Resume 3. Kpd

December 13, 2017 | Author: Aprilita Restuningtyas | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ketuban pecah dini IGD PONEK...

Description

RESUME KASUS PADA Ny. A UK 9 BULAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI IGD PONEK RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

Oleh Aprilita Restuningtyas NIM 122310101053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS JEMBER 2015

Kasus Ketuban Pecah Dini (KPD) Ny. WZ 24 tahun datang ke Ponek RSUD Abdoer Rahem pada hari Senin, 11 Mei 2015 pukul 13.50 WIB atas rujukan dari bidan wilayah Panji Kidul. Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama bagi Ny.WZ. Usia Kandungan saat ini sekitar 37-38 minggu. Pasien datang dengan keluhan perut kencang-kencang sejak Minggu, 10 Mei 2015 pukul 16.00 WIB yang disertai dengan keluarnya cairan ketuban keruh dari jalan lahir pada Senin, 1 Mei 2015 pukul 12.00 WIB. Selama kehamilan Ny. WZ melakukan pelayanan antenatal care rutin yaitu ke bidan tidak pernah ke dokter. Ny. WZ mengaku tidak pernah menggunakan KB sebelumnya. Ny. WZ tidak memiliki riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan data keadaan umum Ny. WZ baik, kesadaran Ny. WZ compos mentis dengan hasil pengukuran TTV yaitu TD 120/80 mmHg, Nadi 82x/menit, Suhu 36,5 oC, dan RR 22x/menit. Hasil pemeriksaan palpasi didapatkan Hasil Leopod 1 tinggi fundus uteri 26 cm, leopod 2 didapatkan letak punggung bayi terletak disebelah kiri dengan DJJ 142x/menit, leopod 3 yaitu letak kepala dan leopod ke 4 adalah kepala masuk PAP. Pada pemeriksaan kala I ditemukan hasil VT 10 cm, HIS 4 x 10’ x 35”. Pukul 14.15 dipimpin persalinan kala II untuk Ny. WZ yang diawali dengan amniotomi. Pada pukul 15.00 WIB lahir bayi laki-laki dengan BBL 3200 gr, PB 50 cm, ld 31 cm, lk 33 cm, AS 7-8. Bayi langsung menangis spontan, tonus otot kuat, tali pusat putih kehijauan kulit bayi kemerah-merahan. Pada menit awal setelah melahirkan bayi, ibu segea diberikan injeksi oksitosin secara IM untuk merangsang pengeluaran plasenta, plasenta keluar 380C,

takikardi,

leukositosis, nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis; Komplikasi infeksi intrapartum 1.

Komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu.

2.

Komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.

f. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medis Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan

maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Jika umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru- paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten. 2. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu) Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi. Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan komplikasinya.

Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria. 3. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu) Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi. Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada pnderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasikomplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura

uteri,

emboli

air

ketuban,

dan

juga

mungkin

terjadi

intoksikasi.Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah sesar. Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya stiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12

mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN KETUBAN PECAH DINI

A. PENGKAJIAN 1. Identitas Klien No. RM : 207034 Nama : Ny. A Umur : 25 tahun Alamat : Mangaran Tanggal : 13 Mei 2015 2. Keluhan Utama: Nyeri perut dan keluar air ketuban 3. Riwayat Kesehatan, terdiri dari: a. Kesehatan sekarang: Ny. A mengeluhkan sakit perut sejak 12 Mei 2015. Cairan keluar semenjak usia kandungan 8 bulan. b. Kesehatan masa lalu: Ny.A tidak memiliki riwayat penyakit menurun, menahun dan menular. c. Riwayat Pembedahan: pasien tidak memiliki riwayat pembedahan sebelumnya 4. Riwayat kesehatan keluarga Pasien tidak memiliki anggota keluarga yang memiliki riwayat KPD. 5. Riwayat Kehamilan: Ini adalah kehamian kedua Ny. A, sebelumnya Ny.A pernah hamil dan kemudan melahirkan bayi perempuan di bidan dengan BBL 3100 gr, usia anak perama saat ini 9 tahun. 6. Riwayat seksual: pasien tinggal bersama suaminya. Pasien tidak menggunakan alatkontrasepsi berupa suntik setiap 3 bulan selama 9 tahun. 7. Riwayat pemakaian obat Ny. A tidak mengonsumsi obat-obatan untuk indikasi penyakit, hanya mengkonsumsi preparat Fe dan vitamin. . 8. Pola aktivitas sehari-hari a. Pola Nutrisi : pasien makan sebanyak 3 sehari ditambah dengan camilan berupa buah dan penganan. BB pasien naik sesuai dengn standar selama hamil. b. Pola Istirahat: Pasien kekurangan istirahat karena nyeri pada peru dan kesulitan bernafas saat tidur. c. Pola Eliminasi: Tidak ada gangguan pada BAB dan BAK pasien

d. Pola Seksual: Tidak sering melakukan hubungan seksual e. Pola Psikososial 1) Psikologis : cemas dan takut akan keadaannya dan keadaan bayinya yang dalam posisi sungsang. 2) Sosial : pasien masih berinteraksi dengan seluruh keluarga dan tetangga dengan baik. 9. Pemeriksaan Fisik a. Kulit Warna kulit Sawo matang, turgor kulit baik dan kekenyalan kulit baik. b. Rambut Rambut merata, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut, rambut ikal kasar. c. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis d. Mata Konjungtiva merah muda, sclera putih. e. Gigi dan mulut Mukosa mulut lembab, gigi utuh, caries tidak ada, keadaan mulut bersih. f. Dada Simetris kiri kanan, tidak sesak napas

g. Payudara Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran, putting susu menonjol, tidak ada pelebaran vena sekitar payudara, colostrum ada, aerola berwarna kehitaman. h. Ekstremitas atas dan bawah Ekstremitas atas pada tangan kanan terpasang infus 20 tts/menit sedangkan ekstremitas bawah varises oedema tidak ada. i. Abdomen 1). Inspeksi Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan

2). Palpasi Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan: Leopold I

: Tinggi fundus Uteri 29 cm

Leopold II

: Letak janin punggung kiri ( PUKI )

Leopold III

: Bagian terbawah janin adalah letak bokong

Leopold IV

: Bagian terbawah janin belum masuk PAP.

3). Auskultasi Dengan menggunakan dopler vetal terdengar denyut jantung janin ( 156 x/menit. Genetalia Pada vulva tidak terdapat oedema, tidak terdapat varises serta tidak ditemukan tanda tanda infeksi tapi keluar cairan pervaginam blood slym. 10. Pemeriksaan psikososial a. Respon dan persepsi keluarga: Keluarga sangat senang dengan kehamilan Ny. A b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi Suami Ny. A sangat senang karena kehamilan ini telah ditunggu, mengingat usia anak pertama yang cuku[ jauh dengan anak kedua, namun sang suami sedikit cemas karena ketuban pecah sebelum waktunya. g. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien KPD yaitu: 1. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, dan rupture membrane amniotic. 2. Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan adanya penyakit. 3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri, peningkatan HIS 4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin. 5. Nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim

h. Intervensi Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Resiko tinggi infeksi NOC:

NIC

maternal

7. Pemberian

berhubungan Status imun: Keadekuatan

Intervensi

dengan prosedur invasif, alami yang didapat dan secara

Imunisasi/Vaksinasi:

pemeriksaan

vagina tepat ditujukan untuk

Pemberian imunisasi untuk

rupture menahan antigen-antigen

mencegah penyakit menuar.

berulang,

dan

membrane amniotic.

internal maupun eksternal.

8. Pengendalian Infeksi:

Pengetahuan: Pengendalian

Meminimalkan penularan

Infeksi: tingkat pemahaman

agen infeksius.

mengenai pencegahan dan

9. Perlindungan terhadap

pengendalian infeksi.

Infeksi: Mencegah dan

Pengendalian resiko:

mendeteksi dini infeksi

tindakan untuk

pada pasien yang berisiko.

menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan akual, pribadi, serta dapat dimodifikasi.

10. Aktivitas Keperawatan:

a. Pantau tanda gejala infeksi b. Kaji factor yang

Deteksi Resiko: indakan

meningkatkan serangan

yang dilakukan untuk

infeksi

mengidentifikasi ancaman

c. Patau hasil

kesehatan seseorang.

laboratoriumAmati

Tujuan/Kriteria Evaluasi:

penampilan praktik

1. Fakto resiko infeksi akan

hygiene pribadi untuk

hilang dengan dibuktikan

perlindungan terhadap

oleh keadekuatan status imun

infeksi

pasien. 2. Pasien menunjukkan Pengendalian Risiko. Kerusakan pertukaran gas Tujuan: Setelah diberikan pada janin berhubungan tindakan keperawatan

11. Aktivitas Kolaboratif:

Berikan terapi antibiotic, bila diperlukan. 1. Pantau DJJ setiap 15-30 menit.

dengan adanya penyakit.

diharapkan pertukaran gas

2. Periksa DJJ dengan segera

pada janin kembali normal.

bila terjadi pecah ketuban

Kriteria hasil:

dan

a. 1. Klien menunjukkan DJJ

periksa

15

kemudian,

observasi

dan variabilitas denyut per

perineum

ibu

denyut dalam batas normal.

mendeteksi

prolaps

b. 2.

Bebas

dari

merugikan

efek-efek

menit untuk tali

pusat.

dan

hipoksi 3. Catat perubahan DJJ selama

selama persalinan.

kontraksi. Pantau aktivitas uterus secara manual atau elektronik. Bicara pada ibu atau pasangan dan berikan informasi

tentang

situasi

tersebut. 4. Siapkan untuk melahirkan dengan cara yang paling baik atau dengan intervensi bedah bila tidak terjadi Ansietas dengan

perbaikan. NIC:

berhubungan NOC: krisis

ancaman sendiri/janin.

pada

situasi, Kontrol Agresi: Kemampuan Pengurangan diri untuk

menahan

perilaku Minimalkan

Ansietas: kekhawatiran,

kekerasan, kekacauan, atau ketakutan, berprasangka atau perilaku destruktif pada orang rasa gelisah yang dikaitkan lain.

dengan sumber bahaya yang

Kontrol

Ansietas: tidak dapat diidentifikasi dari

Kemampuan

untuk bahaya yang dapat diantisipasi.

menghilangkan mengurangi

atau a. Aktivitas Keperawatan: perasaan

1. Kaji dan dokumentasikan

khawatir dan tegang dari

tingkat kecemasan pasien

suatu

secara berkala

sumber

yang

tidak

dapat

diidentifikasi.

Koping:

2. Menentukan kemampuan

Tindakan

untuk

pengambilan

stressor

yang

pada pasien.

mengatasi membebani

sumber-sumber b. Aktivitas

keputusan Kolaboratif:

individu.

Berikan pengobatan untuk

Kontrol Impuls: Kemampuan

mengurangi ansietas, sesuai

untuk

dengan kebutuhan.

menahan

perilaku

diri

kompulsif

dari atau

impulsive. Penahanan Mutilasi Diri: Kemampuan untuk berhenti dari

tindakan

mengakibatkan

yang

cedera

diri

sendiri (non-letal) yang tidak diperhatikan. Keterampilan Sosial:

Interaksi

Penggunaan

untuk melakukan yang

diri

interaksi efektif.

Tujuan/Kriteria Hasil: 1. Ansietas berkurang 2. Menunjukkan Kontrol Ansietas Nyeri berhubungan dengan NOC: ketegangan otot rahim

NIC 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Tingkat kenyamanan 2. Kaji nyeri, perhatikan perasaan senang secara fisik lokasi, karakteristik, & psikologis intensitas (Skala 0-10). 2. Prilaku mengendalikan 3. Pemberian analgesic 4. Sedasi sadar nyeri 5. Teknik relaksasi nyeri: 3. Nyeri: efek merusak nafas dalam terhadap emosi dan 6. Bantuan Analgesika

yang

prilaku yang diamati 4. Tingkat

nyeri:

jumlah

nyeri yang dilaporkan

oleh Pasien 7. Kolaborasi dengan dokter

Kriteria evaluasi: 1.

tentang

Menunjukkan

Dikendalikan

nyeri

efek merusak dengan skala

pemberian

analgetik

sesuai

obat dengan

program terapi.

1-5: ekstrim, berat, sedang, ringan, atau tidak ada 2.

Menunjukkan

teknik

relaksasi secara individu yang efektif 3.

Mengenali

factor

penyebab

dan

menggunakan Intoleransi berhubungan

tindakan

untuk mencegah nyeri. aktifitas NOC :

NIC :

dengan 1. Self Care : ADLs

hipersensitifitas otot.

1. Observasi

adanya

2. Toleransi aktivitas

pembatasan

klien

3. Konservasi eneergi

melakukan aktivitas

dalam

Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji adanya faktor yang keperawatan selama 5 x 24 jam

pasien

terhadap

menyebabkan kelelahan

bertoleransi 3. Monitor nutrisi dan sumber

aktivitas

dengan

Kriteria Hasil :

energi yang adekuat 4. Monitor pasien akan adanya

1. Berpartisipasi

dalam

aktivitas fisik tanpa disertai

kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

peningkatan tekanan darah, 5. Monitor nadi dan RR 2. Mampu aktivitas

respon

kardivaskuler melakukan sehari

(ADLs) secara mandiri

hari

aktivitas disritmia,

terhadap (takikardi, sesak

nafas,

diaporesis, pucat, perubahan

3. Keseimbangan

aktivitas

dan istirahat

hemodinamik) 6. Monitor

pola

lamanya

tidur

dan

tidur/istirahat

pasien 7. Bantu

klien

untuk

mengidentifikasi

aktivitas

yang mampu dilakukan 8. Bantu

untuk

aktivitas

memilih

konsisten

yang

sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial 9. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual 1. Gangguan

rasa

berhubungan

nyaman NOC :

NIC :

dengan 1. Ansiety

1. Gunakan pendekatan yang

nyeri, peningkatan HIS

2. Fear level

menyenangkan

3. Sleep deprivation 4. Comfort,

2. Nyatakan

readines

for

enchanced mengontrol

yang 4. Bantu

nyaman

mengenal

kecemasan terhadap 5. Instruksikan

pengobatan

menggunakan

5. Kontrol gejala meningkat

pasien

situasi yang menimbulkan

3. Mengontrol nyeri

6. Status

dan apa yang dirasakan selama prosedur

lingkungan

4. Respon

pelaku

3. Jelaskan semua prosedur

kecemasan 2. Status

terhadap

jelas

pasien

Kriteria hasil : 1. Mampu

harapan

dengan

relaksasi kenyamanan

pasien teknik

7. Dapat ketakutan 8. Support social

mengontrol

DAFTAR PUSTAKA

Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika Geri, morgan. 2009. Obsteri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC. Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar. Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius. Manuaba. Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta. EGC Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika. Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT bina pustaka. Prawiroharjo, Sarwono. 2013. Buku Ajar Keperawatan. Jakarta: Bina Pustaka Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika Sukarni Iscemi K. 2013. Buku Ajar Keperawatan. Yogyakarta: Salemba Medika Wilkinson, M. Judith. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria NOC. Jakarta : EGC. Yulaikhah, Lily. 2008. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF