Reproduksi Dan Siklus Hidup Protozoa Dan Rotifera
May 12, 2019 | Author: Rahmad Afdillah-meosjin | Category: N/A
Short Description
plankton...
Description
Reproduksi dan siklus hidup Protozoa dan Rotifera
A. Reproduksi Protozoa Reproduksi Protozoa secara aseksual umumnya adalah pembelahan biner. Sebagian lagi Protozoa melakukan reproduksi seksual dengan penyatuan sel generatif (sel gamet) atau dengan penyatuan inti sel vegetatif. Reproduksi seksual dengan penyatuan inti vegetatif disebut konjugasi. Pembelahan longitudinal dan transversal masing-masing terjadi pada flagelata dan ciliata. Endodiogeni adalah pembelahan aseksual dan terjadi di dalam sel dan terlepas menghasilkan 2 anakan. Endodiogeni terjadi pada Toxoplasma. Pada apicomplexa pembelahan aseksual disebut schizogoni. Schizogoni adalah pembelahan nukleus menjadi beberapa anakan diikuti pembelahan sitoplasma, sehingga menghasikanmerozit bernukleus tunggal kecil. Pada Palsmodium, Toxoplasma dan apicompexa lainnya siklus seksual meliputi produksi gamet, fertilisasi gamet menghasilkan zigot, kistasisasi zigot menjadi oosit, dan pembentukan sporozoit dalam oosit. Beberapa protozoa memiliki siklus hidup kompleks dan memerlukan 2 inang berbeda, beberapa protozoa hanya melibatkan 1 inang untuk menyelesaikan siklus hidupnya. hidupnya. 1. Rhizopoda Salah satu contoh yang terkenal dari Rhizopoda adalah Amoeba. Amoeba Amoeba. Amoeba ini berkembang biak dengan cara pembelahan inti sel. Berikut adalah gambar dari reproduksi amoeba :
Amoeba memperbanyak diri dengan cara pembelahan inti sel menjadi dua yang diikuti dengan pembelahan sitoplasma ( sitokinesis). Mula-mula, nukleus membelah (kariokinesis) sehingga terjadi pelekukan membran plasma ke arah dalam. Pelekukan ini menggenting dan terputus sehingga terbentuk dua sel anak. Waktu yang diperlukan untuk proses pembelahan ini adalah 21 menit. 2. Flagellata Flagellata bereproduksi secara aseksual dengan melakukan pembelahan biner dengan arah membujur dan secara seksual dengan konjugasi. Dari satu sel dihasilkan dua sel, dari dua sel dihasilkan empat sel, dan seterusnya. Pembelahan sel dan inti sel tidak diikuti oleh pembelahan flagela, tetapi flagela baru akan terbentuk pada sel anak hasil pembelahan. Pada flagellata yang hidup parasit, seperti Trypanosoma sp. pembelahan biner dapat terjadi di jaringan darah tubuh inang. Berikut adalah gambar reproduksi flagellata dari spesies Euglena sp
Gambar 1 Euglena, pembelahan biner membujur Keterangan: - a – c: inti membelah - d – e: membran plasma menggenting - f : terbentuk dua sel anak Dengan pembelahan sel, baik waktu sedang aktif bergerak atau dalam keadaan istirahat. Pada genera yang mempunyai lorika (pembungkus sel) protoplast membelah di dalam lorika, kemudian salah satu anak protoplast keluar dari lorikanya dan membentuk lorika baru, sedang yang satu tetap di dalam lorika lamanya dan tumbuh menjadi sel baru. Pada sel yang bergerak aktif, pembelahan memanjang sel (longitudinal) dan dimulai dari ujung anterior. Pada genera yang mempunyai satu flagella, mula-mula blepharoplast membelah menjadi dua, satu membawa flagelanya dan satu lagi akan menghasilkan flagella baru. 3. Ciliata Reproduksi
berlangsung
secara binary
transverse
fission (belah
diri
melintang), yaitu tropozoit melakukan pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit membentuk kista bersama, dan kemudian bertukar material dari inti dan berpisah kembali menjadi 2 tropozoit baru. Berikut adalah gambar reproduksi dari ciliata :
4. Sporozoa (Apicomplexa) Reproduksi dibagi menjadi dua: 1) Aseksual dengan schizogoni, yaitu membelah diri di dalam tubuh inang dan sporogoni, yaitu membuat spora di dalam tubuh inang perantara. 2) Seksual dengan peleburan makrogamet dan mikrogamet di dalam tubuh nyamuk
B. Siklus Hidup Protozoa Selama siklus hidup protozoa, protozoa biasanya melewati beberapa tahap atau fase yang memiliki struktur dan aktivitas berbeda. Trofozoit merupakan terminologi untuk struktur aktif dan mencerna makanan merupakan fase perbanyakan pada sebagian besar protozoa. Pada protozoa parasit, struktur trofozoit memiliki sifat patogenesis. Pada homoflagelata terminologi amastigot, promastigot, epistomastigot, dan tripomastigot merupakan bagian dari fase trofozoit. Variasi terminologi
diterapkan pada apicomplexa, seperti takizoit dan bradizoit untuk membedakan struktur organisme dalah siklus hidupnya. Fase lainnya adalah kompleks aseksual seperti merozoit yang merupakan hasil fisi schizont multinukleat, dan siklus seksual seperti gametosit dan gamet. Beberapa protozoa membentuk kista yang bersifat infektif. Perbanyakan dapat terjadi di dalam kista, sehingga menghasilkan sel-sel anakan baru. Trofozoit Entamoeba histolitica lebih dulu berubah bentuk menjadi kista bernukleus tunggal. Setelah dewasa, nukleus dalam kista mengalami pembelahan menjadi 4 nukleus dan keluar menjadi 4 sel ameba baru. Kista Giardia lambia mampu menghasilkan hanya 2 sel anakan. Kista memiliki dinding protektif yang membuat parasit bertahan di lingkungan luar selama periode lama, bahkan sampai beberapa tahun. Kista dalam jaringan inang tidak memilik dinding protektif kuat dan bergantung pada carnovorisme untuk penyebarannya. Oosit merupakan fase hasil reproduksi seksual pada apicomplexa. Oosit apicomplexa biasanya keluar bersama feces inang, tetapi oosit Plasmodium (agen malaria) berkembang dalah rongga tubuh vektor nyamuk. Berikut adalah daur hidup/siklus hidup protozoa ( Plasmodium Sp)
C. Reproduksi Rotifera Semua rotifera pada umumnya bereproduksi dengan aseksual, namun jika kondisi lingkungan buruk maka reproduksi dengan seksual. Individu jantan selalu lebih kecil daripada betina, biasnya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan, hanya memiliki alat reproduksi saja. Partogenesis merupakan peristiwa yang umum terjadi. Perkawinan pada rootifera biasanya dengan jalan”hypodermic impregnation”, dimana sperma masuk melalui dinding tubuh. Tiap nukleus pada ovari menjadi sebuah telur. Kebanyakan spesies mempunyai ovari dengan sepulu sampai dua puluh nuklei, maka telur yang dihasilkan selama hidupnya tidak lebih dari jumlah tersebut. Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas, kemudian akan mati. Bila tidak menemukan rotifera betina maka rotifera jantan akan mati pada umur 2-7 hari, tergantung pada jenisnya. Pada Bdelloidea, dimana tidak pernah ada jantannya reproduksi selalu dengan cara partenogenesis, yaitu betina menghasilkan telur yang menetas menjadi betina. Pada kelas Monogononta, yang dalam keadaan tertentu ada jantannya, terdapat tiga macam telur. Tipe pertama adalah telur amictic, hasil dari partenogenesis, bercangkang tipis, diploid, tidak dapat dibuahi dan menetas menjadi betina amictic. Tipe kedua ialah telur mictic, bercangkang tipis, tetapi haploid, bila tidak dibuahi secara partenogenik akan menetas menjadi jantan yang haploid. Bila telur mictic dibuahi oleh sperma dari jantan yang haploid tersebut maka akan menjadi telur dorman., bercangkang tebal dank eras, resisten terhadap kekeringan dan lingkungan yang buruk, dan memerlukan istirahat beberapa bulan sebelum menetas. Dalam lingkungan yang baik, telur dorman menetas menjadi betina amictic dan diploid. Berikut adalah gambar reproduksi/ daur hidup rotifera :
View more...
Comments