertanyaan pereviu dan dokumen yang dihasilkan tidak sebagaimana mestinya. Sejak tahun 2004, Public Company Accounting and Oversight Board (PCAOB), yang dibentuk dengan aturan SOX, telah mengarahkan inspeksi independen dari firma audit. Meskipun demikian, daripada menggunakan kritik peer review AICPA yang mana mengarah pada perubahan aturan, Hilary dan Lennox menyediakan bukti bahwa peer review
menyediakan
informasi
yang
dapat
dipercaya
tentang
perbedaan kualitas firma audit. Hilary dan Lennox mencatat bahwa perbedaan metode reviu dan secara khusus bagaimana temuannya dipublikasikan, menyulitkan mengambil kesimpulan. Dalam sistem AICPA, terlihat bahwa firma yang mereviu cenderung tidak melaporkan masalah audit jika mereka tidak dalam kondisi bersaing dengan firma yang direviu. Firma yang direviu muncul dengan kualitas yang lebih tinggi
jika
mereka
direviu
oleh
auditor
yang
tidak
bersaing 4
mendapatkan
klien
menghilangkan
yang
dorongan
sama.
Fakta
kepentingan
menunjukkan
pribadi
di
sulitnya
bawah
sistem
pengendalian kualitas yang diatur sendiri. Mungkin sistem dengan dorongan personal yang lebih sedikit lebih sering terkena masalah, bahkan jika itu bukanlah sistem yang lebih baik. Provisi kunci yang lain dalam SOX adalah batasan pada provisi pada jasa konsultansi tertentu (non-audit) oleh firma audit kepada klien mereka.
Auditor
konsultansi
laporan
kepada
klien
keuangan mereka,
dilarang kecuali
memberikan terhadap
jasa
beberapa
pengecualian dengan terlebih dahulu melakukan persetujuan dengan komite audit klien. Setelah tumbangnya perusahaan pada awal 2000a, firma audit dikritik karena mengkompromikan independensi mereka dengan sangat bergantung pada pendapatan dari jasa konsultansi. Sedikit sekali bukti penelitian yang mendukung sudut pandang ini karena perusahaan di AS tidak diharuskan menyajikan fee yang dibayarkan kepada auditor untuk jasa audit dan jasa konsultansi sebelum tahun 2000. Secara umum, aturan auditor, teknik mereka, dan independensi mereka berlanjut kepada perdebatan karena aturan mereka dalam membentuk kepercayaan dalam perusahaan dan manajemen. Di masa depan, perdebatan ini akan secara intensif menjadi perubahan yang besar (shake-up) dalam system keuangan global. LO 2 -
Issues
Surrounding
The
Application
of
Fair
Value
Accounting During The Global Financial Crisis Penyebab dari krisis keuangan global (GFC) yang melanda seluruh dunia pada tahun 2008 dan 2009 merupakan hal kompleks untuk diperdebatkan. Beberapa menganggap praktek menilai asset secara wajar adalah sebagai faktor yang berkontribusi terhadap melebarnya masalah di pasar subprime mortgage AS, dan memperburuk lebarnya krisis. Hal ini karena standar akuntansi (terutama standar akuntansi keuangan (FAS) No 157 Pengukuran Nilai Wajar) memerlukan write-downs atas nilai investasi yang dipegang oleh bank saat kondisi pasar bergejolak. Write-down ini membatasi kemampuan entitas untuk memberikan 5
pinjaman. Menandai aset keuangan ke pasar (untuk mencerminkan nilai wajar) juga mempengaruhi sisi aktiva dari neraca pinjaman perusahaan, dan membatasi kemampuan untuk melakukan pinjaman. Komisi bursa efek Amerika (SEC) menginvetigasi peran nilai wajar saat terjadi krisis dan mengeluarkan laporan pada hari-hari terakhir tahun 2008. SEC diminta untuk menyelidiki peran standar akuntansi, seperti FAS 157 atas kegagalan bank yang terjadi pada tahun 2008. Laporan menyimpulkan bahwa kegagalan bank di AS disebabkan oleh kemungkinan kerugian kredit, kualitas aset, dan dalam kasus tertentu, mengikis kepercayaan investor dan pemberi pinjaman, dan tidak hanya disebabkan ketika menandai aset keuangan ke nilai pasar. Pandangan tentang peran akuntansi nilai wajar didukun, termasuk mantan akuntan SEC yaitu Conrad Hewitt dan Lynn Turner, yang memuji akuntansi mark-to-market untuk meningkatkan transparansi, memungkinkan pengguna dari laporan keuangan untuk melihat kondisi sebenarnya atas situasi ekonomi suatu lembaga. Reaksi dengan Standart Setter Pada bulan Oktober 2008, IASB mengubah aturan untuk reklasifikasi aset keuangan sehingga kerugian dari perubahan nilai pasar atas aset tersebut yang dapat diperlakukan secara berbeda. Sebelum perubahan aturan, standart internasional diperlukan seperti kerugian yang akan diambil melalui laporan laba rugi. Setelah perubahan peraturan, aset bisa dipindahkan dalam kondisi tertentu untuk menghindari pengisian kerugian mark-to-market ke laporan laba rugi. Namun, ada juga aturan perubahan yang membutuhkan pengungkapan instrumen keuangan dan pengaruh reklasifikasi pada laporan laba rugi. Perubahan ini dibuat melalui amandemen untuk IAS 39 dan IFRS 7. Ketua IASB, Tuan David Tweedie, telah berbicara secara terbuka tentang tuntutan dibuat pada IASB oleh politikus Eropa yang meminta perubahan untuk standart yang konsisten dengan keinginan bank-bank Eropa. Setelah perubahan peraturan, yang dihitung sejak ke Juli 2008, salah satu bank Eropa, Deutsche Bank, mengurangi write-down dan menghasilkan laba sebelum pajak. G20 mengadakan pertemuan dan menghasilkan rekomendasi untuk perubahan regulasi pasar keuangan, termasuk standar akuntansi, isu instrumen keuangan, penurunan asset, dan akuntansi untuk item off neraca. IASB dan FASB merespon rekomendasi tersebut, salah satunya meminta FASB untuk memperbolehkan bank menggunakan penilaiannya sendiri dalam menentukan nilai wajar asset, daripada menggunakan pasar sebagai kriteria objektif. Blundell-Wignall, Atkinson dan Lee dalam papernya menjelaskan hal-hal yang membuat krisis keuangan global, yaitu: 6
1. Kebijakan likuiditas makro global, 2. Kerangka kerja regulasi yang masih minim. Auditor dan Krisis Keuangan Global Berdasarkan catatan Sikka, sangat sedikit perhatian yang diberikan dalam tekanan peran auditor pada saat krisis, meskipun beberapa komentator menanyakan nilai audit ketika auditor tidak memprediksi efek dari resiko asset pada neraca beberapa bank. Canadian Institute of Chartered Accounts dan The Institute of Chartered Accountants di Inggris dan Wales mengeluarkan publikasi yang menekankan resiko yang dialami auditor ketika menilai nilai asset dan mempertimbangkan jasa perencanaan manajemen untuk memitigasi resiko berkesinambungan dan isu likuiditas selama resesi antisipasi. Publikasi ini juga menegaskan pentingnya standar etis ketika menghadapi tekanan dari manajemen untuk menghindari pengakuan yang tidak diinginkan atau write-down. LO 3 - Possible Directions in The Future International Accounting Standard Setting Arrangements Proyek Konvergensi IASB dan FASB Pada November 2008, SEC di US mengeluarkan sebuah ‘roadmap’ untuk menerapkan IFRS oleh perusahaan AS mulai 2014. Konvergensi ini diperhatikan oleh SEC karena SEC akan memperkirakan akan berkembang ke arah kejadian yang penting di tahun 2011 dan akan membuat keputusan dalam tahun 2014 maka implementasi tersebut harus sudah diproses. Kejadian penting tersebut berhubungan dengan: 1. Perbaikan dalam standar akuntansi 2. Akuntabilitas dan membiayai IASC 3. Perbaikan dalam kemampuan untuk menggunakan data pelaporan IFRS 4. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan IFRS 5. Dibatasi untuk segera menggunakan IFRS dimana hal ini akan mempertinggi komparabilitas untuk investor US 6. Mengantisipasi pemilihan waktu pembuatan peraturan mendatang oleh komisi 7
7. Mengimplementasikan perintah menggunakan IFRS oleh issuers Masalah Dalam Konvergensi Ifrs-Use Gaap Meskipun adanya roadmap, belum diketahui secara pasti bahwa negara-negara bersatu akan mengadopsi IFFS. pimpinan SEC, Mary Schapiro, baru-baru ini mengatakan bahwa dia tidak akan merasa terikat oleh
roatmap
kekhawatiran
tersebut. tentang
Dia
menambahkan
standar
IFRS
umum,
bahwa dan
ada
tidak
beberapa
siap
untuk
mendelegasikan pengaturan standar atau tanggung jawab pengawasan IASB. Seorang anggota dewan akuntansi perusahaan pengawasan publik (PCAOB) di Amerika Serikat, Charles Niemeier, juga mengkritik tujuan konvergensi. perhatian utama-Nya adalah bahwa beralih ke IFRS akan membiarkan US dengan aturan yang lebih sulit untuk ditegakkan. Ia juga mengklaim bahwa IFRS tidak lebih principel-based dari US GAPP, hanya lebih muda dan untuk itu telah ada sedikit waktu untuk melakukan koreksi rinci dan penambahan. Pihak lain juga mengungkapkan keprihatinan sehubungan dengan tekanan politik ditempatkan pada IASB pada akhir 2008 yang memaksa perubahan aturan pada bank menggunakan nilai wajar. Namun, beberapa komentator telah mengakui bahwa SEC dan FASB tidak sepenuhnya kebal dari tekanan politik tersebut. Standar Auditing Internasional HAKA
melaporkan
bahwa
beberapa
akuntan
menunjukkan
beralihnya ke IFRS akan memerlukan standar audit dan praktek di US merubah cara dari model penilaian sesuai dengan aturan dalam standar akuntansi untuk penilaian keseluruhan yang ‘benar dan fair’. Pendekatan audit memiliki implikasi penting bagi penerapan standar akuntansi principles-based dalam IFRS karena pendekatan yang ada sebelumnya berfokus pada penegakan aturan daripada prinsip. Standar Audit juga sedang
internasionalisasi
akuntansi,
yaitu
untuk
globalisasi
beberapa
pasar
bisnis
alasan dan
sebagai
berbagi
standar
permintaan
menciptakan untuk standar global. 8
LO 4 - Sustainability Accounting, Reporting, and Assurance Apa akuntansi ketahanan dan pelaporan? Akuntansi ketahan dan pelaporan merupakan bagian dari akuntansi sosial. Gray, Owen, dan Adams menyatakan akuntansi sosial sebagai kombinasi akuntansi untuk hal yang berbeda, pada media berbeda, untuk pengguna yang berbeda, dan untuk tujuan yang berbeda. Dengan kata lain, melampaui pengukuran keuangan dari kejadian ekonomi dan pelaporan untuk kelompok pengguna tertentu, biasanya sesuai dengan standar akuntansi dan regulasi. Akuntansi sosial dan pelaporannya bertujuan untuk mengamati dan menyerap isu-isu yang tidak dicakup oleh fungsi akuntansi tradisional menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh individu, tidak harus secara langsung atau hanya terkait dengan keberhasilan keuangan entitas. Akuntansi sosial dapat termasuk kategori empat dan lima dari asumsi ontologis. Peneliti akuntansi sosial sering mengadopsi pendekatan penelitian naturalistik, menggunakan studi kasus dan wawancara untuk memahami bagaimana akuntansi secara sosial dibangun. Istilah ‘ketahanan’ digunakan dan diinterpretasikan dalam berbagai bentuk. Hal ini dapat dianggap sebagai pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa
mengkompromikan
kemampuan
generasi
mendatang
untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Berdasarkan definisi ini, ketahanan berkaitan
dengan
perlindungan
lingkungan
(eco-efisiensi)
sekaligus
sebagai keadilan antara masyarakat dan generasi (eco-justice). Definisi tersebut berarti bahwa pelaporan lingkungan merupakan bagian dari informasi yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan karyawan, masyarakat, dan lingkungan. Perkembangan saat ini dalam pelaporan ketahanan Bentuk dari pelaporan ketahanan telah berubah pada masa kini terkait
beberapa
perkembangan.
Salah
satu
yang
paling
banyak
digunakan sebagai pedoman dalam pelaporan ketahanan adalah yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang direvisi dan 9
dikeluarkan
pada
oktober
2006.
Pedoman
GRI
membentuk
dasar
framework dari pengungkapan ketahanan dan berisi prinsip dan petunjuk serta standar pengungkapan untuk semua tipe organisasi. Prinsip tersebut menentukan isi dari laporan ketahanan, kualitas informasi, dan batas laporan. Standar pengungkapan termasuk strategi dan profil ketahanan organisasi, pendekatan manajemen, dan indikator performa. Pedoman GRI sesuai dengan tujuan kerangka konseptual yang digunakan dalam pedoman pelaporan keuangan. Perusahaan yang mengadopsi pedoman GRI dapat mendaftarkan laporannya dengan GRI, dan pada bulan Maret 2009 hampir 1000 laporan untuk 2008 telah terdaftar. Pertumbuhan dalam pelaporan ketahanan dikonfirmasi oleh survey terbaru oleh KPMG pada pengungkapan kinerja perusahaan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Survei menemukan bahwa lebih dari 90 persen dari 250 perusahaan mempublikasikan ‘ketahanan’ atau ‘tanggung jawab perusahaan’. KPMG juga melaporkan bahwa 70 persen dari pelaporan perusahaan di seluruh dunia menggunakan pedoman GRI, mungkin karena kredibilitas dari standar dan adanya keuntungan yang diperoleh dari penggunaan standar operasi mereka secara konsisten, perusahaan juga melaporkan data dampak dari ketahanan pada supply chain perusahaan. Pertumbuhan pelaporan tentang isu-isu lingkungan juga didorong oleh kekuatan pasar terkait izin untuk emisi gas rumah kaca atau tidak. Perusahaan
yang
dipengaruhi
oleh
pasar-pasar
ini
perlu
untuk
memperhitungkan emisi gas rumah kaca mereka dan melaporkan berdasarkan peraturan yang ditetapkan otoritas peraturan yang relevan. Perkembangan izin wajib terkait emisi, khususnya saat pembentukan Uni Eropa Emisi Trading Scheme (EU ETS) pada bulan Januari 2005, telah juga memberikan kontribusi terhadap hubungan yang dekat antara pelaporan keuangan dan lingkungan, atau pelaporan ketahanan. Hal ini disebabkan kebutuhan untuk mempertimbangkan hak-hak atau izin emisi, dan kewajiban yang timbul sebagai akibat dari emisi yang dibuat. ETS UE bukan pasar karbon pertama yang didirikan, tetapi adalah yang terbesar, dengan perdagangan tahunan yang diizinkan sebesar US $ 10
50 miliar pada tahun 2007. Dalam periode sebelum pengenalan Uni Eropa ETS International Financial Pelaporan Komite Interpretasi (IFRIC), suatu badan pendukung IASB, merilis sebuah dokumen resep perlakuan akuntansi yang dapat diterima untuk hak-hak emisi. IFRIC 3 Hak Emisi diperlukan perusahaan untuk memperlakukan seluruh tunjangan sebagai aset tidak berwujud. Ini berarti bahwa mereka harus mengakui nilai wajar semua tunjangan bebas penghasilan, sedangkan biaya emisi yang sesuai akan diakui secara bertahap sebagai akumulasinya. Cook menjelaskan respon terhadap dokumen sebagai ‘kemarahan publik’ dan itu ditarik pada bulan Juni 2005. Mac Kenzie menambahi kontroversi dengan menyatakan takut bahwa rekomendasi IFRIC 3's akan menghasilkan peningkatan volatilitas laba sebagai pendapatan dan pengeluaran yang tidak cocok pada waktunya. Mac Kenzie berpendapat bahwa perusahaan lebih memilih untuk memperlakukan hak emisi sebagai instrumen keuangan dan menerapkan akuntansi lindung nilai berdasarkan IAS 39. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk kemudian menghapus tunjangan dan emisi terkait, menghapus ‘karbon’ dari neraca. Sebuah laporan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC) dan Asosiasi Perdagangan Emisi Internasional (IETA) menunjukkan sedikit dukungan untuk metode akuntansi IFRIC 3, serta variasi substansial dalam akuntansi untuk hak emisi. Survei mereka menunjukkan bahwa enam metode utama dalam
menghitung
hak
emisi
saat
ini
digunakan
di
perusahaan-
perusahaan Eropa, dengan kewajiban diakui sebesar nilai tercatat tunjangan yang telah diberikan/dibeli, dengan saldo pada harga pasar yang berlaku. PwC dan IETA menyimpulkan bahwa selain kurangnya kejelasan dan komparabilitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan dengan hak-hak emisi, tidak adanya otoritas tentang masalah ini telah menyebabkan baik kegagalan maupun pemborosan sumber daya bagi perusahaan. Selain itu, karena survei mereka tidak melihat adanya kebutuhan dan pandangan para pemangku kepentingan eksternal terkait dampak variabilitas dalam akuntansi untuk hak emisi pada kemampuan mereka dalam pengambilan keputusan. Menanggapi masalah dalam 11
akuntansi untuk skema perdagangan emisi ini, IASB baru-baru ini mengumumkan
akan
mengaktifkan
kembali
proyek
pada
Skema
Perdagangan Emisi dan diharapkan terbentuk standar pada tahun 2010. Perubahan iklim dan keberlanjutan masalah juga mempengaruhi pelaporan keuangan tradisional terkait keputusan tentang penurunan nilai aktiva dan pengungkapan risiko. Perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman fisik untuk nilai aset, misalnya, dataran rendah pantai dapat meningkatkan risiko banjir. Selain itu, nilai aset operasional dipengaruhi oleh penurunan permintaan untuk produk yang mereka hasilkan. Sebagai contoh, pergeseran permintaan dari peralatan tinggi energi terhadap peralatan rendah energi karena perubahan sikap atau meningkatnya biaya listrik akan mempengaruhi nilai aset yang digunakan untuk membuat peralatan energi tinggi. Selanjutnya, perusahaan asuransi di Amerika Serikat sekarang harus mengungkapkan kepada regulator asuransi bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi bisnis mereka, dan dengan implikasi, aset mereka. Peraturan tersebut mewajibkan perusahaan asuransi untuk membuat ‘laporan risiko iklim’ yang membahas risiko klaim yang lebih tinggi dari klien mereka karena peristiwa cuaca ekstrim. Penjamin asuransi juga harus mengungkapkan kerentanan mereka terkait penurunan keuntungan dari investasi mereka dalam perusahaan yang akan terpengaruh emisi karbon (misalnya perusahaan utilitas). Meskipun laporan risiko iklim yang kini dibutuhkan perusahaan asuransi bukan merupakan bagian dari peraturan akuntansi, mereka adalah bukti dari kecenderungan investor dan pemangku kepentingan lainnya dalam menuntut informasi yang lebih baik
tentang
bagaimana
perubahan
iklim
akan
mempengaruhi
keuntungan perusahaan. Selain itu, terdapat juga kewajiban potensial untuk pengungkapan operasional, pasar dan risiko kredit dari pasar karbon berdasarkan IFRS 7 Instrumen Keuangan: pengungkapan. Kecenderungan dalam Keyakinan Pelaporan Keberlanjutan Sebuah unsur penting dari kegunaan laporan keuangan perusahaan adalah keyakinan yang independen atas laporan. Keyakinan yang 12
independen memberikan kepercayaan kepada pemegang kepentingan tentang kredibilitas, relevansi, dan keandalan atas laporan. Perbedaan antara audit dengan review adalah tingkat keyakinan yang diberikan oleh auditor terkait keandalan informasi yang diberikan perusahaan. Hal ini ditentukan oleh sifat dan jangkauan dari prosedur yang dilakukan oleh auditor, hasil dari prosedur dan objektivitas bukti yang diperoleh. Audit memberikan tingkat keyakinan yang memadai dan review memberikan tingkat
keyakinan
yang
terbatas.
Beberapa
perusahaan
mencari
keyakinan atas laporan keberlanjutan mereka. Greenwashing adalah praktik menyebarluaskan informasi yang salah sehingga menampilkan imej publik bertanggung jawab kepada lingkungan. Survei KPMG juga menunjukkan jumlah dari perusahaan besar yang mencari keyakinan yang resmi berbeda secara signifikan bergantung negaranya. Permintaan atas informasi terkait lingkungan yang teruji untuk tujuan yang berkenaan dengan peraturan dapat mengarahkan syarat informasi yang terjamin bagi kelompok pemegang kepentingan yang lebih luas. Nampaknya terdapat
perubahan
sikap
terhadap
pelaporan
keberlanjutan
dan
keyakinan di Amerika Serikat, dengan syarat pernyataan keyakinan resmi dalam laporan pertanggung jawaban meningkat dengan cepat dari 2% pada 2002 menjadi 14% pada 2008. Perubahan ini dapat disebabkan karena berakhirnya era pemerintahan Bush, dan kegiatan kelompok pelobi seperti CERES yang berbasis di Boston (salah satu pendiri Global Reporting Initiative). Salah satu pendorong untuk menyediakan informasi lingkungan yang berkualitas tinggi juga berasal dari tumbuhnya Carbon Disclosure Project (CDP). CDP memperoleh data dari perusahaan atas risiko perubahan iklim mereka, strategi, dan emisi gas greenhouse dan membuatnya tersedia secara gratis di website mereka. Tujuan utama atas pengumpulan informasi ini adalah untuk memberitahukan keputusan pembelian dan investasi oleh investor dari lembaga, organisasi pembelian dan badan/instansi pemerintah. Mengapa mencari keyakinan atas laporan keberlanjutan?
13
Audit
diyakini
memberikan
manfaat
dengan
meningkatkan
kredibilitas pernyataan keuangan yang disiapkan oleh manajemen dan meningkatkan kualitas dari sistem akuntansi entitas karena berdasarkan umpan balik atas proses audit. Menerapkan teori ini ke keyakinan keberlanjutan
menimbulkan
pikiran
bahwa
perusahaan
dengan
keuntungan paling banyak atas meningkatnya kredibilitas atas laporan mereka akan lebih cenderung untuk mencari keyakinan. Perusahaan dengan keuntungan paling banyak atas laporan yang lebih kredibel adalah kemungkinan besar mereka yang sangat terlihat, industri yang berpotensi tinggi menimbulkan polusi. Standar keyakinan keberlanjutan Terdapat pedoman yang berkuasa atas perjanjian keyakinan dalam laporan keberlanjutan dan informasi emisi karbon. ISAE 3000, Assurance Engagements Other than Audits or Reviews of Historical Financial Information, diterbitkan oleh IAASB, menyediakan beberapa pedoman umum namun tidak langsung menuju pada isu yang spesifik. Sehingga dapat diterapkan secara
tidak
konsisten
oleh
pemberi
keyakinan.
AA1000AS memberikan pedoman keyakinan laporan keberlanjutan yang mengevaluasi ketaatan entitas kepada AA1000 AccountAbility Principles dan kualitas atas informasi yang diungkap kepada publik atas kinerja berkelanjutan. pernyataan
O’Dwyer
keyakinan
dan dari
Owen laporan
mengkritik
dan
shortlisted
pada
menganalisis tahun
2002
Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) Inggris dan Skema Penghargaan Pelaporan Berkelanjutan Eropa. Mereka melaporkan bahwa mereka ragu atas independensi dari pembentukan keyakinan dan juga terdapat juga kendali manajemen dalam tingkat yang besar atas proses terbentuknya keyakinan. Hasil mereka juga didukung oleh kesimpulan dari Deegan, Cooper, dan Shelly yang memeriksa serangkaian laporan Australia dan menyimpulkan bahwa “ pernyataan keyakinan tidak muncul secara rata-rata untuk mengikuti rekomendasi dari GRI (Global Reporting Initiative)
atau
menerbitkan
Federasi
pedoman,
Akuntan mungkin
Eropa. dalam
IAASB bentuk
bermaksud ISAE
baru,
untuk untuk 14
meningkatkan konsistensi pendekatan keyakian laporan keberlanjutan dan untuk memberikan bantuan bagi auditor lapangan keuangan ketika mempertimbangkan carrying value atas hak emisi perdagangan. LO 5 - Other Non-Financial Accounting and Reporting Issues Akuntansi Air Akuntansi air saat ini sedang dikembangkan oleh Dewan Standar Akuntansi Air (WASB) di Australia, dengan proyek serupa di berbagai tahap pengembangan di tempat lain. Para WASB merilis edisi pertama kerangka konseptual akuntansi air (WACF) dan awal standar akuntansi di Australia air (PAWAS) pada tahun 2009. Para WACF dan PAWAS mengatur penyusunan dan penyajian laporan umum tujuan air akuntansi (GPWARs) oleh badan tertentu. Para GPWARs dirancang untuk pengambilan keputusan oleh pengguna di mana tidak dapat memerintah informasi air miliknya sendiri dari bebrapa entitas. Tujuan utama dari proyek akuntansi air adalah untuk memiliki sistem akuntansi dan pelaporan yang akan menginformasikan keputusan tentang alokasi sumber daya air dan meningkatkan kepercayaan publik serta investor tentang pengelolaan air di Australia. National Water Account (NWA) yang jatuh tempo pada tahun 2010, setelah diuji lebih jauh dan umpan balik, PAWAS diharapkan dapat dikembangkan dan dirilis sebagai Standar Akuntansi Air Australia (AWA). Tujuan WASB tentang pengembangan standar akuntansi air dan prosedur untuk memfasilitasi dalam pengambilan keputusan oleh berbagai pengguna yang peduli tentang distribusi, sumber manajemen, dan penggunaan air adalah sama dengan tujuan penyusun standar akuntansi keuangan. WASB telah menggunakan kerangka konseptual akuntansi keuangan dan proses pengaturan standar untuk mendukung pengembangan akuntansi air. WACF didasarkan pada model standar akuntansi keuangan dan berkaitan dengan tujuan dan isi laporan akuntansi air. WACF mengatur tujuan laporan akuntansi air tujuan; entitas pelaporan, karakteristik kualitatif dari informasi yang dilaporkan, unsur-unsur dari laporanlaporan ketika elemennya diakui dalam tujuan umum laporan akuntansi air dan bagaimana mengukurnya, serta pengungkapan kepatuhan dan jaminan. Sistem akuntansi air diadopsi oleh WASB adalah sistem akrual di mana laporan entitas untuk air akan meliputi: (a) Pernyataan Arus Air fisik;
15
(b) Pernyataan Air Aktiva dan Kewajiban Air, (c) Pernyataan Perubahan Aktiva Air dan Air Kewajiban, (d) Pengungkapan Catatan; (e) Pernyataan Kepatuhan, dan (f) Pernyataan Jaminan. Penerapan tujuan bahwa laporan untuk memberikan informasi untuk pengambilan keputusan telah membutuhkan pengembangan laporan pada definisi elemen dari laporanlaporan, seperti air aktiva, kewajiban dan perubahan aktiva dan kewajiban air. Sebagai contoh, kerangka konseptual mendefinisikan aset air sebagai berikut: 'Aset Air adalah air, atau hak-hak atau klaim lain untuk air, dimana pelaporan air oleh entitas atau ditahan, atau untuk entitas pelapor air memiliki tanggung jawab manajemen air, dan dari mana seorang individu atau organisasi yang merupakan entitas pelaporan air, atau grup pemangku kepentingan badan air fisik, memperoleh manfaat masa depan.' Laporan akuntansi air akan memberikan informasi tentang saham dan arus sumber daya air, bukan hanya data dan klaim yang dibuat oleh manajer yang bergantung pada data yang bersumber di luar sistem formal akuntansi, seperti dalam pelaporan keberlanjutan. Dengan cara yang sama bahwa auditor laporan keuangan menambah nilai atas laporan keuangan dengan meningkatkan kredibilitas mereka, diharapkan bahwa laporan air akan diaudit. Auditor bisa memberikan jaminan pada laporan air dengan menggunakan keterampilan yang sama dan teknik yang digunakan untuk laporan audit keuangan, meskipun mereka kemungkinan akan perlu mencari pendapat mengenai masalah teknis dari insinyur dan ahli kualitas air. Standar akuntansi air adalah contoh dari asumsi ontologis bahwa akuntansi adalah struktur beton dan proses. Premis yang mendasari adalah bahwa saham dan arus realitas objektif dan air sebelum beton dan dapat dipertanggungjawabkan dengan kerangka terstruktur. Akuntansi air juga merupakan contoh yang tidak biasa dan inovatif dari perpanjangan kerangka akuntansi keuangan untuk konteks non-keuangan. Jika akhirnya berhasil, itu bisa mendorong formalisasi standar dalam aplikasi lain pelaporan non-keuangan. Akuntansi Air vs Akuntansi Emisi Gas Rumah Kaca (GGP) Satu perbedaan kunci antara standar akuntansi air dan standar GGP adalah penekanan sebelumnya atas akuntansi untuk saham dan arus air yang menggunakan proses akrual. Pendekatan pengukuran akuntansi air berasal dari adopsi eksplisit atas tujuan untuk menghasilkan informasi untuk membantu pengambilan keputusan, yang merupakan tujuan 16
yang sama dengan kerangka konseptual akuntansi keuangan. GGP menyediakan standar untuk memandu perusahaan dalam mempersiapkan persediaan gas rumah kaca yang menyajikan suatu akun kebenaran dan adil atas emisinya, dan menekankan karakteristik kualitatif atas relevansi, kelengkapan, konsistensi, transparansi, dan akurasi. Namun, standar GGP dirancang untuk membantu perusahaan dalam mengukur dan melaporkan keputusan, bukan untuk memastikan bahwa semua informasi yang diperlukan oleh stakeholder eksternal dalam pengambilan keputusan mereka disediakan dalam bentuk yang mereka inginkan. Meskipun informasi disajikan di bawah standar GGP, informasi yang disajikan tidak lengkap dan berupa perkiraan. Informasi yang dihasilkan tidak menyediakan penggunaan akuntansi akrual atas aktivitas prusahaan terhadap persediaan gas rumah kaca di lingkungan, dengan pelaporan terbatas atas emisi tidak langsung, dan masalah pengukuran dibuat dengan pendekatan faktor emisi. Beberapa isu yang timbul dari pendekatan faktor emisi dalam standar GGP berkaitan dengan pemilihan dan penerapan faktor emisi dan kualitas data kegiatan. Penerimaan faktor emisi sebagai alat pengukuran yang valid berarti bahwa standar GGP tidak mengijinkan pembuat keputusan untuk memiliki tingkat kepercayaan di laporan informasi GHG bahwa standar akuntansi air yang bertujuan untuk menyediakan. Mereka juga mengangkat isu-isu yang berbeda untuk auditor. Gerakan menuju sistem akuntansi yang terintegrasi penuh secara akrual untuk emisi gas rumah kaca akan memberikan kesempatan bagi auditor untuk membuat sedemikian opini. Namun, meskipun keterbatasan standar GGP dan upaya lain untuk mengukur emisi gas rumah kaca, sistem ini berarti bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah terdapat perusahaan yang melaporkan data emisi gas rumah kaca. Para GGP dan standar akuntansi air, yang keduanya adalah hasil bukti atas tekanan oleh pemerintah untuk memperoleh data pada sumber daya yang langka, selain yang tradisional ditangkap oleh sistem akuntansi keuangan. Dengan demikian, mereka menunjuk ke yang lebih luas, dan mungkin akhirnya lebih penting, masa depan akuntansi di abad dua puluh satu dan seterusnya.
REFERENSI Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. Accounting Theory, 7th Ed. John Wiley & Sons, Inc. 2010
17
View more...
Comments