Restorasi Amalgam
May 10, 2019 | Author: Madherisa Paulita | Category: N/A
Short Description
Restorasi Amalgam...
Description
BLOK 12. RESTOTASI KEDOKTERAN GIGI MODUL 1 : RESTORASI AMALGAM
SUMBER REFERENSI Anusavice KJ. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed 10. Alih Bahasa. Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: EGC, 2004 Baum, L., Phillips, R.W., dan Lund, M. R. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran, 1997 Garg N, Garg A. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi: JAYPEE; 2010
Bayne SC, Thompson JY, Taylor DF. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 4 ed. th
Missouri: Mosby, Inc.,2002
SKENARIO Budi adalah mahasiswa prodi kedokteran gigi, saat ini mengeluhkan terdapat karies media pada gigi 16 dan 15. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter gigi mengatakan akan melakukan preparasi pada gigi 16 adalah klas 1 dan pada gigi 15 adalah klas 2 serta dokter tersebut menyarankan melakukan tambalan menggunakan kekuatan beban kunyah yang baik. Sembari merasakan tahap demi tahap budi juga memperhatikan perawatan yang dilakukan dokter. Setelah selesai budi menanyakan kepada dokter gigi tersebut setiap tahapan yang dilakukan, dengan ramah dokter tersebut pun menjawab pertanyaan budi tahap demi tahap restorasi hingga selesai. Diakhir dokter gigi mengingatkan kepada budi untuk datang kembali besok untuk dilakukan tahap polishing dan finishing.
JADWAL KEGIATAN BLOK 12 SEMESTER 4 TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama blok
Modul 1
: Restorasi Kedokteran Gigi : Restorasi Amalgam 1
Hari/tanggal Selasa/ 5 Mei 2015
Rabu/ 6 Mei 2015
Kamis/ 7 Mei 2015
Jumat/ 8 Mei 2015
Senin/ 11 Mei 2015
Jam
Beban kerja
Jenis Kegiatan
(1 jam= 50 mnt )
08.00 – 08.50
1 jam
Kuliah 1 Pengantar Modul
09.00 - 11.30
3 jam
DKK I
Penanggung Jawab PJ Modul drg. Imran Irsal Tutor drg. Imran Irsal, drg. Listiyawati, drg Portuna Putra K, Sp. KG
12.00 – 13.00 13.00 – 14.40
Ishoma 2 jam
Kuliah : Armamentarium
drg. Imran Irsal
08.00 – 10.30
3 jam
Labskill
10.30 – 13.00
3 jam
Preparasi KLAS III
Instruktur drg. Verry Asfirizal, M.Kes drg. Irma Widyasari, Sp. KG
13.00– 14.00 14.00 – 15.40
1 jam 2 jam
Ishoma Kuliah : Kontrol Infeksi dan Keselamatan Kerja
08.00 – 10.30
3 jam
Labskill Preparasi KLAS III
10.30 – 13.00 13.00 - 14.00 14.00 - 15.40
3 jam 1 jam 2 jam
08.00 – 10.30
3 jam
Ishoma Kuliah : Direct dan indirect perawatan pulp capping serta penatalaksanaan kasus karies yang dalam DKK 2
13.30 – 15.00
2 jam
Kuliah MKDU
08.00 – 09.40
2 jam
10.00 – 12.30
2 jam
Kuliah Diagnosis dalam perawatan jaringan pulpa dan periapeks konservatif Pleno
drg. Mashyudi, M.Si
Instruktur : drg. Sinar Yani, M. Kes drg. Portuna Putra K, Sp. KG
drg. Indriyana Dwi K, Sp. KGA
Tutor drg. Imran Irsal, drg. Listiyawati, drg Portuna Putra K, Sp. KG Tim MKDU drg. Portuna Putra K, Sp. KG
drg. Imran Irsal drg. Masyhudi, M.Si drg. Putra Kambaya, Sp.KG drg. Indriyana D.K, Sp.KGA
A. Sifat Fisik Amalgam 1. Creep Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI – ADA specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan 2
mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang tinggi kandungan tembaga. (Craig, 2000) Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi. (Marek, 1992) Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut : Creep alloy konvensional > creep blonded alloy > creep alloy komposisi tunggal.(Com be, 1992) Kekurangan Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. (Williams, 1979) Solusi; 1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting 2. penambahan palladium dan indium (McCabe, 2008)
1. 2. 3.
4. 5.
2. Stabilitas Dimensional Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan kemudian tetap stabil. Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah: Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar. Rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat expansinya Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka total area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar akan menghasilkan mercury dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan. Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu triturasi, maka expansi akan lebih kecil. Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke alloy. 3. Difusi termal Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies. Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam 4. Abrasi Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam. B. Sifat Mekanik Amalgam 1. Kekuatan Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang lainnya. Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam : 1. Rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan 3
bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh. 2. Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional. 3. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles. 4. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah teknik triturasi yang baik.
1. 2. 3. 4. 5.
1.
2.
3.
4. 5.
Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang tidak kuat: Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration) Kandungan mercury yang terlalu besar Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi Kecepatan pengisian kavitet yang lamban Korosi Kekuatan tarik dari amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi tidak jauh berbeda dengan amalgam yang memiliki kandungan tembaga yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan diantaranya : Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan amalgam dengan tembaga yang tinggi Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol kekuatan adalah kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup harus dicampur dengan logam campur untuk menutupi partikel-partikel logam campur dan memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing partikel logam campur harus dibasahi oleh merkuri: bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan berbutir-butir. Adonan semacam itu menghasilkan permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan korosi. Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar. Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur, semuanya mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam campurlathe- cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam). Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgamlathe- cut. Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang baik. Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting diperhatikan oleh dokter gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan pulang dari praktik gigi dalam waktu 20 menit setelah triturasi amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini adalah apakah amalgam sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalankan fungsinya. Ada 4
kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam yang tinggi. Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar. (Anusavice, 2004) C. Sifat Kimia Amalgam 1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah . Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan. Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi secara in vivo . Untuk restorasi amalgam– amalgam , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic yang dihasilkan. 2. Korosi Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan. (Marke, 1992) Solusi; 1.memoles tumpatan amalgam 2. meminimalkan timbulnya arus galvanis 3. tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus. 3. Tarnish Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman. D. Sifat Biologi Amalgam 1. Alergi Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain. Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1 % dari populasi yang di rawat.(Anusavice, 2004) Solusi; tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai)
2. Toksisitas Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai dipertanyakan. Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi. 5
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2.
3. 4.
5. 6. 7.
Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang paling menonjol bagi asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya. (Anusavice, 2004) Kekurangan; Merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas maupun unsur dari senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi menjasi Hg2+. Kemudian ia akan ditransportasikan dari paruparu oleh sel darah merah ke jaringan lain termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga plasenta kepada janin. Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan berefek kepada bayi yang akan dilahirkan. Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi atau pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam proses pembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang (McCabe, 2008) Solusi; Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber panas. Menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan Pemilihan tipe lantai yang cocok Penyimpanan amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia Jangan disentuh dengan tangan Menggunakan masker Memakai teknik hand condensor Ruang tidak berkarpet Tahapan preparasi dan restorasi tumpatan plastis amalgam Tahap preparasi kavitas: Sebelum melakukan preparasikavitas, dibuat suatu desain outline form sesuai bentuk fissure gigi pada daearah oklusal gigi posterior yang akan dipreparasi. Outline form dibuat dengan memperhatikan resistence form, tetention form, extention for prevention, dan convenience form. Extention for prevention kini dianggap sebagai penghancuran jaringan sehat yang sia-sia dan tidak lagi dipraktikkan secararutin (Pickard, 2002). Preparasi dilakukan dengan contra angle hand piece dengan kecepatan tinggi. Akses atau jalan masuk dibuat menggunakan bur bulat kecil sedalam 2 mm. Semua karies lunak dan stain padapertautan email-dentin dibuang. Selama kavitas akses mungkin perlu dilebarkan untuk menghilangkan email dentin yang menggaung, email yang tidak terdukung dentin, dan memperoleh medan penglihatan yang bebas kedaerah pertautan email dentin (Pickard, 2002). Setelah akses didapatkan, kemudian dilanjutkan pemakaian bur fissure silindris kecil untuk membentuk dinding tegak lurus alas kavitas sesuai dengan outline form nya. Untuk menghaluskan dinding pulpa atau dasar kavitas digunakan bur inverted. Kedalaman kavitas kurang lebih 2 mm dengan dinding tegak lurus bersudut 90º terhadap kavitas, membentuk bentukan box menurutteori Black. Menurut teori lain bentukan resistensi (resistence form) pada tumpatan amalgam ini dapat didapatkan pula dari bentukan convergen atau mengerucut kearah oklusal Perlu diperhatikan bahwa bentukan konvergen tersebut tidak boleh lebihdari 5º, atau kurang lebih 3-5º agar tidak terdapat enamel-enamel rods yang tidak terdukung dentin (enamel menggaung) sehingga tumpatan amalgam yang regas nantinya tidak mudah pecah / fraktur ketika menerima bebankunyah. 6
8.
Pada tumpatan plastis ini, sudut internal kavitas dibuat agak tumpul (tidaktajam) untukmemudahkan kondensasi amalgam dan permukaan dinding-dinding kavitas dibuat haluskarena amalgam berikatan dengan dentin secarafisiko-mekanik. Tahap basis 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sebelum memeulai memberi basis, kavitas dibersihkan dengan air (akuades). Sebaiknya pembersihan kavitas tidak dilakukan dengan alcohol atau H2O2 agar tidak terjadi dehidrasi pada dentin. Kavitas kemudian dikeringkan dengan semprotan udara. Jika pembuangan karies mengakibatkan lantai kavitas dekat sekali dengan pulpa, diperlukan pemberian pelapik hidroksida kalsium. Pada kavitas yang sangat dalam, lapisan pelapik kedua mungkin diperlukan. Semen ionomer kaca atau OSE merupakan bahan yang cocok untukmaksud ini. Pelapisan diaplikasikan sedemikian rupa sehingga masih terdapat cukup ruangan 2-2,5 mm amalgam di atasnya (Pickard, 2002). Pemberian basis dapat pula diberikan dengan semen sengphospat (ZnPO4) yang terdiri dari bubuk dan cairan. Ambil bubuk semen satu sendok yang disediakan dan tetaskan cairan satu atau dua tetes. Arahkan bubuk kecairan dengan spatula sediki demi sedikit, kemudian aduk bubuk dan cairan ini dengan gerakan memutar sampai didapatkan konsistensi dempul yang cukup kental. Semen dimasukkan kedalam kavitas dengan sonde, kemudian dan dimampatkan dengan semen stopper. Kelebihan semen bila belum mengeras diambil dengan excavator dan bila sudah mengeras diambil dengan bur inverted yang juga sekaligus untuk meratakan dasar kavitas. Bagian tepi enamel harus bersih dari semen agar daerah retensi amalgam tidak tertutup.
Tahappenumpatan 1. Bubukdan Hg ditimbang sesuai anjuran pabrik, kemudian dimasukkan ke dalam mortal kemudian diaduk dengan pastle kurang lebih 60 kali putaran. Bubuk dan cairan yang telah ditimbang dengan perbandingan yang sesuai sengan anjuran pabrik dapat pula dicampur dengan alat amalgamator selama 5 detik. 2. Campuran yang telah homogeny kelihatan mengkilat, diambil dengan spatula semen, kemudian kelebihan Hg nyadiperas, dibuang pada tempat yang disediakan dengan kain putih ukuran 10 x 10 cm. 3. Campuran amalgam kemudian dimasuk kanke dalam pistol amalgam dan dimasukkan pada dasar akavitas dengan tekanan. Lapisan amalgam yang pertama sangat penting dan membutuhkan perhatian yang lebih dari lapisan berikutnya. Kemudian dilakukan kondensasi (pemampatan) dengan amalgam pluuger atau amalgam stopper. 4. Kelebihan bahan dibersihkan dengan kapas kecil (cotton pellet) dan permukan oklusal dibentuk anatominya dengan carver. Penekanan dengan carver dilakukan sejajar pada permukaan gigi (email) untuk mencegah alat terperosok ke dalam bahan. 5. Kemudian dihaluskan dengan burnisher pada keadaan amalgam yang sudah mengalami proses setting awal. Tahapan Manipulasi 1. Tirturasi Proses pembuatan bahan tambal amalgam dimulai dengan tirturasi, yaitu mencampur logam paduan dan air raksa yang dilakukan oleh dokter gigi atau perawat gigi. Setelah dicampur akan didapat massa plastis yang mirip dengan kondisi logam antara temperatur cair dan padat. Pencampuran logam paduan dan air raksa dapat dilakukan secara manual 7
menggunakan lumping alu atau dengan mesin yang disebut amalgator. Lumpang alu terbuat dari gelas, bagian dalam lumping dan ujung alu dibuat kasar dengan cara menggosoknya menggunakan pasta karborundum. Cara ini jarang digunakan lagi sejak adanya amalgator yang bekerja dengan cara menggetarkan logam paduan dengan air raksa di dalam suatu kapsul yang berisi logam atau plastik yang berbentuk silinder. Sebelum tirturasi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran terhadap kedua bahan yang akan dicampur tersebut. Pengukuran logam paduan dilakukan dengan penimbangan, sementara untuk pengukuran air raksa selain dengan penimbangan juga dilakukan dengan menggunakan takaran volume yang merupakan mulut dari dispenser/botol penyimpanan air raksa. 2. Kondensasi Kondensasi adalah proses memasukkan amalgam ke dalam kavitas gigi yang telah dipreparasi menggunakan stopper amalgam atau pistol amalgamsehingga tercapai kepadatan maksimal dari amalgam. Pada saat kondensasi dilakukan penekanan untuk memadatkan amalgam, besarnya tekanan yang ideal adalah 66,7 N tetapi penelitian menunjukkan rata-rata besarnya tekanan yang dibuat oleh tangan operator rata-rata 13,3-17,8 N. 3. Pengukiran Setelah kavitas terisi penuh, dilakukan pembentukan dan pengukiran dengan burnisher sampai mendekati bentuk anatomi gigi ideal 4. Reaksi Pengerasan Pada amalagam berkandungan tembaga rendah, amalagamisasi terjadi ketika air raksa berkontak dengan permukaan logam paduan. Proses tirturasi menyebabkan perak dan timah di bagian luar logam paduan larut dalam air raksa, dan pada saat yang bersamaan air raksa berdifusi ke dalam paduan logam. 5. Pemolesan Pemolesan dilakukan setelah 24 jam, untuk amalgam dengan Cu tinggi diperlukan waktu lebih singkat lagi. Tujuan pemolesan adalah: a. Mencegah menyangkutnya sisa makan b. Mencegah infeksi gusi dan lidah c. Untuk estetika d. Mencegah tarnish dan korosi Pemolesan dilakukan dengan menggunakan batu poles dan karet poles yang umumnya terdiri dari dua macam yaitu yang berwarna merah dan hijau. Batu digunakan untuk memoles bagian yang kasar, karet merah untuk memoles bagian yang halus, dan karet hijau untuk mengkilapkan.. - Permukaan yang kasar diasah dan dibentuk anatominya dengan finishing stone. - Dengan rubber cups merah dengan pasta poles (sengoksida dan alcohol) permukaan amalgam dipoles sampai tampak mengkilap kemudian dibersihkan dengan brush dalam keadaan basah. - Pemolesan harus dalam keadaan basah untuk mencegah panas yang timbul diteruskan ke dentin, dengan tekanan ringan dan merata. Cara Kerja 2.3.1 Triturasi Secara Manual a. Bubuk amalgam dikeluarkan dari dispenser sebanyak satu kali tekanan (arah tegak lurus), kemudian dimasukkan dalam mortar. 8
b. Cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser sebanyak satu kali tekanan (arah tegak lurus) dimasukkan dalam mortar yang telah berisi bubuk amalgam. c. Bubuk amalgam dan cairan diaduk dengan cara menekan pestle pada dinding mortar (pen-type grip) dengan gerakan memutar sampai homogen selama 40 detik. Pada saat mulai pengadukan waktu dicatat. d. Adonan yang telah diaduk dimasukkan ke dalam kain kasa, kelebihan merkuri dikeluarkan dengan cara memeras dalam kain kasa. Kain kasa dijepit kuat dengan pinset kemudian kain kasa diputar dan digerakkan ke atas, maka sisa merkuri akan keluar dari kasa. Pekerjaan ini dilakukan beberapa kali sampai tidak ada sisa merkuri yang keluar dari kasa. e. Adonan dari kain kasa diambil dengan amalgam pistol dimasukkan dalam cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan kondenser sampai adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengan burnisher. Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan amalgam menggunakan sonde. f. Amalgam ditunggu samapi mengeras. Waktu yang diperlukan samapi amalgam mengeras dicatat. 2.3.2 Triturasi Secara Mekanik a. b. c. d.
Sambungkan listrik amalgamator ke sumber listrik. Bubuk amalgam dan merkuri ditimbang 1:1, dimasukkan ke kapsul. Kapsul diletakkan di tempat pengaduk pada amalgamator dengan tepat. Tentukan waktu pengadukan 10 detik dan 20 detik. Tentukan kecepatan pengadukan dengan menekan tombol High. Kemudian tekan tombol ON dinyalakan. e. Triturasi sesuai waktu yang ditentukan, selanjutnya kapsul dikeluarkan dari amalgamator. Kapsul dibuka dan amalgam diletakkan di atas kain kasa, kemudian diperas. f. Adonan pada akin kasa diambil dengan amalgam pistol, dimasukkan ke cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model, sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan kondenser sampai adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengan burnisher. g. Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan amalgam menggunakan sonde. Polishing dilakukan minimal 24 jam setelah amalgam mengeras.
9
View more...
Comments